Anda di halaman 1dari 10

Nama : Mega Tri Wahyuni

NIT : 19.4.07.079

Mata Kuliah : Kelayakan Dasar Unit Pengolahan Ikan

Dosen : Siluh Putu Sri Dia Utari, S.Pi, M.Si

Approved supplier, Audit internal dan eksternal

1. Carilah pengertian istilah berikut :


A. Pedoman adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan
pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Pedoman memiliki arti dalam
kelas nominal atau kata benda sehingga pedoman dapat menyatakan nama
dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.
Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana
sesuatu harus dilakukan. Arti lainnya dari pedoman adalah hal (pokok) yang
menjadi dasar (pegangan, petunjuk, dan sebagainya) untuk menentukan
atau melaksanakan sesuatu.
Pedoman adalah hal atau pokok yang menjadi dasar, pegangan, acuan, atau
petunjuk untuk menentukan atau melaksanakan sesuatu.
B. Prosedur adalah tahapan yang dilakukan dari berbagai kegiatan pada suatu
operasi tertentu berdasarkan urutan waktu dan tata cara tertentu yang telah
ditetapkan secara berulang-ulang, semisal prosedur kesehatan dan
keselamatan kerja, Prsedur Masuk Sekolah, Prosedur berangkat sekolah,
dan sebagainya.Lebih tepatnya, kata ini bisa mengindikasikan rangkaian
aktivitas, tugas-tugas, langkah-langkah, keputusan-keputusan, perhitungan-
perhitungan dan proses-proses, yang dijalankan melalui serangkaian
pekerjaan yang menghasilkan suatu tujuan yang diinginkan, suatu produk
atau sebuah akibat. Sebuah prosedur biasanya mengakibatkan sebuah
perubahan.
Dalam Pemetaan Proses Bisnis, prosedur dalam suatu organisasi
dikelompokkan menjadi 3 bagian menurut fungsinya:
I. Proses Manajemen
Prosedur Perencanaan Bisnis
Prosedur Tinjauan Manajemen
Prosedur Internal Audit
Prosedur Corrective & Preventive Action
Prosedur Continuous Improvement
Prosedur Customer Satisfaction
II. Proses Realisasi Produk
Prosedur Penjualan
Prosedur Pembelian
Prosedur Perencanaan Mutu
Prosedur Perencanaan Produksi
Prosedur Produksi
Prosedur Penyimpanan
Prosedur Pengendalian Produk Tidak Sesuai, dst
III. Proses Pendukung
Prosedur Recruitment
Prosedur Corrective Maintenance
Prosedur Pelatihan
Prosedur Pengendalian Dokumen
Prosedur Pengendalian Record
Prosedur Pembuatan Program Aplikasi
Prosedur Back Up Data
Prosedur Pengendalian Alat Ukur & Uji

Prosedur dapat diartikan sebagai Instruksi atau resep, serangkaian perintah


yang menunjukkan bagaimana menyiapkan atau membuat sesuatu. Contoh :
Prosedur operasi standar, prosedur hukuman, prosedur parlemen.
C. Instruksi kerja adalah dokumen mekanisme kerja yang mengatur secara rinci
dan jelas urutan suatu aktifitas yang hanya melibatkan satu fungsi saja
sebagai pendukung prosedur mutu atau prosedur kerja. Secara prinsip
instruksi kerja menguraikan bagaimana satu langkah dalam suatu prosedur
dilakukan. Terkadang penulisan prosedur sangat panjang sehingga tidak rinci
penguraiannya sehingga memerlukan penjelasan yang lebih detail dan rinci
dengan menggunakan instruksi kerja. Namun terkait pembuatan instruksi
kerja masih terdapat perdebatan, instruksi kerja dibuat untuk menjelaskan
bagian dari prosedur secara rinci namun juga terdapat juga beberapa
pendapat ahli yang mengatakan bahwa instruksi kerja dapat dibuat apabila
belum ada prosedur standar yang dibuat. Namun dalam hal ini saya
termasuk yang mendukung bahwa instruksi kerja merupakan bagian dari
prosedur. Apabila belum ada prosedurnya, maka tentunya perlu dibuat
terlebih dahulu. Tidak semua prosedur memerlukan instruksi kerja. Apabila
prosedur sudah cukup jelas menggambarkan proses maka tentunya tidak
diperlukan instruksi kerja.

D. Form isian atau yang biasa disebut dengan formulir yang berasal dari bahasa
belanda yaitu Formulier adalah sebuah kertas yang berisi beberapa
pertanyaan formal yang harus diisi. Contoh :
2. Review Kasus

Analisis Pengendalian Mutu pada Pengolahan Ikan Pelagis Beku di PT


Perikanan Nusantara (Persero) Cabang Benoa Bali

E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata


Vol.5, No.1, Januari 2016

1. Pendahuluan
Produksi perikanan Indonesia berasal dari kegiatan perikanan
tangkap dan budidaya perikanan. Sebagian dari hasil produksi digunakan
untuk bahan baku pengolahan hasil perikanan dan sebagaian hasil
lainnya langsung dipasarkan untuk dikonsumsi secara segar (SNI, 2006).
PT Perikanan Nusantara (Persero) Cabang Benoa Bali merupakan salah
satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang
penagkapan, pengolahan, dan penyimpanan perikanan tangkap untuk
diekspor, yang mana telah menerapkan sistem pengendalian mutu pada
produknya dengan tujuan produk yang dihasilkan memiliki mutu yang
dapat bersaing dipasaran. Namun kenyataannya , masih ditemukan
kerusakan ikan pelagis di tahun 2014 dengan persentase kerusakan
sebesar 2,74%. Dengan demikian tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pelaksanaan pengendalian mutu pada pengolahan ikan pelagis beku
dengan pendekatan statistical quality control (SQC) yang dilakukan oleh
PT Perikanan Nusantara (Persero) Cabang Benoa Bali.
2. Metode penelitian
a. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT Perikanan Nusantara (Persero)
Cabang Benoa Bali yang terletak di Jalan Raya Pelabuhan Benoa,
Denpasar. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan dengan metode
purposive.
b. Data, Responden Penelitian, dan Analisis Data.
Data kuantitatif pada penelitian ini adalah jumlah produksi
pengolahan ikan pelagis beku, jumlah kerusakan pengolahan ikan
pelagis beku, harga jual ikan pelagis beku, gaji karyawan
pengawasan mutu (Quality Control), biaya jaminan mutu, dan biaya
uji mutu dalam pengolahan ikan pelagis beku.
Teknik pemilihan responden dilakukan secara purposive
yaitu lima orang responden yang dipilih secara sengaja dengan
pertimbangan bahwa responden merupakan sesorang yang dianggap
mengerti serta memahami manajemen keuangan, proses
pengendalian mutu ikan. Proses produksi penanganan dan
pengolahan ikan pelagis beku, serta mutu ikan di PT Perikanan
Nusantara (Persero) Cabang Benoa Bali,
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
analisis kualitatif dan kuantitatif, analisis kualitatif dilakukan melalui
pendekatan deskriptif sedangkan analisis kuantitatif menggunakan
pendekatan statistical quality control ( SQC ) yaitu peta kendali
(control chart) untuk mengetahui batasan pengawasan mutu.
3. Hasil dan Pembahasan

Sistem Pengendalian Mutu dengan Pendekatan Statistical Quality


Control

Selama tahun 2014, total produksi untuk pengolahan ikan


pelagis beku sebesar 1.494.631 kg dan setelah mengalami
penyusutan menjadi sebesar 1.464.738 kg dengan rata-rata produksi
per tahun adalah sebesar 166.070 kg dan setelah mengalami
penyusutan menjadi 162.749 kg.
Berdasarkan perhitungan peta kendali (control chart)
didapatkan standart deviasi atau penyimpangan untuk produksi
pengolahan ikan pelagis beku di PT Perikanan Nusantara (Persero)
Cabang Benoa Bali sebesar 0,0004046535, sehingga didapatkan
batas atas pengawasan sebasar 0,0286 atau 2,86%. Batas tengah
pengawasan sebesar 0,0274 atau 2,74%, dan batas bawah
pengawasan sebesar 0,0262 atau 2,62%.
Berdasarkan penelitian data yang diperoleh tidak seluruhnya
berada dalam batas kendali yang telah ditetapkan, bahkan masih ada
yang keluar dari batas kendali dan hanya lima titik yang berada
dalam batas kendali. Sehingga bisa dikatakan bahwa proses tidak
terkendali. Hal tersebut dikarenakan ikan mengalami gesekan akibat
gelombang laut besar, ikan ditumpuk terlalu banyak sehingga
kemungkinan besar terhimpit, terluka, serta terjadinya kerusakan
panel yang patah pada cold storage, dan listrik mati menyebabkan
suhu ruang tidak stabil.
Sebelum mengetahui biaya mutu(quality cost), terlebih dahulu
mencari biaya-biaya yang diperhitungkan dalam kegiatan
pengendalian mutu sebagai berikut :
a. Biaya pengawasan mutu
 Jumlah produksi selama satu tahun
 Biaya tenaga kerja bagian pengendalian mutu
 Alat bantu thermometer sebagai alat bantu
 Jumlah biaya pengujian selama satu tahun
b. Biaya jaminan mutu
 Harga jual rata-rata per kg
 Besar jaminan mutu setiap kg
4. Simpulan dan Saran
a. Simpulan
Berdasarkan penelitian dan hasil analisis yang dilakukan disimpulkan
bahwa pelaksanaan pengendalian mutu pada pengolahan ikan
pelagis beku dapat dilihat dari Good Manufacturing Practic (GMP)
telah memenuhi standar perusahaan. Melihat batasan pengawasan
menggunakan peta kendali, pengendalian mutu yang terjadi belum
terlaksana dengan baik, karena kerusakan ikan masih ada yang
keluar dari batas kendali intensitas.
b. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti
menyarankan perusahaan untuk perlu meningkatkan pengawasan
dan pengendalian mutu produk secara terus-menerus dalam
menekan tingkat kerusakan ikan serta memperbaiki pengendalian
mutu seperti penanganan secara intensif saat berada dikapal dan
proses pengolahan sehingga dapat mempertahankan mutu ikan
pelagis.

Anda mungkin juga menyukai