Bahan Bacaan Pelatihan BMT
Bahan Bacaan Pelatihan BMT
BAHAN BACAAN
MODUL PELATIHAN
2016
Page
Kepada Beliau
Daftar Isi
Kepada Beliau…
Daftar Isi…
Modul-2 Ke-BMT-an
Modul-2.1 Pengantar Ekonomi Islam
Modul- 2.2 Konsep Dasar Keuangan Mikro
Modul-2.3 Elaborasi UU Keuangan Mikro
Modul-2.4 BMT Sebagai Sebuah Sistem
Modul-2.5 Pola Legalitas
Modul-2.6 Struktur Organisasi BMT
Modul-2.7 Langkah & Proses Pendirian
Modul-2.8 Pinbuk Sebagai LPSM/LPKM
1 PENGANTAR
PROSES PELATIHAN
Pengantar...
Sejarah pendidikan di negara-negara yang pernah mengalami masa penjajahan
menunjukkan bahwa di negara-negara tersebut terjadi proses akulturasi
kebudayaan yang tercermin dalam pola tingkah laku serta adat istiadat yang
mengemuka. Hal ini tersurat menjadi benang merah yang lahir dari penindasan,
pengekangan, keterbelakangan dan pembiusan pendapat.
Konsep bank pendidikan menganalogikan anak didik sebagai wadah kosong yang
akan diisi sebagai sarana penanaman modal dengan demikian guru menjadi
sumber segala-galanya dan murid menjadi obyek. Dengan kondisi seperti itu, pada
akhirnya pendidikan bersifat naratif dimana guru memberi informasi yang harus
ditelan bulat-bulat, diingat dan dihafal
Suatu pelatihan akan berjalan dengan baik bila didukung oleh semua unsur yang
terlibat dalam operasional pelatihan, unsur yang dimaksud adalah:
1. Trainer/Fasilitator
2. Peserta Pelatihan
3. Lingkungan
5
Page
Semua unsur yang terlibat tersebut harus memahami sistem dan metodologi yang
digunakan dalam pelatihan. Di samping itu ada juga yang harus mendapat
perhatian demi kelancaran proses pelatihan yaitu terciptanya suasana yang
mendukung diantara setiap unsur yang terlibat.
Suasana pelatihan yang dinamis dan tidak membosankan tentunya akan sangat
berpengaruh positif pada proses pembelajaran dalam pelatihan khususnya
pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh peserta pelatihan yang telah dewasa. Untuk
itulah maka dalam pelaksanaan pelatihan kali ini metodologi yang akan kita
gunakan adalah metodologi pendidikan/pelatihan orang dewasa atau lebih dikenal
dengan POD atau konsep Andragogi.
Andragogi...
Andragogi adalah salah satu metodologi yang digunakan dalam suatu proses
pelatihan/pendidikan. Seperti halnya pedagogi, kata Andragogi diambil dari
bahasa bahasa latin yaitu Andro artinya dewasa dan gogi atau agogos artinya
membimbing atau memimpin. Jadi andragogi secara harfiah adalah cara
membimbing orang dewasa.
Konsep dewasa yang dimaksud adalah seseorang yang sudah bisa membedakan
dan memilih yang baik dan benar sesuai dengan ketentuan syari’ah baik bagi
dirinya maupun bagi orang lain serta lingkungannnya.
1. Orientasi Waktu
Orang dewasa mempunyai keterbatasan waktu dan permasalahan yang
harus secepatnya dibahas. Permasalahan waktu itu meliputi dimana kita
sekarang, dan arah mana yang akan kita tuju. Orang dewasa belajar
berdasarkan kebutuhan hari ini dan penyelesaian terhadap permasalahan yang
timbul.
2. Kesiapan Belajar
Kesiapan belajar orang dewasa bersangkutan dengan kebutuhan dan
hubungannya dengan peran dan fungsinya setiap hari untuk selalu lebih baik
terhadap sesuatu hal yang dibuat dan tanggung jawabnya.
3. Pengalaman
Orang dewasa senantiasa mempunyai pengalaman, baik pengalaman kerja,
pengalaman hidup maupun pengalaman-pengalaman lainnya. Sehingga
untuk menjembatani dan membuat konklusi dari pengalaman setiap orang
dalam proses pembelajaran diperlukan komunikasi dua arah dan peran aktif
peserta yang berdasarkan pengalaman.
4. Persepsi Diri
Hubungan peserta dengan fasilitator merupakan hubungan timbal balik yang
saling membantu dan tidak ada pemaksaan kehendak atas teori,
pandangan dan kemampuan
6
Page
PERSEPSI DIRI
KONSEP POKOK
PERBEDAAN
KESIAPAN ORANG DEWASA ORIENTASI
BELAJAR DAN ANAK ANAK WAKTU
PENGALAMAN
Pengalaman Berstruktur...
Implementasi konsep di atas, dengan pertimbangan bahwa semua peserta
pelatihan sudah mempunyai pengalaman baik pengalaman hidup maupun
pengalaman kerja dan pengalaman belajar, dituangkan dalam suatu proses yang
disebut dengan pengalaman berstruktur, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Pengalaman
2. Pengungkapan
3. Penganalisaan
4. Penyimpulan
5. Penerapan
Pengalaman
Penerapan Pengungkapan
Penyimpulan Penganalisisan
Prinsip Pelatihan...
Pelatihan yang menyenangkan merupakan kondisi yang diharapkan muncul dalam
pelaksanaan proses pelatihan atau pendidikan sehingga harus ada prinsip yang
dilaksanakan agar pelatihan terasa menyenangkan, yaitu:
1. Spontanitas
8
Page
2. Persamaan
Persamaan yang dimaksud adalah persamaan terhadap hak dan kedudukan
masing-masing warga belajar artinya tidak ada perbedaan antara peserta
dengan peserta maupun peserta dengan fasilitator. Kedudukannya sama,
sebagai sumber belajar dan keduanya sama-sama belajar.
3. Peran serta
Peran serta peserta dalam setiap pelatihan andragogi adalah keterlibatan
seluruh peserta dalam proses pelatihan, artinya pelatihan andragogi
tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak ada peran serta dan keterlibatan
warga belajar dalam setiap proses pelatihan yang berlangsung.
Dua.1
Pengantar Ekonomi Islam
Esensi yang mendasar dari ekonomi Islam adalah bahwa seluruh asset dan sumberdaya
yang dipergunakan dalam seluruh aktivitas ekonomi sebenarnya milik Allah semata, bukan
kepunyaan kita. Allah memberikan kepercayaan kepada manusia untuk mengelola alam
dan segala isinya sesuai dengan kehendaknya.
Oleh karena itu jika seorang muslim menjalankan aktivitas ekonomi dengan kerangka
sebagai hamba dan khalifah Allah sesungguhnya akan mendapatkan keuntungan di dunia
dan di akhirat.
a) Kekayaan adalah amanah dari Allah dan tidak dapat memiliki secara mutlak. Artinya:
o Seorang muslim harus takut kepada ALLAH SWT dan hari akhirat, seperti
yang diuraikan dalam Al Qur’an berikut ini: “Dan takutlah kamu pada hari sewaktu
kamu dikembalikan kepada ALLAH, kemudian masing-masing diberikan balasan
dengan sempurna usahanya. Dan mereka tidak teraniaya …” (QS 2:281). Oleh
karena itu Islam mencela keuntungan yang berlebihan, perdagangan yang tidak
jujur, perlakuan yang tidak adil dan semua bentuk diskriminasi dan penindasan.
c) Manusia sebagai hamba Allah juga berperan sebagai khalifah Allah yang berkewajiban
memakmurkan bumi
orang-orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan
hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu …” (QS 57:7). Oleh
Page
karena itu, sistem ekonomi Islam menolak terjadinya ekumuasi kekayaan yang
dikuasai oleh beberapa orang saja. Konsep ini berlawanan dengan sistemekonomi
kapitalis, dimana kepemilikan industri didominasi oleh monopoli dan oligopoli, tidak
terkecuali industri yang merupakan kepentingan umum.
d) Pelarangan memakan harta secara batil, kecuali dengan perniagaan secara suka sama
suka
o Islam melarang bunga (riba) atas berbagai bentuk pinjaman, apakah pinjaman
itu berasal dari teman, perusahaan perorangan, pemerintah ataupun institusi
lainnya. Al Quran secara bertahap namun jelas dan tegas memperingatkan kita
tentang riba. Hal ini dapat dilihat dari pembahasan tentang riba.
Ekonomi syariah dengan demikian tidak lepas dari konsepsi Islam sebagai agama yang
lengkap dan universal serta Islam sebagai suatu sistem hidup (way of life).
economic growth). Pandangan ini berasal dari pemikir barat. Meskipun demikian, tidak
sedikit intelektual muslim yang juga menyakininya.
Ada juga paham yang dikenal sebagai sekularisme, di mana agama adalah terpisah
dari urusan kehidupan dunia (fashlud dien ‘anil hayah). Dipahaminya Islam hanya
mengatur masalah ibadah saja, sedang masalah ekonomi, sosial, hukum dan politik
tergantung manusia bebas berbuat dan membuat sistematika. Dari sinilah sebenarnya
muara dari “Al-Islaamu mahjuubun bil Muslimiin” (Kebaikan Islam tertutupi oleh
perilaku dan pandangan orang-orang Islam)
Untuk mencapai tujuan suci ini, Allah memberikan petunjuk melalui para rasul-Nya.
Bentuk tersebut melalui segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik Aqidah, Akhlak,
Syariah, maupun Dakwah.
Dua komponen pertama ‘aqidah dan akhlak, bersifat konstan. Keduanya tidak
mengalami perubahan apapun dengan berbedanya waktu dan tempat. Adapun
syariah senantiasa berubah sesuai dengan kebutuhan dan taraf peradaban umat,
yang berbeda-beda sesuai dengan masa rasul masing-masing. Hal ini diungkapkan
dalam Al-Qur’an.
“…Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang
terang…” (Al-Ma’idah:48)
Oleh karena itu syariah Islam sebagai suatu syariah yang dibawa oleh rasul terakhir,
mempunyai keunikan tersendiri. Syariah ini bukan saja menyeluruh atau
komperehensif, tetapi juga universal. Karakter istimewa ini diperlukan sebab tidak
akan ada syariah lain yang datang menyempurnakannya.
Komprehensif berarti syariah Islam merangkup seluruh aspek kehidupan, baik ritual
(ibadah) maupun sosial (muamalah). Ibadah diperlukan untuk menjaga ketaaatan
keharmonisan hubungan manusia dengan khaliqnya. Ibadah juga sarana untuk
meningkatkan secara kontinyu tugas manusia sebagai khalifah-Nya dimuka bumi ini.
Adapun muamalah diturunkan untuk menjadi rules of the game atau aturan main
manusia dalam kehidupan sosial. Kelengkapan system muamalah yang disampaikan
Rasulullah saw, terangkum dalam skema pada halaman berikut.
Universal bermakna bahwa syariah Islam dapat diterapkan dalam setiap waktu dan
tempat sampai hari akhir nanti. Universalitas ini tampak jelas terutama pada bidang
muamalah. Selain mempunyai cakupan luas dan fleksibel, muamalah tidak membeda-
12
bedakan muslim dan non muslim. Kenyataan ini tersirat dalam suatu ungkapan yang
diriwayatkan oleh Sayyidina Ali,
Page
“Dalam bidang muamalah, kewajiban mereka adalah kewajiban kita dan hak mereka
adalah hak kita.”
Sifat muamalah ini dimungkinkan karena Islam mengenal hal yang diistilahkan
sebagai taswabit wa mutaghhayyirat (principles and variables). Dalam sektor
ekonomi, misalnya, yang merupakan prinsip adalah larangan riba, sistem bagi hasil,
pembagian keuntungan, pengenaan zakat, dll. Adapun contoh variable adalah
instrumen-instrumen untuk melaksanaklan prinsip-prinsip tersebut. Di antaranya
adalah aplikasi prinsip jual beli dalam modal kerja, penerapan azas mudharabah dalam
investasi atau penerapan bai’ as salam dalam pembangunan suatu proyek. Tugas
cendekiawan muslim sepanjang zaman adalah mengembangkan teknik penrapan
prinsip-prinsip tersebut dalam variable-variabel yang sesuai dengan situasi dan kondisi
pada setiap masa.
Perkembangan Ilmu ekonomi dilihat dari sejarahnya tidak bisa dilepaskan dari
perkembangan budaya dan sosial masyarakat, yang nantinya baik secara lansung maupun
tidak akan berpangaruh pula terhadap perkembangan sistem perekonomian, karena baik
sistem sosial ataupun budaya serta perekonomian tetap menempatkan manusia sebagai
pelaku atau subjek didalamnya.
Sebagai mana diketahui Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang kebutuhan
manusia, yang dalam memenuhi kebutuhannya manusia tidak bisa diepaskan dari
perubahan sistem budaya dan sosial, yang menurut R.L Helbroner dalam bukunya “ The
Making Of Ekonomic Society“ menyatakan bahwa perkembangan pemenuhan-
pemenuhan kebutuhan manusia didasarkan pada tiga macam sistem atau Type Of System
yaitu, Tradisi, Komando dan pasar.
Pemenuhan kebutuhan manusia sudah menjadi fitrah bahwa kebutuhan manusia tidak tak
terbatas sedangkan alat pemenuhan kebutuhan sangat terbatas wujud dari pemenuhan
kebutuhan ini pada dasarnya bisa dicapai dengan tiga macam sistem diatas.
Adaya kenyataan yang bertolak belakang ini kemudian menimbulkan berbagai pemikiran-
pemikiran yang kelak pemikiran ini akan menjadi salah satu dari sekian teori yang
dikembangkan dan kemudian diberinama “ Ilmu Ekonomi “. Dari konsep ini kemudian
lahirlah aliran dan mazhab dari mulai Thomas Aquinas – yang masih kental dengan
ekonomi Gereja , Plato, Konsep Merkantilinya Thomas Mun, Konsep Ekonomi dari Leissez
Preire hingga Adam Smith dengan The National Welth dan Thomas Ricardo. Kemudian
para kaum sosialis dengan konsep Ekonomi Sosialis yang diantaranya adalah Robert Own
dan Karl Marx. Terakhir konsep yang agak berbeda diutarakan oleh John Maynard
Keynes dengan Konsep Ekonomi Kesejahteraan.
Sebagai mana telah dibahas diatas bahwa yang menjadi faktor ekonomi adalah pada
sisi manusia, terutama tentang kebutuhan dan proses pemenuhan terhadap
kebutuhan manusia tersebut, sehingga salah saru titik pembeda tersebut dapat kita
lihat dari faktor manusia dalam memenuhi kebutuhannya tersebut
tidak diperhatikan yang terpenting bagi penganut konsep ini adalah keuntungan
sebesar- sebasarnya kadang mengabaikan etika dan moral, sehingga “ ekonomi adalah
ekonomi—dan tidak ada hubungannya dengan ” gereja/ agama “.
Faktor yang lain adalah pada aspek penerapan “bunga” yang menjadi instrumen
utama dalam operasional pemenuhan kebutuhan manusia, meskipun pada aawal-awal
perkembangan ekonomi seperti Plato--- dan Thomas Aquinas yang masih lekat dan
dekat dengan atau tidak memisahkan antara ajaran “ Gereja “ masih melarang
pemberlakuan bunga pada proses ekonomi.
14
Page
Ciri Ekonomi Islam daat dijelaskan melalui beberapa konsep tentang alam yang
diciptaan Allaw SWT dan kebebasan bagi manusia untuk memilikinya,
memanfaatkannya berdasarkan penjelansan sebagai berikut :
a. Allah menyuruh kita untuk memilih usaha yang mempunyai prospek yang
tinggi.
b. Allah akan melipat gandakan harta yang diberikan dengan ikhlas dijalan
Allah.
Dalam menjalankan ekonomi islam apapun bentuknya maka hendaknya segala praktek
ekomomi islam tersebut harus mendasarkan pada ketentuan-ketentuan dibawah ini :
1. LARANGAN RIBA
gila Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Qrang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dan Tuhanya, lalu terus berhenti (dari mengabil
riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya terserah kepada Allah. Orang yang mengutangi
(mengambil riba}, maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka mereka
kekal didalamnya. "
"Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman".
"Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba maka ketahuilah,
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat
(dan pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kami tidak
menganiaya dan (tidak) pula dianiaya".
Perhatikan:
baik? Sedang bekerja dengan tanganya sendiri dan setiap jual beli yang
mulus dan bersih"
Page
2. KEADILAN
Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagi kamu jika kamu orang-
orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga dirimu".
Mereka berkata: "Hai Syua'ib apakah sholat-mu menyuruh kamu agar
kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau
melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta
kami. Sesungguhnya kamu seorang yang sangat penyantun lagi
berakal".
d. Juga perhatikan Q.S. Al Israa (17) : 16-35; An-Nisa (4): 160-161; Q.S.
Al An’am (6):152.
g. Hadits riwayat Abu Daud dalam doanya Nabi memohon perlindungan agar
dijauhkan dari lemah dan malas :
"Wa a'uudzu bika minal 'ajzi wal kasal; dan aku berlindung kepada-Mu Ya
Allah, dari (sifat) lemah dan malas.
18
Page
Dua.2
RIBA DAN PERMASALAHANNYA
`
1. Pelarangan Riba
Di dalam Al Quran su ra t At-Baqarah ayat 275 s/d 279, dengan tegas dan
gamblang Allah menyebutkan pelarangan riba. Demikian pula larangan riba
disebutkan kembali oleh Allah SWT dalam Al Quran surat Al imran ayat 130, dalam
surat An-Nisa ayat 161, dan dalam surat Ar-Rum ayat 39. Dengan berbagai cara
pengungkapan Allah SWT dengan jelas dan tegas melarang riba Pelarang riba juga
dipertegas dalam beberapa hadits Nabi SAW antara lain 1
a. Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dan Jabir bin Abdullah : "Telah berkata
Rasulullah SAW "Allah melaknat orang yang makan riba, yang mewakili
berbuat riba, dan saksinya, dan penulisnya",
b. Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah berbunyi:
"Jauhilah 7 hal pokok Sahabat bertanya, "Apakah Itu ya Rasulullah?" Syirik
terhadap Allah, sihir, membunuh seseorang yang diharamkan Allah kecuali
dengan haq, makan riba. makan harta untuk yatim, menyambung puasa
yang diharamkan oleh Allah SWT, menuduh wanita muslim bercinta",
c. Hadits yang diriwayatkan oleh Daruqutni dari Abdullah bin Hanzalah "Satu
dirham dan hasil riba lebih besar dosanya di sisi Allah SWT dari pada 30 kaii
berzina dengan sengaja berbuat salah".
d. Hadits riwayat Ahmad dan Bukhari dari Abi Said Al-Khudri: Bersabda
Rasulullah SAW: "Jual beli emas dengan emas. perak dengan perak,
kebajikan dengan kebajikan. garam dengan garam, atau sesuatu dengan
sesuatu yang sejenis, barang siapa menambahkan atau mengurangi maka
sesungguhnya adalah riba. Yang mengambil dan memberi adalah sama",
e. Hadits Riwayat Ahmad dari Abu Hurairah telah bersabda Rasulullah SAW;
"Suatu saat akan datang masa dimana manusia memakan riba", lalu
sahabat bertanya, "Semua manusiakah ya Rasulullah?”, Nabi
menjawab,”Orang yang tidak memakan riba, debunya sampai kepadanya".
1. Riba menurut arti harfiah adalah: lebih, bertambah, mengembang, atau membesar.
19
2. Macam-Macam Riba
Riba tidak hanya satu macam tetapi bermacam-macam sesuai dengan sifat dan
tujuan transaksinya. Umumnya terjadi karena adanya tambahan dalam
penukaran, diharamkannya riba yang terjadi pada tambahan tanpa imbalan
karena umumnya tambahan tersebut bersifat zalim, tidak adil, dan
penganiayaan. Sesuai dengan sifat dan tujuan transaksi para ahli membagi riba
dengan empat macam:
Riba Al-Qardh dan Al-Jahiliyah dapat dikategorikan sebagai riba hutang piutang,
sedangkan riba Al-Fadhl dan An-Nasaa’i/An-Nasii’ah sebagai riba jual beli.
b. Masa Romawi
Kerajaan Romawi melarang setiap jenis pemungutan bunga atas uang
20
Namun orang Yahudi berpendapat bahwa riba itu hanyalah terlarang kalau
dilakukan di kalangan sesama Yahudi, dan tidak dilaranq dilakukan terhadap
kaum yang bukan Yahudi. Mereka mengharamkan riba sesama mereka tetapi
menghalalkannya kalau pada pihak yang lain. Dan ini yang menyebabkan
bangsa Yahudi terkenal memakan riba dari pihak selain kaumnya. Berkaitan
dengan kezhaliman kaum Yahudi ini, Allah dalam AL Quran surat An-nisa 160-
161 tegas-tegas mengatakan bahwa perbuatan kaum yahudi adalah riba yaitu
memakan harta orang lain dengan jalan BATHIL, dan Allah akan menyiksa
mereka dengan siksaan yang pedih.
Sudah jelas diketahui bahwa Islam melarang riba dan memasukannya dalam
dosa besar. tetapi Allah SWT yang maha bijaksana menempuh metode bertahap
tidak sekaligus dalam melarang riba. Metode ini ditempuh agar tidak
mengagetkan mereka yang telah biasa melakukan riba dengan maksud
membimbing manusia secara mudah dan lemah lembut untuk mengalihkan
kebiasaan mereka yang sudah berakar, mendarah daging dalam kehidupan
perekonomian jahiliyah. Ayat yang diturunkan pertama dilakukan secara
temporer yang pada akhirnya ditetapkan secara permanen dan tuntas melalui 4
tahapan :
• Tahap Pertama
Dalam surat Ar-Rum ayat 39 Allah menyatakan secara nasehat bahwa Allah
tidak menyenangi orang yang melakukan riba. Dan untuk mendapatkan
hidayah Allah ialah dengan menjauhkan riba. Disini Allah menolak anggapan
bahwa pinjaman riba yang mereka anggap untuk menolong manusia
merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Berbeda dengan harta
yang dikeluarkan untuk zakat, Allah akan memberikan barakah-Nya dan
melipatgandakan pahala-Nya. Pada ayat di atas tidaklah menyatakan
22
• Tahap Kedua
Pada tahap kedua, Allah menurunkan surat An-Nisa ayat 1 6 0 - 1 6 1 . Riba
digambarkan sebagai sesuatu pekerjaan yang zalim dan batil. Dalam ayat ini
Allah menceritakan balasan siksa bagi kaum Yahudi yang melakukannya.
Ayat ini juga menggambarkan Allah lebih tegas lagi tentang riba melalui
riwayat orang Yahudi walaupun tidak terus terang menyatakan laranqan
bagi orang islam. Tapi ayat ini membangkitkan perhatian dan kesiapan
untuk pelarangan riba. Ayat ini menegaskan bahwa pelarangan riba sudah
pernah terdapat dalam kaum Yahudi. lni memberi isyarat bahwa akan turun
ayat berikutnya yang akan menyatakan pengharaman riba bagi kaum
Muslimin.
• Tahap Ketiga
Dalam surat Ali Imran ayat 130, Allah tidak mengharamkan riba secara
tuntas, tetapi melarang dalam bentuk berlipat ganda. Hal ini menggambar
kebijaksanaan Allah yang melarang sesuatu yang telah mengakar
masyarakat sejak zaman jahiliyah dahulu, sedikit demi sedikit, sehingga
perasaan mereka yang telah biasa melakukan riba siap menerimanya.
• Tahap Keempat
Surat Al-Baqarah ayat 275-279 dengan cara tegas. jelas, pasti, dan tuntas
Allah mengharamkan riba secara mutlak dalam berbagai bentuknya, dan
tidak dibedakan besar kecilnya
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan. Al Imran (3) : 130
Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang
kafir. .Al Imran (3) : 131
Dan taatlah kepada Allah dan Rasul supaya kamu diberi rahmat. Al Imran (3) :
132
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Rabbmu dan kepada syurga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.
Al Imran (3) : 133
Dalam upaya memutihkan bunga, dewasa ini banyak orang yang mengatakan
bahwa riba yang diharamkan adalah yang ad'afan mudha'afah sedangkan riba
yang sedikit (8% atau 10%) tidak termasuk dalam larangan ini.
Sesungguhnya uraian seperti itu untuk riba ad'afan mudha'afah dan dibawakan
23
Disamping itu pengertian besar kecilnya bunga sangat relatif. Berapa ukuran yang
bisa dipakai sebagai standar besar kecilnya bunga ? Menurut Dr. Muhammmad
Abdullah Darraz Rahimahullah, arti lafazh ayat 130 dari surat Ali Imran tersebut,
secara lahiriah yang dimaksud dengan "adh'af" itu bisa mencapai 600%. Karena
kata "adh'af" adalah bentuk jamak (dalam bahasa Arab, jamak itu sedikitnya 3).
Nash yang tertera dalam surat Al Baqarah menyatakan dengan tegas bahwa asal
muasal sistem riba mutlak haram hukumnya, tanpa batas dan ikatan apapun. Allah
Swt dengan tegas memperingatkan:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Surat Al Baqarah
(2) : 278
Mahasuci Allah yang telah menjadikan sunnah pengharaman dalam Islam itu untuk
melarang hal-hal yang dikhawatirkan orang akan terjerumus lebih dalam lagi.
Islam juga menutup rapat semua pintu yang ada kemungkinannya dapat dimasuki
oleh hembusan yang bersifat merusak. (Lihat: larang berzinah, minuman keras
dan judi).
Setelah dikeluarkan larangan makan riba dan peringatan keras dari siksa api
neraka (yang disediakan untuk orang kafir), juga dilancarkan seruan agar
bertaqwa kepada Allah dan mengharapkan rahmat dan kemenangan. Dalam ayat-
ayat di atas dijelaskan mengenai orang yang bertaqwa yaitu "orang yang
menafkahkan hartanya baik ketika senang maupun susah. Mereka adalah
sekelompok orang yang berdiri berhadapan dengan orang yang memakan riba
berlipat-lipat ganda. Sifat-sifat lain dari orang bertaqwa itu adalah :
a. Allah Yang Maha Kuasa dan Bijaksana tidak mungkin mengharamkan sesuatu
yang baik dan bermanfaat bagi manusia, tetapi hanya mengharamkan apa
yang membawa mudharat bagi manusia, baik secara individu maupun
masyarakat.
b. Cara riba merupakan jalan usaha yang tidak sehat karena keuntungan yang
diperolah si pemilik modal bukan merupakan hasil pekerjaan atau jerih
payahnya. Keuntungan yang didapat dengan mengeksploitir orang lain yang
pada dasarnya lebih Iemah dan padanya Praktek semacam ini merugikan
pengusaha kecil dan kecil bawah dan sebaliknya menambah kekayaan bagi
orang-orang kaya dan orang-orang kuat tanpa menanggung resiko apapun.
Harta tidak melahirkan harta, uang tidak menelorkan uang. Harta baru dapal
berkembang dengan cara kerja dan jerih payah untuk kedua belah pihak dan
kemaslahatan masyarakat. sehingga merealisasikan kehidupan bersama
yang adil antara harta dan kerja.
c. Riba dapat menyebabkan krisis akhlak dan rohani. Orang yang mempunyai
modal (besar) berkeinginan menambah harta kekayaannya dengan cara apa
24
saja. Hal ini meninggalkan sifat tamak dan egois tanpa memperdulikan
lingkungan masyarakat sekelilingnya, dan mempertinggi jurang pemisah
Page
antara si kaya dan si miskin yang pada akhirnya bisa menimbulkan rasa asosial
Setiap kelompok mementingkan golongannya sendiri, cenderung, kepada
perpecahan, saling menjatuhkan, dan akan saling bentrok satu sama lain.
f. Banyak pakar ekonomi yang berkeyakinan bahwa krisis ekonomi dewasa ini
disebabkan oleh sistem riba. Sistem riba banyak menimbulkan bencana di
beberapa negara dan bangsa. Di Indonesia sendiri Keberhasilan pembangunan
ternyata juga menimbulkan kesenjangan ekonomi yang dapat menimbulkan
kerawanan sosial. Perbankan dengan sistem bunga mempunyai peranan
yang besar dalam menciptakan konglomerasi dan sekaligus kesenjangan
ekonomi.
Maka penyaluran dana hanya abagi mereka yang mampu membayar bunga
simpanan saja yang mempunyai akses ke bank yang umumnya para nasabah
utama mereka adalah para pengusaha besar/ konglomerat. Seperti
diketahui bahwa secara teori perbankan, biaya operasional perbankan
dibebankan kepada penyaluran dana, dan ini artinya biaya operasional Bank
gaji pegawai, sewa gedung, listrik, telepon, promosi, hadiah-hadiah dll),
dibebankan kepada peminjam dana Ini artinya peminjam danalah yang
sebenarnya yang menanggung biaya operasional bank. Apakah sampai di sini
sudah selesai? Tenyata tidak, bunga adalah konsep biaya maka beban bunga
pinjaman yang sudah tinggi itu oleh peminjam dana, sebanyak mungkin akan
digeserkan kepada penanggung akhir. Siapakah mereka ? Mereka adalah
rakyat (kecil) sebagai penanggung akhir. Bagaimana caranya? Apabila
peminjam dana adalah pedagang maka beban bunga itu digesernya kepada
harga barang yang dijual. Sedangkan apabila peminjam dana adalah seorang
produsen maka beban harga itu digesernya kepada harga barang/jasa yang
diproduksi Akibatnya, pihak-pihak yang selalu diuntungkan ialah pedagang,
25
pengusaha, bank, dan penyimpan dana di atas, pihak lain yang selalu
dirugikan yaitu rakyat kecil sebagai penanggung beban biaya terakhir Maka
Page
yang didapat oleh rakyat kecil adalah mereka hanya mempunyai akses ke
bank pada tigkat menabung yang relatif kecil yang berarti keuntungan yang
mereka dapat pun lebih kecil, tetapi rakyat kecil yang besar jumlahnya
membuat bank lebih banyak menghimpun dana dari mereka dengan janji dan
iming-iming hadiah. Kalau hal ini berlangsung secara terus-menerus. maka
akan terjadi pemindahan kekayaan dari rakyat kecil kepada yang
kaya/konglomerat, baik melalui simpanan mereka di bank secara langsung,
maupun sebagai penanggung beban biaya terakhir Khusus mengenai
tabungan di bank oleh r a k y a t kecil, bukan ini berarti tanpa mereka sadari
membantu permasalan bagi pengusaha (besar) yang kadang-kadang
bermasalah Kalau hal tersebut di atas terus berlangsung dalam jangka
panjang, akan terjadi jurang pemisah yang semakin jauh dan dalam antara
yang kaya dengan yang miskin. Dan inilah yang disebut bisa menimbulkan
bencana oleh banyak pakar ekonomi.
Dilarangnya riba dengan sangat tegas dan keras dalam ajaran Islam telah
membawa banyak pertanyaan tentang bagaimana kedudukan bunga bank yang
berlaku sekarang ini ? Sehingga tidak mengherankan kemudian muncul berbagai
pendapat yang cukup beragam di kalangan para fuqaha maupun masyarakat
umum yang mencoba memberikan fatwanya. Secara umum pendapat tersebut
dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu pendapat pertama yang
dengan tegas menyatakan bahwa bunga bank sama dengan riba sehingga
hukumnya haram. Pendapat kedua yang menyatakan bahwa bunga bank tidak
sama dengan riba sehingga hukumnya halal dengan berbagai argumennya.
Sedangkan pendapat ketiga mengambil jalan tengah dengan mengatakan bahwa
selama bunga tersebut rendah dan tidak memberatkan salah satu pihak maka
hukumnya halal dan apabila bunga tersebut sudah tinggi dan sangat memberatkan
maka hukumnya haram.
Analisis yang jernih dan objektif terhadap berbagai nash dari Al-Qur'an dan Sunnah
serta mekanisme kerja bank dan sistem bunganya, sebenarnya akan
mengantarkan kita kepada suatu pemahaman yang jelas untuk dapat menarik
kesimpulan tentang kedudukan bunga bank dalam syariat Islam. Mempelajari
berbagai bentuk riba yang telah dilarang oleh Allah SWT. dan Rasul-Nya pada masa
lalu ternyata memiliki esensi yang sama (walau dengan bentuk berbeda) dengan
26
sistem bunga yang sedang berjalan pada masa kini diberbagai lembaga yang
disebut bank. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bunga bank sama
Page
dengan riba dan itu sangat dilarang dalam Islam. Besar atau kecil, yang haram
tetaplah haram.
Akibat yang ditimbulkan oleh sistem bunga pada saat ini sepertinya tidak terlalu
jauh berbeda dengan akibat yang ditimbulkan oleh sistem riba di jaman dulu,
bahkan pada sisi-sisi tertentu ternyata jauh lebih menghancurkan sendi-sendi
kemanusiaan suatu bangsa. Ambil contoh eksploitasi negara-negara sedang
berkembang oleh negera-negara maju melalui pinjaman modal dengan
menggunakan sistem bunga. Akibatnya, pembangunan yang dilakukan dengan
susah payah, hasilnya hanya dinikmati oleh negara-negara maju melalui
pembayaran bunga pinjaman yang sudah sangat membengkak. Inilah suatu
kezaliman yang sangat zalim.
Kemudian A Razi berpedapat jika setiap transaksi mengandung salah satu saja
unsur diatas maka transaksi tersebut dapat dikelompokan dalam transaksi riba.
Pengetian interest dan usury atau bunnga secara bahasa adalah sejumlah
uang yang dikenakan atau dibayarkan atas penggunaan uang. Sedangkan usury
adalah pekerjaan meminjamkan uang dengan bunga yang tinggi :
Compensation for the use of money which is due ( Samuel king, the legal of
encyclopedia) for home and business , 1960 page 246).
Page
Money paid for the use of money lent ( the principal), or for forbearance of a
debt, according to fixed ratio ( rate per cent) ( Oxford English Dictionary. 2 nd
Edition. 1989 page 109).
An excess over the legal rate chaned the borrower for the use of money (
Samuel king, the legal of encyclopedia) for home and business , 1960 page
365).
The fact of practice of lending money at interest : especially inlater use , the
practice of charging, taking or contracting to receive, excessive or illegal rate of
interest for money of loan. ( Oxford English Dictionary. 2 nd Edition. 1989 page
365).
The userer is who expects to receive more than the has given, what ever of
money, or of corn, or of wine, or of oil, or of anything else ( St. Ambose 339 -
397).
“tahan nafsu“. Tindakan ini difedisikan sebagai orang yang absen dari dari
kegiatan produktif atau keinginan yang direncanakan akan mendapatkan
Page
Dari pengertian diatas, dapat kita simpulkan bahwa interest dan usury merupakan
dua konsep satu jiwa yaitu keuntungan yang diharapkan oleh pemberi pinjaman
atas premi pinjaman barang atau uang (mutuum), yang sebenarnya barang
tersebut kalau tidak ada unsur “tenaga kerja” tidak akan menghasilkan apa-apa
baik biaya maupun resiko, bahkan Delugo dengan gamblang menjelaskan bahwa
usury muncul karena pinjaman bukan karena jual beli.
Konsep interest mulai dikenal pada jaman pertengahan latin yang berasal dari kata
interese yang berarti pampasan karena kerugian atau bayaran pampasan. Dalam
undang-undang romawi, interest atau dalam bahasa latin disebut id quod interest
berarti pampasan yang diberikan akibat kerusakan yang ditanggung sipemberi
utang akibat kegagalan peminjam untuk mengembalikan pinjaman pada saat yang
telah ditentukan.
29
Adapun usury berasal dari bahasa latin yaitu usura atau usuria yang berarti
bayaran atas pinjaman, dalam bahasa yunani usuri disebut juga tokos yang berarti
Page
Sedangkan Bunga dalam istilah lain sering disebut rate/nterest atau renten dalam
bahasa Belanda, dapat didefinsikan sebagai penentuan besarnya kelebihan dari
pinjaman modal yang diterima oleh pemberi pinjaman dengan persyaratan
periode waktu tertentu. Bunga mengandung ketiga unsur sebagai berikut :
Atau kalau kita menyimak pengertian bunga diatas baik bunga yang diberlakukan
dalam perdagangan keuangan maupun bunga perbankkan, akan masuk menjadi
unsur pada pertambahan tingkat investasi dan biasanya mengunakan rumus :
Bunga Sederhana :
SI = Po ( i ) ( n )
SI = Bunga Sederhana
Po = Pokok Pinjaman
I = Tingkat Bunga Perperiode waktu
n = Jangka waktu
Bunga Majemuk :
Secara umum nilai tabungan di kahir periode n ( FVn) yaitu nilai masa depan (
mejemuk) dari devisito pada akhir periode N adalah :
Artinya investasi itu adalah pertambahan modal yang dihitung pokok modal yang
dikalikan dengan tingkat suku bunga yang berlaku dan akan bertambah seiring
dengan bertambahnya waktu.
Disamping bunga pada tingkat yang wajar atau sering disebut dengan
rate/interest juga dikenal istilah lain dengan nama usury atau tingkat suku
bunga yang tinggi atau berlebihan hampir semua ilmuan barat sepakat bahwa
usury dilarang.
Dari pengertian diatas mengenai pengertian riba dan bunga maka dapat
disimpulkan bahwa bunga sama dengan riba, atau bunga merupakan
salah satu bagian dari riba, dan bunga adalah nama lain dari riba karena
unsur-unsur yang terdapat dalam riba hampir semua terdapat dalam usur bunga.
Apalagi kalau melihat akibat yang ditimbulkan oleh riba sama dengan bunga.
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaithan lantaran (tekanan) penyakit gila...."
Qs. al-Baqarah: 275.
Bank konvensional, saat ini adalah suatu bagian sistem keuangan dunia bersama
dengan asuransi, reksa dana, pegadaian, maupun bursa saham dan bursa valas.
Semua sistem keuangan ini nyaris tidak ada satu pun mendekati sistem keuangan
Islami. Bank Syariah dan Asuransi Takaful memang saat ini berupaya menyaingi
sistem keuangan lainnya, namun karena di depan mereka adalah sistem ekonomi
dunia dengan konsep Yahudi, maka sistem keuangan Islam itu hampir tidak dapat
berbuat apa-apa.
Lembaga keuangan saat ini seperti bursa saham, bursa valas, reksa dana dan
terutama bank, umumnya hidup dari belitan riba. Mereka makan bunga dan berjudi
dengan mata uang. Sektor valuta asing (valas) misalnya, telah mematikan ratusan
perusahaan akibat kalah berjudi dalam permainan mata uang. Pada perbankan
juga demikian, hidup orang tidak lepas dari bunga dan bunga. Kredit mobil
menggunakan bunga, kerdir rumah dengan bunga dan belanja sehari-hari
menggunakan kartu kredit pun menggunakan hitungan bunga. Semakin utang
tidak dibayar, maka semakin tinggilah bunganya. Sehingga bisa jadi antara pokok
dengan utang bunga lebih besar bunganya. Kehidupan riba saat ini mau-tidak
mau telah menghampiri dan bahkan melingkupi sebagian besar manusia di dunia.
penjualan itu mereka untung, dan keuntungannya itu adalah riba. Dan bahkan
dengan tingginya suku bunga perbankan saat ini orang beramai-ramai menyimpan
Page
uang di bank sehingga sudah pasti, menyimpan karena bunga itu adalah riba.
Sebagai Muslim, tentu kita berupaya menghindarkan diri dari riba.
Namun harus diakui bahwa riba itu sudah melingkupi banyak manusia. Bukan saja
sistem ini yang melingkupi dunia, tetapi juga hati nurani manusia telah buta akibat
riba. Banyak perusahaan kini mati akibat orang takut berdagang dan lebih senang
menyimpan uang di bank, padahal Allah menghalalkan jual-beli dan
mengharamkan riba.
Sesuai dengan apa yang diterangkan oleh Al-qur’an dikalangan ulama semua
sepakat tentang pengharaman riba, yang kemudian jadi fokus per-hatian adalah
tentang bunga, dalah masalah ini masih timbul khilafiah antara yang membolehkan
dan mengharamkan, berikut dibawah ini fatwa & pendapat baik dari perorangan
maupun lembaga tantang bunga dan riba :
a. Praktik bank dengan sistem bunga adalah tidak sesui dengan syar’iah
islam.
b. Perlu segera didirikan bank-bank alternatif yang menjalankan
opersionalnya sesuai dengan prinsip syaroah.
Keptutusan Mufti Negara Mesir terhadap hukum bunga bank senantiasa tetap
dan konsosten. Tercatat sekurang-kurangnya sejak tahun 1900 hingga tahun
1989, Mufti negara Republik arab mesir memutuskan bahwa bunga bank
termasuk salahs atu bentuk riba yang diharamkan.
Ulama-ulama besar dunia yang terhimpun dalam Konsul kajian Islam Dunia (
KKID) telah memutuskan hukum yang tegas terhadap bunga bank, Dalam
Konfrensi II KKID yang diselengaran di Al Azhar Kairi Mesir pada bulan
Muharram 1385/ mei 1965, ditetapkan bahwa tidak ada sedikitpun keraguan
atas keharaman praktik pembungaan uang seperti yang dilakukan oleh bank-
bank konvensional.
Diantar ulamaulama besar yang hadir pada saat itu adalah Syekh Al Azhar
Prof. Abu Zahra, Prof. Abdullad Draz, Prof. Dr. Mustafa Ahmad Zarqa, Dr,
Yusuf al- Qaradhawi, dan tiga ratus ulama besar lainnya.
Snada dengan ketetapan dan fatwa dari lembaga islm lainnya di dunia,
bebarapa lembaga berikut juga menyatakan bahwa bunga bank adalah
salah satu bentuk riba yang diharamkan, lembaga tersebut adalah :
7. A. Hassan
8. Muhammad Hata
Pada tanggal 13 s.d. 16 Desember 2003 dewan fatwa MUI mengadakan rapat
untuk mengsikapi perkembangan dan permasalah umat kekinian salah satu
yang menjadi kajian adalah masalah hukumnya bunga, dan pertemuan itu
menghasilkan keputusan bahwa bunga adalah haram karena bunga termasuk
jenis riba. Pengharaman bunga ini tidak multak bagi seluruh indonesia, ini
tergantung kepada ada atau tidaknya lembaga keuangan syariah di wialayah
tersebut, kalau lembaganya ada dan banyak maka itu mutlak haram, tapi
andaikata suatu wilayah masih sedikit dan tidak terjangkau oleh LKS dengan
masalah darurat maka bunga masih dibolehkan. Keputusan ini kemudian
dituangkan dalam keputusan Fatwa MUI No. 1 Tahun 2004.
33
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa Surat Al
Baqarah (2) : 276.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Surat Al
Baqarah (2) : 278
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah,
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan
tidak (pula) dianiaya. Surat Al Baqarah (2) : 279.
Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai
dia berlapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua hutang) itu lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui. Surat Al Baqarah (2) : 280.
Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu
kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi
balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang
mereka sedikitpun tidak dianiaya. Surat Al Baqarah (2) : 281
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat
gandakan (pahalanya). Surat Ar Ruum (30) : 39
Setelah kalimat terakhir dari ayat 279 surat Al Baqarah di atas turun, Rasulullah
memerintahkan kepada wali Mekkah untuk memerangi kabilah bani Al
Mughirah bila mereka tidak segera menghentikan praktek ribanya. Rasulullah
pun memerintahkan agar segera menghapus riba dari pundak para peminjam
yang selama ini menanggung beban bunga yang sangat besar. Rasulullah
bersabda:
"Semua bentuk riba jahiliyyah terletak di bawah telapak kakiku ini, dan yang
pertama aku hinakan adalah ribanya Al Abbas"
Tidak ada peringatan keras yang diancamkan dalam bentuk perkataan dan
artinya seperti terhadap pelaku riba di dalam ayat-ayat di atas dan pada ayat-
ayat lainnya. Kita semua harus menyadari hakikat ini dengan sebenarnya dan
meyakini maklumat perang dari Allah dan rasul-Nya kepada masyarakat pelaku
34
sistem riba. Orang-orang yang memakan riba bukan hanya mereka yang
Page
memakan bunga uang riba saja tetapi semua masyarakat yang bergelimang
dalam sistem tersebut.
"Rasulullah Saw melaknat pemakan riba dan yang memberi makan riba, juga
saksi dan penulisnya". HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Attirmidzi
Ini terjadi dalam praktek riba individual. Sedangkan dalam masyarakat yang
ditegakkan seluruhnya di atas sistem riba maka seluruh masyarakat itu
dilaknat dan diancam dengan maklumat perang dari Allah dan rasul-Nya.
Mereka terkutuk dari rahmat-Nya tanpa diragukan lagi.
Sistem riba adalah sistem yang buruk dari segi ekonomi secara murni. Banyak
pakar ekonomi dan politik berkeyakinan bahwa krisis ekonomi dewasa ini
sebagian besar diakibatkan oleh bunga sistem riba. Ekonomi dunia tidak akan
membaik jika suku bunga tidak diturunkan sampai titik nol. Diantara ahli
ekonomi yang menyerang sistem riba ini adalah Dr. Schat (Direktur Bank
Sentral Jerman dimasa pemerintahan Nazi). Menurut pendapatnya, dengan
menggunakan ilmu hitung (yang tidak berkesudahan) ternyata semua harta
kekayaan yang ada di muka bumi ini cepat atau lambat akan mengalir ke
kantong segelintir para lintah darat. Ini disebabkan karena pemberi pinjaman
dengan riba akan selalu memperoleh keuntungan dalam semua kegiatannya.
Sedangkan orang yang meminjam bisa untung juga bisa rugi. Dari sinilah
semua harta kekayaan akan mengalir ke kantong orang yang selalu untung.
Kondisi ini telah dialami oleh banyak (hampir seluruh) negara sedang
berkembang yang semakin hari semakin sulit untuk dapat melunasi hutang
luar negerinya, bahkan hanya sekedar membayar bunganya saja. Sehingga
hutang mereka semakin membengkak.
Bagi orang yang mengamati hukum Islam dengan cermat dan akan
mengetahui dan yakin bahwa Allah tidak mungkin mengharamkan yang baik
dan bermanfaat kepada manusia.
"...... Allah menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka
dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang
baikdan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari
mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka .... Al
A'raf (7) : 157
• Compulsary ( Keharusan)
Dan sesuatu riba yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
35
manusia, maka riba itu tidak akan me-nambah pada sisi Allah. Dan apa
Page
yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang
melipatgandakan (pahalanya). Surat ArRuum (30) : 39
Inilah cara yang terjamin untuk melipatgandakan harta yakni memberi tanpa
mengharap imbalan, tanpa menunggu balasan dari orang lain, tapi yang
diharap hanya keridhaan Allah Swt.
Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berlapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua
hutang) itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Surat AlBaqarah (2)
: 280.
Dalam nash lain dijelaskan dijelaskan bahwa orang yang tertimpa kesukaran
karena tidak sanggup melunasi hutangnya maka dia diberi keringan untuk
menutup hutangnya itu dari uang zakat kaum muslimin.
Sesungguhnya shadaqah (zakat) itu hanyalah untuk orang yang fakir, orang
miskin, pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk
memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang,.. At Taubah (9) : 60
• Voluntary (Kerelaan)
Voluntary atau kerelaan atau bukan paksanaan, dalam konsep ini Allah
memberi solusi dengan basis yang bersumber dari kerelaan manusia untuk
melakukannya, solusi yang dimaksud adalah dengan mmenyuburkan
sedengan seperti yang telah diatur dalam Al qur’an : QS. AlBaqarah (2): 276,
yang artinya sebagai berikut :
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.
Surat AlBaqarah (2): 276
Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja
diantara kamu. Surat Al Hasyr : 7
Page
• Commercial (Bisnis)
Istilah Bank Islam sebenarnya tidak dikenal dalam literatur Islam. Walaupun
demikian, bukan berarti dalam syariat Islam tidak dikenal pengelolaan uang
secara baik dan benar. Bahkan Islam telah menggariskan dasar-dasar
sistem/manejemen keuangan (perekonomian secara umum) dengan begitu
menakjubkan sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Al-Qur'an Al-Karim.
Islam mengenal pula sistem pengelolaan uang yang mirip dengan kerja
bank. Terdapat dua institusi dalam Islam yang berfungsi mengelola uang
yaitu Baitul Maal (BM) dan Baitut Tamwil (BT).
Ketiadaan istilah bank dalam literatur Islam bukan berarti Islam tertutup
terhadap institusi bank. Islam begitu terbuka dan akomodatif terhadap hal-
hal yang baru sejauh tidak bertentangan dengan syariat yang telah
ditentukan. Masalah yang timbul dalam mempraktekan cara kerja bank
terjadi karena cara kerja bank-bank "konvensional" saat ini bertumpu pada
sistem bunga yang sudah jelas sangat dilarang dalam Islam. Oleh karena itu
untuk mempraktekan sistem bank diperlukan perubahan yang sangat
mendasar terhadap mekanisme dan sistem kerja bank. Alternatif yang
disodorkan oleh Islam adalah dibentuknya institusi lain yang dikenal dengan
istilah Bank Islam.
Bank Islam sebenarnya memiliki fungsi dan mekanisme kerja yang tidan jauh
dengan fungsi dan mekanisme Baitut Tamwil. Sehingga dasar-dasar kerja
Bank Islam diambil institusi tersebut yang sudah dikenal dalam literatur
Islam sekitar 15 abad yang lampau.
Pada awalnya bank merupakan institusi yang memiliki berbagai peran positif
yang sangat baik. Peran positif tersebut antara lain bahwa bank merupakan
tempat berinteraksinya pihak pemilik modal, pengguna dan pengelola
modal. Interaksi ini menimbul terjadinya proses aktif perputaran kekayaan
(uang) antara pihak yang membutuhkan dengan pihak yang punya modal.
Dengan demikian bank memiliki fungsi untuk menebarkan keadilan dan
pemerataan kekayaan. Disamping itu bank berperan juga dalam
memperlancar laju perekonomian.
Terjadi pergerseran peran positif dan tumbuhnya peran negatif bank telah
menimbulkan sikap tamak, egeois dan hilangnya rasa kemanusiaan
seseorang. Hal ini terjadi karena sistem dan mekanisme kerja bank
bertumpu pada sistem bunga (riba) dimana setiap keuntungan dan setiap
transaksi telah ditetapkan terlebih dahulu. Sistem riba (bunga) pada
akhirnya bersifat menindas (zalim) dan pemerasan. Sitem ini juga telah
secara langsung atau tidak langsung, cepat atau lambat telah memindahkan
kekayaan dari si miskin kepada si kaya, suatu hal yang sangat ironis. Akibat
negatif lainnya adalah timbulnya suatu kelas manusia yang menganggur
namun memperoleh pendapatan dari penumpukkan kekayaannya.
Mengamati kondisi ini maka diperlukan alternatif lain sistem dan mekanisme
kerja bank yang yang bertumpu pada keadilan, pemerataan, dan sifat-sifat
kemanusiaan lainnya. Dr. Syafruddin Alwi (Lektor Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indoneisa) mengatakan, "Harus ada alternatif lain yang
mampu membuat bank menjalankan perannya bagi kesejahteraan ummat.
Dan alternatif itu adalah Islam. Sistem ekonomi Islam penuh dengan pranata
dan perangkat yang dilandasi oleh keadilan. Itulah sebabnya Allah
mengharamkan riba (bunga) dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah : 275. Dalam
transaksi ribawi yang ada hanyalah resiko satu pihak. Hanya pihak peminjam
yang menanggung resiko, sementara pemilik modal selalu mendapat
keuntungan. Ini adalah kezaliman total".
Bank Islam Memiliki dimensi keadilan dan pemerataan melalui sistem bagi
hasil. Dengan sistem bagi hasil ini antara pemilik modal (bank) dan
peminjam terjadi kerjasama dimana keuntungan yang diperoleh akan
dinikmati bersama dan kerugian yang diderita dipikul bersama-sama pula.
Hal ini sangat berbeda dengan bank konvensional dimana kerugian hanya
ditanggung oleh satu pihak, yaitu peminjam modal. Disamping itu melalui
bank Islam akan terjadinya pemerataan kekayaan karena sistem bagi hasil
ini.
Disamping hal tersebut diatas yang yang paling membedakan antara Bank
konvensional dengan bank islam adalah pada bank konvensional
memberlakuakn bunga sebagai intrumen utama sdangkan pada bank islam
tidak mengunakan bunga bunga karena berdasarkan uraian diatas bunga
termsuk riba, maka yang dijadikan intrumen uatma adalah prinsip bagi hasil.
Berbeda dengan bank islam yang hanya beroperasi pada sisi tamwil saja
KJKS BMT beroperasi pada dua sisi sistem yaitu sisi bisnis melalui baitul
tamwil dan sisi sosial melalui baitul maal.
Baitul Maal dan baitut Tamwil memiliki fungsi yang berbeda. Namun
demikian keduanya tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi sehingga
keduanya sering digabungkan menjadi Baitut Maal wa Tamwil (BMT). Baitul
Maal bekerja atas prinsip sosial dimana sumber dana terkumpul berasal dari
infaq, shodaqah dan zakat yang diberikan oleh masyarakat. Sedangkan
Baitul Tamwil merupakan institusi yang lebih bersifat komersial sehingga
dana yang terkumpul merupakan dana yang harus disalurkan secara
produktif. Disamping itu, Baitut Tamwil dapat memperoleh sumber dana dari
dana sosial yang dikumpulkan oleh Baitul Maal. Sebagian keuntungan yang
diperoleh Baitut Tamwil yang berasal dari dana sosial akan disalurukan
kembali ke Baitul Maal untuk menambah cadangan dana sosial.
40
Page
Dua.3
Pengertian
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga keuangan dan pembiayaan yang
didirikan dan dimiliki bersama oleh warga masyarakat untuk memecahkan
masalah/kendala permodalan dan kebutuhan dana yang dihadapi para anggotanya.
Tujuan
Tujuan Umum :
Memacu pertumbuhan dan perkembangan usaha ekonomi anggota dan masyarakat
sekitar.
Tujuan Khusus :
1. Mengenalkan lebih dekat dan membiasakan anggota dan/atau masyarakat
kepada budaya menabung dan berlaku produktif.
1. Modal LKM haruslah bersumber dari anggotanya sendiri, yang dihimpun dari
Setoran Pokok & simpanan wajib (dapat di tambahkan “Sertifikat Modal Koperasi
” sebagai penguat modal, semacam saham di PT./Bank). Selain itu LKM dapat
membuka berbagai jenis tabungan (simpanan sukarela).
3. Jaminan barang boleh diterapkan, namun pertimbangan yang terbaik tetap atas
watak/karakter peminjam sendiri.
1. Banyak orang mendaftar menjadi anggota LKM dengan tujuan “hanya” untuk
mendapatkan pinjaman, tetapi tidak disertai kesadaran bahwa dana yang
digunakan LKM untuk memberikan pinjaman atau Pembiayaan sebenarnya
bersumber dari simpanan atau tabungan mereka sendiri. Karenanya yang perlu
digalakkan adalah semangat, perilaku hemat, dan kegiatan menabung/
menyimpan.
2. Banyak anggota yang datang ke LKM hanya untuk meminjam, tetapi jika ada
kelebihan uang, mereka menabung di bank. Untuk itu, perlu dikembangkan rasa
memiliki yang loyal / setia pada LKM-nya.
5. Banyak “LKM” yang sebagian besar modalnya tidak bersumber dari anggotanya,
tetapi dari pihak luar yang memberikan beban bunga kepada “LKM” yang
kemudian menyalurkannya kepada anggota dengan bunga yang tinggi.
Akibatnya, fasilitas kredit dari LKM menjadi tidak menarik dan memberatkan
anggotanya.
2. Cara berfikir jangka pendek menjadi cara berfikir jangka panjang. Perlunya
kesadaran bahwa LKM perlu waktu untuk berfungsi secara efektif,
keberhasilannya tergantung kepada kesabaran, ketekunan dan dukungan penuh
semua anggota, tidak berfikiran begitu LKM berdiri harus langsung melayani
kebutuhan semua anggota.
3. Cara berfikir tidak kritis menjadi cara berfikir kritis. Perlunya masukan dari semua
anggota berupa usulan, saran dan pertimbangan dalam rangka perbaikan dan
peningkatan pelayanan & pengelolaan LKM.
42
Page
4. Cara berfikir tidak rasional menjadi cara berfikir rasional. Perlunya perencanaan
yang matang dan sistem kerja yang tepat guna.
5. Cara berfikir feodal menjadi cara berfikir syura demokratis. Misalnya dalam rapat
jangan hanya didominasi orang tertentu saja. Pemilihan pengurus bukan hanya
karena tokoh masyarakat, tapi karena ‘pengetahuan’, ‘kemampuan’, dan ‘waktu’-
nya.
6. Cara berfikir berorientasi fisik material menjadi cara berfikir berorientasi pada
pemberdayaan kelembagaan.
P2KP
Last Credit PPK
CERD
Miicro Finance
BMT
Let Saving Koperasi
43
Ued SP
Page
Bentuk LKM yang saat ini berkembang diantaranya adalah Baitul Maal wat Tamwil
(BMT), Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM), Baitul Qiradl, Sahabat Usaha Alisa
(SUA), Ukhuwah Muamalat Masyarakat Indonesia (UMMI), Syirkah Muawanah,
Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren), Koperasi Syariah (Kopsyah), dan BPR/BPRS.
Sedang penamaannya dapat diberikan oleh masing-masing lembaga.
Dua.4
ELABORASI….
UU NO. 1 TAHUN 2013 TENTANG KEUANGAN MIKRO
Pengantar ….
Perkembangan perbankan di Indonesia sangatlah pesat apa lagi semenjak
diberlakukannya serangkaian peraturan yang menjamin keleluasaan dan kemudahan
mendirikan jasa perbankan dengan dikeluarkannya paket oktober 1988 atau “pakto
88“, walaupun krisis ekonomi dan moneter yang berlangsung sejak tahun 1998 sampai
sekarang dan berakibat pada banyaknya lembaga perbankkan yang gulung tikar.
Akan tetapi meskipun demikian masih banyak perbankan yang masih menjalankan
operasinya dan berhasil mengumpulkan tabungan masyarakat, tapi ironis sekali
meskipun perbankan banyak mengambil dana masyarakat sangat banyak tapi
penyaluran melalui kredit kepada masyatakat kecil sangatlah sedikit, gambaran jelas
dapat dilihat pada pembandingan pengumpulan simpaan oleh BRI unit dalam bentuk
Simpedes sampai maret 2000 itu mencapai 17,4 triliyun sedangkan untuk pemberian
pinjaman dalam bentuk Kupedes ternyata hanya 6 triliyun untuk tahun yang sama, hal
ini terjadi karena syarat untuk menabung sangatlah mudah dan minimal tabungan
relatif kecil, sedangkan untuk pemberian kredit dengan persyaratan berbelit dan ada
pembatasan minimum pemberian kredit sehingga yang banyak mendapatkan fasilitas
kredit perbankkan adalah mereka yang mampu memenuhi persyaratan perbankkan
terutama yang mampu memenuhi jaminan kredit.
Fakta yang lain menunjukan bahwa industri kecil di Indonesia mencapai 90,36 % dari
jumlah ini hanya sedikit saja yang mampu ditangani oleh bank, dan pemenuhan modal
meraka ( yang melakukan pinjaman 70,35 %) mendapatkan pinjaman dari sumber lain
termasuk rentenir dan perorangan lainnya dengan bunga yang cukup tinggi, disamping
itu terdapat pula yang berhubungan dengan LKM ( lembaga keuangan mikro).
Dari pemaparan diatas nampaklah telah terjadi diskriminasi dan marjinaliasi terhadap
golongan pengusaha ekonomi kecil dan mikro yang tettunya dalam pelaksanaan
usahanya banyak kendala yang meraka hadapi salah satu diantanya adalah
ketersediaan dan akses terhadap modal dengan syarat yang mudah dipenuhi oleh
mereka. Menghadapi situasi tersebut, kiranya jelas dibutuhkan sistem keuangan
alternatif yang dapat melayani kebutuhan mereka, sistem keuangan tersebut
sebenarnya sudah ada dan berkembang dimasyarakat tetapi selama ini posisinya
berada diluar mainstream, sistem keuangan tersebut adalah keuangan mikro.
Data lain menunjukan bahwa jumlah LKM di Indonesia ada 53. 644 buah yang dapat
dikelompokan dalam 3 kelompok besar, pertama LKM yang perbankan yang mengacu
dan diatur oleh UU Perbankan no. 10 tahun 1998 LKM ini dikenal dengan BRI Unit,
BPR/S serta BKD, Kedua adalah LKM Koperasi mengacu dan Tunduk pada UU. No. 17
tahun 2012 dan ketiga adalah LKM bukan bank dan bukan koperasi yang sampai
sekarang belum ada perundang-undangan yang mengaturnya.
Sektor keuangan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan
penting dalam mendorong peningkatan perekonomian nasional dan ekonomi
masyarakat. Perkembangan dan kemajuan pada sektor keuangan, baik bank maupun
lembaga keuangan bukan bank perlu dipertahankan. Dalam aspek kelembagaan,
45
organisasi, regulasi (kebijakan), dan sumber daya manusia (SDM) perlu adanya
peningkatan dan perbaikan, khususnya pada lembaga keuangan bukan bank.
Page
Perkembangan dalam masyarakat saat ini, lembaga keuangan yang menyediakan dana
atau modal bagi usaha skala mikro dan usaha skala kecil sangatlah penting dan urgent.
Lembaga keuangan skala mikro ini memang hanya difokuskan kepada usaha-usaha
masyarakat yang bersifat mikro. Lembaga keuangan berskala mikro ini dikenal dengan
sebutan Lembaga Keuangan Mikro (LKM).
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) Pasal 33
ayat (1) menegaskan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan. Selanjutnya Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 menyatakan bahwa
perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
LKM pada dasarnya dibentuk berdasarkan semangat yang terdapat dalam Pasal 27
ayat (2) serta Pasal 33 ayat (1) dan ayat (4) UUD 1945. Keberadaan LKM pada
prinsipnya sebagai lembaga keuangan yang menyediakan jasa Simpanan dan
Pembiayaan skala mikro, kepada masyarakat, memperluas lapangan kerja, dan dapat
berperan sebagai instrumen pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat,
serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan
rendah.
Undang-Undang ini memuat substansi pokok mengenai ketentuan lingkup LKM, konsep
Simpanan dan Pinjaman/Pembiayaan dalam definisi LKM, asas dan tujuan. Undang-
Undang ini juga mengatur kelembagaan, baik yang mengenai pendirian, bentuk
hukum, permodalan, maupun kepemilikan. Bentuk badan hukum LKM menurut
Undang-Undang ini adalah Koperasi dan Perseroan Terbatas. LKM yang berbentuk
badan hukum Perseroan Terbatas, kepemilikan sahamnya mayoritas dimiliki oleh
Pemerintah Daerah atau Badan Usaha Milik Desa/Kelurahan.
Selain itu, Undang-Undang ini mengatur juga mengenai kegiatan usaha LKM meliputi
jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui Pinjaman atau
Pembiayaan dalam skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan
Simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha, serta cakupan
wilayah usaha suatu LKM yang berada dalam satu wilayah desa/kelurahan, kecamatan,
atau kabupaten/kota sesuai dengan perizinannya (multi-licensing). Untuk memberikan
46
LKM. Dalam hal diperlukan, Pemerintah dapat pula ikut mendirikan lembaga penjamin
simpanan LKM bersama Pemerintah Daerah dan LKM.
Undang-Undang ini mengatur pula ketentuan mengenai tukarmenukar informasi antar-
LKM. Undang-Undang ini juga mengatur mengenai penggabungan, peleburan, dan
pembubaran. Di dalam Undang-Undang ini, perlindungan kepada pengguna jasa LKM,
pembinaan dan pengawasan LKM, diserahkan kepada Otoritas Jasa Keuangan, dengan
didelegasikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau pihak lain yang
ditunjuk oleh Otoritas Jasa Keuangan. Agar implementasi Undang-Undang ini dapat
terlaksana dengan baik, Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, termasuk
Pemerintah Daerah, kementerian yang membidangi urusan perkoperasian, dan
kementerian yang membidangi fiskal, perlu bekerja sama untuk melakukan sosialisasi
Undang-Undang ini.
Undang-Undang ini mulai berlaku 2 (dua) tahun sejak diundangkan. Jangka waktu 2
(dua) tahun tersebut dimaksudkan antara lain untuk menyiapkan infrastruktur yang
diperlukan seperti sumber daya manusia Otoritas Jasa Keuangan selaku pembina dan
pengawas LKM dan sumber daya manusia Pemerintah Daerah selaku pihak yang
menerima pendelegasian wewenang pembinaan dan pengawasan LKM, peraturan
pelaksanaan Undang-Undang ini dan pedoman teknis pembinaan, pengawasan LKM,
dan teknologi informasi.
Selanjutnya, LKM yang belum berbadan hukum tetap dapat beroperasi sampai dengan
1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku dan wajib memperoleh izin usaha dari
Otoritas Jasa Keuangan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini
berlaku.
Pengertian…..
Pengertian ini diatur bab 1 Ketentuan umum pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa LKM
atau lembaga keuangan mikro adalah adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan
untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik
melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan
masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi
pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan.
LKM dalam operasionalnya dapat dijalankan secara konvensional atau dengan prinsip
syari’ah, Setiap LKM hanya boleh menjalankan satu prinsip saja konvensional atau
syari’ah.
a. Keadilan
Adalah memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat, terutama
masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah untuk mendapatkan
pelayanan dari LKM.
b. Kebersamaan
Adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk kepentingan
bersama.
c. Kemandirian
Adalah suatu kegiatan yang dilakukan tanpa banyak tergantung kepada pihak lain,
47
d. Kemudahan
Adalah bahwa prosedur pembiayaan dan penyimpanan dana dalam LKM dibuat
sesederhana mungkin.
e. Keterbukaan
Adalah suatu kegiatan usaha yang proses pengelolaannya dapat diketahui oleh
masyarakat.
f. Pemerataan
Adalah pemberian Pinjaman atau Pembiayaan yang menjangkau seluruh
masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah.
g. Keberlanjutan
Adalah suatu usaha yang dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan
yang tidak dibatasi oleh waktu tertentu.
h. Kedayagunaan dan kehasilgunaan
Adalah suatu kegiatan pemberdayaan sekaligus mendayagunakan usaha dan
layanan keuangan mikro untuk masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan
rendah.
1. Koperasi
Kalau LKM yang bersangkutan memilih badan hukum koperasi maka LKM
tersebut tunduk pada ketentuan dan aturan yang dimuat dalam UU Koperasi No.
17 tahun 2012 berikut dengan peraturan pelaksanaannya.
2. Perseroan Terbatas.
• Untuk LKM yang memilih Perseroan Terbatas sebagai badan hukum maka
sahamnya paling sedikit 60% (enam puluh persen) dimiliki oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota atau badan usaha milik desa/kelurahan.
• Sisa kepemilikan saham Perseroan Terbatas tersebut diatas dapat dimiliki
oleh:
o warga negara Indonesia; dan/atau
o koperasi.
• Kepemilikan setiap warga negara Indonesia atas saham Perseroan Terbatas
tersebut paling banyak sebesar 20% (dua puluh persen).
LKM dilarang dimiliki, baik langsung maupun tidak langsung, oleh warga negara
asing dan/atau badan usaha yang sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh warga
negara asing atau badan usaha asing.
b. Permodalan
1. Sebelum menjalankan kegiatan usaha, LKM harus memiliki izin usaha dari
Otoritas Jasa Keuangan.
2. Untuk memperoleh izin usaha LKM harus memenuhi persyaratan paling sedikit
mengenai:
Ketentuan lebih lanjut mengenai Permodalan, Kepemilikan LKM, dan tata cara
perizinan usaha akan diatur lebih lanjut berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh
Otoritas Jasa Keuangan.
1. Pinjaman atau Pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan
masyarakat,
2. Pengelolaan Simpanan,
3. Pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha.
Ketentuan mengenai suku bunga Pinjaman atau imbal hasil Pembiayaan diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Untuk kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib dilaksanakan sesuai dengan
fatwa syariah yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia,
dan wajib membentuk dewan pengawas syariah, yang bertugas
memberikan nasihat dan saran kepada direksi atau pengurus serta mengawasi
kegiatan LKM agar sesuai dengan prinsip syariah.
1. Menerima Simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran;
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing;
3. Melakukan usaha perasuransian sebagai penanggung;
49
5. Memberi pinjaman atau pembiayaan kepada LKM lain, kecuali dalam rangka
mengatasi kesulitan likuiditas bagi LKM lain dalam wilayah kabupaten/kota yang
sama; dan
6. Melakukan usaha di luar kegiatan usaha pemberian pembiayaan, pengelolaan
simpanan dan jasa konsultansi usaha.
Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan usaha LKM sebagaimana akan dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
1. Cakupan wilayah usaha suatu LKM berada dalam satu wilayah desa/kelurahan,
kecamatan, atau kabupaten/kota.
2. Luas cakupan wilayah usaha disesuaikan dengan skala usaha LKM yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
1. Pinjaman atau Pembiayaan yang telah disalurkan LKM di luar wilayah usahanya
tetap dapat dilanjutkan sampai dengan jangka waktu Pinjaman atau Pembiayaan
berakhir; dan
2. Simpanan yang telah diterima LKM dari Penyimpan di luar wilayah usahanya tetap
dapat dilanjutkan sampai dengan penutupan Simpanan.
LKM yang tempat kedudukan dan cakupan wilayah usahanya mengalami perubahan
sebagai akibat dari pemekaran wilayah harus memberitahukan kepada Otoritas Jasa
Keuangan.
Penjaminan Simpanan
Informasi…
Pengurus LKM dapat melakukan tukar-menukar informasi dan data mengenai penerima
Pinjaman atau Pembiayaan dengan LKM lain.
1. Anggota dewan komisaris atau pengawas, direksi atau pengurus, pegawai, dan
pihak terafiliasi LKM wajib merahasiakan informasi Penyimpan dan Simpanan.
4. Anggota direksi atau pengurus, dan pegawai LKM wajib memberikan informasi
Penyimpan dan Simpanan untuk kepentingan sebagaimana dimaksud diatas
50
Dalam hal LKM mengalami kesulitan likuiditas dan solvabilitas yang membahayakan
keberlangsungan usahanya, maka Otoritas Jasa Keuangan dapat melakukan tindakan
agar :
Dalam hal tindakan sebagaibana dibahas diats belum cukup untuk mengatasi
kesulitan likuiditas dan solvabilitas LKM, Maka Otoritas Jasa Keuangan mencabut izin
usaha LKM dan memerintahkan direksi atau pengurus LKM untuk segera
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham, Atau Rapat Anggota guna
membubarkan badan hukum LKM dan membentuk tim likuidasi. Ketentuan lebih lanjut
mengenai pembubaran LKM akan diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
Transformasi Lkm
Dalam hal pemerintah kabupaten/kota belum siap, Otoritas Jasa Keuangan dapat
mendelegasikan pembinaan dan pengawasan kepada pihak lain yang ditunjuk.
Ketentuan mengenai hal yang berkaitan dengan pembinaan dan pengawasan yang
didelegasikan kepada pemerintah kabupaten/kota dan pihak lain yang ditunjuk
akan diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
Sanksi….
Sanksi Administratif
1. Denda uang;
2. Peringatan tertulis;
3. Pembekuan kegiatan usaha;
4. Pemberhentian direksi atau pengurus LKM dan selanjutnya menunjuk dan
mengangkat pengganti sementara sampai Rapat Umum Pemegang Saham atau
Rapat Anggota Koperasi mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan
Otoritas Jasa Keuangan; atau
5. Pencabutan izin usaha.
Ketentuan Pidana
1. Setiap orang yang menjalankan usaha LKM tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 3 (tiga) tahun serta pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Dalam hal kegiatan tersebut dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk perseroan
terbatas atau koperasi, maka penuntutan terhadap badan-badan dimaksud dilakukan
baik terhadap mereka yang memberiperintah melakukan perbuatan itu atau yang
bertindak sebagai pimpinan dalam perbuatan itu atau terhadap keduaduanya.
2. Setiap orang yang dengan sengaja memaksa LKM untuk memberikan informasi
Penyimpan dan Simpanan di luar kepentingan perpajakan, kepentingan peradilan
dalam perkara pidana, kepentingan peradilan dalam perkara perdata, atau hal lain
yang didtetapkan oleh OJK, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun serta pidana denda paling sedikit
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
Anggota dewan komisaris atau pengawas, direksi atau pengurus, pegawai, dan pihak
terafiliasi LKM yang dengan sengaja memberikan informasi yang wajib dirahasiakan di
luar kepentingan perpajakan, kepentingan peradilan dalam perkara pidana,
kepentingan peradilan dalam perkara perdata, atau hal lain yang didtetapkan oleh OJK,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga)
tahun serta pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
3. Anggota direksi atau pengurus, atau pegawai LKM yang dengan sengaja tidak
memberikan informasi yang wajib seprti untuk kepentingan perpajakan, kepentingan
peradilan dalam perkara pidana, kepentingan peradilan dalam perkara perdata, atau
hal lain yang didtetapkan oleh OJK, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun serta pidana denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
53
5. Anggota dewan komisaris atau pengawas, direksi atau pengurus, dan/atau pegawai
LKM yang dengan sengaja:
a. meminta atau menerima suatu imbalan, baik berupa uang maupun barang untuk
keuntungan pribadi atau keluarganya:
• dalam rangka orang lain mendapatkan uang muka atau fasilitas Pinjaman atau
Pembiayaan dari LKM;
• dalam rangka memberikan persetujuan bagi orang lain untuk melaksanakan
penarikan dana yang melebihi batas Pinjaman atau Pembiayaan pada LKM;
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3
(tiga) tahun serta pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
6. Pemegang saham atau pemilik LKM yang dengan sengaja menyuruh dewan komisaris
atau pengawas, direksi atau pengurus, anggota koperasi, atau pegawai LKM untuk
melakukan atau tidak melakukan tindakan yang mengakibatkan LKM tidak
melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikanketaatan LKM
terhadap ketentuan dalam undang-undang ini dan ketentuanperundang-undangan
lainnya yang berlaku bagi LKM, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun serta pidana denda paling sedikit
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
Tiga.5
Pengantar
BMT … itulah kata tersebut, kata yang senantiasa dikuti dengan kata syari’ah yang
selalu berkibar dengan bendera hijau. BMT terlahir di tengah gegap gempitanya
semangat menjalankan syari’at islam secara kaffah, yang terus menaik seriring
berpalingnya angin politik, yang terus tumbuh dibelantara riba yang semakin sulit
untuk ditembus dan terus meracuni generasi islam dulu kini atau mungkin nanti kita
akan tenggelam dalam lautan riba… padahal riba adalah dosa tingkat ketiga setelah
syirik dan membunuh yang tidak diridhoi Allah…
Yang sering kita dengar BMT itu adalah mahluk yang bergerak di habitat keuangan
dan dibelantara ekonomi kelas bawah, yang menyediakan pinjaman untuk para
pengusaha kecil dan mikro tapi tidak mengunakan bunga sebagai instrumenya, yang
dipakai oleh BMT itu adalah sistem bagi hasil yang disandarkan pada ketentuan dan
nilai-nilai syari’ah islam.
Yang jadi permasalah adalah kadang kita dibingungkan oleh pendapat yang
mengatakan apakah BMT itu sebuah lembaga atau sebuah system. Itulah perdebatan
yang kadang muncul diantara para pengamat atau praktisi BMT.
Sebenarnya BMT itu bukan sebuah lembaga lanyaknya seperti koperasi atau PT, tapi
BMT itu merupakan suatu sistem layaknya seperti sistem perbankan, artinya sebagai
sebuah sistem BMT mempunyai fungsi dan ketentuan yang beda dengan sistem
lainnya yang sama-sama bergerak di bidang keuangan. BMT didukung oleh dua sub
sistem utama layaknya seperi dua sisi mata uang yaitu Baitul Maal (BM) yang
bervisi sosial dan Baitul Tamwil ( BT) yang bervisi i bisnis di pihak lain, kedua sub
sistem ini dalam operasionalnya mempunyai fungsi masing-masing dan dalam
operasional kedua mempunyai fungsi dan sifat yang berbeda, tapi keduanya tidak
dapat dihilangkan karena keduanya merupakan salah satau unsur terpenting, jika salah
satu tidak berjalan maka sistem itu menjadi sistem yang pincang, bahkan dalam
pelaksanaanya bisa disamakan dengan sistem yang laiin.
Misalnya sebuah BMT yang dijalankan pada suatu kesempatan di suatu tempat akan
tetapi salah satu unsur sistemnya tidak dijalankan misalnya yang berjalan hanya BM
saja atau hanya BT saja, hal demikian tidak bisa dikatakan itu menggunakan sistem
BMT, lebih baik sebut saja BM atau BT sesuai dengan yang dijalankannya. Akan tetapi
sebuah lembaga lain yang dalam hal namanya tidak menggunakan BMT tapi intinya
didalamnya dan dalam praktek sehari-hari menggunakan dua konsep atau dua entiti
yang terdapat dalam BMT maka itulah yang disebut BMT.
Karena BMT merupakan sebuah sistem, maka pada hakekatnya bank islam pun, BPR
syariah pun bisa menggunakan sistem ini asal didalamnya ada fungsi unsur dan
syaratnya seperti BMT, maka hal itu dapat digolongkan sebagai sebuah BMT.
55
Sebagai sebuah sistem pula BMT dapat memlih badan hukum yang disesuaikan
dengan karakter BMT itu sendiri sesuai dengan ketentuan tentang badan hukum yang
Page
berlaku di Indonesia dan menurut tata hukum di Indonesia apakah itu merupakan PT
milik bersama atau Koperasi. Tentunya dengan penyesuaian-penyesuaian dengan ciri-
ciri BMT.
Pengertian BMT
Pengertian KSPPS :
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah selanjutnya disebut KSPPS adalah
koperasi yang kegiatan usahanya meliputi simpanan, pinjaman dan pembiayaan
sesuai prinsip syariah, termasuk mengelola zakat, infaq/sedekah, dan wakaf.
Pengertian BMT :
BMT adalah Baitul Maal wat Tamwil yaitu sistem intermediasi keuangan di tingkat
mikro yang didalamnya terdapat Baitul Maal dan Baitul Tamwil yang dalam
operasionalnya dijalankan dengan menerapkan prinsip-prinsip syari‘ah.
Pengertian KSPPS-BMT
2. Tingkat Mikro
4. Baitul Tamwil
5. Baitul Maal
Baitul Maal (Bait = Rumah, Maal = Harta) menggalang Titipan dana Zakat, Infaq,
Shadaqah, wakaf dan dana social lainnya yang tidak bertentangan dengan
syari’ah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan
amanahnya. Pada sisi ini BMT merupakan institusi sosial jadi BMT memerankan
dirinya untuk membantu kesulitan anggotanya yang mempunyai masalah sosial
dan harus mampu meningkatkan kualitas anggotanya dan keluar dari masalah
sosial yang dihadapinya dengan mengoptimalkan dana zakat, infaq, shadaqah,
wakaf (ziswaf), Iuran Kesetiakawanan Sosial, Sumbangan/Hibah dan lainnya.
Dana-dana sosial yang berhasil dihimpun disalurkan kepada pihak yang berhak
menerimanya dengan ketentuan sebagai berikut :
6. Prinsip Syari’ah
KSPPS-BMT dalam segala aspek operasional harus tunduk dan tidak boleh keluar
dari tatanan syari‘ah maka dalam konteks ini menjadi suatu kewajiban bagi para
pengurus dan pengelola KSPPS-BMT mengetahui dan memahami ekonomi
syari‘ah dan fiqih muamalah dan setidaknya dalam setiap KSPPS-BMT wajib
adanya dewan pengawas syari‘ah yang berfungsi sebagai pengawas dan
pengendali operasi KSPPS-BMT agar tidak keluar dan melakukan peyimpangan
dari konsep syari‘ah. Aturan utama yang menjadi bingkai syari‘ah terdapat dalam
Al Qur‘an dan hadist yang diantaranya memberikan pembeda antara ekonomi
syari‘ah dengan ekonomi konvensional yaitu : Pengharaman riba, Penghalalan
58
jualbeli, Keadilan, Prstetatif dan Tolong melolong, atau kalau menurut konsep
yang terdapat dalam UU Perbankan Syari‘ah yang membedakan syari‘ah dan
Page
tidaknya suatu proses ekonomi adalah ada pada kata Magrrib ( Maisir-untung-
untungan/judi-, Ghoror- sesuatu yang tidak jelas/penipuan-, Riswah/suap, dan
riba/bunga).
Jadi itulah unsur-unsur yang terdapat dalam BMT sebagai sebuah sistem, unsur-
unsur tersebut juga bisa berupakan prinsip dan kriteria pembeda antara sistem BMT
dengan sistem dan lembaga keuangan lainnya, artinya sebuah sistem kalau tidak
menjalankan unsur-unsur diatas meskipun namanya BMT tidak dapat dikatakan
sebagai BMT, tetapi meskipun namanya bukan BMT akan tetapi dalam praktek
operasionalnya mejalankan unsur-unsur diatas itulah yang dinamakan BMT.
Tujuan
BMT bertujuan meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Sifat
BMT merupakan usaha bisnis yang bersifat mandiri, ditumbuhkembangkan dengan
swadaya dan dikelola secara profesional, serta berorientasi untuk kesejahteraan
anggota dan masyarakat lingkungannya.
Visi
Visi BMT adalah menjadi lembaga keuangan yang mandiri, sehat dan kuat, yang
kualitas ibadah anggotanya meningkat sedemikian rupa sehingga mampu berperan
menjadi wakil pengabdi Allah memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya
dan ummat manusia pada umumnya.
Misi
Misi BMT adalah mewujudkan gerakan pembebasan anggota & masyarakat dari
belenggu rentenir, jerat kemiskinan & ekonomi ribawi, gerakan pemberdayaan
meningkatkan kapasitas dalam kegiatan ekonomi riil dan kelembagaannya menuju
tatanan perekonomian yang makmur dan maju dan gerakan keadilan membangun
struktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran – berkemajuan, serta makmur
– maju berkeadilan berlandaskan syari’ah dan ridha Allah SWT.
Fungsi BMT
Dalam rangka pencapaian tujuan BMT berfungsi :
2) Mempertinggi kualitas SDM anggota dan Pokusma menjadi lebih profesional &
islami sehingga semakin utuh dan tangguh menghadapi tantangan global ;
Prinsip-prinsip Utama
BMT melaksanakan kegiatan dan fungsinya berdasarkan prinsip utama sebagai
berikut :
59
Page
Prinsip Muamalah
Prinsip Muamalah Islam dalam bidang ekonomi menjiwai dan memotivasi kegiatan,
misalnya :
1) Staf dan karyawan BMT bertindak aktif, pro-aktif, dinamis tidak menunggu tetapi
menjemput calon anggota penyimpan/peminjam, baik anggota yang dihimbau
untuk menempatkan dana simpanan maupun untuk pembiayaan usaha. Istilah
populernya adalah: menjemput bola, tidak menunggu.
2) Kantor dibuka dalam waktu tertentu dan ditunggui oleh jumlah staf yang
terbatas, karena sebagian besar staf harus bergerak di lapangan untuk
mendapatkan simpanan, mendapatkan anggota yang melaksanakan pembiayaan
60
usaha dan memonitor serta mensupervisi usaha anggota baik calon penyimpan
Page
3) BMT mengadakan pengajian rutin secara berkala yang waktu dan tempatnya
(biasanya di madrasah, masjid atau mushalla) ditentukan sesuai dengan kegiatan
nasabah atau anggota BMT. Setelah pengajian ilmu-ilmu agama biasanya
dilanjutkan dengan “balam” (bagi-bagi pengalaman) pembicangan bisnis dari
para anggota pengelola usaha kecil.
61
Page
Tiga.6
PERMODALAN BMT
Modal Awal BMT
BMT dapat didirikan dengan modal awal Rp. 150.000.000,- ( Seratus Lima Puluh Juta
rupiah) atau lebih, terutama di daerah perkotaan namun, jika terdapat kesulitan dalam
mengumpulkan dana awal, dapat dimulai dengan modal Rp. 100.000.000,- (Seratus
juta rupiah) tetapi perlu segera ditingkatkan untuk mencukupi sampai dengan Rp.
150.000.000,- Di daerah perdesaan, BMT dapat didirikan dengan modal awal Rp.
100.000.000,- atau paling sedikit Rp. 75.000.000,- namun dalam waktu 6 bulan
diangsur sehingga sudah dapat mencapai Rp. 100.000.000,- Untuk daerah perdesaan
perkembangan BMT akan dilaksanakan secara bertahap dengan modal yang juga
bertahap besarnya, dimulai dengan mengembangkan BMT Unit yang akan dibicarakan
lebih rinci di belakang ini. Tapi secara ekonomis permodalan BMT baru dapat berjalan
dengan tingkat pendapatan layak bagi pengelolanya yang berjumlah tiga orang adalah
sebesar 300 juta, dengan perhitungan 80% tersalur lewat pembiayaan dan sisanya
dinvestasikan dalam bentuk inveatasi kantor untuk kelancaran opesaional BMT.
Modal Pendiri BMT adalah modal yang disetor oleh para pendiri yang berasal dari
jamaah masyarakat setempat (jamaah masjid, pesantren, kecamatan, kelurahan,
desa miskin, dsb) baik secara tunai maupun secara angsuran. Jika dilakukan secara
angsuran sebaiknya tidak lebih dari 6 bulan, paling lama dalam 12 bulan, dan
dilakukan dengan pernyataan mau melunasi dari bulan ke bulan di atas kertas
bermaterai
Pembiayaan Total Bg
Hasil
MODAL DASAR :
Mudhorobah
• Sertifikat Modal Kop. BAGI
• Setoran Pokok S H U S HASIL
• Modal Penyertaan DIBAGIKAN H Pemby. Brsama Bagi
U Hasil
Musyarokah
• Simp.Titipan
-Biaya Akumulasi
OPERASIONAL PENDAPATAN
Perguliran dana BMT terlihat dari diatas. Dana BMT pertama-tama diharapkan
diperoleh dari para pendiri, berbentuk sertifikat modal Koperasi. Sebagai Anggota
Biasa, para pendiri juga membayar Setoran Pokok, dan jika ada kemudahan Simpanan/
tabungan biasa. Dari Sertifikat Modal Koperasi yang berasal dari modal para pendiri
ini dilakukan investasi untuk membiayai pelatihan pengelola, mempersiapkan kantor
dengan peralatannya, serta perangkat administrasi. Selama belum menghasilkan yang
memadai, tentu saja modal perlu juga untuk menalangi pengeluaran biaya sehari-hari
yang diperhitungkan secara bulanan, biasa disebut sebagai biaya “operasional” BMT.
Selain modal dari para pendiri, modal dapat juga berasal dari lembaga-lembaga
kemasyarakatan (ummat) seperti Yayasan, Kas Masjid, BAZ, LAZ, salam bentuk modal
penyertaan. Modal dari lembaga ini dapat juga diperoleh dalam jumlah besar, namun
kita sangat mengharapkan justru andil dari yang merasa sebagai pemula, pemrakarsa,
dan pendiri BMT itu. Sehingga jika kemudian hari terjadi sesuatu yang kurang baik
mengenai BMT ini, para pendiri itulah yang terlebih dahulu mengambil prakarsa untuk
membenahinya. Mereka diharapkan memiliki perasaan lebih memiliki pada BMT. Begitu
63
pula dengan titipan ZIS, yang jika diizinkan oleh penitipnya, misalnya BAZIS, dapat
juga digunakan sebagai modal awal. Namun, sekali lagi, urunan modal para pendiri itu
Page
sangat kita pentingkan. Dan adalah suatu keharusan, yang nantinya akan berakibat
pada penilaian kesehatan BMT itu.
Anggota BMT juga menyimpan Setoran Pokok dan simpanan atau tabungan lainnya,
yang untuk semuanya itu, akan mendapat Bagi Hasil dari keuntungan BMT. Bagaimana
caranya BMT mampu membayar Bagi Hasil kepada anggota, khususnya anggota yang
menyimpan simpanan dan tabungan ? Karena, BMT seharusnyalah memiliki
pemasukan keuntungan dari hasil usaha pembiayaan berbentuk modal kerja yang
diberikan pada anggota, kelompok usaha anggota (Pokusma) seperti Pokusma MPMK:
Memantapkan Program Menghapus Kemiskinan, Pokusma komoditas unggulan,
ataupun Pokusma usaha sejenis lainnya seperti Pokusma industri rumah tangga,
pedagang ikan, buah, pedagang asongan, dlsb. Karena itulah, Pengelola BMT harus
“menjemput bola”.
Dalam membina anggota pemanfaat dana BMT agar mereka beruntung cukup besar,
dan karenanya BMT juga akan memperoleh untung yang cukup besar pula. Dari
keuntungan itulah BMT dapat menanggung biaya operasional dalam bentuk gaji
pengelola dan karyawan BMT lainnya, biaya listrik, telepon, air, peralatan komputer,
biaya operasional lainnya, dan yang lebih penting, dari keuntungan itu pula BMT harus
mampu membayar Bagi Hasil yang memadai dan memuaskan bagi para anggota
penyimpan simpanan dan tabungan biasa.
Dalam “menjemput bola” itu, pengelola BMT harus mampu menjelaskan dengan
menarik minat kepada anggota atau calon anggota untuk menyimpan tabungan san
simpanan biasa dalam jumlah besar katakanlah Rp. 100.000,00, Rp. 500.000,00 Rp.
1.000.000.00 sd Rp. 10.000.000,00 atau lebih, dengan menunjukkan kemungkinan-
kemungkinan pembiayaan/pinjaman untuk kegiatan usaha pengusaha kecil yang
menguntungkan itu, kelayakannya, tingkat keuntungannya, dan juga dengan alasan
jika menyimpan di BMT, insya Allah, dana beliau itu akan aman, bermanfaat untuk
masyarakat banyak, orang miskin dan fakir, dan lebih dari itu menguntungkan dengan
mendapat Bagi Hasil, yang insya Allah akan sama besarnya dengan jumlah yang
dibayarkan oleh lembaga-lembaga keuangan konvensional lainnya (dengan sistem
bunga), selain simpanan di BMT ini akan bebas dari unsur riba. Aman dan
menguntungkan di dunia dan di akhirat kelak jika kita kembali pada-Nya. Dan BMT
harus mampu membuktikan hal itu.
diantara kesunyian
dan garisan langit
dilintas garis kesetiaan
kepastian dilekatkan
pada dua titian beda
antara kesederhanaan
bersikap
dan kemewahan berselera...
64
Page
Dua.7
USAHA BMT
Jenis-jenis Usaha BMT
Keuangan:
A. Menghimpun Simpanan
2. Jenis simpanan yang dapat dihimpun oleh BMT hanya dari anggota, berupa
simpanan biasa dan simpanan berjangka (Deposito) dengan akan mudharabah
atau wadiah serta akad lainnya yang tidak bertentanngan dengan syariah.
Berikut dibawah ini adalah contoh produk simpanan yang dapat dikembangkan
oleh BMT :
a. Simpanan BIASA
b. Simpanan PENDIDIKAN
c. Simpanan HAJI
d. Simpanan UMRAH
e. Simpanan QURBAN
f. Simpanan IDUL FITRI
g. Simpanan WALIMAH
h. Simpanan AQIQAH
i. Simpanan PERUMAHAN (Pembangunan dan Perbaikan).
j. Simpanan KUNJUNGAN WISATA, dsb.
k. Simpanan Mudharabah BERJANGKA (semacam deposito: 1, 3, 6, 12 bulan)
a. Simpanan Yad Al-AMANAH, titipan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah untuk
disampaikan kepada yang berhak/mustahik.
b. Simpanan Yad Al-DHAMANAH, semacam giro di Bank, sewaktu-waktu dapat
diambil kembali oleh penyimpan.
65
B. Memberikan Pembiayaan
Page
Selain melakukan simpana dan pembiayaan BMT juga dapat melakukan usaha
lainnya berupa penyediaan jasa di bidang Keuangan, Yang dimaksud jasa
Keuangan adalah pelayanan BMT terhadap nasabah dengan tidak menggunakan
66
Page
modal tunai. Untuk pelayanan ini bank menerima imbalan fee atau ujrah dari
nasabah.
Untuk usaha dibidang jasa keuangan ini bmt dapat mengunakan akad-akad
sebagai berikut :
a. Wakalah (Perwakilan)
b. Kafalah (Penjaminan)
c. Hawalah (Pengalihan Piutang)
d. Sarf (Pertukaran mata uang)
e. Rahn (Gadai)
f. Jo’alah ( Pelayanan Special)
g. Kegiatan penting lain yang sangat besar potensinya adalah titipan ZIS. Situasi
saat ini kita menggambarkan kegiatan ini dengan istilah yang ringan,
“titipan”. Namun, jika masalah-masalah kelembagaan dan keagamaan dapat
diselesaikan secara melembaga dalam waktu dekat, maka titipan ZIS akan
merupakan potensi yang sangat luar biasa. BMT, yang juga dapat berperan
untuk mengefektifkan program pengentasan kemiskinan akan sangat
strategis dalam memanfaatkan dana ZIS untuk usaha-usaha (zakat)
produktif. Sehingga di suatu waktu, satu keluarga yang tadinya “penerima
zakat” (mustahiq) dapat berperan sebagai “pembayar zakat” (muzakki). Dan
BMT akan semakin canggih dalam memerankan dirinya untuk mengumpulkan
(andaikata hak itu diberikan) dan memanfaatkan dana ZIS untuk usaha-usaha
produktif.
Non Keuangan
BMT Tidak dibolehkan melakukan kegiatan usaha di luar kekgiatan keuangan salah
satu yang di bolehkan adalah pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha,
hal ini dilakukan sebagai upaya bagai BMT untuk memberikan jasaya layanan
kepada nasabahnyanya dalam rangka mengembangkan usahanya dihapkan
dengan adanya kayana ini anggota semakin berkembang usahanya dan akan
lancer dalam pengembalian pembiayaannya.
2. Untuk besaran Pembiayaan yang lebih besar dari itu Syariah membenarkan
mempersyaratkan jaminan (Q.s. Al-Baqarah: 283), namun analisa kelayakan usaha
harus menjadi pola kerja BMT yang melembaga.
Untuk mereka yang menganggap bunga adalah riba, mereka mengikuti ajaran al-
Qur’an,
“Wahai orang yang beriman bertaqwalah kamu pada Allah swt dan tinggalkanlah
sisa-sisa dari pada riba itu, jika benar kamu beriman. Maka jika mereka tidak
mau berhenti (daripada riba itu), maka beritahukanlah kepada mereka bahwa
Allah swt., dan Rasulnya akan memerangi mereka”. (QS. al-Baqarah; 278-279);
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan
(pahalanya) “(QS.ar Ruum;30);
c. Prinsip jual beli dapat dilakukan dengan membayar tangguh yaitu pada saat
benda yang diperjual belikan itu telah dimanfaatkan dan telah menghasilkan
Page
nilai uang untuk membayar sesuai jadual atas kesepakatan dan atas analisa
usaha yang dilakukan.
Tempat Usaha
Alamat atau kantor usaha BMT sebaiknya adalah pada tempat di lingkungan kegiatan-
kegiatan ekonomi para anggotanya, baik anggota penyimpan maupun anggota
pengembangan usaha atau penggunaan dana. Biasanya dekat pasar, dekat kegiatan
produksi dan perdagangan. Namun, banyak juga BMT menggunakan Masjid sebagai
kantor dan alamatnya. Hal itu akan membantu karena pengajian rutin antar anggota
pendiri, penyimpan dan nasabah pembiyanaan dilakukan di Masjid. Patut dicatat,
walaupun BMT menggunakan Masjid sebagai alamat atau kantor tetapi karena cara
kerja pengelolanya “menjemput bola”, kegiatan mereka banyak mengejar usaha di
tempat kegiatan para anggota/pelanggan baik dari segi simpanan maupun dari segi
Pembiayaan. Lokasi operasi BMT banyak juga ditempatkan di pasar atau di daerah
kegiatan-kegiatan ekonomi anggota yang menonjol.
Kunci Sukses
1. Pemilihan calon pengelola dan karyawan. Sebaiknya melalui seleksi & jauh dari
nepotisme, mereka yang baik; ‘aqidah lurus, komitmen pada pengembangan
69
70
Page
Dua.8
Ketika suatu BMT kemudian memilih suatu badan hukum yang dipilih berdasarkan
kebututuhan, maka dalam hal ini terdapat konsekwensi-konsekwensi yang harus
dipenuhi sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku. Pemilihan badan
hukum itu dilakukan sebagai upaya pengelola BMT untuk memperoleh izin
operasional dan izin prinsip pengelolaan BMT, dan sebagai wujud untuk membangun
kepercayaan dari calon nasabah dan calon investor, dan pemilihan badan hukum
juga untuk menjadikan lembaga sebagai subjek hukum yang berhak melakukan
kegiatan-kegiatan yang membawa akibat hukum.
Pemilihan bentuk badan hukum bisa mengacu pada dua undang-undang yaitu
undang-undang tentang lembaga keuangan mikro ( UU LKM) dan Undang-undang
No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Menurut UU LKM Pilihan badan Hukum
bisa memilih Perusahaan Terbatas ( PT ) dan Koperasi. Sedangkan menurut UU
Koperasi Badan Hukumnya adalah Koperasi.
Berikut adalah penjelan pilihan badan hukum yang bisa di pilih oleh BMT.
Dasar hukum yang digunakan adalah UU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian,
yang didalamnya mengatur tentang :
“Badan usaha yang beranggotakan orang seorang, atau Badan Hukum Koperasi,
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip Koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan azas kekeluargaan”.
Meskipun secara langsung watak sosial dalam pengertian tersebut tidak disebutkan,
namun dalam penjelasan umumnya menyatakan ” .....Dengan demikian Koperasi
akan merupakan organisasi ekonomi yang baik, demokratis, otonom, partisipatif dan
berwatak sosial.......”
71
Page
Dari pengertian yang terdapat dalam pasal 1 ayat 1 UU No. 25 tahun 1992 berikut
penjelasannya, dapat disimpulkan bahwa koperasi yang berlaku di Indonesia harus
merupakan:
a) Badan Usaha
Sebagai badan usaha koperasi harus dikelola dengan manajemen modern layaknya
organisasi ekonomi modern yang menggunakan motif-motif ekonomi. Tetapi
disamping itu dalam pennerapannya hendak pula memperhatikan watak sosial,
bukan berarti kedermawanan tetapi lebih menerangkan pada kedudukan anggota
dalam organisasi sebagai tujuan akhir untuk mensejahterakan anggota bukan
sekedar mencari keuntungan belaka tetapi tetap memperhatikan cara kerja Koperasi
yang demokratis, kesamaan derajat, kebebasan untuk keluar masuk keanggotaan,
persaudaraan dan kesatuan (Fraternity and Unity), pembagian sisa hasil usaha
kepada anggota secara proporsional dengan transaksi serta tolong menolong diri
sendiri (Self Help).
c) Azas Kekeluargaan
Azas kekeluargaan disini menunjuk pada adanya rasa persaudaraan dan kesatuan
diantara para anggota (Fraternity and Unity).
d) Prinsip Koperasi
Gerakan ekonomi koperasi Indonesia harus tunduk pada prinsip-prinsip sebagai
berikut: Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, Pengelolaan dilakukan secara
demokratis, Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas
terhadap modal, kemandirian, pendidikan dan kerjasama antar Koperasi.
Dari pengeritian koperasi diatas, maka koperasi indonesia memiliki ciri-ciri sebagai
berkut :
Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia
dan masyarakat;
4) Prinsip Koperasi
Prinsip Koperasi merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan berkoperasi. Dengan melaksanakan keseluruhan prinsip tersebut Koperasi
mewujudkan dirinya sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berwatak sosial.
Prinsip Koperasi ini merupakan esensi dari dasar kerja Koperasi sebagai badan usaha
dan merupakan ciri khas dan jati diri koperasi yang membedakannya dari badan
usaha lain, Prinsip Koperasi sebagai berikut:
c) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota;
Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-mata
berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam Koperasi tetapi juga berdasarkan
perimbangan jasa usaha anggota terhadap Koperasi. Ketentuan yang demikian ini
merupakan perwujudan nilai kekeluargaan dan keadilan
e) Kemandirian.
Modal dalam koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan anggota dan
bukan untuk sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu balas jasa terhadap
modal yang diberikan kepada para anggota juga terbatas, dan tidak didasarkan
semata-mata atas besarnya modal yang diberikan. Yang dimaksud dengan terbatas
adalah wajar dalam arti tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar.
6) Keanggotaan
Anggota Koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi. Sebagai
pemilik dan pengguna jasa koperasi, anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan
koperasi. Sekalipun demikian, sepanjang tidak merugikan kepentingannya, Koperasi
dapat pula memberikan pelayanan kepada bukan anggota sesuai dengan sifat
kegiatan usahanya, dengan maksud untuk menarik yang bukan anggota menjadi
anggota Koperasi. Keanggotaan koperasi dicatat dalam buku daftar anggota.
Yang dapat menjadi anggota koperasi ialah setiap warga negara Indonesia yang
mampu melakukan tindakan hukum atau Koperasi yang memenuhi persyaratan
sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Yang dapat menjadi anggota
Koperasi Primer adalah orang-seorang yang telah mampu melakukan tindakan
hukum dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh koperasi yang
bersangkutan. Hal ini dimaksudkan sebagai konsekuensi koperasi sebagai badan
hukum. Namun demikian khusus bagi pelajar, siswa dan/atau yang dipersamakan
dan dianggap belum mampu melakukan tindakan hukum dapat membentuk
Koperasi, tetapi koperasi tersebut tidak disahkan sebagai badan hukum dan
statusnya hanya Koperasi tercatat.
Koperasi dapat memiliki anggota luar biasa yang persyaratan, hak, dan kewajiban
keanggotaannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Dalam hal terdapat orang yang
ingin mendapat pelayanan dan menjadi anggota Koperasi, namun tidak ksepenuhnya
dapat memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar,
mereka dapat diterima sebagai anggota luar biasa. Ketentuan ini memberi peluang
74
bagi penduduk Indonesia bukan warga negara dapat menjadi anggota luar biasa dari
Page
a) Mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta keputusan yang
telah disepakati dalam rapat anggota;
b) Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi;
c) Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
7) Permodalan
Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Yang dimaksud
dengan modal sendiri adalah modal yang menanggung resiko atau disebut modal
ekuiti, Modal sendiri dapat berasal dari:
a. Simpanan pokok;
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan
oleh anggota kepada Koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok
tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
75
b. Simpanan wajib;
Page
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib
dibayar oleh anggota kepada Koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu.
Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih
menjadi anggota.
c. Dana cadangan;
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil
usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup
kerugian Koperasi bila diperlukan.
d. Hibah.
Hibang adalah pemberian tanpa syarat kepada koperasi, sumber hibag dapat
berasal darii anggota atau non anggoota.
e. Modal Pinjaman
Untuk pengembangan usahanya Koperasi dapat menggunakan modal pinjaman
dengan memperhatikan kelayakan dan kelangsungan usahanya. Modal pinjaman
dapat berasal dari:
• Anggota; pinjaman yang diperoleh dari anggota, termasuk calon anggota yang
memenuhi syarat.
• Koperasi lainnya dan/atau anggotanya; pinjaman dari koperasi lainnya dan/atau
anggotanya didasari dengan perjanjian kerja sama antarkoperasi.
• Bank dan lembaga keuangan lainnya; pinjaman dari bank dan lembaga keuangan
lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
• Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; penerbitan obligasi dan surat hutang
lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
• Sumber lain yang sah. Sumber lain yang sah adalah pinjaman dari bukan anggota
yang dilakukan tidak melalui penawaran secara umum.
Selain modal diatas, Koperasi dapat pula melakukan pemupukan modal yang
berasal dari modal penyertaan. Pemupukan modal dari modal penyertaan, baik
yang bersumber dari Pemerintah maupun dari masyarakat dilaksanakan dalam
rangka memperkuat kegiatan usaha Koperasi terutama yang berbentuk investasi.
Dasar hukum tentang penyertaan modal koperasi datur dalam Pemilik modal
penyertaan dalam koperasi ikut menanggung resiko. Pemilik modal penyertaan
tidak mempunyai hak suara dalam Rapat Anggota dan dalam menentukan
kebijaksanaan Koperasi secara keseluruhan. Namun demikian, pemilik modal
penyertaan dapat diikutsertakan dalam pengelolaan dan pengawasan usaha
investasi yang didukung oleh modal penyertaannya sesuai dengan perjanjian.
Ketentuan mengenai pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah No 33 tahun 1998 Tentang Modal
Penyertaan Pada Koperasi.
• Pengertian
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah selanjutnya disebut KSPPS adalah
koperasi yang kegiatan usahanya meliputi simpanan, pinjaman dan pembiayaan sesuai
prinsip syariah, termasuk mengelola zakat, infaq/sedekah, dan wakaf.
Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi selanjutnya disebut USPPS
Koperasi adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha meliputi simpanan,
76
Page
pinjaman dan pembiayaan sesuai prinsip syariah, termasuk mengelola zakat, infaq
/sedekah, dan wakaf sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan.
Usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah hanya dapat dilaksanakan oleh:
KSPPS dan USPPS Koperasi, sedangkan bentuknya bisa berbentuk KSPPS Primer dan
KSPPS Sekunder.
Unit simpan pinjam dan pembiayaan syariah hanya dapat dibentuk oleh koperasi primer
dan koperasi sekunder. Usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah koperasi wajib
memiliki visi, misi dan tujuan yang diarahkan untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan
ekonomi anggota sehingga tumbuh menjadi kuat, sehat, mandiri dan tangguh.
USPPS
(enam) bulan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah mulai beroperasi
dengan jumlah anggota paling sedikit 20 (dua puluh) orang.
Permodalan
• Modal usaha awal pada setiap pendirian KSPPS Primer dan KSPPS Sekunder
dihimpun dari simpanan pokok dan simpanan wajib anggotanya dan dapat ditambah
dengan hibah.
• Modal usaha awal KSPPS Primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dalam bentuk
deposito pada Bank Syariah dengan rincian sebagai berikut:
o modal usaha KSPPS Primer dengan wilayah keanggotaan dalam daerah
Kabupaten/Kotaditetapkan sebesar Rp 15.000.000,- (lima belas juta rupiah);
o modal usaha KSPPS Primer dengan wilayah keanggotaan lintas daerah
Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) daerah Provinsiditetapkan sebesar Rp
75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah).
o modal usaha KSPPS Primer dengan wilayah keanggotaan lintas daerah Provinsi
ditetapkan sebesar Rp 375.000.000,- (tiga ratus tujuh puluh lima juta rupiah).
• modal usaha awal KSPPS Sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
bentuk deposito pada Bank Syariah dengan rincian sebagai berikut :
o modal usaha KSPPS Sekunder dengan wilayah keanggotaan dalam daerah
Kabupaten/Kota ditetapkan sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah);
o modal usaha KSPPS Sekunder dengan wilayah keanggotaan lintas daerah
Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) daerah Provinsi ditetapkan sebesar Rp
150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah);
o modal usaha KSPPS Sekunder dengan wilayah keanggotaan lintas daerah Provinsi
ditetapkan sebesar Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
• Setiap pembentukan USPPS Koperasi Primer atau USPPS Koperasi Sekunder, wajib
menyediakan modal tetap yang dipisahkan dari aset koperasi, dalam bentuk deposito
pada bank syariah yang ditetapkan sebagai berikut :
78
o modal awal pembentukan USPPS Koperasi Primer sebesar Rp. 15.000.000,- (lima
belas juta rupiah).
Page
Kegiatan Usaha
• Kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah meliputi :
o menghimpun simpanan dari anggota yang menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah dengan akad wadiah atau mudharabah;
o menyalurkan pinjaman dan pembiayaan syariah kepada anggota, calon
anggota dan koperasi lain dan atau anggotanya dalam bentuk pinjaman
berdasarkan akad qarddan pembiayaan dengan akad murabahah, salam,
istishna, mudharabah, musyarakah, ijarah, ijarah muntahiya bittamlik, wakalah,
kafalah dan hiwalah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan syariah;
o mengelola keseimbangan sumber dana dan penyaluran pinjaman dan
pembiayaan syariah.
• Dalam pemberian pinjaman dan pembiayaan harus menggunakan dana yang berasal
dari pendanaan dengan prinsip syariah.
• Calon anggota koperasi dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan wajib
menjadi anggota koperasi.
§ Kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah dengan koperasi lain
dilakukan melalui kemitraan yang dituangkan dalam perjanjian tertulis dengan akad
sesuai prinsip syariah.
§ Kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah dilaksanakan berdasarkan
prinsip syariah dengan tata kelola yang baik, menerapkan prinsip kehati-hatian dan
manajemen risiko, serta mematuhi peraturan yang terkait dengan pengelolaan
usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah.
§ Usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariahdengan predikat penilaian kesehatan
“Dalam Pengawasan Khusus” dihentikan sementara kegiatan usahanya sampai dapat
memperbaiki struktur keuangannya.
§ KSPPS dan USPPS Koperasi dilarang melakukan kegiatan usaha pada sektor riil
secara langsung.
§ KSPPS sekunder dan Koperasi sekunder yang memiliki unit simpan pinjam
pembiayaan syariah dilarang memberikan pinjaman dan pembiayaan kepada
perorangan.
§ Koperasi wajib memiliki sistem informasi pelayanan anggota sebagai alat
pengendalian dan pengambilan keputusan.
§ Pengelola wajib merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan simpanan,
tabungan masing-masing penyimpan serta pinjaman dan pembiayaan syariah yang
disalurkannya, kecuali dalam hal yang diperlukan untuk kepentingan proses
pengawasan, peradilan dan perpajakan.
§ Pengurus dan Pengelola wajib memberikan kesempatan dan memberikan bantuan
kepada Pejabat yang berwenang untuk memeriksa buku, dokumen dan berkas-
berkas yang ada padanya dalam rangka memperoleh kebenaran dan segala
keterangan serta penjelasan yang dilaporkan oleh KSPPS dan USPPS Koperasi.
§ Koperasi wajib memasang papan nama pada kantor pusat dan kantor jaringan
usaha.
79
Simpanan
• Kegiatan menghimpun dana sebagaimana dalam bentuk simpanan.
• Pemberian nama produk simpanan koperasi merupakan wewenang pengurus setelah
mendapat pertimbangan Dewan Pengawas Syariah.
• Simpanan diberikan bagi hasil dan imbal jasa atau bonus yang besarnya ditetapkan
oleh pengurus.
• Perhitungan bagi hasil untuk simpanan yang menggunakan akad Mudharabah
berasal dari pendapatan operasional utama KSPPS atau USPPS koperasi .
• Perhitungan imbal jasa atau bonus yang bersifat sukarela untuk simpanan yang
menggunakan akad wadiah didasarkan kepada kebijakan operasional KSPPS atau
USPPS koperasi.
• KSPPS dan USPPS Koperasi wajib menjamin keamanan simpanan dan tabungan
anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya.
• Pelaksanaan pemberian pinjaman dan pembiayaan syariah oleh KSPPS dan USPPS
Koperasi wajib memperhatikan prinsip pemberian pinjaman yang sehat.
• Besarnya marjin dan nisbah bagi hasil serta besarnya imbal jasa atau bonus
ditetapkan dalam rapat anggota.
• Pemberian pinjaman dan pembiayaan syariah diutamakan untuk memenuhi
kebutuhan anggota.
• Pada transaksi akad musyarakah, KSPPS/USPPS Koperasi wajib melakukan
pembinaan kepada anggota untuk memisahkan antara harta pribadi dengan harta
yang digunakan untuk usaha.
• Dalam hal terdapat kelebihan dana setelah melaksanakan kegiatan pemberian
pinjaman dan pembiayaan syariah kepada anggota, calon anggota, koperasi lain dan
anggotanya, maka KSPPS dan USPPS Koperasi sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam anggaran dasarnya, dapat menempatkan kelebihan dana tersebut dalam
bentuk:
o Simpanan pada KSPPS sekundernya;
o Giro, tabungan pada bank syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya;
o Mengembangkan dana melalui sarana investasi lainnya meliputi pembelian saham,
obligasi, reksadana, surat perbendaharaan Negara dan investasi di sektor keuangan
berdasarkan prinsip syariah dengan persetujuan rapat anggota.
Kegiatan Maal
Perseroan Terbatas.
a. Ketentuan Umum
80
Page
• Untuk LKM yang memilih Perseroan Terbatas sebagai badan hukum maka
sahamnya paling sedikit 60% (enam puluh persen) dimiliki oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota atau badan usaha milik desa/kelurahan.
• Sisa kepemilikan saham Perseroan Terbatas tersebut diatas dapat dimiliki oleh:
o warga negara Indonesia; dan/atau
o koperasi.
• Kepemilikan setiap warga negara Indonesia atas saham Perseroan Terbatas
tersebut paling banyak sebesar 20% (dua puluh persen).
LKM dilarang dimiliki, baik langsung maupun tidak langsung, oleh warga negara
asing dan/atau badan usaha yang sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh warga
negara asing atau badan usaha asing.
b. Permodalan
• Sebelum menjalankan kegiatan usaha, LKM harus memiliki izin usaha dari
Otoritas Jasa Keuangan.
• Untuk memperoleh izin usaha LKM harus memenuhi persyaratan paling sedikit
mengenai:
Dua.9
Untuk memudahkan prosedur kerja dan pembagian tugas dalam mencapai tujuan
sebuah organisasi atau perusahaan, maka dibentuklah struktur organisasi yang
biasanya disesuaikan dengan kebutuhan kerja.
Sehubungan dengan beberapa jenis badan hukum yang bisa menjadi pilihan
dalam menyusun dan merumuskan struktur organisasi BMT, dimana setiap badan
hukum memiliki kekhasan dan peristilahan tersendiri, akan tetapi yang akan
menjadi focus dalam modul ini adalah pembahasan pada aspek atau struktur
pengelola bukan pada pengurus atau dewan direksi.
Peristilahan yang dipakai untuk koperasi forum tertinggi adalah rapat anggota
tahunan ( RAT) persamaan untuk PT adalah rapat pemegang saham dan untuk
yayasan biasanya rapat dewan pembina. Sedangkan untuk pengurus adalah
peristilahan di Koperasi dan yayasan untuk PT biasanya disebut dewan direksi.
RAT
MANAJER UMUM
PENGELOLA
Kasir
Mengacu pada sruktur organisasi BMT diatas, maka pada masing-masing tingkatan
diberikan uraian tugas sebagai fungsi masing-masing tingkatan dengan ciri sebagai
sebuah organisasi :
I. PENGURUS
A. RAT
RAT atau rapat anggota tahunan adalah forum tertinggi dalam organisasi
koperasi yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus
maupun pengawas oleh UU ini atau anggaran dasar. Adapun kewenangan
pembina adalah :
Tugas
Page
C. Pengawas
Tugas
1. Melakukan pengawasan terhadap kerja pengurus dengan pegangan pada
kebijakan umum dari RAT
2. Memberikan masukan dan nasehat kepada pengurus dalam rangka
operasional BMT.
D. Pengurus
Kewenangan :
Menerima mandat dari RAT, pengurus berwenang untuk memastikan jalan
tidaknya BMT dan membuat kebijakan umum serta mekukan pengawasan
pelaksanaan kegiatan BMT sehingga semuanya diharapkan pada pelaksanaanya
akan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Tugas-tugas :
1. Merumuskan dan menyusun kebijakan umum BMT
2. Merumuskan kebijakam operional yang merupakan penjabaran dari
kebijakam umum yang telah ditetpak oleh RAT
3. Melakukan pengawas kegiatan dalam bentuk
a) Melakukan pengawasan terhadap tugas manajer
b) Persetujuan pembiayaan untuk suatu jumlah tertentu
c) Memberikan rekomendasi prosuk-produk yang akan ditawarkan kepada
anggota supaya sesuai dengan etika norma yang disepakati.
II. PENGELOLA
A. Manajer Umum
Kewenangan :
Tugas-tugas :
• Mengerjakan Jurnal Buku Besar
• Menyusun Neraca dan Rugi Laba secara priodik
• Melakukan pengalokasian pendayagunaan dana
• Membantu manajer dalam hal pembuatan dan perumusan Arus Kas dan
Budgeting.
C. Bagian Prmbiayaan
a. Kewenangan
Melakukan kegiatan pelayanan kepada peminjam serta melakukan pembinaan
agar pembiayaan yang diberikan tidak macet
b. Tugas-tugas
(1) Menyusun rencana pembiayaan
(2) Menerima analisa pembiayaan
(3) Melakukan analisa pembiayaan
(4) Mengajukan pembiayaan kepada komite
(5) Melakukan administrasi pembiayaan
(6) Melakukan pembinaan nasabah/anggota
(7) Membuat laporan perkembangan pembiayaan
D. Penggalangan Dana
a. Kewenangan
Melakukan kengiatan pengerahan tabungan anggota/masyarakat sebagai
pembangkait modal LKMS
b. Tugas-tugas
(1) Menyusun rencana pengerahan tabungan
(2) Merencanakan produk-produk tabungan
(3) Melakukan analisa data tabungan
(4) Melakukan pembinaan nasabah/anggota
(5) Membuat laporan perkembangan tabungan
E. Kasir
Kewenangan :
Bartugas sebagai penerima dan juru bayar
Tugas-tugas :
§ Menerima/menghitung uang dan membuat bukti penerimaan
• Melakukan pembayaran sesuai dengan perintah manajer
• Melayani dan membayar pengambilan tabungan
• Membuat buku kas harian
86
Page
• Setiap akhir jam kerja menghitung uang yang ada dan meminta
pemerikasaan dari manajer
1. Pengurus
Pengurus terdiri dari 3- 5 orang , dengan struktur satu orang ketua, satu
sekretaris, satu bendahara dan sisanya anggota. Kualifikasinya adalah
orang yang mempunyai pengetahuan dan mengerti tentang seluk beluk
pengelolaan BMT . Pengurus adalah wakil dari RAT yang dipilih dan
diangkat oleh RAT .
3. Pengawas
Pengawas adalah orang yang diangkat oleh RAT dengan tugas utama
untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasehat baik diminta
ataun tidak kepada pengurus. Maka untuk orang yang duduk di pengawas
ini adalah orang yang mempunuai sifat amanah, serta mempunyai
pengetahuan dan keterampilan tentang pengelolaan BMT terutama
berhubungan dengan aspek akuntansi--- Audit, serta praktek muamalah.
A. Manajer Umum
C. Bagian Pembiayaan
E. Kasir
• Amanah dan jujur
• Senang dengan pekerjaan rutin
• Teliti dan cermat
• Disiplin
• Mampu menghitung dengan cepat dan cermat
Catatan : Bila pada saat awal pendirian pengelolanya terdiri dari tiga orang,
maka sangat disarankan sebagai berikut :
1. Manajer umum dapat dirangkap dengan manajer Pemasaran
2. Fungsi kasir dapat dipegang oleh Pemasaran
3. Fungsi pembukuan tidak boleh melaksanakan fungsi kasir.
Dalam rangka pengembangan struktur organisasi tersebut, berikut dibawah ini adalah
contoh perkembangan struktur organisasi yang kami ambil dari sebuah BMT yang
telah berkembang, struktur ini bukan suatu standar yang harus dipunyai oleh sebuah
BMT akan tetapi struktur ini dirangcang dengan mempertimbangkan fungsi kerja dan
penanganan pengelolaan organisasi agar lebih terkendali.
semerbak harap
yang bertebaran dibelantara rasa
ketika kesan pertama
mampu memberi arah
pada sebuah keputusan.
88
Page
Dua. 10
Pendahuluan..
BMT Sebagai sebuah organisasi koperasi dalam menjalakan seluruh aktivitasnya
tentunya memiliki aturan sebagai pedoman dasar dan rel dalam mencapai
tujuannya, pedoman itu merupakan kesepatakan bersama dengan tujuan untuk
mengatur jalannya organisasi yang sifatnya mengikat kedalam dan harus di tatati
oleh seluruh komponen dalam organisisai itu, pedoman dasar itu dalam sebuah
organisasi disebut dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
Angaran dasar dalam koperasi merupakan ketentuan yang diatur dalam uu no. 17
tahun 2012 tentang perkoperasian diatur dalam pasal 10 Ayat 1 menyatakan
bahwa “Akta Pendirian Koperasi memuat Anggaran Dasar dan keterangan yang
berkaitan dengan pendirian Koperasi.. “ Selanjutnya dalam ayat 2 nya dikatakan
Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat sekurang-kurangnya:
a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, tempat tinggal, dan pekerjaan pendiri
perseorangan atau nama, tempat kedudukan, dan alamat lengkap, serta
nomor dan tanggal pengesahan badan hukum Koperasi pendiri bagi Koperasi
Sekunder; dan
b. Susunan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, tempat tinggal, dan
pekerjaan Pengawas dan Pengurus yang pertama kali diangkat.:
Untuk pengaturan yang lebih operasional lagi tentang angaran dasar koperasiini
89
Pedoman Penyusunan
Pasal 10 Ayat 1 UU No, 17 tahun 2012 menyatakan bahwa “Akta Pendirian Koperasi
memuat Anggaran Dasar dan keterangan yang berkaitan dengan pendirian
Koperasi”. Sedangkan pasal 6 PP No. 4 Tentang persyaratan dan tata cara
pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar koperasi menyatakan
“Menteri memberikan pengesahan terhadap akta pendirian koperasi, apa bila sudah
90
kepentingan umum dan kesusilaan”. Dari ketentuan ini data disimpulkan bahwa
anggaran dasar mempunyai kedudukan yang sangat menentukan dalam pendirian
koperasi, khususnya koperasi yang mendapat pengakuan/pengesahan dari
pemerintah.
Tujuan Penyusunan
• Menunjukan adanya tata kehidupan koperasi secara teratur dan jelas, yang
merupakan bentuk kesepakatan para anggota koperasi, dan kedudukannya jelas
secara hukum, karena keberadannya diatur dalam UU no. 17 tahun 2012.
a. struktur organisasi;
b. kegiatan usaha;
c. modal dan keuangan;
d. manajemen.
a. modal sendiri;
b. modal pinjaman;
c. modal penyertaan.
Cara Penyusunan
• AD/ART koperasi oleh mereka yang akan mendirikan koperasi, atau yang ditunjuk
oleh anggotanya untuk mengubah AD/ART yang sudah disepakati sebelumnya.
• AD/ART di bahas dan diputuskan dalam rapat pembentukan Koperasi; pada saat
pendirian ( bagi koperasi yang baru berdiri) atau pada rapat pengesahan
perubahan AD/ART ( bagi koperasi yang sudah berdiri).
§ Isi atau materi yang dituangkan dalam AD/ART harus sesuai dengan tujuan
dan kepentingan ekonomi anggota yang bersangkutan.
§ Setiap ketentuan yang dituangkan dalam AD/ART harus dapat dimengerti
dan dilaksanakan oleh para naggotanya, pengurus dan pengawas serta
pengelola koperasi.
§ Mereka yang hadir dalam rapat pembentukan koperasi menyusun,
menyepakati dan menyetujui isi atau materi yang dituangkan dalam
anggaran dasar koperasi dan selanjutnya disahkan oleh rapat pembentukan
koperasi atau rapat pengesahan perubahan AD/ART koperasi. Apabila
dipandang perlu Rapat pembentukan koperasi sekaligus dapat menyusun
menyepakati dan menyetujui isi ART.
92
93
Page
Dua.11
P3B mencari modal awal atau modal perangsang sebesar Rp. 50 atau s.d.
100 juta agar BMT memulai operasi dengan syarat modal itu. Modal awal ini
dapat berasal dari perorangan, lembaga, yayasan, BAZIS, Pemda atau sumber
lainnya.
Jika calon pemodal-pemodal pendiri telah ada maka dipilih Pengurus yang
ramping (3 orang maksimal 5 orang) yang akan mewakili Pendiri dalam
mengarahkan kebijakan BMT. Pengurus mewakili para pemilik modal BMT.
P3B atau Pengurus jika telah ada mencari dan memilih calon pengelola BMT.
Melatih calon pengelola dan sebaiknya juga diikuti oleh setidaknya satu orang
pengurus dengan menghubungi Kantor Perwakilan PINBUK terdekat, Konfirmasi
ke PINBUK daerah atau langsung ke Pinbuk Pusat.
Pengelola BMT
1. Syarat untuk menjadi Pengelola BMT
Pengelola BMT adalah mereka yang bekerja penuh (sepenuh waktu dan hati)
untuk BMT. Syarat-syaratnya adalah;
Pada tahap awal diperlukan paling sedikit tiga orang pengelola BMT yang masing-
masing bertanggungjawab untuk mewujudkan kerjasama manajemen yang rapih
dan terpadu dengan pembagian tanggung jawab antara lain:
a. mengerahkan dan memobilisasi dana simpanan anggota, Pokusma, para
jamaah dan masyarakat sekelilingnya.
b. Pembiayaan kegiatan usaha-usaha anggota, Pokusma dan pembinaan pada
keberhasilan usaha-usaha anggota dimaksud, dan
c. Pembukuan, penataan administrasi, kelembagaan dan sumber daya manusia.
Di Kecamatan :
Pemrakarsa/Pengambilan inisiatif: Tokoh-tokoh masyarakat, alim ulama, atau
tokoh masyarakat lainnya bekerjasama dengan Bapak Camat dan Pimpinan
Kecamatan.
Struktur : Ramping
Penasehat :Tokoh-tokoh termuka dan tokoh-tokoh masyarakat paling
berpengaruh.
Panitia : Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris merangkap Bendahara.
Stuktur : Ramping
Penasehat : Tokoh-tokoh termuka dan tokoh-tokoh masyarakat paling
berpengaruh.
Panitia : Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris merangkap Bendahara.
3. Tugas Panitia
a. Permodalan :
• Mencari dukungan modal awal sebesar kurang lebih RP. 150 juta (atau lebih
untuk daerah perkotaan dan Rp. 100 juta atau lebih untuk daerah
perdesaan) yang dapat berasal dari: BAZIS, Yayasan tertentu, aghniya
tertentu di dalam Kecamatan itu, atau aghnia berasal dari Kecamatan itu
tetap sekarang berdomisili di luar, Pemerintah Daerah atau lainnya. Paling
ideal, dan paling baik jika modal awal ini (dinamakan Sertifikat Modal
Koperasi ) berasal dari urunan 20 – 44 orang para pendiri yang dicoba
identifikasi, diajak, dan digalang untuk bersedia menjadi pendiri dan
mengurun urunan modal awal BMT ini. Dari segi materi, penyertaan modal
para para pendiri ini, mendapat prioritas atau penghargaan yang lebih dari
Sisa Hasil Usaha (HSU), selain juga mendapatkan porsi SHU lainnya sesuai
dengan keterlibatannya dalam usaha-usaha BMT. Dari segi non-materi, para
pendiri BMT akan tercatat sepanjang masa, dan mulia lagi pasti akan dicatat
oleh para Malaikat sebagai pemula dalam berbuat baik (“muhsinin”), yang
96
akan diberikan ganjaran pahala berlipat ganda oleh Allah SWT baik di dunia
ini maupun di akhirat nanti, karena modal awal ini dimanfaatkan untuk
Page
maksud yang mulia memenuhi perintah Allah SWT (antara lain Q.s. Al Maa-
‘uun, Q.s. Al Balad, dll).
• Menjelang modal awal tersedia (telah ada gambarannya) dilakukan
persiapan pemilihan/seleksi Calon Pengelola untuk dilatih.
• Mempersiapkan sarana dan persiapan-persiapan untuk kemudiannya dapat
beroperasi.
• Sebelum beroperasi harus; menghubungi Kepala Kantor Departemen
Koperasi dan Pengembangan Pengusaha Kecil setempat jika para calon
pendiri (minimum 20 anggota) menginginkan badan hukum BMT ini
koperasi, dan kalau berbadan hukum PT menghubungi OJK.
• Dalam operasi awal ini dilakukan pemupukan modal selanjutnya dari
anggota pendiri dan anggota lainnya dalam bentuk sertifikat modal
koperasi.
• Mendata dan mendaftarkan potensi pemodal pendiri sampai dengan 20 –
44 orang, sedikitnya 20 orang.
• Mengadakan silaturrahmi dengan membagi kerja antar anggota Panitia dan
Penasehat (kalu perlu) mengajak beliau-beliau menjadi anggota pendiri.
• Bersepakat menjadi pemodal pendiri dengan masing-masing misalnya Rp.
500.000,- diangsur tiap awal bulan Rp. 100.000,- atau Rp. 50.000,- selama
5 atau 10 kali angsuran; atau diangsur dalam dua kali panen masing-
masing Rp. 250.000,- atau sesuai jadual lainnya yang disepakati (Lampiran
1).
• Angsuran ini ditagih tiap awal bulan oleh Pengelola BMT.
1). Panitia Persiapan telah terbentuk satu minggu setelah sosialisasi ini.
2) Jadual Kerja Panitia selanjutnya, misalnya:
97
e. Dengan restu dari tokoh paling berpangaruh itu, maka undanglah para sahabat
yang telah didaftarkan tadi 5 – 10 orang untuk mendiskusikan lebih lanjut
mengenai BMT ini dan kegiatan tindak lanjutnya. Sasaran pertemuan ini adalah
membentuk sebuah Tim atau Panitia Penyiapan Pendirian BMT (P3B) yang
ramping saja, misalnya 5 orang yang benar-benar punya waktu, bersemangat,
paling aktip, berprakarsa, dan bersedia serta mau bekerja mengelindingkan
kegiatan selanjutnya.
f. Pengurus dapat terdiri dari Ketua dan Wakil Ketua, Sekretaris dan Wakil
Sekretaris, dan Bendahara. Perlu sekali memilih Bendahara seorang tokoh yang
benar-benar dipercayai oleh masyarakat, belum pernah tercatat pengalaman
tercela untuk kepentingan umum sehingga orang tidak ragu-ragu menyerahkan
(sementara) dana untuk modal BMT ini. Jika diperlukan dapat menunjukan dan
meminta kesediaan Penasehat Tim yang terdiri dari tokoh-tokoh paling
berpengaruh dalam masyarakat itu.
g.1. jika di daerah itu ada Bank sebaiknya P3B membuka Rekening Bank atau
Simpanan Bank yang ditandatangani oleh Bendahara dan Ketua, yang
hanya bisa dicairkan bila ditandatangani bersama: ada dua tandatangan
itu.
g.2. berusaha mendapatkan modal awal Rp. 50 s.d. Rp. 100 juta, dan segera
menyimpan di Rekening Bank tersebut, berapapun adanya.
g.3. mencari calon-calon pendiri pemodal BMT berkisar 20 – 44 orang dengan
target mengumpulkan modal pendiri sekitar Rp. 150 juta rupiah untuk
wilayah perkotaan, Rp. 100 juta untuk wilayah perdesaan lebih banyak
lebih baik.
g.4. membuat pertemuan atau mendatangi calon-calon pendiri ini untuk
memintakan komitmen tertulis mereka dengan janji angsuran modal
awal itu.
Gunakan Form Lampiran 1.
g.5. jika jumlah calon pendiri dan jumlah komitment dana telah memadai,
segera mencari calon pengelola, yaitu lulusan S1 atau D3 yang selain
berkemampuan intelektual memadai, juga kuat landasan iman dan
akhlaknya, jujur, amanah dan aktif, dinamis, ikhlas, sabar, istiqomah,
dan berprakarsa, memiliki potensi untuk bekerjasama, mampu bekerja
purna waktu (sepenuh waktu dan hati). Yang bertempat tinggal di sekitar
lokasi itu akan lebih baik. Tenaga ini dimagangkan atau dilatih menjadi
tenaga pengelola profesional BMT. Tenaga ini perlu dipilih dan disetujui
oleh para Pengurus dan tunduk pada kebijaksanaan/kekuasaan
Pengurus.
g.6. untuk pelatihan tenaga pengelola segera menghubungi PINBUK
setempat atau langsung ke Pinbuk Pusat.
g.7. mempersiapkan legalitas hukum untuk beroperasi yang bisa
berbentuk dua hal :
Pertama, Berbentuk PT dengan inin Opersional dari OJK.
Kedua, Badan Hukum Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah
Secara sederhana proses dan langkah pendirian BMT dapat digambarkan sebagai
99
berikut
Page
Sertifikat Modal
Koperasi
Koperasi
Simpan Pinjam
Syariah atau
100
Page
Dua.12
YINBUK adalah LPSM, Lembaga Pengembang Swadaya Masyarakat yang dibentuk oleh
Ketua Umum MUI, Ketua Umum ICMI, dan Dirut BMI (Bank Muamalat Indonesia) dengan
akta notaris Ibu Leila Yudoparipurno, SH no. 05 tanggal 13 Maret 1995
Sasaran
Sasaran utama dari Yayasan PINBUK dapat dibagi dalam dua kategori :
101
♦ Usaha Kecil bawah (mikro) atau Usaha Mikro yaitu usaha dengan
besaran omset lebih kecil dari Rp. 50 juta pertahun, tanpa
mengenyampingkan.
♦ Usaha Kecil yaitu usaha dengan omset antara Rp. 50 juta sampai
dengan Rp. 500 juta pertahun.
Tiga.1
Pengertian fiqih berbeda dengan pengertian syariah. Syariah adalah agama atau hukum-
hukum yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad untuk mengatur kehidupan
manusia. Perbedaan yang paling mendasar antara fiqih dan syariah adalah syariah itu
berupa wahyu ilahy, sedangkan fiqih merupakan hasil ijtihad (tafsiran) manusia yang
ditafsirkan dari wahyu ilahy, berdasarkan pemahamannya tentang dimensi praktis dalam
syariah.
Ruang lingkup fiqih mencakup segala aspek kehidupan manusia, seperti sosial, ekonomi,
politik, hukum, dan sebagainya. Aspek ekonomi dalam kajian fiqih sering disebut dalam
bahasa arab, dengan istilah iqtishady. Iqtishady (ekonomi) adalah suatu cara bagaimana
individu-individu dan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan membuat
pilihan di antara berbagai alternatif pemakaian atas alat-alat pemuas kebutuhan yang
tersedia, sehingga kebutuhan manusia yang tidak terbatas dapat dipenuhi oleh manusia
dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas.
Fiqih ekonomi (fiqih iqtishady) dalam Islam, mencakup tentang aturan-aturan atau rambu-
rambu yang diperoleh dari hasil ijtihad manusia yang didasarkan pada wahyu Ilahi (Al-
Qur’an dan Al-Hadist), berkenaan dengan bagaimana manusia (individu-individu dan
masyarakat) dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dengan membuat pilihan-pilihan
dalam menggunakan sumber-sumber daya yang tersedia. Kajian fiqih ekonomi terfokus
pada bidang-bidang yang ada dalam ilmu ekonomi, yaitu peraturan mengenai hak milik
individu, teori produksi, teori konsumsi, dan berbagai prinsip-prinsip ekonomi yang ada di
dalamnya, seperti prinsip keadilan, prinsip ihsan (berbuat kebaikan), prinsip mas’uliyah
(pertanggungjawaban), prinsip kifayah (kecukupan), prinsip wasathiyah (keseimbangan),
prinsip waqi’iyah (realistis), prinsip kejujuran, dan sebagainya.
SUMBER-SUMBER FIQIH
Fiqih Islam secara umum berasal dari dua sumber utama, yaitu dalil naqly berupa Al-Qur’an
dan Al-Hadist, dan dalil aqly berupa akal (ijtihad). Penetapan sumber fiqih Islam ke dalam
tiga sumber, yaitu Al-Qur’an, Al-Hadist, dan akal (ijtihad) didasarkan pada hadist Rasulullah
yang diriwayatkan oleh Mua’dz bin Jabal, yaitu:
Diriwayatkan oleh Mua’dz bin Jabal, bahwa ketika ia mendapat mandat dari Rasulullah
sebagai duta ke Yaman, Rasulullah berkata kepadanya: “Bagaimana anda akan
memutuskan suatu hukum apabila diharapkan kepada anda suatu perkara?” Mua’dz
menjawab: “Saya akan berpedoman kepada kitab Allah Al-Qur’an”. Nabi bertanya:
103
kalau anda tidak menemukannya?”. Dan Muadz menjawab: “Saya akan berijtihad dengan
akal pikiran saya”.
Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah kitab Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan
bahasa arab yang memiliki tujuan kebaikan dan perbaikan manusia, yang berlaku di dunia
dan akherat. Al-Qur’an merupakan referensi utama umat Islam, termasuk di dalamnya
masalah hukum dan perundang-undangan. Sebagai sumber hukum yang utama dan
pertama, Al-Qur’an mesti dinomorsatukan oleh umat Islam dalam menemukan dan menarik
hukum suatu perkara dalam kehidupan. Ayat-ayat Al-Qur’an mesti didahulukan dalam
menjawab permasalahan-permasalahan yang muncul ke permukaan, karena dari segi
lafazh dan maknanya bersifat qath’iyyu al wuruud, yaitu tidak diragukan lagi keasliannya.
Umat Islam dilarang mengambil hukum dan jawaban atas problematika dari luar Al-Qur’an
selama hukum dan jawaban tersebut dapat ditemukan dalam nash-nash Al-Qur’an.
Al-Hadist.
Al-Hadist adalah segala yang disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik berupa perkataan,
perbuatan, maupun ketetapan. Al-Hadist merupakan sumber fiqih ke dua setelah Al-Qur’an
yang berlaku dan mengikat bagi umat Islam. Hal ini dipertegas Al-Qur’an dalam Surat Al-
Hasyr ayat 7, yaitu:
“Dan apa yang berasal dari Rasulullah maka ambillah, dan apa yang dilarang maka
tinggalkanlah, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah pedih siksanya”.
Fungsi Al-Hadist dalam sistematika hukum Islam ada tiga, yaitu: 1) Memperkuat apa yang
telah ditetapkan dalam Al-Qur’an, 2) Sebagai penjelas Al-Qur’an, yaitu merinci ayat-ayat
Al-Qur’an yang global, membatasi ayat-ayat yang mutlak, dan mengkhususkan ayat-ayat
Al-Qur’an yang bersifat umum dalam aplikasinya, 3) Menetapkan hukum yang belum diatur
di dalam Al-Qur’an.
Ijma’ adalah kesepakatan mujtahid terhadap suatu hukum syar’i dalam suatu masa setelah
wafatnya Rasulullah SAW. Suatu hukum syar’i agar bisa dikatakan sebagai ijma’, maka
penetapan kesepakatan tersebut harus dilakukan oleh semua mujtahid, walau ada
pendapat lain yang menyatakan bahwa ijma’ bisa dibentuk hanya dengan kesepakatan
mayoritas mujtahid saja. Sedangkan qiyas adalah kiat untuk menetapkan hukum pada
kasus baru yang tidak terdapat dalam nash (Al-Qur’an maupun Al-Hadist), dengan cara
menyamakan pada kasus baru yang sudah terdapat dalam nash, dikarenakan oleh
persamaan illat (kausa) hukum. Secara teknis penggunaan metode qiyas dimulai dengan
identifikasi illat hukum yang terdapat dalam nash, dilanjutkan dengan memastikan apakah
illat tersebut juga dimiliki oleh hukum baru yang tidak tersebut dalam nash, baru diambil
kesimpulan bahwa kedua kasus itu sama illat, dan dengan kesamaan illat itu disimpulkan
kesamaan hukum.
Maqashid syariah adalah tujuan-tujuan syariat dan rahasia-rahasia yang dimaksudkan oleh
Allah dalam setiap hukum dari keseluruhan hukumNya. Inti dari tujuan syariah adalah
“maslahah” atau manfaat. Keseluruhan produk hukum Islam adalah untuk kemaslahatan
dan manfaat bagi manusia. Kemaslahatan manusia ini oleh Imam Ghozali dirinci dalam
lima aspek kehidupan yang menjadi aspek pokok tujuan syariat. Ke lima aspek tersebut
adalah: 1) terpeliharanya agama, 2) terpeliharanya jiwa, 3) terpeliharanya akal, 4)
terpeliharanya keturunan, dan 5) terpeliharanya harta atau modal.
104
Dalam memelihara lima aspek pokok tujuan syariat di atas, ada dua metode yang
digunakan, yaitu pemeliharaan secara preventif, dan pemeliharaan secara pro aktif.
Page
Metode preventif berarti melestarikan dan memelihara lima aspek tersebut dengan
melarang perbuatan-perbuatan yang berakibat bagi kerusakan lima aspek tersebut, atau
dengan memberikan hukuman berupa sanksi bagi yang melanggar. Contoh dalam
pemeliharaan preventif ini adalah: sanksi bagi yang meninggalkan sholat (pemeliharaan
agama), larangan membunuh (pemeliharaan jiwa), larangan minum-minuman yang
memabukkan (pemeliharaan akal), larangan zina (pemeliharaan keturunan), larangan
makan harta orang lain secara bathil (pemeliharaan harta). Sedangkan metode pro aktif
dilakukan dengan cara memberikan perintah untuk mengerjakan amalan demi
terpeliharanya ke lima aspek pokok tujuan syariat. Contoh dalam pemeliharaan pro aktif
ini adalah: perintah sholat (pemeliharaan agama), perintah mengkonsumsi makanan yang
halal dan baik (pemeliharaan jiwa), perintah belajar (pemeliharaan akal), perintah nikah
(pemeliharaan keturunan), dan perintah bekerja (pemeliharaan harta).
Tujuan-tujuan syariah dalam ekonomi juga diatur dalam kaitannya dengan maqashid
syariah. Sebagaimana aspek-aspek lain dalam kehidupan masyarakat, dalam hukum-
hukum Islam yang mengatur perekonomian juga memiliki tujuan dan hikmah. Tujuan dan
hikmah dalam sistem ekonomi adalah: 1) Perputaran atau sirkulasi (al tadaawul), 2) Jelas
atau legal (al wudluuh), 3) Keadilan dalam harta (al adl fil al amwaal), 4) Terpeliharanya
harta dengan menghindarkan dari kedzoliman.
Dalam tujuan sirkulasi, hendaknya harta atau modal yang dimiliki seseorang mengalami
perputaran di tengah masyarakat dengan jalan infaq (belanja), baik infaq konsumsi,
produksi, investasi maupun donasi. Tujuan jelas dan legal, ditujukan agar harta atau faktor
produksi yang dimiliki oleh seseorang itu terhindar dari peluang adanya pertikaian dan
perselisihan, sehingga harta tersebut mesti jelas statusnya dan legal kepemilikannya.
Tujuan keadilan dalam harta adalah agar manusia menginfakkan harta tersebut melalui
konsumsi, produksi investasi maupun donasi, dan menghindarkan diri dari perbuatan
berlebihan atau infaq yang diharamkan oleh agama. Tujuan terpeliharanya harta dengan
menghindarkan dari kedzaliman adalah melarang orang lain mengambil atau berbuat
dzalim atas harta seseorang yang berakibat terjadinya kerusakan atau hilangnya harta itu.
Kegiatan ekonomi merupakan salah satu dari aspek muamalah dari sistem Islam, sehingga
kaidah fiqih yang digunakan dalam mengidentifikasi transaksi-transaksi ekonomi juga
menggunakan kaidah fiqih muamalah. Kaidah fiqih muamalah adalah “al ashlu fil
mua’malati al ibahah hatta yadullu ad daliilu ala tahrimiha” (hukum asal dalam urusan
muamalah adalah boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya). Ini berarti bahwa
semua hal yang berhubungan dengan muamalah yang tidak ada ketentuan baik larangan
maupun anjuran yang ada di dalam dalil Islam (Al-Qur’an maupun Al-Hadist), maka hal
tersebut adalah diperbolehkan dalam Islam.
Kaidah fiqih dalam muamalah di atas memberikan arti bahwa dalam kegiatan muamalah
yang notabene urusan ke-dunia-an, manusia diberikan kebebasan sebebas-bebasnya
untuk melakukan apa saja yang bisa memberikan manfaat kepada dirinya sendiri,
sesamanya dan lingkungannya, selama hal tersebut tidak ada ketentuan yang
melarangnya. Kaidah ini didasarkan pada Hadist Rasulullah yang berbunyi: “antum a’alamu
bi ‘umurid dunyakum” (kamu lebih tahu atas urusan duniamu). Bahwa dalam urusan
kehidupan dunia yang penuh dengan perubahan atas ruang dan waktu, Islam memberikan
kebebasan mutlak kepada manusia untuk menentukan jalan hidupnya, tanpa memberikan
aturan-aturan kaku yang bersifat dogmatis. Hal ini memberikan dampak bahwa Islam
menjunjung tinggi asas kreativitas pada umatnya untuk bisa mengembangkan potensinya
dalam mengelola kehidupan ini, khususnya berkenaan dengan fungsi manusia sebagai
khalifatul-Llah fil ‘ardlh (wakil Allah di bumi).
105
Efek yang timbul dari kaidah fiqih muamalah di atas adalah adanya ruang lingkup yang
sangat luas dalam penetapan hukum-hukum muamalah, termasuk juga hukum ekonomi.
Ini berarti suatu transaksi baru yang muncul dalam fenomena kontemporer yang dalam
Page
Dalam Islam, terdapat aturan yang jelas dan tegas mengenai obyek transaksi yang
diharamkan, seperti minuman keras, daging babi, dan sebagainya. Oleh karena itu
melakukan transaksi yang berhubungan dengan obyek yang diharamkan tersebut juga
diharamkan. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih: “ma haruma fi’luhu haruma tholabuhu”
(setiap apa yang diharamkan atas obyeknya, maka diharamkan pula atas usaha dalam
mendapatkannya). Kaidah ini juga memberikan dampak bahwa setiap obyek haram yang
didapatkan dengan cara yang baik/halal, maka tidak akan merubah obyek haram tersebut
menjadi halal.
Ada beberapa transaksi yang dilarang dalam Islam yang disebabkan oleh cara bertransaksi-
nya yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip muamalah, yaitu: tadlis (penipuan), ikhtikar
(rekayasa pasar dalam supply), bai’ najasy (rekayasa pasar dalam demand), taghrir
(ketidakpastian), dan riba (tambahan).
Tadlis. Tadlis adalah sebuah situasi di mana salah satu dari pihak yang bertransaksi
berusaha untuk menyembunyikan informasi dari pihak yang lain (unknown to one party)
dengan maksud untuk menipu pihak tersebut atas ketidaktahuan atas informasi tersebut.
Hal ini jelas-jelas dilarang dalam Islam, karena melanggar prinsip “an taraddin minkum”
(sama-sama ridlo). Informasi yang disembunyikan tersebut bisa berbentuk kuantitas
(quantity), kualitas (quality), harga (price), ataupun waktu penyerahan (time of delivery)
atas objek yang ditransaksikan.
Bai’ Najasy. Bai’ Najasy adalah sebuah situasi di mana konsumen/pembeli menciptakan
demand (permintaan) palsu, seolah-olah ada banyak permintaan terhadap suatu produk
sehingga harga jual produk itu akan naik. Hal ini biasanya terjadi dalam bursa saham
(praktek goreng-menggoreng saham). Cara yang bisa ditempuh bermacam-macam, seperti
menyebarkan isu, melakukan order pembelian, dan sebagainya. Ketika harga telah naik
maka yang bersangkutan akan melakukan aksi ambil untung dengan melepas kembali
barang yang sudah dibeli, sehingga akan mendapatkan keuntungan yang besar.
Taghrir. Taghrir adalah situasi di mana terjadi incomplete information karena adanya
ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi. Taghrir terjadi bila pihak yang
bertransaksi merubah sesuatu yang seharusnya bersifat pasti menjadi tidak pasti. Dalam
hal ini ada beberapa hal yang bersifat tidak pasti, yaitu kuantitas (quantity), kualitas
(quality), harga (price), ataupun waktu penyerahan (time of delivery) atas objek yang
ditransaksikan.
106
Riba. Riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis, baik transaksi hutang
piutang maupun jual beli. Riba dalam hutang piutang dimaksudkan untuk meminta
Page
kelebihan tertentu atas utang yang dipinjamkan pada saat awal transaksi (riba qard), atau
memberikan tambahan pembayaran atas utang yang tidak bisa dikembalikan pada waktu
jatuh tempo (riba jahiliyah). Riba dalam jual beli dikenakan atas pertukaran dua barang
sejenis dengan timbangan/takaran yang berbeda (riba fadl), atau memberikan tambahan
atas barang yang diserahkan kemudian (riba nasiah).
Setiap transaksi yang tidak sah/lengkap akadnya, maka transaksi itu dilarang dalam Islam.
Ketidaksah/lengkapan suatu transaksi bisa disebabkan oleh: rukun (terdiri dari pelaku,
objek, dan ijab kabul) dan syaratnya tidak terpenuhi, terjadi ta’alluq (dua akad yang saling
berkaitan), atau terjadi two in one (dua akad sekaligus). Ta’alluq terjadi bila kita
dihadapkan pada dua akad yang saling dikaitkan, di mana berlakunya akad pertama
tergantung pada akad kedua. Two in one terjadi bila suatu transaksi diwadahi oleh dua
akad sekaligus sehingga terjadi ketidakpastian (grarar) akad mana yang harus digunakan.
Akad adalah pertalian ijab (yang diucapkan salah satu pihak yang mengadakan kontrak)
dengan qabul (yang diucapkan pihak lain) yang menimbulkan pengaruh pada obyek
kontrak. Pertalian ijab dan qabul ini mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat,
yaitu masing-masing pihak dalam akad terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka
masing-masing sesuai dengan kesepakatan. Di dalam akad, terms and condition-nya sudah
ditetapkan secara rinci dan spesifik, sehingga bila salah satu atau kedua pihak yang terikat
dalam akad tersebut melakukan wanprestasi (tidak dapat memenuhi kebutuhannya), maka
ia/mereka akan menerima sanksi seperti dalam kesepakatan dalam akad.
Di dalam fiqih muamalah, konsep akad dibedakan dengan konsep wa’ad (janji). Wa’ad
adalah janji antara satu pihak kepada pihak lainnya, yang mengikat satu pihak saja, yaitu
pihak yang memberi janji berkewajiban untuk melaksanakan kewajibannya, sedangkan
pihak yang diberi janji tidak memikul kewajiban apa-apa terhadap pihak lainnya. Dalam
wa’ad, terms and condition-nya belum ditetapkan secara rinci dan spesifik, sehingga pihak
yang melakukan wanprestasi (tidak memenuhi janjinya), hanya akan menerima sanksi
moral saja tanpa ada sanksi hukum.
Akad dalam fiqih muamalah dibagi ke dalam dua bagian, yaitu akad tabarru’ dan akad
tijarah. Akad tabarru’ adalah segala macam perjanjian yang menyangkut transaksi yang
tidak mengejar keuntungan (non profit transaction). Akad tabarru’ dilakukan dengan tujuan
tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan, sehingga pihak yang berbuat kebaikan
tersebut tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan dari
akad tabarru’ adalah dari Allah, bukan dari manusia. Namun demikian, pihak yang berbuat
kebaikan tersebut boleh meminta kepada rekan transaksi-nya untuk sekedar menutupi
biaya yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan akad, tanpa mengambil laba dari
tabarru’ tersebut. Contoh dari akad tabarru’ adalah qard, wadi’ah, wakalah, rahn, hibah,
dan sebagainya.
Akad tijarah adalah segala macam perjanjian yang menyangkut transaksi yang mengejar
keuntungan (profit orientation). Akad ini dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan,
karena itu bersifat komersiil. Hal ini didasarkan atas kaidah bisnis bahwa “business is an
activity for a profit” (bisnis adalah suatu aktivitas untuk memperoleh keuntungan). Contoh
dari akad tijarah adalah akad-akad bagi hasil berupa mudharabah, musyarakah, dan
sebagainya, akad-akad jual beli berupa murabahah, salam, dan sebagainya, dan akad-
akad sewa menyewa berupa ijarah, ijarah muntahia bi at tamlik, dan sebagainya.
Kaidah fiqih yang berkaitan dengan konsep akad antara tabarru’ dan tijarah ada dua, yaitu:
107
1). Akad tabarru’ tidak boleh dirubah menjadi akad tijarah, dan 2). Akad tijarah boleh
dirubah menjadi akad tabarru’. Akad tabarru’ tidak boleh dirubah menjadi akad tijarah
memberi arti bahwa dalam setiap transaksi yang asalnya bermaksud untuk tidak
Page
mendapatkan keuntungan, kemudian setelah terjadinya akad ternyata pihak yang terkait
di dalamnya mengharapkan keuntungan dari transaksi tersebut, maka transaksi itu
dilarang. Hal ini didasarkan atas kaidah prinsip: “kullu qardhin jarra manfa’ah fahuwa riba”
(setiap qard yang mengambil manfaat adalah riba). Menggabungkan tabarru’ dengan
manfa’ah adalah kedzaliman karena melakukan suatu akad berlainan dengan definisi
akadnya, sehingga transaksi tersebut akan menimbulkan adanya riba nasi’ah. Hal ini juga
melanggar prinsip “la tadzlimuna wa la tudzlamun” (jangan mendzolimi dan jangan sampai
didzolimi).
Akad tijarah boleh dirubah menjadi akad tabarru’ memberi arti bahwa dalam setiap
transaksi yang asalnya bertujuan mendapatkan keuntungan, kemudian setelah terjadinya
akad pihak yang terkait di dalamnya meringankan/memudahkan pihak yang lain dengan
menjadikan akad tersebut menjadi akad tabarru’ (tanpa ada tambahan keuntungan), maka
transaksi itu dibolehkan, bahkan dalam situasi tertentu hal itu dianjurkan. Misalnya, terjadi
suatu akad jual beli antara si A dan si B, di mana si A menjual barang X kepada si B dengan
harga Rp. Y secara tangguh (dibayar pada suatu waktu yang ditentukan). Setelah
terjadinya akad, pada saat jatuh tempo (maturity time) ternyata si B tidak dapat membayar
hutang karena mengalami kesulitan ekonomi. Maka dalam kaidah fiqih, si A dibolehkan
atau bahkan dianjurkan memberikan keringanan/kemudahan bagi si B untuk memberikan
waktu tambahan dalam pembayaran hutangnya, atau kalau keadaan si A memang benar-
benar tidak dapat membayar, si B diharapkan untuk memberikan keringanan berupa
pembebasan hutang tersebut.
108
Page
Tiga.2
Pengantar …
Seperti telah dijelaskan dalam modul 7.1 bahwasannya islam merupakan agama
yang konprehensif yang mengatur kehidupan dalam bentuk ritual (ibadah)
mapupun kegiatan sosial (muamalah) yang bersifat universal. Sebagai sistem
universal dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat. Ketetuan muamalah
yang menjadi aturan ( rule of game) dalam menata kehidupan manusia tentunya
juga bersifat universal.
Beberapa konsep dan prinsip syariah yang diterapkan pada bidang ekonomi
khususnya lembaga keuangan tentunya harus mengacu dan sesuai dengan
aturan yanga telah digariskan dalam muamalah. Sehingga penerapan muamalah
memiliki sifat eternal, dimana dengan sifat ini dimungkinkan adanya sistem yang
dinamakan “thawabit wa mutagoyyirat” ( prinsip dan variable) dalam islam. Prinsip
dan konsep syariah ini menjadi landasan hukum ( syari’ah) dalam proses
operasional pengelolaan lembaga keuangan termasuk didalamnya BMT (baitul maal
wat tamwil).
Sedangkan yang dimaksun dengan akad adalah kontrak yang berisi ketentuan
dan syarat yang harus dipenuhi dan mendasasari hubungan atau transaksi
ekonomi antara para pihak yang terlibat dalam satu sistem termasuk didalamnya
sistem ekonomi. Untuk memudahkan dalam penggolongan prinsip dan akad serta
kemungkinan penerapannya dalam bentuk produk berikut dibawah ini, telah
109
Dalam beberapa literatur ada juga yang mengelompokan prinsip ini menjadi empat
kelompok besar yaitu simpanan, pinjaman, jual beli dan pembiayaan ( biasanya dipakai
dalam operasional BMT ), menurut pendapat ini pembiayaan yang kemudian dipecah
menjadi tiga yang disesuaikan dengan peruntukan dan sifat aliran dana kepada pihak ke-
3.
Dalam praktek opersional BMT seluruh prinsip dan akad diatas dirumuskan dan
dikembangkan dalam sebuah produk yang secara garis besar dapat digolongkan dalam
110
Manfaat Simpanan
1. Simpanan Bersyarat
b. Setoran Pokok
• Setoran Pokok dibayarkan oleh Anggota pada saat yang
bersangkutan mengajukan permohonan sebagai Anggota dan
tidak dapat dikembalikan.
• Setoran Pokok harus telah disetor penuh dengan bukti
penyetoran yang sah.
• Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara penetapan
Setoran Pokok pada suatu Koperasi diatur dalam Anggaran
Dasar.
• Besarnya simpanan sama untuk setiap anggota, cara
pembayaran dapat dibayar sekaligus atau diangsur. Selama
yang bersangkutan menjadi anggota BMT maka Setoran Pokok
tidak dapat diambil.
2. Simpanan Sukarela
•
dapat secara berangsur-angsur yang besarnya ditetapkan berdasarkan
kebijakan manajemen BMT dan dapat diambil sewaktu-waktu.
Page
Wadi'ah berasal dan akar kata wada'a yang berarti meninggalkan atau titip.
Sesuatu yang dititipi itu bisa harta, barang, uang maupun pesan atau
amanah
113
dititipi) yang harus dijaga dan dikembalikan ketika pihak yang memiliki
barang menghendaki.
b. Dasar hukum
AI-Qur'an :
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanah
(titipan) kepada yang berhak menerimanya." (QS. An Nisa (4) : 58)
Al-Hadits:
'Tunaikanlah amanah (titipan) kepada yang berhak menerimanya dan
jangan membalas khianat terhadap orang yang telah mengkhianatimu."
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
e. Rukun Wadiah
• Adanya barang yang diamanahkan
• Adanya yang memberi amanah dan menerima amanah
• ljab qabul
Dalam BMT akad ini dapat digunakan untuk produk simpanan wadiah
juga simpanan berjangka seperti produk simpanan wadiah haji atau
simpanan berjangka haji
Pengertian akad berserikat adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih dimana
masing-masing pihak mengikutsertakan modal (dalam berbagai bentuk; harta,
manajemen dan waktu) dengan perjanjian pembagian keuntungan yang
disepakati. Akad syirkah dibedakan atas:
• Al Musyarakah
• A Mudharabah
Dalam produk simpanan di BMT yang banyak dan sering diterapkan adalah
akad Mudharabah.
i. Pengertian:
Mudharabah berasal dari kata dharaba yang berarti mendorong,
memindahkan suatu benda dari suatu tempat ke tempat lain. atau
dharb yang berarti perjalanan
Al Qur’an :
Hadist
Hal lain yang senada diriwayatkan oleh Iman Darul Qutny dari perawi
perawi yang dapat dipercaya.
Dari suaib r.a. Bahwa Rasulallah SAW bersabda : Tiga perkara yang
didalamnya terdapat keberkatan (1) Menjual pembayaran secara kredit
(2) Muqaradhah ( nama laian dari mudharabah), (3) mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual (
HR. Ibnu Majah).
Ijma
Indikasi dari hadist ini apa bila menginveastasikan harta yatim secara
mudharabah sudah dianjurkan, apalagi mudharabah dalam harta
sendiri. Adapaun pengertian zakat disini adalah seandainya harta
tersebut diinvestasikan, maka xakatnya akan diambil dari return on
innvesment bukan dari modal. Dengan demikian harta amanat
tersebut senantiasa akan berkembang bukan berkurang.
dan dengan harta ini kalian berdua dapat membeli barang-barang di Irak
dan menjualnya di Madinah. Adapun keuntungan untuk kalian setelah
kalian mengembalikan modal awal ke Amirul Mu'minin". Abu Musapun
menulis surat ke Umar bin Khatab agar mengambil uang negara yang
dititipkan melalui kedua putranya tersebut. Sesampainya di Madinah dan
mendapatkan keuntungan dari dana titipan tersebut Abdullah dan
Ubaidullah menghadap ke Amirul Mu'minin dengan maksud
mengembalikan uang negara tersebut. Tetapi Umar terlebih dahulu
bertanya, Apakah semua tentara mendapat pinjaman?" Keduanya
menjawab, "Tidak!" Umar menanggapi dengan geram, "Karena kalian
putra khalifah maka kalian mendapat pinjaman, kembalikan modal dan
seluruh keuntungannya!" Mendengar bentakan ini Abdullah diam tersipu
sedangkan Ubaidillah berkata,"Wahai Amirul Mu'minin keuntungan itu
adalah milik kami sebab jikalau harta negara itu hilang atau rusak kamilah
yang akan menanggungnya. Umar kembali berkata,"Kembalikan modal
dan seluruh keuntungannya!"Abdullah masih terdiam, tetapi Ubaidillah
tetap berusa membujuk, berkatalah salah seorang shahabat yang sedang
berada di majlis Umar, "Wahai Amirul Mu'minin mengapa tidak kau jadikan
mudharabah saja? Umarpun menyetujui, maka diambilnya seluruh modal
dan setengah keuntungan sedang Abdullah dan Ubaidillah mendapat
setengah keuntungan yang tersisa.
Qiyas/Analogi
1. Modal
• Dinyatakan dalam nilai nominal yang jelas
• Dibayar secara tunai bukan piutang
• Langsung diserahkan kepada Mudharib (pengelola) untuk segera
memulai usaha
3. Resiko Usaha
• Bila terjadi kerugian maka seluruh kerugian akan ditanggung
117
1. Mudharabah Muthalaq
• Salah satu jenis mudharabah, dimana mudhorib diberikan hak
yang tidak terbatas untuk melakukan investasi oleh sahibul
maal.
• Unresticted fund
2. Mudharabah Muqayyadah
• Salah satu jenis mudharabah, dimana mudhorib dibatasi
haknya oleh sahibul maal untuk melakukan investasi oleh
sahibul maal.
• Resticted fund
•
• Jenis barang Uang Uang dan Uang dan barang
barang
Page
Berikut dibawah ini adalah contoh-contoh produk simpanan yang bisa dibuat dan
dipasarkan yang disesuiakan dengan kebiasaan dan perubahan pada masyarakah
sesuai dengan pangsa pasar yang menjadi target BMT dalam melaksanakan
strategi penggalangan dana.
a. Simpanan Yad Al-AMANAH, titipan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah untuk
disampaikan kepada yang berhak/mustahik.
b. Simpanan Yad Al-DHAMANAH, semacam giro di Bank, sewaktu-waktu dapat
diambil kembali oleh penyimpan.
pada-Mu
kutitipkan secuil asa
kau berikan selaksa bahagia
pada-Mu
120
Pengantar …
Pengertian Pembiayaan
Dalam UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pengertian pembiayaan
adalah :
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berupa:
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah,
tanpa imbalan, atau bagi hasil.
Dalam PP No. 9 tahun 1995 UU No. 25 tahun 1992 tentang pelaksanaan Usaha
Simpan Pinjam oleh Koperasi, pengertian Pinjaman adalah :
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Koperasi dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu disertai dengan sejumlah imbalan.
Sedangkan dalam BMT pengertian Pembiayaan sebenarnya belum ada yang baku,
hanya sebagai patokan dapat dijelaskan bahwa pengertian pembiayaan :
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam atau jual beli antara BMT dengan
121
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu yang dapat disertai dengan pembagian hasil keuntungan,
Margin , infaq atau imbalan yang apat dipersamakan dengan itu.
Page
1. Unsur Kepercayaan
2. unsur Waktu
3. Unsur Resiko
4. Unsur Penyerahan
5. Unsur Akad
Manfaat Pembiayaan
Pada prakteknya prinsip yang sering digunakan dalam BMT hanya terbatas pada
kerjasama, jual beli dan kebajikan. Pembiayaan dalam akad berserikat yaitu
Pembiayaan Mudharabah, dan Musyarakah. Pembiayaan dengan akad jual beli
yaitu Pembiayaan Bai’ Bitsaman ‘Ajil, bai salam, bai al istishna dan Murabahah.
Pembiayaan menggunakan prinisp kebajikan yaitu Qardhul Hasan. Yang
menggunakan prisip sewa adalah akad ijarah, bai altakjiri, sedangkan prinsip fee
diantaranya adalah kafalah, hawalah, wakalah dan jo’alah. Untuk memudahkan
pembagiaan dapat dilihat pada skema di bawah.
122
Page
Margin
1.1 AL MUSYARAKAH
Musyarakah adalah suatu perkongsian antara dua belah pihak atau lebih dalam
suatu perusahaan atau proyek dimana masing-masing pihak berhak atas segala
keuntungan dan bertanggung jawab atas segala kerugian yang terjadi sesuai
dengan penyertaannya masing-masing.
• Dasar Hukum
:
Page
Rakmat Allah SWT tercurahkan atas dua pihak yang sedang berkongsi
selama meraka tidak melakukan penghianatan, manakala berkhianat maka
bisnisnya akan tercela dan keberkatanpun akan sirna darinya. ( HR Abu
Daud, Baihaqi dan Al Hakam).
• Jenis Al Musyarakah
1. Syarikah amlak
2. Syarikah uqud
1. Syarikah Amlak
Syarikah amlak berarti eksistensi suatu perkongsian tidak memerlukan suatu
kontrak tetapi terjadi dengan sendirinya.
a. Amlak Jabr
Adalah terjadi suatu perjanjian perkongsian secara otomatis dan paksa
otomatis (tidak ada alternatif untuk menolaknya) yang berarti tidak
memerlukan kontrak untuk pembentukannya. Hal ini terjadi dalam
proses waris mewaris seperti dua orang bersaudara atau lebih menerima
warisan dari orang tua mereka.
b. Amlak ikhtiar
Terjadinya suatu perkongsian secara otomatis tetapi bebas yang berarti
adanya pilihan untuk menolak atau menerima. Contohnya dalam
perkongsian penerimaan warisan dari orang lain/pihak ketiga
2. Syarikah Uqud
Syarikah uqud berarti perjanjian perkongsian yang terbentuk karena adanya
suatu kontrak yang disepakati bersama. Bentuk syarikah ini dapat
diobedakan atas :
124
a. Inan
Syarikah inan sebagai bentuk perjanjian perkongsian yang dikenal juga
dengan limitted company, mempunyai kriteria sebagai berikut :
Page
Bentuk kerjasama ini dalam dunia perbankan dapat juga dalam bentuk
penyaluran kredit dimana bank secara sindikasi memberikan fasilitas
kredit. Dalam bentuk kredit tidak langsung dapat juga dalam bentuk
kredit tidak langsung seperti letter of credit.
b. Mufawadah
Perjanjian dalam bentuk mufawadah sedikit berbeda dengan syarikah
inan, dimana syarikah mufawadah mengharuskan :
• Adanya keidentikan dalam penyertaan modal dari setiap anggota
• Setiap anggota menjadi wakil dan kafil (guarantor) bagi partner
liannya. Untuk itu keaktifan semua anggota dalam pengelolaan
usaha menjadi suatu keharusan.
• Pembagian keuntungan dan penanggungan beban kerugian harus
berdasarkan atas besarnya modal masing-masing
c. Wujuh
Syarikah wujuh berbeda dengan bentuk syarikah yang sudah dijelaskan
diatas, karena pada syarikah wujuh pihak yang melaksanakan perjanjian
kerjasama tidak melibatkan unsur modal dalam bentuk dana hanya
mengandalkan wujuh (wibawa dan nama baik). Besarnya pembagian
keuntungan dan penanggungan kerugian dilakukan saecar negosiasi
diantara para anggota ysang melakukan kesepakatan.
Berdasarkan pengertian diatas syarikah wujuh dapat diterapkan dalam :
125
d. Abdan
Syarikah abdan sering juga disebut (syarikah A’mal adalah bentuk
kerjasama perkongsian anatar dua orang atau lebih yang mempunyai
jenis usaha yang sama atau saling berkaitan untuk mneima pesanan dari
pihak ketiga. Keuntungan dari pengerjaan pesananntersebut dibagi
berdasarkan negosiasi.
Bentuk perkongsian ini dapat kita temui dalam contoh usaha berikut ini :
• Beberapa penjahit bergabung untuk usaha bersama membuka toko
yang menerima pesanan jahitan dan mengerjakan pesanan secara
bersama
• Perkongsian antara arsitek, penata taman dan tukang bangunan
dalam suatu kontrak pengerjaan pembangunan rumah
• Rukun Musyarakah
Akad Mudharabah
Dasar hukum
Uraian tentang dasar hukum telah dibahas pada akad mudharabah bagian
simpanan hal 9-11.
Akad Muzara’ah
Pengertian
Secara Terminologi
Memberikan lahan pertanian kepada sipenggarap untuk ditanampi dan
dipelihara dengan imbalan bagian tertentu ( prosesntase) dario hasil panen.
Muzara’ah Vs Mukharabah
Muzara’ah : Benih dari pemilik lahan
Mukharabah : Benih dari sipenggarap
Dasar Hukum
126
Hadist
Page
Ijma
Berkata Bukhari : Telah berkata Abu Jafar tida ada stu rumah pun di
Medinah kecuali penghuninya mengolah tanah secara muzara’ah dengan
pembagan hasil 1/3 dan ¼ . Hal ini telah dilakukan oleh Syaidina Ali, Saad
bin Waqas. Ibnu Mas’ud, Umar bin Abdul Azis, Wasim, Urwah, keluarga Abu
Bakr dan kelurga Ali.
a. Aqid
b. Tanaman ( benih)
c. Tanah garapan
d. Tanaman yang dihasilkan
e. Tujuan Akad
f. Alat bercocok tanam
g. Waktu
Penjelasan
Dalam konteks ini Lembaga Keuangan Islam termasuk BMT dapat
memberikan pembiayaan bagi nasabah yang bergerak dalam bidang
pertanian atas dasar prinsip bagi hasil dari panen.
Akad Musyaqah
Pengertian
Secara Etimologi
Adalah salah satu bentuk penyiraman, Orang madinah menyebutnya dengan
mu’amalah. Akan tetapi lebih dikenal dengan musyaqah.
Secara Terminologi
Adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara’at dimana sipengagrap
hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai
imbalan maka si penggarap berhak mendapat atas ratio tertentu dari hasil
panen.
Dasar Hukum
Hadist
Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW pernah memberikan tanah dan
tanaman kurma di Khaibar kepada Yahudi untuk dipelihara, dengan
menggunakan peralatan dan dana sebagai imbalan mereka memperoleh
127
Ijma
Page
Telah berkata Abu Jafar Muhammad bin Ali Bin Husain bil Ali bin Abu Thalib
r.a. Bahwa Rasulullah SAW telah menjadikan penduduk khaibar sebagai
penggarap dan pemeliharaan atas dasar bagi hasil, hal ini dilanjutkan oleh
Abu Bakar, Umar dan Ali sampai keluarga mereka sampai hari ini dengan
ratio 1/3 dan ¼. Semua ini telah dilakukan oleh Khulafa Ar Rasyidin pada
zaman pemerintahannya. Ini berarti suatu ijma atau konsesnsus dari umat.
Syarat Musyaqah
a. Ahli dalah akad
b. Menjelaskan bagian pengagrap
c. Membebaskan pemilih dari tanaman
d. Hasil dari tanaman dibagi antara dua orang yang melakukan akad.
e. Sampai batas akhir.
Rukun Musyaqah
• Pengertian :
Pembiayaan bagi hasil dimana BMT sebagai pemilik dana dan anggota atau
mitra penerima pembiayaan bertindak sebagai pengelola atau yang
melakukan kegiatan usaha.
Antara BMT dan Mitra akan melakukan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan
nisbah dari pendapatan kotor yang ditentukan berdasarkan kesepakatan
antara kedua belah pihak. Dengan prinsip bagian terbesar adalah bagian
mudharib.
Apa bila terjadi kerugian, maka kerugian dalam bentuk uang akan
ditanggung oleh BMT, sedangkan anggota atau mitra kerja akan
menanggung kerugian dalam bentuk kehilangan usaha, nama baik dan
waktu.
• Penggunaan Pembiayaan
Penggunaan Pembiayaan dengan menggunakan akad ini, adalah untuk
keperluan produktif dengan tujuan modal kerja, seperti petani membutuhkan
bibit, pedagang membutuhkan barang dagangan, atau bahan baku.
128
Page
• Skema Pembiayaan
Akad Mudharabah
BMT
ANGGOTA
Ketrampilan
Usaha,
Pengembalian Dana Porsi
Manajemen
Pokok + Porsi Keuntungan
dan Waktu
Keuntungan
USAHA
2. Pembiayaan MUSYARAKAH (MSA)
• Pengertian
Adalah Pembiayaan modal kerja atau investasi yang mana BMT bertindak
sebagai pemberi modal usaha keseluruhan, pihak BMT dapat diikut sertakan
dalam proses manajemen (pengelolaan)
• Penggunaan Pembiayaan
Penggunaan Pembiayaan dengan menggunakan akad ini, adalah untuk
keperluan produktif dengan tujuan modal kerja. Dengan syarat utama
adanya keikut sertaan pihak pemeri dana dalam proses pengelolaan.
• Skema Pembiayaan
Akad Musyarakah
BMT
ANGGOTA
Dana Dana
Ketrampilan Ketrampilan
Pengembalian Usaha, Usaha, Porsi
Pokok + Porsi Manajemen dan Manajemen Keuntungan
Keuntungan Waktu dan Waktu
USAHA
• Pengertian
Page
Proses Pemindahan Hak milik barang atau asset lainnya dengan memperguna-
kan uang sebagai medium.
• Dasar Hukum
Al Quran:
Hai orang-orang yang beriman janganlah makan harta sesamanmu dengan jalan
yang btahil, kecuali dengan jalan pergiagaan yang berlaku dengan sukasama suka
diantaramu.
(Qs. An Nissa 4:29)
Al Hadits:
Dari Rafi' bin Khudaij, bahwa dikatakan, "Wahai Rasulullah, pekerjaan apakah yang
paling baik?" Rasulullah menjawab, "Pekerjaan orang dengan tangannya sendiri
(hasil karya sendiri) dan semua jual beli yang mabrur".
(Riwayat Ahmad dan Al Bazzar serta Ath Thabari, dari Ibnu Umar dengan sanad
perawi-perawi yang tsiqat).
Dari Said al Hudri bahwa Rassulullah SAW bersabda sesungguhnya jual beli itu
harus dialkukan dengan suka sama suka ( HR Baihaqi, Ibu Majah, dan Shahih
Menurut Ibnu Hibah).
Pedagang yang jujur dan benar berada disyurga bersama para Nabi, Sadiqin dan
Suhada ( Tarmidzi berjata hadist ini hasan).
Ijma Ulama:
Umat islam berkonsesnsus dalam keabsahan jual beli, karena manusia sebagai
anggota masyarakat selalu embtuhkan apa yang diahsilkan dan dimiliki oleh orang
lain. Oleh katrena itu jual beli adalah salah satu jalan untuk mendapatkannya secara
sah. Dengan demikian maka mudahlah bagi setiap individu untuk memenuhi
kebutuhannya.
Jual beli dianggap sah setelah memenuhi persyaratan dan rukun jual beli. Rukun
(persyaratan yang harus dipenuhi agar menjadi sah) dalam jual beli adalah :
1. Penjual
2. Pembeli
3. Barang yang dijual
4. Harga
5. Ijab Qabul (perjanjian/persetujuan)
a) Sempurna akal dan fikiran, cukup umur dan cakap (mengerti hukum)
b) Tidak terpaksa melakukan jual beli
c) Tidak dilarang melakukan transaksi muamalat
Untuk menjamin bahwa jual beli dilakukan tanpa paksaan maka perlu dituangkan
dalam bentuk perjanjian (ijab qabul) yang menunjukkan kerelaan kedua belah
130
• Syarat Barang
a. Barang yang hendak dijual harus ada pada waktu dilakukan akad walaupun
secara fisik tidak dihadirkan sewaktu akad (kecuali dalam bai as salam)
b. Penjual mempunyai wewenang (kuasa) untuk menyerahkan barang tersebut
kepada pembeli
c. Barang tersebut terdiri dari barang yang bernilai
d. Barang tersebut adalah jenis dan diketaui pihak pembeli pada waktu akad
sebelumnya
• Syarat Harga
Harga barang yang disepakati dalam jual beli haruslah memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
Serah terima tidak memenuhi syarat dalam jual beli, akan tetapi belum sempurna
transaksi jual beli jika belum dilaksanakan serah terima antara penjual dan
pembeli. Setelah serah terima dilaksanakan dan pembeli sudah memeriksa
bahwa barang tersebut tidak dalam keadaan cacat maka penjual memberikan ijin
kepada pembeli untuk membawa barang tersebut.
a. Al Musawamah
Merupakan jual beli yang biasa dilakukan, dimana penjual
memasang/menetapkan harga tanpa memberitahu berapa margin
keuntungan yang dibebankan kepada pembeli.
b. Al Tauliah
Yaitu menjual dengan harga beli tanpa mengambil keuntungan sedikitpun
seolah-olah sipenjual menjadikan pembeli sebagai walinya (tauliah) atas
suatu barang atau asset.
c. Al Murabahah
Ibnu Qudamah dalam bukunya mughni mendefisikan Murabahah adalah
menjual dengan harga asal ditambah dengan margin keuntungan yang
131
telah disepakati.
Page
Defisisi senada diberikan oleh Imam Ksani ( hanafi) dalam Bada’at Shanai
dan Ibnu Rushd dari Mazhab Maliki dalam Bidayatul Mujtahid.
Keterangan :
Beli Tunai
BMT SUPLAIER
Bayar
Tangguh Jual
Kirim Barang
ANGGOTA
d. Al Muwadhaah
Al Muwadhaah adalah menjual dengan harga lebih rendah dari harga beli
atau denagan kata lain merupakan kembalikan dari Al Murabahah.
Dasar hukum
Hadits riwayat Ibn Abaas
Page
a. Al Muqayadah
Bentuk jual beli ini merupakan bentuk dasar transaksi dimana barang
ditukar dengan barang yang dikenal dengan istilah barter.
b. Al Mutlaq
Bai Al Mutlaq merupakan jual beli yang biasa kita kenal, yakni barang
ditukar dengan uang.
c. Ash Sharf
• Pengertian :
Jenis jual beli ini adalah yang dikenal dengan “money exchange” atau
jual beli valuta asing dimana terjadi pertukaran uang dengan uang.
• Dasar hukum
Dari Ubadah bin Tsamit bahwa Rasulullah bersabda, “Emas harus ditukar
dengan emas, perak dengan perak, jelai dengan jelai, gandum dengan
gandum, korma dengan korma, garam dengan garam dalam takaran yang
sama dan tunai, apabila jenisnya berbeda maka tukarkanlah sesuka anda
asalkan dilakukan secara tunai” (HR. Jamaah kecuali Imam Bukhari).
Dengan merajuk kepada hadis tersebut sebagai dasar hukum jual beli
valuta asing harus dilakukan :
1. Tunai
2. Serah terima harus dilakukan dalam bentuk kontrak yang jelas.
3. Jika suatu mata uang ditukar dengan satu mata uang yang sama
(rupiah dengan rupiah) aka harus dalam jumlah yang sama dan
secara tuni.
4. Seandainya ditukar dengan mata uang yang lain (rupiah dengan
134
doalr) maka dapat dilakukan dalam jumlah yang berbeda asal secara
tunai.
Page
• Rukun
1. Penjual ( bai)
2. Pembeli ( Musytari’)
3. Mata uang yang diperjual belikan (sharf)
4. Nilai tukar (Si’rus sharf)
5. Ijab qabul ( sshigat)
Waktu merupakan unsur penting yang menentukan dalam nilai jual. Berapa
jenis jual beli yang berdasarkan waktu penyerahan barang/dana adalah
sebagai bukti.
a. Murabahah
• Pengertian
Pengertian dari jual beli adalah proses pemindahan hak milik/barang atau
asset dengan mempergunakan uang sebagai medium. Hukum jual beli
merupakan akad yang penting dalam ekonomi Islam.
• Dasar Hukum
Al Qur’an
Dari Suhaib r.a, Rasulullah bersabda bahwa “terdapat tiga perkara yang
di dalamnya ada keberkatan yaitu (1) menjual secara kredit, (2)
Muqaradah (nama lain dari mudharabah), (3) mencampur tepung dengan
Page
gandum untuk kepentingan rumah dan bukan untuk dijual” (HR Ibnu
Majah dari Kitab Subulussalam)
Bentuk usaha ini dapat diterapkan dalam proses pengadaan barang.
b. Bai as Salam
• Pengertian
Jual beli as Salam atau disebut juga dengan salaf merupakan kebalikan
dari jual beli Bai’ Bitsaman ‘Ajil. Dalam jual beli Assalam pembayaran
dilakukan secara tunai pada waktu perjanjian (advance paymant), tetapi
penyerahan barang ditangguhkan sampai waktu yang telah disepakati.
• Dasar hukum
Al-Qur,an
“Hai orang-orang yang beriman apabila kamu bertransaksi tidak secara
tunai untuk waktu yang tidak ditentukan hendaklah menuliskannya.”
Qs. Al Baqarah ayat 282.
Hadist riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf : “ perdamaian dapat dilakukan
diantara akum muslimin, kecuali perdamaian yang mengharamkan yang
halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum muslimun terikat
dengan syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram.
Ijma
Menurut Ibnul Munjir, ulama sepakat (ijma’) atas kebolehan jual beli
dengan cara salam. Disamping itu cara tersebut juga diperlukan oleh
masyarakat.
Pada dasarnya, semua bentuk muamalah bleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamakannya.”
Page
• Rukun As Salam
1. Pembeli (Muslam)
2. Penjual ( muslam ilaih)
3. Harga ( ra’sul maal as-salam)
4. Barang ( muslah fihi)
5. Ijab qabul ( Shigat).
2 Pembayaran dimuka
• Keterangan
c. Bai al Istishna
• Pengertian
Al Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemasanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemasan ( pembeli, mstashni’) dan penjual ( pembuat,
shani’).
• Dasar hukum
Hadist riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf : “ perdamaian dapat dilakukan
diantara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang mengharamkan yang
halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum muslimun terikat
dengan syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram.
• Rukun Istishna
1. Penjual / Penerima Pesanan (shani’)
2. Pembeli/Pemesanan (mustashni’)
3. Harga ( mashnu’)
4. Barang ( tsaman)
5. Ijab qabul ( Shigat).
• Keterangan
138
3. PRINSIP SEWA
IJARAH
• Pengertian
Ijarah adalah transaksi pertukaran hak guna atau manfaat atas barang atas jasa
dalam waktu tertentu melaui pembayaran upah/ sewa yang telah disepakati
bersama tanpa diikuti pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri.
• Dasar Hukum
Al Qur’an
“ Apakah meraka yang membagi-bagikan rakhmat Tuhanmu ? kami telah
menentukan antara merak penghidupan meraka dalam kehidupan, dan kami
telah eninggikan semebagian meraka atas sebagian yang alain beberapa derajat,
agar sebagian meraka dapatmempergunakan sebagaian yang alain. Dan
Rakhmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang meraka kumpulkan.
Qs. Az Zuhktuf (43) : 32
“ Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh yang lain, tidak dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah
kelapad Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Malihat apa yang meraka jkamu
kerjakan.
Qs. Al Baqarah (2) : 233
“ salah seorang dari meraka dari kedua wanita itu berkata. ‚ Hai ayahku !
ambilah ia sebagai orang yang bekerja ) pada kita), karena sesungguhnya orang
yang paling baik yang akmu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang
kuat lagi dipercaya.
Qs. Al Qashash (28) : 26
Hadist
Hadist riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda “ Berikan
upah pekerja sebelum keringatnya kering”
Hadist riwayat ‘Abd ar Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Said al Khudri, Nabi
SAW, bersabda : “ Barang siapa memperkerjakan pekerja, berikankah upahnya
139
Hadist riwayat Abu Daud dari Sa’ad Ibn Abi Waqqas, ia berkata “ Kami pernah
menyewakan tanah dengan ( bayaran) hasil pertaniannya, maka Rasulallah
Page
Hadist riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf : “ perdamaian dapat dilakukan
diantara akum muslimin, kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal
dan menghalalkan yang haram; dan kaum muslimun terikat dengan syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram.
Ijma
Ijma ulama tentang kebolehan melakukan akad sewa menyewa.
• Pembagian Ijarah
140
1. Ijarah Mutlaqah
Ijarah Mutlaqah adalah proses sewa menyewa yang biasa kita temui dalam
kegiatan perekonomian sehar-hari, pengeritian ini identik dengan definisi
diatas.
Keterangan :
Para ahli fiqih muslim membagi ijarah mutlaqah menjadi 2 kelompok :
a. Menyewa untuk jangka waktu tertentu
b. Menyewa untuk suatu proyek tertentu.
2. Pembayaran Ujrah
2. Pembayaran Tunai
Adalah suatu kontrak sewa yang diakhiri dengn penjualan. Dalam kontrak ini
pembayaran sewa telah diperhitungkan sedemikian rupa sehingga sebagian
padanya merupakan pembelian terhadap barang secara berangsur.
Keterangan :
141
Bentuk jaminan ini telah banyak dipakai oleh LKS di luar negeri dengan
sukses dalam bentuk ini LKS setelah membiayai pengimporan barang sesuai
dengan pesanan nasabah (secara murabahah) lamngsung menyewakannya
kepada nasabah untuk jangka waktu tertentu dan pada akhir pembayaran
semua nasabah memiliki asset tersebut.
2. Pembayaran Ujrah
Transaksi IMB
3. Musyarakah Muntasaqisah
Keterangan :
Akad-akad yang teramsuk dalam prinisp pengembilan Fee ini adalah sebagai berikut :
1. Kafalah
142
• Pengertian
Page
Yaitu jaminan yang diberikan oleh penanggung ( kafill) kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung ( makfuul
‘anhu, ashill)
• Dasar Hukum
Al Qur’an
Ijma
Ijma ulama tentang kebolehan melakukan akad kafalah.
• Penjenisan Kafalah
1. Kafalah bi an Nafs
Kafalah dengan jaminan dari diri sipenjamin
Keterangan :
BMT sebagai Jucidical Personality dapat memberikan jaminan untuk
maksud-maksud tertentu.
2. Kafalah bi an Mal
Adalah jaminan pembayaran barang atau berupa hutang
Keterangan
Bentuk kafalah ini merupakan bentuk kafalah paling luas, untuk
memberikan jaminan kepada para nasabahnya dengan imbalan fee
tertentu.
Keterangan
Hal ini dapat dilakukan antara BMT dengan perusahaan leasing terkait
atas barang sewaan pada akhir masa kontrak.
4. Kafalah Al Munazah
Adalah jaminan mutlak yang tidak dibatasi oleh kurun waktu tertentu
atau dihubungkan dengan maksud-maksud tertentu.
5. Kafalah Al Mualaqah
Bentuk kafalah ini merupakan penyederhanaan dari kafalah Al Munjazah
dimana jaminan dibatasi oleh kurun waktu tertantu dan tujuan-tujuan
terentu.
144
Keterangan
Page
• Skema Kafalah
1. Akad Kafalah
KAAFIL MAKFUL
2. Pelaksanaan Akad
OBJEK PENJAMINAN
(MAKFUL ALAIH)
3. Al Wakalah
• Pengertian
Adalah pelipahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal
yang boleh diwakilkan.
• Dasar Hukum
Al Qur’an
.... Maka suruhlah salah seorang diantara kamu pergi kekota dengan
membawa uang perakmu ini...
Qs. Al Kahfi : 19
.... Maka jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertaqwa
kepada Allah Tuhannya.... Q.s. Al baqarah (2) : 283
Hadist
Hadist riwayat Bukhari Muslim
Dikabarkan Rasulullah SAW telah mengutus Assaah untuk mengumpulkan
zakat, Urwah bin Umayah untuk menjadi wakil dalam pernikahan beliau SAW
dengan Umu Habibah binti Abi Sofyan, Abu Rafei dalam menerima
pernikahan Maimunah Binti Haris, dan hakim bin Hajam dikala membeli
ternak Qurban.
kepada beliau dengan cara yang kasar, sehingga para sahabat berniat untuk
”menaganinya”. Beliau bersabda, Biarkan ia, sebab pemilik berhak untuk
berbicara : ’ lalu sabdanya ‚ berikanlah (bayarkanlah) kepada orang ini unta
Page
Ijma
Konsensus umat islam membolehkan wakalah, bahkan memandangnya
sebagai sunnah, karena termasuk dalam ta’aun ( tolong-menolong) atas
dasar kebaikan dan taqwa, yang diperintahkan oleh Al qur’an dan hadist.
• Penjenisan
1. Wakalah al Mutlaqah
Wakala Al Mutlaqah mewaklkan secara mutlaq tanpa batasan waktu atas
urusan tertentu.
2. Wakalah Al Muqayyadah
Dalam kontrak ini pihak pertama menunjuk pihak kedua sebagai
wakilnya yang bertindak atas namanya dalam urusan tertentu.
Keterangan
Bentuk perwakilan ini dapat dipergunakan untuk nasabah dalam proses
pengimporan barang (L/C) melalui bank, Dalam kasus ini LKS Meminta
nasabah menyimpan dana pembelian dalam bentuk deposi untuk
kemudian bank sebagai wakil mendatangkan asset sesuai dengan
kriteria yang dikehendaki nasabah. Untuk ini bank berhak menerima Fee.
146
3. Wakaah Al Aamah
Adalah bentuk wakalah yang lebih luas dari al Muqayyadah tapi lebih
sederhana dari al mutlaqah.
Page
• Skema Wakalah
1. Akad Wakalah
MUWAKILl WAKIL
2. Pelaksanaan Akad
4. Hawalah
• Pengertian
Adalah akad pengalihan hutang dari satu pihak kepada pihak yang lain yang
wajib mananggung ( membayar)-nya.
• Dasar Hukum
Hadist
Hadist riwayat Bukhari muslim.
Dari Abu Hurairah r.a. bersabda Rasulullah SAW, menunda nunda
pembayaran bagi orang yang telah mampu adalah suatu kezaliman, apabila
salah seorang diantaramu diminta untuk dialihkan pembayaran hutangnya
kepada yang berkemampuan maka terimalah.
Ijma
Para ulama telah berkonsensus akan keabsahan hawalah karena ia
merupakan pemindahan hutang dan bukan barang.
Qiyas
Menurut metodologi hukum fiqih hawalah dapat dianalogikan dengan
kafalah.
Keterangan
c. Dapat dianggap sebagai nasabah
d. Dapat dianggap sebagai bank
e. Dapat dianggap sebagai mitra usaha nasabah.
1. Rukun hawalah adalah muhil, yakni orang yang berhutang dan sekaligus
berpiutang, muhal atau muthal yakni orang yang berpiutang kepada
muhil, muhal’ alaih yakni orang yang berhutang kepada muhil dan wajib
membayar hutangnya kepada muthal. Muhal bih, yakni hutang muhil
kepada muthal, dan shighat.
2. Pernyataan ijab qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukan kehendak meraka dalam mengadakan kontrak.
3. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespodensi, atau mengunkan
cara-cara komunikasi modern.
4. Hawalah dilaksanakan dengan persetujuan muhil. Muhal.muthal, dan
muhal’alaih.
5. Kedudukan dan kewajiban para pihak harus dinyatakan dalam aqad
secara tegas.
6. Jika transaksi hawalah telah dilakukan, pihak-pihak yang terlibat
hanyalah muthal, muhah’alaih dan hak penagihan kepada mullah ‘alaih.
• Penjenisan Hawalah
Berdasarkan jenis objeknya, hawalah terdiri dari :
a. Hawalah Ad-dain
Ialah hawalah dimana objeknya adalah hutang, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada skema dibawah ini.
1. Transaksi
MUHIL MUHAL
3. Dana Talangan
2.Akad Hawalah
2. Penagihan
MUHAL ALAIH
b. Hawalah Al-haq
Ialah hawalah dimana objek nya adalah piutang atau hak penagihan ,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema dibawah ini.
1.a Berhutang
MUHIL MUHAL
1.b Berhutang
MUHAL ALAIH
5. Joalah
• Pengertian
Joalah adalah suatu kontrak dimana pihak pertama menjanjikan imbalan
tertentu kepada pihak kedua atas pelaksanaan usaha atau tugas.
• Dasar Hukum
Al Qur’an
“ Penyeru-penyeru itu berseru :” kami kehilangan piala raja’ dan barang
siapa yangdapat mengembalikannya, akan memperoleh bahan makanan (
seberat) beban unta dan aku menjamin terhadapnya.
Qs. Yusuf (12): 72
Keterangan
Prinsip jo’alah dapat diterapkan pada LKS untuk melayani pesanan-pesanan
tertentu dari nasabah dan mengambil fee atasnya. Produk ini dapat pula
dipergunakan sabagai satu langkah dalam strategi pemasaran terutama
untuk bonus, hadiah dan aneka sayembara.
6. Ar Rahn
• Pengertian
Adalah menahan salah satu harta milik sipeminjam sebagai jaminan atas
harta yang diterimanya.
• Dasar Hukum
Al Qur’an
Maka jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertaqwa kepada
Allah Tuhannya....
Q.s. Al baqarah (2) : 283
Hadist
Hadist riwayat Buharai, ahmad Nasa’I dan Ibnu Majah
Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah membeli makanan dari seorang yahudi
dan menjaminkan kepadanya baju besi.
• Rukun Ar Rahn
1. Pihak yang mengadaikan ( raahin)
2. Pihak yang menerima gadai ( murtahin)
3. Objek yang digadaikan ( marhun)
4. Hutang ( marhun bih)
5. Ijab qabul ( sighat)
• Skema Ar Rahn
149
Page
MARHUN BIH 2.
(HUTANG) Pemberi Hutang
MURTAHIN RAHIN
1. Akad Transaksi
MARHUN
3. Penyerahan Marhun (BARANG)
Akad Lain
a. Katagori Gadai
Jenis barang yang dapat digadaikan hendaknya memenuhi syarat sebagai
berikut
• Merupakan benda bernilai menurut hukum syara’
• Sudah ada wajudnya ketika perjanjian terjadi
• Mungkin diserahkan seketika kepata murtahin.
Risiko dan kehilangan atau rusak barang gadaian menurut ulama Syaifi’yah
dan Hanabilah berpendapat bahwa murtahin ( penerima gadai) tidak
menanggung risiko apapun jika kerusakan atau hilangnya barang tersebut
tanpa kesengajaan. Sedangkan ulama Hanafi berpendapat, murtahin
menanggung resiko sebesar sebesar harga minimum, dihitung mulai waktu
diserahkannya barang kepada murtahin sama hari rusaknya atau hilangnya
barang.
e. Pemanfaatan barang gadai
Pada dasarnya barang gadai tidak dapat dimanfaatkan baik oleh pemilik
ataupun penerima gadai. Hal ini karena status barang sebagai jaminan
utang dan amanat penerimanya. Namun apa bila mendapat ijin dari masing-
masing pihak maka barang tersebut dapat dimanfaatkan, dan hasil dari
pemanfaatan itu adalah milik bersama, pemanfaatan ini bertujuan agar harta
tidak mubazir.
Sedangkan variasi bentuk akad yang dapat dilaksankan dalam gadai adalah
sebagai berikut :
setelah barang itu ditaksir oleh tim penaksir. BMT sebagai murtahin juga
akan mendapat fee atas gadai barang tersebut berdasarkan untuk biaya
pemeliharaan dan biaya administrasi.
Page
5. Margin
DISTRIBUTOR
1
Murtahin 2
Rahin 5
7 6
Akad lain
152
Keterangan :
Page
1 = Y % Bagian Murtahin
2 = Aliran Modal
3 = Akad Rahn
4 = Hutang dan jasa
5 = Skill
6 = X % Bagian Rahin
7 = Barang
4. Fee/ Infaq
1. Akad Rahn
Murtahin Rahin
Marhun
5. PRINSIP KEBAJIKAN
• Pengertian
Qordhun = pinjaman, pemberian
153
Al-Hasan = baik,bajik
Page
Dana Qardhul Hasan ini dapat diambil dari dana ZIS maupun dana pihak ke tiga
yang siafatnya ZIS atau Qardhul Hasan pula, karena sanagat ditekankan dan
disarankan bagi anggoata untuk mengeluarakan infaq dan shadaqahnya.
Pengembalian dana Qurdhul Hasan ini bisa jatuh tempo ataupun dicicil sesui
dengan kesepakatan. Pembiayaan Qardhul Hasan biasa disebut dengan pinjaman
kebajikan,atau pinjaman satu banding satu.
• Dasar Hukum
Al Quran :
“Barang siapa yang memberikan pinjaman yang baik kepada Allah, makan Allah
akan melipatgandakan pembayarannya dengan berkali-kali lipat. Dan Allah
menyempitkan rizki sebagian orang dan melapangkan kepada kepada sebagian
yang lain. Dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”.
Surat Al Baqarah (2): 245
Hadist
Dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah SAW telah bersabda:
“Tidak seorang muslim meminjamkan 2 kali, kecuali sama baginya dengan
memberi sekali” (Hadits terdapat dalam shahih Ibnu Hibban)
• Rukun Produk :
1. Peminjam (muqtaridh)
2. Pemberi pinjaman (muqridh)
3. Pinjaman (qord)
4. Ijab kabul (Shighah)
1. Akad
MUQRID MUQTARID
Pembiayaan
Mudhorobah Musyarakah Murabahah Qordul Hasan
Aspek
• Primsip syariah Bagi hasil Bagi hasil Margin Kebajikan
• Sumber Modal Uang tunai Uang tunai + harta Uang tunai Uang tunai
nilai dalam uang
• Pengelola/ Anggota Anggota + BMT Anggota Anggota
manajemen
• Pembagian % kesepakatan % kesepakatan Tidak Tidak ada atau
Keuntungan bonus
• Resiko BMT BMT + Anggota Anggota BMT
• Waktu • Sesuai perjanjian • Sesuai perjanjian • Sesuai perjanjian • Jangak
pengembalian • Jangka • Jangka pendek • Jangka pendek pendek
pendek/menengah /menengah/panjang /menengah/panjang
• Cara Angsur Angsur Angsur/Jatuh Tempo Angsuran/jatu
pengembalian h tempo
• Agunan Tdak disyaratkan Jika perlu Jika perlu Jika perlu
Namun demikian masih banyak bentuk akad dalam transaksi sistem ekonomi syariah.
Hal ini juga perlu kita ketahui sebagai wawasan dan ilmu pengetahuan, walaupun
BMT belum banyak diterapkan.
155
Page
tiga.3
Pengantar …
Salah satu kewajiban yang harus diberikan oleh LKMS/BMT kepada nasabah
atau anggotanya adalah pemberian bagi hasil terhadap simpanan yang diterima
oleh LKMS/BMT. Untuk melaksanakan kewajiban tersebut diperlukan suatu
konsep tertentu yang kemudian dalam pemberian kewajiban tersebut yang
merupakan hak anggota supaya adil dan tidak bertentangan dengan konsep
syariah.
Konsep yang dipakai dalam proses pelaksanaan kewajiban ini adalah konsep bagi
hasil yang tentunya harus disesuaikan dengan akad yang digunakan dalam
setiap produk simpanan yang dikeluarkan oleh setiap LKMS/BMT.
Sebelum kita membahas secara detil langlah dan proses penghitungan bagi hasil
simpanan tersebut alangkah lebih baiknya kalau kita membahas prinsip yang
mendasari dan prinisp ini harus dilaksanakan sebagai upaya dalam pelaksanaan
konsep syari’ah yang mendasari pelaksanaan konsep bagi hasil simpanan
tersebut
Pengertian
1. Prinsip adalah sesuatu (hal) yang harus ada dalam proses pelaksanaan
kegiatan atau pekerjaan dan apabila kurang atau tidak ada akan mengurangi
nilai atau eksistensinya.
2. Bagi hasil adalah tata cara pembagian hasil usaha antara pemilik dana
(shohibul maal) dengan pengelola (mudharib) dalam kegiatan kerjasama
“syirkah”
SWT.
1. Keadilan
2. Peningkatan prestasi
3. Kebersamaan dan tolong menolong
4. Keterbukaan
5. Tanggungjawab
6. Pemenuhan rukun dan syarat
1. Keadilan
a. Adanya keseimbangan/kesetaraan antara pemilik modal di satu pihak
dengan ukuran sejumlah dana dan pengelola dan di pihak lain dengan
ukuran kemampuan mengelola yang ditunjukkan dengan kelayakan
usaha, prospek usaha atau proposal.
b. Adanya kesetaraan dimaksud adalah adanya sikap masing-masing pihak
dalam menghadapi usaha yang menjadi materi/tujuan kerjasama dalam
arti tidak ada yang merasa lebih berkuasa atau lebih berhak.
c. Adanya keseimbangan dalam pembagian hasil dalam pengertian bahwa
nisbah bagi hasil yang disepakati seimbang dengan kontribusi
dana/modal dan manajemen.
2. Peningkatan prestasi
a. Adanya masing-masing pihak senantiasa mengutamakan perhatiannya
dalam rangka peningkatan kinerja usaha, dimaksud adalah bahwa
masing-masing mendapatkan keuntungan (bagi hasil) yang layak kepada
peningkatan kinerja usaha sebagai proses awal.
b. Memperhatikan peningkatan kualitas sumberdaya merupakan langkah
selanjutnya.
c. Mengutamakan keuntungan melalui sebuah proses yang rasional dan
adil.
4. Keterbukaan
a. Adanya kejujuran dam kondisi perkembangan usaha
b. Adanya penerapan manajemen terbuka sehingga pihak pemilik dana
dapat melakukan koreksi seperlunya.
c. Adanya perencanaan yang diketahui kedua belah pihak dengan tujuan
agar dapat diketahui adanya kesinambungan antara rencana dan
realisasi.
5. Tangung Jawab
157
Proses penghitungan bagi hasil dalam prakteknya terdapat dua mekanisme yang
biasa digunakan yaitu :
1. Profit Sharing adalah perhitungan bagi hasil yang didasarkan kepada hasil
net ( bersih) dari total pendapatan setelah dikurangi biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
2. Revenue Sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarjan kepada total
pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang
telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
Contoh :
Dalam aplikasi LKS pada umumnya dapat menggunakan sistem profit sharing
maupun revenue sharing tergantung pada kebijakan masing-masing lembaga.
Akan tetapi untuk memenuhi syarat keadilan maka penggunaan mekamisme ini
harus sama antara penerapan pada bagi hasil simpanan dan bagi hasil
pembiayaan terutama yang menggunakan praktek mudharabah. Pada
kebanyakan LKS di Indonesia mengunakan revenue sharing untuk
mendistrbusikan bagi hasilnya pada pemilik dana ( deposan).
Dengan menggunakan dua akad dan dua mekamisme tersebut diatas dan untuk
memudahkan dalam pengklasifikasian produk-produk simpanan yang terdapat
dalam BMT secara garis besar dapat digolongkan dalam 3 golongan yaitu :
Berikut dibawah ini akan kita bahas proses perhitungan bagi hasil simpanan
berdasarkan pengklasifikasian jenis produk diatas.
158
Page
a. Untuk investasi = 40 %.
b. Untuk dibagikan kepada anggota = 30 %
c. Untuk bagian Pengurus = 10 %
d. Untuk bagian pengelola = 10 %
e. Untuk peningkatan SDM BMT = 5%
f. Untuk pembangunan daerah sekitar = 5%
2. Cari juga total Sertifikat Modal Koperasi , simpanan wajb dan Setoran Pokok
pada kurun waktu yang akan kita hitung bagi hasilnya, bisa dapat dilihat
dari laporan keuangan lembaga terakhir.
Contoh, misalnya pada akhir tahun dari laporan keuangan per 31 Desember
BMT Shofwah diperoleh data sebagai berikut:
3. Cari juga jumlah sisa hasil usaha sesuai dengan kurun waktu yang akan kita
hitung bagi hasilnya.
Contoh dari laporan keuangan terakhir per tgl 31 desember didapat data :
Contoh:
Misalkan seorang anggota bernama Triana dengan No. Rek/anggota :
97.01.356, dengan rincian sebagai berikut :
5. Dari data diatas, kita dapat menghitung berapa SHU yang diterima oleh
seorang anggota bernama Triana dengan No. Rek/anggota :
97.01.356, dengan rincian sebagai berikut :
Untuk memudahkan proses penghitungan maka setiap data yang ada kita
berikan inisial masing-masing dengan huruf yang ada dalam kurung.
= 13.089.400 X 1.825.200,00
160
13.089.400,00 + 13.136.400,00
Page
= 13.089.400 X 1.825.200
26.235.800
= 924.087,95 (I)
= AXI
D
= 500.000 X 924.087,95
13.089.400
= 9.097.000 X 1.852.200
13.136.200 + 13.136.400
= 9.097.000 X 1.825.200
26.235.800
= 928.112.05 (K)
= 1058,87
3. Bagi hasil yang diberikan akan dikreditkan pada buku simpanan milik
penyimpan
4. Penghitungan ini menggunakan prinsip bagi hasil dengan menggunakan akad
mudharabah.
Tidak ada perbedaan khusus antara cara penghitungan untuk simpanan berjangka
ataupun biasa, yang membedakan keduanya hanya pada kesepakatan nisbah yang
ditentukan, biasanya nisbah untuk simpanan berjangka bagian untuk penyimpan
relatif lebih besar jika kita bandingkan dengan simpanan mudharabah biasa. Dan
proses penghitungan dilakukan secara bersamaan diantara keduanya dan
pencatatannya dilakukan berdasarkan besarnya nisbah yang akan dicatatkan
setiap bulannya.
Langkah-langkah Penghitungan
1. Penghitungan Saldo Rata-Rata Harian (SRRH) setiap penyimpan;
• SRRH = WXS
H -1
Keterangan :
W = Jangka waktu mengendapnya dana dalam hari
S = Jumlah saldo pada hari yang bersangkutan
H = Jumlah hari dalam bulan bersangkutan
1 = Konstanta untuk hari pertama penyimpan
Contoh :
Dari data yang terdapat dalam BMT Shofwah dapat dilihat sbb:
Triana
Jl. Tenjolaya no. 24 Garut
= 10.700.000 = 368.965,52
29
Proses penghitungan saldo rata-sata setiap bulan untuk lebih memudahkan dan
mencakup semua jenis simpanan bisa mengunakan model tabel penghitungan
saldo rata-rata dibawah ini :
Tgl.
Diisi dengan jenis simpnan ( produk) penyimpan dan pemodal
A B C D E F G H
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Jml
Saldo
Rt-rt
Contoh:
Misalnya: BMT Shofwah mempunyai beberapa produk simpanan, diantaranya:
Sukarela Biasa :
a. Sijari (Simpanan Pelajar Islam ) Nisbah 80 : 20 Jumlah SRR (B)
b. Sikeris (Simpanan Keluarga Islam Nisbah 75 : 25 jumlah SRR (C)
163
a. Shofwah Invest
Satu Bulan Nisbah 75 : 25 Jumlah SRR (D)
Tiga Bulan Nisbah 73 : 27 Jumlah SRR (E)
Enam Bulan Nisbah 70 : 30 Jumlah SRR (F)
Satu Tahun Nisbah 68 : 32 Jumlah SRR (G)
Yang dimaksud dengan SRR Pemodal adalah modal BMT yang turut serta atau turut
digulirkan dalam proses pembiayaan yang dilakukan oleh BMT kepada mudhorib.
Untuk memperoleh informasi tentang berapa nilai jumlah SRR Pemodal tersebut kita
bisa mendapat informasi dari laporan keuangan, yang lazimnya unsur-unsur pemodal
itu adalah unsur-unsur modal BMT. Dalam pengambilan informasi tersebut hendaknya
berpatokan pada bulan atau periode yang sama dengan proses penghitungan bagi
hasil simpanan.
Karena dalam unsur-unsur modal dalam setiap BMT relatif tidak mengalami perubahan
dan untuk memudahkan penghitungan maka jumlah nominal yang terdapat dalam
laporan dianggap sebagai SRR Pemodal. Tapi apabila ingin lebih teliti maka setiap
perubahan kita masukan dan kita jumlahkan seperti kita menghitung SRR Penyimpan
terutama bagi simpanan Wajib dan BMT-BMT yang menerapkan ketentuan cicilan bagi
Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi .
Lazimnya dalam setiap BMT unsur-unsur modal BMT biasanya akan dapat dengan
mudah menemukan dengan melihat nomor-nomor perkiraan laporan keuangan yang
berkepala 3 (tiga). Adapun yang dapat digolongkan kedalam perkiraaan modal
tersebut adalah :
Perhatian !!!
Sekali lagi yang menjadi bahan pertimbangan dimasukkannya unsur modal dalam
SRR Pemodal adalah apabila unsur modal tersebut dipakai atau diikutsertakan pada
proses pembiayaan, apabila hanya satu unsur saja modal yang dilibatkan maka satu
unsur itulah yang dijadikan sebagai SRR Pemodal, dan bulan penentuan jumlahnya
harus dipakai bulan dimana laba kotor yang dibagikan.
164
Yang dibamdud dengan laba/pendapatan kotor adalah pendapatan BMT yang belum
dipotong leh biaya opesional BMT.
Laba kotor yang dimaksud adalah laba/ pendapatan yang diperoleh BMT dari
pendapatan operasional BMT, sepanjang pendapatan itu menggunakan dana yang
berasal dari simpanan anggota atau pinjaman pihak ketiga.
a. Harga Pasar
b. Margin minimal
c. Keuntungan yang diharapkan
d. Tingkat keamanan penginvestasikan dana
e. Rata-rata ROI BMT dalam lending pembiayaan.
Contoh penentuan nisbah dapat kita lihat pada point 2 diatas. Tapi yang dijadikan
pijakan dasar bahwa nisbah terbesar adalah untuk mudhorib (pengelola) sedangkan
nisbah yang kecil untuk orang yang mempunyai dana (Shahibul Maal)
BX N X NM (Q) Bag.Pemodal
K
Keterangan:
B = Jumlah SRR Sijari
P = Porsi Sijari
Q = Porsi Pemodal Sijari
K = Total SRR Penyimpan
N = Porsi bagian penyimpan
NS = Nisbah Penyimpan
NM = Nisbah Pemodal
Misalkan kita akan menghitung berapa bagian seorang penyimpan bernama Triana
dengan jumlah SRR adalah --------- (A)
A X P (R) (R)
B
Jadi bagian untuk Triana dari Sijari adalah R Rupiah, sedangkan BMT akan mendapat
dua bagian dari bagian pemodal dan bagian setelah nisbah.
R X 100 % = S%
A
Berikut dibawah ini akan dibahas langkah perhitungan bagi hasil simpanan
dengan akad mudarabah yang menggunakan pendekatan tabel distribusi.
Contoh menurut catatan saldo rata-rata bulanan BMT Shofwah per bulan
Nopember 2012 sebagai berikut :
(10-1)x100.000+(15-10)x175.000+(26-15)x145.000+(30-26)x160.000+(30-30)x315.000
30-1
Hasil tersebut dipindah pada Form 1 kolom C selanjutnya hasil tersebut dijumlah
167
5. Hitung total pendapatan dapat diketahui dari neraca bulanan. Dalam contoh soal :
Rp. 2.000.000,- dan dipindahkan pada kolom D Total (DT)
6. Hitung pendapatan bagian anggota dan BMT / BMT untuk tiap produk simpanan
sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah ditetapkan dengan rumus :
Untuk anggota : G = D x E
Untuk BMT : H = D x F
(Aktivitas kolom G & H)
7. Hitung indikasi hasil bagian nasabah untuk setiap jenis simpanan dengan rumus :
In = Gn/Cn (Aktivitas kolom I)
8. Hitung bagi hasil untuk setiap anggota penyimpan untuk setiap jenis produk
simpanan.
Pendapatan Bagi Hasil Anggota = Saldo Rata-rata Simpanan Anggota x Indikasi
Pendapatan
Perhitungan bagi hasil simpanan mudharabah untuk Ahmad adalah sebagai berikut :
Dari Form 1 kolom terakhir (inex hasil tabungan) diperoleh angka 0,0308
Maka Ahmad memperoleh bagi hasil sebesar :
Rp. 138.275,86 x 0.06154 = Rp. 8.509,28
meskipun rasa
tak bersanding sempurna
dan setangkup asa
terhimpit nyata
sekedar…
menghampiri titian angan
tentang harap mengungkap nyata
tak akan ada diserambi nurani
pemeran penggantimu
168
Page
Keterangan :
C : dari tabel perhitungan saldo rata-rata
DT : dari pos pendapatan pada laporan hasil usaha
D : dihitung dari rumus ---- D = (C/CT) x DT ( CT = Total Saldo rata-rata dan DT total laba Kotor)
E : Nisbah untuk anggota yang telah ditetapkan
F : Nisbah untuk BMT yang telah ditetapkan
G : Bagian (porsi) anggota ---- G = D x E
H : Bagian (porsi) BMT ---- H = D x F
I : Indikasi Hasil ( Index) ---- I = G/C
1. Besarnya posrsi bagi hasil adalah berupa bonus yang ditentukan berdasarkan kebijakan
manajemen lembaga, tentunya dengan tetap memperhatikan prinsip keadilan dan harga
pasar.
2. Pembagian bagi hasil diambil dari laba kotor.
3. Proses penghitungan pada langkah dan prosedurnya tetap mengunakaan langkah dan proses
seperti mengunakan akad mudharabah tapi tidak terdapat nisbah.
Contoh :
Saldo rata-rata rekening wadiah untuk tuan Soedradjat di BMT adalah sebesar Rp. 1.000.000,00.
Sesuai dengan kebijakan manajemen maka untuk simpanan wadiah akan diberikan bonus
sebesar 20% dari keuntungan yang diperoleh penggunaan dana simpanan wadiah itu.
Diasumsikan total saldo rata-rata simpanan wadiah di BMT sebesar Rp. 15.000.000, sedangkan
keuntungan yang diperoleh Rp. 3.000.000,00 maka pada akhir bulan tuan soedradjat mendapat
bonus dari BMT sebesar :
Tiga.4
PRINSIP HITUNGAN
BAGI HASIL PEMBIAYAAN
“ Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau tahu apa yang kami sembunyikan
dan apa yang kami nyatakan, dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi
bagi Allah,baik dibumi maupun dilangit
Qs. Ibrahim (14): 38
Pengantar …
Seperti telah dijelaskan pada modul 3.1, bahwasannya dalam konsep syari’ah produk yang
dapat diterapkan dalam operasional LKS/BMT secara sederhana dibagi dalam prinsip, akad dan
produk yang masing-masing pada teknis opesionalnya terdapat perbedaan.
Secara singkat pembagian prinsip itu meliputi prinsip kerjasama, prinsip jual beli, prinsip sewa,
prinsip fee, dan prinsip kebajikan disamping akad yang dapat diterapkan dalam pembiayaan
diantaranya adalah mudharabah, musyarakah, murabahah, Bai Salam, Abi istishna, hiwalah,
wakalah, joalah dan qordul hasan.
Sedangkan untuk produk akan disesuaikan dengan kebijakan masing-masing lembaga yang
diarahkan pada kebijakan penentuan pangsa pasar lembaga dan kebijakan strategi
pemasarannya.
Untuk memudahkan pembahasan dalam modul ini prinsip bagi hasil pembiayaan akan dibagi
dalam lima bagian prinsip seperti telah dijelaskan diatas.
Prinsip Kerjasama…
Prisip ini merupakan sistem yang meliputi tata cara pembagian bagi hasil usaha antara pemilik
dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Pembagian hasil usaha ini dapat
terjadi antara BMT dengan mitranya. bentuk produk ini dapat menggunakan akad mudharabah
atau musyaakah.
Tingkat keuntungan atau ROI adalah keuntungan dibagi modal atau sama dengan
(20.000/100.000) * 100 % = 20 % - - - - - - - ( D )
Untuk mememenhi prinisp keaddilan karena pada industri kecil biata banyak biaya yang
kadang tidak dihitung maka untuk yang nasabah BMT yang kecil sebaiknya
menggunakan revenue saharing, kecuali kalau untuk erusahan besar yang meraka
sudah punya manajeman keuangan dan proses pencatatan yang bagus maka akan
mudah kalau kita menggunakan prinisip profit sharing.
Dalam penentuan profit sahri atau revenue sharing yang harus menjadi perhatian kita
adalah pada penentuan nisbah lazimnya nisabah akan lebih besar untuk sahahibul
maal ketika kita menggunakan profit sharing atau sebaliknya.
6. Proporsionalkan
a. Bagian Mitra
B
= ----------- X F
A+B
100.000
= ------------------------------- X 40.000
100.000 + 100.000
= 20.000 - - - - -- - - - - - - -- - - - - - - - - - - - - - ( G )
B
= ----------- X F
A+B
100.000
= ------------------------------- X 40.000
100.000 + 100.000
= 20.000 - - - - -- - - - - - - -- - - - - - - - - - - - - - ( H )
Prinsip utama yang harus kita perhatikan adalah dalam penentuan angsuran
pembiayaan adalah, bahwa angsuran pembiayaan ditentukan dari keuntungan bersih
mitra setelah dikurangi biaya hidup dan beban-beban yang lain dengan harapan
angsuran pembiayaan yang diberikan kepada BMT tidak akan pernah mengganggu
pokok pembiayaan, yang seharusnya terus berputar.
Disamping biaya hidup lain yang perlu kita perhatikan adalah unsur angsuran sbb :
1. Angsuran Pokok
2. Simpanan Wajib Pembiayaan (SWP)
3. Profit
idealnya setiap angsuran yang dibayarkan kepada BMT oleh mitra harus mengandung
ketiga unsur diatas. Cara penentuan besarnya masing-masing di sesuaikan dengan
kesepakatan bersama anatara BMT dengan mitranya, akan tetapi BMT harus
memperhatikan sisa keuntungan setelah dikurangi biaya hidup.
sedangkan untuk mengetahui berapa kali angsuran, kita dapatmengetahui dengan cara
membagi jumlah pembiayaan dengan jumlah angsuran pokok (100.000/5.000) = 20
kali angsuran.
Adalah Pembiayaan modal kerja atau investasi yang mana BMT bertindak sebagai pemberi
modal usaha keseluruhan, pihak BMT dapat diikut sertakan dalam proses manajemen
(pengelolaan)
Biasanya pengembalian dan penghitungan keuntungan dilakukan setelah akhir waktu yang
telah ditentukan, dan akan ditinjau kembali sebagai bahan pertimbangan untuk
melanjutkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan.
Pendapatan BMT dari akad ini didapat dari Margin pembiayaan, besarnya Margin didapat dari
MM (margin minimal) + keuntungan yang diharapkan.
a. Pembiayaan Murabahah
Pengertian pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan dengan jual beli, dimana BMT
membantu anggotanya denngan membiayai pembelian barang yang dibutuhkan anggota
tersebut, dan anggota membayar ongkos pembelian tersebut dengan jalan dicicil /
diangsur.
Harga jual kepada Mitra/anggota adalah harga beli ditambah Margin yang dihitung dari
harga pokok yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Penggunaan Pembiayaan ini digunakan untuk pengadaan barang berupa investasi dan
pembelian sarana usaha juga untuk keperluan konsumtif.
Prioritas penggunaan adalah untuk investasi sektorperdagangan, pertanian, industri dan
jasa.
1. Dalam Penentuan harga jual yang pertama harus diketahui adalah penentuan Margin
(margin laba atau batas keuntungan).
174
Sesungguhnya tidak ada angka yang mutlak untuk menentukan tingkat margin jual beli
di BMT. Semuanya itu sangat tergantung pada situasi dan kondisi tertentu serta
kelaziman pasar. Di sini Pihak BMT dalam hal ini bagian Pembiayaan benar-benar
dituntut menguasai keadaan pasar, naik turunnya harga, mengetahui harga-harga
barang dan sebagainya. Demikian juga dengan kemampuan analisa harus cermat dan
tajam, sehingga dapat menetapkan margin yang adil, tidak memberatkan anggota tapi
BMT tatap mendapat untung yang wajar. Namun demikian ada beberapa komponen
yang dapat menjadi acuan/bahan analisa dalam menentukan besarkan mark-
up/keuntungan jual beli, seperti :
Contoh :
Biaya Operasional BMT Shofwah pada bulan yang akan datang diperkirakan sebesar
Rp. 300.000,00 sedangkan asset BMT diproyeksikan akan mencapai Rp. 10 juta,
berapa batas margin minimal pada bulan yang akan datang ?
Jawab :
Prosentase margin minimal adalah sebesar :
300.000 x 100 % = 3 %
10 juta
• Lama Pembayaran
BMT perlu menetapkan batas maksimal pembayaran karena lamanya waktu
pembayaran akan memperlambat perputaran dana sehingga menyebabkan biaya
operasional menjadi tinggi dan akhirnya mempengaruhi besarnya margin.
Pak Moeljadi adalah seorang tukang ojeg, pendapatan dia selama mengojeg sebesar Rp.
10.000 perhari. ia belum mempunyai motor sendiri, kemudian ia bermaksud untuk
mempunyai motor sendiri datang ke BMT untuk melakukan pembiayaan guna
mendapatkan motor seharga Rp. 1.000.000. Sedangkan BMT tersebut mempunyai asset
Rp . 20.000.000 Dan Total Biaya Operasional Adalah Rp. 750.000
MM = (Biops/TotalAsset) X 100 %
Page
( 750.000/20.000.000) X 100 %
= 3,75 % - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ( A )
2. Langkah ke dua - - - - -
Penentuan keuntungan yang diharapkan oleh BMT adalah harus didasarkan pada
pertimbangan Harga Pasar (lembaga perkreditan, tukang kredit dll), jenis barang
(kemungkinan barang rusak dan cara mendapatkannya) misalkan kalau kita mau
menghitung Tingkat keuntungan kita harus memperhatikan tingkat dealer memberikan
kredit motor berapa rata-rata bunganya perbulan. Setelah melakukan prtimbangan
misalkan ditentukan keuntungan yang diharapkan adalah 5 % perbulan - - ------------
-----------(B)
M = MM + KD
= 3,75 + 5
= 8, 75 %
Hj = Hb (1 + Kd)
Hj = Harga Jual
Kd = Keuntungan yang diharapkan
Hb = Harga beli
perhatian ! ! !
Untuk penentuan harga jual kita harus memperhatikan jangka waktu pembiayaan, yang pertama
ditanyakan adalah jangka waktunya dulu kemudian baru kita menghitung berapa harga jualnya,
bukan harganya baru tentukan waktunya, misalnya ; waktu waktu ditentukan selama 2 bulan
maka keuntungannya adalah 2 X 87.500 = 175.000, baik untuk bayar tunai atau cicil, baik unutk
satu bulan atau unutk dua bulan. sedangkan unutk lebih 2 bulan sebaiknya tidak dijual, kalau
kesepakatan sudah dua bulan maka maksimal dua bulan.
Prinsip perhitungan maupun caranya sama dengan akad murabahah hanya uang yang
dibayarkan terlebih dahulu, kemudian barangnya diambil nanti sesuai dengan kesepakatan
akad.
Seperti telah dibahas pada modul 5.1 bahwa stinah adalah jual beli dalam bentuk pesanan
pembuatan barang tertentu dengan criteria dan persyaratan tertentu yang disepakati
natara pemsan dengan penjual.
Pada pratekknya akan ini menterupai bai salam hanya pada salam barangnya sudah ada
sedangkan pada istisna banrang harus dibuat dulu.
Untuk melakukan penghitungan bai istishna proses penghutungannya sama dengan proses
penghitungan jual beli lainnya hanya factor pembedaanya terletak pada penentuan jumlah
ongkos kerja pembuatan barang.
Penentuan MM pada akad ini sama dengan akad akad dengan prinisp jual beli yang
lainnya yaitu menggunakan rumus Total biaya opesional/ modal atau asset BMT dikali
100%.
Sehingga untuk mengetahui break event point adalah jumlah uang yang dikeluarkan
untuk pembelian bahan baku ditambah dengan biaya produksi dikali dengan MM,
4. Penentuan Margin
Prinsip Sewa
Sewa adalah suatu yang dijanjikan dan dibayar penyewa sebagai pembayaran manfaat yang
dinikmatinya. Setiap sesuatu yang layak dianggap harga dalam jual beli dianggap layak pula
sebagai sewa dalam ijarah. Kebanyakan ulama mengatakan “ syarat yang berlaku untuk harga
pada jual beli berlaku juga untuk sewa.
177
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan sewa adalah sebagai berikut :
Page
Dalam ijarah sebua pembayaran adalah sewa yang dapat dipercepatnatau ditunda baik secara
keseluruhan atau sebagian ( jika ia merupakan bagian dari total sewa). Ia juga dapat dibayar
secara cicilan atau ditanggihkan sesudah pengambilan manfaat dari asset yang disewa.
3. Jangka waktu
Jangka waktu sewa ini diperlukan untuk menentukan besarnya sewa perbulan dan jumlah
total biaya sewa.
4. Biaya sewa
Besernya biaya sewa di tentukan dari harga jual ditambah dengan keuntungan.
1. Dalam Penentuan harga sewa yang pertama harus diketahui adalah penentuan
Margin (margin laba atau batas keuntungan).
Pak Deden adalah seorang Sopir Angkot, pendapatan dia menjadi supir angkot sebesar
Rp. 150.000,00 perhari. Ia belum mempunyai mobil sendiri, kemudian ia bermaksud untuk
mempunyai mobil sendiri datang ke BMT untuk melakukan pembiayaan guna mendapatkan
mobil seharga Rp. 110.000.000,00 Sedangkan BMT tersebut mempunyai asset Rp .
1.500.000.000 Dan Total Biaya Operasional Adalah Rp. 7.500.000
MM = (Biops/TotalAsset) X 100 %
( 7.500.000/1.500.000.000) X 100 %
= 0.5 % - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ( A )
2. Langkah ke dua - - - - -
Penentuan keuntungan yang diharapkan oleh BMT adalah harus didasarkan pada
pertimbangan Harga Pasar (lembaga perkreditan, tukang kredit dll), jenis barang (
kemungkinan barang rusak dan cara mendapatkannya) misalkan kalau kita mau
menghitung Tingkat keuntungan kita harus memperhatikan tingkat dealer memberikan
kredit motor berapa rata-rata bunganya perbulan. Setelah melakukan prtimbangan
misalkan ditentukan keuntungan yang diharapkan adalah 1 % perbulan - - ------------
----------(B)
M = MM + KD
= 0.5 +1
=1.5 %
Contoh :
Keuntungan yang diharapkan per bulan adalah Rp. 1.560.000,00 maka untuk 36
bulan adalah
Untuk penentuan harga sewa ada dua pendekatan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
HB = Harga beli
179
a. Untuk akad ijarah yang diakhiri dengan hibah maupun akan sewa biasa maka
Residual Value atau nilai sisa itu sama dengan Nol.
b. Untuk akad ijarah yang diikiti dengan penjulan objek/ barang maka Residual
Value atau nilai sisa itu besarnya ditentukan berdasarkan faktor kelaziman dan
kebijakan manajemen BMT. Dan jumlah atau besarnya nilai sisa ini yang
kemudian dijadikan sebagai harga jula barang setalah habisnya masa sewa.
Contoh misalnya nilai sisa setelah tiga tahun berdasarkan kelaziman dan pasar,
manajemen BMT membuat kebijakan Nilai sisanya adalah Rp. 60.000.000,00
Dalam pelaksanaan ijarah atau sewa biasa bias saja atau ijarah tanpa dikuti penjualan
atau hibah akan tetapi menggunakan sewa biasa maka berdasarkan kelaziman dan
kebijakan manajemn BMT harta diatas setelah pemotongan nilai sisa bisa dijadikan
harga sewa dan penjualan nilai sisa bisa dijual pada pihak lain, atau bisa saja kemudian
barang tersebut disewakan lagi.
Prinsip Fee
a. Ar Rahn
Seperti telah dijelaskan dalam modul 5.1 ar rahn adalah penyerahan barang atau harta
(marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank/BMT ( murtahin) sebagai jaminan sebagian
atau seluruh hutang.
Dalam pelaksanaanya akad rahn ini bisa pariatif tergantung pada kebijakan dan tujuan
pinjaman uang itu digunakan, secara garis besar bentuk ar rahn ini dalam pelaksanaannya
dapat dikelompokan dalam :
nasabah.
Page
Besarnya pinjaman ditentukan dibawah harga barang sebagai marhun setelah barang
itu ditaksir oleh tim penaksir. BMT sebagai murtahin juga akan mendapat fee atas
gadai barang tersebut berdasarkan untuk biaya pemeliharaan dan biaya administrasi.
Disamping itu pada akad gadai barang yang menjadi objek gadai (marhun) bisa diusahakan
dengan ini dari yang punya barang dan hasil dari proses dari pmanfaatkan barang gadai
itu jika mengahsilkan maka hasilnya menjadi milik kedua belah pihak yang dapat dibagi
bedasarkan kesepakatan.
Langkah Penghitungan :
Sedangkan untuk proses penghtukan dan penaksiran suatu benda/ barang yang
dijadikan objek gadai ( marhun), kita bisa menggunakan konsep magin of safety,
dimana menurut konsep ini setian benda atau batang mempunia batas tertinggi nilai
penjualan menurut harga pasar. Contoh penentuan margin of safety terhadap suatu
barang dipengaruhi oleh :
Disamping mendapatkan biaya fee untuk akad-akad tertentu maka BMT berhak pula
menerima, bagi hasil pembiayaan kalau akdanya mudharabah, markup pepembiayaan
kalau akadnya menggunakan ijarah dan muqayadah, sedangkan kalau menggunakan
qhard pendapatan BMT hanya dari fee saja ditambah dengn infaq berdasarkan
keiklsan nasabah.
b. Kafalah
Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung ( kafil) kepada pihak ketiga
dalam rangka memenuhi kewajiban yang ditanggung apabila pihak yang ditanggung cidera
janji atau wan pestasi.
Atau jika BMT menggunan akad ini BMT memberikan jaminan kepada kepada nasabah
sehubungan sehubungan dengan kontrak kerja antara nasabah dengan pihak ketiga.
182
Page
Dalam pesional perbankan bentuk seperti ini dinamakan Bank Garansi dan bank disisni
berfungsi sebagai covering risk.
BMT yang meggunakan akad ini akan berhak menerima upah ( fee) dari hasil kontijensi
dan komitment, kalau perlu biaya resiko.
• Bind Bond
• Performance Bond
• Advance payment bond
• Retention bond/Maintimance
• Custom bond
• Shiping bond
c. Hawalah
Hawalah adalah pemindahan piutang nasabah ke BMT, nasabah meminta BMT untuk
membayarkan terklebih dahulu piutang yang timbul baik dari jualbeli maupun transaksi
lainnya yang halal.
Atas dasar pengalihan piutang ini maka BMT berhak menerima fee kepada nasabah sesuai
dengan harta yang disepakati, adapaun komponen fee itu minimal adalah biaya akad dan
biayaa administrasi. Besarnya fee ditentukan berdasarkan kebijakan manajemen BMT yang
didasarkan atas harga psar dan sesuai dengan kesepakatan nasabah.
Fungsi hawalah ini tidak dapat dijual belikan atau mengunakan bentuk discount, terhadap
pinjaman.
d. Wakalah
Wakalah merupakan pelimpahan atau pendelegasian wewenang atau kuasa dari pihak
pertama kepada pihak kedua untuk melaksanakan sesuatu atas nama pihak pertama dan
untuk lepentingan dan tjawab sepenuhnya pihak pertama.
Untu pelaksanaan tugas pelipahan ini maka pihak pertama dapat menentukan besarnya
fee, bersarkan pertimbangan kelajiman dan keumumman, besarnya fee ini berdasarkan
kebijakan manajemen dengan memperhatikan harga pasar.
Dalam aplikasinya perbankan jenis wakala ini dalam dilaksanakan dalam bentuk :
1. Kliring
2. Inkaso
3. Tranfers
4. Commercial documentary collencuion
5. Finalcial documentary collection
Prinsip Kebajikan
Prinsip ini merupakan pembiayaan kebajikan, lebih bersfat sosial dan tidak profit oriented. Lebih
dirasakan sebagai pinjaman lunak bagi Usaha kecil dan Mikro yang benar-benar kekurangan
modal. Anggota tidak perlu membagi keuntungan kepada BMT, tetapi hanya membayar biaya
riil yang tidak dapat dihindari untuk terjadinya suatu kontrak, misalnya biaya administrasi
pembiayaan.
183
Page
kalaupun diakhir ada pengembalian dan kelebihan yang tidak disyaratkan itu dilakukan harus
berdasarkan keridhoannya yang melakukan pembiayan dan BMT tidak berhak menentukan dan
mensyaratkannya. Kelebihan atau tambahan tersebut dapat kita golonkan kedalam infaq.
Sumber pembiayaan ini hanya satu sumber yang boleh dilakukan yaitu dari simpanan bersal
dari dana titipan yang bersumber dari ZIS atau harus merupakan kekayaan Baitul Maal BMT
tersebut.
Untuk jenis ini sebenarnya BMT harus siap kehilangan uang, yang diberikan lewat pembiayaan,
kembali modal pokok pembiayaan pun sudah merupakan keuntungan bagi BMT. Yang
termasuk dalam prinsip kebajikan ini adalah akad Qordul Hasan.
184
Page
• Terima buku
tabungan
• Teliti tanda
pengembalian • Menyetujui +
• Minta persetujuan paraf
• Isi tanda manajer • Dikirim ke juru
pengambilan buku
• Siapkan buku •
tabungan
• Serahkan ke kasir
• Periksa
kebenarannya
• Catat dibuku
tabungan
• Catat dikartu
• Terima uang tabungan dan
• Terima buku minta parap
tabungan nasabah
• Serahkan uang + • Terima tanda
Bukiu tabungan Pengambilan
ke nasabah • Catat dibuku uang
• Serahkan tanda keluar
pengambilan juru • Simpan tanda
buku pengambilan
• Periksa isian
• Isi formulir formulir • Periksa isian formulir • Menyetujui +
permohonan • Terima uang tanda • Siapkan sertifikat paraf
• Siapkan Identitas setoran dari simpanan • Dikirim Ke juru
• Isi tanda setoran nasabah • Minta persetujuan ke buku
• Siapkan uang dan • Hitung dan cek manajer •
• Serahkan ke kasir dengen tulisannya
• Beri tanda 4
• Catat dikartu
simpanan • Terima sertifikat
• Catat dibuku mutasi yang disahkan
harian kas • Serahkan sertifikat
• Terima • Serahkan sertifikat ke kasir
sertifikat ke nasabah lb 2
simpanan tanda setoran
berjangka • Serahkan tanda
• Terima tanda setoran
setoran lb 1 ke juru
• Catat dibuku uang
buku
masuk
• Arsip kartu
• Arsip tanda setoran
simpanan
berjangka
• Terima tanda
pengembalian &
sertifikat disilang
• Catat dikartu
simpanan berjangjka
• Terima buku • Catat dibuku mutasi
tabungan harian kas
• Serahkan uang ke
• Terima tanda
nasabah
pengembalian &
• Serahkan tanda
sertifikat lalu
pengambilandan
disimpanan
sertifikat ke juru buku
• Catat dibuku uang
• Arsip ke kartu
keluar
tabungan
Ditolak
• Terima dokumen • Panggil nasabah
• Arsip dokumen • Jelaskan alasan
penolakan penolakan
• Serahkan dokumen ke
juru buku