Anda di halaman 1dari 66

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN MOTILITAS SPERMA


PADA PEROKOK AKTIF

Oleh :
I NYOMAN WAHYU GANESHA P.
NIM. P07134016 054

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
DENPASAR
2019
KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN MOTILITAS SPERMA


PADA PEROKOK AKTIF

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah
Jurusan Analis Kesehatan
Program Studi Diploma III

Oleh :
I NYOMAN WAHYU GANESHA P.
NIM. P07134016 054

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
DENPASAR
2019

ii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Terimakasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang senantiasa memberikan

tuntunan dan terus menyertai setiap waktu.

Terima kasih kepada pembimbing I dan II yang telah membimbing dan

menginspirasi saya selama proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, Saya juga

tidak akan mungkin mencapai tahap ini tanpa motivasi dari kedua orang tua saya

yang selama ini mendidik dan mendukung saya.

Terimakasih kepada orang orang hebat yang saya temui atas arahan, bimbingan,

inspirasi dan motivasinya pada saya untuk tetap semangat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini. Terimakasih juga kepada teman teman, sahabat, adik, pacar dan

keluarga JAK 16 untuk dukungan, semangat, bantuan, candatawa, serta

perjuangan kita bersama

Karya Tulis Ilmiah ini hanya sebagian kecil dari ilmu pengetahuan yang luas,

namun saya berharap dapat menjadi inspirasi dan bagian dari karya selanjutnya

yang lebih baik

Karya ini sepenuh hati saya persembakan bagi semua orang yang membutuhkan

dan semoga dapat bermanfaat

iii
iv
v
vi
RIWAYAT PENULIS

Penulis adalah I Nyoman Wahyu Ganesha P.

dilahirkan di Jungutbatu pada tanggal 5 April 1998 dari

Ayah I Ketut Suyana dan Ibu Ni Wayan Suratni.

Penulis merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara dan

berkewarganegaraan Indonesia serta beragama Hindu.

Penulis memulai pendidikan pada tahun 2003-

2004 di TK Kumara Jaya Desa Jungutbatu. Pada tahun 2004-2010 melanjutkan

pendidikan ke jenjang sekolah dasar di SDN 1 Jungutbatu. Pada tahun 2010-2013

penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMPN 4

Nusa Penida. Pada tahun 2013-2016 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang

sekolah menengah atas di SMAN 2 Denpasar dan lulus pada tahun 2016. Pada

tahun 2016 penulis menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah atas dan

melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan Denpasar program studi Diploma

III Jurusan Analis Kesehatan.

vii
DESCRIPTION OF SPERM MOTILITY IN ACTIVE SMOKERS

ABSTRACT

Infertility is a condition where a married couple has not been able to have
offspring after having sexual intercourse without using any type of contraception.
Infertility can be influenced by several factors, one of which is smoking. This
study aims to determine the description of sperm motility in active smokers. The
type of this study used is deskripitive research with the sampling technique using
purbosive sampling technique by taking 10% of 200 samples which means 20
samples. Analysis of the data used in this study is descriptive. The results obtained
were active smokers who consumed alcohol as much as 75%, exercised as much
as 30% and smoked more than 5 years as much as 65%. The results of sperm in
all active smokers used as respondents were obtained by Progressive (PR) 100%,
while Nonprogressive and Immotyl did not exist.

Keyword : active smoker, sperm, sperm motility.

viii
GAMBARAN MOTILITAS SPERMA
PADA PEROKOK AKTIF

ABSTRAK

Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu
memiliki keturunan setelah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat
kontrasepsi jenis apapun. Infertilisasi dapat dipengaruhi beberapa faktor salah
satunya yaitu merokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
motilitas sperma pada perokok aktif. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskripitf dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
purbosive sampling dengan mengambil 10% dari 200 sampel yang berarti 20
sampel. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Hasil
yang didapat adalah perokok aktif yang mengonsumsi alkohol sebanyak 75%,
melakukan akitivitas olahraga sebanyak 30% dan merokok lebih dari 5 tahun
sebanyak 65%. Hasil sperma pada semua perokok aktif yang dijadikan responden
didapatkan hasil Progresif (PR) 100%, sedangkan Nonprogresif dan Immotyl
tidak ada.

Kata kunci: perokok aktif, sperma, motilitas sperma

ix
RINGKASAN PENELITIAN

Gambaran motilitas sperma pada perokok aktif

Oleh : I Nyoman Wahyu Ganesha P. (NIM : P0713416054)

Tingginya angka pria perokok di seluruh dunia dan fakta bahwa asap rokok

mengandung lebih dari 4000 bahan berbahaya yang dapat mengganggu sistem

reproduksi. Gangguan yang terjadi dapat berupa penurunan kualitas spermatozoa

yang dapat dilihat melalui analisis sperma. Parameter kelainan morfologi

spermatozoa (teratozoospermia) diukur menurut kriteria WHO yaitu apabila

jumlah sperma yang ditemukan dalam bentuk normal ≥ 30%. Hal ini akan

menyebabkan terbentuknya sperma yang memiliki bentuk tidak sempurna dan

mengganggu pergerakan sperma.

Pemeriksaan sperma dilakukan untuk mengetahui kualitas sperma


seseorang untuk dapat tidakmya orang tersebut melakukan pembuahan.
Pemeriksaan sperma dilakukan mulai dari secara makroskopis, mikroskopis
hingga pemeriksaan secara kimia, sebelum melakukan pemeriksaan sperma,
terlebih dahulu subjek diberikan edukasi cara pengambilan sampel. Subjek harus
melakukan puasa mengeluarkan sperma 3-7 hari. Pengambilan sampel dilakukan
dengan melakukan masturbasi. Tidak dianjurkan untuk melakukan senggama
terputus (koitus interuptus) karena dapat mengganggu hasil yang sebenarnya.
Penampungan sampel harus menggunakan wadah pot kaca bersih dengan mulut
lebar dan berulir. Sampel yang diperoleh harus segera dilakukan pemeriksaan, jika
10 dilakukan penundaan, stabilitas sampel hanya 1 jam setelah liquefasi. Sperma
ketika diejakulasikan akan berwarna putih keruh dan kental, sperma biasanya akan
mengalami liquefasi (penurunan kekentalan) dalam waktu kurang dari 60 menit
akibat adanya fibrinolysis.

x
Pengujian motilitas sperma bertujuan untuk mengetahui persentase sperma
yang bergerak dengan bebas setelah sampel mengalami liquefasi, untuk
melakukan pengujian motilitas sperma, diteteskan 10-50µl yang kemudian ditutup
dengan cover glass berukuran 20x20 mm dan diamati dibawah mikroskop dengan
pembesaran mulai 10x objektif untuk melihat penyebaran sperma yang merata
pada preparat, kemudian dilanjutkan dengan pembesaran 40x objektif untuk
menilai motilitas sperma.
Berdasarkan penelitian gambaran motilitas sperma yang sudah dilakukan
pada 20 sampel yang sudah disajikan pada Tabel 4 didapatkan hasil dari 20
sampel adalah Progresif (PR) 100%, sedangkan Nonprogresif (NP) dan Immotyl
(IM) didapatkan hasil 0%. Penelitian mengenai efek bahan kimia dari rokok
menunjukkan adanya gangguan pada spermatogenesis melalui peningkatan
produksi radikal bebas atau oksigen yang reaktif.

Daftar bacaan : 16 (2006-2017)

xi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa

karena atas rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul “Gambaran Motilitas Sperma pada Perokok Aktif”.

Penulis berharap agar tulisan ini dapat memberikan manfaat secara

keilmuan bagi semua kalangan medis khususnya analis kesehatan, serta dapat

menjadi pengetahuan bagi masyarakat luas khususnya pria. Penulis menyadari

bahwa keberhasilan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan

hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar - besarnya

kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, yaitu

kepada :

1. Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Denpasar yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti

pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Denpasar.

2. Cok. Dewi Widhya Hana Sundari, S.KM., M.Si selaku Ketua Jurusan

Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Denpasar, yang telah memberikan

kesempatan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Dr. dr. Dewi Sarihati, M.Biomed selaku pembimbing utama sekaligus

pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

xii
4. I Nyoman Jirna, SKM., M.Si selaku pembimbing pendamping sekaligus

pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Seluruh dosen yang telah memberikan bimbingan, saran, dan dukungannya

sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat waktu.

6. Ibu, Bapak, adik-adik, pacar, dan seluruh keluarga yang selalu

memberikan motivasi dan dukungannya.

7. Seluruh teman-teman Analis Kesehatan angkatan 2016 Politeknik

Kesehatan Denpasar, selaku sahabat dan saudara seperjuangan yang tidak

mungkin penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu serta memberi

semangat dan motivasinya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Seluruh kerabat dan sejawat yang tidak mungkin penulis sebutkan satu

persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak

sangat diharapkan.

Denpasar, Januari 2019

Penulis

xiii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................ ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................v

LEMBAR SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ..................... vi

RIWAYAT PENULIS ........................................................................ vii

ABSTRACT ...................................................................................... viii

ABSTRAK .......................................................................................... ix

RINGKASAN PENELITIAN ................................................................x

KATA PENGANTAR ........................................................................ xii

DAFTAR ISI .....................................................................................xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................. xvii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................xix

DAFTAR SINGKATAN .....................................................................xx

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ..................................................................................1

B. Rumusan masalah ............................................................................4

C. Tujuan penelitian .............................................................................4

D. Manfaat penelitian ............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

xiv
A. Spermatozoa ....................................................................................6

B. Spermatogenesis ..............................................................................6

C. Fungsi dan kualitas sperma ...............................................................8

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sperma ...........................9

E. Pemeriksaan sperma .......................................................................12

F. Faktor pengganggu motilitas sperma .............................................. 16

G. Cara dan syarat mendapatkan spesimen sperma .............................. 17

H. Kelainan sperma ............................................................................. 17

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep ............................................................................ 20

B. Variabel penelitian dan definisi operasional variabel ...................... 21

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian ............................................................................... 22

B. Tempat dan waktu penelitian .......................................................... 22

C. Populasi dan sampel penelitian ....................................................... 22

D. Jenis, teknik dan instrumen pengumpulan data ............................... 24

E. Pengolahan dan analisis data .......................................................... 27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian ............................................................................. 29

B. Pembahasan .................................................................................. 33

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ........................................................................................ 37

B. Saran .............................................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................38

xv
LAMPIRAN ........................................................................................ 39

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Definisi operasional variabel .................................................. 21

Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan lama merokok .............. 30

Tabel 3 Karakteristik responden berdasarkan mengonsusi alkohol ...... 30

Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan aktivitas berolahraga .... 31

Tabel 5 Hasil gambaran motil sperma pada perokok aktif ................... 31

Tabel 6 Karakteristik pada responden yang berolahraga ...................... 32

Tabel 7 Karakteristik pada responden yang mengonsumsi alkohol .....32

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka konsep ................................................................ 20

Gambar 2. Bagan Prosedur penelitian .................................................. 28

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lampiran Hasil ................................................................. 39

Lampiran 2. Informed concent (surat persetujuan) ................................ 40

Lampiran 3. Pedoman wawancara ........................................................ 41

Lampiran 4. Hasil pengelompokan berdasarkan karakteristik ............... 42

Lampiran 5. Kuesioner merokok .......................................................... 43

Lampiran 6. Hasil pemeriksaan motil sperma responden ...................... 44

Lampiran 7.Surat ijin ............................................................................ 45

Lampiran 8. Dokumentasi kegiatan penelitian .......................................46

DAFTAR SINGKATAN

xix
ADH : Alkohol Dehidrogenase

DM : Diabetes Melitus

DNA : Deoxyribose-Nucleic Acid

IM : Immotyl

Kemenkes : Kementerian Kesehatan

ml : Mili Liter

NP : Non Progresif

PAH : Polynuclear Aromatic Hydrogen

pH : Power of Hydrogen

PR : Progresif

Poltekkes : Politeknik Kesehatan

RI : Republik Indonesia

ROS : Reactive Oxygen Species

SK : Surat Keterangan

SMA : Sekolah Menengah Atas

WHO : World Health Organization

µl : Micro Liter

xx
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kebiasaan merokok merupakan kebiasaan manusia sejak ratusan tahun yang

lalu dan penggemarnya pun semakin meningkat. Saat ini sekitar 30% penduduk

Indonesia adalah perokok, sedangkan berdasarkan jenis kelamin sekitar 60% laki-

laki dan 5% wanita Indonesia adalah perokok. Dua reaksi yang terjadi pada proses

merokok adalah reaksi pembakaran dan reaksi pirolisa. Reaksi pembakaran

dengan oksigen akan membentuk senyawa CO2, H2O2, NO, SO, dan CO. Reaksi

pirolisa menyebabkan pemecahan struktur kimia rokok menjadi banyak senyawa

kimia yang strukturnya sangat kompleks. Dilaporkan ada sekitar 100 senyawa

kimia yang terkandung dalam rokok bersifat toksik seperti bahan karsinogen, tar,

nikotin, nitrosamin, karbon monoksida, senyawa PAH (Polynuclear Aromatic

Hydrogen), fenol, karbonil, klorin dioksin, dan furan. (Rahmah, 2015).

Tingginya angka pria perokok di seluruh dunia dan fakta bahwa asap rokok

mengandung lebih dari 4000 bahan berbahaya yang dapat mengganggu sistem

reproduksi. Gangguan yang terjadi dapat berupa penurunan kualitas spermatozoa

yang dapat dilihat melalui analisis sperma. Parameter kelainan morfologi

spermatozoa (teratozoospermia) diukur menurut kriteria WHO yaitu apabila

jumlah sperma yang ditemukan dalam bentuk normal ≥ 30%. Hal ini akan

menyebabkan terbentuknya sperma yang memiliki bentuk tidak sempurna dan

mengganggu pergerakan sperma (Putra, 2014).

Asap rokok sangat banyak mengandung campuran racun yang kompleks,

beberapa dari racun tersebut adalah radikal bebas. Asap rokok dapat diuraikan

1
menjadi gas dan partikulat, tiap bentuk tersebut mempunyai zat kimia yang

berbeda. Secara keseluruhan bentuk gas mengalami oksidasi sedangkan bentuk

partikulat mengalami reduksi. Beberapa unsur pokok pada asap rokok dalam

bentuk gas diantaranya adalah amonia (NH3), karbonmonoksida (CO), carbon

diosida (CO2), nitrogen oksida (NO), nitrogen diokida (NO2), hidrogen sianida

(HCN), sedangkan dalam bentuk partikulate diantaranya adalah tar, nikotin, metal

(seperti kadmium, timah (lead), nikel, besi, kromium, arsenik) (Halliwell &

Gutteridge, 1999). Berdasarkan kandungan zat kimia tersebut, maka dapat

dipastikan efek rokok sangat merugikan bagi kesehatan, salah satunya pada

kualitas kesehatan sperma (Sukendro, 2007).

Beberapa penelitian mengenai efek bahan kimia dari rokok menunjukkan

adanya gangguan pada spermatogenesis melalui peningkatan produksi radikal

bebas atau oksigen yang reaktif. Merokok dapat meningkatkan radikal bebas dan

menurunkan antioksidan pada semen serta dapat menimbulkan kerusakan DNA

melalui fragmentasi DNA seluler dan abnormalitas morfologi (kepala, leher dan

ekor) spermatozoa. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan kadar 8-OhdG (marker

fragmentasi DNA) sebesar 50% pada spermatozoa pria perokok. Merokok tidak

hanya berbahaya bagi perokok aktif tetapi berbahaya juga untuk individu di

sekitarnya atau disebut sebagai non-perokok (perokok pasif). Konsentrasi atau

jumlah spermatozoa pada perokok aktif 23% lebih rendah dibandingkan dengan

non-perokok (Aina, 2005).

Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu

memiliki keturunan setelah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 sampai 3

kali seminggu dalam 1 tahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun

2
Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas antara lain usia, stres, lingkungan,

dan juga aktivitas seksual (frekuensi, posisi, waktu, dan lain-lain). Faktor

lingkungan yang dimaksud disini adalah alkohol, ganja dan juga rokok. Merokok

sendiri sudah menjadi hal yang lumrah di Indonesia, bukan hanya dilakukan oleh

lelaki dewasa, tetapi juga oleh remaja bahkan anak-anak. Data Riset Kesehatan

Dasar tahun 2010 menyebutkan prevalensi merokok di Indonesia mencapai

34,7%, dengan umur rata-rata mulai merokok 17,6 tahun (RISKESDAS, 2010).

Terdapat studi yang menyatakan bahwa rokok menurunkan antioksidan dan

meningkatkan Reactive Oxygen Species (ROS) di dalam cairan semen, sehingga

perokok lebih berisiko mengalami infertilitas karena tingginya radikal bebas

dalam sperma dapat mengganggu DNA mitokondria dan apoptosis spermatozoa.

Hal ini dapat mengakibatkan kelainan pada sperma, termasuk berkurangnya

motilitas spermatozoa. Berdasarkan penelitian dari Joice Marlina pada tahun

2010, dibuktikan bahwa terdapat penurunan motilitas spermatozoa pada pasien

infertil perokok bila dibandingkan dengan pasien infertil yang tidak merokok.

Penelitian terakhir menunjukan bahwa merokok dapat memiliki efek buruk pada

fertilitas. Penelitian-penelitian ini menunjukan bahwa merokok dapat mengurangi

jumlah sperma dalam ejakulasi dan menyebabkan kerusakan DNA dalam

mengembangkan sel sperma. Menurut sebuah penelitian, perokok yang

menghabiskan lebih dari 10 batang rokok perhari dilaporkan mengalami

pengurangan jumlah sperma sekitar 13 sampai 17% jika dibandingkan dengan

orang yang bukan perokok. Sebuah penelitian yang melacak jumlah sperma dari 3

perokok 5 sampai 15 bulan sampai mereka berhenti merokok melaporkan bahwa

jumlah sperma meningkat sampai sedikitnya 50%. Studi terakhir memperlihatkan

3
sel tunas dalam testis rentan terhadap kerusakan genetis, juga terbukti bahwa

kerusakan DNA sperma akibat merokok dapat diteruskan kepada embrio dan

anak. DNA sperma tersebut juga terkait terhadap peningkatan resiko anak

terhadap kanker (Amarudin, 2012).

B. Rumusalan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dalam penelitian

ini dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah gambaran motilitas sperma pada

Perokok aktif?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran motilitas sperma pada perokok aktif.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik perokok aktif

b. Untuk menghitung jumlah spermatozoa motil pada perokok aktif.

c. Untuk mendeskripsikan spermatozoa motil berdasarkan karakteristik

responden seperti : mengonsumsi alkohol dan yang aktif berolahraga.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat praktis

Sebagai bahan informasi sebagai bahan informasi dalam memberikan

penyuluhan kepada masyarakst tentang efek merokok.

4
2. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan sumber

informasi mengenai analisis sperma dan juga sebagai acuan untuk penelitian-

penelitian selanjutnya yang membutuhkan informasi tentang motilitas sperma.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Spermatozoa

Sistem reproduksi manusia terutama terdiri dari sistem reproduksi pria dan

system reproduksi wanita. Sistem reproduksi pria menghasilkan spermatozoa.

Spermatozoa yang berkualitas baik akan memungkinkan terjadinya fertilisasi.

Kualitas spermatozoa meliputi beberapa aspek, yaitu motilitas spermatozoa yang

dapat dibagi menjadi tiga kriteria (motilitas baik, motilitas kurang baik dan tidak

motil), morfologi spermatozoa meliputi bentuknya (normal atau abnormal,

abnormalitas dapat terjadi pada kepala, midpiece atau ekor), konsentrasi atau

jumlah spermatozoa dan viabilitas (daya hidup) spermatozoa (Jonge, 2006).

B. Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah suatu proses kompleks dimana sel germinativum

primordial yang relatif belum berdiferensiasi, spermatogonia (masing-masing

mengandung komplemen diploid 46 kromosom), berproliferasi dan diubah

menjadi spermatozoa yang sangat khusus dan mudah bergerak, masing-masing

mengandung sel haploid 23 kromosom yang terdistribusi secara acak.

Spermatogenesis pada manusia membutuhkan waktu 64 hari untuk pembentukan

dari spermatogenium menjadi sperma matang (Solihati et al., 2013).

Spermatogenesis mencakup tiga tahapan utama:

1. Proliferasi mitotic

Spermatogonia yang berada di lapisan terluar tubulus terus menerus

bermitosis, dengan semua sel anak mengandung komplemen lengkap 46

kromosom identik dengan sel induk. Proliferasi ini menghasilkan pasokan sel

6
germinativum baru yang terus-menerus, kemudian setelah pembelahan mitotik

sebuah spermatogonium, salah satu sel anak tetap di 2 tepi luar tubulus sebagai

spermatogonium tak berdiferensiasi sehingga turunan sel germinativum tetap

terpelihara. Sel anak yang lain mulai bergerak ke arah lumen sembari menjalani

berbagai tahap yang dibutuhkan untuk membentuk sperma, yang kemudian akan

dibebaskan ke dalam lumen. Pada manusia, sel anak penghasil sperma membelah

secara mitosis dua kali lagi untuk menghasilkan empat spermatosit primer identik,

setelah pembelahan mitotik terakhir, spermatosit primer masuk ke fase istirahat

saat kromosom-kromosom terduplikasi dan untaian-untaian rangkap tersebut tetap

menyatu sebagai persiapan untuk pembelahan meiotik pertama.

2. Meiosis

Selama meiosis, setiap spermatosit primer (dengan jumlah diploid 46

kromosom rangkap) membentuk dua spermatosit sekunder (masing-masing

dengan jumlah haploid 23 kromosom rangkap) selama pembelahan meiosis

pertama, akhirnya menghasilkan empat spermatid (masing-masing dengan 23

kromosom tunggal) akibat pembelahan meiotic, setelah tahap spermatogenesis ini

tidak terjadi lagi pembelahan lebih lanjut. Setiap spermatid mengalami

remodelling menjadi spermatozoa karena setiap spermatogonium secara mitosis

menghasilkan empat spermatosit primer dan setiap spermatosit primer

menghasilkan empat spermatid, maka rangkaian spermatogenesis pada manusia

menghasilkan 16 spermatozoa setiap kali spermatogonium memulai proses 3 ini.

Biasanya sebagian sel lenyap di berbagai tahap sehingga defisiensi produksi

jarang setinggi ini.

7
3. Pengemasan

Spermatid setelah meiosis masih memiliki struktur mirip spermatogonia

yang belum berdiferensiasi, kecuali bahwa komplemen kromosomnya kini hanya

separuh. Pembentukan spermatozoa yang sangat khusus dan bergerak dari

spermatid memerlukan proses remodelling, atau pengemasan ekstensif elemen-

elemen sel, suatu proses yang dikenal sebagai spermiogenesis.

C. Fungsi dan kualitas sperma

Fungsi sperma ialah untuk pembuahan secara alamiah, untuk mampu

melakukan pembuahan tentunya sperma harus memiliki kualitas yang baik,

penilaian kualitas sperma dapat dilihat dari fungsi organ hingga fungsi hormonal

sel sperma itu sendiri, dalam menilai kualitas sperma dapat dilakukan melalui tiga

penilaian, yaitu daya tahan sperma, flagel, dan komponen sitoplasma.

Daya tahan sperma yang baik sangat dibutuhkan untuk keberhasilan

fertilisasi, karena semakin baik daya tahan sperma maka semakin banyak sperma

yang mampu mencapai sel telur sehingga kemungkinan keberhasilan fertilisasi

semakin besar. pH sperma yang basa sangat berbeda dengan pH normal vaginal

yang asam, sehingga perbedaan pH ini sangat berpengaruh terhadap daya tahan

sperma. Daya tahan sperma dapat dinilai dengan melihat kelangsungan hidup

sperma dari durasi motilitas sperma, jika terdapat banyak sperma yang IM maka

dilanjutkan dengan melihat vitalitas sperma.

Flagel berfungsi untuk melakukan pergerakan, sperma juga menggunakan

flagel untuk melepaskan diri dari epitel oviduk. Flagel sperma juga berperan saat

terjadinya pembuahan karena berfungsi ketika sperma melakukan penetrasi

oopharus cumulus dan zona pelusida. Penilaian dapat dilakukan dengan melihat

8
motilitas sperma, dan juga dapat dilakukan dengan penilaian morfologi sperma.

Komponen sitoplasma mempengaruhi morfologi kepala sperma, sehingga untuk

menilai kualitas komponen sitoplasma dapat dilakukan dengan menilai morfologi

sel sperma melalui sediaan kering dengan pengecatan (Nieschlag, 2010).

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sperma

1. Asap rokok

Beberapa penelitian mengenai efek bahan kimia dari rokok menunjukkan

adanya gangguan pada spermatogenesis melalui peningkatan produksi radikal

bebas atau oksigen yang reaktif. Merokok dapat meningkatkan radikal bebas dan

menurunkan antioksidan pada semen serta dapat menimbulkan kerusakan DNA

melalui fragmentasi DNA seluler dan abnormalitas morfologi (kepala, leher dan

ekor) spermatozoa. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan kadar 8-OhdG (marker

fragmentasi DNA) sebesar 50% pada spermatozoa pria perokok.

2. Nutrisi

Nutrisi atau makanan adalah salah satu hal yang dapat mempengaruhi

motilitas spermatozoa. Nutrisi dapat memberikan dampak yang positif dan

dampak yang negatif bagi motilitas spermatozoa. Nutrisi yang dapat memberikan

dampak positif, yaitu makanan yang mengandung antioksidan, karena antioksidan

dapat menangkal dan mereduksi radikal bebas atau senyawa ROS, contohnya

adalah Vitamin C, Vitamin B2 dan B6, Selenium, dan Zinc. Nutrisi yang dapat

memberikan dampak negatif antara lain alkaloid, minyak, astiri, dan tannin yang

dpaat menyebabkan penhambatan motilitas spermatozoa dan kualitas

spermatozoa.

9
3. Polutan (asap kendaraan)

Sumber polusi terbesar dihasilkan asap kendaraan bermotor yang mencapai

70%. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi

masyarakat pengguna jalan dan mereka yang beraktivitas di dekat sumber polusi

merupakan kelompok yang rentan terkena dampaknya, contohnya polisi lalu

lintas. Sebuah penelitian dilakukan terhadap 290 polisi lalu lintas yang telah

bekerja lebih dari 5 tahun dan 58 polisi non lalu lintas. Hasilnya, sperma polisi

lalu lintas memiliki motilitas lebih rendah (44,5%) dibandingkan dengan kondisi

normal (lebih dari 50%).

4. Radiasi ponsel

Radiasi gelombang elektromagnetik dari ponsel dapat mengakibatkan

menurunnya jumlah dan kualitas spermatozoa pada laki-laki fertil pengguna

ponsel, tetapi tidak sampai menyebabkan infertilitas. Mekanisme gangguan ini

memungkinkan terjadi melalui penurunan integritas membrane sperma, hambatan

produksi, dan sekresi hormon gonadotropin.

5. Suhu

Salah satu faktor suhu lingkungan cukup besar memegang peranan dalam

proses spermatogenesis. Spermatogenesis akan terganggu atau 13 terhambat

apabila terjadi peningkatan suhu testis beberapa derajat saja dari temperatur

normal testis, yaitu 35oC. Berdasarkan penelitian sebelumnya, pemberian suhu

40oC memberikan dampak signifikan terhadap penurunan kualitas spermatozoa,

yang salah satunya adalah penurunan motilitas spermatozoa. Pemaparan suhu

tersebut selama 45 menit per hari menunjukkan hubungan yang signifikan.

10
6. Status kesehatan

Beberapa gangguan atau penyakit juga dapat menjadi salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi kualitas sperma, contoh penyakit-penyakit sistemik yang

dapat merusak spermatogenesis dan fungsi seks antara lain adalah diabetes

melitus dan penyakit nerulogis. Tuberculosis juga dapat menyebabkan

epididimitis dan prostatitis. Selain itu pria dengan penyakit fibrokistik pankreas

mempunyai angka kejadian tinggi pada disgenesis atau agenesis vas deferen.

Orchitis berhubungan dengan parotitis dicatat sebagai kemungkinan penyebab

kerusakan testis dapatan dan bukan sebagai kelainan sistemik.

7. Alkohol

Pada testis, alkohol dapat mempengaruhi sel-sel Leydig, yang memproduksi

dan mengeluarkan hormon testoteron. Studi menemukan bahwa hasil konsumsi

alkohol berat kadar testoteron berkurang dalam 14 darah. Alkohol juga

mengganggu fungsi sel sertoli testis yang berfungsi untuk pematangan sperma.

Alkohol juga dapat mengganggu produksi hormon di hipotalamus.

8. Obat

Beberapa obat-obatan yang menyebabkan kerusakan spermatogenesis

sementara atau menetap dan dapat mengganggu infertilitas antara lain kemoterapi

kanker pengobatan hormon kortikosteroid dosis tinggi, radiasi, simetidin,

sulfasalasin, spironolakton, nitrofurantoin, nitridisial, kolkisin juga obat-obat

antihipertensi dan obat penenang.

11
9. Lain-lain

Masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi motilitas spermatozoa

maupun proses spermatogenesis antara lain faktor psikis, faktor hormonal, faktor

pekerjaan, dan lain-lain. (Ferrial, 2016).

E. Pemeriksaan sperma

Pemeriksaan sperma dilakukan untuk mengetahui kualitas sperma seseorang

untuk dapat tidakmya orang tersebut melakukan pembuahan. Pemeriksaan sperma

dilakukan mulai dari secara makroskopis, mikroskopis hingga pemeriksaan secara

kimia, sebelum melakukan pemeriksaan sperma, terlebih dahulu subjek diberikan

edukasi cara pengambilan sampel. Subjek harus melakukan puasa mengeluarkan

sperma 3-7 hari. Pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan masturbasi.

Tidak dianjurkan untuk melakukan senggama terputus (koitus interuptus) karena

dapat mengganggu hasil yang sebenarnya. Penampungan sampel harus

menggunakan wadah pot kaca bersih dengan mulut lebar dan berulir. Sampel yang

diperoleh harus segera dilakukan pemeriksaan, jika 10 dilakukan penundaan,

stabilitas sampel hanya 1 jam setelah liquefasi. Sperma ketika diejakulasikan akan

berwarna putih keruh dan kental, sperma biasanya akan mengalami liquefasi

(penurunan kekentalan) dalam waktu kurang dari 60 menit akibat adanya

fibrinolysis (Solihati et al., 2013).

1. Penilaian makroskopis

a. Warna sperma normal putih keruh seperti cairan kanji. Warna putih yang

terlalu pekat menunjukan adanya konsentrasi sel sperma yang berlebih atau

terdapat sel leukosit dalam sampel. Warna kekuningan menandakan adanya

12
indikasi infeksi. Warna merah kecoklatan menandakan adanya perdarahan atau

adanya luka sehingga terdapat darah pada cairan sperma (hemospermia).

b. Kekentalan diukur untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sperma untuk

mencapai fase optimal pergerakan sperma. Pemeriksaan kekentalan sperma

dilakukan dengan menggunakan pipet tetes dan mengukur panjang tetesan yang

terbentuk. Pengukuran kekentalan sperma dilakukan setelah sampel sperma

terliquefasi.

2. Pengukuran volume sperma

Pengukuran volume sperma bertujuan untuk melihat apakah jumlah ejakulat

dalam batas normal atau tidak, pada umumnya volume sperma normal adalah 3ml

sampai 5ml. Pengukuran volume sperma dilakukan dengan 11 menuangkan

sampel sperma kedalam gelas ukur yang bersih dan dilakukan pengamatan jumlah

volume sampel sperma (Nieschlag, 2010).

3. Pengukuran pH sperma

Pengukuran pH sperma cukup dilakukan dengan menggunakan kertas

indikator pH. Biasanya nilai pH sperma menunjukan angka 6,0 sampai 7,0, jika

nilai pH terukur >8,0 maka kemungkinan terjadi infeksi atau wadah penampungan

sperma yang kurang bersih, apabila nilai pH sperma yang terukur <6,0 maka

dipastikan sampel hanya mengandung secret prostat saja atau azoospermia,

kejadian ini biasanya terjadi pada kasus obstruksi epididimis, gangguan duktus

derefen, fesikula seminalis atau saluran ejakulasi (Nieschlag, 2010).

13
4. Pemeriksaan preparat basah

a. Motilitas

Pengujian motilitas sperma bertujuan untuk mengetahui persentase sperma

yang bergerak dengan bebas setelah sampel mengalami liquefasi, untuk

melakukan pengujian motilitas sperma, diteteskan 10-50µl yang kemudian ditutup

dengan cover glass berukuran 20x20 mm dan diamati dibawah mikroskop dengan

pembesaran mulai 10x objektif untuk melihat penyebaran sperma yang merata

pada preparat, kemudian dilanjutkan dengan pembesaran 40x objektif untuk

menilai motilitas sperma (Cheesbrough, 2006).

Motilitas sperma dapat dikelompokkan menjadi (Nieschlag, 2010):

1) PR = Progresif yang artinya sel sperma memiliki kecepatan pergerakan yang

konstan dan arah gerakan yang lurus dan teratur dengan arah pergerakan yang

luas.

2) NP = Non Progresif yang artinya sperma memiliki gerakan yang tak

beraturan dan arah yang tidak beraturan pula, arah pergerakan sempit (diam

ditempat).

3) IM = Immotil yang artinya tidak bergerak, terdapat kemungkinan sel sperma

yang cacat flagel atau sel sperma mengalami kematian.

b. Vitalitas sperma

Pemeriksaan vitalitas sperma dilakukan untuk melengkapi pemeriksaan

motilitas sperma. Banyaknya sel sperma yang Immotil dikonfirmasi dengan uji

vitalitas sperma untuk melihat persentase sel sperma yang hidup dan mati.

Pemeriksaan vitalitas sperma dilakukan dengan membuat preparat basah. Preparat

basah dibuat dengan memipet 50µl sampel sperma dan ditambahkan dengan eosin

14
0,5% sebanyak 50µl. Penambahan eosin bertujuan untuk mewarnai sel sperma

secara supravital. Preparat yang sudah jadi diamati di bawah mikroskop dengan

pembesaran 40x. Sel sperma yang hidup akan ditunjukan dengan sel yang tidak

terwarnai eosin 0,5% dan sperma yang mati ditunjukan dengan sel yang terwarnai

eosin (Cheesbrough, 2006).

c. Hitung jumlah sperma

Perhitungan jumlah sperma digunakan sebagai prognosis karena

mencerminkan keberhasilan pembuahan saat melakukan hubungan intim dengan

pasangan, selain itu perhitung jumlah sperma juga dapat digunakan sebagai

cerminan sistem duktus dan epididimis tempat cadangan sperma bekerja dengan

baik. Perhitungan jumlah sperma penting dilakukan karena mencerminkan tingkat

pengenceran oleh cairan kelenjar aksesori dari sel sperma yang dipancarkan dari

epididimis melalui uretra pada saat ejakulasi. Hitung jumlah sperma diukur untuk

menghitung jumlah total sperma dalam ejakulasi, yang diperoleh dengan

mengalikan konsentrasi sperma dengan volume air mani (Nieschlag, 2010).

Perhitungan jumlah sperma dilakukan dengan menggunakan kamar hitung,

biasanya digunakan kamar hitung Improved Neubauer, sebelum dilakukan

perhitungan, terlebih dahulu sperma diencerkan dengan menggunakan reagen

hitung sperma atau dapat juga digunakan aquades, dengan besar pengenceran

sebanyak 20x. Sperma yang telah diencerkan dimasukan kedalam kamar hitung

dan diamati dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 40x objektif

(Nieschlag, 2010).

15
d. Pemeriksaan morfologi sperma

Pemeriksaan morfologi sperma dilakukan untuk menganalisis struktur sel

sperma dominan yang mampu diproduksi oleh testis. Pemeriksaan ini

mengevaluasi keadaan kepala sel sperma dan ekor sperma. Pada laki-laki normal,

bentukan sel sperma normal akan banyak ditemukan pada sampel sperma.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara membuat hapusan sperma kemudian di cat

dengan menggunakan cat giemsa dan diamati dengan menggunakan mikroskop

dengan pembesaran 100x objektif (Cheesbrough, 2006).

e. Fertilisasi

Kesuburan adalah multi-faktorial, dengan kata lain ada banyak hal yang

dapat mempengaruhi kemampuan untuk berhasil melakukan pembuahan, dan

tidak semua dari segi medis, untuk menemukan penyebab masalah kesuburan,

penting untuk melihat setiap aspek kesehatan, emosi dan gaya hidup. Fungsi

utama sperma adalah melakukan pembuahan terhadap sel telur, proses pembuahan

secara alami terjadi pada tuba falofi. Ovulasi yang optimal biasanya terjadi pada

pertengahan siklus menstruasi atau yang sering disebut masa subur (Glenville,

2013).

F. Faktor pengganggu motilitas sperma

Gangguan motilitas dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya

energi yang dihasilkan oleh mitokondria, terlalu banyak zat koagulasi 15 dalam

semen sehingga menghalangi gerakan spermatozoa, dan kerusakan struktur

normal terutama pada ekor (flagel) yang merupakan satu-satunya alat gerak

spermatozoa. Kerusakan pada ekor yang dimaksud dapat berupa kerusakan tingkat

16
ultrastruktural seperti kerusakan membran pembungkus ekor spermatozoa dan

kerusakan aksonem (Nilani, Eswaramohan and Balasubramaniam, 2012).

G. Cara dan syarat mendapatkan spesimen sperma

a. Persiapan subjek

Subjek diwajibkan melakukan puasa mengeluarkan sperma selama 3-7 hari.

Ejakulat sperma di tampung pada pot sperma yang bersih dan terbuat dari kaca,

setelah sampel ditampung semua didalam pot sperma dilakukan pencatatan waktu

untuk proses liquefasi dan dilakukan labeling sesaui identitas subjek, setelah

sampel sperma melewati fase liquefasi 15 – 20 menit. Prosedur pengambilan dan

penampungan sampel harus diinformasikan secara jelas dan tertulis.

b. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan di ruang tertutup dengan cara melakukan

masturbasi tanpa menggunakan kondom. Koitus interuptus juga tidak dianjurkan

lagi karena ejakulat pertama yang tinggi konsentrasi sperma kemungkinan

tertinggal di dalam vagina, selain itu pH asam vagina dapat mempengaruhi

motilitas sperma dan sperma juga dapat terkontaminasi sel vagina dan bakteri

(Cheesbrough, 2006).

H. Kelainan Sperma

1. Azoosperma

Azoosperma adalah sebuah kondisi medis dimana tidak ditemukan sperma

pada semen. Terdapat berbagai penyebab azoosperma seperti gangguan hormon,

bahkan gangguan genetik. Pada pemeriksaan sperma, tidak terlihat sel sperma

yang memadai.

17
2. Oligozoosperma

Oligozoosperma adalah keadaan dimana cairan sperma hanya mengandung

sedikit sel sperma. Hal ini akan berdampak pada infertilitas pria. Konsentrasi

sperma di bawah 20 juta sperma/ml dapat dikatakan oligozoosperma. Pada

keadaan yang berat jumlah sperma dibawah 5 juta sperma/ml.

3. Asthenozoosperma

Asthenozoosperma adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

adanya penurunan motilitas sperma. Sperma yang baik adalah sperma yang dapat

bergerak dengan cepat dan lurus ke depan. Namun apabila terdapat gangguan

morfologi sperma, maka akan menyebabkan kecepatan pergerakan sperma

menurun.

4. Teratozoosperma

Teratozoosperma adalah keadaan dimana bentuk sperma tidak normal.

Penyebab dari keadaan ini tidak diketahui pada sebagian besar kasus. Namun

keadaan Teratozoosperma dikaitkan dengan penyakit Hodgkin‟s, penyakit coeliac

dan penyakit Crohn. Bentuk sperma yang tidak normal dapat menyebabkan

penurunan motilitas sperma dan mencegah masuknya sperma ke sel ovum.

5. Hypospermia

Hypospermia adalah keadaan medis dimana seorang pria memiliki jumlah

cairan sperma yang sedikit, yaitu 1.5 ml. Bedakan dengan oligozoosperma yang

berarti konsentrasi sperma yang rendah. Keadaan ini tidak menyebabkan

infertilitas, namun jika jumlah cairan sperma diikuti dengan konsentrasi sperma

yang rendah, maka keadaan ini dapat menyebabkan infertilitas.

18
6. Hyperspermia

Hyperspermia adalah keadaan dimana seorang pria memiliki jumlah sperma

yang banyak. Jumlah cairan sperma pada keadaan hyperspermia melebihi volume

normal, sampai lebih dari 15.5 ml. Keadaan ini adalah lawan dari keadaan

hypospermia (Churu, Road and Rajasthan, 2011).

19
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep

Perokok aktif

Faktor Internal : Faktor Eksternal :


pH Puasa mengeluarkan
Komponen Sitoplasma Suhu
Nutrisi Obat alkohol
Status kesehatan

Asap rokok

Motilitas sperma

Gambar 1. Kerangka konsep gambaran motilitas sperma pada perokok aktif

Keterangan :

= diteliti

= tidak diteliti

20
B. Variabel penelitian dan definisi operasional variabel

1. Variabel penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah motilitas sperma pada

perokok aktif.

2. Definisi operasional variabel

Definisi operasional dalam penelitian disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Definisi operasional variabel

Variabel Definisi Cara Ukur Skala

Motilitas Motilitas adalah Dengan membuat Nominal


Spermatozoa pemeriksaan analisis preparat basah (1 tetes
sperma untuk melihat sampel diatas objek
pergerakan glass kemudian
spermatozoa. ditutup menggunakan
Intepretasi, bila cover glas) dan dibaca
ditemukan normal dan dibawah mikroskop.
tidak normal.

Perokok aktif Perokok yang Observasi Nominal


mengonsumsi rokok
dengan rutin
meskipun sekecil
apapun

21
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mortiliti sperma pada

perokok aktif, sehingga dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian

deskriptif. Menurut Notoatmodjo (2012), dalam bidang kesehatan masyakarat

penelitian survey deskriptif digunakan untuk menggambarkan masalah kesehatan

yang terdapat di lingkungan masyarakat yang terkait dengan kesehatan kelompok

penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu.

B. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Kimia Klinik Jurusan

Analis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Denpasar.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan Pebruari–April 2019.

C. Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi digunakan untuk mendefinisikan seluruh elemen/anggota dari

suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian (Notoatmojo, 2012). Popilasi yang

digunakan dalam proposal ini adalah laki laki Alumni SMA Negeri 2 denpasar

angkatan 48, yang berjumlah kurang lebih 200 orang.

22
2. Teknik pengambilan sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sperma dari alumni

SMA Negeri 2 Denpasar angkatan 48, tahun 2016. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini dilakukan dengan teknik purbosive sampling dengan mengambil

10% dari 200 sampel yang berarti 20 sampel.

Menurut Sugiyono (2017), sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang mewakili populasi penelitian. Sampel yang layak dalam suatu

penelitian adalah 30-500, karena keterbatasan responden, waktu, dan tenaga dari

peneliti sehingga dalam penelitian ini penelitian menggunakan sampel minimal

yaitu 20 responden yang mewakili keseluruhan populasi.

Kriteria dan ciri2 khusus tertentu pada penelitian ini adalah :

a. Kriteria inklusi adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh setiap anggota

populasi yang dapat diambil sebagai sampel, meliputi :

1) Sampel sperma dari subjek yang melakukan puasa tidak mengeluarkan

sperma selama 3-7 hari.

2) Sampel sperma diperoleh dengan cara masturbasi dan ditampung dengan

menggunakan pot sperma yang bersih dan terbuat dari kaca. Subjek bersedia

sebagai responden.

b. Kriteria eksklusi adalah anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai

sampel, meliputi :

1) Sampel sperma diperoleh dari subjek yang tidak melakukan puasa

mengeluarkan sperma selama 3-7 hari.

23
2) Sampel sperma diperoleh dengan cara koitus interuptus atau masturbasi

dengan menggunakan kondom serta penampungan sampel dengan menggunakan

pot sperma yang bersih dan terbuat dari kaca.

3) Subjek tidak bersedia sebagai responden.

D. Jenis, teknik dan instrumen pengumpulan data

2. Jenis data yang dikumpulkan

Pada penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu

data yang diperoleh dari hasil pengamatan oleh peneliti. Data primer yang

diperoleh berupa hasil pengamatan motilitas sperma.

3. Cara pengumpulan data

a. Praanalitik

Dalam pra analitik probandus diharapkan untuk tidak melakukan aktivitas

seksual selama 2-7 hari sebelum pengambilan sampel sperma. Pada saat

pengambilan sperma menggunakan wadah tampung kaca dan volume dari sperma

kurang lebih 3ml. Spermatozoa yang ditampung akan bertahan selama 30 menit.

Catat riwayat mumps, penyakit akut dan demam yang lama, penyakit sistemik

(DM), riawat pembedahan, trauma testis, keterpaparan dengan zat toksik atau

bahan kimia, pengobatan dengan anabolik steroid, alkohol. 3. Melakukan

pemeriksaan fisik terhadap penis, meatus uretra, testis, vasa deferens dan duktus

epididimis, memeriksa ada tidaknya verikokel, memeriksa tanda-tanda seks

sekunder dan colok dubur.

b. Analitik

Pada saat melakukan pemeriksaan motilitas spermatozoa sampel di tampung

di wadah kaca dipipet dan diteteskan satu tetes pada objek glass kemudian di tutup

24
dengan cover glass kemudian diamati. Hasil yang didapat dibandingkan dengan

nilai rujukan.

c. Post analitik

 Interpretasi hasil : PR + NP > 40%

 PR > 32%

Cara pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan pembuatan preparat

basah kemudian menghitung jumlah pergerakan sperma (motilitas) dengan

bantuan mikroskop. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian kali ini

adalah melihat pergerakan spermatozoa, dengan kuesioner untuk mendapatkan

data karakteristik yang meliputi umur, berat badan, tinggi badan, indeks massa

tubuh, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

4. Instrument pengumpulan data

a. Alat

1) Pot sperma 8 buah (bermulut lebar dan berulir yang terbuat dari kaca).

2) Gelas ukur 10 ml 3 buah, digunakan untuk mengukur volume sperma yang

diejakulasikan subjek.

3) Mikropipet 50 µl 1 buah, digunakan untuk memipet sampel pada objek glas

sebagai preparat.

4) Objek glass dan cover glass 1 kotak, objek glass berguna sebagai tempat

dibuatnya preparat dan cover glass sebagai penutup karena preparat yang

dibuat adalah preparat basah.

5) Mikroskop binokuler 1 buah, digunakan untuk melakukan analisis secara

mikroskopis pergerakan spermatozoa.

5. Prosedur pemeriksaan

25
a. Persiapan subjek

Subjek diwajibkan melakukan puasa mengeluarkan sperma selama 3-7 hari.

Prosedur pengambilan dan penampungan sampel harus diinformasikan secara

jelas dan tertulis.

b. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan di ruang tertutup dengan cara melakukan

masturbasi tanpa menggunakan kondom. Koitus interuptus juga tidak dianjurkan

lagi karena ejakulat pertama yang tinggi konsentrasi sperma kemungkinan

tertinggal di dalam vagina, selain itu pH asam vagina dapat mempengaruhi

motilitas sperma dan sperma juga dapat terkontaminasi sel vagina dan bakteri

(Cheesbrough, 2006).

c. Penampungan sampel

Ejakulat sperma di tampung pada pot sperma yang bersih dan terbuat dari

kaca, setelah sampel ditampung semua didalam pot sperma dilakukan pencatatan

waktu untuk proses liquefasi dan dilakukan labeling sesaui identitas subjek,

setelah sampel sperma melewati fase liquefasi 15 – 20 menit.

d. Uji motilitas sperma

Cairan sperma yang telah melewati fase liquefasi dilakukan pemeriksaan

motilitas sperma dengan cara dipersiapkan alat dan bahan yang diperlukan

terlebih dahulu, sampel sperma dibagi kedalam 4 tabung reaksi. Pada tabung

reaksi 1 dipipet 50 µl sampel sperma dan diteteskan pada objek glass dan

dihomogenkan dengan meratakan sperma menggunakan pipet, kemudian ditutup

dengan cover glass. Biarkan selama 30 detik dan dibaca dibawah mikroskop

dengan pembesaran 40x.

26
e. Perhitungan motilitas sperma

Penilaian motilitas sperma dilakukan pada 200 spermatozoa dan

dikelompokan kedalam PR (Progresif), NP (Non Progresif), IM (Immotyl) lalu

disajikan dalam bentuk persentase (WHO, 2010).

Nilai rujukan :

 PR + NP > 40%

 PR > 32%

E. Pengolahan dan analisis data

1. Teknik pengolahan data

Data yang diperoleh dari pemeriksaan gambaran kualitas sperma pada

perokok aktif dicatat, dikelompokkan, diolah, dan kemudian disajikan dalam

bentuk tabel dan narasi.

2. Analisis data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu

dengan mendeskripsikan hasil pemeriksaan yang dilakukan di lapangan

berdasarkan karakteristik dan dengan teori yang ada mengenai motilitas sperma.

3. Prosedur penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif. Penelitian yang

dilakukan yaitu pemeriksaan motilitas sperma, dimana populasi sampel yang

digunakan adalah Alumni SMA Negeri 2 Denpasar angkatan 48, tahun 2016.

Motilitas sperma diperiksa untuk melihat kemampuan gerak sperma yang diamati

pada 200 spermatozoa, dengan melihat pergerakan PR = Progresif dan NP = Non

Progresif.

27
Bagan prosedur kerja pemeriksaan motilitas sperma :

Populasi

Kriteria Penelitian

Sampel (n = 20)

Pemeriksaan
motilitas sperma
(mikroskopis)

Interpretasi hasil
PR = Progresif dan
NP = Non
Progresif.

Hasil pemeriksaan
PR + NP > 40%
PR > 32%

28
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

1. Karakteristik Objek Penelitian

Karakteristik cairan sperma secara makroskopis adalah berupa cairan kental

berwarna putih kanji hingga putih susu dan memiliki bau khas, volume sperma

yang diejakulasikan rata-rata 4,45 ± 0,48 ml dan rerata pH 7,2. Penelitian ini

untuk melihat pergerakan sperma pada perokok aktif untuk melihat kemampuan

bergerak spermatozoa. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang harus

dikontrol yaitu tidak mengeluarkan sperma selama 3-7 hari sebelum pemeriksaan.

Pada penampungan sperma setelah dikeluarkan secara mastrubasi, sampel

disimpan pada wadah bersih terbuat dari kaca yang memiliki mulut lebar dan

tutup berulir.

2. Karakteristik Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian gambaran motilitas

sperma pada perokok aktif di SMA Negeri 2 Denpasar angkatan 48, tahun 2016

sebanyak 10% dari 200 sampel yang berarti 20 sampel. Karakteristik dari subjek

penelitian ini adalah :

29
a. Karakteristik Responden berdasarkan lama merokok

Tabel 2
Karakteristik Responden berdasarkan lama merokok.
Lama merokok Jumlah Persentase (%)

<5 tahun 13 65%

>5 tahun 7 35%

Total 20 100%

Berdasarkan tabel 2 di atas dari 20 responden yang diteliti diperoleh data

responden yang lebih banyak lama merokok <5 tahun yaitu sebanyak 13 dengan

persentase 65%.

b. Karakteristik Responden berdasarkan Kebiasaan mengonsumsi alkohol

Tabel 3
Karakteristik Responden berdasarkan kebiasaan mengonsumsi alkohol

No. Mengonsumsi alkohol Jumlah Persentase (%)

1. Mengonsumsi alkohol 15 75%


2. Tidak mengonsumsi alkohol 5 25%

Total 20 100%

Berdasarkan tabel 3 di atas dari 20 responden yang diteliti diperoleh data

lebih banyak responden yang mengonsumsi alkohol yaitu sebanyak 15 orang

dengan persentase 75%.

30
c. Karakteristik Respoden berdasarkan aktivitas berolahraga

Tabel 4
Karakteristik Responden berdasarkan
aktivitas berolahraga

No. Berolahraga Jumlah Persentase(%)


1. Aktif 6 30%

2. Tidak aktif 14 70%

Total 20 100%

Berdasarkan tabel 3 di atas dari 20 responden yang diteliti diperoleh data

responden lebih banyak tidak melakukan aktivitas olahraga yaitu sebanyak 14

orang dengan persentase 70%.

3. Hasil gambaran motil sperma pada perokok aktif

Tabel 5
Motililitas sperma pada perokok aktif

No. Motil sperma Jumlah Persentase(%)

1. PR (progresif) 20 100%
2. NP (non progresif) 0 0%

3. IM (Immotyl) 0 0%

Total 20 100%

Berdasarkan tabel 5 di atas dari 20 responden yang diteliti diperoleh data

semua responden memiliki motil sperma yang Progresif sebanyak 20 dengan

persentase 100%.

31
4. Hasil gambaran spermatozoa motil berdasarkan karakteristik pada

responden yang mengonsumsi alkohol dan aktif berolahraga

Tabel 6
Hasil gambaran motil spermatozoa motil berdasarkan karakteristik pada
responden yang berolahraga

No. Berolahraga Jumlah Persentase(%)

1. Aktif 6 30%

2. Tidak aktif 14 70%

Total 20 100%

Berdasarkan tabel 3 di atas dari 20 responden yang diteliti diperoleh data

responden lebih banyak tidak melakukan aktivitas olahraga yaitu sebanyak 14

orang dengan persentase 70%.

Tabel 7
Hasil gambaran motil spermatozoa motil berdasarkan karakteristik pada
responden yang mengonsumsi alkohol

No. Mengonsumsi alcohol Jumlah Persentase (%)

1. Mengonsumsi alcohol 15 75%


2. Tidak mengonsumsi alcohol 5 25%

Total 20 100%

Berdasarkan tabel 3 di atas dari 20 responden yang diteliti diperoleh data

lebih banyak responden yang mengonsumsi alkohol yaitu sebanyak 15 orang

dengan persentase 75%.

32
B. Pembahasan

Pemeriksaan analisis sperma adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk

memantau kemampuan spermatozoa untuk melakukan pembuahan (fertilisasi).

Salah satu parameter pemeriksaan sperma adalah motilitas sperma yang melihat

pergerakan yang dialami pada sperma. Pengujian motilitas sperma bertujuan

untuk mengetahui persentase sperma yang bergerak dengan bebas setelah sampel

mengalami liquefasi. Kualitas sperma yang baik merupakan suatu hal yang sangat

penting untuk dapat memperoleh keturunan. Kualitas hasil sperma analisa

ditentukan dari bagaimana dan dimana penampungan sperma dilakukan. Proses

dan tempat penampungan sangat menentukan kualitas hasil pemeriksaan sperma

(Nieschlag, 2010).

Penelitian ini menggunakan metode mikroskopis dengan pengamatan

langsung dibawah mikroskop pembesaran10x dan 40x, kemudian diamati

pergerakan motilitas sperma yang dilaporkan sebagai progresif (PR), non

progresif (NP) dan Immotyl (IM). Hasil penelitian menunjukan nilai motilitas

sperma tanpa dilakukan penyimpanan (kontrol) menunjukan hasil dengan rata-rata

70,99% ± 6,09. Nilai motilitas sperma tersebut termasuk ke dalam kategori nilai

normal. Menurut WHO (2010), nilai normal untuk pemeriksaan motilitas sperma

yang optimal untuk fertilisasi adalah > 50%.

Pada penelitian gambaran motilitas sperma pada perokok aktif dengaan

jenis penelitian deskritif menggunakan teknik Purbosive Sampling didapatkan 20

responden yang akan diambil spermanya untuk kemudian diteliti. Pemeriksaan

motilitas sperma dilakukan di Laboratorium Kimia Klinik, Jurusan Analis

Kesehatan, Poltekkes Denpasar. Hasil penelitian dilakukan analisa mencakup

33
karakteristik berdasarkan subjek penelitian gambaran motilitas sperma pada

perokok aktif berdasarkan karakteristik mengonsumsi alkohol dan aktivitas

olahraga.

Berdasarkan penelitian gambaran motilitas sperma yang sudah dilakukan

pada 20 sampel yang sudah disajikan pada Tabel 4 didapatkan hasil dari 20

sampel adalah Progresif (PR) 100%, sedangkan Non progresif (NP) dan Immotyl

(IM) didapatkan hasil 0%, jadi dalam penelitian ini probandus yang merokok

selama <5 tahun memiliki spermatozoa yang progresif. Menurut Aina (2005),

penelitian mengenai efek bahan kimia dari rokok menunjukkan adanya gangguan

pada spermatogenesis melalui peningkatan produksi radikal bebas atau oksigen

yang reaktif. Merokok dapat meningkatkan radikal bebas dan menurunkan

antioksidan pada semen serta dapat menimbulkan kerusakan DNA melalui

fragmentasi DNA seluler dan abnormalitas morfologi (kepala, leher dan ekor)

spermatozoa. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan kadar 8-OhdG (marker

fragmentasi DNA) sebesar 50% pada spermatozoa pria perokok.

Alkohol menyebabkan penekanan fungsi organ reproduksi dan dianggap

sebagai salah satu penyebab penurunan kualitas sperma. Testis adalah organ

reproduksi laki-laki yang berfungsi untuk spermatogenesis. Konsumsi alkohol

pada laki-laki dapat menyebabkan penurunan jumlah penurunan kualitas cairan

semen, penurunan jumlah, motilitas, dan kualitas sperma. Alkohol dalam tubuh

akan dimetabolisme menjadi asetaldehid dengan bantuan enzim alkohol

dehidrogenase (ADH). Selain itu hasil metabolisme alkohol (asetaldehid) berperan

dalam pembentukan spesies oksigen reaktif (ROS). Asetaldehid dalam tubuh akan

mengaktivasi enzim sitokrom P450s yang berperan dalam pembentukan spesies

34
oksigen reaktif (ROS). Produksi ROS dan stres oksidatif dalam sel hati dapat

mengakibatkan alkoholik. Meningkatnya senyawa ROS oleh radikel bebas pada

jaringan yang memproduksi spermatozoa dapat menyebabkan kerusakan membran

spermatozoa, serta mengubah kestabilan dan fungsi membran. Apabila ROS

dalam jumlah yang banyak dapat mengakibatkan toksik terhadap kualitas dan

fungsi spermatozoa (Moustafa et al, 2009).

Olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik yang dilakukan secara

terstruktur dengan tujuan untuk mengekspresikan dan meningkatkan kesehatan

fisik dan psikis, membentuk hubungan sosial, maupun sebagai sarana kompetisi

dalam berbagai tingkat. Olahraga baik yang ringan maupun berat pada dasarnya

menyebabkan peningkatan reactive oxygen species (ROS). Pada olahraga ringan

jumlah ROS yang terakumulasi dapat diatasi melalui peningkatan aliran darah dan

status antioksidan yang terjadi ketika melakukan olahraga dengan intensitas,

frekuensi, dan durasi yang tepat, sedangkan pada olahraga yang berlebihan justru

dapat menyebabkan peningkatan radikal bebas hingga 2 sampai 3 kali lebih

banyak dari olahraga dengan intensitas sedang (Nurdyansyah, 2017).

Akumulasi ROS sebagai salah satu oksidan (radikal bebas) dapat

mengakibatkan ketidakseimbangan jumlah oksidan dan antioksidan intrasel.

Kondisi ini disebut stres oksidatif yang dapat menyebabkan kerusakan berantai

pada lipid, protein, dan pada deoxyribonucleic acid (DNA) sel spermatozoa.

Radikal bebas dapat berasal dari sumber endogen, yaitu reaksi reduksi oksidasi

normal dalam mitokondria, peroksisom, sedangkan radikal bebas dari sumber

eksogen yaitu asap rokok, inflamasi, dan latihan olahraga berlebihan. Olahraga

berlebihan seperti bersepeda lebih dari 5 jam bagi laki-laki dapat menurunkan

35
kualitas spermatozoa oleh karena peningkatan produksi ROS yang berlebihan.

Sebuah penelitian yang membandingkan kualitas spermatozoa dari berbagai jenis

aktivitas olahraga mulai dari olahragawan (perilaku olahraga berlebihan),

kelompok yang memiliki gaya hidup sedentary (kurang beraktifitas fisik), serta

pria dengan perilaku olahraga ringan mendapatkan hasil bahwa kelompok

olahragawan didapatkan memiliki konsentrasi spermatozoa, motilitas, dan

persentase spermatozoa dengan morfologi normal yang paling rendah di antara

kedua kelompok lainnya. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan bahwa

olahraga dapat memberikan dampak yang baik terhadap kualitas sperma jika

dilakukan dengan dosis yang tepat, namun juga dapat memberikan dampak yang

buruk terhadap kualitas sperma jika dilakukan dengan dosis yang berlebihan

(HIFERI, 2013)

36
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian tentang Gambaran motilitas sperma pada perokok aktif

dengan 20 responden dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Perokok aktif lebih banyak merokok kurang dari 5 tahun sebamyak 65 %,

lebih banyak alkohol sebanyak 75% dan tidak aktif berolahraga 70%.

2. Semua responden memiliki motilitas sperma yang progresif.

3. Karakteristik responden yang mengonsumsi alkohol sebanyak 75% dan

karakteristik responden yang tidak aktif berolahraga sebanyak 70%.

B. Saran

Adapun saran-saran yang ingin disampaikan melalui tulisan ini yaitu :

1. Kepada pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian yang serupa,

diharapkan melakukan pengembangan jenis pemeriksaan sperma seperti

vitalitas, morfologi dan hitung jumlah sperma.

37
DAFTAR PUSTAKA

Aina N. Pengaruh paparan asap rokok terhadap spermatogenesis dan kualitas


spermatozoa mencit (Mus musculus L.) galur Swiss [skripsi]. UNS. 2005.
hlm.1-2, 60-1Amarudin (2012) „Pengaruh Merokok Terhadap Kualitas
Sperma Pada Pria Dengan Masalah Infertilitas Studi Kasus Kontrol Di
Jakarta Tahun 2011‟, Jurnal Universitas Indonesia, pp. 1-120.
Churu, J., Road, B. and Rajasthan, D. J. (2011) „ISSN 2230 – 8407 Prajapati
Parimal M .* and Solanki Anil S .‟, 2(11), pp. 46–49.
Putra, Y. (2014) „PENGARUH ROKOK TERHADAP JUMLAH SEL
SPERMATOZOA MENCIT JANTAN (Mus Musculus, Strain Jepang),
Jurnal Sainstek, VI(1), pp. 30–42. Available at:
https://media.neliti.com/media/publications/129106-ID-pengaruh-rokok-
terhadap-jumlah-sel-sperm.pdf.
Cheesbrough,M. (2006) Laboratory Practice in Tropical Countries. Cambridge:
Cambridge University Press.
Glenville, Marilyn. (2013) Understanding Fertility and Infertility. Available at:
https://www.dropbox.com/s/94zzmqtvi6mgy7s/Understanding-Fertility-
andInfertility.pdf?dl=0.diakses tanggal 25 November 2016.
Nieschlag, E., M, B. Hermann, dan N., Susan. (2010) Male Reproductive Health
and Dysfunction . Heidelberg:Springer-Verlag Berlin.
Nurdyansyah F. (2017) Stress oksidatif dan status antioksidan pada latihan fisik.
Jendela Olahraga.2(1):105-9.
K.Nilani, Eswaramohan and Balasubramaniam. (2012) Influence of Temperature
on Motility and Viability of Bovine Spermatozoa during Cold Storage.
International Journal of Scientific and Research Publications. Available at:
https://www.dropbox.com/s/kmqf2pa1y2yw3vq/ijsrp-p1254.pdf?dl=0.
Solihati, N. et al. (2013) „Perkembangan Sel-Sel Spermatogenik dan Kualitas
Sperma Pasca Pemberian Ekstrak Pegagan ( Centella asiatica )‟, 18(3), pp.
192–201. doi: 10.14334/jitv.v18i3.321.
Rahmah, N. (2015) „Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan‟, Pengaruh Rokok
Terhadap Kesehatan, 1(2), p. 78. Available at: https://abcd.com.
RISKESDAS (2010). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2010.h.147-54.Diakses
pada tanggal 28 November.
Jonge, C.D and B. Christopher. (2006) The Sperm Cell. Cambridge: Cambridge
University Press.
Notoatmodjo, S. (2012) Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi Cetakan
Kedua. Jakarta : Rineka Cipta.
Moustafa M, Sharma R, Thorthon J, masche M (2009) Relationship between ROS
Production, Apoptosis and DNA Denaturation in Spermatozoa From
Patients Examined For Infertility. Human Reproduction. 19 (1) 129-138.
Hanafiah, K. A. (2016) Rancangan Percobaan Teori & APlikasi. 3rd edn. Jakarta:
Rajawali Pers.
HIFERI, PERFITRI. (2013) Konsensus Penanganan Infertilitas Hestiantoro A,
editor.
WHO. (2010) Examination and processing of human semen, 5.

38
Lampiran 1.

39
Lampiran 2.

No Responden……………..

Informed concent

(surat persetujuan)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ………………………..

Alamat : ………………………..

Setelah mendapat penjelasan, dengan ini saya menyatakan bersedia / tidak

bersedia *) berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang berjudul

“Gambaran Motilitas Sperma pada Perokok Aktif”. Bila sewaktu-waktu saya

merasa dirugikan dalam bentuk apapun saya berhak membatalkan persetujuan ini.

Demikian surat pernyataan ini dibuat tanpa ada pemaksaan dari pihak

manapun dan informasi yang diperoleh dapat digunakan sepenuhnya untuk

kepentingan penelitian.

Denpasar, Maret 2019

Responden

(……………………….)

*) coret yang tidak perlu

40
Lampiran 3.

Pedoman wawancara

Nama Responden :...................

Umur : . . . . . tahun

Berilah tanda silang (X) pada pilihan yang disediakan

1. Minum alkohol :
a. Iya
b. Tidak
2. Tingkat pendidikan :
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA/SMK
e. Perguruan tinggi
3. Pekerjaan :
a. Pelajar/Mahasiswa
b. Belum/Tidak bekerja
c. Karyawan swasta
d. Wiraswasta
e. PNS
f. Petani
g. Dll. . . . . . . . . . .
4. Tinggi Badan : …
5. Berat Badan : …

41
Lampiran 4.

Hasil pengelompokan berdasarkan karakteristik

Responden Umur (tahun) Tinggi Badan Tingkat Pekerjaan


(cm) Pendidikan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

42
Lampiran 5.

Kuesioner merokok

Nama :

Umur :

Alamat :

No. Telpon :

1. Bagaimana kebiasaan merokok anda?


a. Merokok setiap hari
b. Kadang-kadang
c. Saat ini sudah tidak merokok lagi
d. Tidak pernah merokok
2. Berapa hari dalam seminggu anda merokok?
a. Satu hari atau kurang
b. Setiap hari
c. Dua s.d empat hari
d. Hampir setiap hari
e. Sudah tidak merokok lagi
3. Sejak kapan anda merokok?
Usia : …………………….. tahun
4. Sudah berapa lama anda merokok?
……………………………. tahun
5. Jenis rokok yang paling sering dihisap?
Merk rokok : …………………………
a. Kretek filter
b. Kretek non filter
c. Kretek putih
6. Berapa rata-rata jumlah rokok yang dihisap dalam sehari?
Per hari ………………………………………….. batang

43
Lampiran 6.

Hasil pemeriksaan motilitas sperma responden

Umur Lama Waktu Jumlah Rokok Hasil Motilitas


Responden
(Tahun) Merokok (Tahun) Perhari (Batang) Sperma

10

44
Lampiran 7.

SURAT IJIN PENELITIAN

45
Lampiran 8.

Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Penetesan specimen sperma Pengambilan specimen Penempatan cover glass


ke objek glass sperma dari wadang
penampung kaca

Specimen sperma dalam Pelabelan specimen Hasil pembesaran 40%


wadah tampung kaca sperma pada mikroskop

46

Anda mungkin juga menyukai