Oleh :
LUH PUTU INTAN VISVA VINENTHY
NIM : P07134016016
Oleh :
LUH PUTU INTAN VISVA VINENTHY
NIM : P07134016016
ii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Om Swastyastu,
Puji dan syukur saya panjatkan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang
telah memberikan anugrah, kesehatan, dan kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan segala kekurangannya. Rasa syukur
saya ucapkan karena telah menghadirkan orang-orang berarti disekeliling saya
yang selalu memberi semangat dan doa, sehingga saya selalu semangat dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Untuk karya yang sederhana ini, maka saya persembahkan untuk Ibu dan
Bapak tersayang. Apa yang saya dapatkan saat ini, belum mampu membayar
semua kebaikan, keringat, dan kerja keras kalian. Terimakasih atas dukungan serta
doa kalian yang tidak pernah luput sehingga saya dapat menggapai cita-cita.
Terimakasih juga yang tak terhingga untuk para dosen pembimbing, yang
selalu memberikan bimbingannya, saran dan motifasi kepada saya.Kepada
keluarga besar, kedua adik saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya.
Kepada sahabatku (AMIGOST) dan teman-teman seperjuangan, sependeritaan
(JAK’16) yang selalu saling support satu sama lain. Banyak hal kita lewati
bersama yang tak bisa dilupakan dan kini hanya menjadi kenangan. Tak terasa 3
tahun sudah kita lalui suka duka bersama di Jurusan Analis Kesehatan ini.
Semoga kesuksesan akan menghampiri dan kita akan dipertemukan kembali. Tak
lupa saya ucapkan terimakasih kepada pacar yang selalu meluangkan waktunya
untuk membantu dari awal penelitian hingga penyusunan serta menjadi motifasi
bagi saya.
Serta semua pihak yang sudah membantu selama penyelesaian Karya Tulis
Ilmiah ini.
Kau tak akan bisa hidup sendiri jika ingin mencapai keberhasilan
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
iv
KARYA TULIS ILMIAH DENGAN JUDUL:
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
vi
RIWAYAT PENULIS
jenjang Sekolah Dasar Negeri 2 Semarapura Klod Kangin pada tahun 2004,
Semarapura pada tahun 2010. Setelah lulus pada tahun 2013 dari Sekolah
jenjang perguruan tinggi dan diterima sebagai salah satu mahasiswa di Program
Denpasar.
vii
INHIBITORY POTENTIAL TEST OF GARLIC JUICE
TOWARD Salmonella typhi GROWTH
ABSTRACT
Background: garlic is one of herbs that largerly used by people to cure the
disease, which caused by bacterial infection. Garlic contains Allicin which has
antibacterial effect to Salmonella typhi. Some studies proved that garlic has
antibacterial activity against microbes. Objektive: the aim of this study is to find
out the potential effect of the garlic juice inhibitory on the growth of Salmonella
typhi bacteria. This study was used an experimental post-test only control design
with disk diffusion method. Method: the study uses ecxperimental post test only
control design and employs disc diffution method to the MHA media. This study
carried out by using four different consentration there are 20, 40, 60, and 80%.
The negative and positive control was using steril aquadest and Chloramphenicol.
Inhibition zone is determined by observing clear zone around the disk. Based on
the data analysis in statstic test using Least Significant Deference (LSD), the
result shows that there is meaningful difference among those garlic juice
concentration. Results: the obtained results proved that garlic juice have an effect
on inhibition zone of Salmonella typhi growth. The largest inhibitory zone was 23
mm at concentration of 80% with very strong inhibitory effect category and
smallest inhibitory zone was 12 mm at concentration of 20% with strong
inhibitory effect category. Conclusion: this study concluded that there was a
linear correlation between concentration inhibitory potential. The inhibitory zone
is increasing by the increation of garlic juice concentration.
viii
UJI DAYA HAMBAT PERASAN BAWANG PUTIH TERHADAP
PERTUMBUHAN Salmonella typhi
ABSTRAK
Latar belakang: bawang putih merupakan salah satu tanaman yang sering
digunakan masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit, salah satunya yaitu
penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Bawang putih mengandung
senyawa Allicin yang mempunyai efek antibakteri terhadap bakteri Salmonella
typhi. Beberapa penelitian menyatakan bahwa bawang putih memiliki daya
hambat terhadap bakteri. Tujuan: untuk mengetahui potensi daya hambat perasan
bawang putih terhadap pertumbuhan Salmonella typhi. Metode: design penelitian
yang digunakan adalah experimental post-test only control design dengan metode
difusi cakram pada media MHA. Menggunakan empat konsentrasi yaitu 20, 40,
60 dan 80%, dengan menggunakan akuadest steril sebagai kontrol negatif dan
Kloramfenikol sebagai kontrol positif. Zona hambat ditentukan dengan melihat
zona bening disekeliling cakram. Berdasarkan analisis data pada uji statistik
dengan uji Least Significant Deference (LSD) menunjukkan terdapat perbedaan
yang bermakna antara setiap konsentrasi perasan bawang putih. Hasil: seluruh
konsentrasi perasan bawang putih memiliki pengaruh dalam menghambat
pertumbuhan Salmonella typhi. Diameter zona hambat terbesar adalah 23 mm
yaitu pada konsentrasi 80% dengan kategori daya hambat sangat kuat. Diameter
zona hambat terkecil adalah 12 mm yaitu pada konsentrasi 20% dengan kategori
daya hambat kuat. Kesimpulan: semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka
semakin besar potensi daya hambat perasan bawang putih terhadap pertumbuhan
Salmonella typhi.
ix
RINGKASAN PENELITIAN
UJI DAYA HAMBAT PERASAN BAWANG PUTIH TERHADAP
PERTUMBUHAN Salmonella typhi
x
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi perasan bawang putih
terhadap pertumbuhan Salmonella typhi. Penelitian ini dilakukan menggunakan
design penelitian post-test only control design dengan menggunakan metode
difusi cakram. Penelitian ini menggunakan empat konsentrasi yaitu 20, 40, 60,
dan 80% dengan menggunakan akuadest steril sebagai kontrol negatif dan
Kloramfenikol sebagai kontrol positif.
Hasil dari penelitian ini kemudian diuji secara statistik menggunakan uji
Kolmogorov Simrnov (KS) untuk mengetahui distribusi data, uji One Way Anova
(data berdistribusi normal) dan kemudian dilanjutkan ke uji Least Significant
Difference (LSD) untuk pengetahui perbedaan dari masing-masing konsentrasi.
Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan daya hambat perasan bawang putih
terhadap pertumbuhan Salmonella typhi. Dari data penelitian ini ditunjukkan
bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar diameter zona hambat
yang dihasilkan. Diameter zona hambat terbesar adalah sebesar 23 mm dan
diperoleh pada konsentrasi 80%, dan diameter zona hambat terkecil adalah
sebesar 12 mm pada konsentrasi 20%. Konsentrasi 20, 40, dan 60% dikategorikan
memiliki daya hambat kuat sedangkan konsentrasi 80% dikategorikan memiliki
daya hambat sangat kuat.
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Uji Daya Hambat Perasan Bawang Putih Terhadap Pertumbuhan
Salmonella typhi ”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan program studi Diploma III Jurusan Analis Kesehatan,
Politeknik Kesehatan Denpasar.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan bukan hanya karena
usaha penulis sendiri melainkan berkat bantuan, dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung baik secara material
maupun moril. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH, selaku Direktur
Politeknik Kesehatan Denpasar yang telah memberikan kesempatan
mengikuti pendidikan di Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan
Denpasar.
2. Ibu Cokorda Dewi Widhya Hana Sundari, S.KM., M.Si, selaku Ketua
Jurusan Analis Kesehatan yang telah memberikan kesempatan untuk
menyusun usulan penelitian ini sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan mata kuliah karya tulis ilmiah.
3. Ibu I Gusti Ayu Sri Dhyanaputri, S.KM., MPH, sebagai pembimbing utama
yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan usulan
penelitian ini.
4. Ibu Nur Habibah, S.Si, M.Scselaku pembimbing pendamping yang telah
memberi bimbingan, dukungan, petunjuk, koreksi dan saran dalam
menyelesaikan usulan penelitian ini.
5. Ibu, bapak, adik, sahabat dan seluruh keluarga yang telah menjadi motivasi,
memberi doa serta semangat untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
xii
6. Teman-teman JAK’16 dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan usulan penelitian
ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan
dan sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
meyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. v
ABSTRACT...................................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
C. Tujuan Penelitian........................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian...................................................................................... 5
xiv
A. BAWANG PUTIH (Allium sativum L.)..................................................... 7
B. Salmonella typhi.......................................................................................... 13
E. Antibiotik.................................................................................................... 19
A. Kerangka Konsep........................................................................................ 24
C. Hipotesis..................................................................................................... 29
A. Jenis Penelitian............................................................................................ 30
A. Hasil ........................................................................................................... 42
B. Pembahasan ................................................................................................ 50
A. Simpulan .................................................................................................... 58
B. Saran .......................................................................................................... 58
xv
I. LAMPIRAN ............................................................................................... 64
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
................................................................................................................................17
................................................................................................................................28
................................................................................................................................30
................................................................................................................................37
Salmonella typhi..........................................................................................
.................................................................................................................43
Tabel 6. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Perasan Bawang Putih Terhadap
45
Tabel 7. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Perasan Bawang Putih Terhadap
.................................................................................................................45
Tabel 8. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Perasan Bawang Putih Terhadap
46
xviii
Tabel 9. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Perasan Bawang Putih Terhadap
47
Tabel 10. Kategori daya hambat perasan bawang putih berbagai konsentrasi terhadap
48
DAFTAR SINGKATAN
KS : Kormogorof Smirnof
xix
LSD : Least Significant Deference
NA : Nutrien Agar
RI : Republik Indonesia
SD : Standar Deviasi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xx
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi saat ini masih banyak terjadi tidak saja di Indonesia, tetapi
juga di dunia. Selain virus sebagai penyebabnya, bakteri juga dapat menyebabkan
infeksi yang tinggi dan didominasi oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi
saluran cerna. Infeksi saluran cerna ini umumnya disebabkan oleh bakteri dari
Menurut data Kemenkes RI (2012), kasus demam tifoid dan paratifoid yang
terjadi di Indonesia berada diperingkat ke-3 dengan jumlah kasus sekitar 41.000
pasien yang dirawat inap di rumah sakit selama tahun 2010 dengan kasus
meninggal sebanyak 274 pasien. Sedangkan menurut data Profil Kesehatan Dinas
Kesehatan Provinsi Bali (2014), prevalensi penyakit demam tifoid dan paratifoid
pada pasien rawat inap di RSUD di provinsi Bali mencapai 3.254 pasien.
Penyebab dari penyakit demam tifoid yaitu adanya infeksi bakteri Salmonella
waktu, terjadi perubahan dalam praktik perawatan kesehatan, hal ini menimbulkan
komplikasi, waktu tinggal di rumah sakit yang menjadi lebih lama dan
(2012), diketahui bahwa semua sampel Salmonella typhi hasil isolasi yang diuji
100% resisten terhadap 6 macam antibiotik dari 10 antibiotik yang diuji. Menurut
(COT) dan ampicillin (AMP). Tingkat resistensi bakteri Salmonella typhi yang
tinggi dan masih mewabahnya demam tifoid yang membuat peneliti memilih
Untuk menanggulangi masalah tersebut, salah satu usaha yang telah lama
dikembangkan dalam beberapa dekade akhir ini ialah dengan mengambil jalan
2
alternatif dengan menggunakan obat-obatan alami berbahan dasar tumbuhan yang
memiliki efek samping yang lebih minimal. Salah satu tumbuhan yang telah lama
macam bakteri ialah bawang putih (Allium sativum L) yang telah lama digunakan
oleh kelompok masyarakat secara luas untuk melawan berbagai penyakit infeksi
(Salim, 2016).
ialah Diallyl thiosulfinate (allicin) dan juga Diallyl disulfide (ajoene) (Ilicet al,
2011). Allicin merupakan komponen sulfur bioaktif utama yang terkandung dalam
bawang putih. Komponen ini hanya akan muncul apabila bawang putih dipotong
atau dihancurkan. Pada saat bawang putih dihancurkan, kerusakan membrane sel
bawang putih ini akan mengaktifkan enzim allinase, yang akan membantu proses
metabolisme alliin yang tekandung dalam sel lain, menjadi allicin (Bayan,
Secara in vitro, allicin memiliki beberapa manfaat bagi kesehatan antara lain
menunjukkan sifat antibiotik yang luas terhadap bakteri gram positif dan gram
negatif, termasuk terhadap strain yang multi resisten antibiotik, aktivitas antifungi
terutama pada strain Candida sp, aktivitas antiviral dan antiparasit, termasuk
protozoa usus seperti Giardia lambria dan Entamoeba hystolitica (Kedzia, 2010).
melaporkan bahwa efektivitas ekstrak tunggal bawang putih (Allium sativum L.)
tersebut bawang putih tunggal dan bawang putih majemuk dapat menghambat
sintetik, maka peneliti ingin mencari bahan alami yang memiliki khasiat sebagai
penulis tertarik meneliti “Uji Daya Hambat Perasan Bawang Putih Terhadap
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
Salmonella typhi?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
4
2. Tujuan khusus
ditimbulkan oleh pemberian perasan bawang putih konsentrasi 20, 40, 60,
dan 80%.
bawang putih pada konsentrasi 20, 40, 60, dan 80% terhadap Salmonella
typhi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
bahan kepustakaan untuk calon peneliti lainnya, serta memberikan informasi dan
ilmu pengetahuan kepada masyarakat dan praktisi obat herbal tentang manfaat
2. Manfaat praktis
a. Bagi masyarakat
5
b. Bagi penulis
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berumpun. Tanaman ini dapat tumbuh meninggi hingga mencapai 30-60 cm.
Klasifikasi ilmiah atau toksonomi dari bawang putih adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
7
Gambar 1. Bawang putih (Allium sativum L.)
Sumber : (Dokumen pribadi)
putih yang memiliki nama ilmiah Allium sativum L. ini mempunyai nilai komersil
yang tinggi dan tersebar diseluruh dunia. Karena itu tidak heran jika bawang putih
beberapa nama lokal yaitu, dason putih (Minangkabau), bawang bodas (Sunda),
bawang putih (Jawa Tengah), bhabang poote (Madura), kasuna (Bali), lasuna
mawura (Minahasa), bawa badudo (Ternate) dan bawa flufer (Irian Jaya).
disebut knoflook.
4. Morfologi
cm, membentuk rumpun, dan berumbi lapis. Umbi berbentuk bulat telur warna
putih dan beraroma menyengat. Tanaman ini tumbuh baik di daerah terbuka
dengan ketinggian 600 mdpl yang banyak sinar mataharinya dan berhawa sejuk.
8
Adapun morfologi dari tanaman bawang putih (Allium sativum L.) ialah sebagai
berikut :
a. Daun
Bawang putih dapat membentuk beberapa helai daun, dan biasanya lebih
dari 10 helai seperti pita yang memanjang ke atas. Bentuk daun pipih rata, tidak
berlubang, runcing diujung atasnya dan agak melipat ke dalam (arah panjang/
membulur). Pelepah yang yang merupakan kelopak daun ini tipis, tetapi kuat dan
membungkus kelopak-kelopak daun yang lebih muda dan berada dipusat tajuk.
b. Batang
c. Akar
Terletak di batang pokok atau di bagian dasar umbi ataupun pangkal umbi
panjang maksimum 10 cm, menghujam ke tanah, mudah goyang dengan air dan
angin berlebihan.
bersusun. Umbi bawang putih ada dipangkal tanaman, tepat di atas batang pokok
rudimenternya dan berada didalam tanah. Tiap umbi terdiri dari suing-siung kecil.
Umbi bawang putih terdiri atas 8 – 20 siung (anak bawang). Antara siung yang
satu dengan siung yang lain dipisahkan oleh kulit tipis, sehingga membentuk satu
9
Siung ini terdiri dari dua bagian, yaitu helai daun dewasa dan sebuah tunas
vegetatif. Salah satu dari dua daun tersebut yaitu daun dewasa yang terletak di
sebelah luar yang berfungsi sebagai daun pelindung yang berbentuk silindris dan
berlubang kecil dipucuknya. Daun pelindung ini menjadi tipis, kering, kuat, dan
berfungsi sebagai pelindung bagi sehelai daun dan tunas vegetatif disebelah
dalamnya. Sehelai daun lagi yang lebih muda dan berada didalam daun pelindung,
tetap berada didalam daun yang menebal. Daun yang menebal inilah yang disebut
siung.
Komposisi kimia bawang putih per 100 g, protein 4,5 g, lemak 0,2 g, hidrat
arang 23,1 g, vitamin B1 0,22 mg, vitamin C15 mg, kalori 95 kalori, posfor 134
mg, kalsium 49 mg dan besi 1 mg. Dari beberapa penelitian bawang putih
rusaknya sel darah merah), sativine (mempercepat pertumbuhan sel dan jaringan
Tanaman bawang putih juga terkandung zat aktif pertama yaitu allicin yang
menghasilkan bau bawang putih (aroma) yang khas dihasilkan ketika senyawa
sulfur dan allicin bereaksi dengan enzim alinase. Adapun kandungan sulfur
10
vinyldithinnes, dan lainnya. Selain itu juga terdapat enzim-enzim antara
Bawang putih (Allium sativum L.) memiliki konsentrasi senyawa sulfur yang
lebih tinggi daripada spesies Allium lainnya, yang bertanggung jawab baik untuk
bau tajam bawang putih dan banyak efek obat. Salah satu yang paling aktif adalah
senyawa biologis allicin. Allicin dianggap sebagai antioksidan utama, namun studi
terbaru menunjukkan bahwa senyawa lain mungkin memainkan peran yang lebih,
seperti senyawa polar fenolik dan steroid, yang menawarkan berbagai sifat
farmakologi tanpa bau dan juga panas yang stabil (Gebreyohannes, 2013).
a. Potensi antimikroba
melawan banyak bakteri gram negatif dan bakteri gram positif. Beberapa bakteri
yang telah diuji daya hambatnya terhadap umbi bawang putih antara lain ialah
yang berfungsi sebagai antimikroba yaitu Flavonoid, Fenol dan minyak atsiri.
kolesterol jahat, LDL dan trigliserida. Melindungi pembuluh darah dan jantung.
sudah ditemukan pada bawang putih di antaranya adalah Allicin dan Sulfur
Amonia Acid Allin. Sulfur amonia acid allin ini oleh Enzim Allicin Lyase diubah
menjadi Piruvic Acid, Amonia, dan Allicin Anti Mikroba. Selanjutnya Allicin
Sulphide inilah yang memiliki banyak kegunaan dan berkhasiat sebagai obat.
B. Salmonella typhi
bakteri pathogen bagi manusia dan juga hewan. Angka kesakitan akibat ingeksi
oleh bakteri Salmonella sangat tinggi. Penyakit ini tidak saja terjadi di Negara
Infeksi Salmonella terjadi pada saluran cerna dan terkadang menyebar lewat
peredaran darah keseluruh organ tubuh. Infeksi oleh Salmonella pada manusia
12
bervariasi, yaitu dapat berupa infeksi yang dapat sembuh sendiri (Gastroenteritis),
tetapi dapat juga menjadi kasus yang serius apabila terjadi penyebaran sistemik
membentuk spora, serta memiliki kapsul. Bakteri ini juga bersifat fakultatif, dan
membentuk asam dan gas dari glukosa dan manosa. Organisme ini juga
optimum antara 35 – 37°C, tetap dapat tumbuh pada range 5 – 46°C, Salmonella
dapat bertahan pada pH rendah (lebih kecil atau sama dengan 4,5) dan tidak
berbiak pada Aw 0,94 khususnya jika dikombinasikan dengan pH 5,5 atau kurang.
Salmonella dapat bertahan pada pembekuan dan bentuk kering dalam waktu yang
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Ordo : Gammaproteobacteria
Class : Enterobacteriales
13
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi hanya dapat dilihat dengan
muncul 1-3 minggu setelah penderita terinfeksi. Pada infeksi subklinik, beberapa
individu akan membawa bakteri Salmonella dalam tubuhnya dalam jangka waktu
14
Ketika Salmonella mencapai usus kecil, kemudian masuk kegetah bening
dan kemudian ke aliran darah. Mereka dibawa oleh darah ke beberapa organ,
intestinal dan dikeluarkan dalam tinja. Sesudah masa inkubasi 10-14 hari, demam,
rasa tidak enak badan, sakit kepala, konstipasi, bradycardia, dan myalgia terjadi.
Demam meningkat ke masa stabil, limpa dan ginjal menjadi membesar. Rose
spots biasanya ada diatas kulit perut atau dada, kelihatan jelas beberapa kasus.
Jumlah sel darah putih normal atau rendah. Pada masa pre-antibiotik, komplikasi
utama demam enterik adalah hemorrahage dan perforasi, dan angka kematian
kematian rata-rata hingga kurang dari 1%. Lesi yang paling utama adalah
hyperplasia dan nekrosis dari jaringan getah bening (misalnya potongan Peyer’s),
hepatitis, nekrosis dari ginjal, dan peradangan limpa, serta periosteum, paru-paru,
Antibakteri adalah suatu senyawa atau agen yang dapat membunuh atau
antihelmintes. Antibakteri juga dibagi menjadi dua kelompok luas, yaitu golongan
yang bekerja secara utama membunuh mikroba. Antibiotik adalah salah satu jenis
15
antibakteri yang digunakan untuk mengobati atau mencegah infeksi bakteri
(Salim, 2016).
ilmu biologi modern. Hal ini dilakukan untuk menentukan resistensi strain
dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode utama yaitu dilusi dan difusi.
1. Metode difusi
hingga saat ini, metode ini telah dijelaskan oleh Bauer, Kirby, Sherris dan Truck,
umumnya dikenal dengan tes Kirby-Bauer. Metode ini menggunakan cakram uji
kemudian diletakkan pada permukaan media agar padat yang cocok seperti
Mueller Hinton Agar (MHA), Tryptone Soy Agar (TSA) atau Nutrient Agar (NA)
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C untuk bakteri dan 48 jam pada suhu
16
25°C untuk fungi, setelah diinkubasi diameter zona hambat yang ada disekitar
Tabel 1
Klasifikasi Hambatan Pertumbuhan Bakteri
Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair (broth dilution) dan
bunuh minimum, KBM). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri
mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih
dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen
antimikroba dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat
17
Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media
padat (solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba
1. pH lingkungan
2. Komponen medium
dalam deterjen yang berbeda – beda, berkisar dari 40% untuk metisilin hingga
3. Kestabilan obat
4. Besar inokulum
18
Secara umum, semakin besar inokulum bakteri, semakin rendah
“kerentanan” yang tampak pada organisme itu. Populasi besar bakteri lebih lambat
dan lebih jarang mengalami inhibisi total dibandingkan populasi kecil. Selain itu,
suatu muatan resisten jauh lebih mungkin muncul pada populasi yang besar.
5. Lama inkubasi
dihambat pada pajanan singkat terhadap agen antimikroba. Semakin lama masa
atau semakin besar kesempatan bagi anggota yang paling tidak sensitif terhadap
Secara umum, organisme yang aktif dan cepat bertumbuh lebih sensitif
terhadap kerja obat dibandingkan organisme yang berada pada fase istirahat.
Mikroorganisme yang tidak aktif secara metabolik dan berhasil bertahan hidup
pada pajanan lama suatu obat mungkin saja memiliki keturunan yang sepenuhnya
E. Antibiotik
1. Pengertian antibiotik
19
digunakan untuk mengobati, mencegah dan mengendalikan penyebaran bakteri
yang dihasilkan oleh suatu mikroba terutama fungi dan jamur, yang dapat
membasmi jenis mikroba seperti Salmonella thypi. Zat ini bisa diperoleh secara
alamiah, kecuali ada beberapa jenis yang disebut semi sintetis dan sintetis .
2. Penggolongan antibiotik
penting untuk mempertahankan struktur sel bakteri. Oleh karena itu, zat yang
dapat merusak dinding sel akan melisiskan dinding sel sehingga dapat
mempengaruhi bentuk dan struktur sel yang pada akhirnya dapat membunuh sel
bakteri tersebut.
nutrisi dan metabolit yang dapat keluar masuk ke dalam sel. Membrane sel juga
sel. Beberapa jenis antibiotik dapat mengganggu membrane sel sehingga dapat
20
mempengaruhi kehidupan sel bakteri, antara lain polimiksin, nistatin, golongan
Proses replikasi DNA di dalam sel merupakan siklus yang sangat penting
bakteri. Antibiotik yang termasuk dalam golongan ini antara lain asam nalidiksat
dan golongan kuinolon. Antibiotik ini dapat menghambat enzim DNA-girase yang
Sintesis protein merupakan suatu rangkaian proses yang terdiri atas proses
transkripsi (yaitu DNA ditranskripsi menjadi mRNA) dan proses translasi (yaitu
3. Penggunaan antibiotik
a. Gambaran klinis penyakit infeksi, yaitu efek yang ditimbulkan oleh adanya
21
akibat kerja antibiotik terhadap biomekanisme bakteri dan tidak terhadap
dengan gejala klinik ringan tidak perlu segera mendapat antimikroba. Menunda
kekebalan tubuh, tetapi penyakit infeksi dengan gejala yang berat, walaupun
4. Kloramfenikol
Streptomyces venezuelae. Kloramfenikol sukar larut dalam air tetapi mudah larut
dalam metanol, etanol, etil asetat, dan aseton serta tidak larut dalam benzena
luas yang aktif melawan organisme aerob maupun anaerob gram positif dan gram
dengan mengikat subunit 50S ribosom bakteri secara reversibel dan menghambat
sintesis protein, melekat pada subunit 50S dari ribosom. Obat ini menganggu
perikatan asam amino baru pada rantai peptide yang sedang dibentuk, sebagian
23
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Antibiotik
Konsentrasi perasan
Uji Zona Hambat
20, 40, 60, dan 80%
diteliti
tidak diteliti
Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian Uji Daya Hambat Perasan Bawang
PutihTerhadap Pertumbuhan Salmonella typhi.
Keterangan gambar :
Demam tifoid adalah penyakit yang diakibatkan oleh bakteri Salmonella typhi.
tergolong sintetis, semi sintetis maupun bahan alami. Antibiotik yang tersedia saat
ini digunakan untuk terapi berasal dari senyawa sintetis ataupun semi sintetis yang
Salmonella typhi dapat diobati dengan menggunakan antibiotik alami yang berasal
dari bahan alam salah satunya adalah bawang putih khusunya perasan bawang
typhi pada uji difusi cakram, dapat diketahui dengan melakukan pengukuran pada
diameter zona bening (Clear zone) yang terbentuk. Zona hambat yang terbentuk,
dikategorikan kedalam daya hambat lemah, sedang, kuat, atau sangat kuat sesuai
1. Variabel penelitian
dependent (terikat) (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini variabel bebas adalah
25
b. Variabel terikat (Dependent variables)
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Independent variabel)
(Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini variabel terikat adalah diameter zona
c. Variabel kontrol
sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh
faktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini beberapa hal
yang dapat mempengaruhi adalah suhu inkubasi, waktu inkubasi, sterilitas alat,
kontaminasi, ketebalan media, jarak cakram disk dan kondisi bawang putih.
dikendalikan.
26
Adapun hubungan dari variabel tersebut adalah seperti gambar berikut :
Variabel Kontrol
- Suhu inkubasi
- Waktu inkubasi
- Sterilitas alat
- Kontaminasi
- Ketebalan media
- Jarak cakram disk
- Kondisi bawang putih
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
dapat diobservasi dari apa yang didefinisikan dan berupa penjelasan variabel-
operasional terletak pada istilah yang spesifik (Tidak berinterpretasi ganda) dan
27
Tabel 2
Definisi Operasional Variabel
1 2 3 4 5
4. Salmonella Merupakan bakteri batang gram Observasi Nominal
28
typhi ATCC negatif dan tidak membentuk
14028 spora, serta memiliki kapsul
yang merupakan isolat standar
untuk uji daya hambat.
5. Daya hambat Kemampuan perasan bawang Observasi Ordinal
putihdalam menghambat
pertumbuhan Salmonella typhi
Daya hambat lemah : < 5 mm
Daya hambat sedang : 5 – 10
mm
Daya hambat kuat : 11 – 20 mm
Daya hambat sangat kuat : > 21
mm
6. Zona hambat Diameter zona bening disekitar Mengukur zona Ratio
pertumbuhan cakram disk yang mengandung hambat dengan
Salmonella perasan bawang putih pada jangka sorong yang
typhi media MHA (Mueller Hinton dinyatakan dalam
Agar). satuan mm
(millimeter)
C. Hipotesis
Hipotesis penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah “ Terdapat
bawang putih”.
29
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Tabel 3
Rancangan posttest only control group design
Keterangan :
perasan bawang putih pada konsentrasi 20, 40, 60, dan 80%
R2 : Kelompok kontrol
bawang putih.
terbentuk.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan April
2019.
2. Tempat penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi sampel dalam penelitian ini adalah bawang putih majemuk dengan
nama ilmiah (Allium sativum L.). Bawang putih diperoleh dari perkebunan Desa
2. Sampel penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah perasan umbi bawang putih yang
diperoleh dari umbi bawang putih dengan kriteria inklusi umbi bawang putih
segar dengan ukuran umbi sekitar 2-3 cm. Sedangkan kriteria ekslusi yaitu, umbi
bawang putih yang tidak segar yang tidak sesuai dengan kriteria yang ditentukan
peneliti.
Pada penelitian ini digunakan sebanyak 500 gram bawang putih yang
konsentrasi 100% yang digunakan sebagai stok sampel. Perasan bawang putih
dibuat dalam empat konsentrasi yaitu 20, 40, 60, dan 80% (b/v) dengan
31
mengencerkan stok sampel menggunakan pelarut akuades steril. Dalam penelitian
ini menggunakan kontrol berupa cakram yang direndam dengan akuades steril.
sehingga daya hambat yang diamati murni akibat adanya aktivitas antibakteri
yang terkandung dalam perasan bawang putih. Total perlakuan dalam penelitian
(t – 1) (r – 1) ≥ 15
Keterangan :
r = jumlah ulangan
t = jumlah perlakuan
(t – 1) (r – 1) ≥ 15
(5 – 1) (r – 1) ≥ 15
4(r – 1) ≥ 15
4r – 4 ≥ 15
4r ≥ 19
r ≥ 4,75 = 5
penelitian ini adalah lebih dari atau sama dengan lima kali. Menurut Hanafiah,
(2016) jumlah ulangan suatu perlakuan tergantung pada derajat ketelitian yang
tinggi. Oleh karena itu, maka pengulangan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah lima kali, dilakukan dengan memipet perasan umbi bawang putih pada
besar sampel dalam satu kali replikasi adalah jumlah perlakuan dikalikan dengan
jumlah pengulangan, yaitu sebanyak 25 unit sampel. Namun pada penelitian ini
dilakukan dua kali replikasi, sehingga didapatkan total besar sampel sebanyak 50
unit sampel.
1. Alat
100 μl – 1000 μl (Secorex) (1 buah), ball pipet (b&n ballpipet) (1 buah), gelas
lampu spiritus (1 buah), petri disk (20 buah), tabung reaksi (5 buah) dan rak
33
stirrer (1 buah), jangka sorong (1 buah), inkubator (Esco) (1 buah), oven
(Wagtech), autoclave (Tomy Sx-50, Heat source: 1,5 kW electric fire, Weight:
analitik (Wagtech PW 124 Series, Max Capacity: 120g and Readbility: 0,0001g)
(1 buah).
2. Bahan
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu: umbi bawang putih
majemuk, aquadest steril, bakteri Salmonella typhi ATCC 14028, media Mueller
Hinton Agar, standar 0,5 Mc Farland, larutan NaCl fisiologis 0,9%, yellow tip (30
buah), blue tip (10 buah), cakram disk kosong (50 buah), cakram antibiotik
Kloramfenikol 30μg (10 buah), lidi kapas steril (2 buah), aluminium foil, kertas
34
E. Kerangka dan Prosedur Kerja
1. Kerangka kerja
Analisis data
35
2. Prosedur kerja
Pajan, Waworuntu, dan Leman (2016) yang telah disesuaikan dengan penelitian
ini:
1) Umbi bawang putih majemuk yang telah dikupas dan memuhi kriteria,
yang tertutup.
kerja yang dilakukan oleh Damayanti (2014) yang disesuaikan dengan penelitian
1) Konsentrasi perasan bawang putih yang akan dibuat yaitu 20, 40, 60, dan
36
Rumus : V1 x C1 = V2 x C2
Keterangan rumus :
100%.
Tabel 4
Pengenceran Konsentrasi Perasan Bawang Putih
4) Setelah bubuk media larut sempurna dan homogen, diukur pH media dengan
± 40 – 50°C.
9) Setelah media memadat, cawan petri dibalik, dan apabila tidak langsung
digunakan media yang sudah dituangkan pada cawan petri atau sisa media
dilakukan oleh Putri, Hafida dan Megawati (2017) yang disesuaikan dengan
1) Dua sampai tiga ose koloni Salmonella typhi dari biakan murni diambil dan
0,9%.
yang dilakukan oleh Putri, Hafida dan Megawati (2017) yang disesuaikan dengan
38
1) Lidi kapas steril disiapkan dan dicelupkan ke dalam suspensi bakteri 0,5Mc
kedalam kapas.
bawang putih konsentrasi 20, 40, 60, 80% diteteskan 20 μl perasan bawang
meresap.
20, 40, 60, 80% dan kontrol ditempelkan pada permukaan agar dalam satu
plate yang sama dan sedikit ditekan dengan pinset sampai cakram melekat
ditempelkan pada media MHA. Jarak antara cakram satu dengan yang
digeser.
39
7) Media yang telah ditempelkan cakram disk diinkubasi pada suhu 37°C
8) Zona hambat yang terbentuk kemudian diukur dengan jangka sorong dan
Jenis data yang didapatkan dari penelitian ini adalah data primer dimana
data yang diperoleh berasal dari hasil pengukuran zona daya hambat yang
dihasilkan oleh air perasan umbi bawang putih dengan berbagai konsentrasi
Cara pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
berbagai konsentrasi perasan umbi bawang putih. Hasil pengukuran diameter zona
adalah:
40
G. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul dari hasil eksperimen daya hambat perasan bawang
putih terhadap Salmonella typhi, yaitu berupa diameter zona hambat yang
2. Analisis data
Data yang telah diperoleh kemudian disajikan dan dianalisis dengan uji
statistik dengan bantuan aplikasi komputer. Data diuji dengan menggunakan uji
sebagai berikut :
atau tidak.
b. Uji One Way Anova, uji ini digunakan apabila data berdistribusi normal
41
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Objek dalam penelitian ini adalah umbi putih (Allium sativum L.). Umbi
bawang putih yang digunakan adalah umbi bawang putih segar dengan ukuran
umbi sekitar 2-3 cm yang diperoleh dari perkebunan di Desa Trunyan, Kintamani,
Bangli. Dalam proses pembuatan zat uji digunakan 500 gram umbi bawang putih
(sekitar 150 buah) yang telah dicuci bersih kemudian dilakukan penghalusan
konsentrasi 100%. Kemudian dibuat konsentrasi 20, 40, 60, dan 80% perasan
bawang putih dengan melarutkan perasan bawang putih ke dalam akuadest steril.
Bakteri uji yang digunakan adalah isolat standar untuk uji daya hambat yaitu
bakteri Salmonella typhi ATCC 14028 yang merupakan bakteri gram negatif.
(a) (b)
Gambar 6. (a) bentuk fisik umbi bawang putih, (b) perasan bawang putih
42
2. Hasil pengukuran diameter zona hambat perasan bawang putih
Hasil uji daya hambat perasan bawang putih terhadap pertumbuhan bakteri
Salmonella typhi dengan lima perlakuan yaitu konsentrasi 20, 40, 60, 80%, dan
kontrol negatif, lima kali pengulangan dan dua kali replikasi dengan metode difusi
Salmonella typhi yang ditandai dengan terbentuknya zona bening disekitar cakram
yang telah diberikan zat uji yaitu perasan bawang putih pada media Mueller
Hinton Agar.
a) Kontrol positif
Kontrol positif yang digunakan pada penelitian ini adalah cakram antibiotik
bakteri Salmonella typhi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 5
Diameter Zona Hambat Kontrol Positif Terhadap Pertumbuhan bakteri
Salmonella typhi
dan diameter zona hambat terkecil adalah 25 mm. Nilai rerata zona hambat
kontrol tersebut dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan oleh Clinical
Diameter zona hambat kontrol positif setelah dibandingkan oleh standar maka
b) Kontrol negatif
Salmonella typhi pada kontrol negatif dengan melakukan 5 kali pengulangan dan
2 kali replikasi, tidak didapatkan data diameter zona hambat karena zona bening
a) Konsentrasi 20%
pada konsentrasi 20% yang dilakukan sebanyak 5 kali pengulangan dan 2 kali
44
Tabel 6
Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Perasan Bawang Putih Terhadap
Pertumbuhan Salmonella typhi pada konsentrasi 20%
b) Konsentrasi 40%
pada konsentrasi 20% yang dilakukan sebanyak 5 kali pengulangan dan 2 kali
replikasi, didapatkan data diameter zona hambat seperti yang tersaji dalam Tabel
berikut ini :
Tabel 7
Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Perasan Bawang Putih Terhadap
Pertumbuhan Salmonella typhi pada konsentrasi 40%
c) Konsentrasi 60%
45
Berdasarkan hasil pengukuran diameter zona hambat perasan bawang putih
pada konsentrasi 60% yang dilakukan sebanyak 5 kali pengulangan dan 2 kali
replikasi, didapatkan data diameter zona hambat seperti yang tersaji dalam Tabel
berikut ini :
Tabel 8
Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Perasan Bawang Putih Terhadap
Pertumbuhan Salmonella typhi pada konsentrasi 60%
d) Konsentrasi 80%
pada konsentrasi 80% yang dilakukan sebanyak 5 kali pengulangan dan 2 kali
Tabel 9
Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Perasan Bawang Putih Terhadap
Pertumbuhan Salmonella typhi pada konsentrasi 80%
46
Diameter zona hambat
Pengulangan Rerata ± SD
Replikasi
I II III IV V
I 23 21 22 21 22 22 ± 0,8
II 23 21 22 22 22 22 ± 0,7
Rerata 23 ± 0,0 21 ± 0,0 22 ± 0,0 21,5 ± 0,7 22 ± 0,0 22 ± 0,7
Salmonella typhi
Salmonella typhi paling besar dihasilkan pada konsentrasi 80% yaitu sebesar 23
sebesar 12 mm. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui konsentrasi 20, 40, dan
60% dikategorikan kedalam daya hambat kuat karena memiliki diameter zona
bawang putih pada konsentrasi 80% dikategorikan sangat kuat dengan diameter
zona hambat lebih dari 21 mm. Untuk lebih jelasnya hasil pengukuran diameter
zona hambat pada masing-masing konsentrasi uji dan kategori daya hambatnya
Tabel 10
Kategori daya hambat perasan bawang putih berbagai konsentrasi terhadap
pertumbuhan Salmonella typhi
47
Rerata Diameter zona hambat
Per Pengulangan (mm) Rerata Interpretasi
Perlakuan
Seluruh Kategori
Konsentrasi I II III IV V
Pengulangan Daya Hambat
Tidak Ada
Kontrol (-) 0 0 0 0 0 0
Daya Hambat
20 % 13 13 14 14 15 14 Kuat
40 % 16 16 17 18 17 17 Kuat
60 % 20 20 20 20 20 20 Kuat
80 % 23 21 22 21 22 22 Sangat Kuat
Kloramfenikol 25 25 25,5 25 25 25,1 Sensitif
rerata diameter zona hambat pada perasan bawang putih terhadap pertumbuhan
20 22
20 14 17
10
0
0
%
0%
0%
0%
0%
0
i2
i4
i6
i8
si
ra
as
as
as
as
nt
nt
nt
nt
nt
se
se
se
se
se
on
on
on
on
on
K
3. Analisis data
dengan uji statistik. Uji pertama yang dilakukan yaitu uji Kolmogorov Simrnov
48
(KS) untuk mengetahui distribusi data. Hasil uji KS yang diperoleh dalam
penelitian ini adalah nilai probabilitas (p) = 0,057. Bila dibandingkan dengan
nilai α (0,05), maka nilai p > α (0,057 > 0,05) yang artinya data tersebut
berdistribusi normal, sehingga dilanjutkan dengan uji One Way Anova. Pada uji
ini, diperoleh hasil p (0,000) < α (0,05), yang artinya bahwa ada perbedaan zona
putih.
Significant Difference (LSD). Dalam uji ini diperoleh hasil nilai p (0,000) < α
(0,05), pada konsentrasi 20% terhadap 40, 60, dan 80%, konsentrasi 40% terhadap
20, 60, dan 80%, konsentrasi 60% terhadap 20, 40, dan 80%, dan konsentrasi 80%
terhadap 20, 40, dan 60 %, yang menunjukkan bahwa ada perbedaan zona hambat
B. Pembahasan
prosedur kerja yang kita lakukan sesuai atau tidak, sehingga diketahui bahwa
bakteri yang digunakan adalah sesuai dengan bakteri target yaitu Salmonella
typhi.
Salmonella typhi pada kontrol positif didapatkan rerata diameter zona hambat
sebesar 25,1 mm. Hasil pengukuran ini bila dibandingkan dengan standar CLSI
untuk kelompok bakteri Salmonella typhi masuk kedalam katagori sensitif dengan
diameter zona hambat yang terbentuk ≥ 18 mm. Zona hambat yang terbentuk
luas yang aktif melawan organisme aerob maupun anaerob gram positif dan gram
gram positif pada konsentrasi 1-10 μg/mL, sementara kebanyakan bakteri gram
negatif dihambat pada konsentrasi 0,2-5 μg/mL (Katzung, Masters, and Trevor,
2011).
didapatkan rerata diameter zona hambat setelah melakukan tiga kali pengulangan
yaitu sebesar 27 mm. Penelitian lainnya oleh Yuliana (2017) yang membuktikan
b) Kontrol negatif
Pada penelitian ini untuk kontrol negatif dianggap sebagai konsentrasi 0%.
Penggunaan kontrol kerja negatif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kontrol negatif. Hasil dari pengukuran diameter zona hambat pada seluruh
pengulangan dan dua kali replikasi tidak menghasilkan zona hambat atau sebesar
digunakan sebagai pelarut tidak memiliki zat aktif yang mampu menghambat
pertumbuhan Salmonella typhi. Hal tersebut dapat mendukung hasil penelitian ini
b. Diameter zona hambat perlakuan konsentrasi 20, 40, 60, dan 80%
Pada penelitian ini diuji empat konsentrasi perasan bawang putih terhadap
pertumbuhan Salmonella typhi yaitu konsentrasi 20, 40, 60, dan 80% dimana
zona hambat yang sebesar 22 mm. Zona hambat pertumbuhan bakteri Salmonella
typhi yang terbentuk pada konsentrasi 80% membuktikan bahwa semakin tinggi
konsentrasi perasan bawang putih yang diberikan, maka semakin besar pula
diameter zona hambat yang terbentuk di sekeliling cakram disk, dan pada
thiosulfinate yang biasa disebut alisin. Alisin tidak ditemukan pada tanaman utuh
asam amino non protein S-allylcysteine S-oxide (alin). Pada tanaman utuh, asam
demikian, ketika bahan tersebut diolah secara fisik (dipotong), maka penghalang
52
antara kompartemen ini akan pecah dan allinlyase mengkatalisis eliminasi beta
dari alin menghasilkan piruvat, amonia, dan asam allysulfenik yaitu dua molekul
yang secara spontan bereaksi membentuk. Selain alisin, senyawa lain yang
sterol, dan saponin, karena semua senyawa ini terdapat dalam bawang putih
(Sunanti, 2007).
Seluruh konsentrasi perasan bawang putih yaitu 20, 40, 60 dan 80%
kemudian diolah dengan menggunakan uji statistika. Uji pertama yang dilakukan
adalah uji normalitas atau uji Kolmogorov Smirnov, apabila hasil uji normalitas
berditribusi normal kemudian dilanjutkan dengan uji One Way Anova dan uji
Least Significan Difference (LSD). Pada penelitian ini setelah dilakukan uji
normalitas atau uji Kolmogorov Smirnov diperoleh hasil (p) = 0,057. Bila
dibandingkan dengan nilai α (0,05), maka nilai p > α (0,057 > 0,05) yang artinya
data tersebut berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas tersebut didapatkan
data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji One Way Anova untuk
53
mengetahui perbedaan zona hambat pertumbuhan Salmonella typhi dengan
menggunakan perasan bawang putih antara konsentrasi 20, 40, 60, dan 80 %.
Setelah dilakukan analisa data diperoleh hasil (0,000) < α (0,05), yang artinya
bahwa ada perbedaan zona hambat pertumbuhan Salmonella typhi pada berbagai
(0,05), yang menunjukan bahwa setiap konsentrasi perasan umbi bawang merah
konsentrasi dimulai dari konsentrasi 20% terhadap konsentrasi 40, 60, dan 80%,
konsentrasi 40% terhadap konsentrasi 20, 60, dan 80%, konsentrasi 60% terhadap
konsentrasi 20, 40, dan 80%, dan konsentrasi 80% terhadap konsntrasi 20, 40, dan
60%.
Dari hasil pengukuran diameter zona hambat pada penelitian ini didapatkan
80 % sebesar 2,0 mm. Perbedaan diameter zona hambat tersebut terjadi karena
konsentrasi 40%, 60%, dan 80%, sehingga memiliki kandungan zat aktif paling
sedikit. Semakin sedikit kandungan zat aktif pada seri pengenceran, maka bakteri
(Dewi, Mastra dan Jirna, 2018). Efek antibakteri perasan bawang putih yang
54
paling baik terlihat pada konsentrasi 80% sedangkan konsentrasi terkecil yang
pada konsentrasi 20%, namun pada konsentrasi ini telah menghasilkan diameter
zona hambat dengan kategori kuat dimana rerata diameter zona hambatnya
sebesar 14 mm .
diameter zona hambat sebesar 14 mm, sehingga hasil penelitian ini diharapkan
sebanyak 3 siung diperas sehingga diperoleh 1 sendok teh perasan bawang putih
20%.
Pada penelitian terkait yang dilakukan oleh Prihandani (2015) dengan judul
uji daya antibakteri bawang putih (Allium sativum L.) terhadap bakteri
yaitu pada konsentrasi 12,5% dengan diameter zona hambat sebesar 13,78 mm,
konsentrasi 25% sebesar 16,53 mm, dan konsentrasi 50% sebesar 27 mm.
Penelitian tersebut sejalan dengan hasil yang diperoleh pada penelitian ini yang
konsentrasi.
55
3. Kategori zona hambat perasan bawang putih berbagai konsentrasi
daya hambat kuat, dimana rentang dari daya hambat kuat adalah 11-20 mm.
kuat, dimana rentang daya hambat sangat kuat adalah ≥ 21 mm. Dengan demikian,
konsentrasi perasan bawang putih 20, 40, 60, dan 80% merupakan konsentrasi
konsentrasi 80% memiliki kategori daya hambat yang berbeda. Hal ini disebabkan
karena pada konsentrasi 20, 40 dan 60% tersebut kandungan zat aktif yang
terdapat dalam perasan bawang putih semakin berkurang sehingga daya hambat
Berbagai penelitian lain juga telah dilakukan untuk mengetahui daya hambat
(2014), yang menguji Uji Efektivitas Larutan Bawang Putih (Allium sativum L.)
aureus Dengan Metode Disc Diffusion menunjukkan bahwa larutan bawang putih
memiliki respon sangat kuat yaitu pada konsentrasi 100% dengan diameter 38,5
mm, konsentrasi 50% dengan diameter 31,8 mm, konsentrasi 25% dengan
57
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
konsentrasi 20, 40, 60, dan 80% dengan rerata diameter zona hambat
mm.
typhi pada konsentrasi perasan bawang putih 20, 40, 60, dan 80% dengan
bawang putih 20, 40, dan 60% tergolong kategori kuat dan konsentrasi 80%
B. Saran
bawang putih dalam kehidupan sehari-hari dengan konsentrasi 20% yang sudah
58
DAFTAR PUSTAKA
59
Ilic, D. P., V. D. Nikolic, L. B. Nikolic, M. Z. Stankovic, L. P. Stanojevic, and M.
D. Cakic. 2011. ‘Allicin and related compounds: biosynthesis and
pharmacological activity’. Phys Chem Tech. 1 : [9-20]. Available at:
http://facta.junis.ni.ac.rs/phat/pcat2011/pcat2011-02.pdf. diakses pada
tanggal 4 Januari 2019.
Katzung, B., Masters, and Trevor. 2011. ‘Basic & Clinical Pharmacology’. 12th
edition.Edited by H. Boushey. San Fransisco.
Kemper, K.J. 2000.‘Garlic (Allium sativum L.) Longwood herbal task force’.
Availabe at: http: www. Mep.Edu/herbal/default.
Musdalifah, A.,Khumaidi, dan I.N., Suwastika. 2018. ‘Uji Daya Hambat Dan
Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Macaranga tanarius (L.) Mull. Arg
Sebagai Antibakteri Salmonella typhi’, Natural Science: Journal of
Science and Technology, 6(3), pp. 214–224. doi:
10.22487/25411969.2017.v6.i3.9194. Available at:
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ejurnalfmipa/article/download/91
94/7294. Diakses pada tanggal 9 Mei 2019.
60
Nadifah F., Y. Prasetyaningsih, dan R. A. Masithah. 2016. ‘Aktivitas Antibakteri
Perasan Umbi Bawang Putih (Allium sativum Linn.) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi secara in vitro’, Biomedika, 9(1).
Available at: www.biomedika.ac.id. diakses pada tanggal 5 September
2018. diakses pada tanggal 20 Desember 2018.
Notoatmodjo, S. 2012. 'Metodologi Penelitian Kesehatan'. Edisi 2. Jakarta:
Rineka Cipta.
Prihandani, S. S.. M., Poeloengan, S., Maphilindawati, dan Andriani. 2015. ‘Uji
Daya Antibakteri Bawang Putih ( Allium Sativum L .) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus , Escherichia coli , Salmonella typhimurium dan
Pseudomonas aeruginosa Dalam Meningkatkan Keamanan Pangan
Antibacterial Activity Test Of Garlic (Allium Sativum)’, pp. 53–58.
Diakses pada tanggal 8 Mei 2019.
Profil Kesehatan Provinsi Bali. 2014. Dinas Kesehatan Provinsi Bali 2015.
Available at:
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROV
INSI_2015/17_Bali_2015.pdf. diakses pada tanggal 29 November 2018.
61
Setiawati, Suryatna, dan G. Sulistia. 2007. 'Pengantar Farmakologi dalam
Farmakologi dan Terapi'. Edisi 5. Gunawan, Sulistia Gan (editor).,
Departemen Farmakologik dan Terapeutik Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia, Jakarta.
62
Yuliana, A.,Ilyas, dan Suriani. 2017. ‘Isolasi Senyawa Bioaktif Antibakteri Pada
Ekstrak Etanol Teripang Pasir (Holothuria scabra) di Kepulauan Selayar’,
Al-Kimia, 5(1), pp. 71–80. doi: 10.24252/al-kimia.v5i1.2340.
Available at: http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/al-
kimia/article/download/2340/pdf_1. Diakses pada tanggal 9 Mei 2019.
63
Lampiran 1. Persetujuan Etika
64
Lampiran 2. Data Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Perasan
Bawang Putih Terhadap Pertumbuhan Salmonella typhi.
65
Lampiran 3. Hasil Uji Statistik
N 40 40
Mean 2.5000 18.2500
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1.13228 3.14398
Absolute .171 .211
Most Extreme Differences Positive .171 .088
Negative -.171 -.211
Kolmogorov-Smirnov Z 1.079 1.335
Asymp. Sig. (2-tailed) .195 .057
1. Hasil Uji Beda Data Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri Salmonella
typhi Dengan One Way Annova
ANOVA
zona hambat
66
2. Hasil Uji LSD (Least Significan Difference) Diameter Zona Hambat
Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi
Multiple Comparisons
Dependent Variable: zona hambat
LSD
(I) konsentrasi (J) Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
konsentrasi Difference (I-J) Lower Bound Upper Bound
67
* Adapted in part from CLSI document M100-S23 (M02 A11) : “Disc diffusion
supplemental tablesʼʼ Performance standards for antimicrobial susceptibility testing. The
complete standard may be obtained from the Clinical and Laboratory Standards Institute,
940 West Valley Road, Suite 1400, Wayne, PA 19807.
Test Cultures
(zone diameters in mm)
Disc
Antimicrobial Agent Code Potency Resistant Intermediate Sensitive Data Source
Chloramphenicol C 30 μg
A. Alat
Ga G
mbar 1. Plate disposible Gambar 3.Alat
ambar 2.Jangka sorong
Densitometer
sebagai alat ukur
68
Gambar 4. Batang
pengaduk, Ose, dan Gambar 5. Mikropipet Gambar 6. Bio savety
Spatula. cabinet
Ga
Gambar 7. Hotplate mbar 7. Neraca analitik Gambar 8. Inkubator
Ga
mbar 9. Autoclave
69
B. Bahan
70
Gambar19 . Yellow tip dan Gambar20 . Aluminium Gambar21 . Kapas
blue tip foil
Gambar 22. Sampel Bawang Gambar 23. Proses Gambar 24. Proses
putih majemuk pencucian sampel bawang pengeringan sampel
putih
Gambar 28. Hasil perasan Gambar 29. Seri Gambar 30. Penetesan
bawang putih murni konsentrasi perasan masing-masing
bawang putih konsentrasi kecakram
disc.
Gambar 31. Suspensi bakteri Gambar 32. Proses Gambar 33. Proses
Salmonella typhi 0,5 inokulasi bakteri penempelan cakram disc
McFarland. Salmonella typhi ke media yang telah ditetesi zat uji.
MHA
a. Hasil uji daya hambat perasan bawang putih terhadap pertumbuhan bakteri
Salmonella typhi replikasi satu
73
Konsentrasi 60% Konsentrasi 80%
b. Hasil uji daya hambat perasan bawang putih terhadap pertumbuhan bakteri
Salmonella typhi replikasi dua
74
Konsentrasi 60% Konsentrasi 80%
75