Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEBAGAI PRODUK AKHIR DARI TUGAS CRITICAL


BOOKS REVIEW

MATERI

APLIKASI SENYAWA KOMPLEKS PADA BIDANG


KESEHATAN (KEDOKTERAN)

Disusun oleh :

Nama : BERNIKA EVELYN SIBARANI


NIM : 4171131005
Program Studi : PENDIDIKAN KIMIA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
berkat dan karunianya dan atas kehendaknya CRITICAL BOOK REPORT ini dapat
diselesaikan. Makalah ini sengaja dibuat penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Ikatan
Kimia.

Dalam menyelesaikan critical book ini penulis banyak mengalami kesulitan namun berkat
dari bimbingan dari berbagai pihak akhirnya critical ini dapat terselesaikan. Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
pelaksanaan pembuatan critical book ini agar dapat terwujud dengan baik. Penulis menyadari
bahwa banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan di masa mendatang.

Semoga CRITICAL BOOK REPORT ini memberikan manfaat dan inspirasi bagi kita
semua

Medan, Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR...................................................................................................................i

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

2.1 Rumusan Masalah.............................................................................................................2

3.1 . Tujuan Penulisan Makalah..............................................................................................2

BAB II APLIKASI SENYAWA KOMPLEKS DALAM BIDANG KEDOKTERAN............3

BAB III KESIMPULAN.............................................................................................................10

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................10

3.2 Saran.....................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Senyawa yang terbentuk melalui ikatan koordinasi antara ion atau atom pusat


dengan gugus pelindung. Disebut juga sebagai senyawa kompleks karena sulit dipahami
pada awal penemuannya. Ion logam dalam senyawa kompleks disebut inti logam,
sedangkan partikel donor elektronnya disebut ligand. Jumlah ligand yang dapat diikat
oleh suatu ion logam disebut bilangan koordinasi. Besarnya bilangan koordinasi biasanya
berkisar pada 2, 4, 6, dan 8. Umumnya 4 atau 6. Bilangan koordinat 4 dijumpai pada ion:
Be2+, Zn2+, Cd2+, Hg2+, Pt2+, Pd2+, B3+, dan Al3+
Bilangan koordinat 6 dijumpai pada ion:
Fe2+, Co2+, Ni2+, Al3+, Co3+, Fe3+, Cr3+, Tr3+, Sn4+, Pb4+, Pt4+, dan Tr4+.
Ada 2 jenis ligand dilihat dari jumlah atom donor di dalamnya :
1) Ligand monodentat : terdapat 1 atom di dalamnya
2) Lignand polidentat : terdapat lebih dari 1 atom donor di dalamnya Dentat=gigi
Ligand polidentat disebut golongan pengkelat yang berasal dari kata Yunani
“Chele” yang berarti cakar, hal ini dikarenakan dalam membentuk senyawa kompleks,
lignand tersebut mencekram atom logam dengan sangat kuat. Senyawaannya disebut
komplekskhelat.
Perkembangan penggunaan senyawa kompleks telah banyak diteliti melalui suatu
tahapan-tahapan reaksi (mekanisme reaksi) dengan menggunakan ion-ion logam serta
ligan yang berbeda-beda. Senyawa kompleks yang diperoleh memiliki peranan penting
dalam berbagai bidang kehidupan, antara lain dalam bidang kimia, industri farmasi,
kesehatan, dan analisis kimia. Dalam bidang pertanian, senyawa kompleks ditiokarbamat
paling banyak digunakan sebagai pestisida, insektisida dan fungisida Dibidang
kedokteran sebagai anti mikroba dan kemoterapi pada tumor, bahan, sebagai obat anti
alkohol dan anti tuberkulosis, vanadosen sebagai kontraseptik dan anti HIV

1
2.1 Rumusan Masalah

 Apa sajakah macam macam senyawa kompleks yang dapat digunakan dalam
bidang kesehatan ?
 Bagaimana cara pembuatan masing masing senyawa kompleks ?
 Apa fungsi dari masing masing senyawa kompleks dalam bidang kesehatan atau
kedokteran ?
 Bagaimana cara atau proses pengunaan masing masing senyawa kompleks dalam
bidang kesehatan atau kedokteran ?
 Apa keuntungan dan bahaya pengunaan masing masing senyawa kompleks dalam
bidang kesehatan atau kedokteran ?

3.1 . Tujusn Penulisan Makalah

 Mengetahui macam macam senyawa kompleks yang dapat digunakan dalam


bidang kesehatan
 Mengetahui cara pembuatan masing masing senyawa kompleks
 Mengetahui fungsi dari masing masing senyawa kompleks dalam bidang
kesehatan atau kedokteran
 Mengetahui cara atau proses pengunaan masing masing senyawa kompleks dalam
bidang kesehatan atau kedokteran
 Mengetahui keuntungan dan bahaya pengunaan masing masing senyawa
kompleks dalam bidang kesehatan atau kedokteran

2
BAB II
APLIKASI SENYAWA KOMPLEKS DALAM BIDANG KEDOKTERAN

1. BUKU 1 Sintesis Dan Karakterisasi Kompleks Zn(II) Dan Te(IV) Ditiokarbamat


Dan Potensinya Sebagai Anti Tuberkulosis
A. Macam macam senyawa kompleks yang dapat digunakan dalam bidang kesehatan
Dalam penelitian bioaktivitas senyawa kompleks ditiokarbamat, dapat digunakan
sebagai anti tuberkulosis, ion logam tellurium (Te) diketahui berperan sebagai anti
korosi, sedangkan ion logam Seng (Zn) membantu sistem imunitas tubuh, dibutuhkan
dalam penyembuhan luka, serta dapat membantu syaraf perasa dan penciuman.

B. Cara pembuatan masing masing senyawa kompleks


 Sintesis Senyawa Kompleks Zn(II)Et/PrDtc, Zn(II)MeHepDtc dan
Zn(II)MeIsoButDtc
Sebanyak 0,408 gram ZnCl2 (0,003 mol) dimasukkan dalam gelas kimia
50 mL, dilarutkan dengan etanol sebanyak 10 mL (larutan 1). Dalam gelas kimia
100 mL, dimasukkan N-Etilisopropilamin sebanyak 0,592 mL (0,005 mol),
kemudian dilarutkan dengan etanol sebanyak 10 mL. Larutan amin ditambahkan
dengan larutan CS2 (0,302 mL, 0,005 mol) yang telah dilarutkan dengan 10 mL
etanol secara perlahan-lahan pada suhu dingin, kemudian diaduk selama 15 menit
(larutan 2). Dalam larutan (2) ditambahkan larutan (1) secara perlahan-lahan
sambil diaduk dengan pengaduk magnetik selama 30 menit. Endapan yang
terbentuk kemudian disaring dan dimasukkan dalam desikator hingga kering
kemudian di kristalisasi dengan pelarut yang sesuai hingga diperoleh kristal murni
selanjutnya dianalisis dan dikarakterisasi. Dengan cara yang sama dilakukan
sintesis kompleks Zn(II)MeHepDtc dan Zn(II)MeIsoButDtc dengan
menggunakan N-Metilheptilamin dan N-MetilIsobutilamin berturut-turut 0,841
mL dan 0,71 mL.

 Sintesis Senyawa Kompleks Te(IV)Et/PrDtc, Te(IV)MeHepDtc, Te(IV)


MeIsoButDtc
3
Ditimbang TeCl4 sebanyak 0,26 gram (0,001 mol) dimasukkan dalam
gelas kimia 50 mL, dilarutkan dengan etanol sebanyak 10 mL selanjutnya diaduk
hingga larut. Larutan logam ditambahkan larutan 2,9 dimetil 1,10 Phenantrolin
0,20 gram (0,001 mol) yang terlebih dahulu dilarutkan dalam 10 mL etanol
(larutan 1). Dalam gelas kimia 100 mL, dimasukkan N-Etilisopropilamin
sebanyak 0,7 mL (0,003 mol) kemudian dilarutkan etanol sebanyak 10 mL.
larutan amin ditambahkan dengan larutan CS2 sebanyak 0,36 mL (0,003 mol)
yang telah dilarutkan dengan 10 mL etanol secara perlahan-lahan pada suhu
dingin, kemudian diaduk selama 15 menit (larutan 2). Dalam larutan (2)
dimasukkan larutan (1) secara perlahan-lahan sambil diaduk dengan magnetik
stirer selama 1 jam. Endapan yang terbentuk kemudian disaring dan dimasukkan
dalam desikator hingga kering kemudian dikristalisasi dengan pelarut yang sesuai
hingga diperoleh kristal murni, selanjutnya dianalisis dan dikarakterisasi. Dengan
cara yang sama dilakukan sintesis kompleks Te(IV)MeHepDtc dan
Te(IV)MeIsoButDtc dengan menggunakan N-Metilheptilamin dan N-
MetilIsobutilamin berturut-turut 1 mL dan 0,71 mL.

C. Fungsi dari masing masing senyawa kompleks dalam bidang kesehatan atau
kedokteran
Dibidang kedokteran sebagai anti mikroba dan kemoterapi pada tumor (Aruna
dkk., 2006), bahan antiseptik, sebagai obat anti alkohol dan anti tuberkulosis, vanadosen
sebagai kontraseptik dan anti. Dalam penelitian bioaktivitas senyawa kompleks
ditiokarbamat, dapat digunakan sebagai anti tuberkulosis, ion logam tellurium (Te)
diketahui berperan sebagai anti korosi, sedangkan ion logam Seng (Zn) membantu sistem
imunitas tubuh, dibutuhkan dalam penyembuhan luka, serta dapat membantu syaraf
perasa dan penciuman.
Seng (Zn) merupakan unsur yang terlibat dalam sejumlah besar enzim yang
mengkatalisis reaksi metabolik yang vital. Selain itu, seng (Zn) berperan pula dalam
proses pembentukkan genetik, yaitu pada DNA dan RNA serta partisipasinya dalam
metabolisme protein, Zn juga essensial untuk pertumbuhan anak. Seng (Zn) berperan
dalam menyusun struktur protein dan membrane sel. Seng (Zn) berperan menstabilisasi

4
struktur protein, membantu sistem imunitas tubuh, dibutuhkan dalam penyembuhan luka,
serta dapat membantu syaraf perasa dan penciuman. Seng (Zn) sebagai katalisator enzim
superoksida (CuZnSOD) berperan mengeliminasi radikal bebas anionsuperoksida
(Widowati, dkk., 2008). Dalam bidang biologis, kompleks Zn dengan ligan NCS2
dijadikan model secara struktur dan spektroskopi dalam sisi pengikatan logam dalam
sejumlah protein metallotreonina dan metalloregulatori, menambahkan Zn-
diamilditiokarbamat dan Sbdiamilditiokarbamat dalam pelumas mesin diesel memiliki
sifat antioksidan. Seng (Zn) merupakan unsur yang terlibat dalam sejumlah besar enzim
yang mengkatalisis reaksi metabolik yang vital. Selain itu, seng (Zn) berperan pula dalam
proses pembentukkan genetik, yaitu pada DNA dan RNA serta partisipasinya dalam
metabolisme protein, Zn juga essensial untuk pertumbuhan anak.

D. Cara atau proses pengunaan masing masing senyawa kompleks dalam bidang
kesehatan atau kedokteran
Sintesis senyawa kompleks ditiokarbamat telah dilakukan dengan menggunakan
metode in-situ, yakni mereaksikan amina sekunder dengan karbon disulfida serta garam
logam yang dilarutkan dalam pelarut etanol dalam medium basa. Ion logam yang
digunakan adalah Zn2+ dan Te4+ yang dikomplekskan dengan ligan EtiPrDtc,
MeHepDtc, dan MeIsoButDtc. Senyawa kompleks yang dihasilkan dimurnikan dan
dikristalkan selanjutnya dikarakterisasi dengan menggunakan spektroskopi UV-VIS, FT-
IR, NMR, konduktometri dan mengukur titik leleh, kemudian diuji bioaktivitasnya
sebagai anti tuberkulosis.

E. Keuntungan dan bahaya pengunaan masing masing senyawa kompleks dalam


bidang kesehatan atau kedokteran
 Keuntungan
Dibidang kedokteran sebagai anti mikroba dan kemoterapi pada tumor
(Aruna dkk., 2006), bahan antiseptik (Osmond dan Fatih, 2005), sebagai obat anti
alkohol dan anti tuberkulosis (Breviglieri, dkk 2000), vanadosen sebagai
kontraseptik dan anti HIV (Maikhuri dkk., 2003). Sintesis senyawa kompleks
ditiokarbamat umumnya melibatkan ligan ditiokarbamat dalam bentuk garam

5
amonium, natrium, litium, dan barium (Haas dan Schwarz 1963). Ligan ini dapat
diperoleh secara komersial maupun disintesis. Saat ini metode in-situ yang
diperkenalkan oleh Thirumaran dkk., (1998) lebih banyak digunakan dalam
sintesis senyawa kompleks ditiokarbamat. Dimana metode ini melibatkan reaksi
antara asam ditiokarbamat dengan logam dalam bentuk garamnya, dimana asam
ditiokarbamat disediakan dengan cara mereaksikan amina dengan karbon
disulfida dalam pelarut etanol. Senyawa ditiokarbamat sebagian besar dapat
membentuk senyawa kompleks dengan ion logam dari unsur transisi (Rogachev,
dkk., 1999). Ditiokarbamat adalah salah satu ligan yang dapat menstabilkan
senyawa kompleks logam dalam bilangan oksidasi yang tinggi . Pada penelitian
ini digunakan beberapa jenis logam dengan variasi bilangan oksidasi yaitu Zn(II)
dan Te(IV) untuk melihat perbedaan kekuatan ikatannya. Kekuatan pengkelatan
atom sulfur terhadap logam bergantung pada gugus R1(Etil, Metil) dan
R2(Isopropil, Heptil, Isobutil) yang terikat pada ligan (manoussakis dan Tsipis,
1973). Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan pula beberapa jenis ligan
dengan variasi gugus R1 dan R2 yakni etilisopropilditiokarbamat,
metilheptilditiokarbamat dan metilisobutilditiokarbamat. Dalam penelitian
bioaktivitas senyawa kompleks ditiokarbamat, dapat digunakan sebagai anti
tuberkulosis (Carolina, 2011), ion logam tellurium (Te) diketahui berperan
sebagai anti korosi, sedangkan ion logam Seng (Zn) membantu sistem imunitas
tubuh, dibutuhkan dalam penyembuhan luka, serta dapat membantu syaraf perasa
dan penciuman (Widowati, dkk., 2008).

2. BUKU 2 dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Kobalt(II) dengan Ligan 1,10-


Fenantrolin dan Anion Trifluorometanasulfonat, Skripsi, Yogyakarta

A. Macam macam senyawa kompleks yang dapat digunakan dalam bidang kesehatan
Senyawa kompleks Co(II) dengan ligan 1,10-fenantrolin dan anion
trifluorometanasulfonat ini bertujuan untuk mengetahui metode sintesis, formula,
konduktivitas senyawa kompleks, sifat magnetik, spektrum elektronik, spektrum IR, dan
difraktogram XRD senyawa kompleks. Senyawa kompleks ini disintesis dengan cara

6
mencampurkan Co(BF4)2.6H2O dalam pelarut akuades dan ligan 1,10-fenantrolin dalam
pelarut etanol, dengan perbandingan mol 1 : 3

B. Metode atau cara pembuatan masing masing senyawa kompleks


 Sintesis Senyawa Kompleks Kobalt(II) dengan Ligan 1,10-Fenantrolin dan Anion
Trifluorometanasulfonat
Prekusor yang digunakan untuk preparasi senyawa kompleks pada penelitian ini
adalah kobalt(II) tetrafluoroborat heksahidrat yang berbentuk serbuk berwarna merah
bata. Senyawa ini larut dengan baik di dalam air membentuk kompleks berkoordinasi
enam [Co(H2O)6]2+. Ligan yang digunakan pada penelitian ini adalah ligan 1,10-
fenantrolin dan merupakan senyawa organik berbentuk serbuk berwarna putih yang
larut dalam pelarut organik seperti alkohol, eter, etanol, metanol, benzena dan lain-
lain. Pelarut yang digunakan adalah pelarut etanol. Pelarut ini dipilih untuk
melarutkan 1,10-fenantrolin karena selain dapat melarutkan ligan 1,10-fenantrolin juga
karena sifatnya yang mudah bercampur dengan akuades yang digunakan untuk
melarutkan padatan Co(BF4)2·6H2O. Kemudian anion trifluorometanasulfonat
(CF3SO3)- yang digunakan adalah garam kalium trifluorometanasulfonat (KCF 3SO3)
berupa serbuk berwarna putih dengan massa molekul relatif sebesar 188,17 g/mol.
Karena kelarutannya yang baik dalam air, maka pelarut yang digunakan adalah
akuades. Preparasi senyawa kompleks diawali dengan melarutkan prekusor kobalt(II)
tetrafluoroborat heksahidrat dalam 15 ml akuades kemudian ditambahkan ligan 1,10-
fenantrolin yang telah dilarutkan dalam 10 ml etanol yang kemudian dihomogenkan
menggunakan alat magnetic stirrer selama 30 menit pada suhu kamar. Senyawa
Co(BF4)2·6H2O dalam akuades dapat dipertimbangkan sebagai spesies kation
kompleks [Co(H2O)6]2+ yang berwarna merah. Kemudian pada penambahan ligan
1,10-fenantrolin yang telah dilarutkan dalam pelarut etanol akan terjadi pendesakan
ligan H2O pada kompleks [Co(H2O)6]2+ oleh ligan 1,10-fenantrolin yang ditandai
dengan terjadinya perubahan warna menjadi oranye yang berlangsung sangat cepat
dalam hitungan detik.

7
C. Fungsi dari masing masing senyawa kompleks dalam bidang kesehatan atau
kedokteran
Senyawa kompleks Co(II) dengan ligan hidantoin yang terbukti mampu
meningkatkan sifat lipofilik ion Co2+ dalam kompleks Co2+-hidantoin, yang mudah
menembus dinding sel bakteri. Gugus-gugus fungsi pada protein dan DNA bakteri seperti
–SH dan –PO43- dapat berinteraksi dengan kompleks Co2+-hidantoin sehingga
mengganggu pembentukan dinding sel dan menghambat pertumbuhan bakteri. Senyawa
kompleks Co(II)-EDTA telah berhasil disintesis dan dikarakterisasi yang selanjutnya
dapat dimanfaatkan sebagai katalis. Senyawa kompleks heksakarbonildikobalt(0)
[Co2(CO)6] dengan aspirin juga terbukti mampu menghambat pertumbuhan sel yang
tidak diharapkan dan pembentukan pembuluh darah kecil sehingga mengurangi
pertumbuhan kanker dalam tubuh. Kompleks [Co(L)2Cl2].H2O (L= 2-p-tolyl-1H-
imidazo[4,5- f][1,10]phenanthroline) terbukti efektif sebagai agen antibakterial.
Pada penelitian ini dilakukan sintesis senyawa kompleks kobalt(II) dengan ligan
1,10-fenantrolin yang akan menghasilkan ion kompleks [Co(phen)3]2+, sehingga untuk
menetralkan kation kompleks tersebut digunakan suatu anion. Senyawa kompleks
[Co(phen)3]2+ dengan berbagai anion telah banyak disintesis dan dikarakterisasi, seperti
senyawa kompleks [Co(phen)3](I3)2, dan juga [Co(phen)3](C2Cl3O2)2, sedangkan dalam
penelitian ini digunakan anion CF3SO3-.

D. Cara atau proses pengunaan masing masing senyawa kompleks dalam bidang
kesehatan atau kedokteran
Sintesis senyawa kompleks kobalt(II) dengan ligan 1,10-fenantrolin, dan anion
yang digunakan adalah CF3SO3- atau trifluorometanasulfonat yang juga dikenal dengan
triflat. Senyawa komples ini dikarakterisasi dengan menggunakan berbagai instrumen
yakni Spektrofotometer Serapan Atom, Spektrofotometer FTIR, Spektrofotometer UV-
Vis (UltravioletVisible), Konduktometer, MSB (Magnetic Susceptibility Balance), dan
X-Ray Diffraction (XRD).

8
E. Keuntungan dan bahaya pengunaan masing masing senyawa kompleks dalam
bidang kesehatan atau kedokteran
Senyawa kompleks Co(II)-EDTA telah berhasil disintesis dan dikarakterisasi
yang selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai katalis (Paramita, 2012). Senyawa
kompleks heksakarbonildikobalt(0) [Co2(CO)6] dengan aspirin juga terbukti mampu
menghambat pertumbuhan sel yang tidak diharapkan dan pembentukan pembuluh darah
kecil sehingga mengurangi pertumbuhan kanker dalam tubuh (Juarip, 2012). Kompleks
[Co(L)2Cl2].H2O (L= 2-p-tolyl-1H-imidazo[4,5- f][1,10]phenanthroline) terbukti efektif
sebagai agen antibacterial. Senyawa kompleks sangat berhubungan dengan asam dan
basa Lewis dimana asam Lewis adalah senyawa yang dapat bertindak sebagai penerima
pasangan elektron bebas ion atau atom pusat, sedangkan basa lewis adalah senyawa yang
bertindak sebagai penyumbang pasangan elektron ligan (Shriver, 1940). Donasi
pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi
sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi (Cotton & Wilkinson,
1984). Pembentukan senyawa kompleks sering disertai dengan terjadinya (perubahan)
warna yang mencolok. Sebagai contoh, kristal CoCl2.6H2O berwarna pink, dan berubah
menjadi biru dengan lepasnya ligan H2O yang dapat dilakukan melalui pemanasan atau
dengan penambahan aseton atau alkohol absolut (Sugiyarto, 2012).
Asam trifluorometanasufonat atau sering disebut triflat (HCF3SO3) merupakan
asam yang sangat kuat yang dapat digunakan sebagai katalis untuk sintesis senyawa
organik. Larutan ionik triflat yang tahan terhadap hidrolisis telah banyak digunakan
sebagai media reaksi karena sifatnya yang stabil dan titik didihnya yang tinggi (167-
170o C) serta viskositasnya cukup rendah (Nikolai et al., 2012).

9
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Senyawa kompleks yaitu Zn(II)EtiPrDtc, Zn(II)MeHepDtc, Zn(II)MeIsoButDtc,


Te(IV)EtiPrDtc, Te(IV)MeHepDtcPhen, dan Te(IV)MeIsoButDtcPhen dapat disintesis
dengan menggunakan metode in-situ yakni mereaksikan amina sekunder dengan karbon
disulfida dalam pelarut etanol dan logam dalam bentuk garamnya. Keseluruhan senyawa
kompleks yang telah disintesis memiliki potensi sebagai anti tuberkulosis yang
ditunjukkan oleh permukaan medium yang tidak ditumbuhi oleh koloni bakteri
Mycobacterium tuberculosis.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan yaitu :
 Metode sintesis senyawa kompleks kobalt(II) dengan ligan fenantrolin dan anion
CF3SO3- adalah metode pendesakan langsung.
 Karakteristik senyawa kompleks kobalt(II) dengan ligan fenantrolin dan anion
CF3SO3- adalah berwarna kuning-oranye dan berbentuk serbuk kasar.
 Senyawa kompleks Co(II) telah berhasil disintesis dengan formula [Co(phen)3]
(CF3SO3)2.11H2O yang dalam pelarut akuades terion dengan perbandingan
muatan kation/anion 2 : 1 dan mempunyai daya hantar ekivalen sebesar 166,21
Scm2mol-1 yang sebanding dengan daya hantar dari larutan pembanding CaCl2
dan Co(BF4)2.

3.2 Saran

Disarankan untuk melanjutkan dan menemukan metode pemurnian senyawa yang


lebih baik lagi mengingat beberapa senyawa kompleks yang dihasilkan belum murni, dan
melakukan uji penghambatan bakteri secara detail dengan memperpanjang masa inkubasi
dan memvariasikan konsentrasi obat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Kartina . Desi , (2013) , Sintesis Dan Karakterisasi Kompleks Zn(II) Dan Te(IV)
Ditiokarbamat Dan Potensinya Sebagai Anti Tuberkulosis , Tesis ; Makasar
Fa’izzah,M., (2016), Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Kobalt(II) dengan
Ligan 1,10-Fenantrolin dan Anion Trifluorometanasulfonat, Skripsi,
Yogyakarta

11

Anda mungkin juga menyukai