Asam jika larutan tersebut menghasilkan ion H+ dan sisa asamnya berupa
non logam. Asam umumnya memiliki rasa masam. Rumus kimia asam terdiri
adari atom hidrogen (ditulis di depan) dan anion berupa sisa asam. Akan tetapi,
asam merupakan senyawa molekul bukan senyawa ion. Penamaan senyawa asam
dilakukan dengan menambahkan kata asam di depan lalu diikuti dengan anion
sebagai sisa asam.
HA –> H+ + A–
menuliskan kata “asam” lalu diikuti oleh anion/sisa asam dengan akhiran “-ida”
2) Senyawa asam yang mengandung oksigen maupun unsur lain atau disebut juga
diganti dengan “it” dan “at”. Asam-okso dengan atom oksigen lebih sedikit
Ganti suku kata “hal” pada kedua metode tata nama di atas dengan nama
halogennya (klor untuk Cl, brom untuk Br, iod untuk I). Fluor F tidak
memembentuk asam oksihalogen karena paling elektronegatif dengan kata lain
hanya mempunyai satu bilangan oksidasi yaitu -1.
HF : asam fluorida
HCl : asam klorida
HBr : asam bromida
HI : asam iodida
HCN : asam sianida
H2S : asam sulfida
d. Jika terdapat lebih dari satu kosntituen maka penamaannya dimulai dari urutan
abjad konstituen. Jadi bukan lagi menurut urutan rantai paling dekat dengan
gugus karboksilat.
contoh:
Asam 2-propil-3-metil pentanoat –> salah karena seharusnya jika menurut
abjad metal
lebih dulu baru propil.
Asam 3-metil-2-propil pentanoat –> benar
c. Untuk penomoran substituen dimulai dari atom carbon letak gugus karboksil
dengan urutan α, β, γ, dan seterusnya. Agak berbeda dengan sistem IUPAC yang
menggunakan angka.
Contoh :
asam β, γ-dimetilvalerat
d. tambahkan kata asam di depan.
Titik didih asam karboksilat relatif tinggi dibandingkan alkohol, aldehid, dan keton
dengan massa molekul relatif yang hampir sama. Hal ini karena terjadinya ikatan
hidrogen antar molekul.
Perhatikan titik didih beberapa senyawa alkohol dan asam karboksilat berikut.
Titik
Massa Molekul
Nama Struktur Didih
relatif (Mr)
(°C)
etanol CH3–CH2–OH 46 47
asam 46 100
metanoat
propanol CH3–CH2–CH2–OH 60 97
asam
60 118
etanoat
Dari data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa titik didih asam karboksilat
lebih tinggi daripada titik didih alkohol dengan massa molekul relatif yang sama.
3) Asam karboksilat, empat anggota pertama mudah larut dalam air. Kelarutan
asam karboksilat makin menurun seiring dengan kenaikan jumlah atom karbon.
Adanya rantai bercabang menyebabkan kelarutan makin menurun.
4) Asam karboksilat dengan jumlah atom karbon rendah mempunyai bau asam,
sedangkan jumlah atom karbon empat hingga delapan berupa cairan tidak
berwarna yang mempunyai bau yang sangat tidak enak.
Bau cuka merupakan bau asam asetat, bau mentega adalah asam butirat. Asam
kaproat terdapat pada rambut dan keringat kambing. Asam
dari C5 hingga C10 semuanya mempunyai bau seperti kambing. Asam ini
dihasilkan oleh bakteri kulit pada minyak keringat. Asam di atas C10 merupakan
padatan seperti wax/lilin, dan karena tingkat penguapannya yang rendah, asam ini
tidak berbau. Sifat fisika senyawa karboksilat dapat kamu lihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Titik Beku, Titik Didih, dan Kelarutan Senyawa Asam Karboksilat
Kelaruta
Titik Titik Ka
Nama n
Rumus Molekul Beku Didih (25
Asam (g/100g
(°C) (°C) °C)
air)
1,77 ×
HCCOH metanoat 8 100 Larut
10-4
1,76 ×
CH3COOOH etanoat 17 118 Larut
10-5
1,34 ×
CH3CH2-COOH propanoat -22 141 Larut
10-5
CH3 1,54 ×
butanoat -5 163 Larut
(CH2)2COOOH 10-5
CH3 1,51 ×
pentanoat -35 187 5
(CH2)3COOOH 10-5
CH3 (CH2)4 1,43 ×
heksanoat -3 205 1
COOOH 10-5
CH3 (CH2)5 1,42 ×
heptanoat -8 224 0,24
COOOH 10-5
CH3 (CH2)6 1,28 ×
oktanoat 16 238 0,07
COOOH 10-5
CH3 (CH2)7 1,09 ×
nonaot 14 254 0,03
COOOH 10-5
CH3 (CH2)8 1,43 ×
dekanoat 31 268 0,02
COOOH 10-5
3) Reaksi esterifikasi
Asam karboksilat bereaksi dengan alkohol membentuk suatu ester dan air.
Contoh :
4) Wujud Pada temperatur kamar, asam karboksilat yang bersuku rendah adalah
zat cair yang encer, suku tengah berupa zat cair yang kental, dan suku tinggi
berupa zat padat yang tidak larut dalam air.
5) Titik didih dan titik leleh Td dan Tl asam karboksilat relatif tinggi karena
kuatnya tarik menarik antarmolekul. Bahkan, lebih tinggi dari alkohol yang
bersesuaian.
6) Kelarutan Asam karboksilat suku rendah dapat larut dalam air, tetapi asam
karboksilat suku yang lebih tinggi sukar larut air.
7) Daya hantar listrik Asam karboksilat dapat terionisasi sebagian dalam air,
sehingga termasuk senyawa elektrolit lemah.
R-COOH ⇋ R-COO- + H+
Turunan asam karboksilat yang mempunyai kepolaran besar lebih mudah diserang
daripada turunan asam karboksilat dengan kepolaran yang randah. Klorida asam
lebih reaktif daripada ester dan ester lebih reaktif daripada amida, sebab klor yang
elektronegatif mempolarisasi gugus karbonil lebih kuat daripada gugus alkoksi
atau gugus amino. Urutan reaktivitas adalah sebagai berikut:
Konsekuensi yang penting adalah kita dapat mengubah turunan asam yang lebih
reaktif menjadi senyawa turunan asam yang kurang reaktif. Dengan demikian, kita
dapat mengubah klorida asam menjadi anhidrida, ester, dan amida. Sebaliknya,
amida tidak dapat menjadi ester, anhidrida, atau klorida asam. Berikut ini
ditunjukkan transformasi antara senyawa turunan asam karboksilat.
Oleh karena kereaktifan diatas, maka sangat mungkin ester untuk dapat
membentuk amida dan karena hasil akhir yang diinginkan adalah benzoil klorida
maka ester yang saya gunakan adalah metil benzoat.
Ester mengalami reaksi dengan amonia atau amina menghasilkan amida melalui
reaksi yang disebut amonolisis. Mekanismenya sama dengan penyabunan, adapun
mekanisme reaksi amonolisis daripada metil benzoat dengan amonia adalah
sebagai berikut.Reaksi Umum untuk Amonolisis:
diatas dapat kita lihat, tejadi adisi oleh amonia pada sisi karbonil setelah pada
oksigen yang berikatan dengan karbon tersebut mengalami delokalisasi pasangan
elektron bebas. Sehingga serangan nukleofilik tersebut dapat terjadi. Lalu, terjadi
pemutusan ikatan pada gugus –OCH3 akibat dorongan delokalisasi pada ikatannya
sehingga terbentuk senyawa ion amida. Lalu terjadi perpindahan proton dari ion
amida ke ion alkohol sehingga terbentuklah senyawa benzamida dan metanol.
Lalu karena target akhirnya dalam bentuk asil klorida maka senyawa diatas
tersebut harus diubah menjadi asam karboksilatnya terlebih dahulu baru bisa
diubah menjadi asil kloridanya. Adapun reaksi pembentukan kembali asam
karboksilat tersebut dinamakan reaksi hidrolisis pada senyawa amida dan berikut
mekanisme reaksinya.
Reaksi Umum untuk Hidrolisis pada Senyawa Amida:
Dari reaksi umum diatas dapat dilihat terjadi delokalisasi pada karboksilnya akibat
adanya gaya van der wall’s terhadap proton H+ sehingga terbentuklah ikatan
hidrogen dan memicu terjadinya serangan nukleofilik dari ion hidroksi sehingga
membentuk 1’, kemudian karena awal reaksinya karboksil dalam bentuk
intermediet trigonal maka intermediet tetrahedral diatas tersebut akan ditiadakan
dengan delokalisasi pada karboksilnya sehingga terbentuk intermediet trigonal
kembali, lalu menghasilkan asam benzoat dan ion amonium.
Setelah terbentuknya asam benzoat tersebut, lalu disintesa lagi dengan pereaksi
khusus (PCl5, PCl3, SOCl2) guna membentuk benzoil klorida. Dan pereaksi yang
biasanya digunakan adalah tionil klorida atau PCl3 karena tionil klorida meskipun
kurang reaktif daripada fosforhalida namunhasil reaksinya berupa gas (SO2 dan
HCl) yang dapat menguap sehingga hasil akhirnya murni asil klorida dan zat ini
juga berupa zat cair dengan titik didih 750, sehingga di dalam pembuatan asil
klorida berfungsisebagai pelarut dan juga pereaksi. Adapun mekanisme reaksinya
yaitu sebagai berikut.
Dari mekanisme diatas terjadi delokalisasi ikatan pada atom Cl dari tionil klorida
sebagai akibat kereaktifan dari karbonil pada benzoil klorida sehingga terbentuk
ion klorida dan ion tionil. Akibat dari pembentukan kedua ion tersebut, terjadilah
serah terima pasangan elektron pada ion tersebut dengan benzoil klorida sehingga
terbentuklah intermediet tetrahedral. Kemudian terjadilah delokalisasi yang
mengakibatkan putusnya ikatan antara karbon pada karbonil dengan atom O.
Terbentuklah dua senyawa diatas yaitu salah asil klorida dan salah satunya
mengalami reaksi eliminasi pada kondisi panas membentuk gas SO2 dan gas HCl
sehingga benzoil klorida yang dihasilkanpun optimal.
E. Ester
1. Tata Nama Ester
a. Tata Nama IUPAC
Ester adalah senyawa turunan alkana dengan gugus fungsi —COOR, dengan
R adalah gugus alkil. Ester juga mempunyai rumus kimia yang sama dengan asam
karboksilat yaitu CnH2nO2 sehingga berisomer gugus fungsi.
Sama seperti turunan alkana yang lain, ester memiliki peraturan dalam tata nama
IUPAC yaitu:
1. Gugus —COOR dalam ester terpisah dalam penamaannya, yaitu dibagi atas —
COO dan —R
2. Gugus —COO adalah gugus alkanoat, sedangkan gugus —R adalah gugus alkil
3. Gugus —R selalu berada dekat oksigen (O) pada —COO
4. Gugus sebelah —COO (tidak —OR ; alkil) adalah rantai cabang, dan, atom C-nya
bergabung dengan atom C pada —COO (lihat gambar!)
5. Penamaannya adalah alkil + alkanoat. Jadi, gugus alkil dulu baru disebutkan gugus
alkanoat
6. Semua gugus —COOR masuk ke dalam rantai utama
7. Dalam penamaan IUPAC ester,jika ada cabang, —COO selalu mendapatkan
nomor 1 dan masuk dalam rantai utama
Contoh :
Tabel 1. Tata Nama Trival dan IUPAC
F. Pembuatan Ester
Ester dibuat dengan mereaksikan alkohol atau fenol dengan asam karboksilat
kemudian direfluks. Fenol yaitu senyawa organik dimana gugus -OH langsung
terikat pada cincin benzena. Reaksi pembuatan ester disebut esterifikasi dan reaksi
yang terjadi disebut reaksi esterifikasi Fischer. Reaksi esterifikasi merupakan
reaksi reversibel yang sangat lambat, tetapi bila menggunakan katalis asam
mineral seperti asam sulfat (H2SO4) dan asam klorida (HCl) kesetimbangan akan
tercapai dalam waktu yang cepat. Pola umum dalam pembuatan ini dinyatakan
dengan persamaan berikut
berikut.
Bila keton yang diperoleh di atas direaksikan lebih lanjut dengan R’’MgX
maka pada akhirnya diperoleh suatu alkohol terseir menurut persamaan reaksi
berikut ini.
Ester tidak
bereaksi dengan ion
halida atau dengan
ion karboksilat
sebab nukleofil ini merupakan basa lebih lemah daripada gugus pergi ester. Suatu
ester bereaksi dengan air membentuk suatu asam karboksilat dan alkohol. Ini
merupakan suatu contoh reaksi hidrolisis – suatu reaksi dengan air yang mengubah
satu senyawa menjadi dua senyawa.
Suatu ester bereaksi dengan alkohol membentuk ester baru dan alkohol
baru. Ini merupakan contoh reaksi alkoholisis. Reaksi alkoholisis tertentu ini
disebut juga reaksi transesterifikasi sebab satu ester dirubah menjadi ester lain.
Hidrolisis dan alkoholisis
dari suatu ester
merupakan reaksi sangat
lambat sebab air dan alkohol
merupakan nukleofil lemah dan ester memiliki gugus pergi yang sangat basa.
Hidrolisis dan alkoholisis ester dapat dikatalisis dengan asam. Kecepatan hidrolisis
dapat ditingkatkan dengan ion hidroksida dan kecepatan alkoholisis dapat
ditingkatkan dengan basa konjugasi (RO¯) dari alkohol reaktan.
Ester juga bereaksi dengan amina membentuk amida. Reaksi dengan amina
mengubah satu senyawa menjadi dua senyawa yang disebut aminolisis. Sebagai
catatan bahwa aminolisis dari ester membutuhkan hanya satu ekuivalen amina,
tidak seperti aminolisis dari suatu asil halida atau asam anhidrida, yang
membutuhkan dua ekuivalen. ekuivalen.
Reaksi dari ester
dengan amina tidak
selambat reaksi dari
ester dengan air dan
alcohol, sebab amina
merupakan nukleofil yang lebih baik. Ini merupakan keuntungan sebab kecepatan
reaksi dari reaksi ester dengan amina tidak ditingkatkan dengan asam atau HO¯
atau RO¯.
H. Lakton
a) Lactone (Lakton)
Lakton adalah ester siklik yang merupakan produk kondensasi dari alkohol-OH dan asam
karboksilat-COOH dalam senyawa yang sama. Ciri khas dari lakton adalah sebuah cincin
yang menutup yang terdiri dari 2 atau lebih karbon yang memiliki carbonyl dan atom
oksigen yang bersebelahan
Hitung jumlah atom karbon antara carbonyl (C=O) dan atom Oksigen. Jika ada 1
carbon, maka disebut alpha laton, jika ada dua karbon maka disebut beta lakton,
kalau ada 3 atom karbon maka disebut gamma lakton.
Menggunakan nama ester dari lakton tersebut, yaitu dengan cara menggantikan
kata asam (acid) dengan olide
Dinamai berdasarkan precursor dari senyawa asamnya, seperti aceto =2, propio =
3, butyro = 4, Valero =5, capro =6) yang diakhriri dengan –lactone dan prefix
huruf latin yang merupakan menyatakan jumlah karbon dalan heterosiklik.
I. Penyabunan Ester
Pengertian Penyabunan
Angka Penyabunan
Hubungan pemutusan ikatan ester oleh basa diambil reaksi kesetimbangan. Anion
hidroksida meyerang gugus karbonil ester. Produk perantara disebut dengan
ortoester.
Pemutusan alkosida menghasilkan asam karboksilat.
Alkosida lebih dari sekedar konjugat dari asam karboksilat. Dengan demikian,
transfer proton menjadi lebih cepat.
J. Amonolisis
ester
Amonolisis antara ester dengan ammonia menghasilkan suatu amida disebut
amonolisis. Rsaksi amonolisis tidak memerluan katalis.
K. Reaksi ester dengan reagen grignard
Bila keton yang diperoleh di atas direaksikan lebih lanjut dengan R’’MgX maka
pada akhirnya diperoleh suatu alkohol terseir menurut persamaan reaksi berikut
ini.
L. Reduksi Ester
Ester merupakan turunan dari asam karboksilat yang dapat di peroleh jika gugus
OH dari asam korboksil diganti dengan OR. Reaksi dari ester ada beberapa di
antaranya adalah reaksi hidrolisis asam, reaksi hidrolisis basa (penyabunan), reaksi
amonolisis ,reaksi Grignard, dan reaksi reduksi. Reaksi reduksi suatu ester dapat
melibatkan reaksi radikal.
Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul
yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Radikal ini
memiliki reaktivitas yang tinggi karena sangat tidak stabil yang disebabkan oleh
adanya elektron yang tidak berpasangan. Untuk mendapatkan stabilitas kimia,
radikal bebas tidak dapat mempertahankan bentuk asli dalam waktu lama sehingga
segera berikatan dengan bahan yang ada disekitarnya. Radikal bebas akan
menyerang molekul yang stabil, yang terdekat dan mengambil elektron, zat yang
terambil elektronnya akan menjadi radikal bebas juga sehingga akan memulai
suatu reaksi berantai, yang akhirnya terjadi kerusakan pada sel tersebut. Sehingga
Reaksi radikal bebas adalah reaksi rantai yang terdiri dari inisasi, propagasi dan
terminasi. Untuk reaksi reduksi dapat dilakukan dengan hidrogenasi katalitik
menggunakan gas hidrogen, katalisator, panas, dan tekanan atau reaksi dengan
litium aluminum hidrida yang di ikuti hidrolisis. Pada reduksi ester ini akan
menghasilkan alkohol primer.
Untuk dapat mereduksi ester yang melibatkan reaksi radikal bebas maka dapat
direaksikan dengan logam Na. Karena Logam natrium merupakan reduktor
berelektron tunggal, yang berarti bahwa logam natrium akan mentransfer satu
elektron. Empat atom natrium diperlukan untuk sepenuhnya mereduksi ester
menjadi alkohol. Etanol berperan sebagai sumber proton. Sehingga, pada reaksi
reduksi ester yang melibatkan reaksi radikal bebas tidak hanya menggunakan
tahap-tahap pada reaksi radikal bebas. Tetapi dapat juga direaksikan dengan logam
Na yang nantinya akan menghasilkan alkohol primer.
MEKANISME REAKSI:
M. Asil Halide
Gugus RCO- adalah sebuah asil halida. Asil klorida adalah asil halida yang sering
digunakan. Asil halida dibuat dengan halogenasi sebuah asam karboksilat, maka
dari itu dinamakan asam halida. Jutaan kilogram senyawa ini diproduksi setiap
tahunnya untuk memproduksi asam asetat.
Reaksi
Asil halida adalah senyawa buatan yang dibuat dalam reaksi tertentu dari senyawa
organik lainnya. Asil halida dapat bereaksi dengan:
Dalam reaksi di atas, HX atau hidrogen halida juga terbentuk. Contohnya, jika asil
halida adalah asil klorida, juga akan terbentuk HCl atau asam klorida dalam reaksi.
Karena asil halida adalah senyawa agak reaktif, senyawa ini memiliki sifat racun
dan harus berhati-hati. Asil halida dapat beraksi dengan air pada permukaan mata
dan membentuk asam halida dan asam organik yang mengiritasi mata.
N. Anhidrida Asam
Anhidrida asam merupakan suatu senyawa organik yang memiliki dua gugus asil
yang terikat pada atom oksigen yang sama. Jenis anhidrida asam organik yang
umum adalah anhidrida karboksilat, di mana asam induknya adalah asam
karboksilat, rumus kimia yang umum pada senyawa ini adalah (RC(O))2O.
Anhidrida asam simetris pada jenis ini dinamai dengan mengganti kata asam pada
nama asam karboksilat induknya dengan kata anhidrida. Karenanya, (CH3CO)2O
disebut sebagai anhidrida asetat. Anhidrida asam campuran (atau tidak simetris),
seperti anhidrida asetat format (lihat di bawah), juga dikenal.
Satu atau kedua gugus asil pada anhidrida asam mungkin juga dapat berasal dari
asam organik yang lain, seperti asam sulfonat atau asam fosfonat. Satu gugus asil
pada anhidrida asam dapat pula berasal dari asam anorganik seperti asam fosfat.
Anhidrida campuran 1,3-bisfosfogliserat merupakan suatu zat antara pada
pembentukan ATP melalui glikolisis, adalah suatu anhidrida campuran antara
asam 3-fosfogliserat dan asam fosfat. Oksida asam juga terkadang dikelompokkan
sebagai suatu anhidrida asam.
Reaksi
Anhidrida asam merupan sumber bagi gugus asil yang reaktif, dan reaksi serta
penggunaannya mirip dengan asil halida. Dalam reaksi dengan substrat protik,
reaksi tersebut membutuhkan produk asilasi dan asam karboksilat dengan jumlah
yang sama:
RC(O)OC(O)R + HY → RC(O)Y + RCO2H
untuk HY = HOR (alkohol), HNR'2 (amonia, amina primer, sekunder), cincin
aromatik (lihat asilasi Friedel-Crafts).
O. Amida
Karena penggunaan ganda dari kata "amida", telah ada perdebatan tentang peraturan
untuk menamakan anion yang diturunkan dari amida pertama (contohnya amina
terasilasi terdeprotosinasi), beberapa diantaranya digunakan sebagai counterion yang
non-reaktif.