Anda di halaman 1dari 20

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMP Lab PercontohanUPI


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : IX / 1
Materi : Teks Cerpen
Alokasi Waktu : 2 Pertemuan (6 x 40 menit)

A. Kompetensi Inti:
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang)sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian


Kompetensi Dasar Pengetahuan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.5 Mengidentifikasi unsur pembangun 3.5.1 Menjelaskan pengertian dan fungsi teks
karya sastra dalam teks cerita pendek cerita pendek.
yang dibaca atau didengar. 3.5.2 Menyebutkan unsur pembangun
(penokohan, alur, latar, sudut pandang,
tema, amanat) teks cerita pendek.
4.5 Menyimpulkan unsur-unsur 4.5.1 Menyimpulkan unsur intrinsik teks
pembangun karya sastra dengan cerita pendek dengan disertai bukti yang
bukti yang mendukung dari cerita mendukung secara tertulis.
pendek yang dibaca atau didengar. 4.5.2 Mengomunikasikan hasil simpulan

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran, diharapkan peserta didik dapat:
1. Pertemuan Pertama
- Menjelaskan pengertian dan fungsi teks cerita pendek.
- Menyebutkan unsur pembangun (penokohan, alur, latar, sudut pandang, tema,
amanat) teks cerita pendek.
2. Pertemuan kedua
- Menyimpulkan unsur pembangun teks cerita pendek dengan disertai bukti yang
mendukung secara tertulis.
- Mengomunikasikan hasil simpulan dengan menggunakan Bahasa yang baik dan
benar.

D. Materi Pembelajaran
1. Materi Reguler
a. Contoh teks cerita fantasi berjudul sebagai pemodelan.
b. Contoh teks berjudul Keadilan karya Putu Wijaya sebagai lembar kerja.
c. Fungsi dan pengertian teks cerita pendek (cerpen).
d. Unsur-unsur pembangun teks cerita pendek (cerpen).
e. Contoh teks cerita pendek (cerpen) dari majalah atau internet.
f. Cara menyimpulkan teks cerita pendek berdasarkan unsur-unsurnya.

2. Materi Pengayaan
a. Contoh teks cerita pendek (cerpen) berjudul Ibu dikutip dari internet.
b. Unsur intrinsic teks cerita pendek.
c. Cara menyimpulkan teks cerita pendek berdasarkan unsur-unsurnya.

3. Materi Remedial
Materi remedial sama dengan materi regular yang berdasarkan analisis hasil penilaian
diperlukan perbaikan untuk Peserta didik.

E. Meode Pembelajaran
1. Pendekatan Komunikatif
2. Discovery Learning
3. Make A Match
4. Talking Stick

F. Media dan Bahan


1. Media
a. Video motivasi
b. Power point
2. Bahan
a. Kertas HVS
b. Spidol warna
c. Lem

G. Sumber Belajar
1. Kosasih. 2017. Jenis-jenis Teks. Bandung: Yrama Widya.
2. Luthfan. “Contoh Cerpen Singkat”. https://luthfan.com/contoh-cerpen-singkat/.
Luthfan.com (Diakses tanggal 04-04-2018)
3. Sawali, dkk. 2016. Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta:
Erlangga.
4. Trianto, Agus. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas IX. Jakarta: Kemdikbud.
5. Trianto, Agus. 2017. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas IX. Jakarta: Kemdikbud.
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
ALOKASI
KEGIATAN PENDAHULUAN
WAKTU
1. Guru mengucapkan salam, dan membimbing peserta didik untuk 20 Menit
berdoa sebelum pembelajaran dimulai. (religius)
2. Peserta didik menyanyikan lagu Indonesia Raya. (nasionalis)
3. Peserta didik membaca buku fiksi dan nonfiksi sebagai kegiatan
literasi. (Mandiri)
4. Peserta didik dibimbing guru untuk menceritakan kembali hasil
bacaannya di depan kelas.
5. Guru mengondisikan kelas ke dalam situasi belajar dengan
mengecek kehadiran peserta didik. (Mandiri)
6. Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran dan indikator
pembelajaran. (Mandiri)
KEGIATAN INTI 50 Menit
1. Peserta didik mengamati gambar teks cerpen dan novel sebagai pemodelan. (Mandiri)
2. Peserta didik dan Guru melakukan tanya jawab terkait gambar yang diamati. (Gotong
royong)
3. Peserta didik diberikan arahan oleh Guru mengenai permainan yang akan dilakukan
berdasarkan model pembelajaran Make A Match. (Gotong royong)
4. Guru menyediakan beberapa pasangan kartu merah dan biru (warna yang merah diberi
pertanyaan dan biru diberi jawaban berdasarkan teks cerita yang telah diamati yakni
berisi ciri umum dan unsur pembangun teks cerita pendek).
5. Peserta didik diberi dua kartu yang telah disediakan guru dengan warna yang berbeda
(warna merah atau biru). (Mandiri)
6. Peserta didik mencari pasangan dari kartu yang didapatnya. Jika kartu itu berisi
pertanyaan maka kartu jawabanlah yang dicarinya. (Gotong royong)
7. Peserta didik harus bergerak untuk menemukan pasangannya.
8. Peserta didik diberi arahan untuk duduk bersama pasangan kartu nya (sesuai antara
pertanyaan dan jawaban). (Gotong royong)
9. Setiap pasangan kartu dikoreksi guru satu per satu.
10. Pasangan kartu yang telah dikoreksi diarahkan pada materi pembelajaran yang hendak
dipelajari (peserta didik diberi pemahaman awal tentang ciri umum dan unsur
pembangun teks cerita pendek).
11. Peserta didik mencatat pemahaman yang didapat dari guru.
12. Peserta didik diberi lembar kerja.
13. Peserta didik mengerjakan lembar kerja secara individu.
14. Guru mengoreksi lembar kerja peserta didik satu persatu.
KEGIATAN PENUTUP
15. Peserta didik bersama Guru menyimpulkan butir-butir pokok materi 10 Menit
yang telah dipelajari. (Gotong royong)
16. Peserta didik bersama Guru melakukan indentifikasi keunggulan dan
kelemahan kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
(Gotong royong)
17. Peserta didik menerima umpan balik tentang proses pembelajaran.
(Mandiri)
18. Peserta didik menerima penyampaian tentang kegiatan pembelajaran
pertemuan berikutnya. (Mandiri)
19. Guru menutup kegiatan dengan salam. (Religius)

Pertemuan Kedua
ALOKASI
KEGIATAN PENDAHULUAN
WAKTU
1. Guru mengucapkan salam, dan membimbing peserta didik untuk 20 Menit
berdoa sebelum pembelajaran dimulai. (religius)
2. Peserta didik menyanyikan lagu Indonesia Raya. (nasionalis)
3. Peserta didik membaca buku fiksi dan nonfiksi sebagai kegiatan
literasi. (Mandiri)
4. Peserta didik dibimbing guru untuk menceritakan kembali hasil
bacaannya di depan kelas.
5. Guru mengondisikan kelas ke dalam situasi belajar dengan mengecek
kehadiran peserta didik. (Mandiri)
6. Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran dan indikator
pembelajaran. (Mandiri)
Kegiatan Inti 50 Menit
7. Peserta didik diberi sebuah tayangan motivasi dan dihubungkan dengan nilai-nilai yang
terkandung di dalam cerita pendek.Peserta didik diberi pemahaman awal terkait cara
menyimpulkan cerita pendek melalui salindia.
8. Peserta didik membaca teks cerpen di buku BSE (hal. 53) berjudul Pohon
Keramat.Peserta didik diberi lembar kerja.
9. Peserta didik mengerjakan lembar kerja secara individu.
10. Peserta didik diperdengarkan sebuah music sambil mengelilingkan sebuah tongkat bicara.
11. Peserta didik yang menerima tongkat bicara ketika musik berhenti, maka peserta didik
diminta untuk memberi jawaban atas hasil kerja nya.
12. Kegiatan berulang hingga nomor soal dalam lembar kerja habis.
13. Peserta didik diberi penguatan terhadap hasil kerja oleh guru.
14. Guru menilai hasil kerja seluruh peserta didik.
KEGIATAN PENUTUP
15. Peserta didik bersama guru menyimpulkan butir-butir pokok materi 11
yang telah dipelajari. (Gotong royong)
16. Peserta didik bersama guru melakukan indentifikasi keunggulan dan
kelemahan kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. (Gotong
royong)
17. Peserta didik menerima umpan balik tentang proses pembelajaran.
(Mnadiri)
18. Peserta didik menerima penyampaian tentang kegiatan pembelajaran
pertemuan berikutnya. (Mandiri)
I. Penilaian Pembelajaran, Remedial dan Pengayaan
Kompetensi Teknik Bentuk Instrumen
Sikap Observasi Jurnal Sikap
Pengetahuan Tes Tertulis Uraian
Keterampilan Tes Tertulis Kinerja

1. Instrumen Penilaian
a. Instrumen Penilaian Sikap
Jurnal Perkembangan Sikap
Nama Sekolah : SMP Lab Percontohan UPI
Kelas/Semester : IX/1
Tahun pelajaran : 2018/2019
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Nama Catatan/Kejadian Butir Pos(+)/ Tindak
No Waktu
Peserta didik Perilaku Sikap Neg (-) Lanjut
1.
2.
3.

b. Instrumen Penilaian Pengetahuan


Kisi-kisi Tes Tertulis
Nama Sekolah : SMP Lab Percontohan UPI
Kelas/Semester : IX/1
Tahun pelajaran : 2018/2019
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kisi-Kisi Penilaian Pengetahuan
Bentuk Jumlah
Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal
Soal Soal
3.5 Mengidentifikasi Teks cerpen 1. Mengidentifikasi
unsur pembangun unsur-unsur
Unsur-unsur
karya sastra dalam (intrinsik) Uraian 6
pembangun teks
teks cerita pendek pembangun teks
cerita pendek
yang dibaca atau cerita pendek
(cerpen)
didengar. (cerpen)

Instrumen Soal
Amati teks cerita pendek (cerpen) berjudul Keadilan karya Putu Wijaya, kemudian kerjakan
sesuai soal berikut!
Pedoman Penskoran dan Kunci Jawaban
Unsur
No Pembangun Data/Alasan Skor
(Unsur Intrinsik)
1 Tema Sulitnya mencari keadilan 15
2 Amanat Jika keadilan dilihat dari sudut pandang berbeda, 20
hasilnya juga berbeda. Oleh karena itu, kita harus
mempertimbangkan berbagai sudut pandang dalam
menentukan keadilan.
3 Alur Alur maju karena tidak ada bagian yang menceritakan 10
masa lalu.
4 Penokohan Penjual Es: 35
Pak Sersan:
Pak Amat:
Pengarang menampilkan watak tokoh melalui
sikap/tindakannya.
5 Latar Di Bali tepatnya di depan rumah Pak Sersan. 10
6 Sudut Pandang Orang ketiga di luar cerita karena pengarang tidak 10
terlibat dalam cerita (tidak ada kata ganti aku/saya).
Total Skor 100

c. Instrumen Penilaian Keterampilan


Tes Unjuk Kerja
Kisi-kisi Penilaian Keterampilan
Nama Sekolah : SMP Lab Percontohan UPI
Kelas/Semester : IX/1
Tahun Pelajaran : 2018/2019
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar
4.5 Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang mendukung dari
cerita pendek yang dibaca atau didengar.

Indikator
4.5.1 Menyimpulkan unsur intrinsic (alur dan latar) teks cerita pendek dengan disertai bukti
yang mendukung secara tertulis.

Instrumen Soal Penilaian Kinerja


Simpulkanlah unsur intrinsik (alur, latar, dan penokohan) teks cerita pendek dengan disertai
bukti yang mendukung secara tertulis pada lembar kerja berikut!

Rubrik Penilaian Kinerja


No Aspek Penilaian Indikator Skor Bobot
1 Simpulan latar Dapat menyimpulkan latar (waktu, tempat, dan 4 5
teks cerita pendek suasana) teks cerita pendek secara lengkap
dengan disertai dengan disertai kutipan.
bukti yang Dapat menyimpulkan latar (waktu, tempat, dan 3
suasana) teks cerita pendek secara lengkap
mendukung.
tanpa disertai kutipan cerita.
Dapat menyimpulkan latar teks cerita pendek 2
tetapi kurang lengkap dengan disertai kutipan
cerita.
Dapat menyimpulkan latar teks cerita pendek 1
tetapi kurang lengkap tanpa disertai kutipan
cerita.
Tidak dapat menyimpulkan latar teks cerita 0
pendek.
2 Simpulan Dapat menyimpulkan karakter tokoh utama teks 2 5
penokohan teks cerita pendek secara lengkap dengan disertai
cerita pendek kutipan cerita.
dengan disertai Dapat menyimpulkan karakter tokoh utama teks 1
cerita pendek secara tepat tanpa disertai dengan
bukti yang
kutipan cerita.
mendukung.
Tidak dapat menyimpulkan alur teks cerita 0
pendek.
2 Simpulan alur Dapat menyimpulkan alur teks cerita pendek 4 5
teks cerita pendek secara lengkap (orientasi, rangkauan peristiwa,
(orientasi, komplikasi, resolusi) dengan disertai kutipan
cerita.
rangkaian
Dapat menyimpulkan alur teks cerita pendek 3
peristiwa,
(orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi,
komplikasi, resolusi) secara lengkap tanpa disertai dengan
resolusi) dengan kutipan cerita.
disertai bukti Dapat menyimpulkan sebagian alur teks cerita 2
yang mendukung. pendek dengan disertai kutipan cerita.
Dapat menyimpulkan sebagian alur teks cerita 1
pendek tanpa disertai dengan kutipan cerita.
Tidak dapat menyimpulkan alur teks cerita 0
pendek.
Skor Maksimal 50
Jumlahtotal skor
N= x 100
Skor maksimal

2. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan


Remedial :
- Bila jumlah Peserta didik 20 % di bawah KKM bisa dilakukan dengan
mengerjakan portofolio berkaitan dengan Teks Berita
- Bila Jumlah Peserta didik 20-50% di bawah KKM penugasan secara
berkelompok dengan mengerjakan portofolio berkaitan dengan Teks Berita
- Bila Jumlah Peserta didik 50% lebih di bawah KKM dilakukan dengan remedial
teaching tanpa ada penilaian (dianggap nilai Peserta didik = KKM)
Pengayaan
- Peserta didik diberikan pengayaan terkait materi pengetahuan yang masih belum
dikuasainya melalui pemberian teks sejenis.

Mengetahui, Bandung, 13 Agustus 2018


Guru Pamong Guru Mata Pelajaran
 
 

Dessy Damayanti, S.Pd Graditya Ayu Rinjani, S.Pd.


NIP.

Lampiran Materi Pelajaran


Reguler
KD 3.5 Mengidentifikasi unsur pembangun karya sastra dalam teks cerita pendek yang dibaca atau
didengar.
A. Pegertian dan Fungsi Cerita Pendek
Teks cerita pendek termasuk ke dalam genre cerita atau naratif fiksional. Keberadaannya
lebih pada memberi kesenangan untuk para pembacanya. Hal itu berbeda dengan teks bergenre
faktual, seperti teks prosedur, laporan eksplanasi, negosiasi. Meskipun demikian, cerita pendek juga
tidak terlepas dari kehadiran nilai-nilai tertentu di balik kisah yang mungkin mengharukan,
meninabobokan, mencemaskan, dan yang lainnya itu. Sebuah cerpen sering kali mengandung hikmah
atau nilai yang bisa kita petik di balik perilaku tokoh atau pun diantara kejadian-kejadiannya. Hal ini
karena cerpen tidak lepas dari nilai-nilai agama, budaya, social, ataupun moral.

B. Ciri-ciri cerita Pendek


 Cerita pendek mengangkat persoalan kehidupan manusia secara khusus.
 Tema cerpen biasaya berasal dari persoalan keseharian hingga ke renungan filosofis yang
dipotret dari kehidupan nyata.
 Tokoh dan latar bisa saja direkayasa demi kepentingan keindahan cerita dan sekaligus
membedakan dengan cerita teks pengalaman nyata.
 Cerita bisa dilengkapi dengan dialog.
 Ditandai dengan jumlah karakter yang relatif kecil (sedikit).
 Cerita berpusat pada satu kejadian.

C. Unsur Pembangun Cerita Pendek


1. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang berada langsung pada cerpen itu sendiri. Unsur intrinsik
mencakup penokohan, latar, alur, tema, sudut pandang, dan amanat.
a. Tema Cerita
Tema merupakan inti pokok pikiran pengarang yang merupakan dasar cerita. Biasanya tema
tersirat dan bias ditemukan jika karya sastra dibaca hingga tuntas. Contoh: tema keadilan,
prsahabatan,kecerdikan, dll.
b. Alur Cerita
Alur cerita adalah pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat.
Sebuah rangkaian peristiwa juga dapat berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Jenis
alur terbagi menjadi alur maju, alur kilas balik, dan alur campuran.
c. Penokohan
Penokohan merpakan cara pandang yang mengembangkan dan menggambarkan karakter
tokoh-tokoh dlam cerita.
d. Latar
Latar ialah penempatan waktu, tempat, beserta lingkungannya dalam cerita. Latar terbagi
menjadi tiga yaitu sebagai berikut.
- Latar tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
karya fiksi.
- Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” menunjuk pada waktu kejadian
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
- Latar sosial
Mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku social masyarakat kota di suatu
tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Contohnya berupa kebiasaan hidup, adat
istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan status social
tokoh yang diceritakan.
e. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca dan biasanya
dilukiskan secara tersirat.
f. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang menceritakan tokoh-tokoh dalam cerita. Umumnya
penulis memposisikan iri sebagai orang ketiga dengan menggunakan kata dia, dan orang
pertama dengan menggunakan kata aku atau saya.

2. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar cerpen tetapi berpengaruh terhadap cerpen
tersebut. Unsur ekstrinsik meliputi biografi pengarang, psikologi pengarang, dan nilai-nilai.
Berikut penjelasan unsu-unsur tersebut.
a. Biografi pengarang adalah keadaan pengarang yang memiliki sifat, keyakinan, dan pandangan
hidup. Hal tersebut memengaruhi corak sastra yang ditulisnya. Biografi berisi riwayat hidup
pengarang secara keseluruhan.
b. Psikologi pengarang adalah penerapan prinsip psikologi politik dan sosisal pengarang dalam
karya sastra yang diciptakan. Psikologi pengarang akan berpengaruh dalam proses penulisan
cerita.
c. Nilai-nilai adalah kadar relasi positif antara suatu hal terhadap seseorang. Nilai berkaitan
dengan kebaikan pada sesuatu hal.

Gambar cerpen dan Novel sebagai pemodelan

Lampiran Teks
Teks Cerpen 1
Keadilan
Karya Putu Wijaya
ADA suatu masa, ada saat banyak
pedagang es pudeng dari Jawa berkeliaran
di Bali. Mereka memakai kostum yang menarik dengan topi-topi kerucut, gendongan es
puter mereka desainnya cantik. Gelas-gelas kaca atau plastik ala koktail bergantungan
dengan pudeng berwarna-warni. Kalau mereka lewat anak-anak selalu memburunya.
Kadang-kadang tidak untuk membeli, tetapi untuk mengerumuninya. Pak Amat termasuk
salah satu di antara anak-anak itu. Tanpa merasa malu, ia ikut berebutan untuk membeli es
pudeng puter dan merasakan suasana cerianya. Bu Amat sampai malu melihat kelakuan
suaminya seperti itu.

Pada suatu hari yang terik, sementara anak-anak di alun-alun menaikkan layangannya,
tukang es pudeng itu lewat. Pak Sersan yang rumahnya di sudut alun-alun berteriak
memanggil, anaknya merengek-rengek minta es pudeng. Waktu tukang es pudeng itu
menuju ke sana, hampir semua anak-anak yang sedang main layangan menolehkan
kepalanya. Yang punya duit langsung lari sambil menggulung tali layangannya. Tak
terkecuali Pak Amat. Waktu itu ia sedang memper hatikan seorang juragan ayam sedang
memandikan ayam-ayamnya. Amat meraba kantongnya, lalu merasakan ada uang di
dalamnya. Ia langsung ikut berlari ke rumah Pak Sersan.
“Jangan ribut!” teriak Pak Sersan membentak anak-anak yang berdatangan itu, “Ada orang
sakit di dalam!”
“Sabar…sabar…,” kata tukang es pudeng, “Satu per satu semuanya nanti dapat.”
“Aku dulu, aku dulu,” kata anak-anak sambil mengacungkan uangnya.
“Aku dulu,” teriak Pak Sersan marah, “pudengnya yang merah.”
Tukang pudeng agak panik, ia mengambil pudeng berwarna oren.
“Merah,” teriak Pak Sersan.
Tukang pudeng itu tambah gugup dan menyerahkan pudeng oren. Pak Sersan naik pitam,
ia menolak koktail berisi pudeng oren hingga jatuh. Anak-anak ketawa.
“Diam! Merah, kamu tahu nggak merah itu apa. Ini merah. Merah seperti matamu itu.”
Anak-anak tertawa lagi.

Tukang es meraih satu gelas koktail lagi, tetapi sekali lagi ia salah. Ternyata ia meraih
pudeng yang warna hijau. Pak Sersan berteriak sekali lagi, “Merah….” Lalu ia mengambil
koktail warna merah. Tukang es puter nampak ketakutan, ingin cepat-cepat menuangkan es
puter ke atas koktail itu. Pak Sersan langsung menyambarnya dan masuk ke dalam rumah.

Anak-anak kemudian menyerbu tukang es pudeng sambil mengacungkan uang minta


diladeni terlebih dahulu. Pak Amat pun tidak mau ketinggalan. Ia meraih salah satu koktail
dan mendorongkannya ke tukang es puter.

“Aku esnya dobel dong,” kata Pak Amat.


“Aku dulu, aku dulu,” teriak anak-anak menghalang-halangi Pak Amat. Tukang es puter
kewalahan, ia meraih belnya lalu membunyikannya keras-keras. Tapi, akibatnya jelek
sekali. Pintu rumah terkuak lebar. Pak Sersan muncul sambil mengacungkan pistolnya.
“Diam kalian. Aku sudah bilang ada orang sakit di dalam.”
“Bukan saya, Pak, anak ini…,” kata tukang es pudeng.
“Tapi kamu gara-garanya!” teriak Pak Sersan tidak mau dibantah.
“Bukan saya, Pak!”
Tiba-tiba Pak Sersan meletuskan pistolnya. Semua mendadak terdiam. Anak-anak
ketakutan, tukang es pudeng pucat pasi. Pak Amat mencoba menetralisir keadaan sebelum
menjadi runyam. Lalu ia memberanikan diri berbicara.
“Pak Sersan, maaf itu salah saya. Anak-anak itu protes karena saya minta didahulukan.
Saya minta maaf, saya yang salah….”
Pak Sersan menggeleng dan menodongkan senjatanya ke tukang es itu.

“Tidak! Bangsat ini yang salah. Kalau dia tidak bawa es pudengnya keluar masuk kampung
kita, anak-anak tidak akan punya kebiasaan beli es sampai sakit-sakit seperti anakku, yang
walaupun sudah sakit masih teriak-teriak minta es, kalau terdengar kelenengannya lewat.
Dan, dia tahu sekali itu. Minggat! Sebelum aku tembak kamu. Aku sudah banyak bunuh
Portugis di Timtim, nambah satu tidak apa! Minggat!”
Pak Sersan lalu menutup pintu dan menguncinya tanpa membayar es yang dibelinya.
Tukang es itu pucat pasi, mukanya tak berdarah. Pak Amat menunggu beberapa lama,
kemudian berbisik: “Baiknya Bapak pergi sebelum Pak Sersan keluar lagi.”

Tukang es itu terkejut seperti mendadak siuman. Ia memandangi Pak Amat lalu berkata:
“Bapak yang beli es kemarin yang deket lapangan?”
“Ya.”
“Mana gelasnya, Bapak belum kembalikan. Itu harganya 50 ribu satu gelas, itu gelas
kristal.”
Pak Amat terkejut, bengong. Tukang es mendekat dan menadahkan tangannya.
“Ayo bayar.”
Pak Amat merasa itu tidak lucu lagi. Ia merasa telah menyelamatkan nyawa orang itu, tapi
orang itu malah menuntut. Pak Amat lalu melangkah, tapi orang itu tiba-tiba mengeluarkan
celuritnya dan menyerang. Pak Amat masih sempat mengelak tapi tangannya terluka.
“Bayar!”

Pak Amat merasa sanggup menghajar orang itu meskipun usianya lebih tua. Semangat mati
dalam pertempuran melawan penjajah tiba-tiba bangkit lagi. Tapi rasanya itu tidak sepadan
dan tidak gaya untuk berhadapan dengan tuntutan keadilan hanya gara-gara tukang es yang
kacau itu. Tanpa merasa takut sedikit pun, Pak Amat menaruh uang sepuluh ribu di atas
salah satu gelas tukang es itu. Lalu, dengan perasaan hancur lebur, ia berbalik dan pergi.
Siap menghajar kalau tukang es itu mencoba menyerangnya, tetapi tidak.

Sambil menahan air mata, Pak Amat berjalan pulang. Belum sampai satu abad merdeka
citra anak bangsa terhadap keadilan sudah sangat berbeda-beda.
“Apa yang sedang terjadi dengan bangsaku ini,” bisik Pak Amat. (*)

Pertanyaan dan Jawaban Make A Match


Pertanyaan Jawaban
Merupakan cerita naratif fiksi
Pengertian dan Fungsi
yang mengandung hikmah dan
dari cerpen?
nilai-nilai dalam kehidupan.
Cerita pendek mengangkat
Ciri Umum cerpen apa
persoalan kehidupan manusia
ya?
secara khusus
Ciri Umum cerpen apa Cerita bisa dilengkapi dengan
ya? dialog
Ciri Umum cerpen apa Cerita berpusat pada satu
ya? kejadian.
Apa yang dimaksud
Unsur Pembangun cerpen dari
dengan unsur intrinsik
dalam cerpen itu sendiri
cerpen?
Apa yang dimaksud unsur yang berada di luar cerpen
dengan nsur Ekstrinsik tetapi berpengaruh terhadap isi
cerpen? cerpen

Tema adalah…. Inti pokok/gagasan pokok cerita

Penokohan adalah…. Karakter tokoh

Alur merupakan…. Pengembangan cerita

Latar cerita yaitu…. Waktu, tempat, lingkungan

Pesan yang ingin disampaikan


Amanat merupakan ….
pengarang kepada pembaca
3 Contoh Unsur Biografi Pengarang, Psikologi
Ekstrinsik? Pengarang, Nilai-nilai cerpen

Lampiran Lembar Kerja Peserta didik


Lembar Kerja Peserta Didik
Tugas Ke…..
Amati teks cerita pendek (cerpen) berjudul Keadilan karya Putu Wijaya, kemudian
kerjakan sesuai soal berikut!
No Unsur Pembangun (Unsur Intrinsik) Data/Alasan
1
2
3
4
5
6

Nama: Nilai Paraf Guru

4.5 Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang mendukung dari
cerita pendek yang dibaca atau didengar.

Cara menyimpulkan unsur intrinsik teks cerpen


Cara menyimpulkan watak tokoh cerita dapat dikenali melalui cara berikut ini:
1) Tempat atau lingkungan tokoh berada
2) Cara berbicara atau dialog dengan tokoh lain
3) Keterangan tokoh lain
4) Cara berdandan
5) Penampilan tokoh

Cara menentukan latar cerita


1) Latar tempat yaitu tempat terjadinya peristiwa dalam cerita, misalnya sungai, desa, hutan,
rumah, dan lain-lain.
2) Latar waktu, yaitu waktu atau saat terjadinya peristiwa dalam cerita, misalnya masa
kekuasaan Belanda, kekuasaan Jepang, masa revolusi, dan lain-lain.
3) Latar sosial, yaitu latar yang menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat tertentu. Dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
dan lain-lain.

Cara menyimpulkan alur cerita


1) membaca dengan cermat dan teliti.
2) mencari gagasan utama jika kita dapat mengetahui gagasan cerita, maka kita dapat
menyimpulkan isi cerita.

Lampiran Lembar Kerja Peserta Didik


Lembar Kerja Peserta Didik
Tugas Ke ……
Unsur Simpulan dan Bukti
Latar Tempat

Kutipan Cerpen
Unsur Simpulan dan Bukti
Latar Waktu

Kutipan Cerpen

Unsur Simpulan dan Bukti


Sudut Pandang
Penceritaan
Kutipan Cerpen

Unsur Simpulan dan Bukti


Karakter Tokoh
Utama
Kutipan Cerpen

Unsur Simpulan dan Bukti


Alur/Struktur

Kutipan Cerpen

Nama: Nilai Paraf Guru


Lampiran Materi Pelajaran
Pengayaan dan Remedial
Teks Cerpen Pengayaan
KUPU – KUPU IBU
Oleh
Komang Ira Puspitaningsih 

Aku melihatnya. Aku melihat perempuan yang pernah kau ceritakan. Sepulang sekolah tadi, di
dekat taman, aku melihat sepasang kupu-kupu berputar saling melingkar. Akan tetapi, mereka tak
seperti kupu-kupu dalam ceritamu, Ayah. Mereka lebih cantik. Yang satu berwarna hitam dengan
bintik biru bercahaya seperti mutiara. Yang lain bersayap lebih jernih, sbening sepatu kaca
Cinderella, dengan serat tipis kehijauan melintang ditepi sayapnya.
Aku takjub. Aku mengejarnya. Kupu-kupu itu masuk ke dalam taman, dan aku terus saja
mengikutinya. Dan ternyata kedua kupu-kupu itu menghampiri seorang perempuan yang duduk di
bangku yang agak terpisah dari bangku-bangku taman lainnya. Kupu-kupu itu asyik berputar-putar
di atas kepala perempuan itu. Aku tersadar. Itu perempuan yang ayah ceritakan. Sebelum sempat
membalikkan badan untuk meninggalkan taman itu, ia berbicara padaku. Aku tak menyatakan.
Tidak, ayah. Ia tidak bisu seperti yang kau bilang. Dan katamu ia seorang yang meyeramkan,
hingga aku membayangkan perempuan itu sebagai nenek penyihir. Ayah, perempuan itu sangat
cantik. sama cantiknya dengan kedua kupu-kupu itu. Oh ya, dia baik juga. Ia memintaku duduk di
sisinya. Menemaninya dengan kupu-kupu itu. Dia mengajarkan membelai sayap itu. Kami bercerita
tentang kesukaan kami masing-masing. Dan ternyata, selain menyenagi kupu-kupu itu, kami juga
sam-sama menyukai es krim rasa vanila dengan taburan kacang almond, senang buah apel, dan
tidur diantara banyak bantal dan boneka.

***

Ku ingat ceritaku , Ning? Tentang dua ekor kupu-kupu dan seorang perempuan yang jatuh cinta
pada mereka? Ah, kurasa kau sudah lupa. Ketika pertama kali kuceritakan ini, kau masih kecil,
belum juga TK.bahkan aku masih ingat, kau memakai terusan jingga dengan hiasan pita merah
melingkar di pinggang, bergambar kelinci putih yang mengedipkan matanya di bagian depan. Baju
kesukaan mu saat itu. Kau berbaring di tempat tidur. Menatapku. Menunggu dongeng pengantar
tidur. Ada segaris senyum tipis di wajah kanakmu yang hening. Sehingga namamu, Ning.

Aku rundu mencerikan lagi padamu. Sembari mengenang masa kecilmu yang penuh cekikik geli
atau rengekan manja yang sering membuatku gemas. Anggap saja masa kecilmu tak sanggup
mengingat dongeng itu. Dan sekarang, aku akan mengingatkannya kembali untukmu, Ning.

Setiap senja, Ning, di taman dekat sekolah, selalu ada seorang perempuan yang duduk di sudut
taman. Ketika langit mulai berwarna jingga, ia hadir di taman itu dan selalu menunggu kedatangan
dua ekor kupu-kupu cantik. ya, keduannya yang seekor bersayap hijau dengan serat-serat
kecokelatan pada garis guratannya. Kira-kira seperti daging buah avokad yang matang. alkan Dan
yang seekor lagi bersyap biru, dengan sedikit bintik-bintik putih. Ya, mirip dengan motif tas tangan
ibu di potret keluarga yang ada di ruang tamu. Tak ada yang tahu tentang apa yang dilakukannya
bersama kedua kupu-kupu itu setiap senja. Lalu setelah langit kehilangan garis jingga terakhir,
kedua kupu-kupu itu pun meninggalkan taman, sebelum malam membuat mata mereka menjadi
buta. Perempuan itu pun pergi. Berjalan gontai, dengan tuntukkan kepala yang dalam. Seolah ingin
sekali melupakan seluruh hari yang pernah dijalaninya.

Orang-orang di sekitar sini tidak ada yang mengenalnya. Tak ada yang tahu namanya. Tak ada
yang mengerti ia berasal dari keluarga mana. Bahkan tak ada yang pernah berbicara dengannya.
Walau hanya sekedar perbincangan basa-basi tanpa perkenalan. Orang-orang tak tahu di mana
rumahnya. Kemudian setiap senja berakhir, ketika orang-orang mulai sibuk dengan menu makan
malam dengan keluarganya masing-masing, perempuan itu seakan-akan menghilang. Tak ada jejak
yang bisa menunjukkan keberadaannya.

Bagimu mungkin tak ada yang mengherankan. Seperti juga dirimu yang mencintai kupu-kupu.
Semua berjalan seperti biasa tanpa ada kejadian yang berarti. Sampai kemudian tersiar kabar bila
perempuan itu bisu. Karena sempat disuatu pengujung senja, saat perempuan itu meninggalkan
taman, seseorang tak sengaja melihatnya lalu menyapanya. Tapi perempuan itu Cuma mengangguk
tersenyum,tanpa bicara apa-apa.

Lambat laun orang-orang mulai curiga dengan keberadaanya di taman. Orang-orang juga heran
dengan keberadaan kedua kupu-kupu itu. Banyak yang menduga bila perempuan itu bisa berbicara
dengan kupu-kupu. Hanya dengan kupu-kupu, Ning. Orang-orang pun mulai menyiarkan kabar bila
perempuan itu memiliki ilmu hitam. Sejak itu pula orang-orang mulai menjauhinya. Tak ada yang
mau datang ke sana. Itulah sebabnya, taman dekat sekolah selalu sunyi sebelum senja datang,
sebelum langit mengguratkan cahaya jingga di tubuhnya.

Ning, ini bukanlah dongeng seperti yang biasanya kuceritakan sebelum kau tidur. Bukan cerita
serupa Putri Rapunzel, Cinderella, Putri dan Biji Kapri, Tiga Babi Kecil, atau cerita serigala yang
jahat. Tapi ini benar-benar ada. Perempuan itu betul-betul datang setiap senja ke taman dekat
sekolah. Ayah sengaja menceritakan ini agar kau tak datang ke taman ketika kau pulang sekolah
saat senja.

***

Ning, mengapa kau kemari lagi? Segera pulang. Ayahmu akan curiga bila kau selalu pulang
terlambat dari sekolah. Kau pun pasti telah mendengar dari orang-orang tetanggaku. Aku memang
kesepian. Gunjingan orang0orang membuatku disingkirkan. Tapi, jangan kau teralampau sering
datang menemuiku. Apalagi bila hanya ingin bermain dengan kupu-kupu yang sering menemaniku.
Aku sekadar ingin mebawakan es krim atau buah apel. Kau bisa bermain dengan kupu-kupu lain
yang mungkin lebih cantik dari kedua kupu-kupu di taman ini. Kau juga bisa makan es krim
dengan ayahmu. Sedangkan aku sudah terbiasa hidup dalam kesendirian. Setidaknya aku masih
bisa menemukan sedikit keributan di taman ini setiap senja. Mendengar kepak sayap burung-
burung yang pulang ke sarang, riuh pepohonan menyambut malam yang membawakan selimut
tidurnya, bising binatang malam yang bersiap keluar sarang bila malam tiba. Tonggeret, kodok,
jangkrik. Jujur saja, aku lebih suka sendiri. Aku tak mau merepotkanmu. Karena suatu saat kau
mungkin akan menemani kesulitan hanya karena keberadaanku.

Aku yakin, Ning, suatu saat kau akan menemukan kupu-kupu yang kau sukai. Yang akan selalu
menemanimu. Meski ia harus mengalami kelahiran berulang kali sebagai kupu-kupu, untuk
menemanimu. Ning, aku tak ingin orang-orang akan ikut bergunjing tentangmu, hanya karna kau
menemuiku di sini. Aku tak mau orang-orang menjauhimu, bila mereka tahu kau pernah datang
mengunjungiku. Bahkan teman-teman sekolahmu mungkin tak mau lagi berbicara denganmu.
Pulanglah, Ning. Aku juga harus bergegas pulang. Matahari telah tampak uzur hari ini. Sudah tiba
waktunya bagi kedua kupu-kupu ini untuk tidur.

***

Ayah, senja tadi aku tak melihat kedua kupu-kupu itu di taman. Mungkin mera sedang tidur.
Mungkin mereka tanpa sadar sudah menanggalkan sayapnya, menanggalkan ruhnya, menjadi telur-
telur cantik yang akan menetas jadi ulat-ulat cantik warna-warni dan gemuk, dan sebentar lagi
bersemayam dalam kepompong putih yang rapuh lalu menjadi kupu-kupu baru yang lebih cantik.

Ayah, aku juga tak melihat perempuan itu. Tak ada seorang pun di taman senja tadi. Aku sudah
berkeliling mencarinya. Padahal, aku sudah membeli sebatang cokelat putih untuk kami nikmati
bersama-sama. Ayah, apa perempuan itu marah padaku? Apa perempuan itu kesal karena aku
sering mengunjunginya? Apa kununganku membuat perempuan itu terganggu? Kalau ia memang
marah, aku tak mengerti sebabnya. Dia tak pernah marah padaku. Selalu tersenyum bila aku datang,
mencium keningku setiap kami berpisah di pertigaan dekat taman ketika kami pulang bersama
sehabis senja. Perempuan itu tak pernah mengatakan bila ia terganggu dengan keberadaanku.

Memang perempuan itu pernah melarangku untuk datang menemuinya. Perempuan itu mengatakan
bila ia lebih suka sendiri. Tapi aku tak percaya padanya. Aku yakin bila ia tak mau menemuiku
karena sebab lain. Karena biasanya wajah perempuan itu selalu tampak riang menyambut
kedatanganku. Bila aku berlari menghampirinya, tangannya akan terentang lebar ingin memelukku.
Aku tahu ia selalu menunggu kedatanganku.

Ayah, aku rindu pada kedua kupu-kupu itu. Aku juga ingin bertemu dengan perempuan itu.
Kuharap kau tidak marah bila aku sering menemuinya. Aku sangat senang bermain dengan mereka.
Jauh lebih menyenangkan dibandingkan bermain lompat tali dengan teman-teman. Ayah, apa kau
betul-betul tak mengenal perempuan itu? Apa kau benar-benar tak tahu di mana ia tinggal?
Kumohon, antarkan aku ke sana.

***

Ning, lihatlah halaman rumah kita, penuh dengan kupu-kupu mungil warna-warni yang cantik.
sayap mereka berkilauan. Tapi ada tiga kupu-kupu yang lebih besar. Lihatlah, yang dua ekor itu
seperti yang kau temui di taman bukan? Dan yang paling besar adalah kupu-kupu yang tercantik
dari seluruh kupu-kupu itu. Aku pun baru kali ini melihat kupu-kupu seindah itu, Ning. Warna
ungu dan hijau di sayapnya berpadu sangat serasi. Caranya mengepakkan sayap dengan pelan dan
lembut. Sangat anggun, seperti ibumu.

Lihat, matamu sampai berkaca-kaca melihatnya. Kau senang bukan, sekarang kau memiliki banyak
sekali kupu-kupu yang indah. Kau rindu pada kupu-kupu, kan? Bermainlah bersama mereka, Ning.
Aku yakin mereka pun akan senang bermain denganmu.

***

Tidak. Aku tak ingin bermain bersama mereka. Lihatlah kupu-kupu yang paling besar itu. Kupu-
kupu itu memang yang paling cantik. tapi, warnanya persis sama dengan warna gaun perempuan itu
ketika terakhir kali aku menemuinya. Perempuan itu, Ayah. Aku tak mau ia berubah menjadi kupu-
kupu hanya untuk menemaniku. Biar saja kupu-kupu lainnya meninggalkanku, asalkan perempuan
itu tetap ada untukku. Aku tak ingin bermain dengan kupu-kupu. Aku ingin perempuan itu, Ayah.
Hanya perempuan itu. Aku hanya ingin ibuku.

Teks Cerpen Remedial


IBU

Pagi ini Risa berangkat ke sekolah dengan semangat. Sebelum berangkat tidak lupa iya
pamit pada Ayahnya yang sedang membaca koran di depan teras, “Yah Risa pergi sekolah
dulu ya. Hari ini hari terakhir di sekolah sebelum kelulusan minggu depan.”
Ayah membalas pamitan Risa dengan senyuman, dan menjawab, “Ya sudah hati-hati
ya Nak. Jangan pulang terlalu lama, hari ini ada tamu mau bertemu dengan mu.” Risa
penasaran siapa tamu yang dimaksud Ayah, “Siapa yang mau datang Yah?” Ayah tidak
menjawab dan malah menyuruh Risa untuk segera berangkat sekolah dan mengingatkan
kembali agar jangan pulang terlalu lama.
Selama di sekolah Risa penasaran siapa tamu yang Ayah maksud. Itulah sebabnya
setelah semua urusan di sekolah selesai, Risa segera menuju ke rumah dengan hati
bertanya-tanya siapakah tamu yang ingin menemuiku.
Sesampainya di rumah, Risa langsung disapa oleh seorang wanita. “Halo Risa,
perkenalkan nama tante Mia. Tante adalah teman Ayah kamu.” Risa perlahan-lahan
mencerna siapa dan untuk apa Tante Mia datang ke rumahnya. Apakah tante Mia ini tamu
yang dimaksud oleh Ayah.
Risa kemudian menyapa kembali tante Mia dengan “Halo tante, aku Risa. Ayah ada di
mana ya tante?” Tante Mia menjawab, “Ayah kamu sedang di belakang membantu tante
menyiapkan makan siang. Kami sudah menunggu Risa sejak tadi.”
Aku kemudian beranjak menuju meja makan dan akhirnya bertemu dengan Ayah.
Ayah memeluknya lalu kembali memperkenalkan tante Mia lagi. “Risa, ini tante Mia
teman Ayah.” Risa hanya menganggukan kepala sekali lagi dan kembali memikirkan apa
maksud Ayah memperkenalkan tante Mia padanya.
Apakah Ayah ingin menggantikan posisi Ibu dengan Tante Mia? Memikirkan hal
tersebut aku seketika menjadi sedih dan tidak bersemangat. Aku tidak mungkin
mengecewakan Ayah dengan tidak ikut makan siang bersama. Tapi aku merasakan
perasaan yang sangat sedih ketika memikirkan apakah benar Ayah ingin menggantikan
posisi Ibu dengan orang lain.
Tidak lama selesai makan siang, tante Mia kemudian pamit pulang. Ayah
mengantarkannya ke luar dan aku mengunci diriku di kamar. Setelah beberapa saat, Ayah
menghampiri pintu kamarku. Ayah mengetuk pintu beberapa kali, namun aku tidak ingin
berbicara dengan Ayah dahulu. Aku masih belum mengerti kenapa harus ada orang lain
yang menggantikan posisi ibu.
Tanpa aku sadari Ayah mengajakku berbicara dari balik pintu. Ayah berkata, “Risa,
Ayah tahu kamu pasti kaget dengan kedatangan tante Mia hari ini. Tapi Ayah ingin kamu
tahu kalau tante Mia itu baik dan Ayah ingin tante Mia membantu Ayah menjaga dan
membesarkan kamu.”
Aku menangis mendengar pengakuan Ayah. Aku pun menjawab Ayah sambil
menangis, “Tapi Risa tidak mau siapapun menggantikan Ibu, yah.” Ibu memang sudah
meninggal sejak 3 tahun yang lalu, tepat saat aku berumur 12 tahun. Saat itu aku dan ayah
sangat terpukul dengan kematian ibu. Aku tidak pernah menyangka bahwa ayah akan
secepat ini mencari pengganti ibu.
“Tante Mia tidak menggantikan Ibu, Nak. Tante Mia ada untuk membantu
membesarkan kamu. Banyak hal yang tidak ayah ketahui dalam membesarkan kamu
menjadi seorang wanita dewasa. Ayah harap kamu bisa mengerti nak.” Ucap ayah lagi kali
ini. Akupun menyadari ada banyak hal yang harus aku pertimbangkan. Ayah sudah
bersusah payah selama tiga tahun terakhir bekerja sekaligus membesarkanku sendirian.
Aku harus mengerti ayah dan aku pun membuka pintu kamarku.
“Ayah aku mengerti perasaan Ayah. Jika memang tante Mia adalah pilihan terbaik
untuk Ayah, Risa tidak akan menolaknya. Risa tahu Ibu juga bahagia ketika Ayah bahagia
dan Risa bahagia.” Aku memeluk ayah sambil menangis. Aku yakin Ibu mengerti dan tidak
akan merasa tergantikan. Ibu tetap anda di hati kami. Ibu tetap hidup di hati kami. Aku dan
Ayah sayang Ibu.
https://luthfan.com/contoh-cerpen-singkat/

Anda mungkin juga menyukai