Oleh:
L1A018086
UNIVERSITAS MATARAM
JUNI 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan
mini riset skripsi tentang Analisis Penyebaran Pop Culture Jepang Melalui
Strategi ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
saya berterima kasih pada Bapak Sirwan Yazid Bustami, S.IP., M.A. selaku
Dosen mata kuliah Ilmu Hubungan Internasional yang telah memberikan tugas
ini kepada saya.
Saya sangat berharap mini riset skripsi ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai diplomasi dalam hubungan
internasional. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam mini riset skripsi
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan riset skripsi yang telah
saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga mini riset skripsi ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan mini riset skripsi ini di waktu
yang akan datang
Penulis
i
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
ii
BAB IV PEMBAHASAN 20
BAB V PENUTUP 40
5.1 Kesimpulan 40
DAFTAR PUSTAKA 41
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Xu Xintian, Cultural Factors in International Relations, (Shanghai: Shanghai Institute of
International Studies, 2004), p. 18 – 19.
2
Samuel P. Huntington, The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order, (New Delhi:
Penguin Books, 1997), p. 21.
3
John Storey, Teori Budaya dan Budaya Pop, (Yogyakarta: Penerbit Qalam, 1993), p. 15.
1
tahun 1950-an hingga awal 1960-an, Jepang fokus untuk mengubah citra Jepang
dari negara yang memiliki militer yang kuat pasca perang menjadi negara yang
cinta damai. Bukti nyata yang dilakukan oleh Pemerintah Jepang adalah mereka
bergabung dengan The United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) pada tahun 1951. Pemerintah Jepang juga mendukung
promosi aktivitas budaya Jepang di luar negeri. Pemerintah Jepang menekankan
tradisi-tradisi budaya seperti upacara minum teh dan ikebana, dengan tujuan
untuk menyampaikan bahwa Jepang memiliki sifat yang tenang dan cinta damai
kepada masyarakat seluruh dunia4.
4
Kazuo Ogura, Japan's Cultural Diplomacy, Past and Present, (Tokyo: Japan Foundation, 2009), p.
46.
5
Watanabe Hirotaka,"Shouldn’t Cool Japan Be Changed?," Japan Foreign Policy Forum, 14
November 2016, https://www.japanpolicyforum.jp/diplomacy/pt20161114034339.html
6
Roland Kelts,"Cool Japan-Beginnings," The Accj Journal, diakses pada 16 Juni 2020,
https://journal.accj.or.jp/cool-japan-beginnings/
2
berfokus pada pemanfaatan pop culture Jepang. Strategi Cool Japan sejatinya
merupakan upaya yang bertujuan untuk membuat masyarakat dunia lebih
tertarik akan kebudayaan Jepang, terutama pop culture, sekaligus untuk
menunjang pertumbuhan ekonomi domestik melalui program-program yang
telah dilaksanakan maupun yang masih menjadi rencana dari pemerintah
Jepang7.
Pada tahun 2011, Cool Japan mulai gencar dipromosikan oleh Divisi
Industri Kreatif dari Ministry of Economy, Trade and Industry (METI), sehingga
diharapkan dengan adanya strategi ini, angka wisatawan asing yang berkunjung
ke Jepang dapat mengalami peningkatan sehingga berpengaruh pada pariwisata
domestik8. Untuk meningkatkan efektivitas serta efisiensi penggunaan pop
culture itu sendiri, Kementerian Luar Negeri Jepang mengadakan kerjasama
dengan Japan Foundation yang merupakan lembaga dibawah pemerintahan
Jepang yang terdapat di berbagai negara dimana salah satu tugasnya adalah
menjembatani publikasi kebudayaan Jepang di berbagai belahan dunia.
7
Cool Japan Strategy Promotion Council, Cool Japan Strategy Public-Private Collaboration
Initiatve, (Tokyo: Cabinet Office, 17 Juni 2015),
https://www.cao.go.jp/cool_japan/english/pdf/published_document2.pdf
8
Kazuaki Nagata,"Exporting culture via 'Cool Japan' METI promoting art, food, fashion abroad to
cash in on 'soft power'," The Japan Times, 15 Mei 2012,
https://www.japantimes.co.jp/news/2012/05/15/reference/exporting-culture-via-cool-
japan/#.XurSHUUzbMV
3
daya tarik bagi masyarakat di seluruh dunia, salah satunya Indonesia, dimana
Pada tahun 2011, Cool Japan mulai gencar dipromosikan oleh Divisi Industri
Kreatif dari Ministry of Economy, Trade and Industry (METI), sehingga
diharapkan dengan adanya strategi ini, angka wisatawan asing yang berkunjung
ke Jepang dapat mengalami peningkatan sehingga berpengaruh pada pariwisata
domestik9. Untuk meningkatkan efektivitas serta efisiensi penggunaan pop
culture itu sendiri, Kementerian Luar Negeri Jepang mengadakan kerjasama
dengan Japan Foundation yang merupakan lembaga dibawah pemerintahan
Jepang yang terdapat di berbagai negara dimana salah satu tugasnya adalah
menjembatani publikasi kebudayaan Jepang di berbagai belahan dunia.
Pengaruh pop culture Jepang di berbagai belahan dunia sudah tidak dapat
diragukan lagi. Anime atau animasi Jepang menjadi semakin mendunia dan
sangat mudah diakses dalam berbagai bahasa, gaya berbusana anak muda pun
mulai mengikuti gaya tokoh anime Jepang atau cosplay, selain itu musik-musik
Jepang pun menjadi semakin sering diperdengarkan dimanapun. Penjualan-
penjualan produk pop culture Jepang melesat dalam angka yang cukup
signifikan, seperti penjualan CD yang bahkan angka preorder Internasionalnya
pun dapat menembus angka satu juta kopi. Klub-klub pengkaji kebudayaan
Jepang pun semakin banyak dan tidak hanya itu, bahkan banyak klub yang
mengkajinya secara spesifik. Festival kebudayaan Jepang menjadi daya tarik
bagi masyarakat di seluruh dunia, salah satunya Indonesia, dimana Japan
Foundation mengadakan acara tahunan yang dinamakan Jak-Japan Matsuri.
Acara tersebut merupakan acara dalam skala besar dan berhasil menarik ratusan
ribu pengunjung dalam satu hari. Oleh karena itu, menjadi sangat penting untuk
melihat bagaimana pemerintahan Jepang memanfaatkan pop culture sebagai
sarana diplomasi efektif untuk menyebarkan pengaruhnya.
9
Kazuaki Nagata,"Exporting culture via 'Cool Japan' METI promoting art, food, fashion abroad to
cash in on 'soft power'," The Japan Times, 15 Mei 2012,
https://www.japantimes.co.jp/news/2012/05/15/reference/exporting-culture-via-cool-
japan/#.XurSHUUzbMV
4
1.2 Petanyaan Penelitian
Bagaimana Jepang menggunakan strategi Cool Japan sebagai alat
diplomasi dalam menyebarkan pop culture dan mempengaruhi negara-negara
lain?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
Jusuf Badri, Kiat Diplomasi: Mekanisme dan Pelaksanaannya, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1993), p. 15.
11
Badri, Kiat Diplomasi: Mekanisme dan Pelaksanaannya, p. 16.
6
dengan menggunakan teknik yang bijaksana dalam upaya
mendapatkan keuntungan startegis atau untuk menemukan sebuah
solusi dari adanya sebuah tantangan. Diplomasi berfokus pada
perilaku urusan manusia melalui cara damai dengan menggunakan
teknik persuasi dan negosiasi. Maka dari itu, alasan dari
pelaksanaan diplomasi adalah tidak lain untuk meningkatkan citra
positif dengan memanfaatkan budaya dan nilai-nilai nasional
tersebut. Diplomasi juga dapat dipahami sebagai cara dimana
negara-negara di seluruh dunia menjalankan urusan mereka
dengan cara-caranya tersendiri untuk memastikan terciptanya
hubungan damai, yang menyangkut promosi hubungan politik,
ekonomi, budaya dan ilmu pengetahuan12.
12
Swiss Federal Department of Foreign Affairs (FDFA), ABC of Diplomacy, (Bern: Swiss Federal
Department of Foreign Affairs (FDFA)), (2008), p. 3.
https://www.eda.admin.ch/dam/eda/en/documents/publications/GlossarezurAussenpolitik/ABC-
Diplomatie_en.pdf
13
Cynthia P. Schneider, The New Public Diplomacy Soft Power in International Relations, (London:
Palgrave Macmillan, 2005), p. 147.
7
masyarakat di suatu negara kini memiliki nilai yang sama
pentingnya dengan mempengaruhi kepala negaranya. Diplomasi
budaya dalam hubungan internasional dapat dilakukan melalui
negosiasi, aliansi, perjanjian, ataupun persetujuan yang fokus pada
hubungan dan kerja sama dalam bidang budaya. Diplomasi
budaya sering ditujukan kepada para anak muda, hal ini karena
anak muda lebih terbuka terhadap masuknya suatu budaya baru
yang diperkenalkan dari negara lain.
8
pada kerjasama14. Soft power suatu negara berasal dari tiga sumber
daya yaitu, budayanya, nilai-nilai politiknya dan kebijakan luar
negerinya. Soft power suatu negara berasal dari tiga sumber daya
yaitu, budayanya, nilai-nilai politiknya dan kebijakan luar
negerinya. Kebudayaan merupakan salah satu sumber utama
dalam Soft Power yang terbagi menjadi dua yaitu, high culture
seperti seni, literature, dan pendidikan yang mampu menarik
perhatian elit tertentu. Kemudian ada pop culture yang terfokus
pada produksi hiburan mass entertainment15.
14
Joseph S. Nye, Soft Power: The Means to Success in World Politics, (New Yorks: Public Affairs,
2004), p. 11.
15
Joseph S. Nye,”Public Diplomacy and Soft Power,” The Annals of the American Academy of
Political and Social Science 616, no.1 (2008), p. 97.
9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
16
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi
Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Penelitian Pemula Bidang Ilmu Sosial, Pendidikan, dan
Humaniora, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), p. 51.
17
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), p. 3.
18
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, p. 7.
19
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan:Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta: Bumi Aksara,2005),
p. 157.
157.
10
dokumentasi pada obyek penelitian sehingga dihasilkan data yang
menggambarkan secara rinci. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan
deskritptif, karena tujuan dari penelitian deskriptif yaitu untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Sesuai
dengan fokus dan tujuan penelitian, jenis penelitian ini sangat tepat karena
peneliti akan mendeskripsikan data bukan untuk mengukur data yang diperoleh
Oleh sebab itu, unit eksplanasi bisa juga disebut sebagai variabel independen,
yaitu variabel yang keberadaannya mempengaruhi variabel dependen. Variabel
dependen atau unit analisa dalam penelitian ini adalah strategi Cool Japan pada
tahun 2002 hingga 2018. Sedangkan variabel independen atau unit
eksplanasinya adalah cara Jepang dalam menyebarkan pop culture dan
mempengaruhi negara-negara di luar Jepang. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan tingkat analisis sebagai sebuah alat untuk yang membantu peneliti
dalam melihat variabel dependen dalam satu fokus.
20
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Unpar Press, 2006), p. 121-123.
21
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), p. 224.
11
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data
merupakan proses yang dilakukan untuk memperoleh data primer dari objek
penelitian.
Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam
bentuk angka25. Menurut Sugiyono metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) analisis
data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi26. Adapun alasan penggunaan metode ini adalah karena ia
lebih mampu mendekatkan peneliti dengan objek yang dikaji, sebab peneliti
22
Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2002), p. 69.
23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
Hlm.206.
24
Hadari Nawawi, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), p. 133.
25
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rakesarasin, 1996), p. 2.
26
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), p. 1.
12
langsung mengamati objek yang dikaji dengan kata lain peneliti bertindak
sebagai alat utama riset (human instrument)27. Data yang digunakan juga bersifat
sekunder. Data sekunder adalah data yang tersedia melalui publikasi dan
informasi yang telah dikeluarkan dari berbagai organisasi. Yang menjadi data
sekunder dalam penelitian ini adalah jurnal, buku, dan beberapa artikel ilmiah
yang digunakan terkait penelitian.
27
Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, p. 35-36.
28
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosdakarya, 2010), p. 135.
13
Dalam penelitian kualitatif data yang diperoleh dari berbagai sumber
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus tersebut mengakibatakan
variasi data sangat tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data
kualitattif sehingga tekniik analisa yang digunakan belum ada pola yang jelas.
Oleh Karen itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis.
14
b. Data Display
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelittian kulaitatif, penyajian data
bisa disajikan dalam uraian singkat, hubungan antar kategori dan
sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk penyajian data
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan
mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
dipahami tersebut.
c. Conclusion drawing/vertification
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal adalah masih bersifat sementara dan
akan berubah bila tidak diketemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumplkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.
2. Analisis Data Lapangan Model Spradley
Spradley membagi analisis dalam penelitian kualitatif
berdasarkan tahapan dalam kualitatif. Proses penelitian berangkat dari
yang luas, kemudain memfokus dan meluas lagi. Terdapat tahapan
analisis data yang dilakukan dalm penelitian kualitatif yaitu analisis
domain, taksonomi, komponensial, dan tema kultural.
a. Analisis Domain
Memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari
obyek penelitian atau situasi sosial ditemukan berbagi domain dan
kategori. Diperoleh dengan pertanyaan garand dan minitour peneliti
menetapkan domain tertentu sebagai pijakan untuk penelitian
selanjutnya. Semakin banyak domain yang dipilih maka semakin
banyak waktu yang perlukan untuk penelitian.
15
b. Analisis Taksonomi
Domain yang dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan
menjadi lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya.
Dilakukan observasi terfokus.
c. Analisis Komponensial
Mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan
cara mengkontraskan antar elemen. Dilakukan melalui observasi
dan waawancara terseleksi dengan pertanyaan yang
mengkontraskan.
d. Analisis Tema Kultural
Mencari hubungan diantara domain dan bagaimana
dengan keseluruhan dan selanjutnya dinyatakan kedalam
tema/judul penelitian.
16
3.7.2 Reduksi Data
29
Sugiyono, Metode Penelitian Pengembangan, (Bandung: Alfabeta, 2015), p. 92.
30
Baswori dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif, (PT Rineka Cipta: Jakarta, 2008), p. 209.
17
3.7.3 Penyajian Data
31
Baswori dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif, p. 209-210.
32
Sugiyono, Metode Penelitian Pengembangan, p. 95.
18
menjelaskan pemenuhan kebutuhan informasi tersebut dan
penyajian data bagan memuat kategori-kategori pembahasan yang
sudah digolongkan dalam pereduksian data.
33
Baswori dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif, p. 210.
34
Sugiyono, Metode Penelitian Pengembangan, p. 99.
19
BAB IV
PEMBAHASAN
35
Halimun Muhammad,"Cool Japan Answered: Origins, Development, and Purpose of Japan’s
Creative Economy Strategy," Kaori Nusantara, 1 Juni 2015,
https://www.kaorinusantara.or.id/english/82/cool-japan-answered-origins-development-and-purpose-
of-japans-creative-economy-strategy
36
Muhammad "Cool Japan Answered: Origins, Development, and Purpose of Japan’s Creative
Economy Strategy"
37
Douglas McGray," Japan's Gross National CooL," Japan Society, diakses pada 16 Juni 2020,
https://www.japansociety.org/page/multimedia/articles/gross_national_cool
20
artikel tersebut, McGray juga menyadari bahwa dengan beraneka ragam
kebudayaan yang dimiliki oleh Jepang, dalam beberapa divisi dengan segala
kemampuan yang dimiliki oleh masyarakatnya, Jepang telah berhasil
menciptakan sebuah tren baru terutama dalam industri teknologi dan seni yang
membuat Jepang terlihat sebagai negara yang unik yang membuat Jepang
berbeda dengan negara lain.
Pada awalnya, Cool Japan dikembangkan oleh masyarakat Jepang dan
hanya dikonsumsi masyarakat lokal. Kemudian, masyarakat pun mulai bekerja
sama dengan perusahaan swasta dalam pengembangannya, sehingga mulai
disebarkan secara luas ke berbagai negara. Nama-nama seperti Nintendo,
Gundam, Hello Kitty, Doraemon, Pokemon, dan Tamagochi merasuk pada
kehidupan sehari-hari anak-anak hingga remaja di dalam maupun di luar Jepang.
Pengaruh produk Jepang semakin berpengaruh di luar Jepang ketika Pokemon,
salah satu film kartun Jepang, dijadikan sebagai sampul majalah Time
Magazine38 dan pengaruh tersebut diperkuat dengan prestasi Hayao Miyazaki
yang menerima penghargaan Academy Award, dengan karya Spirited Away39.
Hal ini membuktikan bahwa salah satu produk dari Cool Japan yaitu anime
bukan lagi hanya sebagai hiburan anak-anak dan remaja, tetapi merupakan
sebuah seni kontemporer yang menarik penonton dewasa. Setelah melihat
perkembangan Cool Japan yang makin pesat, pemerintah Jepang pun sadar
bahwa Cool Japan memiliki potensi dalam bidang kebudayaan, sehingga
pemerintah Jepang mulai ikut mendukung pengembangan Cool Japan.
Laporan dari Research Society of International Exchange, “Diplomacy in a new
era and the new role of international exchange: Toward Japan‟s taking part in
global puclic opinion formation” merupakan dokumen pemerintah pertama yang
dikeluarkan pada tahun 2003 terkait dengan Cool Japan40. Inti dari laporan
38
"Pokemania! Crazy for Pokemon," Time, 22 November 1999,
http://content.time.com/time/world/article/0,8599,2054246,00.html
39
Kyodo,”'Spirited Away' bags Academy Award,” The Japan Times, 25 Maret 2003,
https://www.japantimes.co.jp/news/2003/03/25/national/spirited-away-bags-academy-
award/#.XvL8DEUzbMV
40
Takeshi Matsui,"Nation Branding Through Stigmatized Popular Culture The “Cool Japan” Craze
Among Central Ministries in Japan," Hitotsubashi Journal of Commerce and Management 48, no. 1,
(2014), p. 89.
21
tersebut adalah penggunaan “Cool Japan” oleh Jepang untuk membangun dan
mempromosikan citra nasional baru dengan memanfaatkan sumber daya
potensial Jepang dikarenakan citra negatif Jepang sebagai negara yang telah
kehilangan peluang menjadi negara super power.
Pada tahun yang sama Pemerintah Jepang mulai mendorong penyebaran
Cool Japan di dunia internasional. Dalam mempromosikan konten Cool Japan
ke luar negeri, Pemerintah Jepang dibantu oleh perusahaan-perusahaan yang
juga didukung oleh Japan External Trade Organization (JETRO), sebuah
organisasi yang berada di bawah parlemen Jepang. Kantor JETRO yang berada
di Los Angeles mengeluarkan laporan “The Status Quo and Prospects of the US
Anime Market” pada tahun 2003 yang menjadi laporan pertama JETRO
mengenai ekspor konten budaya dan semenjak itu telah dikeluarkan laporan
yang sejenis di beberapa wilayah, khususnya di Asia, Eropa dan Amerika
Selatan41.
Pada tahun 2003 juga, Divisi Media dan Industri Konten mendirikan
Content Industry International Strategy Study Group, yang secara garis besar
mendukung konten industri untuk menjadi industri pedoman yang baru untuk
memanfaatkan ekonomi dan untuk berkontribusi meningkatkan nilai citra
bangsa dalam aspek ekonomi dan aspek kebudayaan. Kemudian Jepang
mendirikan Global Strategy Study Group pada tahun 2006 untuk memeriksa
perkembangan Content Industry International Strategy Study Group dan
laporannya dikeluarkan pada tahun 2007 yang mengajukan arahan-arahan bagi
industri konten Jepang untuk mendunia42.
Setelah pemerintahan Koizumi, Cool Japan selalu ditekankan di setiap
pemerintahan dalam kebijakannya, seperti dalam pemerintahan Shinzo Abe.
Shinzo Abe mengesahkan the Asian Gateway Initiative pada tahun 2007. Asian
Gateway Initiative merupakan sebuah kebijakan yang dibuat oleh Jepang dalam
41
Matsui “Nation Branding Through Stigmatized Popular Culture The “Cool Japan” Craze Among
Central Ministries in Japan,” p. 88.
42
Ministry of Economy, Trade and Industry , Contents Global Strategy Final Report, Tokyo: Ministry
of Economy, Trade and Industry, (2007),
http://www.meti.go.jp/english/report/downloadfiles/g71015a02j.pdf
22
membangun kerjasama dengan negara-negara di wilayah Asia. Salah satu
tujuannya adalah untuk menciptakan Jepang sebagai negara yang indah dengan
22
pesona menjanjikan dan dihormati43. Sebagai tambahan di dalam “Japan
Cultural Industry Strategy” terdapat penjelasan bahwa Jepang perlu untuk
mempromosikan pesonanya pada dunia melalui pop culture termasuk gaya
hidup dan nilai yang menciptakan budaya. Cool Japan kemudian diterapkan
oleh Pemerintah Jepang sebagai program atau strategi yang dirancang dan resmi
didukung oleh Ministry of Trade, Economic and Invesment (METI). METI
mendirikan Creative Industries Promotion Office untuk mempromosikan
produk-produk Cool Japan pada Juni 2010. Cool Japan menjadi sebuah strategi
yang diterapkan oleh Pemerintah Jepang dalam mempromosikan industri kreatif
Jepang ke negara-negara asing44.
Cool Japan digabungkan dengan berbagai bentuk atau elemen yang
menarik dari Jepang mulai dari budaya modern hingga budaya tradisional.
Produk-produk Cool Japan terdiri dari anime, manga, film, musik, game,
desain, fashion hingga produk makanan serta berbagai tempat wisata Jepang 45.
Dengan kebudayaan yang melimpah tersebut, telah membuat industri kreatif
Jepang berkembang menjadi sangat luas, sehingga Cool Japan Advisory Council
membuat bentuk-bentuk Cool Japan berdasarkan kategori-kategori industri yang
ada. Bentuk-bentuk industri kreatif Cool Japan dikategorikan dalam fashion,
kuliner, konten, desain, dan pariwisata46. Kategori-kategori ini merupakan
industri-industri yang memiliki potensi pada bidangnya masing-masing dan
dapat dihubungkan satu sama lain untuk menutupi kekurangan masing-masing
dengan kelebihan setiap kategori industri kreatif dari Cool Japan.
43
"Council for Asian Gateway Initiative," Prime Minister of Japan and His Cabinet, 16 Mei 2007,
https://japan.kantei.go.jp/gateway/index_e.html#:~:text=%22The%20Asian%20Gateway
%20Initiative%22%20provides,Japan's%20attractiveness%20to%20the%20world.
44
"Gackt lashes out at Cool Japan: 'Almost no results of Japanese culture exported overseas'," Japan
Today, 6 Juli 2015, https://japantoday.com/category/entertainment/gackt-lashes-out-at-cool-japan-
almost-no-results-of-japanese-culture-exported-overseas
45
"Creating a Vision of Japan: Promoting Cool Japan," Japan Today, 12 Januari 2012,
https://japantoday.com/category/features/opinions/creating-a-vision-of-japan-promoting-cool-japan
46
Ministry of Economy, Trade and Industry , Cool Japan Strategy (Modified version of the Interim
Report submitted to the Cool Japan Advisory Council), Tokyo: Ministry of Economy, Trade and
Industry, (2012),
https://www.meti.go.jp/english/policy/mono_info_service/creative_industries/pdf/121016_01a.pdf
23
Istilah Cool Japan yang berkembang menjadi strategi mulai diterapkan pada
tahun 2011 dan menjadi strategi keempat dalam upaya untuk mendukung serta
mempromosikan strategi kekayaan intelektualnya sebagai strategi nasional pada
era globalisasi. Di dalam dokumen ini, Cool Japan akan memainkan peran
penting dalam upaya membangun kembali Jepang dan kembali menjadi Negara
yang terhormat menggunakan aset intelektual. Kemudian di bawah
pemerintahan Shinzo Abe, pemerintah menciptakan platform publik-swasta
untuk mendorong strategi Cool Japan47. Tahun berikutnya, pada tanggal 12
Januari 2012, Ministry of Economy, Technology and Industry (METI)
mempublikasikan kebijakannya dalam mengekspor konten ke luar negeri
melalui strategi Cool Japan. Bagi METI mempromosikan strategi Cool Japan
akan menjadi nilai tambah dalam menciptakan industri pertumbuhan baru serta
membantu membangun Jepang secara ekonomi.
Pada akhirnya strategi Cool Japan ini adalah strategi yang bertujuan
untuk menyebarkan daya tarik Jepang kepada dunia dengan menggabungkan dan
memanfaatkan pertumbuhan global untuk pertumbuhan domestik. Pelaksanaan
strategi Cool Japan ini tidak terbatas pada kontribusi ekspansi ekonomi melalui
komunikasi informasi Cool Japan dan perluasan barang jasa di luar negeri,
namun juga termasuk pada efek berganda yang dihasilkan dari pelaksanaannya,
yaitu akan meningkatkan konsumsi di Jepang melalui pertumbuhan penggemar
Jepang di luar negeri dan ketika dikaitkan dengan kepentingan Jepang terhadap
sektor pariwisatanya, diharapkan akan membuat kunjungan wisatawan asing di
Jepang meningkat.
4.2 Japan Pop Culture
Beberapa produk kebudayaan Jepang yang modern dan populer menjadi aspek
penting dalam pelaksanaan strategi Cool Japan. Kembali pada konsep awal dari
Cool Japan, bahwa konsep Cool Japan ini mencangkup pada seluruh pop
culture Jepang seperti konten seperti mainan, komik dan anime, fashion, produk
47
Nyshka Chandran"Super Abe was a taste of Tokyo’s 2020 Olympic campaign," CNBC, 22 Agustus
2016, https://www.cnbc.com/2016/08/22/super-abe-was-a-taste-of-tokyos-2020-olympic-
campaign.html#:~:text=Tokyo%20stole%20the%20show%20at,ahead%20of%20the
%202020%20Games.
24
makanan Jepang, budaya tradisional, desain hingga produk berteknologi tinggi
seperti robot dan teknologi lingkungan. METI membaginya kedalam 5 produk
24
yaitu anime, manga, film, makanan, dan fashion. Lima produk ini merupakan
industri atau produk yang memiliki potensi dalam memberikan profit ekonomi
bagi negara Jepang.
4.2.1 Manga (Komik)
Kepopuleran manga dimulai pada abad ke-20 ketika
dicabutnya hukum yang melarang penerbitan barang-barang terkait
manga48. Di dalam perkembangannya, manga menjadi kebudayaan
populer Jepang yang semakin berkembang dan jenisnya semakin
beragam. Mulai dari cerita manga yang semakin beragam, dan ringan
untuk dibaca karena telah terbagi dibeberapa genre sehingga tidak hanya
anak-anak dan anak remaja saja yang membaca manga, tetapi manga
menjadi pantas untuk dikonsumsi dari berbagai kalangan. Manga menjadi
sangat populer setelah perang dunia II. Ditahun 2002 manga menjadi
populer di Italia, Prancis, Jerman dan Spanyol49.
Manga telah tersebar dan di nikmati oleh banyak masyarakat
di dunia, pemerintah Jepang ikut berkontribusi untuk memanfaatkan
manga sebagai alat untuk mendapatkan citra baik di mata masyarakat
global. Taro Aso yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Jepang,
memanfaatkan manga sebagai bagian dari diplomasi budaya dengan
menyelanggarakan Japan International MANGA Award yang telah
dilaksanakan sejak tahun 2007 dan hingga saat ini masih rutin
dilaksanakan. Penghargaan ini diberikan kepada pencipta manga yang
berkontribusi pada penyebaran budaya manga di luar negeri dan
pertukaran budaya internasional melalui manga50.
Manga menjadi akses untuk mengetahui budaya Jepang yang telah
menarik banyak orang di dunia untuk menjadi penggemar dan
membangkitkan minat dalam budaya Jepang. Banyaknya peminat manga
48
Aaron Albert,"Manga 101 -Basic Walk- through of the Manga World," Liveaboutdotcom, 27 Maret
2017, https://www.liveabout.com/manga-world-101-805003
49
Kinko Ito,"A History of Manga in the Context of Japanese Culture and society," The Journal of
Popular Culture 38, no.3, (2005), p. 456-473.
50
"Japan International MANGA Award," Ministry of Foreign Affairs of Japan, 18 Juni 2020,
https://www.mofa.go.jp/policy/culture/exchange/pop/manga/index.html
25
di seluruh dunia menjadikan manga menjadi salah satu ekspor yang
menguntungkan secara ekonomi dan sosial dan telah membantu Jepang
menjadi salah satu pengekspor produk budaya terbesar di dunia. Manga
Pokemon yang diterbitkan pada tahun 1996 adalah salah satu ekspor
manga yang paling menguntungkan dengan pendapatan lebih dari 150
miliar dolar51.
4.2.2 Anime (Animasi)
Anime adalah singkatan dari kata animation (animasi), di
Jepang sendiri kata anime digunakan untuk merujuk semua animasi tanpa
terkecuali. Namun di luar negara Jepang, kata anime telah menjadi istilah
khusus untuk seluruh animasi dari Jepang. Anime tidak seperti
kebanyakan animasi yang ada di Amerika seperti Batman dan Spiderman.
Perbedaan ini dapat dilihat dari banyak hal seperti isi cerita, luasnya
materi dan bahkan nuansa budaya yang ditunjukkan oleh karakter anime
itu sendiri. Anime memiliki beragam pilihan yang disesuaikan dengan
hampir setiap kelompok umur, sehingga anime dapat dinikmati oleh
semua usia. Penggemar anime akan mendapatkan pandangan secara
mendalam mengenai sejarah, bahasa, dan pandangan mengenai Jepang52.
Pada tahun 1980-an animasi Jepang mendapatkan pengakuan
oleh dunia untuk pertama kalinya53. Di akhir tahun 80-an dan selama
tahun 90-an menjadi abad kepopuleran anime seperti Dragon Ball Z
maupun Pokemon di seluruh dunia. Anime telah berhasil menarik ribuan
penggemar dari berbagai negara. Anime memegang posisi nomor satu di
dunia animasi selama hampir dua dekade. Lebih dari 60% dari kartun
animasi yang disiarkan diseuruh dunia dibuat di Jepang54.
51
Jonah Asher dan Yoko Sola,"The Manga phenomenon," World Intellectual Property Organization,
Diakses pada 19 Juni 2020, https://www.wipo.int/wipo_magazine/en/2011/05/article_0003.html
52
“Manga 101 -Basic Walk- through of the Manga World,"
53
Uchiyama Takashi,"Japanese Television’s Contribution to Tourism," Nippon.com, 25 Juli 2018,
https://www.nippon.com/en/currents/d00401/
54
Ian Condry,"Anime Creativity: Characters and Premises in the Quest for Cool Japan," Theory,
Culture and Social, no. 26, (2009), p. 145.
26
Anime turut serta dimanfaatkan oleh kementerian luar negeri Jepang
sebagai alat untuk meningkatkan minat masyarakat di luar negeri. Hal
tersebut pertama kali dilakukan pada tahun 2008 yaitu saat itu menteri
luar negeri Koumura menobatkan Doraemon sebagai duta anime yang
diharapkan mampu memberikan pemahaman lebih kepada masyarakat di
dunia tentang Jepang.
Manga dan anime merupakan akumulasi gambar dan gaya
yang merujuk pada desain, makanan, pakaian, bangunan, kepercayaan,
olahraga, sejarah, bahasa dan geografi. Penggambaran sikap dan tingkah
laku masyarakat Jepang diambil dari sejarah dan budaya, sehingga kedua
kebudayaan populer tersebut dapat menjadi media untuk menyampaikan
sisi positif Jepang kepada msyarakat di luar Jepang yang belum
mengetahui Jepang.
4.2.3 Film
Bagi kebanyakan masyarakat diberbagai negara, film buatan Jepang
masih kurang diakui keberadaannya dan lebih mengenal film produksi
Amerika. Terlepas dari itu pada faktanya tidak sedikit film Jepang yang di
produksi ulang oleh Amerika sperti film yang berjudul The Last Samurai,
Spirited Away, Godzilla, Hanabi, Zatoichi dan Twilight Samurai. Selain
itu Jepang juga memproduksi film yang berbentuk anime, salah satu film
bentuk anime yang banyak mendapatkan respon atau yang populer hingga
ke luar negeri adalah film yang berupa anime. Salah satu film anime yang
berjudul Kimi no nawa telah mencuri perhatian di dalam dan luar negeri
sejak dirilis pada bulan juni tahun 2016. Film yang disutradarai oleh
Makoto Shinkai ini memenangkan penghargaan Best Animation Award di
Los Angeles, Amerika dan menyandang predikat sebagai film Jepang
dengan jumlah penonton terbanyak di Tiongkok55. Film ini telah terjual
8,5 juta tiket dan menghasilkan 11,1 miliar yen, atau sekitar 111 juta
55
Wataru Kobayashi,"Makoto Shinkai: The History of the Director of ‘Your Name’ (Kimi no Na wa),"
Manga Tokyo, Diakses pada 19 Juni 2020, https://manga.tokyo/otaku-articles/the-history-of-makoto-
shinkai-director-of-your-name/#:~:text=no%20Na%20wa)-,Makoto%20Shinkai%3A%20The
%20History%20of%20the%20Director%20of%20'Your%20Name,'%20(Kimi%20no%20Na
%20wa)&text=He%20is%20Makoto%20Shinkai%2C%20the,Award%20for%20Best%20Animated
%20Film.
27
dolar. Itu menjadikannya film terlaris di Jepang tahun ini, bahkan
mengalahkan Godzilla Resurgence yang sangat sukses56.
4.2.4 Makanan
Sama seperti negara lainnnya, Jepang juga memiliki
makanan khas yang menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi
masyarakat di negara lain. Daya tarik yang dimiliki dari makanan asing
dari negara lain biasany dihasilkan dari rasanya maupun bahan
makanannya. Makanan Jepang menarik perhatian masyarakat tida khanya
dari rasanya saja namun juga dengan citra yang sehat. Untuk masakan
Jepang, unsur kesehatan juga sangat dihargai oleh masyarakat negara lain.
Makanan Jepang telah menjadi fokus diskusi kontemporer
diantara jurnalis, pemimpin bisnis, diplomat, hingga pejabat pemerintah
lainnya. Secara umum masakan Jepang sangat tepat jika dianggap sebagai
salah satu identitas budaya nasional. Sedangkan dalam lingkup
internasional, makanan Jepang termasuk bagian dari soft power atau daya
tarik Jepang. Pada tahun 2008, sebanyak 64,5% alasan turis asing yang
berkunjung ke Jepang adalah demi makan makanan Jepang57.
Masakan Jepang memiliki citra yang positif di negara lain,
seperti di Brasil mennganggap bahwa masakan Jepang memiliki citra
yang sehat. Di Bangkok, masakan Jepang dianggap sebagai masakan
yang memiliki citra yang canggih karena produk makanan Jepang yang
dianggap mahal dan bekualitas tinggi dalam hal warna, bentuk rasa,
keamanan dan kemasan58.
Pada tahun 1990-an sebuah acara televisi yang bernama Iron
Chef meraih popularitas besar ketika ditayangkan di The Food Network di
Amerika Serikat. Dari acara tersebut, penonton pandangannya mulai
56
Ollie Barder,"'Kimi No Na Wa' Has Made Over $100 Million At The Japanese Box Office," Forbes,
28 September 2016, https://www.forbes.com/sites/olliebarder/2016/09/28/kimi-no-na-wa-has-made-
over-100-million-at-the-japanese-box-office/#4b7295cf28ce
57
Theodore C. Bestor, Cuisine and identity in Contemporary Japan. In T. C. Victoria Bestor,
Japanese Culture and Societ, (New York: Routladge handbook of japanese culture, 2011), p. 24.
58
"Results of JETRO’s Survey on Japanese Foods Directed at Overseas Consumers - Japanese dishes
rank top as most popular foreign cuisine in six-city survey of emerging markets," Japan Products High
Quality Products and Services, 28 March 2014, http://japan-product.com/japanese-dishes-rank-top-in-
emerging-markets/
28
terbuka bahwa masakan Jepang tidak hanya sushi, tempura dan sukiyaki.
Jepang memiliki budaya makanan yang unik yang sebagian besar
makanannya terbuat dari berbagai bahan segar baik dari laut dan
pegunungan. Ramen instan, sushi, dan kecap adalah salah satu makanan
Jepang yang tersebar di seluruh dunia. Sushi adalah contoh klasik dari
cara penyebaran makanan Jepang di Asia Timur, pertama menjadi
populer di Korea Selatan dan Taiwan, kemudian menyebar ke seluruh
wilayah di dunia59.
Kepopuleran makanan Jepang dapat dilihat dari banyaknya
restoran Jepang di luar negeri. Terdapat sekitar 117.568 restoran Jepang
di luar negeri pada oktober 2017, ini merupakan peningkatan 30%
dibandingkan dengan tahun 2015. Peningkatan popularitas makanan
Jepang seperti sushi dan ramen di luar negeri juga mendapatkan pengaruh
dari meningkatnya jumlah wisatawan dari berbagai negara yang
mengunjungi Jepang60.
4.2.5 Fashion
Industri fashion di Jepang mulai mendapat pengakuan
internasional pada tahun 1980-an saat perancang busana Yohji
Yamamoto, Issey Miyake dan Rei Kawakubo menampilkan koleksinya di
Paris dengan memperkenalkan fashion Jepang yang unik dan street
fashion yang dapat menjangkau konsumen jenis baru. Jepang memiliki
fashion yang berbeda dan unik dari kebanyakan fashion yang ada di
negara lain, fashion ini disebut dengan fashion subculture. Fashion
subculture ini menampilkan sisi kebebasan dalam berbusana dengan
memadupadankan pakaian yang terkesan tampak unik, seperti pemilihan
warna yang beragam, hingga menggunakan karakter anime dan kartun,
seperti karakter Hello Kitty atau Disney seperti Mickey Mouse. Orang-
59
Japan Extrenal Trade Organization (JETRO), "Cool" Japan's Economy Warms Up, Tokyo: Japan
Extrenal Trade Organization (JETRO), (2005), p. 6.
https://www.jetro.go.jp/en/reports/market/pdf/2005_27_r.pdf
60
"Number of Overseas Japanese Restaurants Tops 100,000," Nippon.com, 15 Juni 2018,
https://www.nippon.com/en/features/h00218/
29
orang yang biasanya berpenampilan fashion subculture ini berada di
Shibuya, Harajuku, Shinjuku, dan Akihabara, dan ini menjadi daya tarik
29
tersendiri bagi masyarakat asing61. Japan street fashion atau yang dikenal
dengan Harajuku style menarik perhatian di seluruh dunia, karena
keunikannya dalam memadukan unsur-unsur barat dengan Jepang
sehingga menciptakan fashion yang tidak ada di tempat lain.
Para desainer muda dan rumah fashion Jepang mulai
bermunculan dan sedang membangun reputasinya di luar negeri dengan
banyaknya desainer Jepang yang menampilkan koleksinya di peragaan
busana yang di adakan di paris misalnya. Selain itu di pasar China dan
Asia banyak di jual majalah fashion terjemahan bahasa Jepang dan kata
kunci kawaii yang berarti imut dan fashion yang berasal dari Jepang
populer dan banyak disukai dikalangan wanita muda di Asia62.
61
"Japan’s Fashion Subcultures," The Diplomat, 23 Februari 2011,
https://thediplomat.com/2011/02/japans-fashion-forward-subcultures/
62
"Japanes Fashion," Japan External Trade Organization, Diakses pada 19 Juni 2020,
https://www.jetro.go.jp/en/trends/fashion.html
63
L Russell,"Assessing Japan’s Inbound Tourism: A SWOT Analysis," Hannami Theory Social
Science 53, no. 1, 2017, p. 9.
30
4.3 Implementasi Strategi Cool Japan
Pemerintah Jepang telah menyusun dan melaksanakan berbagai
kebijakan demi mencapai kepentingan negaranya. Salah satu kebijakannya
mengenai pop culture, Jepang melalui kekuatan daya tarik kebudayaannya yang
dikemas kedalam strategi yang disebut Cool Japan menjadi salah satu cara untuk
menyebarkan pop culture di seluruh dunia. Strategi Cool Japan merupakan
sebuah kebijakan yang agak rumit, karena banyak nya pihak yang terlibat dalam
pelaksanaannya, mulai dari kementerian, hingga pihak swasta. Tidak hanya itu,
strategi ini juga tergolong luas dan mendalam karena tujuannya bukan sekedar
mengekspor pop culture Jepang saja, namun juga meliputi pembangunan yang
dilakukan di dalam negeri agar dapat menghasilkan produk Cool Japan yang baik
dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Tidak hanya itu dengan
memperkuat daya tarik yang ada di dalam negeri juga termasuk dalam
implementasi strategi Cool Japan64.
Agar lebih mudah dalam mencapai tujuan dari strategi Cool Japan
maka pemerintah Jepang membaginya ke dalam tiga proses yang sesuai dengan
tujuannya yaitu pertama untuk menciptakan produktivitas kreatif Jepang, kedua
untuk mendapatkan keuntungan dari pasar luar negeri dan yang ketiga untuk
menarik investasi masuk di Jepang serta untuk mempromosikan pariwisata.
Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi Cool Japan diimplementasikan oleh
pemerintah Jepang serta pihak terkait dalam:
4.3.1 Penyebaran Informasi
Setelah menyatukan seluruh pihak yang berkontribusi dalam
strategi Cool Japan, maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah
menyebarkan informasi mengenai produk Cool Japan ke luar negeri.
Penyebaran ini diharapkan menjadi media dalam menyampaikan pesan
kepada masyarakat di luar negeri yang sudah menjadi penggemar Jepang
maupun yang belum mengenal Jepang, yang akan dapat meningkatkan
minat masyarakat asing terhadap Jepang. Penyebaran ini dilaksanakan
dengan melakukan kerjasama diantara pihak yang terkait dalam
64
Cabinet Office, Cool Japan Strategy Public-Private Collaboration Initiatve.
31
memanfaatkan berbagai saluran media untuk menyampaikan sebuah
informasi.
Penyebaran ini salah satunya dilakukan melalui Japan Gov,
situs resmi bahasa Inggris pemerintah, dan akun pemerintah resmi di
Facebook, Twitter, dan media sosial lainnya 65. Situs resmi Japan Gov
yang dapat di akses melalui koneksi internet ini menyediakan berbagai
informasi tentang Jepang bagi publik yang ingin memperluas
pengetahuannya yang berkaitan dengan Jepang. Web ini
mempublikasikan berbagai agenda pemerintah, kementerian dan
organisasi pemerintah yang telah dilaksanakan. Situs ini juga
mempublikasikan sebuah majalah elektronik resmi yang memperkenalkan
aktivitas Jepang dan hubungannya yang dalam dan banyak sisi dengan
seluruh dunia kepada negara-negara di seluruh dunia yang diterbitkan
setiap dua bulan sekali. Selain itu majalah ini juga mempublikasikan
mengenai Friends of Japan, yang berfokus pada individu dari negara lain
yang berperan aktif di Jepang, dan Japanese Individuals Contributing
Worldwide, yang memperkenalkan relawan Jepang di luar negeri.
Selanjutnya tidak hanya melalui media informasi resmi
pemerintah, dalam menyebarkan informasi dan pemahaman mengenai
negara Jepang dan membuat Jepang terkenal di luar negeri, serta untuk
menghasilkan efek berganda di berbagai bidang dan industri, seperti
meningkatkan pengunjung dari luar negeri ke Jepang dan
mengkomunikasikan teknologi canggih, dibawah tanggung jawab
Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi (MIC), sektor Cool Japan
membantu strategi yang sedang berlangsung dengan menciptakan konten
siaran dan menyebarluaskannya ke luar negeri 66. Dalam implementasinya
pemerintah menjadikan penyiaran sebagai salah satu pelaksanaan dari
strategi Cool Japan yang dilaksanakan melalui penggunaan media massa
65
Cabinet Office, Cool Japan Strategy Public-Private Collaboration Initiatve.
66
Cabinet Office, Cool Japan Strategy Public-Private Collaboration Initiatve.
32
elektronik seperti penyiaran televisi dan internet. Hal ini dilaksanakan
oleh pemerintah Jepang dengan mengekspor saluran televisinya yang
32
menayangkan animasi, entertainment, budaya hingga gaya hidup, ke
berbagai negara di dunia67.
Pemerintah Jepang menggunakan media massa elektronik
untuk menyebarkan konten yang menjadi sumber daya tarik Jepang ke
berbagai negara di dunia. Ekspor konten televisi Jepang menjadi salah
satu kunci keberhasilan Cool Japan yang menjadi daya tarik Jepang ke
seluruh dunia. Mengekspor konten televisi Jepang akan berkontribusi
untuk meningkatkan pendapatan industri televisi Jepang dan juga
memainkan peran penting untuk memperkenalkan Jepang di seluruh
dunia. Karena konten televisi Jepang memiliki beragam genre sehingga
hal ini memungkinkan untuk memperkenalkan daya tarik Jepang kepada
masyarakat global. Saat masyarakat asing ingin merasakan budaya
modern Jepang dan cara hidup mereka bisa mendapatkannya dengan
menonton animasi dan drama. Tidak hanya itu melalui acara yang
disiarkan oleh media televisi juga dapat memperkenalkan berbagai hal
mengenai Jepang seperti fashion Jepang, makanan, lingkungan Jepang,
pariwisata, spesialisasi lokal, pop culture, musik dan karya visual.
Dalam mengekspor konten televisi ini pemerintah
berkoordinasi dengan BEAJ (Broadcast Program Export Association of
Japan) yang didirikan pada tanggal 23 Agustus 2013 dengan tujuan
mengekspor program penyiaran Jepang ke Luar negeri dan berkontribusi
pada strategi domestik seperti Cool Japan dan Visit Japan. BEAJ
membantu Festival TV ASEAN Jepang, yang diadakan pada tahun 2015
dan 2017 di Malaysia dan Filipina. Strategi yang akan dijalankan oleh
BEAJ dalam penyebaran budaya Jepang ini meliputi penyiaran konten
Jepang secara terus menerus di negara-negara ASEAN, selain itu BEAJ
juga membangun kemitraan dengan sektor publik dan swasta serta
melakukan kerjasama aktif dengan organisasi terkait lainnya seperti
67
Ministry of Economy, Trade and Industry, "Cool Japan Strategy," Tokyo: Ministry of Economy,
Trade and Industry, (2012) ,
https://www.meti.go.jp/english/policy/mono_info_service/creative_industries/pdf/120116_01a.pdf
33
menandatangani MoU bisnis dengan Cool Japan Fund, melakukan
kerjasama dengan JNTO dan JETRO68.
Penyebaran produk Cool Japan dilaksanakan dengan
mengekspor program dan saluran televisi Jepang. Program yang diekspor
seperti program Japan in Motion yang tayang di Perancis sejak tahun
2009, dan tahun 2014-2018 di Thailand69. Program ini merupakan
program yang memperkenalkan dan membahas mengenai kebudayaan
Jepang seperti makanan, musik, fashion dan bahkan tempat-tempat di
Jepang yang menampilkan panorama yang indah. Program selanjutnya
adalah Channel Japan yang ditayangkan di Singapura, Taiwan, India dan
Indonesia. Program televisi ini juga menayangkan berbagai hal tentang
Jepang, tidak hanya kebudayaannya namun juga mengenai bisnis dan
ekonomi negara Jepang.
Saluran televisi seperti Waku-waku Japan yang merupakan
saluran televisi TV yang menayangkan berbagai program hiburan umum
yang berkaitan dengan Jepang dan diperuntukkan bagi pemirsa di luar
negeri. Waku-waku Japan menyiarkan berbagai program Jepang yang
mengesankan, termasuk anime, drama, olahraga, musik, film, perjalanan
dan makanan, semua dalam bahasa Jepang namun sudah dipermudah
dengan adanya terjemahan bahasa yang disesuaikan dengan dimana
program tersebut ditayangkan. Saluran televisi ini mendapatkan bantuan
pendanaan yang diberikan oleh Cool Japan Fund sebesar 4,4 miliar yen
atau sekitar 35 juta dolar. Saluran ini pertama kali diluncurkan di
Indonesia dan kemudian pada bulan Juni 2014 saluran televisi ini juga di
tayangkan di Myanmar70.
68
"About BEAJ," Broadcast Program Export Association of Japan, 23 Agustus 2020,
https://www.beaj.jp/english/about.html#:~:text=BEAJ%20aims%20to%20expand%20markets,Japan
%22%20and%20%22Visit%20Japan.
69
“Japan in Motion,” Japan in Motion, Diakses pada 19 Juni 2020, https://www.tss-tv.co.jp/jim/
70
Cool Japan Fund Inc,"Investing in an overseas “Japan Channel”," Tokyo: Cool Japan Fund Inc,
(2015), https://www.cj-fund.co.jp/en/files/press_150304-1.pdf
34
NHK World menjadi salah satu saluran televisi yang juga di ekspor oleh
pemerintah Jepang, yang kini telah ditayangkan di 130 negara. Saluran
34
televisi ini mendistribusikan berbagai macam program seperti drama,
program anak-anak, olahraga, hiburan dan program seni dan budaya,
bahkan saluran televisi ini memiliki program bernama Cool Japan yang
didalam program tersebut menampilkan berbagai kebudayaan Jepang
yang dianggap biasa oleh masyarakat Jepang namun tidak biasa oleh
masyarakat asing. Acara ini dikemas dengan menggunakan opini orang
asing, untuk menggali dan memeriksa daya tarik dan rahasia dari aspek
budaya yang dianggap populer. NHK World juga menayangkan program
berita dan documenter, dimana program tersebut mendapatkan dukungan
pendanaan oleh pemerintah.
Japan Foundation yang merupakan salah satu pihak yang
juga berkaitan dengan strategi Cool Japan berkontribusi dalam
mengekspor program televisi ke luar negeri. Japan Foundation
menciptakan peluang untuk memperdalam pemahaman budaya Jepang
melalui konten visual dengan menyediakan program televisi Jepang yang
disiarkan di luar negeri. Pada tahun 2015, total terdapat 31 program
televisi disiarkan di 20 negara dan tahun 2016 menargetkan menyiarkan
lebih dari 400 program televisi termasuk drama, anime, dan dokumenter
di 70 negara71.
4.3.2 Penyelenggaraan Ekshibisi di Luar Negeri
Informasi mengenai Jepang yang telah dilaksanakan melalui media massa
kemudian di tindak lanjuti dengan mengadakan berbagai acara yang
terkait Cool Japan serta industri konten lainnya untuk membentuk
festival konten terbesar di dunia. Untuk menyebarkan berbagai atraksi
Jepang ke luar negeri, pemerintah juga menggunakan acara internasional
yang berskala besar di luar negeri dengan menyelenggarakan acara
dengan tema penyebaran produk Jepang di luar ngeri dan layanan yang
menggunakan konten Jepang. Penyelenggaraan acara ini salah satunya
adalah acara animasi terbesar di Asia Tenggara AFA (Anime Festival
71
"3 Fields of Cultural Exchanges," Japan Foundation, Diakses pada 19 Juni 2020,
https://www.jpf.go.jp/e/about/result/ar/2015/03_04.html
35
Asia) yang di selenggarakan di tiga negara, Singapura, Thailand dan
Indonesia sejak tahun 2015 dan dilaksanakan ditahun berikutnya. Acara
35
yang menampilkan berbagai hal mengenai kebudayan Jepang dan 100
perusahaan pada tahun 2016 di Singapura berhasil menarik 95.000
pengunjung dalam 3 hari, pengunjung ini tidak hanya berasal dari
Singapura saja namun juga berasal dari Malaysia dan negara tetangga
yang mencapai sperempat dari total72.
Praktik dari strategi ini juga dilaksanakan melalui CoFesta
(Japan International Contents Festival) dibawah pengawasan METI73.
CoFesta adalah proyek yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan
promosi acara-acara yang terkait dengan game, anime, manga, karakter,
penyiaran, musik, film, dan industri konten Jepang lainnya, serta acara-
acara terkait konten industri seperti fashion dan desain, sehingga acara ini
dapat lebih efektif menjangkau dunia internasional74.
Tahun 2013 salah satu CoFesta yang dilaksanakan di luar
negeri terdapat di Singapura yaitu MANGA Festival dan Japan Expo yang
diadakan di Paris. Festival ini rutin diadakan pada setiap tahun. Japan
Expo yang diadakan di Paris yang merupakan sebuah wadah bagi para
penggemar Jepang dan budaya Jepang seperti musik, cosplay, video
game, seni bela diri, fashion serta kebudayaan tradisional Jepang seperti
ikebana atau seni merangkai bunga Jepang, upacara minum teh, kaligrafi,
lukisan, permainan tradisional, masakan. Atraksi yang paling populer di
festival ini adalah cosplay, dimana para cosplayer tampil di panggung
dengan kostum mempesona para pahlawan favorit mereka, untuk tampil
di panggung cosplay terbesar di Eropa75.
72
"シンガポールにおけるクールジャパン発信イベント," Cabinet Office, Diakses pada 19 Juni
2020, https://www.cao.go.jp/cool_japan/kaigai/20161126event.html
73
“Cool Japan Strategy Public-Private Collaboration Initiatve, Cool Japan Strategy Promotion,”
74
"About CoFesta," Japan International Contents Festival, Diakses pada 19 Juni 2020,
https://www.cofesta.go.jp/pc/
75
"About Japan Expo," Japan Expo, 28 Februari 2020, https://www.japan-expo-
paris.com/en/info/about-japan-expo_11331.htm
36
4.3.3 Bantuan Pendanaan oleh Cool Japan Fund
Pelaksanaan strategi Cool Japan oleh pemerintah juga diwujudkan
dengan memberikan dukungan berupa bantuan pendanaan kepada pihak
yang berkontribusi dalam menyebarkan produk Cool Japan. Pada bulan
November 2013 pemerintah mendirikan Cool Japan Fund sebagai dana
publik-swasta dengan tujuan mendukung dan mempromosikan
perkembangan permintaan di luar negeri untuk produk dan layanan
Jepang. Cool Japan Fund bertujuan untuk mengkomersialkan Cool Japan
dan meningkatkan permintaan luar negeri dengan menyediakan modal
untuk bisnis di berbagai bidang, termasuk media serta konten, makanan
serta layanan, dan fashion serta gaya hidup76. Karena tujuannya tersebut,
dapat dikatakan bahwa Cool Japan Fund ini memberikan bantuan
pendanaan kepada pihak bisnis yang masih dalam lingkungan produk
Cool Japan seperti makanan, fashion, manga, anime, yang akan
memperluas bisnisnya ke luar negeri.
Pemerintah Jepang mengatur kriteria khusus bagi pihak
bisnis yang ingin mendapatkan bantuan pendanaan oleh Cool Japan
Fund. Kriteria tersebut yang pertama adalah produk tersebut harus dapat
memupuk permintaan publik luar negeri terhadap produk Jepang,
membangun kesadaran merek Jepang di pasar global, serta mendorong
pertumbuhan. Kedua, pihak bisnis tersebut harus memperlihatkan bahwa
produknya memiliki nilai keuntungan yang sesuai dengan standar yang di
tentukan. Ketiga, produk yang dipasarkan dapat menghasilkan dampak
ekonomi seperti menjadi pencetus pasar luar negeri, menyediakan media
umum untuk memfasilitsi UKM daerah untuk memasarkan produknya ke
luar negeri, dan dapat berefek pada penyiaran ke konsumen di seluruh
dunia. Hingga saat ini Cool Japan Fund telah membantu mendanai
sebanyak 28 pihak bisnis yang ingin memperluas bisnisnya yang terkait
dengan kebudayaan Jepang di luar negeri.
76
"What is Cool Japan Fund," Cool Japan Fund, Diakses pada 19 Juni 2020, https://www.cj-
fund.co.jp/en/about/cjfund.html
37
Pada tahun 2014 Cool Japan Fund dan JNTO menandatangani perjanjian
kemitraan untuk memperkuat hubungan diantara keduanya. Kolaborasi ini
37
bertujuan untuk meningkatkan jumlah orang asing yang menyukai Jepang
di seluruh dunia dan memikat lebih banyak turis asing ke Jepang dengan
dukungan Cool Japan yang menjadi daya tarik milik negara Jepang.
Kementerian dan lembaga pemerintah terkait akan bekerja sama untuk
mempromosikan siaran dan distribusi konten televisi Jepang yang
menyampaikan nilai lebih dan positf mengenai wilayah Jepang kepada
penonton77.
4.3.4 Pertukaran Budaya
Tidak hanya menyebarkan produk Cool Japan melalui media
komunikasi dan informasi saja, pengimplementasian strategi Cool Japan
lainnya adalah dengan melibatkan publik asing dan interaksinya untuk
memiliki pengalaman mengenai Jepang secara langsung. Tahun 2016
pemerintah Jepang yang diwakili oleh MOFA (Ministry of Foreign
Affairs) melaksanakan Program Ikatan Persahabatan Jepang, program ini
dimaksudkan untuk mempromosikan pertukaran people to people antara
Jepang dan berbagai negara di Asia-Pasifik, Amerika Utara, Eropa,
Amerika Latin, dan Karibia. Program ini juga untuk mendorong
pemahaman tentang ekonomi, masyarakat, sejarah Jepang, beragam
budaya, politik dan hubungan diplomatik di antara para peserta78.
Progam pertukaran selanjutnya adalah JENESYS (Japan-
East Asia Network of Exchange for Students and Youths) pertukaran
pemuda antara Jepang dan Negara-negara Anggota ASEAN, di antara
negara-negara lain, sebagai JENESYS 2.0. Sekitar 30.000 pemuda dari
kawasan Asia/Oseania akan diberikan kesempatan untuk berpartisipasi
dalam program terkait. Program ini bertujuan untuk menghidupkan
kembali ekonomi Jepang dengan mempromosikan minat potensial
terhadap Jepang, meningkatkan pengunjung ke Jepang, dan pada saat
77
Ryoichi Matsuyama,"Inbound and Cool Japan," Cool Japan Fund, 28 April 2016, https://www.cj-
fund.co.jp/en/news/column/8.html
78
Cabinet Office,"Cool Japan Event Calendar 2016," Cabinet Office, (2016),
https://www.cao.go.jp/cool_japan/english/event_en/pdf/siryou_2016_english.pdf
38
yang sama, mempromosikan pemahaman global pada kekuatan Jepang.
dan atraksi serta nilai-nilai Jepang, termasuk Cool Japan79.
79
"JENESYS 2.0," Ministry of Foreign Affairs of Japan, 6 Oktober 2017,
https://www.mofa.go.jp/region/page24e_000001.html
39
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Selain mengembangkan kebudayaan tradisionalnya, Jepang juga
mengembangkan budaya populer atau pop culture. Melalui strategi Cool Japan,
pop culture Jepang berkembang dan menyebar dengan cepat hingga
mempengaruhi negara-negara lain. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya produk
kebudayaan jepang seperti makanan, manga, fashion dan anime yang menjadi
banyak diminati tidak hanya di dalam Jepang namun juga di luar Jepang.
Produk-produk Cool Japan yang telah disebutkan menjadi media yang
merefleksikan aspek-aspek positif mengenai Jepang, karena produk-produk
tersebut khususnya manga dan anime mengandung suatu pesan tersendiri.
Manga dan anime secara tidak langsung mengandung unsur-unsur budaya di
dalam ceritanya maupun dalam penggambaran manga, sehingga hal tersebut
menjadi sebuah bentuk dari promosi sehingga menjadikan Cool Japan sebagai
salah satu alat diplomasi yang bisa dibilang sangat ampuh.
Dalam mengiimplementsikan strategi Cool Japan dalam menyebarkan
pop culture, pemerintah Jepang melakukan beberapa cara seperti melakukan
penyelenggaraan ekshibisi di luar negeri dan melakukan pertukaran budaya.
Melakukan penyelenggaraan ekshibisi dan melakukan pertukaran budaya
merupakan cara yang jitu dalam menyebarkan pop culture. Dikarenakan kedua
cara ini melibatkan publik asing dan interaksinya untuk memiliki pengalaman
mengenai Jepang secara langsung, sehingga kedua cara ini bisa dibilang sebagai
cara yang plaing ampuh dalam menyebarkan pop culture dan mempengaruhi
negara-negara lain.
40
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Jurnal
Condry, Ian,"Anime Creativity: Characters and Premises in the Quest for Cool Japan,"
Theory, Culture and Social, no. 26, (2009), pp. 139-163.
Ito, Kinko,"A History of Manga in the Context of Japanese Culture and society," The
Journal of Popular Culture 38, no.3, (2005), pp. 456-473.
Nye, Joseph S.,”Public Diplomacy and Soft Power,” The Annals of the American
Academy of Political and Social Science 616, no.1 (2008), pp. 94-109.
Artikel Daring
"3 Fields of Cultural Exchanges," Japan Foundation, Diakses pada 19 Juni 2020,
https://www.jpf.go.jp/e/about/result/ar/2015/03_04.html
"About CoFesta," Japan International Contents Festival, Diakses pada 19 Juni 2020,
https://www.cofesta.go.jp/pc/
41
Albert, Aaron,"Manga 101 -Basic Walk- through of the Manga World,"
Liveaboutdotcom, 27 Maret 2017, https://www.liveabout.com/manga-
world-101-805003
Asher, Jonah dan Yoko Sola,"The Manga phenomenon," World Intellectual Property
Organization, Diakses pada 19 Juni 2020,
https://www.wipo.int/wipo_magazine/en/2011/05/article_0003.html
Barder, Ollie,"'Kimi No Na Wa' Has Made Over $100 Million At The Japanese Box
Office," Forbes, 28 September 2016,
https://www.forbes.com/sites/olliebarder/2016/09/28/kimi-no-na-wa-has-
made-over-100-million-at-the-japanese-box-office/#4b7295cf28ce
"Council for Asian Gateway Initiative," Prime Minister of Japan and His Cabinet, 16
Mei 2007, https://japan.kantei.go.jp/gateway/index_e.html#:~:text=%22The
%20Asian%20Gateway%20Initiative%22%20provides,Japan's
%20attractiveness%20to%20the%20world.
Chandran, Nyshka,"Super Abe was a taste of Tokyo’s 2020 Olympic campaign," CNBC,
22 Agustus 2016, https://www.cnbc.com/2016/08/22/super-abe-was-a-taste-
of-tokyos-2020-olympic-campaign.html#:~:text=Tokyo%20stole%20the
%20show%20at,ahead%20of%20the%202020%20Games.
"Creating a Vision of Japan: Promoting Cool Japan," Japan Today, 12 Januari 2012,
https://japantoday.com/category/features/opinions/creating-a-vision-of-
japan-promoting-cool-japan
"Gackt lashes out at Cool Japan: 'Almost no results of Japanese culture exported
overseas'," Japan Today, 6 Juli 2015,
https://japantoday.com/category/entertainment/gackt-lashes-out-at-cool-
japan-almost-no-results-of-japanese-culture-exported-overseas
42
Hirotaka, Watanabe,"Shouldn’t Cool Japan Be Changed?," Japan Foreign Policy
Forum, 14 November 2016,
https://www.japanpolicyforum.jp/diplomacy/pt20161114034339.html
"Japanes Fashion," Japan External Trade Organization, Diakses pada 19 Juni 2020,
https://www.jetro.go.jp/en/trends/fashion.html
Kelts, Roland,"Cool Japan-Beginnings," The Accj Journal, diakses pada 16 Juni 2020,
https://journal.accj.or.jp/cool-japan-beginnings/
Kobayashi, Wataru,"Makoto Shinkai: The History of the Director of ‘Your Name’ (Kimi
no Na wa)," Manga Tokyo, Diakses pada 19 Juni 2020,
https://manga.tokyo/otaku-articles/the-history-of-makoto-shinkai-director-
of-your-name/#:~:text=no%20Na%20wa)-,Makoto%20Shinkai%3A
%20The%20History%20of%20the%20Director%20of%20'Your
%20Name,'%20(Kimi%20no%20Na%20wa)&text=He%20is%20Makoto
%20Shinkai%2C%20the,Award%20for%20Best%20Animated%20Film.
Kyodo,”'Spirited Away' bags Academy Award,” The Japan Times, 25 Maret 2003,
https://www.japantimes.co.jp/news/2003/03/25/national/spirited-away-
bags-academy-award/#.XvL8DEUzbMV
43
Matsuyama, Ryoichi,"Inbound and Cool Japan," Cool Japan Fund, 28 April 2016,
https://www.cj-fund.co.jp/en/news/column/8.html
McGray, Douglas," Japan's Gross National CooL," Japan Society, diakses pada 16 Juni
2020,
https://www.japansociety.org/page/multimedia/articles/gross_national_cool
Nagata, Kazuaki,"Exporting culture via 'Cool Japan' METI promoting art, food,
fashion abroad to cash in on 'soft power'," The Japan Times, 15 Mei 2012,
https://www.japantimes.co.jp/news/2012/05/15/reference/exporting-culture-
via-cool-japan/#.XurSHUUzbMV
"What is Cool Japan Fund," Cool Japan Fund, Diakses pada 19 Juni 2020,
https://www.cj-fund.co.jp/en/about/cjfund.html
44
Buku
Badri, Jusuf, Kiat Diplomasi: Mekanisme dan Pelaksanaannya, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1993.
Huntington, Samuel P., The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order,
New Delhi: Penguin Books, 1997.
Nye, Joseph S., Soft Power: The Means to Success in World Politics, New Yorks:
Public Affairs, 2004.
Nawawi, Hadari, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005.
Ogura, Kazuo, Japan's Cultural Diplomacy, Past and Present, Tokyo: Japan
Foundation, 2009.
Storey, John, Teori Budaya dan Budaya Pop, Yogyakarta: Penerbit Qalam, 1993.
45
Schneider, Cynthia P., The New Public Diplomacy Soft Power in International
Relations, London: Palgrave Macmillan, 2005.
Dokumen Pemerintah
Cool Japan Fund Inc,"Investing in an overseas “Japan Channel”," Tokyo: Cool Japan
Fund Inc, (2015), https://www.cj-fund.co.jp/en/files/press_150304-1.pdf
Japan Extrenal Trade Organization (JETRO), "Cool" Japan's Economy Warms Up,
Tokyo: Japan Extrenal Trade Organization (JETRO), (2005), p. 6.
https://www.jetro.go.jp/en/reports/market/pdf/2005_27_r.pdf
46
Ministry of Economy, Trade and Industry , Cool Japan Strategy (Modified version of
the Interim Report submitted to the Cool Japan Advisory Council), Tokyo:
Ministry of Economy, Trade and Industry, (2012),
https://www.meti.go.jp/english/policy/mono_info_service/creative_industri
es/pdf/121016_01a.pdf
Ministry of Economy, Trade and Industry , Contents Global Strategy Final Report,
Tokyo: Ministry of Economy, Trade and Industry, (2007),
http://www.meti.go.jp/english/report/downloadfiles/g71015a02j.pdf
Swiss Federal Department of Foreign Affairs (FDFA), ABC of Diplomacy, (Bern: Swiss
Federal Department of Foreign Affairs (FDFA)), (2008), p. 3.
https://www.eda.admin.ch/dam/eda/en/documents/publications/Glossarezur
Aussenpolitik/ABC-Diplomatie_en.pdf
47