OLEH:
KELOMPOK 5
Dosen Tutor
i
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR BAGAN vi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Skenario 1
1.2 Tujuan Pembelajaran 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Definisi Syok 4
2.2 Etiologi Syok 4
2.3 Ketoasidosis Diabetik (KAD) 10
2.4 Patofisiologi KAD 11
2.5 Penegakan Diagnosis KAD 14
2.6 Diagnosis Banding 16
2.7 Riwayat Pengobatan Pasien 21
2.8 Tatalaksana KAD 25
2.9 Komplikasi 30
2.10 Prognosis 33
2.11 Etik Medikolegal 33
2.12 Kedokteran Islam 41
BAB III FINAL CONCEPT MAP 43
BAB IV PEMBAHASAN 45
BAB V KESIMPULAN 47
5.1 Kesimpulan 47
5.2 Saran 47
DAFTAR PUSTAKA 48
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR BAGAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario 1
Anamnesis:
Heteroanamnesa Saksi:
Pemeriksaan fisik :
Breathing: RR 36 X/m enit, Ves +/+, Ronchi -/- , Whizing -/-, Sonor/sonor,
ekskhoriasi thorax D et parasternal S1/3 bawah
1
Exposure : Ekskhoriasi Thorax D et Parasternal S1/3 bawah, Ekskhoriasi
abdomen D et
Pemeriksaan Penunjang :
Rontgen Thorax : Hematothorax (+) Dextra, Pneumotthorax (-), Fraktur Costae (-)
Lab: HB 8,3 ; Leukosit 5000; BUN 11; SK 0,8; SGOT 56; SGPT 24; Albuin 3,4
15 menit pertama
Tiga puluh menit pasca menerima, didapatkan hasil peniliain ulang sebagai
berikut:
15 menit kedua
Pasca menerima panggilan cold blue, spesialis anastesi melakukan intubasi di IGD
dan mempersiapkan pasien untuk CITO operasi. Setelah dikonsulkan ke dokter
bedah, didapatkan hasil peniliain ulang sebagai berikut:
2
C. Circulation : TD 87/40, Nadi 103 x/menit, akral dingin kering pucat. CRT
> 2 detik, Ekskhoriasi abdomen D et S1/3 atas, Kateter urin (+), produksi
urin (-), pelvis stabil
D. Disability : Unresponsive, GCS 1-x-1
E. Exposure : Ekskhoriasi Thorax D et Parasternal S1/3 bawah, Ekskhoriasi
abdomen D et S1/3 atas, pelvis stabil.
F. BGA : Ph 7,36; PCO2 29; PO2 437; HCO3 16,4; BE -10
6. Mahasiswa mampu mengetahui tata laksana syok pada pasien dalam skenario.
10. Mahasiswa mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien syok.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.3 Klasifikasi Syok
Tabel 2.1 Klasifikasi Syok (Nurhidayati et al., 2018)
5
KLASIFIKAS PENJELASAN ETIOLOGI
I SYOK KLASIFIKASI
Hypovolemik Syok hipovolemik ini Penyebab umum
sering timbul setelah disebabkan oleh
terjadi perdarahan perdarahan. Bisa
hebat (syok merupakan akibat dari
hemoragik), kehilangan cairan tubuh lain
perdarahan eksternal selain dari darah dalam
akut akibat trauma dan jumlah yang banyak.
perdarahan hebat
kelainan
gastrointestinal.
Kardiogenik Kegagalan fungsi a). Penyakit jantung iskemik
pompa jantung yang (IHD)
mengakibatkan curah b). Obat-obatan yang
jantung menjadi mendepresi jantung
berkurang atau c). Gangguan Irama Jantung.
berhenti sama sekali.
Distributif Volume darah secara Disebabkan baik oleh
abnormal berpindah kehilangan tonus simpatis
tempat dalam atau oleh pelepasan
vaskulatur seperti mediator kimia ke dari sel-
ketika darah sel.
berkumpul dalam
pembuluh darah
perifer.
Neurogenik Terjadi akibat Trauma medula spinalis,
kegagalan pusat Rangsangan hebat yang
vasomotor karena kurang menyenangkan
hilangnya tonus (rasa nyeri hebat pada fraktur
pembuluh darah tulang), Rangsangan pada
secara mendadak di medula spinalis (penggunaan
seluruh tubuh. obat anestesi spinal/lumbal),
sehingga terjadi Trauma kepala, Suhu
hipotensi dan lingkungan yang panas,
penimbunan darah terkejut, takut.
pada pembuluh
tampung (capacitance
vessels).
Anafilaktik Reaksi anafilaksis Disebabkan oleh reaksi
yang disertai hipotensi alergi ketika pasien yang
dengan atau tanpa sebelumnya sudah
penurunan kesadaran. membentuk anti bodi
Reaksi Anafilaktoid terhadap benda asing (anti
adalah suatu reaksi gen) mengalami reaksi anti
anafilaksis yang gen- anti bodi sistemik.
terjadi tanpa
melibatkan antigen-
antibodi kompleks.
Septik
6
Bentuk paling umum Mikroorganisme penyebab
syok distributuf dan syok septik adalah bakteri
disebabkan oleh gram negatif.
infeksi yang menyebar
luas.
2.4 Tanda dan Gejala Syok
Tabel 2.2 Tanda dan Gejala Syok (Cheever, 2010; Porth & Matfin, 2009)
Perubahan kesadaran
terjadi karena
penurunan curah
jantung dan penurunan
perfusi cerebral.
Hipovolemi Merasa haus, oliguria, preload Merasa haus,
k sistemik dan paru rendah, dan peningkatan denyut
takikardia. jantung, kulit terasa
dingin dan lembap,
penurunan tekana
darah arteri, penurunan
pengeluaran urin,
Anafilaktik Hipotensi, mengalami Keram pada bagian
gangguan pernapasan, merasa perut, merasa
cemas, dyspnea, dan edema. ketakutan atau cemas,
kulit terasa terbakar,
gatal, mengalami
batuk, sesak dada,
kesulitan bernapas
Septik Peningkatan suhu karena Demam, takikardia,
pirogenik, peningkatan takipnea, hiperglikemia
metabolisme, denyut jantung tanpa adanya penyakit
meningkat, edema paru, diabetes melitus,
oliguria, asidosis metabolik hipotensi, hipoksemia,
karena penumpukkan asam oliguria, serta asidosis
laktat. metabolik.
Neurogenik Kulit kering, bradikardia, Penurunan volume
kehilangan refleks, hipotensi, darah, gangguan fungsi
dan penurunan pengaturan jantung, denyut jantung
suhu. lambat, serta kulit
tampak kering dan
terasa hangat
7
Gambaran klinis syok hipovolemik dipengaruhi oleh besarnya kehilangan
cairan tubuh dan mekanisme kompensasi. Mekanisme kompensasi dapat dikenali
dengan dijumpainya produksi urine yang menurun, ujung ekstremitas dingin dan
capillary refill time yang dapat sedikit memanjang. Mekanisme kompensasi tidak
akan memadai pada kehilangan 15 persen atau lebih. Kesadaran akan menurun,
produksi urine minimal atau tidak ada, ujung ekstremitas dingin dan mottled, nadi
perifer sangat lemah atau tidak teraba, takikardi, tekanan darah menurun atau
tidak terukur. Hipoksia jaringan akan mengakibatkan asidosis dan takipnea.
Dalam keadaan lanjut akan terjadi pernapasan periodic atau apnea yang
selanjutnya disusul dengan henti jantung (Zingarell, 2008).
8
Gambar 2.1 Mekanisme Kompensasi Organ Pada Syok (Worthley, 2000)
Kardiovaskular
Tiga variabel seperti; pengisian atrium, tahanan terhadap tekanan (ejeksi)
ventrikel dan kontraktilitas miokard, bekerja keras dalam mengontrol volume
sekuncup. Curah jantung, penentu utama dalam perfusi jaringan, adalah hasil kali
volume sekuncup dan frekuensi jantung. Hipovolemia menyebabkan penurunan
pengisian ventrikel, yang pada akhirnya menurunkan volume sekuncup. Suatu
peningkatan frekuensi jantung sangat bermanfaat namun memiliki keterbatasan
mekanisme kompensasi untuk mempertahankan curah jantung (Wijaya, 2014).
Ginjal
Gagal ginjal akut adalah satu komplikasi dari syok dan hipoperfusi, frekuensi
terjadinya sangat jarang karena cepatnya pemberian cairan pengganti. Yang
banyak terjadi kini adalah nekrosis tubular akut akibat interaksi antara syok,
sepsis dan pemberian obat yang nefrotoksik seperti aminoglikosida dan media
kontras angiografi. Secara fisiologi, ginjal mengatasi hipoperfusi dengan
mempertahankan garam dan air. Pada saat aliran darah di ginjal berkurang,
tahanan arteriol aferen meningkat untuk mengurangi laju filtrasi glomerulus, yang
bersama-sama dengan aldosteron dan vasopresin bertanggung jawab terhadap
menurunnya produksi urin (Wijaya, 2014).
9
Neuroendokrin
Hipovolemia, hipotensi dan hipoksia dapat dideteksi oleh baroreseptor dan
kemoreseptor tubuh. Kedua reseptor tadi berperan dalam respons autonom tubuh
yang mengatur perfusi serta substrak lain (Worthley, 2000).
Mikrosirkulasi
Ketika curah jantung turun, tahanan vaskular sistemik akan berusaha untuk
meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang cukup bagi
jantung dan otak melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan khususnya traktus
gastrointestinal. Kebutuhan energi untuk pelaksanaan metabolisme di jantung dan
otak sangat tinggi tetapi kedua sel organ itu tidak mampu menyimpan cadangan
energi. Sehingga keduanya sangat bergantung akan ketersediaan oksigen dan
nutrisi tetapi sangat rentan bila terjadi iskemia yang berat untuk waktu yang
melebihi kemampuan toleransi jantung dan otak. Ketika tekanan arterial rata-rata
(mean arterial pressure/MAP) jatuh hingga 60 mmHg, maka aliran ke organ akan
turun drastis dan fungsi sel di semua organ akan terganggu (Wijaya, 2014).
10
C. Patofisiologi
Menurunnya Keluarnya
Syok Hipovolemik/Hemoragik volume cairan dari
intravaskule intravaskuler
r ke jaringan
11
Gambar 2.2 Patofisiologi Syok Hemoragik (Sudoyo et al., 2007)
12
Trauma Blood lost
Cardiac output
menurun
Kebutuhan
oksigen otak ↑
Kompensasi
tubuh
Pengeluaran ↑ aktivitas
hormone katekolamin saraf simpatis
Frekuensi
Menjaga ketahanan
denyut jantung
pembuluh darah
↑
perifer
Gambar 2.3 Kompensasi Tubuh Saat Kehilangan Darah (Setyo et al., 2019)
13
e. Turgor
Pemeriksaan penunjang :
a. Urin analisis
b. Analisis gas darah
c. DL
d. Elektrolit serum
e. BUN dan Serum Kreatinin
f. X-ray, USG, CT Scan
2. Syok Kardiogenik
a. ECG
b. Analisa gas darah
c. Serum elektrolit
d. Darah lengkap
3. Syok Neurogenik
a. Darah lengkap
b. Analisa gas darah
c. EKG
4. Syok Anafilaktik
A. Darah lengkap
B. ECG
C. Analisa Gas Darah
D. X-ray
5. Syok Septik
A. Darah lengkap
B. GCS
C. BGA
1. Posisi Tubuh
a. Posisi tubuh penderita diletakkan berdasarkan letak luka. Secara umum
posisi penderita dibaringkan telentang dengan tujuan meningkatkan aliran
darah ke organ-organ vital.
b. Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang, penderita
jangan digerakkan sampai persiapan transportasi selesai, kecuali untuk
menghindari terjadinya luka yang lebih parah atau untuk memberikan
pertolongan pertama seperti pertolongan untuk membebaskan jalan napas.
14
c. Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah muka, atau
penderita tidak sadar, harus dibaringkan pada salah satu sisi tubuh
(berbaring miring) untuk memudahkan cairan keluar dari rongga mulut
dan untuk menghindari sumbatan jalan nafas oleh muntah atau darah.
Penanganan yang sangat penting adalah meyakinkan bahwa saluran nafas
tetap terbuka untuk menghindari terjadinya asfiksia.
d. Penderita dengan luka pada kepala dapat dibaringkan telentang datar
atau kepala agak ditinggikan. Tidak dibenarkan posisi kepala lebih rendah
dari bagian tubuh lainnya.
e. Kalau masih ragu tentang posisi luka penderita, sebaiknya penderita
dibaringkan dengan posisi telentang datar.
f. Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan penderita
telentang dengan kaki ditinggikan 30 cm sehingga aliran darah balik ke
jantung lebih besar dan tekanan darah menjadi meningkat. Tetapi bila
penderita menjadi lebih sukar bernafas atau penderita menjadi kesakitan
segera turunkan kakinya kembali (Fitria, 2010).
2. Pertahankan Respirasi
a. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila ada sekresi atau
muntah.
b. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas
(Gudel/oropharingeal airway).
c. Berikan oksigen 6 liter/menit d. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat,
berikan oksigen dengan pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT (Fitria,
2010).
3. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi,
tekanan darah, warna kulit, isi vena, produksi urin, dan (CVP) (Fitria, 2010).
15
C. Evaluasi respon terapi pasien terhadap syok
Syok hipovolemik
1. Mempertahankan Suhu Tubuh (Fitria, 2010).
2. Pemberian Cairan Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid
merupakan pilihan pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk
mengembalikan volume intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel.
Cairan plasma atau pengganti plasma berguna untuk meningkatkan
tekanan onkotik intravaskule (Fitria, 2010).
3. jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan jumlah cairan yang
hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan
yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar. Kehilangan
air harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan berupa air
dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian volume
intra vaskuler dengan cairan kristaloid memerlukan volume 3–4 kali
volume perdarahan yang hilang, sedang bila menggunakan larutan koloid
memerlukan jumlah yang sama dengan jumlah perdarahan yang hilang.
Telah diketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat yang dikombinasi
dengan larutan ringer laktat sama efektifnya dengan darah lengkap
(Fitria, 2010).
4. Pada saat awal, cairan hangat diberikan dengan tetesan cepat sebagai
bolus. Dosis awal adalah 1-2 liter pada dewasa dan 11 ml/kg pada anak,
diberikan dalam 30-60 menit pertama. Jumlah cairan yang diperlukan
untuk resusitasi sukar diramalkan pada awal evaluasi penderita.
Perhitungan kasar untuk jumlah total volulme kristaloid yang secara akut
diperlukan adalah mengganti setiap millimeter darah yang hilang dengan
3 ml cairan kristaloid, sehingga memungkinkan restitusi volume plasma
yang hilang ke dalam ruang interstitial dan intraseluler. Ini dikenal
sebagai “hukum 3 untuk 1” (“3 for 1 rule”). Namun lebih penting untuk
menilai respon penderita kepada resusitasi cairan dan bukti perfusi dan
oksigenasi organ yang memadai, misalnya keluar urin, tingkat kesadaran
dan perfusi perifer (Bastian, 2019).
5. Evaluasi respon pemberian cairan awal
16
Tabel 2.4 Respon pemberian cairan awal
17
- Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr/dL, Ht<25% pada orang tua,
kelainan paru, kelainan jantung, Hb <10 gr/dL.
- Bedah mayor kehilangan darah > 11% volume darah (Bastian, 2019).
18
Disebabkan trauma tumpul pada dinding dada secara langsung yang
dapat menyebabkan kerusakan parenkim, edema interstitial dan
perdarahan yang mengarah ke hipoventilasi pada sebagian paru. Sehingga
menyebabkan hematoma intrapulmoner apabila pembuluh darah besar
didalam paru terluka (Lugo et al., 2015).
G. Pneumothorax
Dapat disebabkan trauma tumpul thorax karena pada saat terjadinya
kompresi dada tiba - tiba menyebabkan peningkatan tekanan intraalveolar
sehingga menyebabkan ruptur alveolar (Lugo et al., 2015).
H. Hematothorax
Adanya darah pada rongga pleura setelah trauma dari dinding dada,
diafragma dan paru-paru (Lugo et al., 2015).
I. Kematian
Apabila terlambatnya dalam mengatasi perdarahan dan penanganan
yang terlambat (Lugo et al., 2015)
19
kebencanaan sangat penting untuk membangun kesadaran masyarakat terhadap
bencana. Kesadaran itu akan terwujud dalam upaya untuk memahami bencana
sebagai fenomena alam maupun sosial sehingga bisa mengurangi tingkat
bencana itu sendiri, mengantisipasinya dan melakukan apa yang terbaik ketika
bencana itu terjadi. Dalam hal-hal seperti itulah, agama memainkan peran yang
penting karena sifat ajaran Islam yang menyentuh seluruh aspek kehidupan
manusia. Menurut pendapat para pemikir hukum Islam, prinsip-prinsip dasar
atau maksud dari setiap ketetapan hukum Islam adalah, di antaranya, menjaga
keselamatan jiwa dan harta manusia. Karena itu, bisa dikatakan bahwa mencegah
timbulnya bencana (syadzdz al-dzari’ah) dan mengurangi akibat bencana, serta
menjaga keselamat jiwa dan harta adalah wajib menurut syariat Islam.
21
prinsip- prinsip yang mendorong manusia untuk merespons bencana dengan
baik. Dalam area itu, Islam mengharuskan manusia untuk menjaga keselamatan
baik diri sendiri maupun orang lain (ifsya’ al-salam). Lebih dari itu,
menyelamatkan diri sendiri dari bahaya adalah sebuah kewajiban (wa la tulqu
bi aydikum ila al-tahlukah); dan demikian juga menyelamatkan jiwa orang lain.
Jika tidak melakukan itu, maka seseorang yang sesungguhnya mampu
melakukannya berati termasuk orang yang melakukan pembunuhan secara tidak
langsung (Mughni, 2020).
22
BAB III
FINAL CONCEPT MAP
23
Terapi awal syok dan syok hipovolemik Komplikasi:
Pemeriksa
Penunjang
Darah Lengkap Diagnosis Banding Komplikasi
Urine Lengkap KHONK Hipoglikmia
Fungsi Ginjal Hipoglikemi Edema Paru
Serum Elektrolit Laktat Asidosis Edema Serebri
Analisis Gas Darah SIRS Koma
EKG Hipokalemia
FOto Thorax
Kultur Darah
Prognosis
Dubia ad
Terapi malam
ABC – BLS
Cairan: NaCl teragantung status
dehidrasi
Insulin RCI: (n-1) x 4 unit/jam sampai
GDA pasien <250mg/dl. Jika tetap tinggi
peningkatan dosis dan kombinasi dengan
subcutan.
Antibiotik: Spektrum Luas secara IV
Kalsium: jika terjadi penurunan
Bikarbonat: jika pH < 7,0
24
BAB IV
PEMBAHASAN
25
GCS 1-x-1. Hasil lab didapatkan BGA : Ph 7,36; PCO2 29; PO2 437; HCO3
16,4; BE -10.
26
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pada kasus ini, berdasarkan kondisi pasien, kelompok kami sepakat
mendiagnosis pasien dengan Syok Hypovolemik et causa hematothorax et
internal bleeding. Pasien diketahui merupakan korban Kecelakaan Lalu Lintas
(KLL) yang menderita luka dalam atau tertutup tanpa terlihat oleh mata
telanjang (internal bleeding). Untuk mengeahui seluruh faktor yang
berhubungan dengan Syok hypovolemik, perlunya pemeriksaan penunjang
merupakan kunci dari diagnosis ini. Mulai dari pemeriksaan lab hingga
pemeriksaan radiologi. Prognosis pada pasien ini terantung pada terapi yang
cepat dan tepat sehingga cairan yang hilang dan yang terbendung dapat segera
diatasi tanpa adanya gejalan sekunder yang dialami.
5.2 Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, C.N, 2010. ‘ Syok dan Penanganannya’, Gaster, 7(2), pp. 593-604
Jon, G.H et al., 2019. ‘Etiology of Shock in the Emergency Department A 12-
Year Population-Based Cohort Study’, Shock journal, 51[1], pp. 60-67
Lugo, V.W., Gastelum, A.S., Armas, A.H., Garnica, F.G, Gomez, M.G., 2015.
‘Chest Trauma: An Overview’, Journal of Anesthesia & Critical Care:
Open Accerss, 3[1] Issue 1
Mughni, S.A., 2020. Islam Tentang Bencana, Mengurangi Resiko Bencana dan
Mempertahankan Hidup
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., Cheever, K. H. (2010). Brunner &
suddarth’s: Textbook of medical-surgical nursing, 12th edition. China:
Wolters Kluwer Health,Lippincott Williams & Wilkins
Steven, P.N., 2008. Advanced Trauma Life Support (ATLS) for Doctors. Jakarta:
Ikatan Ahli Bedah Indonesia (IKABI)
28
Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi, I., Setiati, S., Simadibrata, M., 2007. Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Edisi 4. Jakarta: Interna Publishing
Wijaya, I.P., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing
Zingarelli B., 2008. Shock and reperfusion. Dalam: Nichols DG, penyunting.
Roger’s textbook of Pediatric Intensive Care, edisi ke-4. Philadelphia:
Lippincott Williams &Wilkins, 252- 65
29