Anda di halaman 1dari 39

BAB 11 dan 12 SENYAWA ASAM KARBOKSILAT

A. Tata Nama Asam


1. Tata Nama Asam

Asam jika larutan tersebut menghasilkan ion H+ dan sisa asamnya berupa
non logam. Asam umumnya memiliki rasa masam. Rumus kimia asam terdiri
adari atom hidrogen (ditulis di depan) dan anion berupa sisa asam. Akan tetapi,
asam merupakan senyawa molekul bukan senyawa ion. Penamaan senyawa asam
dilakukan dengan menambahkan kata asam di depan lalu diikuti dengan anion
sebagai sisa asam.
HA –> H+ + A–

Secara umum, senyawa asam dapat dikelompokkan menjadi tiga:

1) Senyawa asam yang tidak mengandung oksigen; penamaannya cukup dengan

menuliskan kata “asam” lalu diikuti oleh anion/sisa asam dengan akhiran “-ida”

2) Senyawa asam yang mengandung oksigen maupun unsur lain atau disebut juga

dengan asam-okso; penamaan didasarkan pada atom pusat yang akhirannya

diganti dengan “it” dan “at”. Asam-okso dengan atom oksigen lebih sedikit

menggunakan akhiran “it” pada anionnya, sedangkan untuk asam-okso dengan

jumlah oksigen lebih banyak menggunakan akhiran “at” pada anionya


3) Senyawa asam oksihalogen yaitu senyawa asam halida yang mengandung

oksigen; penamannya tergantung dari jumlah biloks halogennya:

Biloks +1 : asam hipohalit {trivial} atau asam halat (I) {IUPAC}

Biloks +3 : asam halit {trivial} atau asam halat (III) {IUPAC}

Biloks +5 : asam halat {trivial} atau asam halat (V) {IUPAC}

Biloks +7 : asam perhalat {trivial} atau asam halat (VII) {IUPAC}

Ganti suku kata “hal” pada kedua metode tata nama di atas dengan nama
halogennya (klor untuk Cl, brom untuk Br, iod untuk I). Fluor F tidak
memembentuk asam oksihalogen karena paling elektronegatif dengan kata lain
hanya mempunyai satu bilangan oksidasi yaitu -1.

Contoh tata nama senyawa asam


1. Senyawa asam yang tidak mengandung oksigen

 HF : asam fluorida
 HCl : asam klorida
 HBr : asam bromida
 HI : asam iodida
 HCN : asam sianida
 H2S : asam sulfida

2. Senyawa asam yang mengandung oksigen

 HNO2 : asam nitrit (anion berupa ion nitrit NO2–)


 HNO3 : asam nitrat (anion berupa ion nitrat NO3–)
 H2CO3 : asam karbonat (anion berupa ion karbonat CO32-)
 H2SO3 : asam sulfit (anion berupa ion sulfit SO32-)
 H2SO4 : asam sulfat (anion berupa ion sufat SO42-)
 H2CrO4 : asam kromat (anion berupa ion kromat CrO42-)
 H3PO3 : asam fosfit (anion berupa ion fosfit PO32-)
 H3PO4 : asam fosfat (anion berupa ion fosfat PO43-)
 HMnO4 : asam permanganat (anion ion permanganat MnO4–)
 H2MnO4 : asam manganat (anion ion manganat MnO42-)
 H2CrO4 : asam kromat (anion ion kromat CrO42-)
 H2Cr2O7 : asam dikromat (anion ion dikromat Cr2O72-)

3. Senyawa asam oksihalogen

Asam dengan biloks +1 :

 HClO : asam hipoklorit {trivial} atau asam klorat (I)


 HBrO : asam hipobromit {trivial} atau asam bromat (I)

Asam dengan biloks +3 :

 HClO2 : asam klorit {trivial} atau asam klorat (III)

Asam dengan biloks +5 :

 HClO3 : asam klorat {trivial} atau asam klorat (V)


 HIO3 : asam iodat {trivial} atau asam iodat (V)

Asam dengan biloks +7 :

 HClO4 : asam perklorat {trivial} atau asam klorat (VII)


 HBrO4 : asam perbromat {trivial} atau asam bromat (VII)

2. Tata Nama Asam Karboksilat


Asam karboksilat merupakan senyawa organik turunan alkana dengan
gugus fungsi -COOH dan rumus umum CnH2nO2. Gugus fungsi -COOH memiliki
nama lain gugus karboksil yang merupakan gabungan dari gugus karbonil (-CO-)
dan gugus hidroksil (-OH).
Senyawa asam karboksilat terbagi menjadi dua golongan, yaitu senyawa
alifatik dan aromatik. Pada senyawa alifatik, apabila satu atom H dikeluarkan,
diperoleh gugus alkil yang disingkat R. Sementara itu, gugus fungsi yang berasal
dari cincin senyawa aromatik dinamakan gugus aril yang disingkat Ar. Oleh
karena itu, rumus fungsi asam karboksilat ada dua, yaitu R-COOH untuk golongan
alifatik dan Ar-COOH untuk golongan aromatik.

Gambar 1. Rumus Asam


Karboksilat

 Tata Nama IUPAC


Penamaan asam karboksilat menurut IUPAC cukup mudah. Mereka dinamai 
dengan menggantikan akhiran -a pada nama rantai alkana dengan akhiran -oat.
Kemidian tinggal ditambah kata asam di depannya.
Cara Penamaan Asam karboksilat rantai Panjang
a. Tentukan dulu rantai utama. Rantai utama adalah rantai yang memiliki jumlah
atom C yang paling panjang termasuk atom C dari gugus karboksil.
b. Identifikasi gugus alkil atau gugus lain (substitutuen) yang terikat pada rantai
utama.

c. Penomoran substituen dimulai dari letak gugus karboksil.

d. Jika terdapat lebih dari satu kosntituen maka penamaannya dimulai dari urutan
abjad konstituen. Jadi bukan lagi menurut urutan rantai paling dekat dengan
gugus karboksilat.
contoh:
Asam 2-propil-3-metil pentanoat –> salah karena seharusnya jika menurut
abjad metal
lebih dulu baru propil.
Asam 3-metil-2-propil pentanoat –> benar

e. Dalam pengurutan abjad kosntituen tidak perlu diperhatikan awalan


di-,tri-,sek- yang perlu
diurutkan hanyalah nama konstituen menurut urutan abjad.

f. Langkah terkhir adalah penambahan kata asam di depan.


Nama : Asam 3,4-dimetil

 Tata Nama Trival


1) Tata nama trivial asam karboksilat yang memiliki rantai tidak bercabang.
Contoh :

Tabel 1. Nama Rantai Tidak Bercabang

Rumus Struktur Nama Trivial

HCOOH Asam format

CH3COOH Asam asetat

CH3CH2COOH Asam propionat

CH3(CH2)2COOH Asam butirat

CH3(CH2)3COOH Asam velerat

CH3(CH2)4COOH Asam kaproat

CH3(CH2)6COOH Asam kaprilat

CH3(CH2)8COOH Asam kaprat

CH3(CH2)10COOH Asam laurat

CH3(CH2)12COOH Asam miristat

CH3(CH2)14COOH Asam palmiat

CH3(CH2)16COOH Asam stearat

CH3(CH2)18COOH Asam arakhidat


2) Tata nama trivial untuk asam karboksilat bercabang Untuk tata nama asam
karboksilat rantai bercabang sistem trivial menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Tentukan rantai utama (jumlah atom C paling banyak dan termasuk atom C
dalam gugus karboksill).
Contoh:

b. Identifikasi gugus lain (substituen) yang ada di rantai utama. Contoh:

c. Untuk penomoran substituen dimulai dari atom carbon letak gugus karboksil
dengan urutan α, β, γ, dan seterusnya. Agak berbeda dengan sistem IUPAC yang
menggunakan angka.
Contoh :

asam β, γ-dimetilvalerat
d. tambahkan kata asam di depan.

B. Sifat Fisis Asam


a. Sifat Fisika Asam Karboksilat

1) Pada umumnya titik didih asam karboksilat relatif tinggi.

Titik didih asam karboksilat relatif tinggi dibandingkan alkohol, aldehid, dan keton
dengan massa molekul relatif yang hampir sama. Hal ini karena terjadinya ikatan
hidrogen antar molekul.

Perhatikan titik didih beberapa senyawa alkohol dan asam karboksilat berikut.

Tabel 1. Titik Didih Senyawa Alkohol dan Asam Karboksilat

Titik
Massa Molekul
Nama Struktur Didih
relatif (Mr)
(°C)
etanol CH3–CH2–OH 46 47
asam 46 100
metanoat
propanol  CH3–CH2–CH2–OH 60 97

asam
60 118
etanoat

Dari data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa titik didih asam karboksilat
lebih tinggi daripada titik didih alkohol dengan massa molekul relatif yang sama.

2) Molekul asam karboksilat bersifat sangat polar.

3) Asam karboksilat, empat anggota pertama mudah larut dalam air. Kelarutan
asam karboksilat makin menurun seiring dengan kenaikan jumlah atom karbon.
Adanya rantai bercabang menyebabkan kelarutan makin menurun.

4) Asam karboksilat dengan jumlah atom karbon rendah mempunyai bau asam,
sedangkan jumlah atom karbon empat hingga delapan berupa cairan tidak
berwarna yang mempunyai bau yang sangat tidak enak.

Bau cuka merupakan bau asam asetat, bau mentega adalah asam butirat. Asam
kaproat terdapat pada rambut dan keringat kambing. Asam
dari C5 hingga C10 semuanya mempunyai bau seperti kambing. Asam ini
dihasilkan oleh bakteri kulit pada minyak keringat. Asam di atas C10 merupakan
padatan seperti wax/lilin, dan karena tingkat penguapannya yang rendah, asam ini
tidak berbau. Sifat fisika senyawa karboksilat dapat kamu lihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Titik Beku, Titik Didih, dan Kelarutan Senyawa Asam Karboksilat
Kelaruta
Titik Titik Ka
Nama n
Rumus Molekul Beku Didih (25
Asam (g/100g
(°C) (°C) °C)
air)
1,77 ×
HCCOH metanoat 8 100 Larut
10-4
1,76 ×
CH3COOOH etanoat 17 118 Larut
10-5
1,34 ×
CH3CH2-COOH propanoat -22 141 Larut
10-5
CH3 1,54 ×
butanoat -5 163 Larut
(CH2)2COOOH 10-5
CH3 1,51 ×
pentanoat -35 187 5
(CH2)3COOOH 10-5
CH3 (CH2)4 1,43 ×
heksanoat -3 205 1
COOOH 10-5
CH3 (CH2)5 1,42 ×
heptanoat -8 224 0,24
COOOH 10-5
CH3 (CH2)6 1,28 ×
oktanoat 16 238 0,07
COOOH 10-5
CH3 (CH2)7 1,09 ×
nonaot 14 254 0,03
COOOH 10-5
CH3 (CH2)8 1,43 ×
dekanoat 31 268 0,02
COOOH 10-5

b. Sifat Kimia Asam Karboksilat


1) Asam lemah
Larutan asam karboksilat bersifat asam lemah, ditunjukkan dengan
harga Ka (Lihat Tabel 1). Larutan tersebut dapat mengubah lakmus biru menjadi
merah.
2) Reaksi yang terjadi tergolong reaksi netralisasi. 
Asam karboksilat tergolong asam lemah, sehingga dalam air hanya terionisasi
sebagian.

RCOOH + H2O → RCOO– + H3O+

Semua asam karboksilat dapat bereaksi dengan larutan NaOH, Na2CO3, dan


CaHCO3.

RCOOH + NaOH → RCOO–Na+ + H2O


2RCOOH + Na2CO3 → 2RCOO–Na+ + H2O + CO2
RCOOH + NaHCO3 → RCOO–Na + H2O + CO2

3) Reaksi esterifikasi
Asam karboksilat bereaksi dengan alkohol membentuk suatu ester dan air.

Contoh :

Asam asetat bereaksi dengan etanol dengan katalis H2SO4 menghasilkan etil


asetat dan air.

4) Wujud Pada temperatur kamar, asam karboksilat yang bersuku rendah adalah
zat cair yang encer, suku tengah berupa zat cair yang kental, dan suku tinggi
berupa zat padat yang tidak larut dalam air.
5) Titik didih dan titik leleh Td dan Tl asam karboksilat relatif tinggi karena
kuatnya tarik menarik antarmolekul. Bahkan, lebih tinggi dari alkohol yang
bersesuaian.

6) Kelarutan Asam karboksilat suku rendah dapat larut dalam air, tetapi asam
karboksilat suku yang lebih tinggi sukar larut air.

7) Daya hantar listrik Asam karboksilat dapat terionisasi sebagian dalam air,
sehingga termasuk senyawa elektrolit lemah.
R-COOH ⇋ R-COO- + H+

C. Konversi Asam Menjadi garam

 Turunan asam karboksilat yang mempunyai  kepolaran besar lebih mudah diserang
daripada turunan asam karboksilat dengan kepolaran yang randah. Klorida asam
lebih reaktif daripada ester dan ester lebih reaktif daripada amida, sebab klor yang
elektronegatif mempolarisasi gugus karbonil lebih kuat daripada gugus alkoksi
atau gugus amino. Urutan reaktivitas adalah sebagai berikut:
 Konsekuensi yang penting adalah kita dapat mengubah turunan asam yang lebih
reaktif menjadi senyawa turunan asam yang kurang reaktif. Dengan demikian, kita
dapat mengubah klorida asam menjadi anhidrida, ester, dan amida. Sebaliknya,
amida tidak dapat menjadi ester, anhidrida, atau klorida asam. Berikut ini
ditunjukkan transformasi antara senyawa turunan asam karboksilat.

 Oleh karena kereaktifan diatas, maka sangat mungkin ester untuk dapat
membentuk amida dan karena hasil akhir yang diinginkan adalah benzoil klorida
maka ester yang saya gunakan adalah metil benzoat.
 Ester mengalami reaksi dengan amonia atau amina menghasilkan amida melalui
reaksi yang disebut amonolisis. Mekanismenya sama dengan penyabunan, adapun
mekanisme reaksi amonolisis daripada metil benzoat dengan amonia adalah
sebagai berikut.Reaksi Umum untuk Amonolisis:
 diatas dapat kita lihat, tejadi adisi oleh amonia pada sisi karbonil setelah pada
oksigen yang berikatan dengan karbon tersebut mengalami delokalisasi pasangan
elektron bebas. Sehingga serangan nukleofilik tersebut dapat terjadi. Lalu, terjadi
pemutusan ikatan pada gugus –OCH3 akibat dorongan delokalisasi pada ikatannya
sehingga terbentuk senyawa ion amida. Lalu terjadi perpindahan proton dari ion
amida ke ion alkohol sehingga terbentuklah senyawa benzamida dan metanol.
 Lalu karena target akhirnya dalam bentuk asil klorida maka senyawa diatas
tersebut harus diubah menjadi asam karboksilatnya terlebih dahulu baru bisa
diubah menjadi asil kloridanya. Adapun reaksi pembentukan kembali asam
karboksilat tersebut dinamakan reaksi hidrolisis pada senyawa amida dan berikut
mekanisme reaksinya.
 Reaksi Umum untuk Hidrolisis pada Senyawa Amida:
 Dari reaksi umum diatas dapat dilihat terjadi delokalisasi pada karboksilnya akibat
adanya gaya van der wall’s terhadap proton H+ sehingga terbentuklah ikatan
hidrogen dan memicu terjadinya serangan nukleofilik dari ion hidroksi sehingga
membentuk 1’, kemudian karena awal reaksinya karboksil dalam bentuk
intermediet trigonal maka intermediet tetrahedral diatas tersebut akan ditiadakan
dengan delokalisasi pada karboksilnya sehingga terbentuk intermediet trigonal
kembali, lalu menghasilkan asam benzoat dan ion amonium.
 Setelah terbentuknya asam benzoat tersebut, lalu disintesa lagi dengan pereaksi
khusus (PCl5, PCl3, SOCl2) guna membentuk benzoil klorida. Dan pereaksi yang
biasanya digunakan adalah tionil klorida atau PCl3 karena tionil klorida meskipun
kurang reaktif daripada fosforhalida namunhasil reaksinya berupa gas (SO2 dan
HCl) yang dapat menguap sehingga hasil akhirnya murni asil klorida dan zat ini
juga berupa zat cair dengan titik didih 750, sehingga di dalam pembuatan asil
klorida berfungsisebagai pelarut dan juga pereaksi. Adapun mekanisme reaksinya
yaitu sebagai berikut.

 Dari mekanisme diatas terjadi delokalisasi ikatan pada atom Cl dari tionil klorida
sebagai akibat kereaktifan dari karbonil pada benzoil klorida sehingga terbentuk
ion klorida dan ion tionil. Akibat dari pembentukan kedua ion tersebut, terjadilah
serah terima pasangan elektron pada ion tersebut dengan benzoil klorida sehingga
terbentuklah intermediet tetrahedral. Kemudian terjadilah delokalisasi yang
mengakibatkan putusnya ikatan antara karbon pada karbonil dengan atom O.
Terbentuklah dua senyawa diatas yaitu salah asil klorida dan salah satunya
mengalami reaksi eliminasi pada kondisi panas membentuk gas SO2 dan gas HCl
sehingga benzoil klorida yang dihasilkanpun optimal.

D. Menjelaskan Pembuatan Asam


 Oksidasi alkohol primer
Oksidasi alkohol primer dengan katalis kalium permanganat akan menghasilkan
asam karboksilat.
Contoh :

 Karbonasi pereaksi Grignard


Karbonasi pereaksi Grignard dalam eter, kemudian dihidrolisis akan menghasilkan
asam karboksilat.
Contoh :

 Oksidasi alkil benzene


Oksidasi alkil benzena dengan katalis kalium bikromat dan asam sulfat akan
menghasilkan asam karboksilat.
Contoh :
 Hidrolisis senyawa nitril
Hidrolisis senyawa nitril dalam suasana asam akan membentuk asam karboksilat.
Contoh :

E. Ester
1. Tata Nama Ester
a. Tata Nama IUPAC
Ester adalah senyawa turunan alkana dengan gugus fungsi —COOR, dengan
R adalah gugus alkil. Ester juga mempunyai rumus kimia yang sama dengan asam
karboksilat yaitu CnH2nO2 sehingga berisomer gugus fungsi.
Sama seperti turunan alkana yang lain, ester memiliki peraturan dalam tata nama
IUPAC yaitu:
1. Gugus —COOR dalam ester terpisah dalam penamaannya, yaitu dibagi atas —
COO dan —R
2. Gugus —COO adalah gugus alkanoat, sedangkan gugus —R adalah gugus alkil
3. Gugus —R selalu berada dekat oksigen (O) pada —COO
4. Gugus sebelah —COO (tidak —OR ; alkil) adalah rantai cabang, dan, atom C-nya
bergabung dengan atom C pada —COO (lihat gambar!)

5. Penamaannya adalah alkil + alkanoat. Jadi, gugus alkil dulu baru disebutkan gugus
alkanoat
6. Semua gugus —COOR masuk ke dalam rantai utama
7. Dalam penamaan IUPAC ester,jika ada cabang, —COO selalu mendapatkan
nomor 1 dan masuk dalam rantai utama

b. Tata Nama Trival


1. Nama Trival adalah alkil alkil ester, sama seperti eter
2. Alkil alkil pada nomor 1 tidak diurutkan berdasarkan abjad
3. Dalam nama lazim, pasti ada atom O di tengah-tengah

Contoh :
Tabel 1. Tata Nama Trival dan IUPAC

F. Pembuatan Ester
Ester dibuat dengan mereaksikan alkohol atau fenol dengan asam karboksilat
kemudian direfluks. Fenol yaitu senyawa organik dimana gugus -OH langsung
terikat pada cincin benzena. Reaksi pembuatan ester disebut esterifikasi dan reaksi
yang terjadi disebut reaksi esterifikasi Fischer. Reaksi esterifikasi merupakan
reaksi reversibel yang sangat lambat, tetapi bila menggunakan katalis asam
mineral seperti asam sulfat (H2SO4) dan asam klorida (HCl) kesetimbangan akan
tercapai dalam waktu yang cepat. Pola umum dalam pembuatan ini dinyatakan
dengan persamaan berikut

RCOOH + R1OH ↔ RCOOR1 + H2O

Dalam reaksi esterifikasi, ion H+ dari H2SO4 berperan dalam pembentukan


ester dan juga berperan dalam reaksi sebaliknya yakni hidrolisis ester. Sesuai
dengan hukum aksi massa, untuk memperoleh rendemen ester yang tinggi maka
kesetimbangan harus bergeser ke arah pembentukkan ester. Untuk mencapai
keadaan ini dapat ditempuh dengan cara:
a. Salah satu pereaksi digunakan secara berlebih. Biasanya alkohol dibuat berlebih
karena murah dan mudah diperoleh.
b. Membuang salah satu produk dari dalam campuran reaksi Laju reaksi
esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung pada halangan sterik dalam alkohol
dan asam karboksilatnya.
Dengan bertambahnya halangan sterik di dalam zat antara, laju pembentukkan
ester akan menurun. Dengan demikian rendemen ester akan berkurang.
Esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah struktur
molekul dari alkohol, suhu dan konsentrasi reaktan maupun katalis. Kereaktifan
alkohol terhadap esterifikasi: CH3OH > alkohol primer > alkohol sekunder >
alkohol tersier
Kereaktifan asam karboksilat terhadap esterifikasi : HCOOH > CH3COOH >
RCH2COOH > R2CHCOOH > R3CCOOH
Selain dibuart dari asam karboksilat, ester juga dapat diperoleh dengan cara
mereaksikan suatu klorida asam atau suatu anhidrida asam dengan alkohol atau
fenol. Reaksi pembuatan ester dari klorida asam dan anhidrida asam mengikuti
pola umum reaksi berikut.
Klorida asam
 RCOCl + R1OH → RCOOR1 + HCl
 RCOCl + ArOH → RCOOAr + HCl
Anhidrida asam
 (RCO)2O + R1OH → RCOOR1 + RCOOH
 (RCO)2O + ArOH → RCOOAr + RCOOH
REAKSI-REAKSI ESTER
a. Reaksi hidrolisis
Reaksi hidrolisis ester dalam suasana asam menghasilkan asam karboksilat
dan alkohol, namun bila reaksi hidrolisis dilangsungkan dalam suasana basa
diperoleh garam karboksilat dan alkohol. Hidrolisis ester dengan basa dise4but
reaksi Penyabunan (Saponifikasi).        
 b. Reaksi dengan Amonia
Produk reaksi antara ester dengan amonia adalah suatu amida dan suatu
alkohol.
Contoh : reaksi antara etil asetat dengan amonia menghasilkan asetamida dan
etanol.
CH3COOC2H5 + NH3 → CH3CONH2 + C2H5OH
c. Transesterifikasi
Jika suatu ester direaksikan dengan suatu alkohol maka akan diperoleh ester
baru dan alkohol baru. Reaksi ini disebut reaksi transesterifikasi yang dapat
berlangsung dalam suasana asam dan basa mengikuti pola umum berikut ini.
RCOOR1 + R”OH ↔ RCOOR” + R1OH
Reaksi diatas disebut transesterifikasi karena terjadi pertukaran antara gugus
alkil dalam –OR1 pada ester dengan gugus alkil dalam ikatan R”O. Contoh reaksi
antara suatu trigliserida dengan metanol.
 
                        
 d. Reaksi
dengan
pereaksi
Grignard
Reaksi antara suatu ester dengan pereaksi Grignard merupakan cara istimewa
dalam pembuatan alkohol tersier. Pola umum dari reaksi ini adalah sebagai

berikut.
                    
Bila keton yang diperoleh di atas direaksikan lebih lanjut dengan R’’MgX
maka pada akhirnya diperoleh suatu alkohol terseir menurut persamaan reaksi
berikut ini.

                         
Ester tidak
bereaksi dengan ion
halida atau dengan
ion karboksilat
sebab nukleofil ini merupakan basa lebih lemah daripada gugus pergi ester. Suatu
ester bereaksi dengan air membentuk suatu asam karboksilat dan alkohol. Ini
merupakan suatu contoh reaksi hidrolisis – suatu reaksi dengan air yang mengubah
satu senyawa menjadi dua senyawa.

 
      Suatu ester bereaksi dengan alkohol membentuk ester baru dan alkohol
baru. Ini merupakan contoh reaksi alkoholisis. Reaksi alkoholisis tertentu ini
disebut juga reaksi transesterifikasi sebab satu ester dirubah menjadi ester lain.
                
                         
Hidrolisis dan alkoholisis
dari suatu ester
merupakan reaksi sangat
lambat sebab air dan alkohol
merupakan nukleofil lemah dan ester memiliki gugus pergi yang sangat basa.
Hidrolisis dan alkoholisis ester dapat dikatalisis dengan asam. Kecepatan hidrolisis
dapat ditingkatkan dengan ion hidroksida dan kecepatan alkoholisis dapat
ditingkatkan dengan basa konjugasi (RO¯) dari alkohol reaktan.
Ester juga bereaksi dengan amina membentuk amida. Reaksi dengan amina
mengubah satu senyawa menjadi dua senyawa yang disebut aminolisis. Sebagai
catatan bahwa aminolisis dari ester membutuhkan hanya satu ekuivalen amina,
tidak seperti aminolisis dari suatu asil halida atau asam anhidrida, yang
membutuhkan dua ekuivalen. ekuivalen. 
                                                              
Reaksi dari ester
dengan amina tidak
selambat reaksi dari
ester dengan air dan
alcohol, sebab amina
merupakan nukleofil yang lebih baik. Ini merupakan keuntungan sebab kecepatan
reaksi dari reaksi ester dengan amina tidak ditingkatkan  dengan asam atau HO¯
atau RO¯.

G. Mekanisme Esterifikasi Berkatalis Asam


 Reaksi Esterifikasi
Mempelajari reaksi esterifikasi itu sangat penting untuk tingkat lanjut karena
reaksi ini memiliki berbagai aplikasi yang penting dalam kehidupan. Sangat
banyak senyawa ester yang digunakan dalam kehidupan seperti poliester sebagai
bahan tekstil ataupun senyawa ester lain seperti isoamil asetat yang digunakan
sebagai perisa pisang buatan. Selain itu, masih banyak ditemukan sejumlah
aplikasi dan kegunaan dari senyawa ester ini dalam kehidupan manusia.
 Pengertian Reaksi Esterifikasi
Esterifikasi merupakan reaksi antara asam karboksilat atau turunannya dengan
alkohol melalui pelarut air yang menghasilkan produk hasil reaksi berupa senyawa
ester. Senyawa ester yang terbentuk tergantung dari asam karboksilat dan alkohol
yang digunakan sebagai prekursor.
Dalam reaksi ini, prekursor berarti bahan yang digunakan untuk bereaksi yaitu
asam karboksilat dan juga alkohol. Kedua senyawa ini merupakan senyawa
organik dasar yang memiliki struktur tertentu dan memungkinkan terjadinya reaksi
antar kedua senyawa ini.
Meskipun telah dibahas pada artikel Senyawa Organik, akan diulas sedikit
tentang senyawa ester. Ester merupakan senyawa organik yang memiliki rumus
molekul RCOOR dimana R tersebut adalah gugus alkil yang dapat berupa rantai
alkil alifatik maupun aromatik.
Ester merupakan turunan asam karboksilat dimana hidrogen pada gugus
hidroksil (OH) digantikan oleh R atau alkil. Struktur dari ester itu sendiri secara
umum yaitu sebagai berikut :
 Macam Reaksi Esterifikasi
Dalam pembuatannya, ester dapat disintesis melalui beberapa jalur sintesis
yang bergantung dari prekursor yang digunakan. Bahan yang digunakan dapat
berupa asam karboksilat, asil klorida, ataupun anhidrida asam dengan reaktan
lainnya yang berupa alkohol.
Berikut ini penjelasan untuk masing masing reaksi esterifikasi tersebut;
1. Esterifikasi dengan asam karboksilat (Reaksi Fischer)
Pembuatan ester dengan asam karboksilat dan alkohol merupakan cara yang
paling umum dan paling sering dilakukan dalam pembuatan ester. Reaksi ini juga
disebut dengan reaksi Fischer karena yang pertama kali menemukan reaksi ini
adalah Fischer. Pada reaksi ini digunakan katalis berupa asam (biasanya asam
sulfat pekat) dengan diikuti proses pemanasan pada reaksinya (biasanya
menggunakan proses refluks). Sebagai contohnya, reaksi antara asam etanoat
sebagai asam karboksilat dengan propanol sebagai alkohol akan menghasilkan
propil etanoat sebagai produk ester dan air sebagai produk sampingnya.
Dalam prosesnya, asam karboksilat dan alkohol dengan jumlah tertentu secara
stoikiometrik akan dipanaskan secara bersamaan dengan ditambah katalis asam
untuk mempercepat reaksi.
Pemanasan dilakukan dengan proses refluks dimana pada proses ini terjadi
penguapan dan pencairan kemali sehingga akan menghasilkan larutan homogen
yang mempercepat reaksi. Reaksi ini pada umumnya dilakukan dengan skala kecil
atau untuk penggunaan pada skala laboratorium.
2. Esterifikasi dengan asil klorida
Asil klorida merupakan senyawa turunan asam karboksilat dimana atom
hidrogen pada gugus hidroksil (OH) digantikan oleh atom klorida (Cl). Reaksi
antara asil klorida dengan alkohol dapat dilakukan untuk menghasilkan produk
ester.
Kelebihan reaksi ini yaitu pada esterifikasi asil klorida hanya memerlukan suhu
ruangan tanpa pemanasan dalam prosesnya. Contoh reaksi pada esterifikasi ini
adalah reaksi antara benzoil klorida dengan etanol yang menghasilkan etil benzoat
yang merupakan produk ester.
3. Esterifikasi dengan anhidrida asam
Anhidrida asam juga merupakan senyawa turunan asam karboksilat dimana
hidrogen pada gugus hidroksil digantikan dengan gugus karbonil yang mengikat R
lain. Reaksi antara anhidrida asam dengan alkohol dapat menghasilkan produk
ester.
Namun reaksi ini relatif lebih lambat jika dibandingkan dengan esterifikasi
pada asil klorida dan memerlukan pemanasan untuk mempercepat reaksi. Contoh
reaksi esterifikasi dengan anhidrida asam yaitu reaksi antara 2,6-diiodofenol
dengan anhidrida asam untuk membentuk suatu ester.
4. Reaksi Trans Esterifikasi
Trans esterifikasi merupakan proses pembuatan suatu ester dari senyawa
trigliserida dimana senyawa ini merupakan molekul bercabang yang berukuran
cukup besar dan merupakan penyusun utama dari lemak. Melalui esterifikasi,
senyawa ini akan dipecah menjadi rantai lurus yang berukuran lebih kecil.
Pada umumnya reagen lain yang digunakan yaitu alkohol seperti metanol dan
digunakan juga katalis dapat berupa asam maupun basa untuk mempercepat reaksi
esterifikasi.
5. Mekanisme Esterifikasi Fischer
Pada esterifikasi menggunakan asam karboksilat dan alkohol, mekanisme
yang terjadi yaitu melalui reaksi berikut.
Pada tahap pertama, terjadi protonasi pada oksigen yang terikat pada karbonil
(C=O) oleh ion hidrogen dari alkohol yang digunakan. Akibatnya diperoleh
karbokation yang bermuatan positif dan menghasilkan struktur resonansi membuat
gugus C=O karbonil menjadi elektrofil yang stabil.
Selanjutnya, karbon dari gugus C=O karbonil memungkinkan terjadinya
penyerangan nukleofil dari etanol (melalui atom oksigen). Akan terjadi transfer
proton dari intermediet yang terbentuk ke gugus OH dari asam karboksilat
awalnya. Akibatnya terbentuk muatan positif pada oksigen dan menyebabkan
terjadinya pelepasan molekul H2O sebagai produk samping.
Tahap terakhir yang terjadi yaitu deprotonasi H+ yang akan terlepas kembali
sehingga terbentuk ikatan rangkap antara C dengan O dan terbentuklah produk
ester yang diinginkan.

H. Lakton

a) Lactone (Lakton)

Lakton adalah ester siklik yang merupakan produk kondensasi dari alkohol-OH dan asam
karboksilat-COOH dalam senyawa yang sama. Ciri khas dari lakton adalah sebuah cincin
yang menutup yang terdiri dari 2 atau lebih karbon yang memiliki carbonyl dan atom
oksigen yang bersebelahan 

b) Cara penamaan lakton

Hitung jumlah atom karbon antara carbonyl (C=O) dan atom Oksigen. Jika ada 1
carbon, maka disebut alpha laton, jika ada dua karbon maka disebut beta lakton,
kalau ada 3 atom karbon maka disebut gamma lakton.
 
                  

Menggunakan nama ester dari lakton tersebut, yaitu dengan cara menggantikan
kata asam (acid) dengan olide

 
   
Dinamai berdasarkan precursor dari senyawa asamnya, seperti aceto =2, propio =
3, butyro = 4, Valero =5, capro =6) yang diakhriri dengan –lactone dan prefix
huruf latin yang merupakan menyatakan jumlah karbon dalan heterosiklik.

 Lakton yang lazim dijumpai pada alam misalnya, vitamin C, nepetalakton,


iridomyrmex.

I. Penyabunan Ester
 Pengertian Penyabunan

Reaksi penyabunan merupakan reaksi hidrolisis lemak atau minyak dengan


menggunakan basa kuat seperti NaOH atau KOH sehingga menghasilkan gliserol
dan garam asam lemak atau sabun. Untuk menghasilkan sabun yang keras
digunakan NaOH, sedangkan untuk menghasilkan sabun yang lunak atau sabun
cair digunakan KOH. Perbedaan antara sabun keras dan lunak jika dilihat dari
kelarutannya dalam air yaitu sabun keras bersifat kurang larut dalam air jika
dibandingkan dengan sabun lunak. Reaksi penyabunan disebut juga reaksi
saponifikasi.
Asam karboksilat secara struktur menyerupai aldehida dan keton karena
mengandung gugus karbonil, perbedaannya adalah pada asam karboksilat terdapat
gugus hidroksil yang terikat pada karbon karbonil –COOH. Gugus karboksil
mengandung gugus karbonil dan sebuah gugus hidroksil, antar aksi dari kedua
gugus ini mengakibatkan suatu kereaktifan kimia yang unik dan untuk asam
karboksilat. Ester diturunkan dari asam karboksilat, yaitu sebuah asam karboksilat
mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah ester hidrogen di gugus ini
digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa jenis.

 Angka Penyabunan

Dalam reaksi saponifikasi, dikenal dengan angka saponifikasi atau angka


penyabunan. Jumlah enyabunan adalah jumlah yang diperlukan untuk
melangsungkan saponifikasi terhadap sampel.

 Mekanisme Hidrolisis Basa

Hubungan pemutusan ikatan ester oleh basa diambil reaksi kesetimbangan. Anion
hidroksida meyerang gugus karbonil ester. Produk perantara disebut dengan
ortoester.
Pemutusan alkosida menghasilkan asam karboksilat.

Alkosida lebih dari sekedar konjugat dari asam karboksilat. Dengan demikian,
transfer proton menjadi lebih cepat.

J. Amonolisis
ester
Amonolisis antara ester dengan ammonia menghasilkan suatu amida disebut
amonolisis. Rsaksi amonolisis tidak memerluan katalis.
K. Reaksi ester dengan reagen grignard

 Pengertian Reaksi Grignard

Reaksi Grignard adalah penambahan halida organomagnesium (pereaksi Grignard)


ke keton atau aldehida, membentuk alkohol tersier atau sekunder, masing-
masing. Reaksi dengan formaldehid menyebabkan alkohol primer.
Reagen Grignard juga digunakan dalam reaksi penting berikut: Penambahan
kelebihan reagen Grignard ke ester atau lakton memberikan alkohol tersier di
mana dua kelompok alkil yang sama, dan penambahan reagen Grignard untuk
nitril menghasilkan simetris keton melalui perantara metalloimine.
Reaksi antara suatu ester dengan pereaksi Grignard merupakan cara istimewa
dalam pembuatan alkohol tersier. Pola umum dari reaksi ini adalah sebagai
berikut.

Bila keton yang diperoleh di atas direaksikan lebih lanjut dengan R’’MgX maka
pada akhirnya diperoleh suatu alkohol terseir menurut persamaan reaksi berikut
ini.

Ester bereaksi dengan dua ekuivalen reagen Grignard menghasilkan alkohol


tersier. Reaksi berlangsung melalui serangan nukleofilik dari reagen Grignard pada
gugus karboknil ester. Produk awalnya, yaitu keton, bereaksi lebih lanjut dengan
cara biasa menhasilkan alkohol tersier. Metode ini berguna untuk membuat
alkohol tersier dengan sekurang-kurangnya dua dari tiga gugus alkil yang melekat
pada atom karbon pembawa gugus hidroksil nya harus identik.

Ester bereaksi dengan 2 molekul reagen Grignard menghasilkan alkohol.

“ Khusus untuk esterformiat “ ®


alkohol

L. Reduksi Ester
Ester merupakan turunan dari asam karboksilat yang dapat di peroleh jika gugus
OH dari asam korboksil diganti dengan OR. Reaksi dari ester ada beberapa di
antaranya adalah reaksi hidrolisis asam, reaksi hidrolisis basa (penyabunan), reaksi
amonolisis ,reaksi Grignard,  dan reaksi reduksi. Reaksi reduksi suatu ester dapat
melibatkan reaksi radikal.
Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul
yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Radikal ini
memiliki reaktivitas yang tinggi karena sangat tidak stabil yang disebabkan oleh
adanya elektron yang tidak berpasangan. Untuk mendapatkan stabilitas kimia,
radikal bebas tidak dapat mempertahankan bentuk asli dalam waktu lama sehingga
segera berikatan dengan bahan yang ada disekitarnya. Radikal bebas akan
menyerang molekul yang stabil, yang terdekat dan mengambil elektron, zat yang
terambil elektronnya akan menjadi radikal bebas juga sehingga akan memulai
suatu reaksi berantai, yang akhirnya terjadi kerusakan pada sel tersebut. Sehingga
Reaksi radikal bebas adalah reaksi rantai yang terdiri dari inisasi, propagasi dan
terminasi. Untuk reaksi reduksi dapat dilakukan dengan hidrogenasi katalitik
menggunakan gas hidrogen, katalisator, panas, dan tekanan atau reaksi dengan
litium aluminum hidrida yang di ikuti hidrolisis. Pada reduksi ester ini akan
menghasilkan alkohol primer.
Untuk dapat mereduksi ester yang melibatkan reaksi radikal bebas maka dapat
direaksikan dengan logam Na. Karena Logam natrium merupakan reduktor
berelektron tunggal, yang berarti bahwa logam natrium akan mentransfer satu
elektron. Empat atom natrium diperlukan untuk sepenuhnya mereduksi ester
menjadi alkohol. Etanol berperan sebagai sumber proton. Sehingga, pada reaksi
reduksi ester yang melibatkan reaksi radikal bebas tidak hanya menggunakan
tahap-tahap pada reaksi radikal bebas. Tetapi dapat juga direaksikan dengan logam
Na yang nantinya akan menghasilkan alkohol primer.
MEKANISME REAKSI:

M. Asil Halide

 Pengertian Asil halide


Dalam kimia, istilah asil halida atau asam halida adalah suatu senyawa yang
diturunkan dari sebuah asam karboksilat dengan menggantikan gugus hidroksil
dengan gugus halida.
Jika asam tersebut adalah asam karboksilat, senyawa tersebut mengandung gugus
fungsional -COX, yang terdiri dari gugus karbonil terikat pada atom halogen
seperti pada klorin. Rumus umum untuk sebuah asil halida dapat dituliskan dengan
RCOX, di mana R dapat sebuah gugus alkil, CO adalah gugus karbonil, dan X
menunjukkan atom halogen.

Gugus RCO- adalah sebuah asil halida. Asil klorida adalah asil halida yang sering
digunakan. Asil halida dibuat dengan halogenasi sebuah asam karboksilat, maka
dari itu dinamakan asam halida. Jutaan kilogram senyawa ini diproduksi setiap
tahunnya untuk memproduksi asam asetat.

 Reaksi

Asil halida adalah senyawa buatan yang dibuat dalam reaksi tertentu dari senyawa
organik lainnya. Asil halida dapat bereaksi dengan:

 air untuk membentuk asam karboksilat


 alkohol untuk membentuk ester

 amina untuk membentuk amida

 senyawa aromatik, menggunakan katalis AlCl3, untuk membentuk keton aromatik.


Lihat Asilasi Friedel-Crafts.
 asam karboksilat untuk membentuk anhidrida asam.

Dalam reaksi di atas, HX atau hidrogen halida juga terbentuk. Contohnya, jika asil
halida adalah asil klorida, juga akan terbentuk HCl atau asam klorida dalam reaksi.
Karena asil halida adalah senyawa agak reaktif, senyawa ini memiliki sifat racun
dan harus berhati-hati. Asil halida dapat beraksi dengan air pada permukaan mata
dan membentuk asam halida dan asam organik yang mengiritasi mata.
N. Anhidrida Asam

Pengertian Anhidrida asam

Anhidrida asam merupakan suatu senyawa organik yang memiliki dua gugus asil
yang terikat pada atom oksigen yang sama. Jenis anhidrida asam organik yang
umum adalah anhidrida karboksilat, di mana asam induknya adalah asam
karboksilat, rumus kimia yang umum pada senyawa ini adalah (RC(O))2O.
Anhidrida asam simetris pada jenis ini dinamai dengan mengganti kata asam pada
nama asam karboksilat induknya dengan kata anhidrida. Karenanya, (CH3CO)2O
disebut sebagai anhidrida asetat. Anhidrida asam campuran (atau tidak simetris),
seperti anhidrida asetat format (lihat di bawah), juga dikenal.
Satu atau kedua gugus asil pada anhidrida asam mungkin juga dapat berasal dari
asam organik yang lain, seperti asam sulfonat atau asam fosfonat. Satu gugus asil
pada anhidrida asam dapat pula berasal dari asam anorganik seperti asam fosfat.
Anhidrida campuran 1,3-bisfosfogliserat merupakan suatu zat antara pada
pembentukan ATP melalui glikolisis, adalah suatu anhidrida campuran antara
asam 3-fosfogliserat dan asam fosfat. Oksida asam juga terkadang dikelompokkan
sebagai suatu anhidrida asam.

Reaksi

Anhidrida asam merupan sumber bagi gugus asil yang reaktif, dan reaksi serta
penggunaannya mirip dengan asil halida. Dalam reaksi dengan substrat protik,
reaksi tersebut membutuhkan produk asilasi dan asam karboksilat dengan jumlah
yang sama:
RC(O)OC(O)R + HY → RC(O)Y + RCO2H
untuk HY = HOR (alkohol), HNR'2 (amonia, amina primer, sekunder), cincin
aromatik (lihat asilasi Friedel-Crafts).

Anhidrida asam cenderung kurang elektrofilik dibandingkan dengan asil klorida,


dan hanya satu gugus asil yang dipindahkan per molekul anhidrida asam,
mengarahkannya pada efisiensi atom yang rendah. Biaya yang rendah, namun,
pada anhidrida asetat membuatnya pilihan utama pada reaksi asetilasi.

O. Amida

Amida adalah suatu jenis senyawa kimia yang


mempunyai gugus fungsional RnE(O)xNR′2 (R dan R′ mengacu kepada H atau gugus
organik). Jenis paling umum adalah karboksamida (amida organik) (n = 1, E = C, x =
1), tetapi banyak diketahui jenis-jenis amida lainnya, seperti fosforamida (n = 2, E =
P, x = 1 dan banyak formula terkait lainnya) dan sulfonamide (E = S, x = 2). Istilah
amida juga mengacu kepada basa konjugat amonia (anion H2N−) atau amina organik
(anion R2N−).

Karena penggunaan ganda dari kata "amida", telah ada perdebatan tentang peraturan
untuk menamakan anion yang diturunkan dari amida pertama (contohnya amina
terasilasi terdeprotosinasi), beberapa diantaranya digunakan sebagai counterion yang
non-reaktif.

Anda mungkin juga menyukai