Anda di halaman 1dari 10

Pendahuluan

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik, dimana proses pembelajarannya


menggunakan kaidah keilmuan melalui observasi, menanya, eksperimen, mengolah data, dan
mengomunikasikan (1,2). Berdasarkan hal tersebut kurikulum 2013 dapat melatih siswa berpikir
kritis. Berpikir kritis di perlukan untuk mencari gagasan dan penemuan baru untuk mengatasi
permasalahan kehidupan yang kompleks (3,4,7). Selain itu, kemampuan berpikir kritis sangat
penting bagi siswa untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan sesuai dengan
kebenaran ilmiah (5,6,8).
Namun, pada kenyataannya kemampuan berpikir kritis di SMA Islam Malang cukup
rendah yaitu sekitar 40%. Hal ini diketahui melalui hasil wawancara dengan guru biologi yang
menyatakan bahwa penyebab kemampuan berpikir kritis siswa rendah dikarenakan 1) siswa
hanya mampu menyebutkan tanpa memberi alasan yang jelas terkait fenomena yang dijelaskan
oleh guru, 2) siswa belum mampu menyelesaikan soal berkategori tinggi, 3) siswa hanya mampu
menerima konsep pelajaran dan kurang mampu mengkritisi materi.
Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dapat diatasi dengan berbagai cara salah
satunya menggunakan perangkat pembelajaran berbasis PBL (9). Perangkat pembelajaran
berbasis PBL merupakan model pembelajaran yang di gunakan untuk merangsang berpikir kritis
siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah nyata (10, 11,12) yang di temukan dalam
kehidupan sehari-hari (13,14,15). Permasalahan nyata yang dapat di amati oleh siswa salah
satunya adalah perubahan lingkungan yang terjadi pada Sungai Brantas, Malang.
Sungai Brantas merupakan sungai terpanjang di Jawa Timur, dengan panjang ± 320 km.
Menurut (16,17) Sungai Brantas di Kota Malang mengalami penurunan kualitas air akibat
limbah domestik yang di buang oleh penduduk setempat. Kualitas Sungai Brantas dapat di lihat
dari indikator fisik, kimiawi, dan biologis (). Studi pendahuluan di lakukan pada 3 stasiun yaitu
stasiun I di Kampung Warna-Warni Jodipan, stasiun II di pasar burung, dan stasiun III di Coban
Talun. Berdasarkan hasil observasi awal diketahui bahwa kualitas air di ke tiga Sungai Brantas
mengalami perubahan lingkungan. Sungai Brantas pada stasiun I dan Stasiun II tergolong
tercemar dengan di tandai air sungai yang sangat keruh dan berbau, kadar oksigen yang rendah,
pH tergolong asam serta di temukan banyaknya Tubificidae, Naididae, Chironimidae. Beberapa
makrozoobentos tersebut diindikasikan sebagai makrozoobentos yang sangat tahan terhadap
pencemaran (17, 18). Dari permasalahan nyata ini, di harapkan siswa mampu mengembangkan
kemampuan berpikir kritis. Berdasarkan permasalahan di atas maka di peroleh tujuan yaitu untuk
mengetahui perbedaan berpikir kritis siswa yang di terapkan dengan menggunakan perangkat
pembelajaran PBL bersumber Sungai Brantas, perangkat pembelajaran PBL, sumber Sungai
Brantas, dan buku teks.

Method
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Islam Malang. Penentuan
sampel kelas dilakukan menggunakan tes ekivalensi berdasarkan nilai Ujian Nasional. Setelah
diketahui kelas sederajat maka pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik Cluster
Random Sampling dan di dapatkan kelas X MIPA 1 sebagai kelas buku teks, kelas X MIPA 2
sebagai kelas eksperimen, dan kelas X MIPA 3 dan X MIPA 4 sebagai kelas kontrol positif.
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian menggunakan
nonrandomized control group pretest-postes. Desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Buku teks O1 - O2
Perangkat pembelajaran PBL O3 X1 O4
Sumber Belajar Sungai Brantas O5 X2 O6
Perangkat PBL+Sumber Belajar O7 X3 O8
Sungai Brantas
Data analysis techniques used normality test, homogeneity test, linearity test, Mancova test, and
LSD test.

Result and Disscusion


Hasil dari penelitian ini menggunakan uji Mancova. Sebelum dilakukan uji Mancova,
dilakukan uji normalitas seperti pada Tabel 2.
No Data N Signifikansi α Keputusan
1 Pretest Kemampuan Berpikir Kritis 143 0,776 0,05 Normal
2 Postest Kemampuan Berpikir Kritis 143 0,853 0,05 Normal

Hasil uji normalitas menunjukan bahwa semua data berdistribusi normal yang ditandai
dengan nilai signifikansi > 5%. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas sepeti pada Tabel 3.
No Data N Signifikansi α Keputusan
1 Pretest Kemampuan Berpikir Kritis 143 0,591 0,05 Homogen
2 Postest Kemampuan Berpikir Kritis 143 0,345 0,05 Homogen
Hasil uji homogenitas menunjukan bahwa setiap kelompok data homogen yang ditandai
dengan nilai signifikansi > 5%. Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas semuanya
memenuhi syarat yaitu α > 5% sehingga uji dilanjut menggunakan uji Mancova. Sebelum
meggunakan uji Mancova, langkah awal yang dilakukan adalah menguji kesamaan matriks
kovarian. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui antar variabel dependen memiliki
kesamaan matriks kovarian atau tidak (). Pengujian kesamaan matriks kovarian menggunakan
Box's Test of Equality of Covariance Matrices yang dapat di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Pengujian Kesamaan Matriks Kovarian
Box's M 23.577
F 1.882
df1 12
df2 52329.84
Sig. 0.031

Berdasarkan Tabel 4.35 di dapatkan nilai signifikansi sebesar 0,031. Hal ini menunjukan
bahwa tidak terjadi kesamaan matriks antar variabel yang digunakan. Langkah selanjutnya
melakukan pengujian Mancova untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan perangkat
pembelajaran PBL terhadap kemampuan berpikir kritis, Hasil pengujian kesamaan matriks tidak
terjadi kesamaan, maka interpretasi yang dilihat pada tabel hasil uji mancova adalah Wilk’s
Lambda (). Hasil pengujian Mancova dapat dilihat pada Tabel 5.

Effect Nilai F Hipotesis df Error df Sig.


Intercept Pillai's Trace .327 21.661b 3.000 134.000 0.000
Wilks' Lambda .673 21.661b 3.000 134.000 0.000
Hotelling's Trace .485 21.661b 3.000 134.000 0.000
Roy's Largest Root .485 21.661b 3.000 134.000 0.000
Pretest Pillai's Trace .484 41.818b 3.000 134.000 0.000
Berpikir Kritis Wilks' Lambda .516 41.818b 3.000 134.000 0.000
Hotelling's Trace .936 41.818b 3.000 134.000 0.000
Roy's Largest Root .936 41.818b 3.000 134.000 0.000

Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis menghasilkan statistik


uji F sebesar 41.818 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Ditinjau dari pretest berpikir kritis
sebagai kovariat, diperoleh p < α yang berarti bahwa pretest berpengaruh terhadap posttest
berpikir kritis sehingga dilanjutkan menggunakan uji LSD. Hasil uji LSD dapat di lihat pada
Tabel 6.
Variabel Kelas(I) Kelas(J) Perbedaan Std. Sig
(I-J) Eror
Kemampuan Buku teks Perangkat PBL dengan
Berpikir Sumber Belajar Sungai -5.870* 0.847 0.120
Kritis Brantas
Perangkat PBL -1.121 0.805 0.066
Sumber Belajar Sungai *
-3.184 0.892 0.060
Brantas
Perangkat PBL + Buku teks 5.870* 0.847 0.103
sumber belajar Perangkat PBL 4.748* 0.809 0.189
Sungai Brantas Sumber Belajar Sungai
2.686* 0.805 0.124
Brantas
Perangkat PBL Buku teks 1.121 0.805 0.166
Perangkat PBL dengan
sumber belajar Sungai -4.748* 0.809 0.061
Brantas
Sumber belajar Sungai
-2.063* 0.830 0.054
Brantas
Sumber Belajar Buku teks 3.184* 0.892 0.070
Sungai Brantas Perangkat PBL dengan
sumber belajar Sungai -2.686* 0.805 0.081
Brantas
Perangkat PBL 2.063* 0.830 0.054

Berdasarkan hasil analisis uji LSD pada Tabel 6, diketahui bahwa kemampuan berpikir
kritis di ke empat kelas memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini ditandai dengan semua nilai
α > 0,05. Perangkat yang paling unggul dalam memberdayakan kemampuan berpikir kritis yaitu
perangkat PBL dengan sumber belajar Sungai Brantas yang ditandai dengan niai signifikansi
antar kelas paling tinggi.

Hal yang menyebabkan adanya perbedaan signifikan antara ke empat kelas yang
digunakan adalah pembelajaran dilakukan dengan pendekatan kontekstual dengan model
pembelajaran PBL, sehingga siswa menghadapi permasalahan nyata seperti perubahan
lingkungan di Sungai Brantas. (19) menyatakan bahwa pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar memungkinkan pembelajaran lebih menarik, tidak membosankan dan menumbuhkan rasa
antusiasme siswa. Selain itu, model pembelajaran PBL menghadapkan siswa pada masalah nyata
sehingga siswa mampu menyusun pengetahuannya sendiri (36), menumbuhkan ketrampilan
tingkat tinggi dan berpikir kritis (37), memandirikan siswa (38), dan meningkatkan kepercayaan
diri siswa (20).
Kegiatan pada perangkat pembelajaran menggunakan sintaks PBL yang diadaptasi dari
(21) dengan tahapan 1) menghubungkan dengan masalah, 2) menyiapkan struktur, 3)
mengunjungi masalah, 4) meninjau kembali masalah, 5) menghasilkan produk atau kinerja, dan
6) mengevaluasi kinerja dan masalah tersebut. Semua tahapan pembelajaran PBL dilakukan
secara mandiri oleh siswa. Kegiatan menyiapkan struktur dan meninjau kembali masalah melatih
siswa untuk untuk mengeksplorasi masalah yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (31, 33), berbagi ide (32, 35), berkomunikasi, meyakinkan orang lain terhadap argumennya
(22. 34). Penggunaan model PBL ini terbukti dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
(23,24).
Pada perangkat pembelajaran ini, berpikir kritis dilatih melalui uraian materi yang
disajikan dengan menggunakan sintaks PBL. Indikator berpikir kritis yang dikembangkan adalah
focus, reason, inference, situation, clarity, dan overview (25). Uraian materi ini penting
diberikan kepada siswa karena membantu siswa dalam menguasai topik pembelajaran
(26,29,30). Materi yang diajarkan kepada siswa yaitu perubahan lingkungan Sungai Brantas dan
dampak perubahan lingkungan Sungai Brantas. Pada perangkat pembelajaran ini juga dilengkapi
juga dengan tes formatif yang dikerjakan oleh siswa. Soal tes formatif ini dapat melatih
mahasiswa untuk berpikir kritis, mengukur kemajuan siswa, dan dapat dijadikan umpan balik
bagi siswa dan guru (27,28). Soal tes formatif ini diberikan kepada siswa setelah mengikuti
pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran berbasis PBL disertai sumber belajar
Sungai Brantas. Soal tes berpikir kritis dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Gambar 5.3 Soal Berpikir Kritis
Contoh jawaban siswa dengan skor tertinggi dalam pengerjaan posttest berpikir kritis
dapat dilihat pada Gambar 5.4.

Gambar 5.4 Jawaban Tes Berpikir Kritis dengan Skor Postest Tertinggi
Jawaban siswa pada Gambar 5.4 mendapatkan skor tertinggi karena pada indikator focus
semua konsep benar, jelas, dan spesifik; pada indikator reason semua jawaban benar, jelas,
spesifik, didukung oleh alasan yang kuat dan argument yang dikemukakan jelas; pada indikator
inference, beberapa sumber/alasan/bukti pada esai masih meragukan; pada indikator clarity, tata
Bahasa baik dan benar; pada indikator overview, semua aspek Nampak, bukti baik, dan seimbang
Selanjutnya, contoh jawaban siswa yang mendapatkan skor posttest terendah dapat dilihat
pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5 Jawaban Tes Berpikir Kritis dengan Skor Postest Terendah

Jawaban siswa pada Gambar 5.5 mendapatkan skor terendah karena pada indikator focus
semua konsep kurang fokus dan meragukan; pada indikator reason uraian jawaban tidak
mendiking dan alasan yang dikemukakan kurang benar; pada indikator inference, semua
sumber/alasan/bukti pada esai meragukan; pada indikator clarity, tata Bahasa yang digunakan
baik namun kalimat tidak lengkap; pada indikator overview, secara keseluruhan aspek tidak
mencukupi.

Kesimpulan
Kemampuan berpikir kritis memiliki perbedaan yang signifikan pada kelas yang
menggunakan perangkat pembelajaran PBL dengan sumber belajar Sungai Brantas, perangkat
pembelajaran PBL, sumber belajar Sungai Brantas, dan buku teks. Hal ini ditandai dengan nilai α
> 5%.
Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada kepala SMA Islam Malang untuk memberi
fasilitas penelitian ini dan terimakasih juga kepada guru dan siswa kelas X SMA Islam Malamg
untuk berkontribusi dalam penelitian ini.

Refrensi
1. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Analisis Materi Ajar Jenjang SD/SMP/SMA: Konsep
Pendekatan Scientific. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Fischer, B.C., Rotter, S., Stoelting, P.M.m Solecki, R. 2020. Recommendations For International
Harmonisation, Implementation And Further Development Of Suitable Scientific Approaches Regarding The
Assessment Of Mixture Effects. Food and Chemical Toxicology, 141: 334-341,
3. Anderson, J. A. 2003. Critical Thinking Across the Disciplines. New York: College of Technology New York.
4. Caceres, M., Nussbaum, M., & Ortiz, J. 2020. Integrating Critical Thinking Into The Classroom: A Teacher’s
Perspective. Thinking Skills and Creavity, 37: 156-163.
5. Goodsett, M. 2020. Best Practices For Teaching And Assessing Critical Thinking In Information Literacy
Online Learning Objects. The Journal of Academic Librarianship, 145: 198-205.
6. Tang, T., Vezzani, V., & Eriksson, V. 2020. Developing Critical Thinking, Collective Creativity Skills And
Problem Solving Through Playful Design Jams. Thinking Skilss and Creativity. 37: 124-130.
7. Sapeni, M.A & Said, S. 2020. The Effectiveness Of Case-Based Learning In Increasing Critical Thinking Of
Nursing Students: A Literature Review. Enfermeria Clinica, 30: 182-185
8. Lopez, M., Jimenez, J., Gill, B.M., Castro, M.F., Cao, J.C., Frutos, M., & Castro, M.S. 2020. The Impact Of
An Educational Intervention On Nursing Students' Critical Thinking Skills: A Quasi-Experimental Study.
Nurse Education Today, 85: 346-352.
9. Rajan, S., Khanna, A., & Argalious, M. 2016. Comparison Of 2 Resident Learning Tools—Interactive Screen-
Based Simulated Case Scenarios Versus Problem-Based Learning Discussions: A Prospective Quasi-Crossover
Cohort Study. Journal of Clinical Anesthesia, 28” 4-11.
10. Savery, J. R. 2016. Overview of Problem-Based Learning: Definitions Distinctions. Interdisciplinary Journal
of Problem-Based Learning, 1: 9-20.
11. Sendaq, S., & Odabas, H. F. 2009. Effect of Problem Based Learning Course on Content Knowledge
Acquisition and Critical Thinking Skills. Computers & Education, 53: 132-141.
12. Wiryanti, W. 2017. Pengembangan Perangkat pembelajaran Biologi Berbasis Lingkungan dengan Setting
Modified untuk Meningkatkan Berpikir Kritis dan Pemhaman Konsep Siswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan
Pembelajaran 1(1): 1-9.
13. Rovers, S. F. Clarebout, G., Hans., Jereon, D. 2018. Improving Student Expectations Of Learning In A
Problem-Based Environment. Computers in Human Behavior, 87: 416-423.
14. Mubuuke, A.G., Louw, A.J., Schalkwyk, S.V. Cognitive and Social Factors Influencing Students‫ ׳‬Response
and Utilization of Facilitator Feedback in a Problem Based Learning Context. Health Professions Education, 3:
85-98.
15. Nasr, Z & Wilby, K. J. 2017. Introducing Problem-Based Learning Into A Canadian-Accredited Middle
Eastern Educational Setting. Currents in Pharmacy Teaching and Learning, 9: 719-722.
16. Pyerwianto A. 1998. Kualitas Ekologik Kali Brantas di Daerah Malang Ditinjau dari Struktur Sungai dan
Kualitas Air untuk Penentuan Pola Umum Konservasi. Tesis. Surabaya: Program Pascasarjana ITS.
17. Ali, A., Soemarno., & Purnomo, 2013. Kajian Kualitas dan Status Mutu Air Sungai Brantas Kota Malang.
Jurnal Bumi Lestari, 12(2): 265-274.
18. Agrista, I. 2005. Makroinvertebrata sebagai indikator Biologis Kualitas Air Sungai (Studi di Sungai Brantas
Kabupaten Malang). Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
19. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Panduan Teknis Pembelajaran dan Penilaian di Sekolah
Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
20. Arends, R.I. 2012. Learning to Teach, Ninth Edition. Newyork: Mc-Graw Hill Companies
21. Delisle, R. 1997. How to Use Problem-Based Learning in The Classroom. USA: ASCD.
22. Anderson, J. A. 2003. Critical Thinking Across the Disciplines. New York: College of Technology New York.
23. Boleng, D.T., Lumowo, S.V.T., & Palenewen, E. 2017. The Effect Of Learning Models On Biology Critical
Thinking Skills Of Multiethnic Students At Senior High Schools In Indonesia. Problems Of Education In The
21stcentury, 75: 136-143.
24. Dwijananti, P., and Yulianti, D. 2018. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa melalui
Pembelajaran Problem Based Instruction pada Mata Kuliah Fisika Lingkungan. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia, 6: 108-114
25. Finken & Ennis. 1993. Illinois Critical Thinking Essay Test. Illinois Critical Thinking Project. Departement of
Educational Policy Studies University of Illinois. (Online).
http://www.criticalthinking.net/IllCTEssayTestFinken-Ennis12-1993LowR.pdf diakses pada 3 Februari 2019.
26. Weimer, M. 2006. Content knowledge a barrier to teacher development. The Teaching Professor, Magna
Publications.
27. Frunza, V. 2014. Advantages and Barriers of Formative Assessment in the Teaching-learning Activity.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 114: 452–455
28. Zou, X & Zhang, X. 2013. Effect Of Different Score Reports Of Web-Based Formative Test On Students' Self-
Regulated Learning. Computers & Education, 66: 54-63.
29. Ismail, N.S., Harun, J., Zakaria, M.A., Salleh, S.M. 2018. The Effect Of Mobile Problem-Based Learning
Application Dicscience PBL On Students’ Critical Thinking. Thinking Skills and Creativiy, 28: 177-195.
30. Yaldiz, N & Bailey, M. 2019. The Effect Of Critical Thinking On Making The Right Decisions In The New
Venture Process.
31. Assen, J.H.E., Meijers, F., Poell, H.O. 2016. Explaining Discrepancies Between Teacher Beliefs And Teacher
Interventions In A Problem-Based Learning Environment: A Mixed Methods Study. Teaching and Teacher
educations, 60: 12-23
32. Carriger, M.S. 2015. Problem-Based Learning And Management Development – Empirical And Theoretical
Considerations. The International Journal of Management Education, 13: 249-259
33. Panlumlers, K. Wannapiroon. 2015. Design Of Problem-Based Learning Activities To Enhance Cooperation
Skill In Online Environment. Procedia – Social and Behavioral Sciences, 174: 2184-2190.
34. Moutinho, S., Torres, J., Fernandes, I., Vasconcelos, C. 2015. Problem-Based Learning And Nature Of
Science: A Study With Science Teachers. Procedia – Social and Behavioral Sciences, 191: 1871-1875,
35. Yew, E.J.H & Goh, K. 2016. Problem-Based Learning: An Overview Of Its Process And Impact On Learning.
Health Professions Education, 2: 75-79.
36. Gorghiu, G., Draghicessu, L.M., & Cristae, S. 2015. Problem-based Learning - An Efficient Learning Strategy
in the Science Lessons Context. Procedia – Social and Behavioral Sciences, 191: 1865-1875
37. Jalani, N.H & Sern, L.C. 2015. The Example-Problem-Based Learning Model: Applying Cognitive Load
Theory. Procedia – Social and Behavioral Sciences, 195: 872-880.
38. Loyens, S.M.M. Jones, S.H. Mikers, J., & Gog, T.V. 2015. Problem-based learning as a facilitator of
conceptual change. Learning and Instruction, 38: 34-42

Anda mungkin juga menyukai