Anda di halaman 1dari 14

Lembar Kerja Mahasiswa Praktikum Budidaya Pakan Alami 2019

SUB LABORATOIRUM ILMU Nama : Fransisco Laudate D


MAKANAN IKAN NIM : 17/409561/PN/14949
DEPARTEMEN PERIKANAN Asisten : Nandha Putri F
FAKULTAS PERTANIAN Yogi Jeriansyah
UNIVERSITAS GADJAH MADA Tanggal : 23 November 2019

LEMBAR KERJA MAHASISWA


A. ACARA
Budidaya Mikroalga

B. TUJUAN
1. Mengetahui teknik budidaya mikroalga spesies Spirulina platensis dan Chlorella
vulgaris serta manfaatnya dalam bidang akuakultur.
2. Mengertahui pengaruh perbedaan salinitas air terhadap pertumbuhan mikroalga.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat: Bahan:
1. Rak kultur 1. Inokulan Spirulina platensis
2. Erlenmeyer 500 ml 2. Inokulan Chlorella vulgaris
3. Selang Aerator 3. Pupuk Walne
4. Aerator/Huston 4. Vitamin B12
5. Mikroskop 5. Air laut
6. Tabung reaksi
7. Pipet
8. Gelas Ukur
9. Sedwick rafter
10. Hand counter

1
D. CARA KERJA

1. Sterilisasi Wadah

Dicuci bersih erlenmeyer bervolume 500 ml dan perlengkapan aerasi


(selang dan batu aerasi) dengan sabun hingga bersih

Erlenmeyer dan perlengkapan aerasi dikering anginkan

Eerlenmeyer diisi dengan air panas hingga penuh

Diamkan selama 5 menit

Air dibuang

Selang dan batu aerasi dibilas dengan air hangat

Setelah kering, disterilkan erlenmeyer dan perlengkapan aerasi dengan mengelap
seluruh bagianya menggunakan tisu dan alkohol

Dipastikan erlenmeyer dan peralatan aerasi tidak terdapat tisu yang menempel

2. Sterilisasi Air Laut

Dicari salinitas air laut dengan menggunakan rumus:


V1 x N1 = V2 x N2
V1 = Volume air laut
N1 = Salinitas air laut awal
V2 = Volume setelah pengenceran
N2 = Salinitas setelah
pengenceran Misal V1 x N1 = V2
x N2
V1 x 34 ppt = 500 ml x 15 ppt
V1 x 34 = 7.500
V1 = 7.500 : 34
V1 = 220 ml
Air laut yang akan digunakan untuk mencari salititas 15 ppt adalah 220 ml sedangkan air
tawar yang digunakan untuk pengenceran adalah 500 ml – 220 ml = 280 ml

Dilakukan perhitungan kebutuhan air laut dan air tawar pada untuk salinitas 10 dan 20 ppt
dengan rumus yang sama. Diperoleh kebutuhan air laut sebanyak 147 ml dan air tawar 353
ml untuk media bersalinitas 10 ppt. Air laut sebanyak 294 ml, air tawar 206 ml untuk
media bersalinitas 20 ppt


Didapatkan air sebanyak 500 ml dengan salinitas yang dibutuhkan

Air laut dipanaskan hingga mendidih

3. Persiapan Media
Dimasukkan air laut (yang sudah disaring) kedalam Erlenmeyer hingga batas 500 ml

Dipasang peralatan aerasi terlebih dahulu untuk mengeluarkan sisa sisa air yang ada di batu
aerasi maupun selang

Erlenmeyer siap diletakkan di rak kultur fitoplankton yang sudah disediakan pencahayaan
buatan dari lampu dan inkubasi dengan suhu 20°C

Media siap ditambahkan dengan pupuk walne dan vitamin B12 sebanyak masing-masing
dengan dosis 1 ml/L ke dalam media

Media kultur siap digunakan


4. Penebaran Bibit

Sebelum kultur murni dimasukkan dalam media, dipastikan bahwa tangan serta peralatan
yang ada dalam kondisi sudah tercuci dengan bersih

Diambil kultur murni dengan menggunakan pipet tetes dan gelas ukur dengan jumlah 50 ml

Dimasukkan kedalam media kultur

5. Pengamatan Pertumbuhan Mikroalga


a. Mengitung kepadatan Spirulina
Diambil sample menggunakan pipet tetes sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam gelas ukur

Diambil sample dari gelas ukur kemudian dimasukkan kedalam Sedgwick rafter

Diamati dengan mikroskop perbesaran 40 x

Dihitung kepadatan Spirulina menggunakan rumus:

N = (Oi x Vr x n)/(Op x Vo x P)
N = jumlah individu/ml
Oi = Luas bidang pandang = 2 x 10-2 mm2
Op = Luas Sedwick Rafter = 2,49 x 10-4 mm2
Vr = Volume yang diambil = 10 ml
n = Jumlah Spirulina teramati
Vo = Volume yang diamati
P = Jumlah bidang pandang yang diamati (4)

b. Mengitung kepadatan Chlorella


Siapkan Haemocytometer yang akan digunakan

Bersihkan permukaan Haemocytometer dan cover glass dengan menggunakan tisu kering

Tutup Haemocytometer pada bagian tengah dengan menggunakan cover glass

Ambil chlorella yang akan dihitung kepadatannya dengan menggunakan pipet tetes

Tuangkan ke dalam Haemocytometer secara hati-hati (jangan sampai berlebihan) dan
jangan sampai ada gelembung udara

Letakkkan dan amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 x

Dicari bidang pandang berupa kotak persegi 4 x 4 kotak kecil tepat ditengah
haemocytometer

Hitung jumlah mikroalga dilakukan hanya pada mikroalga yang berada pada bidang
pandang

Hitung jumlah total sel mikroalga pada bidang pandang (n)

Total kepadatan mikroalga adalah : n x 104 sel/ml
E. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Biomassa Spirulina platensis. selama pemeliharaan

Biomassa Spirulina platensis


Wakt
u Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
51405,6224
Tebar 51405,62249 51405,62249 9
69879,5180
I 89959,83936 99598,39357 7
36144,5783
II 16064,25703 20883,53414 1
82730,9236
III 0 0 9
128514,056
IV 97991,96787 92369,47791 2
151004,016
V 126104,4177 128514,0562 1
202409,638
VI 141365,4618 187148,5944 6
Panen 212048,1928 188755,0201 346184,739

F. PEMBAHASAN
Klasifikasi Spirulina platensis adalah sebagai
berikut : Kingdom : Protista
Divisi : Cyanophyta
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Nostocales
Famili : Oscilatoriaceae
Genus : Spirulina
Spesies : Spirulina platensis

Spirulina platensis merupakan mikroalga biru-hijau (Cyanobacteria) multiseluler yang


terdiri dari filamen-filamen berwarna hijau-biru dengan sel-sel silinder berdiameter antara 1 –
12 µm. Filamen-filamen tersebut motil atau bergerak, meluncur sepanjang aksisnya, dan tidak
memiliki heterokis atau percabangan. Filamennya berbentuk silinder dengan panjang tak
terbatas, warna trikoma dan karakteristik selubungnya bervariasi tergantung dari lingkungan.
Pembagian dalam taksonomi klasik lebih didasarkan atas ukuran dan bentuk sel (Borowizka
& Borowizka, 1988). Bentuk heliks (berpilin) trikoma merupakan karakteristik dari anggota
genus Spirulina. Bentuk heliks hanya bertahan dalam media cair karena filamen Spirulina sp
akan menjadi spiral dalam media padat (Cifferi,1983). Habitat Spirulina platensis secara
alami di perairan danau yang ber-pH tinggi, namun mikroalga ini juga dapat dijumpai
diperairan
payau dan laut. Daerah yang cocok sebagai tempat tumbuh dan berkembang biaknya adalah
daerah yang yang banyak terkena sinar matahari, yang fluktuasi suhunya tidak terlalu tinggi,
dan yang curah hujannya sedang. Spirulina platensis umumnya tumbuh subur secara alami di
danau yang ber-pH 7-13. Namun pH optimum untuk pertumbuhannya adalah 8-11. Suhu
optimum Spirulina platensis adalah sebesar 32-35°C dan jika suhu di atas 40°C Spirulina
platensis tidak akan tumbuh dengan optimal (Richmond, 1986).

Biomassa Spirulina sp.


400000
Biomassa Spirulina sp.

350000
300000
250000 Kelompok 4
200000 Kelompok 5
150000 Kelompok 6
100000
50000
0
Tebar I II III IV V VI Panen
Waktu Pengamatan

Grafik 1. Biomassa Spirulina sp.vs waktu

Prayitno (2016) menyatakan, pola pertumbuhan mikroalga terdiri dari empat fase
yaitu fase lag, fase eksponensial, fase stasioner, dan fase kematian. Fase lag terjadi pada awal
pemeliharaan. Pada fase ini, sel-sel mempersiapkan diri untuk melakukan pembelahan sel
dengan cara memproduksi enzim-enzim dan senyawa metabolisme lainnya yang diperlukan
untuk pembelahan sel. Dalam fase ini, sel-sel yang membelah masih sedikit sehingga pada
awal pemeliharaan biomassa tidak tinggi. Fase eksponensial merupakan fase pertumbuhan
dimana sel-sel membelah diri dengan cepat dan enzim-enzim serta senyawa-senyawa
metabolit yang dibutuhkan untuk pembelahan sel sudah tersedia. Fase ini memiliki
pertumbuhan dengan tingkat serapan CO2 dan laju pembentukan biomassa yang tinggi. Fase
kematian merupakan kondisi saat terjadi penurunan jumlah sel mikroalga yang berbanding
lurus dengan lamanya waktu pemeliharaan.
Pengamatan yang dilakukan pada mikroalga Spirulina platensis menunjukkan pada
hari ke-1 terjadi penurunan biomassa mikroalga pada kedua spesies. Hari ke-2 dan ke-3
sebagian besar kelompok mengalami peningkatan biomassa namun tidak signifikan, hal ini
menunjukkan fase linier dari siklus hidup mikroalga. Hari ke-4 dan ke-5 menunjukkan
kenaikan pertumbuhan biomassa yang signifikan, hal ini menandakan bahwa mikroalga
sedang memasuki fase eksponensial, fase dimana sel-sel mikroalga membelah diri dengan
cepat karena enzim-enzim dan senyawa-senyawa metabolit yang dibutuhkan untuk
pembelahan sel telah tersedia. Hari ke-5 hingga ke-6, pertumbuhan meningkat, misalnya pada
kelompok 4, 5 dan kelompok 6. Hal ini tidak sesuai dengan literatur Prayitno (2016),
bahwa pertumbuhan mikroalga di tahap ini seharusnya berada pada fase stasioner, fase saat
jumlah pertumbuhan dan kematian mikroalga berada pada tingkat yang sama, sehingga grafik
seharusnya datar. Hari ke-7 terjadi penurunan biomassa pada seluruh kelompok, yang
disebabkan karena mikroalga telah memasuki fase kematian. Fase ini nutrisi yang dibutuhkan
untuk menyuplai nutrisi mikroalga telah habis, dan tidak ada lagi yang dapat digunakan. Fase
kematian ditunjukkan dengan kematian sel dalam jumlah besar.
Mikroalga saat ini mulai ditujukan untuk penghasilan produk bermanfaat yang
bernilai ekonomi tinggi. Fungsi mikroalga dalam bidang akuakultur antara lain sebagai
makanan larva ikan. Chlorella sp. dapat dimanfaatkan sebagai pakan bagi Rotifera sp. dan
Daphnia sp. Mikroalga dari genus Chlorella, khususnya Chlorella vulgaris banyak
mengandung vitamin, karbohidrat, dan terutama protein sehingga mempunyai potensi secara
komersial untuk dimanfaatkan sebagai pakan yang baik (Becker, 2004). Mikroalga ini sangat
cocok untuk dijadikan pakan larva karena ukurannya pas dengan bukaan mulut larva dan
mengandung nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan larva. Industri hatchery udang di
Indonesia sudah banyak yang menggunakannya sebagai pakan alami. Spirulina sp. dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pelet ikan, maupun pakan invertebrata. Spirulina sp. juga dapat
dimanfaatkan sebagai obat bagi ikan karena mampu meningkatkan imunitas dan mengandung
antioksidan alami (carotenoid, astaxhantin) sebagai pengganti antibiotik (Wirosaputro,
2002). Spirulina sp. sebagai pakan ikan banyak dimanfaatkan dalam bentuk tepung.
Penggunaan tepung ikan pada pakan diminati karena kadar proteinnya yang tinggi dan kaya
akan asam amino. Selain itu, pengolahan dan penggunaannya juga lebih ramah lingkungan.
Hal ini membuat Spirulina dapat menjadi pilihan sebagai bahan baku dalam pembuatan pakan
(Henry, 2012).
G. KESIMPULAN
1. Teknik budidaya mikroalga dilakukan melalui sterilisasi wadah, sterilisasi air laut,
persiapan media yang telah diberi pupuk walne dan vitamin B12, dan penebaran bibit di
wadah kultur dalam skala laboratorium. Manfaatnya adalah sebagai makanan larva ikan,
serta sebagai pakan alami bagi Rotifera sp. dan Daphnia sp.
2. Perkembangbiakan mikroalga dipengaruhi oleh faktor salinitas. Semakin rendah salinitas,
biomassa yang dihasilkan semakin tinggi. Semakin tinggi salinitas, biomassa yang
dihasilkan semakin rendah.

H. SARAN
Terdapat gumpalan di Spirulina saat pengamatan sel, hal ini kurang baik karena
berarti aerasi yang diberikan kurang merata, sehingga aerasi perlu mendapat perhatian lebih
agar biomassa yang didapat bisa lebih optimal.
I. DAFTAR PUSTAKA

Becker, W.2004.Microalgae in human and animal nutrition, Handbook of Microalgae


Culture: Biotechnology and Applied Phycology, Blackwell Publishing, Oxford: 312
351.
Prayitno, Joko. 2016. Pola Pertumbuhan dan Pemanenan Biomassa dalam Fotobioreaktor
Mikroalga untuk Penangkapan Karbon. Jurnal Teknologi Lingkungan.17 (1) : 45-52
Bold,H.C dan M.J. Wynne.1985. Introduction To The Alga Structure and Reproduction.
Prentice Hall Inc. Englewood. New Jersey
Guiry, M. D. 2012. Chlorella M.Beijerinck, 1890. In: Guiry, M.D. & Guiry, G.M.
(2016). Algae Base. World-wide electronic publication, National University of
Ireland, Galway (taxonomic information republished from AlgaeBase with permission
of M.D. Guiry).
Henry, E.C. 2012. The Use of Algae in Fish Feeds as Alternatives to Fishmeal. Aquafeed
International Magazine.15(5).
Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton.
Kanisius. Yogyakarta
Borowitzka, M.A. and Borowitzka, L.J. 1992. Mikroalga Biotechnology, New
York, Cambridge, University Press.
Cifferi, O. 1983. Spirulina, the Edible Microorganism. Microbiol. Rev. 47(4):551-578
Richmond, A. 1986. CRC Handbook Microalgae Mass Culture. CRC Press, Inc. Florida:
199-244
Wirosaputro, S.2002. Chlorella untuk Kesehatan Global, Teknik Budidaya dan Pengolahan.
Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
NILAI

Anda mungkin juga menyukai