Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi oleh jamur disebut mikosis. Infeksi ini lebih jarang dibanding
infeksi bakteri atau virus. Infeksi oleh jamur biasanya baru terjadi apabila ada
kondisi yang menghambat salah satu mekanisme pertahanan tubuh. Tujuan
utama pengobatan infeksi jamur adalah menghilangkan atau membunuh
organisme yang patogen dan memulihkan kembali flora normal kulit dengan
cara memperbaiki ekologi kulit atau membran mukosa yang merupakan
tempat berkembangnya koloni jamur (Lubis, 2008). Pada saat ini penemuan
obat-obat anti jamur yang baru telah mengalami perkembangan yang pesat
baik yang berbentuk topikal maupun sistemik dan diharapkan prevalensi
penyakit infeksi jamur dapat berkurang.
Obat antijamur terdiri dari kelompok polene (amfoterisin B, nistatin,
natamisin), kelompok azol (ketokonazol, ekonazol, klotrimazol, mikonazol,
flukonazol, itrakonazol), allilamin (terbinafin), griseofulvin, dan flusitosin.
Pengetahuan tentang mekanisme kerja, aktivitas spektrum, farmakokinetik,
efek samping maupun interaksi obat-obat anti jamur sangat diperlukan dalam
memberikan pengobatan (Lubis, 2008).
Nistatin merupakan obat antijamur yang berpotensi tinggi dan memiliki
spektrum yang luas yang digunakan sebagai obat topikal untuk mikosis
mukotaneus. Obat nistatin ini terlalu toksik untuk untuk diberikan secara
parenteral sehingga hanya diberikan secara topikal. Nistatin saat ini tersedia
dalam bentuk krim, salep, supositoria, dan bentuk lain untuk digunakan pada
kulit dan membran mukosa, dan saluran cerna tidaklah bermakna. Akibatnya,
toksisitas nistatin kecil, meskipun penggunaan oralnya seringkali dibatasi
oleh rasanya yang tidak enak. Nistatin aktif terhadap sebagian besar spesies
kandida dan paling sering digunakan untuk menekan infeksi kandida
intertriginosis (Katzung, 2007).
Nistatin oral merupakan terapi profilaksis alternatif yang lebih murah dan
tidak diabsorpsi (bersifat lokal) sehingga tidak menimbulkan efek samping
2

sistemik gangguan hati. Terkait dengan latar belakang tersebut maka dalam
paper ini akan dikaji secara komprehensif mengenai nistatin sebagai obat
antijamur.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun rumusan masalah terkait dengan latar belakang di atas yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran umum nistatin sebagai obat antijamur?
2. Bagaimana farmakodinamik nistatin sebagai obat antijamur?
3. Bagaimana farmakokinetik nistatin sebagai obat antijamur ?
4. Bagaiman sediaan nistatin sebagai obat antijamur di pasaran?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dalam paper ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran umum nistatin sebagai obat antijamur.
2. Untuk mengetahui farmakodinamik nistatin sebagai obat antijamur.
3. Untuk mengetahui farmakokinetik nistatin sebagai obat antijamur.
4. Untuk mengetahui sediaan nistatin sebagai obat antijamur di pasaran.

1.4 Manfaat Penulisan


Hasil penulisan paper diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak antara lain sebagai berikut:
1. Memperkaya khasanah keilmuan dunia kedokteran terutama dalam
farmakodinamik dan farmakokinetik nistatin sebagai obat antijamur.
2. Memberikan informasi yang komprehensif mengenai nistatin sebagai obat
antijamur.

BAB II
ISI
3

2.1 Gambaran Umum Nistatin


Nistatin merupakan obat yang tergolong kelompok antijamur.
Pengobatan oral nistatin dalam bentuk cair sering digunakan untuk merawat
infeksi jamur di mulut. Bentuk tablet dan cair digunakan untuk merawat
infeksi di saluran cerna yang dikenal sebagai kandidiasis. Ini terjadi ketika
jamur yang dikenal sebagai Candida albicans tumbuh berlebih di saluran
cerna akibat dari penggunaan antibiotik atau kortikosteroid. Bentuk krem dan
ointment digunakan pada kulit untuk merawat infeksi jamur kulit. Bentuk
vaginal cream dan vaginal tablets digunakan untuk merawat infeksi pada
vagina yang disebabkan oleh Candida albicans.
Untuk pengobatan spesies kandida, nistatin dapat digunakan secara
topikal pada kulit atau membran mukosa (rongga mulut, vagina) dan dapat
juga diberikan secara oral untuk pengobatan kandidiasis gastrointestinal.
Nistatin biasanya tidak bersifat toksik tetapi kadang-kadang dapat timbul
mual, muntah, dan diare jika diberikan dengan dosis tinggi. Untuk
pengobatan kandidiasis oral, diberikan tablet nistatin 500000 unit setiap 6 jam
dan untuk pengobatan kandidiasis vaginalis diberikan 1 atau 2 vaginal
suppositoria (100000 setiap unit) yang diberikan selama lebih kurang 14 hari.
Suspensi nistatin oral terdiri dari 100000 unit / ml yang diberikan 4 kali
sehari dengan dosis pada bayi baru lahir diberikan 1 ml, bayi yang usianya
lebih tua diberikan 2 ml dan untuk dewasa diberikan sebesar 5 ml.
Nistatin telah ditetapkan untuk kategori A dalam kehamilan oleh FDA
bila diberikan sebagai supositoria vagina dan kategori C bila diberikan
sebagai troche oral. Nistatin belum dikaitkan dengan hasil yang merugikan
janin, namun nistatin hanya direkomendasikan untuk digunakan selama
kehamilan ketika manfaat melebihi risiko. Hal ini didukung dengan penelitian
systematic review yang dilakukan Cochrane ditemukan bahwa tidak ada efek
yang signifikan secara statistik terhadap mortalitas neonatus setelah
pemberian nistatin.

2.2 Farmakodinamik Nistatin


4

Nistatin merupakan antijamur yang bekerja lokal, tidak diabsorpsi


sistemik, diisolasi dari bakteri Streptomyces noursei pada tahun 1950.
Nistatin bekerja dengan mengikat ergosterol yang merupakan komponen
utama dinding sel jamur. Pada konsentrasi yang cukup, akan membentuk pori
pada membran sel jamur yang menyebabkan kebocoran kalium dan kematian
sel jamur (Kicklighter, 2002). Pemberian nistatin oral bertujuan menurunkan
kolonisasi jamur di saluran cerna.

Nystatin

Gambar 2.1 Farmakodinamik Nistatin

Nistatin oral menjadi pilihan alternatif utama sebagai profilaksis infeksi


jamur sistemik karena sifat yang dimiliki yaitu bereaksi lokal dan tidak
diabsorpsi (sistemik), murah, mudah diberikan, dan aman, meskipun
pemakaiannya sebagai prosedur rutin masih memerlukan uji klinis lebih
lanjut. Dosis yang dianjurkan untuk profilaksis 3x1 ml (100.000 IU/ml)
(Kaufman, 2008).

2.3 Farmakokinetik Nistatin


Nistatin adalah antibiotik makrolida polene dari Streptomyces noursei.
Struktur nistatin mirip dengan struktur amfoterisin B. Nistatin tidak diserap di
membran mukosa atau kulit. Obat ini terlalu toksik untuk pemberian
5

parenteral. Bila diberikan per oral, absorpsinya sedikit sekali dan kemudian
diekskresi melalui feses. Spektrum antijamurnya sebenarnya juga mencakup
jamur-jamur sistemik, namun karena toksisitasnya, nistatin hanya digunakan
untuk terapi infeksi kandida pada kulit, membran mukosa dan saluran cerna.
Nistatin efektif untuk kandidiasis oral, kandidiasis vaginal dan esofagitis
karena kandida. Nistatin terdapat dalam sediaan obat tetes atau suspensi,
tablet oral, tablet vagina, dan suppositoria. Berikut rincian farmakokinetik
dari nistatin sediaan oral dan topikal.

Sedian topikal
Absorpsi
Nistatin dalam bentuk pasta digunakan topikal pada daerah kulit yang
terinfeksi dan tidak ada indikasi penyerapan di kulit yang menyebabkan
paparan sistemik terhadap nistatin. Hal ini sejalan dengan pengamatan untuk
antibiotik polene lainnya. Nistatin tidak diserap di lapisan mukosa ketika
dioleskan sehingga toksisitas sistemik tidak diharapkan dari sediaan topikal.
Distribusi
Nistatin tidak dipenetrasi di kulit sehingga penentuan evaluasi distribusi
farmakokinetik standar tidak akan sesuai, karena tidak akan ada paparan
sistemik terhadap nistatin.
Metabolisme
Belum ada systemic review pada metabolisme nistatin. Pada dasarnya,
berdasarkan pengalaman klinis panjang dengan senyawa ini fakta ini
dianggap tidak penting dalam klinis.
Ekskresi
Nistatin tidak dipenetrasi di kulit, penentuan standar farmakokinetik eliminasi
tidak akan sesuai, karena tidak akan ada paparan sistemik terhadap nistatin.
Sediaan Oral
Absorpsi
Ada penyerapan langsung di mukosa sehingga terdapat paparan sistemik
terhadap nistatin. Penyerapan langsung yang terbatas tersebut tidak cukup
6

untuk menghasilkan efek baik efek kemoterapi sistemik atau toksisitas


apapun. Interaksi nistatin dan polene lain dengan garam empedu yang
menyebabkan bioavailabilitas oral yang buruk untuk senyawa ini.
Distribusi
Paparan sistemik setelah pemberian oral adalah minimal sebagaimana
dibuktikan oleh pemulihan sangat rendah di urin ≤ 1,0% pada 24 jam (dosis
tidak diberikan), dan konsentrasi rendah dan tidak menentu dalam serum.
Metabolisme
Konsentrasi nistatin bertahan dalam air liur selama kurang lebih 2 jam setelah
mulai larutnya 400.000 unit nistatin secara langsung. Belum ada systemic
review yang dilakukan terhadap metabolisme nistatin.
Ekskresi
Proporsi nistatin lebih tinggi di feses dan ini adalah kasus dalam penelitian
yang dilaporkan oleh Drouhet; 32% dari dosis nistatin itu dalam tinja dan
<1,0% dalam urin. Dalam penelitian in vitro, ditunjukkan bahwa nistatin
kehilangan aktivitas dalam plasma, darah dan larutan air.

Interaksi Obat
Nistatin bersinergi dengan antibiotik lain seperti tetrasiklin tetapi mekanisme
yang mendasari masih belum jelas, mungkin sebagian disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas membran yang disebabkan oleh polene.
Hal tersebut mendukung pandangan bahwa tidak ada efek merusak yang
diharapkan jika agen terapi itu harus dipakai bersamaan dengan nistatin.

2.4 Sediaan Obat Nistatin di Pasaran


a. Candistin
Nistatin 100.000 UI yang diindikasikan untuk terapi kandidiasis pada
rongga mulut. Kontraindikasi pada hipersensitif. Dosis untuk bayi 4x1-2
7

ml sehari; anak dan dewasa: sehari 4x1-6 ml diteteskan ke dalam mulut


dan ditahan beberapa waktu sebelum ditelan; bayi dan anak diberikan
setengah dosis diteteskan pada masing-masing sisi mulut; pengobatan
sebaiknya dilanjutkan hingga 48 jam setelah gejala menghilangdan kultur
normal kembali. Bila keluhan dan gejala memburuk atau menetap (hingga
14 hari pengobatan), penderita harus dievaluasi dan dipertimbangkan
untuk diberikan pengobatan alternatif. Kemasan candistin dalam bentuk
botol tetes 12 ml.
b. Cazetin
Nistatin 100.000 UI/ml suspensi diindikasikan untuk kandidiasis pada
rongga mulut dan saluran pencernaan. Dosis untuk dewasa sehari 4x1-2
ml; bayi dan anak-anak, sehari 3-4x1 ml. Dosis untuk profilaksis sehari
1x1 ml. Obat cazetin tersedia dalam kemasan botol 15 ml dan 1 pipet tetes.
c. Decastin
Nistatin 500.000 UI/tab oral, 100.000 UI/tab vaginal. Indikasi penggunaan
obat decastin sebagai pengobatan trikomosasidium. Obat Decastin tersedia
dalam kemasan Dus 100 tab oral; Dus 20x5 tab vaginal.
d. Enystin
Nistatin 100.000 UI/ml diindikasi sebagai pengobatan kandidiasis oral dan
intestinal. Kontraindikasi terhadap hipersensitivitas. Dosis obat enystin
pada orang dewasa dan anaka-anak sebesar sehari 4x1-2 ml (100.000-
200.000 u). Terapi sebaiknya dilanjutkan sampai 48 jam setelah gejala
menghilang. Kemasannya dalam bentuk botol 12 ml (drops+pipet 1 ml)
Rp. 19.500,-
e. Flasgystatin
Metronidazol 500 mg, Nistatin 100.000 UI indikasi untuk pengobatan
infeksi vagina yang disebabkan oleh trikomoniasis dan kandidiasis ataupun
infeksi campurannya. Kontraindikasi hipersensitif terhadap metronidazole
dan nistatin. Efek samping obat berupa pruritus dan letikaria. Dosis:
Ovula: 1 ovula selama 7-19 hari; krim: 1 aplikator perhari selama 10 hari.
Kemasan dalam bentuk tube 25 g krim, Dus 10 ovula.
8

f. Fungatin
Nistatin 100.000 UI/ml indikasi untuk pengobatan infeksi kandida pada
mulut, esofagus, usus, kandidiasis oral pada bayi baru lahir dari
kandidiasis vagina. Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat
fungatin adalah tidak diperuntukkan untuk infeksi jamur sistemik. Efek
samping yang ditimbulkan berupa mual, muntah, diare, nyeri abdomen
berat, iritasi atau sensitasi oral, urtikaria atau kemerahan pada kulit. Sangat
jarang menyebabkan sindroma Steve-Johson. Dosis orang dewasa yang
sariawan dan infeksi rongga mulut karena Candida albicans 1-4 ml pada
lesi 4 kali/hari. Kandidiasis intestinal dan oral 1-sehari 4x2 ml. Lama
terapi selama 14 hari. Kemasan obat ini dalam bentuk suspensi 12 ml.
g. Kandistatin
Nistatin 100.000 UI/ml suspensi indikasi untuk pengobatan kandidiasis
pada rongga mulut, kandidiasis pada kerongkongan dan saluran cerna.
Profilaksis oral trush pada bayi baru lahir. Efek samping obat ini adalah
diare dan gangguan gastrointestinal. Dosis pada orang dewasa sebesar 4x1-
2 ml sehari, untuk anak-anak 3-4x1ml. Sebagai profilaksis, dosisnya
sebesar 1x1 ml sehari. Kemasan obat ini dalam bentuk botol 12 ml
suspensi 100.000 UI/ml x 12 ml.
h. Mycostatin
Nistatin 100.000 UI/ml; 500.000 UI indikasi untuk pengobatan kandidiasis
mulut dan usus yang kontraindikasi hipersensitivitas. Hal yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan obat mycostatin adalah pernah dilaporkan
adanya sindrom Steven Johson. Dosis mycostastin sebagai pengobatan
kandidiasis mulut dan usus sebesar sehari 3x 1-2 tab atau sehari 4x1 ml
untuk kandidiasis mulut. Suspensi obat ini sebaiknya dikulum sebelum
ditelan. Profilaksis pada bayi baru lahir terutama bayi prematur sehari 1x1
ml. Kemasan obat ini dalam bentuk botol 12 ml; 100 tab.
i. Myco-Z
Nistatin 100.000 UI/ml dan seng oksida 200 mcg/g indikasi untuk
pengobatan infeksi jamur karena Candida, yang terhadap pada intertigo,
9

interdigital, mikosis, paronisia, diaper rash dan lain-lain. Kemasannya


dalam bentuk tube 10 g salep dengan harga sebesar Rp. 47.200,-.
j. Nymiko
Nistatin 100.000 UI/ml suspensi indikasi disesuaikan dengan dosis.
Kontraindikasi hipersensitivitas. Perlu diperhatikan bahwa obat ini
sebaiknya tidak diberikan pada ibu hamil dan menyusui. Efek samping
yang ditimbulkan berupa gangguan saluaran cerna, diare, mual, dan
muntah. Dosis untuk infeksi rongga mulut yang disebabkan Candida
albicans (agar dikunur dahulu sebelum ditelan). Bayi, anak-anak, dan
dewasa sehari 4x1 ml suspensi. Obat ini dikemas dalam bentuk botol 12
ml suspensi dengan harga Rp. 26.930,-.
k. Vagistin
Metronidazol 500 mg, Nistatin 100.000 UI. Indikasi untuk pengobatan
vaginitis disebabkan infeksi Trichomonas vaginalis, Candida albicas, dan
bakteri anaerob. Kontraindikasi dan efek samping berupa hipersensitivitas.
Perlu diperhatikan, hati-hati pada kehamilan trimester pertama. Dosis
sebesar 1 ovula setiap hari diberikan sebelum tidur selama 7-10 hari,
dimasukkan ke dalam vagina. Obat ini dikemas dalam bentuk Dus 3x10
ovula (ISFI, 2013)

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan analisis dan sintesis atas permasalahan yang dikaji, dapat
disimpulkan sebagai berikut.
10

1. Nistatin adalah obat antijamur yang tersedia dalam berbagai sediaan baik
itu krem, oinment, maupun tablet. Untuk pengobatan spesies kandida,
nistatin dapat digunakan secara topikal maupun secara oral. Nistatin
biasanya tidak bersifat toksik tetapi kadang-kadang dapat timbul mual,
muntah dan diare jika diberikan dengan dosis tinggi.
2. Nistatin dihasilkan oleh Streptomyces noursei, mekanisme kerja obat ini
dengan cara merusak membran sel yaitu terjadi perubahan permeabilitas.
Nistatin oral menjadi pilihan alternatif utama sebagai profilaksis infeksi
jamur sistemik.
3. Struktur nistatin mirip dengan struktur amfoterisin B. Nistatin tidak
diserap dari membran mukosa atau dari kulit. Obat ini terlalu toksik untuk
pemberian parenteral. Bila diberikan per oral, absorpsinya sedikit sekali
dan kemudian diekskresi melalui feses. Spektrum antijamurnya mencakup
jamur-jamur sistemik.
4. Ada berbagai merek obat nistatin di pasaran diantaranya adalah Candistin,
Cazetin, Decastin, Enystin, Flasgystatin, Fungatin, Kandistatin,
Mycostatin, Myco-Z, Nymiko, Vagistin yang memiliki indikasi yang
berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 2013. ISO (Informasi Spesialite Obat


Indonesia). Volume 48. Jakarta: PT ISFI

Lubis RD, 2008. Pengobatan Dermatomikosis. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit


Dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
11

Katzung BG. 2007. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi X. Jakarta, Salemba
Medika. Halaman 813.

Kaufman D. 2008. Prevention of invasive Candida infections inmpreterm infants:


the time is now. Expert Rev Anti Infect Ther;6:393-9.

Kicklighter SD. 2002. Antifungal agents and fungal prophylaxis in the neonate.
NeoReviews;3:e249-54.

Anda mungkin juga menyukai