Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR PT. MULTIBRATA


ANUGRAH UTAMA

Oleh:
Fadel Muhammad Alfayed 22 – 2015 - 236
Harlan Rizki Praokta 22 – 2015 - 175
Ahmad Faisal Amri 22 – 2015 - 231

Dosen: Aden Firdaus S.T.,M.T.

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2020

1
BAB I

DESKRIPSI PROYEK

1.1 Latar Belakang Proyek

Bangunan adalah struktur buatan yang terdiri dari dinding, atap, pintu, dan
lain-lain, yang dibuat sesuai dengan fungsinya masing-masing. Bangunan dapat
berupa rumah ataupun gedung. Menurut UU No.28 tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung pasal 1, salah satu fungsi bangunan gedung adalah sebagai tempat usaha
yang meliputi perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan
rekreasi, terminal, dan penyimpanan. Dari banyak fungsi bangunan gedung,
disebutkan salah satunya adalah sebagai perkantoran. Perkantoran sendiri
memiliki arti suatu kompleks atau tempat berkantor.

1.2 Ringkasan Proyek

PT. Mutibrata Anugrah Utama memutuskan untuk membangun satu gedung


kantor baru untuk menunjang produktivitas dan kenyamanan karyawannya
dikarenakan PT. Multibrata Anugrah Utama semakin berkembang dari segi
jumlah karyawan yang bekerja. Pada tahun 2017, bangunan yang akan dibangun
di lokasi Setiabudi Regency Bandung, Blok F No. 54 ini direncanakan
difungsikan sebagai rumah tinggal karyawan PT. Multibrata Anugrah Utama
yang sedang ditugaskan disekitar wilayah Bandung, dan bangunan yang berada di
lokasi jalan Cijerah no 19 dijadikan kantor utama cabang Kota Bandung. Di akhir
tahun 2018, fungsi bangunan di lokasi Setiabudi Regency Bandung, Blok F No.
54 dijadikan kantor sementara untuk karyawan PT. Multibrata Anugrah Regency
dikarenakan kantor di jalan Cijerah no. 19 akan diperluas pada tahun 2022.

1.3 Data Proyek

Adapun data umum proyek pembangunan gedung kantor PT. Mutibrata


Anugrah Utama, dapat dilihat dibawah ini:

1. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Kantor PT. MAU


2. Lokasi : Setiabudi Regency Bandung, Blok F No.
54

2
Lokasi proyek pembangunan Gedung Kantor PT. Mutibrata Anugrah
Utama berada di Setiabudi Regency Bandung, Blok F No. 54. Adapun lokasi
proyeknya dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Gambaran Umum Lokasi Proyek


(Sumber: Google Earth 2019)

3. Pemilik Proyek : Swakelola - PT. Mutibrata


Anugrah Utama
4. Konsultan Perencana Struktur : PT. Mutibrata Anugrah
Utama
5. Konsultan Perencana Arsitektur : CV. Antara Design
6. Lingkup Pekerjaan : MEP, Struktur, dan
Arsitektur
7. Jenis Kontrak : Kontrak harga satuan (unit
price)
8. Jenis Pembayaran : Per Termin (Per 20%)
9. Biaya Proyek : Rp. 10.000.000.000,00
10. Sumber dana : PT. Multibrata Anugrah
Utama
11. Uang Muka : 20%
12. Waktu Pelaksanaan : 217 hari kalender

3
BAB II

2.1 Proses Pengadaan

Proyek pembangunan Gedung Kantor PT. Multibrata Anugrah Utama ini


merupakan proyek swakelola, dimana PT. Multibrata Anugrah Utama merangkap
sebagai owner, kontraktor pelaksana, dan konsultan perencana sehingga hanya
membutuhkan konsultan arsitektur. Proses pengadaan jasa konsultan arsitektur
pada proyek pembangunan Gedung Kantor PT. Multibrata Anugrah Utama ini
dilakukan dengan cara penunjukan langsung, dimana pemilik pekerja menunjuk
langsung penyedia jasa konsultasi yang dinilai mampu melaksanakan pekerjaan
yang diminta. Penilaian tersebut berdasarkan pengalaman bekerja sama PT.
Multibrata Anugrah Utama dengan penyedia jasa konsultan arsitektur.

2.1.1 Proses Pengadaan Konsultan Arsitektur

Pemilihan pengadaan jasa konsultansi untuk arsitektur adalah


kegiatan untuk memperoleh jasa profesional dibidang keilmuan
perencanaan suatu bangunan. Menurut Peraturan Presiden Nomor 16
Tahun 2018 proses pengadaan tersebut dapat dilakukan dengan cara – cara
sebagai berikut:

1. Seleksi Umum
Seleksi Umum adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultansi
untuk pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua penyedia jasa
konsultansi yang memenuhi syarat. Metode seleksi umum
diumumkan di website Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah/Institusi, papan pengumuman resmi untuk masyarakat, dan
Portal Pengadaan Nasional melalui LPSE, sehingga masyarakat
luas dan dunia yang berminat serta memenuhi kualifikasi dapat
mengikutinya.

2. Seleksi Sederhana
Seleksi sederhana dapat dilakukan terhadap pengadaan jasa
konsultansi dalam hal seleksi umum dinilai tidak efisien dari segi
biaya seleksi. Seleksi sederhana merupakan pemilihan penyedia

4
jasa konsultansi untuk jasa konsultansi yang bernilai paling tinggi
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Pengumuman seleksi
sederhana sama seperti metode seleksi umum sehingga masyarakat
luas dan dunia dapat dengan mudah mengikutinya.

3. Penunjukan Langsung
Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan penyedia jasa
dengan cara menunjuk langsung satu penyedia jasa konsultansi
yang dapat dilakukan dalam keadaan tertentu.

4. Pengadaan Langsung
Pengadaan Langsung adalah pengadaan jasa konsultansi langsung
kepada penyedia jasa konsultansi. Pengadaan Langsung untuk
paket pengadaan jasa konsultansi yang bernilai paling tinggi
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan merupakan
kebutuhan operasional K/L/D/I.

5. Sayembara
Sayembara adalah metode pemilihan penyedia jasa yang
memperlombakan gagasan orisinal, kreativitas dan inovasi tertentu
yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga
satuan.

Metode yang digunakan oleh PT. Multibrata Anugrah Utama


adalah dengan penunjukan langsung dikarenakan kepercayaan PT.
Multibrata Anugrah Utama dengan CV. Antara Design maka, CV. Antara
Design ditunjuk untuk menjadi konsultan arsitektur dalam proyek
pembangunan Gedung Kantor PT. Multibrata Anugrah Utama ini.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018, metode yang
digunakan sudah tepat karena proyek ini bersifat swakelola, sehingga
owner dapat melakukan penunjukan langsung untuk memilih konsultan
arsitektur.

5
2.2 Sistem Kontrak
Kontrak merupakan kesepakatan (perjanjian) secara tertulis antara dua
pihak yang mempunyai kekuatan hukum. Kesepakatan itu dicapai setelah
pengguna jasa menerima penawaran yang diajukan oleh penyedia jasa untuk
melakukan segala sesuatu yang tercantum dalam penawaran tersebut. Kontrak
pengadaan barang / jasa berdasarkan Perpres nomor 54 tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi:

1. Kontrak berdasarkan cara pembayaran;

2. Kontrak berdasarkan pembebanan tahun anggaran;

3. Kontrak berdasarkan sumber pendanaan; dan

4. Kontrak Berdasarkan Jenis Pekerjaan.

Sistem kontrak yang digunakan pada proyek Pembangunan Gedung


Kantor PT. Multibrata Anugrah Utama mengacu pada Perpres nomor 54 tahun
2010. Dilihat dari cara pembayaran sistem kontrak yang digunakan adalah kontrak
harga satuan (unit price). Kontrak harga satuan adalah kontrak pengadaan
barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah
ditetapkan dengan harga satuan yang sudah pasti dan volume pekerjaan yang akan
dilakukan masih bersifat perkiraan ketika kontrak ditandatangani. Dilihat dari segi
pembebanan tahun anggaran, kontrak yang digunakan adalah kontrak tahun
jamak, Kontrak Tahun Jamak merupakan Kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya
untuk masa lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran atas beban anggaran. Berdasarkan
sumber pendanaannya kontrak yang digunakan adalah kontrak pengadaan tunggal.
Kontrak Pengadaan Tunggal merupakan Kontrak yang dibuat oleh 1 (satu) PPK
dengan 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan
tertentu dalam waktu tertentu. Dan dari segi jenis pekerjaan, kontrak yang
digunakan adalah Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal merupakan Kontrak
Pengadaan Barang/Jasa yang hanya terdiri dari 1 (satu) pekerjaan perencanaan,
pelaksanaan atau pengawasan.

6
2.3 Pihak – Pihak yang Terlibat dalam Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Proyek

Adapun tugas – tugas dan tanggung jawab dalam struktur organisasi


internal kontraktor pada proyek pembangunan Gedung Kantor PT. Multibrata
Anugrah Utama adalah sebagai berikut:

7
1. Project Manager (PM)

Project manager adalah seorang pimpinan suatu proyek di


lapangan. Tugas dan tanggung jawab seorang Project Manager adalah
sebagai berikut:

a. Menyusun pembuatan Rencana Mutu dan K-3 Proyek termasuk


jadwal serta metode kerja, bersama-sama dengan QC dan Site
Manager pada awal proyek;

b. Melakukan koordinasi dengan divisi lain terkait untuk kelancaran


pelaksanaan proyek;

c. Melakukan koordinasi dengan pihak eksternal (owner, konsultan,


subkontraktor, masyarakat sekitar proyek) terkait dengan lingkup
pekerjaan untuk kelancaran pelaksanaan proyek;

d. Melaksanakan dan mengembangkan sistem pengelolaan SDM,


material dan peralatan; dan

e. Menganalisis hasil kerja kegiatan pelaksanaan proyek untuk


melihat kesesuaian antara rencana dan realisasinya.

f. Membuat laporan mingguan dan laporan bulanan

8
2. Site Manager

Tugas dan tanggung jawab Site Manager adalah sebagai berikut:

a. Pengelolaan pelaksanaan pekerjaan, dengan memperhatikan


metode konstruksi, sistematika, dan tahapan pelaksanaan;

b. Merencanakan, mengatur, dan mengontrol aset yang ada di proyek


agar terpelihara dengan baik;

c. Merencanakan, mengatur, dan mengontrol pelaksanaan biaya


proyek guna mencapai target biaya;

d. Menganalisis kebutuhan dan pemakaian material maupun


peralatan.

e. Membuat laporan harian proyek.

3. Quality Control

Quality control mempunyai beberapa tugas, diantaranya adalah:

a. Pengendalian terhadap mutu bahan dan pekerjaan yang


dilaksanakan oleh kontraktor berdasarkan ketentuan dan
persyaratan yang telah ditentukan dalam dokumen kontrak.

4. Keuangan

Tugas keuangan adalah sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan administrasi di lapangan;

b. Membuat laporan keuangan mengenai seluruh pengeluaran proyek;


dan

c. Membuat pembukuan keuangan proyek.

b. Melakukan pengawasan dan pemantauan ketat atas pengaturan


personil dan peralatan laboratorium kontraktor agar pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan yang dicantumkan di dokumen kontrak.

9
6. Pelaksana

Seorang pelaksana mempunyai tugas-tugas:

a. Memberikan arahan pada mandor agar mandor mampu


menginstrusikan para pekerja kasar yang dibawahinya

b. Mengawasi mandor

7. Mandor

Mandor mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Mengawasi kinerja para pekerja kasar

b. Memberikan instruksi kepada para pekerja kasar

8. Site Engineer

Tugas Site Engineer Manager adalah sebagai berikut:

b. Bertanggung jawab atas urusan teknis yang ada di lapangan;

c. Memberikan solusi apabila ada perubahan pada desain agar tidak


menghambat kemajuan pelaksanaan di lapangan; dan

d. Melakukan pengawasan terhadap hasil kerja agar sesuai dengan


dokumen kontrak.

e. Apabila terjadi perubahan terhadap

9. Drafter

Drafter mempunyai tugas di lapangan yaitu:

a. Membuat shop drawing

b. Menyesuaikan gambar perencana dengan kondisi nyata di lapangan

c. Menjelaskan gambar kepada site manager, pelaksana, dan surveyor

d. Membuat as-built drawing

10
10. Quantity Surveyor (QS)

QS mempunyai tugas-tugas sebagai berikut:

a. Menghitung volume pekerjaan seperti pekerjaan galian

b. Menghitung luas pekerjaan bangunan

c. Menghitung volume pekerjaan yang sudah dilaksanakan dan sisa


pekerjaan untuk informasi bagi divisi scheduling

d. Mengecek shop drawing apabila terjadi perubahan

11. Scheduling

Scheduling mempunyai tugas-tugas sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data progress dari lapangan dan menghitung


progress setiap pekerjaan

b. Mengingatkan project manager dan site manager apabila terjadi


keterlambatan pada proyek tersebut

12. Logistik

Tugas logistik diantaranya adalah:

a. Menyediakan dan mengatur tempat penyimpanan material,


peralatan yang sudah diantarkan ke lokasi proyek.

b. Melakukan pencatatan keluar masuknya barang serta bertanggung


jawab atas ketersediaan barang.

c. Berkoordinasi dengan pelaksana lapangan dan bagian teknik


proyek mengenai jumlah dan schedule pendatangan bahan yang
dibutuhkan pada masing-masing waktu pelaksanaan.

13. Gudang
Tugas divisi gudang diantaranya adalah:
a. Mencatat material dan bahan yang masuk ke gudang
b. Mencatat material dan bahan yang keluar dari gudang
c. Menjaga kualitas material dan bahan yang disimpan di gudang

11
14. Surveyor

Surveyor mempunyai tugas-tugas sebagai berikut:

a. Membaca gambar dengan melihat bentuk dan ukuran bangunan


untuk diaplikasikan di lapangan.

b. Menentukan elevasi kedalaman galian fondasi dan lantai basement.

c. Menentukan as bangunan untuk mencari lokasi titik tiang pancang


dan pile cap.

15. Assistant Surveyor


Assistant surveyor mempunyai tugas di lapangan sebagai berikut:
a. Membantu surveyor dalam tugasnya di lapangan

b. Membaca gambar dengan melihat bentuk dan ukuran bangunan


untuk diaplikasikan di lapangan.

c. Menentukan elevasi kedalaman galian fondasi dan lantai basement.

d. Menentukan as bangunan untuk mencari lokasi titik tiang pancang


dan pile cap.

12
2.4 Organisasi Proyek

Organisasi proyek adalah sebuah hubungan yang menggambarkan peranan


serta tanggung jawab baik bersifat fungsional maupun kontraktual dari masing-
masing pihak. Secara garis besar tujuan dari penyusunan organisasi proyek adalah
untuk mempermudah operasional pelaksanaan proyek agar terlaksana sesuai
dengan sebagaimana mestinya serta dapat berjalan secara efektif dan efisien,
memperjelas pembagian peranan serta tanggung jawab masing-masing pihak
sehingga tidak ada pembebanan tanggung jawab pada satu pihak serta
mempermudah dalam hal pengawasan pelaksanaan proyek. Skema jaringan
organisasi proyek pembangunan Gedung Kantor PT. Multibrata Anugrah Utama
dapat dilihat pada Gambar 2.2.

PT. Multibrata Anugrah Utama

Owner, Konsultan perencana, dan Kontraktor pelaksana

CV. Antara Design

Konsultan Arsitektur

Hubungan
Kontraktual
Hubungan
Fungsional
Gambar 2. 2 Hubungan antara PT. Multibrata Anugrah Utama dengan CV. Antara Design

Berdasarkan gambar diatas, Owner yaitu PT. Multibrata Anugrah Utama


dalam proyek ini berperan juga sebagai konsultan perencana dan kontraktor
pelaksana sedangkan CV. Antara Design berperan sebagai Konsultan Arsitektur.

13
Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek umumnya
dibedakan atas hubungan kontraktual dan fungsional. Hubungan kontraktual
adalah hubungan kerja sama kedua belah pihak yang tertuang dalam dokumen
kontrak dimana penyedia jasa akan mempertanggungjawabkan pekerjaan kepada
pengguna jasa, sedangkan hubungan fungsional adalah hubungan yang bersifat
koordinasi didalam pengambilan sebuah keputusan diantara para pihak pada
organisasi proyek. Pihak-pihak yang terlibat harus melaksanakan tugas dan
kewajibannya masing-masing sesuai yang terdapat dalam kontrak agar
pelaksanaan proyek sesuai dengan rencana dan mendapat hasil yang baik.

2.5 Pengendalian dan Pengawasan

Pengendalian dan pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan untuk


mengawasi, memeriksa dan mengarahkan setiap pekerjaan di lapangan terhadap
standar mutu, waktu, dan biaya yang telah ditetapkan sehingga konstruksi yang
dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan pada dokumen kontrak.
Pengendalian dan pengawasan juga bertujuan untuk mengurangi dan mencegah
terjadinya tindakan-tindakan penyimpangan di lapangan.

2.5.1 Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Mutu

Proyek pembangunan Gedung Kantor PT. Multibrata Anugrah Utama


diawasi dan dikendalikan mutunya melalui beberapa jenis pemeriksaan, seperti
pemeriksaan beton, multipleks dan lain-lain yang dilakukan untuk mencapai mutu
yang direncanakan.

2.5.2 Pengendalian dan Pengawasan Mutu Beton

Pengendalian dan pengawasan terhadap mutu beton dilakukan dengan


melaksanakan slump test.
1. Slump Test

Slump test adalah pengujian terhadap adukan beton segar sebelum

14
dilakukan pengecoran untuk mengetahui homogenitas dan workability
yang ditunjukkan dengan nilai slump. Nilai slump ini dapat hilang atau nol
karena pertambahan waktu pada selang waktu tertentu. Hilangnya slump
disebabkan karena terjadinya proses pengikatan pada beton yang semakin
kuat. Uji slump dilakukan dengan menggunakan kerucut abram, tongkat
pemadat, pelat alas dan meteran. Kerucut abram adalah suatu alat
berbentuk kerucut yang bolong pada bagian atas dan bagian bawahnya.
Alat yang terbuat dari logam ini memiliki ukuran tinggi sebesar 30 cm
dengan diameter atas sebesar 10 cm serta diameter bawahnya sebesar 20
cm. Tongkat pemadat memiliki panjang kurang lebih 60 cm. Adapun
prosedur pengujian slump test berdasarkan SNI 1972 - 2008 adalah sebagai
berikut:
a. Letakkan kerucut abrams di atas pelat dan injak bagian samping
kerucut agar kokoh;
b. Isi kerucut abram sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapis, tiap-
tiap lapisan sepertiga isi cetakan dan setiap lapisan ditusuk dengan
tongkat pemadat sebanyak 25 kali secara merata. Tongkat harus masuk
sampai lapisan bagian bawah tiap permukaan;
c. Setelah selesai pemadatan. Ketuklah sisi kerucut perlahan-lahan agar
udara serta rongga-rongga bekas tusukan tertutup;
d. Buka kerucut abrams secara perlahan lalu baca penurunan permukaan
beton tersebut.
Nilai slump yang digunakan pada pekerjaan konstruksi gedung kantor ini
adalah 12 ± 2 cm. Nilai slump ini diambil dari ketentuan spesifikasi teknis
gedung. Spesifikasi tersebut digunakan berdasarkan kesepakatan antara
pihak owner dengan penyedia jasa. Contoh pengujian slump dapat dilihat
pada Gambar 2.3.

Gambar 2. 315Contoh slumpt test


2.5.3 Hammer Test

Hammer test adalah suatu alat pengujian mutu beton tanpa merusak beton.
Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban tumbukan pada
permukaan beton dengan menggunakan suatu massa tertentu, jarak pantulan yang
timbul dari massa tersebutlah apabila telah dikalibrasi dapat memberikan indikasi
kekerasan suatu beton.

Pengujian hammer test ini digunakan pada tiang pancang sebelum


dilakukan pemancangan untuk mengetahui mutu betonnya sehingga pada saat
pekerjaan pemancangan tiang pancang tidak mengalami keretakan atau patah.

Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:

1. Ujung plunger yang terdapat pada alat hammer test diletakkan pada titik
yang akan ditembak, alat hammer test dipegang tegak lurus atau miring bidang
permukaan yang akan dites;

2. Plunger ditekan secara perlahan-lahan pada titik tembak dengan tetap


menjaga kestabilan arah dari alat hammer test. Pada saat akan terjadi tembakan
oleh ujung plunger terhadap beton, tekan tombol yang terdapat pada pangkal
hammer; dan

3. Pemeriksaan dilakukan pada masing-masing titik tembak yang telah


ditetapkan dengan cara yang sama yaitu antara 9 sampai 25 kali pemeriksaan
untuk setiap daerah pemeriksaan seluas maksimum 300 mm persegi. Contoh
Hammer test dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2. 4 Contoh hammer test

16
2.5.4 PDA Test

PDA Test termasuk salah satu jenis pengujian dinamik dengan


menggunakan metode wave analysis dan sering disebut dengan re-strike test
sesuai dengan sifat pengujiannya yang melakukan re-strike atau pemukulan ulang
fondasi tiang yang diuji. PDA Test pelaksanaannya mengacu pada ASTM D-4945
(Standard Test Method for High-Strain Dynamic Testing of Deep Foundations).
Tujuan pengujian tiang dengan Pile Driving Analyzer (PDA) adalah untuk
mendapatkan data tentang daya dukung aksial tiang, keutuhan atau integritas tiang
dan efisiensi energi yang ditransfer. Adapun tahapan uji PDA adalah sebagai
berikut:

1. Melakukan penggalian tanah permukaan sekeliling kepala tiang apabila


kepala tiang sama rata dengan permukaan tanah;
2. Melakukan pengeboran lubang kecil pada tiang untuk pemasangan strain
transducer dan accelerometer;
3. Strain transducer dan accelerometer dipasang dibawah kepala tiang
dengan jarak minimum dari kepala tiang ke transducer 1,5D – 2D;
4. Strain transducer dan accelerometer akan merubah akibat tumbukan palu
pada kepala tiang menjadi sinyal listrik yang kemudian diproses dengan
PDA; dan
5. Mengangkat palu menggunakan crane setinggi 1 – 2 meter kemudian
dijatuhkan tegak lurus pada kepala tiang. Lalu akan diperoleh nilai
kapasitas daya dukung tiang, energi, penurunan maksimum tiang, dan nilai
keutuhan tiang.
Contoh PDA test dapat dilihat pada Gambar 2.5.

17
Gambar 2. 5 Contoh pengujian PDA

2.5.5 Pengendalian Mutu Tiang Pancang Precast


Tiang pancang yang digunakan pada proyek ini dibeli dari Pulomas Pile.
Bagian Quality Control akan meminta sertfikasi mutu tiang pancang dari Pulomas
Pile untuk setiap tiang pancang yang diterima di lokasi proyek. Sertifikasi mutu
tersebut berasal dari pengujian yang dilakukan oleh Pulomas Pile dan pihak
ketiga.

2.5.6 Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Waktu

Setiap proyek konstruksi memiliki batasan waktu yang telah ditentukan


pada dokumen kontrak maka dalam pelaksanaannya dibutuhkan pengendalian dan
pengawasan terhadap waktu agar tidak terjadi keterlambatan pekerjaan.
Keterlambatan merupakan hal yang harus dihindari dalam pelaksanaan kegiatan
konstruksi dengan cara merencanakan jadwal tahapan setiap pekerjaan beserta
waktu dan dana yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya sehingga kita dapat
mengetahui progress setiap hari, minggu bahkan bulan, dalam proyek konstruksi
biasanya jadwal perencanaan ini lebih dikenal dengan kurva S.

Kurva S merupakan grafik yang dapat menggambarkan progress kerja


kumulatif suatu proyek, sumbu horizontal menunjukkan waktu dan sumbu vertikal
menunjukkan persentase progress suatu proyek. Progress proyek ini biasanya
diukur terhadap jumlah uang yang telah dikeluarkan untuk pelaksanaan proyek.

18
Dalam proyek konstruksi biasanya dibuat dua kurva S, yaitu kurva S rencana dan
kurva S aktual. Pengontrolan dilakukan dengan membandingkan kedua kurva
tersebut, perbandingan kurva S rencana dengan kurva S aktual memungkinkan
dapat diketahuinya progress pelaksanaan proyek apakah sesuai, lambat, ataupun
lebih dari yang direncanakan.

Kurva S rencana menunjukkan progress yang direncanakan, sedangkan


kurva S aktual menunjukkan progress di lapangan. Kesesuaian antara kurva S
rencana dan kurva S aktual menunjukkan apakah dalam pelaksanaan terdapat
masalah yang menyebabkan adanya keterlambatan sehingga dapat ditemukan
solusinya. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi progress sebuah proyek
yaitu faktor cuaca, lingkungan, ketersediaan alat, material dan tenaga kerja.

2.5.7 Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Biaya

Biaya pelaksanaan proyek adalah elemen yang sangat penting dalam


sebuah proyek. Hal ini sangat berpengaruh besar terhadap keberlangsungan suatu
proyek. Total biaya pembangunan proyek Gedung Kantor PT. Multibrata Anugrah
Utama ini sebesar Rp 10.000.000.000,- (Sepuluh Miliar Rupiah).
Pembayaran dilakukan berdasarkan prestasi pekerjaan yang telah
diselesaikan. Pengendalian biaya dalam suatu proyek harus dilakukan untuk
mengetahui besarnya biaya yang telah dikeluarkan dengan melihat prestasi
pekerjaan yang telah diselesaikan di lapangan.

2.5.8 Laporan Proyek

Pemeriksaan pekerjaan dilakukan selama pelaksanaan kontrak untuk


melaksanakan rekaman pekerjaan atau kegiatan yang telah dilaksanakan guna
pembayaran hasil pekerjaan. Hasil pemeriksaan pekerjaan dituangkan dalam
laporan kemajuan hasil pekerjaan. Untuk kepentingan penjaminan mutu (quality
assurance) pelaksanaan pekerjaan, seluruh aktivitas kegiatan pekerjaan di lokasi
pekerjaan dicatat dalam buku harian sebagai bahan laporan harian pekerjaan yang
berisi rencana dan realisasi pekerjaan harian.

Laporan harian yang berisi tentang pekerjaan per hari didalamnya dan
kondisi cuaca, jumlah tenaga kerja yang hadir, peralatan yang digunakan, bahan-
bahan yang masuk dan pekerjaan yang dilaksanakan.

19
Lalu ada pula laporan mingguan, yang berisi tentang progres pekerjaan
dalam jangka waktu satu minggu, mulai dari evaluasi pekerjaan berupa prestasi
pekerjaan, produktivitas pekerjaan dan sisa waktu pelaksanaan proyek.

Laporan bulanan terdiri dari rangkuman laporan mingguan dan berisi hasil
kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu bulan.

2.5.9 Pengendalian dan Pengawasan Terhadap K3L

Pengendalian dan pengawasan terhadap K3L dilakukan untuk mencegah


terjadinya kecelakaan di lokasi proyek dan merusak kawasan di sekitar proyek
Berikut adalah upaya K3L yang dilakukan pada proyek pembangunan Gedung
Kantor PT. Multibrata Anugrah Utama:

1. Setiap pekerja diwajibkan untuk menggunakan alat pelindung diri (sepatu,


helm, rompi, sarung tangan, dan body harness saat bekerja di ketinggian).
Seperti yang terlihat pada Gambar 2.6 dan Gambar 2.7

Gambar 2. 6 Topi pelindung proyek

Gambar 2. 7 Sepatu safety

20
2. Pembersihan lingkungan proyek dari sampah secara berkala dan
menyediakan tempat sampah sementara.

21
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Secara garis besar, proyek ini sudah sesuai dengan apa yang sudah diatur
dalam Peraturan Presiden No 16 tahun 2018 walaupun proyek dilaksanakan secara
swakelola. Pada Peraturan Presiden no 16 tahun 2018, terdapat empat tipe jenis
swakelola, namun keempat tipe swakelola ini hanya mengatur terhadap proyek
swakelola yang dilakukan oleh instansi pemerintah seperti kementrian, lembaga
daerah dan Organisasi masyarakat serta kelompok masyarakat, dikarenakan
peraturan mengenai proyek swakelola yang dilaksanakan oleh swasta belum
dijelaskan pada Peraturan Presiden no 16 tahun 2018.
Dalam pelaksanaannya, proyek ini harus mengacu pada Peraturan Presiden
no 16 tahun 2018 seperti tahapan-tahapan dalam pengadaan, jenis kontrak yang
digunakan, sistem pembayaran yang dipakai, dan struktur organisasi pada proyek
tersebut. Hal-hal yang sudah disebutkan diatas, sudah mengacu pada Peraturan
Presiden no 16 tahun 2018.

22

Anda mungkin juga menyukai