Anda di halaman 1dari 60

MINI RISET SKRIPSI

MATA KULIAH ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

“Analisis Penyebaran Pop Culture Jepang Melalui Strategi Cool Japan”

Oleh:

Mumtaz Amru Rabbani

L1A018086

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

UNIVERSITAS MATARAM

JUNI 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan
mini riset skripsi tentang Analisis Penyebaran Pop Culture Jepang Melalui
Strategi ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
saya berterima kasih pada Bapak Sirwan Yazid Bustami, S.IP., M.A. selaku
Dosen mata kuliah Ilmu Hubungan Internasional yang telah memberikan tugas
ini kepada saya.

Saya sangat berharap mini riset skripsi ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai diplomasi dalam hubungan
internasional. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam mini riset skripsi
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan riset skripsi yang telah
saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Semoga mini riset skripsi ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan mini riset skripsi ini di waktu
yang akan datang

Mataram, 1 Juli 2020

Penulis

i
i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Pertanyaan Penelitian 5
1.3 Tujuan Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1 Kerangka Pemikiran 6


2.1.1 Kerangka Teoritis 6
2.1.2 Kerangka Konseptual 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 10

3.1 Jenis Penelitian 10


3.2 Pendekatan Penelitian 10
3.3 Variabel Penelitian dan Tingkat Analisis 11
3.4 Teknik Pengumpulan Data 11
3.5 Jenis Data 12
3.6 Ruang Lingkup Penelitian 13
3.6.1 Ruang Lingkup Materi 13
3.6.2 Ruang Lingkup Waktu 13
3.7 Teknik Analisis Data 13
3.7.1 Pengumpulan Data 16
3.7.2 Reduksi Data 17
3.7.3 Peyajian Data 18
3.7.4 Penarikan Kesimpulan 19

ii
BAB IV PEMBAHASAN 20

4.1 Sejarah dan Perkembangan Strategi Cool Japan 20


4.2 Japan Pop Culture 24
4.2.1 Manga (Komik) 25
4.2.2 Anime (Animasi) 26
4.2.3 Film 27
4.2.4 Makanan 28
4.2.5 Fashion 29
4.3 Implementasi Strategi Cool Japan Dalam 31
4.3.1 Penyebaran Informasi 31
4.3.2 Penyelenggaraan Ekshibisi di Luar Negeri 35
4.3.3 Bantuan Pendanaan oleh Cool Japan Fund 37
4.3.4 Pertukaran Budaya 38

BAB V PENUTUP 40
5.1 Kesimpulan 40
DAFTAR PUSTAKA 41

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era kontemporer, budaya telah memberi kontribusi cukup besar


dalam politik dunia. Studi Hubungan Internasional di era kontemporer telah
mengajukan proposisi bahwa budaya dapat membentuk pola interaksi antar
negara1. Seperti yang dinyatakan oleh Samuel Huntington bahwa pasca Perang
Dingin hubungan internasional telah menjadi multipolar dan multi budaya.
Peran bangsa dan negara memang menjadi hal utama dalam menghadapi
permasalahan dunia, tetapi peradaban dan kebudayaan akan mempengaruhi
kepentingan, aliansi dan konflik yang terjadi antar negara2.

Penyebaran budaya di era globalisasi dapat memberi peluang bagi para


aktor hubungan internasional untuk menjadikan hal tersebut sebagai alat
diplomasi, sehingga bisa memperkuat hubungan dengan negara lain dan
mencapai kepentingan nasional, seperti budaya populer atau pop culture. Pop
culture merupakan budaya yang dipasarkan kepada konsumen secara komersial
dan berorientasi pada besarnya keuntungan hingga menjadikan budaya tersebut
diproduksi secara luas serta digemari masyarakat internasional3.

Jepang merupakan salah satu negara di Kawasan Asia Timur yang


berhasil mempertahankan dan melestarikan kebudayaan tradisionalnya.
Kebudayaan tradisional Jepang seperti festival tradisional dan gaya hidup yang
sudah berakar di setiap daerah masih tetap melekat sebagai ciri khas daerah
tersebut. Selain mempertahankan dan melestarikan kebudayaan tradisionalnya,
Jepang juga mengembangkan kebudayaan populernya. Produk-produk pop
culture Jepang dijadikan sebagai soft power dalam hubungan internasional. Pada

1
Xu Xintian, Cultural Factors in International Relations, (Shanghai: Shanghai Institute of
International Studies, 2004), p. 18 – 19.
2
Samuel P. Huntington, The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order, (New Delhi:
Penguin Books, 1997), p. 21.

3
John Storey, Teori Budaya dan Budaya Pop, (Yogyakarta: Penerbit Qalam, 1993), p. 15.

1
tahun 1950-an hingga awal 1960-an, Jepang fokus untuk mengubah citra Jepang
dari negara yang memiliki militer yang kuat pasca perang menjadi negara yang
cinta damai. Bukti nyata yang dilakukan oleh Pemerintah Jepang adalah mereka
bergabung dengan The United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) pada tahun 1951. Pemerintah Jepang juga mendukung
promosi aktivitas budaya Jepang di luar negeri. Pemerintah Jepang menekankan
tradisi-tradisi budaya seperti upacara minum teh dan ikebana, dengan tujuan
untuk menyampaikan bahwa Jepang memiliki sifat yang tenang dan cinta damai
kepada masyarakat seluruh dunia4.

Kekayaan Jepang akan kebudayaannya membuat pemerintah


memanfaatkan hal tersebut dengan membentuk beberapa program yang
berkaitan dengan kebudayaan. Pada tahun 2002, sebuah artikel berjudul Japan’s
Gross National Cool karya jurnalis Amerika Serikat, Douglas McGray,
diterbitkan dalam sebuah jurnal diplomatik 5. Dalam artikel tersebut, McGray
sangat mengapresiasi potensi pop culture Jepang dengan segala aspek yang
terdapat didalamnya, yang kemudian membuat McGray beranggapan bahwa
Jepang telah menjadi negara yang khas dengan keberagaman budayanya. Artikel
karya McGray tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang, yang
akhirnya mendapatkan apresiasi baik dari kaum intelektual dan pihak
pemerintah6.

Hal tersebut kemudian mendorong pemerintah Jepang dalam membentuk sebuah


kebijakan Cool Japan, yang bermula dari Gross National Cool (GNC) pada
tahun 2002 dan strategi tersebut digunakan oleh pemerintah Jepang untuk
mengomersialkan kebudayaan Jepang ke seluruh penjuru dunia. Dalam
Diplomacy Bluebook pada tahun 2004, tercantum bahwa Jepang telah memulai
sebuah program diplomasi publik yang dikenal sebagai Cool Japan yang

4
Kazuo Ogura, Japan's Cultural Diplomacy, Past and Present, (Tokyo: Japan Foundation, 2009), p.
46.
5
Watanabe Hirotaka,"Shouldn’t Cool Japan Be Changed?," Japan Foreign Policy Forum, 14
November 2016, https://www.japanpolicyforum.jp/diplomacy/pt20161114034339.html
6
Roland Kelts,"Cool Japan-Beginnings," The Accj Journal, diakses pada 16 Juni 2020,
https://journal.accj.or.jp/cool-japan-beginnings/

2
berfokus pada pemanfaatan pop culture Jepang. Strategi Cool Japan sejatinya
merupakan upaya yang bertujuan untuk membuat masyarakat dunia lebih
tertarik akan kebudayaan Jepang, terutama pop culture, sekaligus untuk
menunjang pertumbuhan ekonomi domestik melalui program-program yang
telah dilaksanakan maupun yang masih menjadi rencana dari pemerintah
Jepang7.

Pada tahun 2011, Cool Japan mulai gencar dipromosikan oleh Divisi
Industri Kreatif dari Ministry of Economy, Trade and Industry (METI), sehingga
diharapkan dengan adanya strategi ini, angka wisatawan asing yang berkunjung
ke Jepang dapat mengalami peningkatan sehingga berpengaruh pada pariwisata
domestik8. Untuk meningkatkan efektivitas serta efisiensi penggunaan pop
culture itu sendiri, Kementerian Luar Negeri Jepang mengadakan kerjasama
dengan Japan Foundation yang merupakan lembaga dibawah pemerintahan
Jepang yang terdapat di berbagai negara dimana salah satu tugasnya adalah
menjembatani publikasi kebudayaan Jepang di berbagai belahan dunia.

Pengaruh pop culture Jepang di berbagai belahan dunia sudah tidak


dapat diragukan lagi. Anime atau animasi Jepang menjadi semakin mendunia
dan sangat mudah diakses dalam berbagai bahasa, gaya berbusana anak muda
pun mulai mengikuti gaya tokoh anime Jepang atau cosplay, selain itu musik-
musik Jepang pun menjadi semakin sering diperdengarkan dimanapun.
Penjualan-penjualan produk pop culture Jepang melesat dalam angka yang
cukup signifikan, seperti penjualan CD yang bahkan angka preorder
Internasionalnya pun dapat menembus angka satu juta kopi. Klub-klub pengkaji
kebudayaan Jepang pun semakin banyak dan tidak hanya itu, bahkan banyak
klub yang mengkajinya secara spesifik. Festival kebudayaan Jepang menjadi

7
Cool Japan Strategy Promotion Council, Cool Japan Strategy Public-Private Collaboration
Initiatve, (Tokyo: Cabinet Office, 17 Juni 2015),
https://www.cao.go.jp/cool_japan/english/pdf/published_document2.pdf
8
Kazuaki Nagata,"Exporting culture via 'Cool Japan' METI promoting art, food, fashion abroad to
cash in on 'soft power'," The Japan Times, 15 Mei 2012,
https://www.japantimes.co.jp/news/2012/05/15/reference/exporting-culture-via-cool-
japan/#.XurSHUUzbMV

3
daya tarik bagi masyarakat di seluruh dunia, salah satunya Indonesia, dimana
Pada tahun 2011, Cool Japan mulai gencar dipromosikan oleh Divisi Industri
Kreatif dari Ministry of Economy, Trade and Industry (METI), sehingga
diharapkan dengan adanya strategi ini, angka wisatawan asing yang berkunjung
ke Jepang dapat mengalami peningkatan sehingga berpengaruh pada pariwisata
domestik9. Untuk meningkatkan efektivitas serta efisiensi penggunaan pop
culture itu sendiri, Kementerian Luar Negeri Jepang mengadakan kerjasama
dengan Japan Foundation yang merupakan lembaga dibawah pemerintahan
Jepang yang terdapat di berbagai negara dimana salah satu tugasnya adalah
menjembatani publikasi kebudayaan Jepang di berbagai belahan dunia.

Pengaruh pop culture Jepang di berbagai belahan dunia sudah tidak dapat
diragukan lagi. Anime atau animasi Jepang menjadi semakin mendunia dan
sangat mudah diakses dalam berbagai bahasa, gaya berbusana anak muda pun
mulai mengikuti gaya tokoh anime Jepang atau cosplay, selain itu musik-musik
Jepang pun menjadi semakin sering diperdengarkan dimanapun. Penjualan-
penjualan produk pop culture Jepang melesat dalam angka yang cukup
signifikan, seperti penjualan CD yang bahkan angka preorder Internasionalnya
pun dapat menembus angka satu juta kopi. Klub-klub pengkaji kebudayaan
Jepang pun semakin banyak dan tidak hanya itu, bahkan banyak klub yang
mengkajinya secara spesifik. Festival kebudayaan Jepang menjadi daya tarik
bagi masyarakat di seluruh dunia, salah satunya Indonesia, dimana Japan
Foundation mengadakan acara tahunan yang dinamakan Jak-Japan Matsuri.
Acara tersebut merupakan acara dalam skala besar dan berhasil menarik ratusan
ribu pengunjung dalam satu hari. Oleh karena itu, menjadi sangat penting untuk
melihat bagaimana pemerintahan Jepang memanfaatkan pop culture sebagai
sarana diplomasi efektif untuk menyebarkan pengaruhnya.

9
Kazuaki Nagata,"Exporting culture via 'Cool Japan' METI promoting art, food, fashion abroad to
cash in on 'soft power'," The Japan Times, 15 Mei 2012,
https://www.japantimes.co.jp/news/2012/05/15/reference/exporting-culture-via-cool-
japan/#.XurSHUUzbMV

4
1.2 Petanyaan Penelitian
Bagaimana Jepang menggunakan strategi Cool Japan sebagai alat
diplomasi dalam menyebarkan pop culture dan mempengaruhi negara-negara
lain?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana jepang
menggunakan strategi Cool Japan sebagai bentuk diplomasi dalam
menyebarkan pop culture atau kebudayaan populernya dan bagaimana strategi
ini bisa mempengaruh negara-negara lain. Seperti yang kita ketahui berbagai
produk popculture Jepang seperti manga, anime, dan game sangat populer di
seluruh dunia. Produk-produk ini tersebar melalui beragam media seperti
televisi, internet dan lain-lain. Melalui berbagai produk budaya populernya,
Jepang secara tidak langsung memperkenalkan nilai-nilai serta budaya
tradisional Jepang seperti penggunaan bahasa Jepang, penggunaan kimono dan
lain-lain. Sehingga, hal ini mendapatkan respon yang baik yang ditandai dengan
dibentuknya komunitas-komunitas pecinta budaya Jepang dan event-event yang
menampilkan kebudayaan Jepang di berbagai negara khususnya pop culture
Jepang. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan dan
informasi mengenai Diplomasi Budaya.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan alur pikir peneliti yang dijadikan


sebagai skema pemikiran atau dasar-dasar pemikiran untuk memperkuat
indikator yang melatar belakangi penelitian ini. Dalam kerangka pemikiran ini
peneliti akan mencoba menjelaskan masalah pokok penelitian. Penjelasan yang
disusun akan menggabungkan antara teori dengan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini.

2.1.1 Kerangka Teoritis

Terdapat berbagai definisi mengenai diplomasi, seperti


misalnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diplomasi
merupakan pengetahuan dan kecakapan dalam hal perhubungan
antara negara dan negara10. Selain itu, definisi diplomasi dalam
Oxford Student’s Dictionary of Current English, “management of
a country’s affairs by ambassadors and Ministers living overseas
and their direction by the Ministry of Foreign Affairs at home,
skills in this” atau ketrampilan dalam melakukan pengelolaan
urusan negara, dimana hal tersebut dilakukan oleh delegasi, dalam
hal ini, duta besar yang melakukan tugasnya berdasarkan petunjuk
yang telah diberikan oleh Menteri Luar Negeri11.

Inti dari makna diplomasi secara keseluruhan itu sendiri


mengacu pada pelaksanaan hubungan luar negeri secara nyata.
Dalam perspektif ini, diplomasi merupakan kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain untuk mendapatkan hasil spesifik

10
Jusuf Badri, Kiat Diplomasi: Mekanisme dan Pelaksanaannya, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1993), p. 15.
11
Badri, Kiat Diplomasi: Mekanisme dan Pelaksanaannya, p. 16.

6
dengan menggunakan teknik yang bijaksana dalam upaya
mendapatkan keuntungan startegis atau untuk menemukan sebuah
solusi dari adanya sebuah tantangan. Diplomasi berfokus pada
perilaku urusan manusia melalui cara damai dengan menggunakan
teknik persuasi dan negosiasi. Maka dari itu, alasan dari
pelaksanaan diplomasi adalah tidak lain untuk meningkatkan citra
positif dengan memanfaatkan budaya dan nilai-nilai nasional
tersebut. Diplomasi juga dapat dipahami sebagai cara dimana
negara-negara di seluruh dunia menjalankan urusan mereka
dengan cara-caranya tersendiri untuk memastikan terciptanya
hubungan damai, yang menyangkut promosi hubungan politik,
ekonomi, budaya dan ilmu pengetahuan12.

Dalam konteks ini, budaya ditempatkan dalam sebuah


kebijakan sebagai ungkapan kepentingan nasional yang
berkontribusi terhadap penegakkan karakter nasional, budaya
strategis dan identitas nasional. Sehingga, dalam upaya
menunjukkan identitas nasional sebuah negara, pemerintah tidak
lagi menggunakan kekuatan yang dapat menyebabkan munculnya
rasa takut dan tidak menyenangkan terhadap pihak lain, namun
lebih pada pemanfaatan budaya. Budaya sendiri memiliki aspek
yang begitu luas, seperti seni dalam artian luas, adat istiadat,
tradisi, kehidupan masyarakatnya, sejarah, musik, gaya hidup,
gesture, bahasa, keusastraan, dongen atau cerita dan hubungan
sosial13.

Dalam hubungan internasional, diplomasi budaya


memiliki peranan penting. Hal ini karena mempengaruhi

12
Swiss Federal Department of Foreign Affairs (FDFA), ABC of Diplomacy, (Bern: Swiss Federal
Department of Foreign Affairs (FDFA)), (2008), p. 3.
https://www.eda.admin.ch/dam/eda/en/documents/publications/GlossarezurAussenpolitik/ABC-
Diplomatie_en.pdf
13
Cynthia P. Schneider, The New Public Diplomacy Soft Power in International Relations, (London:
Palgrave Macmillan, 2005), p. 147.

7
masyarakat di suatu negara kini memiliki nilai yang sama
pentingnya dengan mempengaruhi kepala negaranya. Diplomasi
budaya dalam hubungan internasional dapat dilakukan melalui
negosiasi, aliansi, perjanjian, ataupun persetujuan yang fokus pada
hubungan dan kerja sama dalam bidang budaya. Diplomasi
budaya sering ditujukan kepada para anak muda, hal ini karena
anak muda lebih terbuka terhadap masuknya suatu budaya baru
yang diperkenalkan dari negara lain.

Diplomasi budaya merupakan salah satu instrumen


diplomasi publik yang digunakan pemerintah untuk mengatur
sumber daya dari soft power sebuah negara untuk menghasilkan
daya tarik bagi negara lain. Jepang mempromosikan pop culture
dengan mengimplementasikan budaya tersebut sebagai salah satu
instrumen dalam berdiplomasi. Pop culture yang dimaksud disini
adalah beberapa produk khas Jepang diantaranya anime, manga,
J-pop, kuliner, hingga fashion. Mempromosikan citra positif
negara bukanlah hal yang baru dalam lingkup internasional,
namun bagaimanapun, cara dari sebuah negara dalam
memproyeksikan soft power yang terdapat dalam negara tersebut
telah berubah seiring dengan bertambahnya waktu. Jepang,
menjadi salah satu contoh negara yang gencar mempromosikan
beberapa pop culture yang dimiliki dengan menjadikannya
sebagai instrumen dalam berdiplomasi, lebih spesifik, diplomasi
budaya.

2.1.2 Kerangka Konseptual

Konsep soft power diartikan sebagai keahlian untuk


mencapai suatu kepentingan dengan cara memikat, atau tidak
dengan cara memaksa. Dalam hal ini, soft power akan
mempengaruhi aktor lain melalui atraksi yang akhirnya berujung

8
pada kerjasama14. Soft power suatu negara berasal dari tiga sumber
daya yaitu, budayanya, nilai-nilai politiknya dan kebijakan luar
negerinya. Soft power suatu negara berasal dari tiga sumber daya
yaitu, budayanya, nilai-nilai politiknya dan kebijakan luar
negerinya. Kebudayaan merupakan salah satu sumber utama
dalam Soft Power yang terbagi menjadi dua yaitu, high culture
seperti seni, literature, dan pendidikan yang mampu menarik
perhatian elit tertentu. Kemudian ada pop culture yang terfokus
pada produksi hiburan mass entertainment15.

Penggunaan soft power bagi Jepang merupakan sesuatu


yang bernilai efisien dan efektif. Hal tersebut dikarenakan sifat
“lunak” yang menjadi ciri khas dari sebuah soft power, sehingga
menghilangkan kesan kekuasaan yang selama ini bersifat
memaksa, merugikan dan hampir selalu menimbulkan korban.
Maka dari itu, pengembangan soft power lebih dapat diterima oleh
masyarakat karena tidak adanya unsur-unsur paksaan dalam
pelaksanaannya. Anime, manga, musik, kuliner hingga fashion
Jepang merupakan beberapa contoh dari pop culture yang
memiliki peran penting dalam diplomasi budaya Jepang, terutama
dalam konteks pengembangan soft power yang dimilikinya.
Jepang secara eksplisit mengacu pada konsep soft power, dimana
hal tersebut dapat terlihat dalam Diplomacy Bluebook pada tahun
2004, yang menyatakan bahwa Jepang memulai program dengan
berfokus pada pop culture.

14
Joseph S. Nye, Soft Power: The Means to Success in World Politics, (New Yorks: Public Affairs,
2004), p. 11.
15
Joseph S. Nye,”Public Diplomacy and Soft Power,” The Annals of the American Academy of
Political and Social Science 616, no.1 (2008), p. 97.

9
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif,


yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata dan gambar, bukan angka-
angka16. Menurut Bogdan dan Taylor, sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J.
Moleong, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati17. Sementara itu, penelitian deskriptif adalah suatu bentuk
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun rekayasa
manusia18.

3.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan


deskripttif. Pendekatan kualitatif menurut Best sebagaimana dikutip oleh
Sukardi adalah “sebuah pendekatan peneltian yang menggambarkan dan
menginterprestasikan objek sesuai dengan apa adanya”19. Jadi penelitian
kualitatif adalah penelitian yang mengkasilkan kesimpulan berupa data yang
menggambarkan secara rinci, bukan data yang berupa angka-angka. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang mengandalkan pengamatan, wawancara, dan

16
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi
Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Penelitian Pemula Bidang Ilmu Sosial, Pendidikan, dan
Humaniora, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), p. 51.
17
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), p. 3.

18
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, p. 7.

19
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan:Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta: Bumi Aksara,2005),
p. 157.

157.

10
dokumentasi pada obyek penelitian sehingga dihasilkan data yang
menggambarkan secara rinci. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan
deskritptif, karena tujuan dari penelitian deskriptif yaitu untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Sesuai
dengan fokus dan tujuan penelitian, jenis penelitian ini sangat tepat karena
peneliti akan mendeskripsikan data bukan untuk mengukur data yang diperoleh

3.3 Variabel Penelitian dan Tingkat Analisis

Dalam proses memilih tingkat analis, seorang peneliti menetapkan unit


analisis dan unit eksplanasi. Unit analisis merupakan sesuatu yang perilakunya
hendak dideskripsikan, dijelaskan dan diramalkan. Dengan kata lain, unit
analisis ini bisa juga disebut sebagai variabel dependen, yaitu varibel yang
keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lainnya. Sementara, unit eksplanasi
merupakan sesuatu yang dampaknya terhadap unit analisa hendak diamati20.

Oleh sebab itu, unit eksplanasi bisa juga disebut sebagai variabel independen,
yaitu variabel yang keberadaannya mempengaruhi variabel dependen. Variabel
dependen atau unit analisa dalam penelitian ini adalah strategi Cool Japan pada
tahun 2002 hingga 2018. Sedangkan variabel independen atau unit
eksplanasinya adalah cara Jepang dalam menyebarkan pop culture dan
mempengaruhi negara-negara di luar Jepang. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan tingkat analisis sebagai sebuah alat untuk yang membantu peneliti
dalam melihat variabel dependen dalam satu fokus.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam


penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data21. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan

20
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Unpar Press, 2006), p. 121-123.
21
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), p. 224.

11
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data
merupakan proses yang dilakukan untuk memperoleh data primer dari objek
penelitian.

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan metode


dokumentasi. Dokumentasi memiliki banyak bentuk, dari yang tertulis
sederhana sampai yang lebih lengkap, dan bisa berupa benda-benda yang lain 22.
Menurut Suharsini Arikunto, metode dokumentasi adalah metode mencari data
mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda serta foto-foto kegiatan23. Hadari Nawawi24
menyatakan bahwa studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis terutama berupa arsiparsip dan termasuk juga buku
mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.
Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk mencari data-data yang
berkaitan dengan strategi Cool Japan dalam menyebarkan pop culture Jepang.

3.5 Jenis Data

Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam
bentuk angka25. Menurut Sugiyono metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) analisis
data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi26. Adapun alasan penggunaan metode ini adalah karena ia
lebih mampu mendekatkan peneliti dengan objek yang dikaji, sebab peneliti

22
Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2002), p. 69.
23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
Hlm.206.
24
Hadari Nawawi, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), p. 133.
25
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rakesarasin, 1996), p. 2.
26
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), p. 1.

12
langsung mengamati objek yang dikaji dengan kata lain peneliti bertindak
sebagai alat utama riset (human instrument)27. Data yang digunakan juga bersifat
sekunder. Data sekunder adalah data yang tersedia melalui publikasi dan
informasi yang telah dikeluarkan dari berbagai organisasi. Yang menjadi data
sekunder dalam penelitian ini adalah jurnal, buku, dan beberapa artikel ilmiah
yang digunakan terkait penelitian.

3.6 Ruang Lingkup Penelitian


3.6.1 Ruang Lingkup Materi

Pada penelitian ini, kajian pembahasan terfokus pada:

1. Sejarah strategi Cool Japan


2. Pop culture Jepang
3. Implementasi strategi Cool Japan dalam menyebarkan pop culture
Jepang.
3.6.2 Ruang Lingkup Waktu
Peneliti mengambil ruang lingkup waktu dari tahun 2002
hingga tahun 2018.
3.7 Teknik Analisis Data

Agar data yang terkumpul mempunyai makna, maka diperlukan proses


analisis data dengan cara tertentu. Yang dimaksud dengan analisis data adalah
proses mengatur, mengelompokkan, memberi kode, mengorganisasikan, dan
mengurutkan data ke dalam suatu pola, ketegori dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti
yang disarankan oleh data28. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut
bertujuan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat
menjadi teori subtantif. Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka langkah
selanjutnya adalah menganalisis data yang sesuai dengan sifat data yaitu bersifat
kualitatif.

27
Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, p. 35-36.
28
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosdakarya, 2010), p. 135.

13
Dalam penelitian kualitatif data yang diperoleh dari berbagai sumber
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus tersebut mengakibatakan
variasi data sangat tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data
kualitattif sehingga tekniik analisa yang digunakan belum ada pola yang jelas.
Oleh Karen itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis.

Proses analisis dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum


memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai dilapangan.
Analisis sebelum dilapangn dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan,
atau data skunder yang akan menentukan fokus penelitian. Namun fokus
penelitian ini bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti akan
masuk dan selama dilapangan. Mengenai analisis dilapangan, ada dua macam
model:

1. Analisis Data di Lapangan Model Miles dan Huberman.


Miles dan Huberman mengemukakan aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan swecara interaktif dan berlansung secara terus
menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis
data, yaitu data reduction, display, dan conclusion drawing/verification.
a. Data Reduction
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.semakin
lama peneliti di lapangan maka jumlah data yang diperoleh
semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera di
lakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencari bila diperlukan.

14
b. Data Display
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelittian kulaitatif, penyajian data
bisa disajikan dalam uraian singkat, hubungan antar kategori dan
sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk penyajian data
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan
mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
dipahami tersebut.
c. Conclusion drawing/vertification
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal adalah masih bersifat sementara dan
akan berubah bila tidak diketemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumplkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.
2. Analisis Data Lapangan Model Spradley
Spradley membagi analisis dalam penelitian kualitatif
berdasarkan tahapan dalam kualitatif. Proses penelitian berangkat dari
yang luas, kemudain memfokus dan meluas lagi. Terdapat tahapan
analisis data yang dilakukan dalm penelitian kualitatif yaitu analisis
domain, taksonomi, komponensial, dan tema kultural.
a. Analisis Domain
Memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari
obyek penelitian atau situasi sosial  ditemukan berbagi domain dan
kategori. Diperoleh dengan pertanyaan garand dan minitour peneliti
menetapkan domain tertentu sebagai pijakan untuk penelitian
selanjutnya. Semakin banyak domain yang dipilih maka semakin
banyak waktu yang perlukan untuk penelitian.

15
b. Analisis Taksonomi
Domain yang dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan
menjadi lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya.
Dilakukan observasi terfokus.
c. Analisis Komponensial
Mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan
cara mengkontraskan antar elemen. Dilakukan melalui observasi
dan waawancara terseleksi dengan pertanyaan yang
mengkontraskan.
d. Analisis Tema Kultural
Mencari hubungan diantara domain dan bagaimana
dengan keseluruhan dan selanjutnya dinyatakan kedalam
tema/judul penelitian.

3.7.1 Pengumpulan Data


Pengumpulan data yaitu mengumpulkan data di lokasi
penelitian dengan melakukan observasi, wawancara dan
dokumentasi dengan menentukan strategi pengumpulan data yang
dipandang tepat dan untuk menentukan fokus serta pendalaman
data pada proses pengumpulan data berikutnya.
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode dokumentasi dengan mencari data pustaka
atau library research. Metode dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data dengan melakukan pengumpulan data-data
dengan mencari sejumlah literature yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, yaitu berupa buku, jurnal, dokumen,
makalah, laporan, majalah, surat kabar, artikel dan internet. Teknik
ini dipergunakan untuk mencari data yang bersifat paten, mislanya
implementasi strategi Cool Japan dalam menyebarkan kebudayaan
populernya di negara lain.

16
3.7.2 Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,


menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga diperoleh
kesimpulan akhir dan di verifikasi. Sugiyono29 menjelaskan
mereduksi berarti merangkum memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Sementara Baswori dan Suwandi30 mengatakan reduksi


data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,
pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan.
Reduksi merupakan bagian dari analisis, bukan terpisah. Fungsinya
untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu, dan mengorganisasi sehingga interpretasi bisa
ditarik. Dalam proses reduksi ini peneliti benar-benar mencari data
yang benar-benar valid. Ketika peneliti meragukan kebenaran data
yang diperoleh, maka akan dicek ulang kembali dengan informan
lain yang dirasa peneliti lebih mengetahui dan memahami.

Pada penelitian ini hasil dari jawabanakan dirangkum


dan dipilih kembali untuk memilih jawaban-jawaban mana yang
memang benar-benar diperlukan untuk melengkapi data-data dalam
penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk menajamkan, membuang
data yang tidak perlu dari data yang dikumpulkan. Adapun untuk
memudahkan penyajian data dalam pereduksian data dilakukan
penggolongan yang masuk dalam kategori-kategori dan pola-pola
untuk mendapatkan gambaran yang jelas.

29
Sugiyono, Metode Penelitian Pengembangan, (Bandung: Alfabeta, 2015), p. 92.
30
Baswori dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif, (PT Rineka Cipta: Jakarta, 2008), p. 209.

17
3.7.3 Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang


memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks
naratif, matriks, grafik, jaringan dan bagan. Tujuannya adalah
untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan. Penyajian
data juga merupakan bagan dari analisis, bahkan mencakup pula
reduksi data. Dalam proses ini peneliti mengelompokkan hal-hal
yang serupa menjadi kategori atau kelompok satu, kelompok dua,
kelompok tiga, dan seterusnya. Masing-masing kelompok tersebut
menunjukkan tipologi yang ada sesuai dengan rumusan
masalahnya. Dalam tahap ini peneliti juga melakukan penyajian
data secara sistematik31.

Menurut Sugiyono32 dalam penelitian kualitatif,


penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini
Miles dan Huberman yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif. Selanjutnya disarankan dalam melakukan
penyajian data, selain dengan teks naratif, juga dapat berupa,
grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart.

Pada penelitian ini penyajian data yang dilakukan dengan


menyajikan data berupa teks naratif dan bagan. Data yang sudah
terkumpul dan sudah direduksi akan disajikan dalam bentuk teks
naratif dan bagan. Bentuk-bentuk penyajian data tersebut
membahas mengenai bagaimana Jepang menggunakan strategi
Cool Japan dalam menyebarkan kebudayaan populernya.
Penyajian data secara teks naratif secara jelas dan lengkap

31
Baswori dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif, p. 209-210.
32
Sugiyono, Metode Penelitian Pengembangan, p. 95.

18
menjelaskan pemenuhan kebutuhan informasi tersebut dan
penyajian data bagan memuat kategori-kategori pembahasan yang
sudah digolongkan dalam pereduksian data.

3.7.4 Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu


kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna yang
muncul dari data harus selalu diuji kebenaran dan kesesuaiannya
sehingga validitasnya terjamin. Langkah terakhir pada tahap ini
adalah melaporkan hasil penelitian lengkap, dengan temuan baru
yang berbeda dari temuan yang sudah ada33. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas34.

Pada penelitian ini, peneliti berusaha untuk mengambil


kesimpulan secara jelas agar pembaca dapat mengerti dan
memahami hasil penelitian mengenai penyebaran pop culture
Jepang melalui strategi Cool Japan.

33
Baswori dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif, p. 210.
34
Sugiyono, Metode Penelitian Pengembangan, p. 99.

19
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Sejarah dan Perkembangan Strategi Cool Japan


Istilah “Cool” dalam Cool Japan memiliki makna tersendiri yang mana
pemerintah Jepang tidak serta merta gunakan tanpa ada alasan tertentu. ”Cool”
merujuk pada aspek “Coolness”, yang mana menjadi kata kunci dalam strategi
ini. Kata “Cool” menjadi moto pemerintah Jepang yang bersifat politis dan
sengaja digunakan sebagai branding karena terdengar menarik ketika digunakan
sebagai nama dalam sebuah kebijakan 35. Kata “Cool” sendiri memiliki makna
yang objektif dan relatif, yang tidak hanya berfokus pada satu produk budaya
saja. “Cool” mencakup semua aspek unik dan positif di Jepang, termasuk
kebiasaan makan makanan yang sehat hingga kecanggihan toilet yang tersedia di
negara adidaya tersebut36.
Cool Japan bermula dari gagasan Douglas McGray yang tertuang di
sebuah artikelnya yang berjudul “Japan’s Gross National Cool”. Dalam artikel
tersebut, McGray menyatakan opininya mengenai potensi yang dimiliki oleh
Jepang terutama ketika mengacu pada konteks kebudayaan. Lingkup
pembahasan dalam artikel Japan Gross National Cool terbagi kedalam beberapa
bagian, mulai dari sub-bab yang khusus membahas karakter animasi khas Jepang
seperti Pokemon dan Gundam, membandingkan subtansi budaya antara budaya
yang ada di Amerika Serikat dengan Jepang, hingga bagaimana Jepang pada
tahun 1980-an mampu bangkit kembali sebagai negara adidaya dengan menjadi
negara pelopor super power jenis baru yang mengandalkan ekonomi dan
kebudayaan setelah cukup lama mengalami keterpurukan ekonomi37. Melalui

35
Halimun Muhammad,"Cool Japan Answered: Origins, Development, and Purpose of Japan’s
Creative Economy Strategy," Kaori Nusantara, 1 Juni 2015,
https://www.kaorinusantara.or.id/english/82/cool-japan-answered-origins-development-and-purpose-
of-japans-creative-economy-strategy
36
Muhammad "Cool Japan Answered: Origins, Development, and Purpose of Japan’s Creative
Economy Strategy"
37
Douglas McGray," Japan's Gross National CooL," Japan Society, diakses pada 16 Juni 2020,
https://www.japansociety.org/page/multimedia/articles/gross_national_cool

20
artikel tersebut, McGray juga menyadari bahwa dengan beraneka ragam
kebudayaan yang dimiliki oleh Jepang, dalam beberapa divisi dengan segala
kemampuan yang dimiliki oleh masyarakatnya, Jepang telah berhasil
menciptakan sebuah tren baru terutama dalam industri teknologi dan seni yang
membuat Jepang terlihat sebagai negara yang unik yang membuat Jepang
berbeda dengan negara lain.
Pada awalnya, Cool Japan dikembangkan oleh masyarakat Jepang dan
hanya dikonsumsi masyarakat lokal. Kemudian, masyarakat pun mulai bekerja
sama dengan perusahaan swasta dalam pengembangannya, sehingga mulai
disebarkan secara luas ke berbagai negara. Nama-nama seperti Nintendo,
Gundam, Hello Kitty, Doraemon, Pokemon, dan Tamagochi merasuk pada
kehidupan sehari-hari anak-anak hingga remaja di dalam maupun di luar Jepang.
Pengaruh produk Jepang semakin berpengaruh di luar Jepang ketika Pokemon,
salah satu film kartun Jepang, dijadikan sebagai sampul majalah Time
Magazine38 dan pengaruh tersebut diperkuat dengan prestasi Hayao Miyazaki
yang menerima penghargaan Academy Award, dengan karya Spirited Away39.
Hal ini membuktikan bahwa salah satu produk dari Cool Japan yaitu anime
bukan lagi hanya sebagai hiburan anak-anak dan remaja, tetapi merupakan
sebuah seni kontemporer yang menarik penonton dewasa. Setelah melihat
perkembangan Cool Japan yang makin pesat, pemerintah Jepang pun sadar
bahwa Cool Japan memiliki potensi dalam bidang kebudayaan, sehingga
pemerintah Jepang mulai ikut mendukung pengembangan Cool Japan.
Laporan dari Research Society of International Exchange, “Diplomacy in a new
era and the new role of international exchange: Toward Japan‟s taking part in
global puclic opinion formation” merupakan dokumen pemerintah pertama yang
dikeluarkan pada tahun 2003 terkait dengan Cool Japan40. Inti dari laporan

38
"Pokemania! Crazy for Pokemon," Time, 22 November 1999,
http://content.time.com/time/world/article/0,8599,2054246,00.html
39
Kyodo,”'Spirited Away' bags Academy Award,” The Japan Times, 25 Maret 2003,
https://www.japantimes.co.jp/news/2003/03/25/national/spirited-away-bags-academy-
award/#.XvL8DEUzbMV
40
Takeshi Matsui,"Nation Branding Through Stigmatized Popular Culture The “Cool Japan” Craze
Among Central Ministries in Japan," Hitotsubashi Journal of Commerce and Management 48, no. 1,
(2014), p. 89.

21
tersebut adalah penggunaan “Cool Japan” oleh Jepang untuk membangun dan
mempromosikan citra nasional baru dengan memanfaatkan sumber daya
potensial Jepang dikarenakan citra negatif Jepang sebagai negara yang telah
kehilangan peluang menjadi negara super power.
Pada tahun yang sama Pemerintah Jepang mulai mendorong penyebaran
Cool Japan di dunia internasional. Dalam mempromosikan konten Cool Japan
ke luar negeri, Pemerintah Jepang dibantu oleh perusahaan-perusahaan yang
juga didukung oleh Japan External Trade Organization (JETRO), sebuah
organisasi yang berada di bawah parlemen Jepang. Kantor JETRO yang berada
di Los Angeles mengeluarkan laporan “The Status Quo and Prospects of the US
Anime Market” pada tahun 2003 yang menjadi laporan pertama JETRO
mengenai ekspor konten budaya dan semenjak itu telah dikeluarkan laporan
yang sejenis di beberapa wilayah, khususnya di Asia, Eropa dan Amerika
Selatan41.
Pada tahun 2003 juga, Divisi Media dan Industri Konten mendirikan
Content Industry International Strategy Study Group, yang secara garis besar
mendukung konten industri untuk menjadi industri pedoman yang baru untuk
memanfaatkan ekonomi dan untuk berkontribusi meningkatkan nilai citra
bangsa dalam aspek ekonomi dan aspek kebudayaan. Kemudian Jepang
mendirikan Global Strategy Study Group pada tahun 2006 untuk memeriksa
perkembangan Content Industry International Strategy Study Group dan
laporannya dikeluarkan pada tahun 2007 yang mengajukan arahan-arahan bagi
industri konten Jepang untuk mendunia42.
Setelah pemerintahan Koizumi, Cool Japan selalu ditekankan di setiap
pemerintahan dalam kebijakannya, seperti dalam pemerintahan Shinzo Abe.
Shinzo Abe mengesahkan the Asian Gateway Initiative pada tahun 2007. Asian
Gateway Initiative merupakan sebuah kebijakan yang dibuat oleh Jepang dalam

41
Matsui “Nation Branding Through Stigmatized Popular Culture The “Cool Japan” Craze Among
Central Ministries in Japan,” p. 88.

42
Ministry of Economy, Trade and Industry , Contents Global Strategy Final Report, Tokyo: Ministry
of Economy, Trade and Industry, (2007),
http://www.meti.go.jp/english/report/downloadfiles/g71015a02j.pdf

22
membangun kerjasama dengan negara-negara di wilayah Asia. Salah satu
tujuannya adalah untuk menciptakan Jepang sebagai negara yang indah dengan

22
pesona menjanjikan dan dihormati43. Sebagai tambahan di dalam “Japan
Cultural Industry Strategy” terdapat penjelasan bahwa Jepang perlu untuk
mempromosikan pesonanya pada dunia melalui pop culture termasuk gaya
hidup dan nilai yang menciptakan budaya. Cool Japan kemudian diterapkan
oleh Pemerintah Jepang sebagai program atau strategi yang dirancang dan resmi
didukung oleh Ministry of Trade, Economic and Invesment (METI). METI
mendirikan Creative Industries Promotion Office untuk mempromosikan
produk-produk Cool Japan pada Juni 2010. Cool Japan menjadi sebuah strategi
yang diterapkan oleh Pemerintah Jepang dalam mempromosikan industri kreatif
Jepang ke negara-negara asing44.
Cool Japan digabungkan dengan berbagai bentuk atau elemen yang
menarik dari Jepang mulai dari budaya modern hingga budaya tradisional.
Produk-produk Cool Japan terdiri dari anime, manga, film, musik, game,
desain, fashion hingga produk makanan serta berbagai tempat wisata Jepang 45.
Dengan kebudayaan yang melimpah tersebut, telah membuat industri kreatif
Jepang berkembang menjadi sangat luas, sehingga Cool Japan Advisory Council
membuat bentuk-bentuk Cool Japan berdasarkan kategori-kategori industri yang
ada. Bentuk-bentuk industri kreatif Cool Japan dikategorikan dalam fashion,
kuliner, konten, desain, dan pariwisata46. Kategori-kategori ini merupakan
industri-industri yang memiliki potensi pada bidangnya masing-masing dan
dapat dihubungkan satu sama lain untuk menutupi kekurangan masing-masing
dengan kelebihan setiap kategori industri kreatif dari Cool Japan.

43
"Council for Asian Gateway Initiative," Prime Minister of Japan and His Cabinet, 16 Mei 2007,
https://japan.kantei.go.jp/gateway/index_e.html#:~:text=%22The%20Asian%20Gateway
%20Initiative%22%20provides,Japan's%20attractiveness%20to%20the%20world.
44
"Gackt lashes out at Cool Japan: 'Almost no results of Japanese culture exported overseas'," Japan
Today, 6 Juli 2015, https://japantoday.com/category/entertainment/gackt-lashes-out-at-cool-japan-
almost-no-results-of-japanese-culture-exported-overseas
45
"Creating a Vision of Japan: Promoting Cool Japan," Japan Today, 12 Januari 2012,
https://japantoday.com/category/features/opinions/creating-a-vision-of-japan-promoting-cool-japan
46
Ministry of Economy, Trade and Industry , Cool Japan Strategy (Modified version of the Interim
Report submitted to the Cool Japan Advisory Council), Tokyo: Ministry of Economy, Trade and
Industry, (2012),
https://www.meti.go.jp/english/policy/mono_info_service/creative_industries/pdf/121016_01a.pdf

23
Istilah Cool Japan yang berkembang menjadi strategi mulai diterapkan pada
tahun 2011 dan menjadi strategi keempat dalam upaya untuk mendukung serta
mempromosikan strategi kekayaan intelektualnya sebagai strategi nasional pada
era globalisasi. Di dalam dokumen ini, Cool Japan akan memainkan peran
penting dalam upaya membangun kembali Jepang dan kembali menjadi Negara
yang terhormat menggunakan aset intelektual. Kemudian di bawah
pemerintahan Shinzo Abe, pemerintah menciptakan platform publik-swasta
untuk mendorong strategi Cool Japan47. Tahun berikutnya, pada tanggal 12
Januari 2012, Ministry of Economy, Technology and Industry (METI)
mempublikasikan kebijakannya dalam mengekspor konten ke luar negeri
melalui strategi Cool Japan. Bagi METI mempromosikan strategi Cool Japan
akan menjadi nilai tambah dalam menciptakan industri pertumbuhan baru serta
membantu membangun Jepang secara ekonomi.
Pada akhirnya strategi Cool Japan ini adalah strategi yang bertujuan
untuk menyebarkan daya tarik Jepang kepada dunia dengan menggabungkan dan
memanfaatkan pertumbuhan global untuk pertumbuhan domestik. Pelaksanaan
strategi Cool Japan ini tidak terbatas pada kontribusi ekspansi ekonomi melalui
komunikasi informasi Cool Japan dan perluasan barang jasa di luar negeri,
namun juga termasuk pada efek berganda yang dihasilkan dari pelaksanaannya,
yaitu akan meningkatkan konsumsi di Jepang melalui pertumbuhan penggemar
Jepang di luar negeri dan ketika dikaitkan dengan kepentingan Jepang terhadap
sektor pariwisatanya, diharapkan akan membuat kunjungan wisatawan asing di
Jepang meningkat.
4.2 Japan Pop Culture
Beberapa produk kebudayaan Jepang yang modern dan populer menjadi aspek
penting dalam pelaksanaan strategi Cool Japan. Kembali pada konsep awal dari
Cool Japan, bahwa konsep Cool Japan ini mencangkup pada seluruh pop
culture Jepang seperti konten seperti mainan, komik dan anime, fashion, produk

47
Nyshka Chandran"Super Abe was a taste of Tokyo’s 2020 Olympic campaign," CNBC, 22 Agustus
2016, https://www.cnbc.com/2016/08/22/super-abe-was-a-taste-of-tokyos-2020-olympic-
campaign.html#:~:text=Tokyo%20stole%20the%20show%20at,ahead%20of%20the
%202020%20Games.

24
makanan Jepang, budaya tradisional, desain hingga produk berteknologi tinggi
seperti robot dan teknologi lingkungan. METI membaginya kedalam 5 produk

24
yaitu anime, manga, film, makanan, dan fashion. Lima produk ini merupakan
industri atau produk yang memiliki potensi dalam memberikan profit ekonomi
bagi negara Jepang.
4.2.1 Manga (Komik)
Kepopuleran manga dimulai pada abad ke-20 ketika
dicabutnya hukum yang melarang penerbitan barang-barang terkait
manga48. Di dalam perkembangannya, manga menjadi kebudayaan
populer Jepang yang semakin berkembang dan jenisnya semakin
beragam. Mulai dari cerita manga yang semakin beragam, dan ringan
untuk dibaca karena telah terbagi dibeberapa genre sehingga tidak hanya
anak-anak dan anak remaja saja yang membaca manga, tetapi manga
menjadi pantas untuk dikonsumsi dari berbagai kalangan. Manga menjadi
sangat populer setelah perang dunia II. Ditahun 2002 manga menjadi
populer di Italia, Prancis, Jerman dan Spanyol49.
Manga telah tersebar dan di nikmati oleh banyak masyarakat
di dunia, pemerintah Jepang ikut berkontribusi untuk memanfaatkan
manga sebagai alat untuk mendapatkan citra baik di mata masyarakat
global. Taro Aso yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Jepang,
memanfaatkan manga sebagai bagian dari diplomasi budaya dengan
menyelanggarakan Japan International MANGA Award yang telah
dilaksanakan sejak tahun 2007 dan hingga saat ini masih rutin
dilaksanakan. Penghargaan ini diberikan kepada pencipta manga yang
berkontribusi pada penyebaran budaya manga di luar negeri dan
pertukaran budaya internasional melalui manga50.
Manga menjadi akses untuk mengetahui budaya Jepang yang telah
menarik banyak orang di dunia untuk menjadi penggemar dan
membangkitkan minat dalam budaya Jepang. Banyaknya peminat manga

48
Aaron Albert,"Manga 101 -Basic Walk- through of the Manga World," Liveaboutdotcom, 27 Maret
2017, https://www.liveabout.com/manga-world-101-805003
49
Kinko Ito,"A History of Manga in the Context of Japanese Culture and society," The Journal of
Popular Culture 38, no.3, (2005), p. 456-473.
50
"Japan International MANGA Award," Ministry of Foreign Affairs of Japan, 18 Juni 2020,
https://www.mofa.go.jp/policy/culture/exchange/pop/manga/index.html

25
di seluruh dunia menjadikan manga menjadi salah satu ekspor yang
menguntungkan secara ekonomi dan sosial dan telah membantu Jepang
menjadi salah satu pengekspor produk budaya terbesar di dunia. Manga
Pokemon yang diterbitkan pada tahun 1996 adalah salah satu ekspor
manga yang paling menguntungkan dengan pendapatan lebih dari 150
miliar dolar51.
4.2.2 Anime (Animasi)
Anime adalah singkatan dari kata animation (animasi), di
Jepang sendiri kata anime digunakan untuk merujuk semua animasi tanpa
terkecuali. Namun di luar negara Jepang, kata anime telah menjadi istilah
khusus untuk seluruh animasi dari Jepang. Anime tidak seperti
kebanyakan animasi yang ada di Amerika seperti Batman dan Spiderman.
Perbedaan ini dapat dilihat dari banyak hal seperti isi cerita, luasnya
materi dan bahkan nuansa budaya yang ditunjukkan oleh karakter anime
itu sendiri. Anime memiliki beragam pilihan yang disesuaikan dengan
hampir setiap kelompok umur, sehingga anime dapat dinikmati oleh
semua usia. Penggemar anime akan mendapatkan pandangan secara
mendalam mengenai sejarah, bahasa, dan pandangan mengenai Jepang52.
Pada tahun 1980-an animasi Jepang mendapatkan pengakuan
oleh dunia untuk pertama kalinya53. Di akhir tahun 80-an dan selama
tahun 90-an menjadi abad kepopuleran anime seperti Dragon Ball Z
maupun Pokemon di seluruh dunia. Anime telah berhasil menarik ribuan
penggemar dari berbagai negara. Anime memegang posisi nomor satu di
dunia animasi selama hampir dua dekade. Lebih dari 60% dari kartun
animasi yang disiarkan diseuruh dunia dibuat di Jepang54.

51
Jonah Asher dan Yoko Sola,"The Manga phenomenon," World Intellectual Property Organization,
Diakses pada 19 Juni 2020, https://www.wipo.int/wipo_magazine/en/2011/05/article_0003.html
52
“Manga 101 -Basic Walk- through of the Manga World,"
53
Uchiyama Takashi,"Japanese Television’s Contribution to Tourism," Nippon.com, 25 Juli 2018,
https://www.nippon.com/en/currents/d00401/
54
Ian Condry,"Anime Creativity: Characters and Premises in the Quest for Cool Japan," Theory,
Culture and Social, no. 26, (2009), p. 145.

26
Anime turut serta dimanfaatkan oleh kementerian luar negeri Jepang
sebagai alat untuk meningkatkan minat masyarakat di luar negeri. Hal
tersebut pertama kali dilakukan pada tahun 2008 yaitu saat itu menteri
luar negeri Koumura menobatkan Doraemon sebagai duta anime yang
diharapkan mampu memberikan pemahaman lebih kepada masyarakat di
dunia tentang Jepang.
Manga dan anime merupakan akumulasi gambar dan gaya
yang merujuk pada desain, makanan, pakaian, bangunan, kepercayaan,
olahraga, sejarah, bahasa dan geografi. Penggambaran sikap dan tingkah
laku masyarakat Jepang diambil dari sejarah dan budaya, sehingga kedua
kebudayaan populer tersebut dapat menjadi media untuk menyampaikan
sisi positif Jepang kepada msyarakat di luar Jepang yang belum
mengetahui Jepang.
4.2.3 Film
Bagi kebanyakan masyarakat diberbagai negara, film buatan Jepang
masih kurang diakui keberadaannya dan lebih mengenal film produksi
Amerika. Terlepas dari itu pada faktanya tidak sedikit film Jepang yang di
produksi ulang oleh Amerika sperti film yang berjudul The Last Samurai,
Spirited Away, Godzilla, Hanabi, Zatoichi dan Twilight Samurai. Selain
itu Jepang juga memproduksi film yang berbentuk anime, salah satu film
bentuk anime yang banyak mendapatkan respon atau yang populer hingga
ke luar negeri adalah film yang berupa anime. Salah satu film anime yang
berjudul Kimi no nawa telah mencuri perhatian di dalam dan luar negeri
sejak dirilis pada bulan juni tahun 2016. Film yang disutradarai oleh
Makoto Shinkai ini memenangkan penghargaan Best Animation Award di
Los Angeles, Amerika dan menyandang predikat sebagai film Jepang
dengan jumlah penonton terbanyak di Tiongkok55. Film ini telah terjual
8,5 juta tiket dan menghasilkan 11,1 miliar yen, atau sekitar 111 juta

55
Wataru Kobayashi,"Makoto Shinkai: The History of the Director of ‘Your Name’ (Kimi no Na wa),"
Manga Tokyo, Diakses pada 19 Juni 2020, https://manga.tokyo/otaku-articles/the-history-of-makoto-
shinkai-director-of-your-name/#:~:text=no%20Na%20wa)-,Makoto%20Shinkai%3A%20The
%20History%20of%20the%20Director%20of%20'Your%20Name,'%20(Kimi%20no%20Na
%20wa)&text=He%20is%20Makoto%20Shinkai%2C%20the,Award%20for%20Best%20Animated
%20Film.

27
dolar. Itu menjadikannya film terlaris di Jepang tahun ini, bahkan
mengalahkan Godzilla Resurgence yang sangat sukses56.
4.2.4 Makanan
Sama seperti negara lainnnya, Jepang juga memiliki
makanan khas yang menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi
masyarakat di negara lain. Daya tarik yang dimiliki dari makanan asing
dari negara lain biasany dihasilkan dari rasanya maupun bahan
makanannya. Makanan Jepang menarik perhatian masyarakat tida khanya
dari rasanya saja namun juga dengan citra yang sehat. Untuk masakan
Jepang, unsur kesehatan juga sangat dihargai oleh masyarakat negara lain.
Makanan Jepang telah menjadi fokus diskusi kontemporer
diantara jurnalis, pemimpin bisnis, diplomat, hingga pejabat pemerintah
lainnya. Secara umum masakan Jepang sangat tepat jika dianggap sebagai
salah satu identitas budaya nasional. Sedangkan dalam lingkup
internasional, makanan Jepang termasuk bagian dari soft power atau daya
tarik Jepang. Pada tahun 2008, sebanyak 64,5% alasan turis asing yang
berkunjung ke Jepang adalah demi makan makanan Jepang57.
Masakan Jepang memiliki citra yang positif di negara lain,
seperti di Brasil mennganggap bahwa masakan Jepang memiliki citra
yang sehat. Di Bangkok, masakan Jepang dianggap sebagai masakan
yang memiliki citra yang canggih karena produk makanan Jepang yang
dianggap mahal dan bekualitas tinggi dalam hal warna, bentuk rasa,
keamanan dan kemasan58.
Pada tahun 1990-an sebuah acara televisi yang bernama Iron
Chef meraih popularitas besar ketika ditayangkan di The Food Network di
Amerika Serikat. Dari acara tersebut, penonton pandangannya mulai

56
Ollie Barder,"'Kimi No Na Wa' Has Made Over $100 Million At The Japanese Box Office," Forbes,
28 September 2016, https://www.forbes.com/sites/olliebarder/2016/09/28/kimi-no-na-wa-has-made-
over-100-million-at-the-japanese-box-office/#4b7295cf28ce
57
Theodore C. Bestor, Cuisine and identity in Contemporary Japan. In T. C. Victoria Bestor,
Japanese Culture and Societ, (New York: Routladge handbook of japanese culture, 2011), p. 24.
58
"Results of JETRO’s Survey on Japanese Foods Directed at Overseas Consumers - Japanese dishes
rank top as most popular foreign cuisine in six-city survey of emerging markets," Japan Products High
Quality Products and Services, 28 March 2014, http://japan-product.com/japanese-dishes-rank-top-in-
emerging-markets/

28
terbuka bahwa masakan Jepang tidak hanya sushi, tempura dan sukiyaki.
Jepang memiliki budaya makanan yang unik yang sebagian besar
makanannya terbuat dari berbagai bahan segar baik dari laut dan
pegunungan. Ramen instan, sushi, dan kecap adalah salah satu makanan
Jepang yang tersebar di seluruh dunia. Sushi adalah contoh klasik dari
cara penyebaran makanan Jepang di Asia Timur, pertama menjadi
populer di Korea Selatan dan Taiwan, kemudian menyebar ke seluruh
wilayah di dunia59.
Kepopuleran makanan Jepang dapat dilihat dari banyaknya
restoran Jepang di luar negeri. Terdapat sekitar 117.568 restoran Jepang
di luar negeri pada oktober 2017, ini merupakan peningkatan 30%
dibandingkan dengan tahun 2015. Peningkatan popularitas makanan
Jepang seperti sushi dan ramen di luar negeri juga mendapatkan pengaruh
dari meningkatnya jumlah wisatawan dari berbagai negara yang
mengunjungi Jepang60.
4.2.5 Fashion
Industri fashion di Jepang mulai mendapat pengakuan
internasional pada tahun 1980-an saat perancang busana Yohji
Yamamoto, Issey Miyake dan Rei Kawakubo menampilkan koleksinya di
Paris dengan memperkenalkan fashion Jepang yang unik dan street
fashion yang dapat menjangkau konsumen jenis baru. Jepang memiliki
fashion yang berbeda dan unik dari kebanyakan fashion yang ada di
negara lain, fashion ini disebut dengan fashion subculture. Fashion
subculture ini menampilkan sisi kebebasan dalam berbusana dengan
memadupadankan pakaian yang terkesan tampak unik, seperti pemilihan
warna yang beragam, hingga menggunakan karakter anime dan kartun,
seperti karakter Hello Kitty atau Disney seperti Mickey Mouse. Orang-

59
Japan Extrenal Trade Organization (JETRO), "Cool" Japan's Economy Warms Up, Tokyo: Japan
Extrenal Trade Organization (JETRO), (2005), p. 6.
https://www.jetro.go.jp/en/reports/market/pdf/2005_27_r.pdf
60
"Number of Overseas Japanese Restaurants Tops 100,000," Nippon.com, 15 Juni 2018,
https://www.nippon.com/en/features/h00218/

29
orang yang biasanya berpenampilan fashion subculture ini berada di
Shibuya, Harajuku, Shinjuku, dan Akihabara, dan ini menjadi daya tarik

29
tersendiri bagi masyarakat asing61. Japan street fashion atau yang dikenal
dengan Harajuku style menarik perhatian di seluruh dunia, karena
keunikannya dalam memadukan unsur-unsur barat dengan Jepang
sehingga menciptakan fashion yang tidak ada di tempat lain.
Para desainer muda dan rumah fashion Jepang mulai
bermunculan dan sedang membangun reputasinya di luar negeri dengan
banyaknya desainer Jepang yang menampilkan koleksinya di peragaan
busana yang di adakan di paris misalnya. Selain itu di pasar China dan
Asia banyak di jual majalah fashion terjemahan bahasa Jepang dan kata
kunci kawaii yang berarti imut dan fashion yang berasal dari Jepang
populer dan banyak disukai dikalangan wanita muda di Asia62.

Produk-produk Cool Japan yang telah disebutkan menjadi media yang


merefleksikan aspek-aspek positif mengenai Jepang, karena produk-produk
tersebut khususnya manga dan anime mengandung suatu pesan tersendiri. Manga
dan anime secara tidak langsung mengandung unsur-unsur budaya di dalam
ceritanya maupun dalam penggambaran manga, sehingga hal tersebut menjadi
sebuah bentuk dari promosi.
Pop culture memiliki potensi untuk memicu pariwisata dan hal ini dapat
dilihat secara tidak langsung, dimana negara Jepang telah dipasarkan setiap kali
publik asing mengkonsumsi atau secara aktif mencari pop culture. Bahwa
masyarakat asing yang menjadi penggemar pop culture Jepang merupakan calon
wisatawan yang aktif untuk saat ini dan di masa mendatang. METI berharap
bahwa peningkatan kehadiran produk pop culture Jepang akan menarik lebih
banyak wisatawan asing dan juga meningkatkan pariwisata domestik63.

61
"Japan’s Fashion Subcultures," The Diplomat, 23 Februari 2011,
https://thediplomat.com/2011/02/japans-fashion-forward-subcultures/
62
"Japanes Fashion," Japan External Trade Organization, Diakses pada 19 Juni 2020,
https://www.jetro.go.jp/en/trends/fashion.html
63
L Russell,"Assessing Japan’s Inbound Tourism: A SWOT Analysis," Hannami Theory Social
Science 53, no. 1, 2017, p. 9.

30
4.3 Implementasi Strategi Cool Japan
Pemerintah Jepang telah menyusun dan melaksanakan berbagai
kebijakan demi mencapai kepentingan negaranya. Salah satu kebijakannya
mengenai pop culture, Jepang melalui kekuatan daya tarik kebudayaannya yang
dikemas kedalam strategi yang disebut Cool Japan menjadi salah satu cara untuk
menyebarkan pop culture di seluruh dunia. Strategi Cool Japan merupakan
sebuah kebijakan yang agak rumit, karena banyak nya pihak yang terlibat dalam
pelaksanaannya, mulai dari kementerian, hingga pihak swasta. Tidak hanya itu,
strategi ini juga tergolong luas dan mendalam karena tujuannya bukan sekedar
mengekspor pop culture Jepang saja, namun juga meliputi pembangunan yang
dilakukan di dalam negeri agar dapat menghasilkan produk Cool Japan yang baik
dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Tidak hanya itu dengan
memperkuat daya tarik yang ada di dalam negeri juga termasuk dalam
implementasi strategi Cool Japan64.
Agar lebih mudah dalam mencapai tujuan dari strategi Cool Japan
maka pemerintah Jepang membaginya ke dalam tiga proses yang sesuai dengan
tujuannya yaitu pertama untuk menciptakan produktivitas kreatif Jepang, kedua
untuk mendapatkan keuntungan dari pasar luar negeri dan yang ketiga untuk
menarik investasi masuk di Jepang serta untuk mempromosikan pariwisata.
Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi Cool Japan diimplementasikan oleh
pemerintah Jepang serta pihak terkait dalam:
4.3.1 Penyebaran Informasi
Setelah menyatukan seluruh pihak yang berkontribusi dalam
strategi Cool Japan, maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah
menyebarkan informasi mengenai produk Cool Japan ke luar negeri.
Penyebaran ini diharapkan menjadi media dalam menyampaikan pesan
kepada masyarakat di luar negeri yang sudah menjadi penggemar Jepang
maupun yang belum mengenal Jepang, yang akan dapat meningkatkan
minat masyarakat asing terhadap Jepang. Penyebaran ini dilaksanakan
dengan melakukan kerjasama diantara pihak yang terkait dalam

64
Cabinet Office, Cool Japan Strategy Public-Private Collaboration Initiatve.

31
memanfaatkan berbagai saluran media untuk menyampaikan sebuah
informasi.
Penyebaran ini salah satunya dilakukan melalui Japan Gov,
situs resmi bahasa Inggris pemerintah, dan akun pemerintah resmi di
Facebook, Twitter, dan media sosial lainnya 65. Situs resmi Japan Gov
yang dapat di akses melalui koneksi internet ini menyediakan berbagai
informasi tentang Jepang bagi publik yang ingin memperluas
pengetahuannya yang berkaitan dengan Jepang. Web ini
mempublikasikan berbagai agenda pemerintah, kementerian dan
organisasi pemerintah yang telah dilaksanakan. Situs ini juga
mempublikasikan sebuah majalah elektronik resmi yang memperkenalkan
aktivitas Jepang dan hubungannya yang dalam dan banyak sisi dengan
seluruh dunia kepada negara-negara di seluruh dunia yang diterbitkan
setiap dua bulan sekali. Selain itu majalah ini juga mempublikasikan
mengenai Friends of Japan, yang berfokus pada individu dari negara lain
yang berperan aktif di Jepang, dan Japanese Individuals Contributing
Worldwide, yang memperkenalkan relawan Jepang di luar negeri.
Selanjutnya tidak hanya melalui media informasi resmi
pemerintah, dalam menyebarkan informasi dan pemahaman mengenai
negara Jepang dan membuat Jepang terkenal di luar negeri, serta untuk
menghasilkan efek berganda di berbagai bidang dan industri, seperti
meningkatkan pengunjung dari luar negeri ke Jepang dan
mengkomunikasikan teknologi canggih, dibawah tanggung jawab
Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi (MIC), sektor Cool Japan
membantu strategi yang sedang berlangsung dengan menciptakan konten
siaran dan menyebarluaskannya ke luar negeri 66. Dalam implementasinya
pemerintah menjadikan penyiaran sebagai salah satu pelaksanaan dari
strategi Cool Japan yang dilaksanakan melalui penggunaan media massa

65
Cabinet Office, Cool Japan Strategy Public-Private Collaboration Initiatve.

66
Cabinet Office, Cool Japan Strategy Public-Private Collaboration Initiatve.

32
elektronik seperti penyiaran televisi dan internet. Hal ini dilaksanakan
oleh pemerintah Jepang dengan mengekspor saluran televisinya yang

32
menayangkan animasi, entertainment, budaya hingga gaya hidup, ke
berbagai negara di dunia67.
Pemerintah Jepang menggunakan media massa elektronik
untuk menyebarkan konten yang menjadi sumber daya tarik Jepang ke
berbagai negara di dunia. Ekspor konten televisi Jepang menjadi salah
satu kunci keberhasilan Cool Japan yang menjadi daya tarik Jepang ke
seluruh dunia. Mengekspor konten televisi Jepang akan berkontribusi
untuk meningkatkan pendapatan industri televisi Jepang dan juga
memainkan peran penting untuk memperkenalkan Jepang di seluruh
dunia. Karena konten televisi Jepang memiliki beragam genre sehingga
hal ini memungkinkan untuk memperkenalkan daya tarik Jepang kepada
masyarakat global. Saat masyarakat asing ingin merasakan budaya
modern Jepang dan cara hidup mereka bisa mendapatkannya dengan
menonton animasi dan drama. Tidak hanya itu melalui acara yang
disiarkan oleh media televisi juga dapat memperkenalkan berbagai hal
mengenai Jepang seperti fashion Jepang, makanan, lingkungan Jepang,
pariwisata, spesialisasi lokal, pop culture, musik dan karya visual.
Dalam mengekspor konten televisi ini pemerintah
berkoordinasi dengan BEAJ (Broadcast Program Export Association of
Japan) yang didirikan pada tanggal 23 Agustus 2013 dengan tujuan
mengekspor program penyiaran Jepang ke Luar negeri dan berkontribusi
pada strategi domestik seperti Cool Japan dan Visit Japan. BEAJ
membantu Festival TV ASEAN Jepang, yang diadakan pada tahun 2015
dan 2017 di Malaysia dan Filipina. Strategi yang akan dijalankan oleh
BEAJ dalam penyebaran budaya Jepang ini meliputi penyiaran konten
Jepang secara terus menerus di negara-negara ASEAN, selain itu BEAJ
juga membangun kemitraan dengan sektor publik dan swasta serta
melakukan kerjasama aktif dengan organisasi terkait lainnya seperti

67
Ministry of Economy, Trade and Industry, "Cool Japan Strategy," Tokyo: Ministry of Economy,
Trade and Industry, (2012) ,
https://www.meti.go.jp/english/policy/mono_info_service/creative_industries/pdf/120116_01a.pdf

33
menandatangani MoU bisnis dengan Cool Japan Fund, melakukan
kerjasama dengan JNTO dan JETRO68.
Penyebaran produk Cool Japan dilaksanakan dengan
mengekspor program dan saluran televisi Jepang. Program yang diekspor
seperti program Japan in Motion yang tayang di Perancis sejak tahun
2009, dan tahun 2014-2018 di Thailand69. Program ini merupakan
program yang memperkenalkan dan membahas mengenai kebudayaan
Jepang seperti makanan, musik, fashion dan bahkan tempat-tempat di
Jepang yang menampilkan panorama yang indah. Program selanjutnya
adalah Channel Japan yang ditayangkan di Singapura, Taiwan, India dan
Indonesia. Program televisi ini juga menayangkan berbagai hal tentang
Jepang, tidak hanya kebudayaannya namun juga mengenai bisnis dan
ekonomi negara Jepang.
Saluran televisi seperti Waku-waku Japan yang merupakan
saluran televisi TV yang menayangkan berbagai program hiburan umum
yang berkaitan dengan Jepang dan diperuntukkan bagi pemirsa di luar
negeri. Waku-waku Japan menyiarkan berbagai program Jepang yang
mengesankan, termasuk anime, drama, olahraga, musik, film, perjalanan
dan makanan, semua dalam bahasa Jepang namun sudah dipermudah
dengan adanya terjemahan bahasa yang disesuaikan dengan dimana
program tersebut ditayangkan. Saluran televisi ini mendapatkan bantuan
pendanaan yang diberikan oleh Cool Japan Fund sebesar 4,4 miliar yen
atau sekitar 35 juta dolar. Saluran ini pertama kali diluncurkan di
Indonesia dan kemudian pada bulan Juni 2014 saluran televisi ini juga di
tayangkan di Myanmar70.

68
"About BEAJ," Broadcast Program Export Association of Japan, 23 Agustus 2020,
https://www.beaj.jp/english/about.html#:~:text=BEAJ%20aims%20to%20expand%20markets,Japan
%22%20and%20%22Visit%20Japan.

69
“Japan in Motion,” Japan in Motion, Diakses pada 19 Juni 2020, https://www.tss-tv.co.jp/jim/

70
Cool Japan Fund Inc,"Investing in an overseas “Japan Channel”," Tokyo: Cool Japan Fund Inc,
(2015), https://www.cj-fund.co.jp/en/files/press_150304-1.pdf

34
NHK World menjadi salah satu saluran televisi yang juga di ekspor oleh
pemerintah Jepang, yang kini telah ditayangkan di 130 negara. Saluran

34
televisi ini mendistribusikan berbagai macam program seperti drama,
program anak-anak, olahraga, hiburan dan program seni dan budaya,
bahkan saluran televisi ini memiliki program bernama Cool Japan yang
didalam program tersebut menampilkan berbagai kebudayaan Jepang
yang dianggap biasa oleh masyarakat Jepang namun tidak biasa oleh
masyarakat asing. Acara ini dikemas dengan menggunakan opini orang
asing, untuk menggali dan memeriksa daya tarik dan rahasia dari aspek
budaya yang dianggap populer. NHK World juga menayangkan program
berita dan documenter, dimana program tersebut mendapatkan dukungan
pendanaan oleh pemerintah.
Japan Foundation yang merupakan salah satu pihak yang
juga berkaitan dengan strategi Cool Japan berkontribusi dalam
mengekspor program televisi ke luar negeri. Japan Foundation
menciptakan peluang untuk memperdalam pemahaman budaya Jepang
melalui konten visual dengan menyediakan program televisi Jepang yang
disiarkan di luar negeri. Pada tahun 2015, total terdapat 31 program
televisi disiarkan di 20 negara dan tahun 2016 menargetkan menyiarkan
lebih dari 400 program televisi termasuk drama, anime, dan dokumenter
di 70 negara71.
4.3.2 Penyelenggaraan Ekshibisi di Luar Negeri
Informasi mengenai Jepang yang telah dilaksanakan melalui media massa
kemudian di tindak lanjuti dengan mengadakan berbagai acara yang
terkait Cool Japan serta industri konten lainnya untuk membentuk
festival konten terbesar di dunia. Untuk menyebarkan berbagai atraksi
Jepang ke luar negeri, pemerintah juga menggunakan acara internasional
yang berskala besar di luar negeri dengan menyelenggarakan acara
dengan tema penyebaran produk Jepang di luar ngeri dan layanan yang
menggunakan konten Jepang. Penyelenggaraan acara ini salah satunya
adalah acara animasi terbesar di Asia Tenggara AFA (Anime Festival

71
"3 Fields of Cultural Exchanges," Japan Foundation, Diakses pada 19 Juni 2020,
https://www.jpf.go.jp/e/about/result/ar/2015/03_04.html

35
Asia) yang di selenggarakan di tiga negara, Singapura, Thailand dan
Indonesia sejak tahun 2015 dan dilaksanakan ditahun berikutnya. Acara

35
yang menampilkan berbagai hal mengenai kebudayan Jepang dan 100
perusahaan pada tahun 2016 di Singapura berhasil menarik 95.000
pengunjung dalam 3 hari, pengunjung ini tidak hanya berasal dari
Singapura saja namun juga berasal dari Malaysia dan negara tetangga
yang mencapai sperempat dari total72.
Praktik dari strategi ini juga dilaksanakan melalui CoFesta
(Japan International Contents Festival) dibawah pengawasan METI73.
CoFesta adalah proyek yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan
promosi acara-acara yang terkait dengan game, anime, manga, karakter,
penyiaran, musik, film, dan industri konten Jepang lainnya, serta acara-
acara terkait konten industri seperti fashion dan desain, sehingga acara ini
dapat lebih efektif menjangkau dunia internasional74.
Tahun 2013 salah satu CoFesta yang dilaksanakan di luar
negeri terdapat di Singapura yaitu MANGA Festival dan Japan Expo yang
diadakan di Paris. Festival ini rutin diadakan pada setiap tahun. Japan
Expo yang diadakan di Paris yang merupakan sebuah wadah bagi para
penggemar Jepang dan budaya Jepang seperti musik, cosplay, video
game, seni bela diri, fashion serta kebudayaan tradisional Jepang seperti
ikebana atau seni merangkai bunga Jepang, upacara minum teh, kaligrafi,
lukisan, permainan tradisional, masakan. Atraksi yang paling populer di
festival ini adalah cosplay, dimana para cosplayer tampil di panggung
dengan kostum mempesona para pahlawan favorit mereka, untuk tampil
di panggung cosplay terbesar di Eropa75.

72
"シンガポールにおけるクールジャパン発信イベント," Cabinet Office, Diakses pada 19 Juni
2020, https://www.cao.go.jp/cool_japan/kaigai/20161126event.html

73
“Cool Japan Strategy Public-Private Collaboration Initiatve, Cool Japan Strategy Promotion,”

74
"About CoFesta," Japan International Contents Festival, Diakses pada 19 Juni 2020,
https://www.cofesta.go.jp/pc/

75
"About Japan Expo," Japan Expo, 28 Februari 2020, https://www.japan-expo-
paris.com/en/info/about-japan-expo_11331.htm

36
4.3.3 Bantuan Pendanaan oleh Cool Japan Fund
Pelaksanaan strategi Cool Japan oleh pemerintah juga diwujudkan
dengan memberikan dukungan berupa bantuan pendanaan kepada pihak
yang berkontribusi dalam menyebarkan produk Cool Japan. Pada bulan
November 2013 pemerintah mendirikan Cool Japan Fund sebagai dana
publik-swasta dengan tujuan mendukung dan mempromosikan
perkembangan permintaan di luar negeri untuk produk dan layanan
Jepang. Cool Japan Fund bertujuan untuk mengkomersialkan Cool Japan
dan meningkatkan permintaan luar negeri dengan menyediakan modal
untuk bisnis di berbagai bidang, termasuk media serta konten, makanan
serta layanan, dan fashion serta gaya hidup76. Karena tujuannya tersebut,
dapat dikatakan bahwa Cool Japan Fund ini memberikan bantuan
pendanaan kepada pihak bisnis yang masih dalam lingkungan produk
Cool Japan seperti makanan, fashion, manga, anime, yang akan
memperluas bisnisnya ke luar negeri.
Pemerintah Jepang mengatur kriteria khusus bagi pihak
bisnis yang ingin mendapatkan bantuan pendanaan oleh Cool Japan
Fund. Kriteria tersebut yang pertama adalah produk tersebut harus dapat
memupuk permintaan publik luar negeri terhadap produk Jepang,
membangun kesadaran merek Jepang di pasar global, serta mendorong
pertumbuhan. Kedua, pihak bisnis tersebut harus memperlihatkan bahwa
produknya memiliki nilai keuntungan yang sesuai dengan standar yang di
tentukan. Ketiga, produk yang dipasarkan dapat menghasilkan dampak
ekonomi seperti menjadi pencetus pasar luar negeri, menyediakan media
umum untuk memfasilitsi UKM daerah untuk memasarkan produknya ke
luar negeri, dan dapat berefek pada penyiaran ke konsumen di seluruh
dunia. Hingga saat ini Cool Japan Fund telah membantu mendanai
sebanyak 28 pihak bisnis yang ingin memperluas bisnisnya yang terkait
dengan kebudayaan Jepang di luar negeri.

76
"What is Cool Japan Fund," Cool Japan Fund, Diakses pada 19 Juni 2020, https://www.cj-
fund.co.jp/en/about/cjfund.html

37
Pada tahun 2014 Cool Japan Fund dan JNTO menandatangani perjanjian
kemitraan untuk memperkuat hubungan diantara keduanya. Kolaborasi ini

37
bertujuan untuk meningkatkan jumlah orang asing yang menyukai Jepang
di seluruh dunia dan memikat lebih banyak turis asing ke Jepang dengan
dukungan Cool Japan yang menjadi daya tarik milik negara Jepang.
Kementerian dan lembaga pemerintah terkait akan bekerja sama untuk
mempromosikan siaran dan distribusi konten televisi Jepang yang
menyampaikan nilai lebih dan positf mengenai wilayah Jepang kepada
penonton77.
4.3.4 Pertukaran Budaya
Tidak hanya menyebarkan produk Cool Japan melalui media
komunikasi dan informasi saja, pengimplementasian strategi Cool Japan
lainnya adalah dengan melibatkan publik asing dan interaksinya untuk
memiliki pengalaman mengenai Jepang secara langsung. Tahun 2016
pemerintah Jepang yang diwakili oleh MOFA (Ministry of Foreign
Affairs) melaksanakan Program Ikatan Persahabatan Jepang, program ini
dimaksudkan untuk mempromosikan pertukaran people to people antara
Jepang dan berbagai negara di Asia-Pasifik, Amerika Utara, Eropa,
Amerika Latin, dan Karibia. Program ini juga untuk mendorong
pemahaman tentang ekonomi, masyarakat, sejarah Jepang, beragam
budaya, politik dan hubungan diplomatik di antara para peserta78.
Progam pertukaran selanjutnya adalah JENESYS (Japan-
East Asia Network of Exchange for Students and Youths) pertukaran
pemuda antara Jepang dan Negara-negara Anggota ASEAN, di antara
negara-negara lain, sebagai JENESYS 2.0. Sekitar 30.000 pemuda dari
kawasan Asia/Oseania akan diberikan kesempatan untuk berpartisipasi
dalam program terkait. Program ini bertujuan untuk menghidupkan
kembali ekonomi Jepang dengan mempromosikan minat potensial
terhadap Jepang, meningkatkan pengunjung ke Jepang, dan pada saat

77
Ryoichi Matsuyama,"Inbound and Cool Japan," Cool Japan Fund, 28 April 2016, https://www.cj-
fund.co.jp/en/news/column/8.html

78
Cabinet Office,"Cool Japan Event Calendar 2016," Cabinet Office, (2016),
https://www.cao.go.jp/cool_japan/english/event_en/pdf/siryou_2016_english.pdf

38
yang sama, mempromosikan pemahaman global pada kekuatan Jepang.
dan atraksi serta nilai-nilai Jepang, termasuk Cool Japan79.

Implementasi strategi Cool Japan yang telah dilaksanakan oleh


pemerintah serta aktor Cool Japan lainnya yang berupa penyebaran produk pop
culture Jepang seperti anime, manga, film, fashion, dan makanan, yang
melibatkan beberapa pihak serta media, telah berperan untuk menyampaikan
daya tarik yang dimiliki Jepang, untuk dapat lebih menarik minat masyarakat
asing terhadap negara Jepang. Sehingga pelaksanaan strategi Cool Japan
memiliki peran terhadap upaya penyebaran pop culture Jepang di negara-negara
lain.

79
"JENESYS 2.0," Ministry of Foreign Affairs of Japan, 6 Oktober 2017,
https://www.mofa.go.jp/region/page24e_000001.html

39
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Selain mengembangkan kebudayaan tradisionalnya, Jepang juga
mengembangkan budaya populer atau pop culture. Melalui strategi Cool Japan,
pop culture Jepang berkembang dan menyebar dengan cepat hingga
mempengaruhi negara-negara lain. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya produk
kebudayaan jepang seperti makanan, manga, fashion dan anime yang menjadi
banyak diminati tidak hanya di dalam Jepang namun juga di luar Jepang.
Produk-produk Cool Japan yang telah disebutkan menjadi media yang
merefleksikan aspek-aspek positif mengenai Jepang, karena produk-produk
tersebut khususnya manga dan anime mengandung suatu pesan tersendiri.
Manga dan anime secara tidak langsung mengandung unsur-unsur budaya di
dalam ceritanya maupun dalam penggambaran manga, sehingga hal tersebut
menjadi sebuah bentuk dari promosi sehingga menjadikan Cool Japan sebagai
salah satu alat diplomasi yang bisa dibilang sangat ampuh.
Dalam mengiimplementsikan strategi Cool Japan dalam menyebarkan
pop culture, pemerintah Jepang melakukan beberapa cara seperti melakukan
penyelenggaraan ekshibisi di luar negeri dan melakukan pertukaran budaya.
Melakukan penyelenggaraan ekshibisi dan melakukan pertukaran budaya
merupakan cara yang jitu dalam menyebarkan pop culture. Dikarenakan kedua
cara ini melibatkan publik asing dan interaksinya untuk memiliki pengalaman
mengenai Jepang secara langsung, sehingga kedua cara ini bisa dibilang sebagai
cara yang plaing ampuh dalam menyebarkan pop culture dan mempengaruhi
negara-negara lain.

40
DAFTAR PUSTAKA

Artikel Jurnal

Condry, Ian,"Anime Creativity: Characters and Premises in the Quest for Cool Japan,"
Theory, Culture and Social, no. 26, (2009), pp. 139-163.

Ito, Kinko,"A History of Manga in the Context of Japanese Culture and society," The
Journal of Popular Culture 38, no.3, (2005), pp. 456-473.

Matsui, Takeshi,"Nation Branding Through Stigmatized Popular Culture The “Cool


Japan” Craze Among Central Ministries in Japan," Hitotsubashi Journal of
Commerce and Management 48, no. 1, (2014), pp. 81-97.

Nye, Joseph S.,”Public Diplomacy and Soft Power,” The Annals of the American
Academy of Political and Social Science 616, no.1 (2008), pp. 94-109.

Russell, L,"Assessing Japan’s Inbound Tourism: A SWOT Analysis," Hannami Theory


Social Science 53, no. 1, 2017, pp. 21-50.

Artikel Daring

"3 Fields of Cultural Exchanges," Japan Foundation, Diakses pada 19 Juni 2020,
https://www.jpf.go.jp/e/about/result/ar/2015/03_04.html

"About BEAJ," Broadcast Program Export Association of Japan, 23 Agustus 2020,


https://www.beaj.jp/english/about.html#:~:text=BEAJ%20aims%20to
%20expand%20markets,Japan%22%20and%20%22Visit%20Japan.

"About CoFesta," Japan International Contents Festival, Diakses pada 19 Juni 2020,
https://www.cofesta.go.jp/pc/

"About Japan Expo," Japan Expo, 28 Februari 2020, https://www.japan-expo-


paris.com/en/info/about-japan-expo_11331.htm

41
Albert, Aaron,"Manga 101 -Basic Walk- through of the Manga World,"
Liveaboutdotcom, 27 Maret 2017, https://www.liveabout.com/manga-
world-101-805003

Asher, Jonah dan Yoko Sola,"The Manga phenomenon," World Intellectual Property
Organization, Diakses pada 19 Juni 2020,
https://www.wipo.int/wipo_magazine/en/2011/05/article_0003.html

Barder, Ollie,"'Kimi No Na Wa' Has Made Over $100 Million At The Japanese Box
Office," Forbes, 28 September 2016,
https://www.forbes.com/sites/olliebarder/2016/09/28/kimi-no-na-wa-has-
made-over-100-million-at-the-japanese-box-office/#4b7295cf28ce

"Council for Asian Gateway Initiative," Prime Minister of Japan and His Cabinet, 16
Mei 2007, https://japan.kantei.go.jp/gateway/index_e.html#:~:text=%22The
%20Asian%20Gateway%20Initiative%22%20provides,Japan's
%20attractiveness%20to%20the%20world.

Chandran, Nyshka,"Super Abe was a taste of Tokyo’s 2020 Olympic campaign," CNBC,
22 Agustus 2016, https://www.cnbc.com/2016/08/22/super-abe-was-a-taste-
of-tokyos-2020-olympic-campaign.html#:~:text=Tokyo%20stole%20the
%20show%20at,ahead%20of%20the%202020%20Games.

"Creating a Vision of Japan: Promoting Cool Japan," Japan Today, 12 Januari 2012,
https://japantoday.com/category/features/opinions/creating-a-vision-of-
japan-promoting-cool-japan

"Gackt lashes out at Cool Japan: 'Almost no results of Japanese culture exported
overseas'," Japan Today, 6 Juli 2015,
https://japantoday.com/category/entertainment/gackt-lashes-out-at-cool-
japan-almost-no-results-of-japanese-culture-exported-overseas

42
Hirotaka, Watanabe,"Shouldn’t Cool Japan Be Changed?," Japan Foreign Policy
Forum, 14 November 2016,
https://www.japanpolicyforum.jp/diplomacy/pt20161114034339.html

"Japan’s Fashion Subcultures," The Diplomat, 23 Februari 2011,


https://thediplomat.com/2011/02/japans-fashion-forward-subcultures/

"Japanes Fashion," Japan External Trade Organization, Diakses pada 19 Juni 2020,
https://www.jetro.go.jp/en/trends/fashion.html

“Japan in Motion,” Japan in Motion, Diakses pada 19 Juni 2020, https://www.tss-


tv.co.jp/jim/

"Japan International MANGA Award," Ministry of Foreign Affairs of Japan, 18 Juni


2020,
https://www.mofa.go.jp/policy/culture/exchange/pop/manga/index.html

"JENESYS 2.0," Ministry of Foreign Affairs of Japan, 6 Oktober 2017,


https://www.mofa.go.jp/region/page24e_000001.html

Kelts, Roland,"Cool Japan-Beginnings," The Accj Journal, diakses pada 16 Juni 2020,
https://journal.accj.or.jp/cool-japan-beginnings/

Kobayashi, Wataru,"Makoto Shinkai: The History of the Director of ‘Your Name’ (Kimi
no Na wa)," Manga Tokyo, Diakses pada 19 Juni 2020,
https://manga.tokyo/otaku-articles/the-history-of-makoto-shinkai-director-
of-your-name/#:~:text=no%20Na%20wa)-,Makoto%20Shinkai%3A
%20The%20History%20of%20the%20Director%20of%20'Your
%20Name,'%20(Kimi%20no%20Na%20wa)&text=He%20is%20Makoto
%20Shinkai%2C%20the,Award%20for%20Best%20Animated%20Film.

Kyodo,”'Spirited Away' bags Academy Award,” The Japan Times, 25 Maret 2003,
https://www.japantimes.co.jp/news/2003/03/25/national/spirited-away-
bags-academy-award/#.XvL8DEUzbMV

43
Matsuyama, Ryoichi,"Inbound and Cool Japan," Cool Japan Fund, 28 April 2016,
https://www.cj-fund.co.jp/en/news/column/8.html

McGray, Douglas," Japan's Gross National CooL," Japan Society, diakses pada 16 Juni
2020,
https://www.japansociety.org/page/multimedia/articles/gross_national_cool

Muhammad, Halimun,"Cool Japan Answered: Origins, Development, and Purpose of


Japan’s Creative Economy Strategy," Kaori Nusantara, 1 Juni 2015,
https://www.kaorinusantara.or.id/english/82/cool-japan-answered-origins-
development-and-purpose-of-japans-creative-economy-strategy

Nagata, Kazuaki,"Exporting culture via 'Cool Japan' METI promoting art, food,
fashion abroad to cash in on 'soft power'," The Japan Times, 15 Mei 2012,
https://www.japantimes.co.jp/news/2012/05/15/reference/exporting-culture-
via-cool-japan/#.XurSHUUzbMV

"Number of Overseas Japanese Restaurants Tops 100,000," Nippon.com, 15 Juni 2018,


https://www.nippon.com/en/features/h00218/

"Results of JETRO’s Survey on Japanese Foods Directed at Overseas Consumers -


Japanese dishes rank top as most popular foreign cuisine in six-city survey
of emerging markets," Japan Products High Quality Products and Services,
28 March 2014, http://japan-product.com/japanese-dishes-rank-top-in-
emerging-markets/

Takashi, Uchiyama,"Japanese Television’s Contribution to Tourism," Nippon.com, 25


Juli 2018, https://www.nippon.com/en/currents/d00401/

"What is Cool Japan Fund," Cool Japan Fund, Diakses pada 19 Juni 2020,
https://www.cj-fund.co.jp/en/about/cjfund.html

"シンガポールにおけるクールジャパン発信イベント," Cabinet Office, Diakses


pada 19 Juni 2020,
https://www.cao.go.jp/cool_japan/kaigai/20161126event.html

44
Buku

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek, Jakarta: Rineka


Cipta, 2002.

Badri, Jusuf, Kiat Diplomasi: Mekanisme dan Pelaksanaannya, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1993.

Baswori dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif, PT Rineka Cipta: Jakarta,


2008.

Bestor, Theodore C., Cuisine and identity in Contemporary Japan. In T. C. Victoria


Bestor, Japanese Culture and Societ, New York: Routladge handbook of
japanese culture, 2011.

Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi, Presentasi, dan


Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Penelitian Pemula Bidang
Ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002.

Huntington, Samuel P., The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order,
New Delhi: Penguin Books, 1997.

Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rakesarasin, 1996.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosdakarya, 2010.

Nye, Joseph S., Soft Power: The Means to Success in World Politics, New Yorks:
Public Affairs, 2004.

Nawawi, Hadari, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005.

Ogura, Kazuo, Japan's Cultural Diplomacy, Past and Present, Tokyo: Japan
Foundation, 2009.

Storey, John, Teori Budaya dan Budaya Pop, Yogyakarta: Penerbit Qalam, 1993.

45
Schneider, Cynthia P., The New Public Diplomacy Soft Power in International
Relations, London: Palgrave Macmillan, 2005.

Silalahi, Ulber, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Unpar Press, 2006.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,


2013.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2009.

Sugiyono, Metode Penelitian Pengembangan, Bandung: Alfabeta, 2015.

Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta: Sebelas Maret University Press,


2002.

Xintian, Xu, Cultural Factors in International Relations, Shanghai: Shanghai Institute


of International Studies, 2004.

Dokumen Pemerintah

Cabinet Office,"Cool Japan Event Calendar 2016," Cabinet Office, (2016),


https://www.cao.go.jp/cool_japan/english/event_en/pdf/siryou_2016_englis
h.pdf

Cool Japan Strategy Promotion Council, Cool Japan Strategy Public-Private


Collaboration Initiatve, (Tokyo: Cabinet Office, 17 Juni 2015),
https://www.cao.go.jp/cool_japan/english/pdf/published_document2.pdf

Cool Japan Fund Inc,"Investing in an overseas “Japan Channel”," Tokyo: Cool Japan
Fund Inc, (2015), https://www.cj-fund.co.jp/en/files/press_150304-1.pdf

Japan Extrenal Trade Organization (JETRO), "Cool" Japan's Economy Warms Up,
Tokyo: Japan Extrenal Trade Organization (JETRO), (2005), p. 6.
https://www.jetro.go.jp/en/reports/market/pdf/2005_27_r.pdf

46
Ministry of Economy, Trade and Industry , Cool Japan Strategy (Modified version of
the Interim Report submitted to the Cool Japan Advisory Council), Tokyo:
Ministry of Economy, Trade and Industry, (2012),
https://www.meti.go.jp/english/policy/mono_info_service/creative_industri
es/pdf/121016_01a.pdf

Ministry of Economy, Trade and Industry , Contents Global Strategy Final Report,
Tokyo: Ministry of Economy, Trade and Industry, (2007),
http://www.meti.go.jp/english/report/downloadfiles/g71015a02j.pdf

Swiss Federal Department of Foreign Affairs (FDFA), ABC of Diplomacy, (Bern: Swiss
Federal Department of Foreign Affairs (FDFA)), (2008), p. 3.
https://www.eda.admin.ch/dam/eda/en/documents/publications/Glossarezur
Aussenpolitik/ABC-Diplomatie_en.pdf

47

Anda mungkin juga menyukai