Amina Amida
Amina Amida
KIMIA ORGANIK
PERCOBAAN 03
AMINA DAN AMIDA
NAMA : SETIANISTITIANTO. A. W
NIM : J1C107018
KELOMPOK: II
ASISTEN : MUJAYNA
2008
PERCOBAAN 03
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan ini adalah untuk mempelajari sifat fisik dan kimia dari
beberapa anggota keluarga amina dan amida, untuk mengenal nilai
kebasaan dari beberapa amina dan amida, serta untuk memeriksa reaksi
amina dan amida yang penting secara fisiologis dan biokimia, terutama
dalam hidrolisis protein.
H H R’
OH CHCH2NH2 OH CHCH2NHCH3
OH OH
norepinafrina epinafrina
(adrenalin)
Amina dapat dianggap sebagai turunan amonia, dengan mengganti satu
atau dua hidrogen dari amonia dengan gugus organik. Seperti amionia, amina
bersifar basa dan merupakan basa organik yang penting di alam. Untuk mudahnya
amina digolongkan dalam amina primer, amina sekunder dan amina tersier
dimana tergantung pada banyaknya gugus yang melekat pada nitrogen. Gugus R
pada struktur ini dapat berupa alkil atau aril, dan kedua gugus tesebut dapat
berbeda atau sama dengan lainnya (Hart, 1990).
Ikatan dalam satu amina beranalogi kangsung dengan ikatan dalam
amonia: suatu atom nitrogen sp3 yang terikata pada tiga atom yang lain (H atau R)
dan dengan sepasang elektron menyendiri dalam orbital sp3 yang tersisa .
H3 C CH3
N N
N
CH3 H
Suatu molekul amina dengan tiga gugus berlainan yang terikat pada
nitrogen akan bersifat kiral, namun enatiomer dari sebagian besar amina tidak
dapat diisolasi karena terjadi inversi yang tepat antara bayangan-bayangan cermin
pada temperatur kamar. Inversi itu berlangsung pada keadaan transisi datar
(nitogen sp2) (Fessenden & Fessenden, 1986).
Sifat-sifat fisika amina; suku-suku yang rendah berbentuk gas, tak
berwarna, mudah larut dalam air, berbau amoniak, berbau ikan, amina yang lebih
tinggi berbentuk cair atau padat, kelarutannya dalam air berkurang dengan
naiknya bobot molekul (Riawan, 1990).
Gugus fungsi amida menjadi sangat penting. Suatu senyawa N-
etilpropanamida dapat dibuat dengan mereaksikannya dengan asam propanoat dan
etil amina, dari reaksi tersebut akan diperoleh suatu senyawa amina yang
diinginkan (Stanley, 1992).
Bila gugus hidroksi asam karboksilat diganti dengan gugus amino (-NH 2)
terbentuklah senyawa amida dengan rumus RCONH 2. Nama IUPAC-nya
diturunkan dari alkana dan nama umumnya dari karboksilat yang masing-masing
diberi akhiran amida. Senyawa yang mengandung gugus amino (-NH 2) disebut
amina dengan rumus umum RNH2 (Syukri, 1999).
Suatu amida ialah suatu senyawa yang mempunyai suatu nitrogen trivalen
yang terikat pada suatu gugus karbonil. Suatu amida diberi nama asam karboksilat
induknya, dengan mengubah imbuhan asam ...-oat (atau –at) menjadi –amida
(Fessenden, 1986).
O O
CH3CNH2 CH3CH2CH2CNH2
etanamida butanamida
Suatu amida mengandung nitogen yang mempunyai sepasang elektron
menyendiri dalam suatu orbital terisi. Cukup masuk akal untuk mengharapkan
amida bereaksi dengan asam, seperti amina; namun amida tidak bereaksi dengan
asam. Amida merupakan basa sangat lemah dengan pKb bernilai 15-16 (kontras
dengan itu, metilamina mempunyai pKb = 3,34). Struktur-struktur resonansi untuk
suatu amida menunjukkan mengapa nitrogen suatu amida tidak bersifat basa
maupun nukleofilik. Seperti ester, amida dapat dihidrolisi dalam larutan asam
ataupun basa. Dalam kedua hal ini, asam dan basa adalah pereaksi, bukan katalis,
dan harus digunakan dengan angka perbandingan molar 1 : 1, atau berlebih.
Kedua macam reaksi hidrolisis ini tidak reversibel (Fessenden, 1986).
Aniline peka terhadap oksidasi, apa yang terjadi tergantung pengoksidasi
(umumnya amina primer dan sekunder peka terhadap pengoksidasi ini). Oleh
udara aniline menjadi merah. Kalau dipakai K-bikhromat + asam sulfat mula-
mula teerjadi warna hijau. Keaktifan fisiologis dari aniline adalah beracun.
Aniline diadsorpsi dengan pernafasan malalui kulit. Kalau kena kulit cepat
dihilangkan dengan pencucian dengan asam asetat encer. Keracunan khronis
dengan aniline menyebabkan ammonia. Aniline beraksi dengan hemoglobine dan
terjadi methemoglobine yang tak mampu membawa oksigen ke jaringan-jaringan
sehingga terjadi cyanosis. Aniline mempunyai efek beracun terhadap otot jantung
(Riawan, 1990).
III. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala 50 mL,
gelas pengaduk, gelas ukur 10 mL, tabung reaksi, rak tabung reaksi,
pembakar bunsen, kasa pembakar, pipet tetes, dan sudip.
B. BAHAN
3. Hidrolisis Amida
a. Hidrolisis Asam
b. Hidrolisis basa
C. Hidrolisis Amida
a. Hidrolisis Asam
Amida dapat mengalami hidrolisis apabila bereaksi dengan asam.
Asam disini bukan merupakan katalis, karena asam ikut bereaksi dan
mempengaruhi produk yang dihasilkan. Asetamida yang dilarutkan
dengan H2SO4 10 % menyebabkan timbulnya bau yang cukup
menyengat. Reaksi ini dilakukan dengan penambahan kalor untuk
mempercepat reaksi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
O
║
2CH3CNH2 + H2SO4 + 2H2O → 2CH3COOH + (NH4)2SO4
asetamida asam asetat
Dapat dilihat bahwa bau yang cukup menyengat seperti cuka
disebabkan karena terbentuknya asam asetat. Percobaan dilanjutkan
dengan penambahan NaOH pada larutan asetamida dengan asam sulfat
sehingga terbentuknya amonium. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
(NH4)2SO4 + 2NaOH → 2NH4OH + Na2SO4
b. Hidrolisis Basa
Amida juga dapat mengalami hidrolisis dengan basa. Sampel amida
yaitu urea direaksikan dengan NaOH kemudian dipanaskan untuk
mempercepat reaksi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
O O
║ ║
H2N – C – NH2 + 2NaOH → Na+ -O – C – O- +Na + 2NH3
Urea
Ternyata hidrolisis basa urea menyebabkan pembentukan amonia dan
garam karboksilat. Penambahan asam sulfat pada larutan menyebabkan
terjadinya reaksi sebagai berikut:
O O
║ ║
Na+ -O – C – O- +Na + H2SO4 → HO – C – OH + Na2SO4
VI. KESIMPULAN
Dari data dan pembahasan pada percobaan yang dilakukan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Amina dan amida merupakan turunan dari amonia.
2. Dari bau yang ditimbulkan, amina bersifat lebih mirip dengan amonia
daripada amida.
3. Nilai urutan kebasaan dari yang terbasa: amonia – amina – amida.
4. Reaksi antara amina dan amida dengan asam dapat menghasilkan
garam karena amina dan amida tergolong sebagai basa. Selain itu,
reaksi amina dan amida dengan asam kuat menghasilkan terbentuknya
gas.
5. Hidrolisis asam amida menghasilkan asam karboksilat, apabila produk
sampingnya dibasakan menghasilkan suatu amonium.
6. Hidrolisis basa amida menghasilkan suatu garam karboksilat dan
amonia, apabila garam karboksilat diasamkan akan membentuk asam
karboksilat.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph J. & Joan S. Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jilid 2. Erlangga,
Jakarta.
Hart, Harold & Suminar. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga,
Jakarta.
.
LAMPIRAN
TUGAS PRAPRAKTIKUM
Jawab :