Apabila nilai BOR lebih dari 85 % maka pelayanan yang dijalankan oleh dokter,
perawat dan tenaga kesehatan lain kurang efektif, hal tersebut dapat dikarenakan :
BOR dan AVLOS dijadikan salah satu indikator-indikator tetap untuk menilai efisiensi di
dalam sebuah rumah sakit. Adanya nilai ideal pada BOR dan AVLOS memberikan standar
nyata pada para rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan maupun mutu dalam
organisasi.
Menurut Sudra (2010:44) nilai ideal BOR dikatakan secara statistik semakin tinggi nilai BOR
berarti semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur yang tersedia untuk perawatan pasien.
Namun perlu diperhatikan pula bahwa semakin banyak pasien yang dilayanai berarti semakin
sibuk dan semakin berat pula beban kerja petugas kesehatan di unit tersebut. Akibatnya,
pasien kurang mendapatkan perhatian yang dibutuhkan dalam proses perawatan. Pada
akhirnya, peningkatan BOR yang terlalu tinggi ini justru bisa menurunkan kualitas kinerja
tim medis dan menurukan kepuasan serta keselamatan pasien. Di sisi lain, semakin rendah
BOR berarti semakin sedikit tempat tidur yang digunakan untuk merawat pasien
dibandingkan dengan tempat tidur yang telah disediakan. Dengan kata lain, jumlah pasien
yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka perlu adanya suatu nilai ideal yang
menyeimbangkan suatu kualitas medis, kepuasan pasien, keselamatan pasien, dan aspek
pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Maka nilai ideal untuk BOR yang disarankan
adalah 75%-85% (Sudra, 2010:44)
Dari aspek medis, semakin lama angka AvLOS maka bisa menunjukan kinerja kualitas medis
yang kurang baik karena pasien harus dirawat lebih lama (lama sembuhnya). Dari aspek
ekonomis, semakin lama nilai AvLOS berarti semakin tinggi biaya yang nantinya harus
dibayar oleh pasien kepada pihak rumah sakit. Jadi diperlukan adanya keseimbangan antara
sudut pandang medis dan ekonomis untuk menentukan nilai AvLOS yang ideal. Nilai AvLOS
ideal yang disarankan yaitu 3-12 hari (Sudra, 2010:45)
Jika frekuensi pemakaian tempat tidur tinggi melebihi nilai ideal akan mengakibatkan masa
tunggu tempat tidur (tempat tidur kosong) antara pasien lama dengan pasien rawat inap baru
semakin pendek hal ini dapat menyebabkan Infeksi Nosokomial antara pasien satu dengan
pasien yang lain.