Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

FISIKA TERMAL

“PERPINDAHAN KALOR”

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas perkuliahan Fisika Termal

Kelompok 3:

1. Hilda Edenia Putri G.F (18231120)


2. Nurul Ihza Hayati (18231090)

Dosen Pengampu :

Dr. Febri Yanto, M. Pd

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2020

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Perpindahan Kalor” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Termal, yang diampu oleh
Bapak Dr. Febri Yanto, M. Pd.
Dalam proses penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan, arahan,
dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaikan makalah
ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca demi perbaikan dalam penyusunan makalah
kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain
yang membacanya.

Padang, 21 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang .............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3

A. Konsep Perpindahan Kalor ..........................................................................3


1. Pengertian Kalor......................................................................................3
2. Proses Perpindahan Kalor.......................................................................3
B. Kalor Jenis dan Perubahan Wujud Zat Akibat Kalor....................................8
1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor ...........................................................8
2. Kalorimeter .............................................................................................10
3. Kalor pada Permukaan Wujud Zat..........................................................12
4. Diagram Perubahan Fase.........................................................................14
C. Aplikasi Perpindahan Kalor pada Teknologi Terbarukan, Kesehatan, dan
Kehidupan Sehari-hari ..................................................................................18

BAB III PENUTUP .................................................................................................21

A. Kesimpulan ..................................................................................................21
B. Saran .............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................22

LAMPIRAN (SOAL LATIHAN) ...........................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perpindahan kalor akan terjadi apabila ada perbedaan temperatur antara 2 bagian
benda. Panas akan berpindah dari temperature tinggi ke temperatur yang lebih rendah.
Panas dapat berpindah dengan 3 cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Konduksi
adalah perpindahan panas yang terjadi melalui medium yang diam, misalnya
perpindahan panas di dalam benda padat. Pada peristiwa konduksi, panas akan
berpindah tanpa diikuti aliran medium perpindahan panas. Panas akan berpindah secara
estafet dari satu partikel ke partikel yang lainnya dalam medium tersebut. Sedang
konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi antara permukaan dengan fluida yang
bergerak misalnya dari plat ke udara. Pada peristiwa konveksi, perpindahan panas
terjadi karena terbawa aliran fluida. Radiasi didefinisikan sebagai perpindahan panas
antara dua benda yang tidak membutuhkan medium perantara contohnya panas sinar
matahari sampai ke bumi. Pada peristiwa radiasi, energi berpindah melalui gelombang
elektromagnetik.
Setiap permukaan yang memiliki temperatur yang lebih tinggi (lebih panas) bila
dibandingkan temperatur sekitarnya akan mengalami pelepasan kalor, sehingga
menaikkan temperatur lingkungan menjadi lebih tinggi. Banyaknya panas yang hilang
tergantung pada banyak faktor, tapi temperatur permukaan dan ukurannya merupakan
faktor yang sangat dominan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini yaitu:
1. Bagaimana konsep perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, radiasi, dan tahan
termal?
2. Bagaimana kalor jenis dan perubahan wujud zat akibat kalor?
3. Bagaimana aplikasi perpindahan kalor pada teknologi terbarukan, kesehatan, dan
kehidupan sehari-hari.

1
C. Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah, tujuan dibuatnya makalah adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahuai konsep perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, radiasi, dan
tahan termal.
2. Memahami kalor jenis dan perubahan wujud zat akibat kalor.
3. Mengetahui aplikasi dari perpindahan kalor pada teknologi terbarukan, kesehatan,
dan kehidupan sehari-hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Perpindahan Kalor


1. Pengertian Kalor
Kalor merupakan salah satu bentuk energi. Berarti kalor merupakan besaran fisika
yang dapat diukur. Kegiatan pengukuran-pengukuran kalor (kalorimetri) dalam fisika,
berkaitan dengan penentuan kalor jenis suatu zat. Alat yang digunakan untuk mengukur
kalor disebut kalorimeter. Istilah kalor, pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli
kimia dari Perancis bernama A.L.Lavoisier (1743-1794). Kalor berasal dari kata caloric.
Para ahli kimia dan fisika, semula menganggap bahwa kalor merupakan jenis zat alir
yang tidak terlihat oleh manusia. Berdasarkan anggapan inilah, satuan kalor ditetapkan
dengan nama kalori disingkat kal. Satu kalori (kal) didefinisikan sebagai banyaknya
kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 gram air sehingga suhunya naik 1oC.
Dari hasil pengukuran-pengukuran secara teliti oleh para ahli, anggapan bahwa
kalor itu merupakan zat alir tidak dapat dipertahankan lagi kebenarannya. Para ahli
menyimpulkan bahwa kalor sebenarnya merupakan bentuk energi sehingga satuan kalor
yang tepat adalah sama dengan satuan energi, yaitu joule atau J. Akan tetapi dewasa ini
banyak kalangan yang menggunakan kalori sebagai satuan kalor, misalkan di kalangan
kesehatan.
Berikut ini adalah konversi satuan kalor dalam SI dengan satuan kalor yang lain:
1 joule= 0,24 kalori atau 1 kal= 4,2 joule
Dalam sistem satuan imperial (Inggris), satuan kalor dinyatakan dalam British
Thermal Unit (BTU). 1 BTU= 1054 joule; 1 BTU= 252 kalori. “Kalori” yang
digunakan oleh ahli gizi disebut “kalori besar” yang sebenarnya adalah satu kilo kalori
(1 kkal); 1 kkal= 1000 kalori.

2. Proses Perpindahan Kalor


Perpindahan panas merupakan ilmu untuk meramalkan perpindahan energi dalam
bentuk panas yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.
Dalam proses perpindahan energi tersebut tentu ada kecepatan perpindahan panas yang
terjadi, atau yang lebih dikenal dengan laju perpindahan panas.

3
Maka ilmu perpindahan panas juga merupakan ilmu untuk meramalkan laju
perpindahan panas yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu. Perpindahan kalor dapat
didefinisikan sebagai suatu proses berpindahnya suatu energi (kalor) dari satu daerah ke
daerah lain akibat adanya perbedaan temperatur pada daerah tersebut. Kalor dapat
berpindah dari tempat atau benda yang suhunya tinggi ke tempat atau benda yang
bersuhu rendah. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu
konduksi, konveksi, dan radiasi.
1) Konduksi (hantaran)
Sepotong logam yang dipanaskan salah satu ujungnya, ternyata beberapa saat
kemudian ujung yang lain akan menjadi panas juga. Kalor merambat melalui
batang logam tanpa ada bagian-bagian logam yang pindah bersama kalor itu.
Perpindahan kalor tanpa disertai perpindahan partikel zat seperti ini disebut
konduksi perhatikan gambar di bawah ini.

L
T2
T1 Q A

T1> T 2

Jika panjang batang =L, luas penampangnya =A dan selisih suhu kedua
ujungnya= ∆T, maka jumlah kalor yang mengalir tiap satu satuan waktu dapat
dirumuskan:
H = k. A. ∆T ..................................................(1)
L
dengan:

H = Q/t = jumlah kalor yang mengalir tiap satu satuan


Waktu (J/s)
K = koefisien konduksi termal (daya hantar panas) (J/smK)
A = luas penampang (m2)
∆T = selisih temperatur antara kedua ujung batang (K)
L = panjang batang (atau tebal untuk benda yang berbentuk pelat) (m)

4
Contoh soal:
Batang besi panjangnya 2 m dengan luas penampang 5 cm2 memiliki
perbedaan suhu diantara kedua ujungnya 100 K. Jika konduktivitas termal besi 4,8
J/smK, laju hantaran kalornya adalah?
Diketahui:
L=2m
A = 5 cm2 = 5 . 10-4 m2
∆T = 100 K
k = 4,8 J/smK
Ditanya: H = .........?
Jawab:
H = k. A . ∆T = 4,8 . J/smK . 5 . 10-4 m2. 100 K = 1,2 . 10-3 J/s
L 2m

Konduksi kalor dapat dipandang sebagai akibat perpindahan energi kinetik


dari satu partikel ke partikel yang lain melalui tumbukan. Pada bahan logam,
terdapat elektron bergerak bebas. Elektron-elektron ini berperan juga di dalam
merambatkan energi kalor, karena itu bahan logam menjadi panghantar kalor yang
sangat baik, dan disebut konduktor.

2) Konveksi (aliran)
Istilah konveksi dapat digunakan untuk pemindahan kalor melalui fluida (cair
dan gas). Pada konveksi, kalor berpindah bersama-sama dengan perpindahan
partikel zat. Contoh sederhana dapat kita jumpai pada waktu kita merebus
(memanaskan air). Perhatikan gambar dibawah ini.

Bagian air yang ada di bawah, menerima panas dari nyala api pemanas. Air
yang terkena api itu memuai dan massa jenisnya menjadi kecil. Karena massa

5
jenisnya kecil, bagian air ini naik dan tempatnya digantikan oleh air yang masih
dingin yang massa jenisnya lebih besar. Bagian air yang dingin ini mendapatkan
panas pula, lalu naik seperti bagian air yang seb elumnya. Demikian seterusnya,
air berpindah (mengalir) sambil membawa kalor.
Jumlah kalor yang mengalir tiap satuan waktu dapat dirumuskan:
H = h. A. ∆T.................................................(2)

dengan:

H = jumlah kalor yang mengalir tiap satuan waktu (J/s)


A = luas permukaan (m2)
∆T = perbedaan suhu (K)
H = koefisien konveksi (J/sm2K)

Contoh soal:
Suatu fluida dengan koefisien konveksi termal 0,01 J/ms°C memiliki luas
penampang aliran 20 cm2, jika fluida tersebut mengalir dari dinding yang bersuhu
100°C kek dinding lainnya yang bersuhu 20°C, kedua dinding sejajar, berapakah
besarnya kalor yang dirambatkan?
Diketahui:
h = 0,01 J/ms2°C
A = 20 cm2 = 2 . 10-3 m2
∆T = (100°C-20°C) = 80°C
Ditanya: H = ...........?
Jawab:
H = h . A . ∆T = 0,01 J/m2s°C . 2 . 10-3 m2 . 80°C = 16 . 10-4 J/s

3) Radiasi (pancaran)
Perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan kalor tanpa memerlukan
medium (zat antara). Misalnya, perpindahan panas dari matahari ke bumi.
Walaupun matahari jauh dari bumi dan bagian terbesar diantaranya hampa, energi
matahari juga tiba di bumi dan diserap sebagai kalor. Besarnya energi yang
dipancarkan tiap satuan luas dan tiap satuan waktu, oleh Josep Stefan (1835-1893)
dapat dirumuskan sebagai berikut:

6
Q
H= = e. σ . A .T4......................................(3)
t

dengan:

Q = kalor yang dipancarkan benda (J)


E = emisivitas benda (0<e<1).
T = suhu permukaan benda (dalam kelvin).
σ = tetapan Stefan-Boltzman (5,67 x 10-8 W/m2 K4).
A = luas penampang benda (m2)

Emisivitas benda (e) merupakan besaran yang bergantung pada sifat


permukaan benda. Benda hitam sempurna (black body) mempunyai e=1. Benda ini
merupakan pemancar dan penyerap kalor yang baik.

Contoh soal:
Sebuah plat baja dengan panjang 2 m dan lebar 0,5 m suhunya 227°C. Bila
tetapan Boltzman = 5,67 x 10-8 W/m2 K4 dan plat baja hitam sempurna, maka energi
total yang dipancarkan setiap detik adalah?
Diketahui:
p=2m
l = 0,5 m
T = 227°C = (227 + 273)K = 500 K
σ = 5,67 x 10-8 W/m2 K4
e=1
Ditanya: H = .........?
Jawab:
H = e. σ . A .T4
= 1 . 5,67 x 10-8 W/m2 K4. 1 m2. (500 K)4
= 1 . 5,67 x 10-8 W/m2 K4. 1 m2. 6,25 . 1010 K4
= 3543,75 W
4) Tahanan Termal

7
Tahanan termal (R) adalah ketahanan suatu benda dari medium atau sistem
tertentu terhadap aliran panas melalui batas-batasnya dan bergantung pada
geometri dan sifat termal dari medium seperti konduktivitas termal. Pengetahuan
yang akurat tentang tahanan termal untuk sistem atau komponen sistem tertentu
dapat memungkinkan perhitungan aliran panas melalui atau suhu pada batas-
batasnya. Penggunaan khusus tahanan termal dalam masalah desain termal di
industri seperti menghitung kehilangan panas dari tangki atau alat lainnya.
L
R= ........................................ (4)
K
Keterangan:
R = Tahanan termal per unit area (m2/K/W)
L = Ketebalan material (m)
K = Konduktivitas area (W/Mk)

B. Kalor Jenis dan Perubahan Wujud Zat Akibat Kalor


1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor
Jika 1 kg air dan 1kg minyak tanah masing-masing diberi kalor yang sama
(misalnya Q joule). Minyak tanah ternyata mengalami perubahan suhu kira-kira dua kali
perubahan suhu air. Hal ini menggambarkan bahwa antara zat yang satu dengan yang
lainnya dapat mengalami perubahan yang berbeda, meskipun diberi kalor yang sama.
Perbedaan kenaikkan suhu tersebut, terjadi karena zat yang satu dengan yang lain
berbeda kalor jenisnya. Kalor jenis suatu zat didefinisikan sebagai banyaknya kalor
yang diperlukan atau dilepaskan (Q) untuk menaikkan atau menurunkan suhu satu
satuan massa zat itu (m) sebesar satu satuan suhu (∆T).
Dinyatakan dalam bentuk persamaan:

c = Q/(m.∆T).........................................................(5)
atau
Q = m. c. ∆ T.........................................................(6)

dengan:
Q = jumlah kalor (J)
m = massa benda (kg)
∆T = perubahan suhu (K)

8
c = kalor jenis (J/kgK)

Contoh soal:
Berapa kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan 1 kg air yang bersuhu 20°C
menjadi 100°C. Jika diketahui kalor jenis air 1000 J/kg°C?
Diketahui:
m = 1 kg
c = 1000 J/kg°C
∆T = (100°C-20°C) = 80°C
Ditanya: Q = ..........?
Jawab:
Q = m . c . ∆T
Q = 1 kg . 1000 J/kg°C . 80°C
Q = 8000 J
Faktor m. c pada persamaan di atas diberi nama khusus yaitu kapasitas kalor
dengan lambang C. Jadi,
C = m. c.................................................................(7)
Kapasitas kalor (C) dapat didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan
atau dilepaskan (Q) untuk mengubah suhu benda sebesar satu satuan suhu (∆T).
Sehingga dapat ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

m. c = Q/∆T.........................................................(8)

atau
C = Q/∆T ……………………………………….. (9)

Contoh soal:
Berapakah kapasitas kalor dari 5 kg suatu zat yang mempunyai kalor jenis 2
kal/gr°C?
Diketahui:
m = 5 kg = 5000 gr
c = 2 kal/gr°C
Ditanya: C = ..........?
Jawab:

9
Q = m . c . ∆T
Q = C . ∆T
C=m.c
C = 5000 gr . 2 kal/gr°C = 10.000 kal/°C

2. Kalorimeter
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuantitas panas/kalor,
menentukan kapasitas panas, dan panas jenis suatu zat. Kalorimeter berdinding ganda
terdiri atas bejana logam berdinding tipis A permukaan luarnya diberi lapisan nikel
untuk mengurangi kehilangan panas karena radiasi. Bejana ini mempunyai harga
air/kapasitas panas air yang sudah diketahui dan mempunyai tutup yang berlubang
untuk tempat termometer B dan alat pengaduk C. Gambar skematis kalorimeter dapat
diilustrasikan sebagai berikut:

Termometer Pengaduk

Penyekat/gabus

Kemungkinan kehilangan panas dapat dikurangi lagi dengan meletakkan


kalorimeter dalam bejana lain D yang terbuat dari penyekat panas E. Untuk
menentukan jumlah kalor Q yang diberikan dalam kalorimeter, dengan cara membaca
perubahan suhu yang ditunjukkan oleh termometer sebelum dan sesudah diberi kalor.
Besarnya harga Q diketahui berdasarkan kenaikan suhu yang terjadi. Prinsip kerja
kalorimeter didasarkan pengamatan Josep Black (1720-1799), seorang ilmuan Inggris
yang dikenal dengan Azas Black yang dinyatakan sebagai berikut:
1) Jika dua benda yang mempunyai suhu berbeda didekatkan sehingga terjadi
kontak termis, maka zat yang suhunya lebih tinggi akan melepaskan kalor
yang sama banyaknya dengan kalor yang diserap oleh zat yang suhunya
lebih rendah sehingga suhu akhir kedua benda setelah kesetimbangan termis
tercapai adalah sama.
2) Jumlah kalor yang diterima = jumlah kalor yang diberikan

10
Qterima = Qlepas.................................... (10)

Azas black ini merupakan bentuk lain dari perumusan hukum kekekalan energi.
Untuk menentukan panas jenis suatu bahan dengan menggunak an kalorimeter adalah
sebagai berikut:

a) Sepotong bahan yang akan dicari panas jenisnya (c b) ditimbang massanya,


misalnya mb kemudian dipanaskan di dalam tungku atau di dalam uap air sampai
suhu tertentu, misalnya tb.
b) Menimbang massa kalorimeter kosong (mk), memasukkan air ke dalam
kalorimeter kemudian ditimbang massanya (mk+a), sehingga massa air dapat
diketahui yaitu ma = (mk+a) - mk.
c) Air di dalam kalorimeter diaduk pelan-pelan dan diukur suhunya, misalnya t1.
d) Potongan bahan yang akan ditentukan panas jenisnya setelah dipanaskan
dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan cepat lalu diaduk dan suhunya dicatat,
misalnya t2.
e) Jika panas jenis kalorimeter dan air diketahui masing-masing ck dan ca serta
selama percobaan tidak ada panas yang hilang dari kalorimeter, maka
berdasarkan azas Black:
Panas yang dilepaskan = Panas yang diterima
mb cb (tb - t2 ) = mk ck (t2 - t1) + m a ca (t2 - t1)
Karena ca = 1 kal/goC maka:
mb cb (tb - t2 ) = (mk ck + ma) (t2 - t1)

Dengan demikian:
cb = (mk ck + ma) (t2 - t1) .......................... (11)
mb (tb - t2 )

Contoh soal:
Sepotong es bermassa 100 gram bersuhu 0°C dimasukkan ke dalam secangkir air
bermassa 200 gram bersuhu 50°C. Jika kalor jenis air adalah 1 kal/gr°C, kalor jenis es
0,5 kal/gr°C, kalor lebur es 80 kal/gr°C dan cangkir dianggap tidak menyerap kalor.
Berapakah suhu akhir campuran antara es dan air tersebut?
Diketahui:

11
ma = 200 gr
ca = 1 kal/gr°C
T a = 50°C
mes = 100 gr
Les = 80 kal/gr°C
T es = 0°C
ces = 0,5 kal/gr°C
Ditanya: suhu akhir campuran = .....?
Jawab:
Qlepas = Qterima
Q1 = Q2 + Q3
ma.ca.∆T a = mes.Les + mes.ca.∆T es
200 . 1 (50°C – t) = 100 . 80 + 100 . 1 (t – 0)
100 – 2t = 80 + t
3t = 20
t = 6,67°C

3. Kalor pada Permukaan Wujud Zat


Sebagaimana telah diketahui bahwa zat dapat mempunyai beberapa tingkat wujud
yaitu padat, cair, dan gas. Air dapat berubah bentuk dalam tiga wujud, yaitu di bawah
suhu 0oC berwujud padat atau es, antara 0oC dan 100oC berwujud cair atau air, dan di
atas 100oC pada tekanan atmosfer berwujud gas atau uap air. Dalam perubahan dari
wujud yang satu ke wujud yang lain disertai penyerapan kalor atau pelepasan kalor
dan biasanya diikuti perubahan volume. Perubahan wujud zat itu disebut juga
perubahan fase. Perubahan dari fase tertentu ke fase yang lain, masing-masing dapat
diuraikan sebagai berikut:
a) Perubahan dari fase padat ke cair disebut melebur,
b) Perubahan dari fase cair ke padat disebut membeku,
c) Perubahan dari fase cair ke gas disebut menguap,
d) Perubahan dari fase gas ke cair disebut mengembun,
e) Perubahan dari fase gas ke padat disebut deposisi,
f) Perubahan dari fase padat ke gas disebut melenyap/menyublim.

12
Perubahan wujud/fase di atas dapat digambarkan seperti berikut:
GAS

a f
b e
c
PADAT CAIR
d

Keterangan gambar:
a = Menyublim

b = Deposisi
c = Mencair
d = Membeku
e = Mengembun

f = Menguap
Apakah semua zat dapat mengalami ketiga wujud tersebut? Kita tahu bahwa air
sangat mudah mengalami ketiga wujud ini. Wujud cairnya disebut air, wujud padatnya
disebut es, dan wujud uapnya disebut uap air. Tetapi kita tahu bahwa sebuah balok
kayu tidak melebur bila dipanaskan, kapur barus (kamper) langsung menguap saat
suhunya berubah. Dari contoh tersebut berarti tidak setiap zat dapat mengalami ketiga
wujud tersebut.
Keadaan suatu benda secara umum sangat bergantung pada suhu benda tersebut.
Benda dapat berada dalam fase padat, cair, atau gas, bahkan hanya berada pada fase
gas jika suhu tinggi dan tekanan rendah sedangkan pada suhu rendah dan tekanan
tinggi, gas berubah ke fase cair atau padat. Pada tingkat padat, partikel- partikel di
dalamnya teratur dengan amat tertib. Partikel-partikel itu bergetar di sekitar titik
kesetimbangan masing-masing, tetapi tidak ada yang berpindah. Dalam zat cair
dianggap partikel-partikel zat cair mudah berpindah-pindah, tempat partikel tidak
teratur.

Rata-rata jarak antar partikel dalam zat cair ini kira-kira sama dengan jarak antar
partikel dalam zat padat. Zat cair mudah berpindah sehingga secara keseluruhan zat

13
cair tidak dapat mempertahankan bentuknya. Zat cair mudah menyesuaikan diri
dengan bentuk wadah yang ditempatinya.

Pada tingkat gas, partikel-partikel gas senantiasa bergerak ke semua arah. Jarak
antar partikel sangat besar jika dibandingkan dengan ukuran partikel. Gaya antar
partikel gas sangat lemah kecuali ketika partikel bertubrukan.
Dalam gas ideal, gaya antar partikel itu diabaikan, sebab itu gas mudah mengisi
ruang yang tersedia untuknya. Sebagai contoh, setetes minyak wangi dalam kamar
akan menguap mengharumkan seluruh ruang kamar. Sebelum menguap volume setetes
minyak wangi relatif kecil yaitu volume setetes saja, sesudah menguap seluruh ruang
kamar itulah volume minyak wangi.
Ketiga wujud zat tersebut diilustrasikan pada gambar berikut:

Padat Cair Gas

4. Diagram Perubahan Fase


Pada uraian ini akan ditinjau suatu benda dalam keadaan padat dengan suhu T 1
akan diubah menjadi fase gas dengan suhu T2. Proses perubahan benda dari fase padat
ke fase gas dapat dijelaskan dengan skema diagram perubahan fase sebagai berikut:

T2 T2
Q5
T4 Uap
Q4
Q3
TL
Q2 Cair
Q1
T1
Padat

Pada awalnya suhu benda dapat dinaikkan sampai mencapai suhu leburnya TL
dengan menambahkan sejumlah panas Q1, setelah mencapai suhu TL terus
ditambahkan panas Q2 sehingga benda melebur pada suhu TL. Setelah benda berubah

14
wujud menjadi cair kemudian suhunya dinaikkan hingga TU dengan menambahkan
panas sejumlah Q3. Pada kondisi ini ditambahkan panas sejumlah Q4 sehingga benda
berubah wujud menjadi uap pada suhu T U. Setelah kondisi uap tercapai, suhu
dinaikkan sampai mencapai suhu T2 dengan menambahkan panas sejumlah Q5. Dari
keseluruhan proses tersebut dapat diketahui jumlah panas yang diperlukan selama
proses perubahan wujud/fase berlangsung.
Kuantitas panas atau jumlah panas per satuan massa yang harus diberikan pada
suatu bahan pada titik leburnya supaya menjadi zat cair seluruhnya pada suhu titik
lebur disebut panas peleburan atau kalor lebur.
Kuantitas panas atau jumlah panas per satuan massa yang harus diberikan pada
suatu bahan pada titik didihnya supaya menjadi gas seluruhnya pada suhu titik didih
disebut panas penguapan atau kalor uap.
Bila panas dikeluarkan dari suatu gas, maka akan mengalami penurunan suhu dan
pada suhu mendidihnya gas ini kembali ke fase cair, atau dikatakan gas itu
mengembun. Saat mengembun, gas melepaskan panas ke sekelilingnya sebesar jumlah
yang sama dengan kuantitas panas yang diperlukan untuk menguapkannya. Panas yang
lepas persatuan massa disebut panas pengembunan atau mempunyai harga yang sama
dengan panas penguapan (kalor uap). Apabila zat cair didinginkan maka akan kembali
ke fase padat atau membeku dan akan melepaskan panas yang disebut panas
pembekuan dan mempunyai harga yang sama dengan panas peleburan. Jadi titik lebur
dan titik beku berada pada suhu yang sama, juga titik didih dan titik pengembunan
berada pada suhu yang sama.
Suatu zat pada titik leburnya akan membeku atau melebur bergantung pada panas
yang ditambahkan atau dikeluarkan. Panas yang diberikan pada suatu benda biasanya
akan menyebabkan suhu benda naik, walaupun itu tidak selalu demikian. Dikenal 2
(dua) jenis panas yaitu panas sensibel dan panas laten. Panas sensibel adalah panas
yang diberikan/dikeluarkan benda apabila terjadi perubahan suhu. Selama perubahan
wujud/fase, suhu zat tidak berubah, panas/kalor yang diterima atau dilepaskan oleh zat
tidak digunakan untuk menaikkan suhu tetapi digunakan untuk mengubah wujud.
Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud ini seakan-akan tersembunyi, karena
itu kalor ini disebut kalor laten (laten artinya tersembunyi).

15
Kalor laten adalah kalor yang diperlukan oleh 1 kg zat untuk berubah wujud dari
satu wujud ke wujud lainnya. Dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan:

L = Q/m.................................................................(12)

atau
Q = m. L................................................................(13)

dengan:
Q = kalor (J)
m = massa zat (kg)
L = kalor laten (J/kg)

Contoh soal:
Berapakah kalor yang diserap untuk menguapkan 1 kg air adalah? (kalor uap air =
2256 x 103 J/kg)
Diketahui:
m = 1 kg
LU = 2256 x 103 J/kg
Ditanya: Q = ....??
Jawab:
Q = m . LU
Q = 1 kg . 2256 x 103 J/kg
Q = 2256 x 103 J

Dengan adanya beberapa macam perubahan wujud zat, maka muncul istilah kalor
laten khusus untuk suatu perubahan wujud tertentu, yaitu sebagai berikut:
a) Kalor laten lebur atau kalor lebur adalah banyaknya kalor yang diserap untuk
mengubah 1 kg zat dari wujud padat menjadi cair pada titik leburnya.
b) Kalor laten beku atau kalor beku adalah banyaknya kalor yang dilepaskan untuk
mengubah 1 kg zat dari wujud cair menjadi padat pada titik bekunya.
Dengan demikian:
Kalor lebur = kalor beku

16
Titik lebur = titik beku

c) Kalor laten didih atau kalor didih adalah banyaknya kalor yang diserap untuk
mengubah 1 kg zat dari wujud cair menjadi uap pada titik didihnya.
d) Kalor laten embun atau kalor embun adalah banyaknya kalor yang dilepaskan
untuk mengubah 1 kg zat dari wujud uap menjadi cair pada titik embunnya.
Dengan demikian:

Kalor didih = kalor embun


Titik didih = titik embun

Akan ditinjau dua sistem yang berbeda dengan suhu awal T1 dan T2 dengan
T1>T2. Jika dua sistem dihubungkan maka akan terjadi perpindahan panas sampai
tercapai keadaaan setimbang dengan anggapan tidak ada panas yang hilang/keluar dari
sistem. Dalam keadaan setimbang, kedua sistem mempunyai suhu yang sama yaitu T a
yang disebut suhu akhir. Bentuk diagram yang paling sederhana dari proses ini adalah
sebagai berikut:

T
Q 1

1
T
Q a

2
T
2
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa sistem pertama mengalami penurunan
suhu, berarti sistem ini melepaskan panas Q1, sedangkan sistem kedua mengalami
kenaikan suhu yang berarti sistem tersebut menerima panas Q2. Dalam keadaan ini
berlaku azas Black: panas yang dilepaskan sama dengan panas yang diterima atau
dapat dituliskan secara matematik sebagai berikut:

Q1 = Q2…………………………………………………..…(14)

m1. c1. (T1-Ta) = m2. c2. (Ta-T2)...............(15)

Dari persamaan (15) dapat ditentukan besaran yang dicari.

17
C. Aplikasi Perpindahan Kalor pada Teknologi Terbarukan, Kesehatan, dan
Kehidupan Sehari-hari
1. Aplikasi Perpindahan Panas pada Thermos
Pada saat mendidihkan air panas, berarti kita mendapatkan air panas. Bagaimana
caranya agar air ini tetap panas? Tentunya kita masukkan ke dalam thermos. Thermos
merupakan salah satu alat untuk menyekat kalor. Pada thermos terdapat dinding kaca di
mana bagian dalam dan bagian luarnya dibuat mengkilap. Bagian dalam kaca dibuat
mengkilap agar kalor dari air panas tidak terserap pada dinding. Sementara bagian luar
dinding kaca dibuat mengkilap berlapis perak agar tidak terjadi perpindahan kalor
secara radiasi. Ruang hampa di antara bagian dalam dan luar berfungsi untuk mencegah
perpindahan kalor secara konveksi. Tutup thermos terbuat dari bahan isolator, seperti
gabus, untuk mencegah terjadinya perpindahan kalor secara konduksi. Dengan demikian
air di dalam thermos tetap panas.

2. Aplikasi Perpindahan Panas Konveksi dalam Medan Aliran Paksa Menggunakan


Algoritma Simple
Aplikasi ini merupakan aplikasi pada geometri dua plat datar. Perpindahan kalor
konveksi dalam medan aliran merupakan gejala yang dipengaruhi oleh distribusi
kecepatan aliran dan sifat-sifat fluida setempat. Distribusi kecepatan dalam medan aliran
ini harus memenuhi dua persamaan secara serentak. persamaan momentum dan
persamaan kontinuitas. Bila harga tekanan yang tepat disubstitusi ke dalam persamaan
momentum, maka medan kecepatan yang dihasilkan akan memenuhi persamaan
kontinuitas.
Algoritrna SIMPLE (Semi-Implicit Method fur Pressure-Linked Equalioiis, Patankar,
1972) merupakan salah satu metoda untuk mendapatkan medan tekanan yang "tepat"
yang diawali dengan menebak medan tekanan dan kecepatan pada awal iterasi.
Substitusi harga tebakan ini ke dalam persamaan momentum memberikan medan
kecepatan yang selanjutnya dikoreksi agar memenuhi persamaan kontinuitas. Medan
tekanan juga dikoreksi dengan suatu faktor relaksasi yang harus ditentukan untuk
mendapatkan konvergensi solusi. Pada tugas akhir ini, algoritma SIMPLE, diterapkan ke
dalam sistem aliran udara di antara dua plat datar yang dipanaskan. Simulasi dilakukan

18
pada berbagai kondisi kecepatan aliran serta temperatur dan jarak antar plat. Persyaratan
konvergensi yang dipilih untuk menghentikan iterasi adalah bahwa selisih harga antara
kecepatan dari persamaan momentum dan kecepatan dari persamaan kontinuitas tidak
melebihi 1% (relatif terhadap kecepatan setempat) untuk seluruh titik grid dalam medan
aliran. Dari simulasi ini dapat diperoleh distribusi temperatur dan kecepatan pada seluruh
titik dalam medan aliran udara di antara dua plat datar (sepanjang domain simulasi).
Distribusi temperatur yang telah diperoleh selanjutnya dapat digunakan untuk
menghitung distribusi bilangan Nusselt sepanjang arah aliran udara. Sebagai hasilnya,
diperoleh distribusi bilangan Nusselt yang berubah secara asimtotik menuju harga yang
bervariasi di sekitar 7,534-7,542. Hasil ini cukup dekat dengan data yang terdapat di
dalam referensi (Ozisik, Iieul Iiwi /erj) di mana bilangan Nusselt berubah secara
asimtotik menuju harga 7,541.

3. Aplikasi dalam Cfd


Aplikasi CFD Dalam Kehidupan Computational Fluid Dynamics atau CFD adalah
analisis sistem yang melibatkan aliran fluida, perpindahan panas dan fenomena-
fenomena terkait seperti reaksi kimia dengan cara simulasi berbasis komputer.
            APLIKASI CFD
a. Dalam perancangan instalasi perpipaan
Aplikasi dari piranti lunak berbasis metoda nemrik adalah dalam perancangan
instalasi perpipaan. Dengan bantuan piranti lunak ini proses perancangan menjadi
lebih mudah karena analisis terhadap rancangan langsung dapat diketahui hanya
dengan menggambarkan instalasi rancangan. Umumnya piranti lunak yang tersedia
di pasaran menyediakan fasilitas untuk berbagai boundary conditions seperti single
atau double acting displacement, single atau double acting rotational, translational
dengan bi-linear stiffness, snubbers, guide dan limit stop, tie-rod assembly, gap dan
friksi, dan lain-lain.

b. Aplikasi pada Industri


 Di bidang Aerospace : memperkirakan aliran fluida pada pesawat dan juga
menentukan material yang akan dipakai oleh pesawat, simulasi bagian mana
dari pesawat yang akan menerima kalor dan tekanan paling tinggi akibat

19
gesekan dengan atmosfir saat meninggalkan atau menuju bumi, merancang
dan mendisain bentuk pesawat, drag force dan lift force, etc.
 Di bidang proses industry : design dan analisa pipa pada industry oil & gas,
analisa blade pompa, proses terjadinya kavitasi pada pompa maupun pipa,
Heat Exchanger., water mixer, milk heater, etc.

c. Aplikasi di bidang otomotif


 Penentuan sifat aerodinamik pada bagian kendaraan, pergerakan kendaraan
pada terowongan, system wiper, Fuel rail, Muffler, catalytic converter,
natural convection with radiation ( head lamp), alternator, etc.
 Powerplant : simulasi keadaan yang terjadi selama proses generasi. Di
bidang  listrik berlangsung, yang umumnya terjadi pada boiler(PLTU),
sehingga dapat mengetahui erosi partikel, korosi, perpindahan panas terutama
didalam tube (pipa), particle drying (pengeringan partikel), ignition
(pengapian), dan burnout dynamics (pergerakan api pembakaran). mengetahui
karakteristik api, karakteristik turbin, keadaan didalam boiler, pipa, efisiensi
optimal cooling tower, optimasi waste (PLTG)
 Di bidang Elektronika : analisa aliran thermal di dalam assembli computer,
pada tata letak server database.
 Di bidang HVAC (Heat Ventilating Air Conditioner) : perpindahan kalor dan
distribusi kontaminan dalam dimensi ruang (tiga dimensi), distribusi aliran
udara dan tempratur, parameter kenyaman tata letak ruangan, Air Cond. Duct
system pada Mass transport, building, etc.

d. Di bidang kesehatan : simulasi aliran darah dalam pembuluh darah arteri dan vena,
menjelaskan efek pernapasan dari partikael-partikel berukuran berbeda dalam tubuh
manusia, kontaminasi udara, air, atau fluida lainnya.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang mengalir dari suatu zat ke zat yang
lain akibat adanya perbedaan suhu, tentunya dari benda bbersuhu tinggi ke benda
bersuhu rendah. Satuan untuk menyatakan kalor adalah joule (J) atau kalori (kal).
Perpindahan kalor dapat dilakukan dengan 4 cara ; Konduksi, yaitu proses perpindahan
kalor yang terjadi tanpa disertai dengan perpindahan, partikel-partikel dalam zat itu.
Konveksi, yaitu dimana kalor berpindah bersama-sama dengan perpindahan partikel zat.
Radiasi, yaitu perpindahan kalor tanpa memerlukan medium (zat perantara) dalam
bentuk gelombang elektromagnetik. Tahanan Termal, yaitu ketahanan suatu benda dari
medium atau sistem tertentu terhadap aliran panas melalui batas-batasnya dan
bergantung pada geometri dan sifat termal dari medium.
Kalor jenis suatu zat didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan atau
dilepaskan (Q) untuk menaikkan atau menurunkan suhu satu satuan massa zat itu (m)
sebesar satu satuan suhu (∆T).
Zat dapat mempunyai beberapa tingkat wujud yaitu padat, cair, dan gas. Dalam
perubahan dari wujud satu ke wujud yang lain disertai penyerapan kalor atau pelepasan
kalor dan biasanya diikuti perubahan volume. Perubahan wujud (perubahan fase) dapat
dibagi atas:
a) Perubahan dari fase padat ke cair disebut melebur,
b) Perubahan dari fase cair ke padat disebut membeku,
c) Perubahan dari fase cair ke gas disebut menguap,
d) Perubahan dari fase gas ke cair disebut mengembun,
e) Perubahan dari fase gas ke padat disebut deposisi,
f) Perubahan dari fase padat ke gas disebut melenyap/menyublim.

B. Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca
demi perbaikan dalam penyusunan makalah kedepannya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membacanya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Agung Nugroho. 2011. Modul Perpindahan Panas Dasar. Yogyakarta: Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknologi Industri UII.
Haryanto, Bode dan Zuhrina Masyithah. 2006. Buku Ajar Perpindahan Panas. Medan:
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik USU.
Holman, J. P. 2009. Heat Transfer 10th Edition. New York: Me Ggraw-Hill.
Puwardi, PK. Metode Alternating Direction Implicit pada Penyelesaian Persoalan
Perpindahan Kalor Konduksi Dua Dimensi Keadaan Tak Tunak. SIGMA, Vol. 3,
No. 1, Januari 2000.

22
SOAL LATIHAN

1. Sebatang besi berbentuk silinder dengan luas penampang 10 cm2 dan panjang 50 cm.
Pada ujung-ujung besi tersebut mempunyai beda suhu 2°C. Jika koefisien konduksi besi
4,6 x 10-3 KJ/ms°C, berapakah besar rambatan kalor tiap detik pada besi tersebut?
2. Dua batang logam P dan Q disambungkan pada salah satu ujungnnya pada ujung-ujung
yang lain diberi panas dengan suhu yang berbeda seperti ditunjukkan gambar di bawah
ini:
P Q
60°C 30°C

Bila panjang dan luas kedua logam sama tetapi konduktivitas logam P dua kali
konduktivitas logam Q, suhu tepat T pada sambungan adalah?
3. Sebuah lampu pijar menggunakan kawat wolfram dengan luas 10 -6 m2 dan emisivitasnya
0,5. Bila bola lampu tersebut berpijar pada suhu 1000 K selama 5 sekon (σ = 5,67 x 10-8
W/m2 K4), hitunglah jumlah energi radiasi yang dipancarkan!
4. Botol termos berisi 230 gram kopi pada suhu 80°C. Kemudian ditambahkan susu
sebanyak 20 gram bersuhu 5°C. jika tidak ada kalor pencampuran maupun kalor yang
terserap botol termos dan kalor jenis kopi = susu = air = 1,00 kal/gr°C, maka berapakah
suhu keseimbangan campuran?
5. Tentukan banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 500 gram es yang
bersuhu -12°C menjadi -2°C. nyatakan dalam satuan joule jika diketahui kalor jenis es
0,5 kal/gr°C!
6. 500 gram es bersuhu -10°C hendak dicairkan hingga menjadi air yang bersuhu 5°C. jika
kalor jenis es adalah 0,5 kal/gr°C, kalor lebur es adalah 80 kal/gr°C, dan kalor jenis air 1
kal/gr°C. Tentukanlah banyak kalor yang dibutuhkan!

23

Anda mungkin juga menyukai