Anda di halaman 1dari 3

4.

anamnesis pemfis dan pem penunjang dislokasi patellar

Anamnesis

Mendapatkan riwayat menyeluruh sangat penting dalam diagnosis dislokasi patella,


terutama dalam kasus di mana keluhan sendi telah berkurang secara spontan sebelum
evaluasi medis. Klinisi harus menanyakan tentang mekanisme trauma yang terjadi pada
pasien. Pasien biasanya mengeluhkankan nyeri dan pada lututnya setelah cedera yang
memutar secara tidak langsung, atau pukulan langsung ke aspek anterior atau medial
lutut. Nyeri dapat disertai bengkak dan deformitas. Nyeri dipengaruhi aktifitas seperti
berjalan, berjongkok, dan duduk yang lama.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik menunjukkan Lutut dan struktur sekitarnya adanya nyeri tekan
saat palpasi atau penyimpangan di sepanjang kutub patela (superior, inferior, medial dan
lateral), terutama kutub medial. Jika fleksi dan ekstensi harus diperiksa, merasakan adanya
krepitasi atau pembatasan gerakan. Penilaian ligamen dan krusiatum juga diperlukan. Pada
pemeriksaan dislokasi akut, akan ditemukan efusi sendi atau hemarthrosis yang merupakan
temuan yang khas, tetapi lebih kecil kemungkinannya pada kasus dislokasi kronis. 

Beberapa pasien dapat menunjukkan tanda J positif; deviasi patela lateral yang


berlebihan dari fleksi ke ekstensi. Pada lutut normal, patela dapat digerakkan ke medial dan
lateral antara 25-50% lebar patela. Pada dislokator berulang, ia dapat bergerak lebih jauh
(patellar glide). Tes ketakutan dapat digunakan untuk mengevaluasi pasien untuk
kemungkinan dislokasi atau subluksasi sebelumnya. Pasien mungkin memiliki tes ketakutan
yang positif dimana lutut dirilekskan dengan fleksi 20 sampai 30 derajat, dan patela didorong
ke samping tes positif ada saat pasien ketakutan atau waspada.

Pemeriksaan Penunjang

Dapat dilakukan pemeriksaan radiologi seperti foto polos genu, CT-Scan dan MRI.

 Foto polos genu AP/lateral


Diperlukan pemeriksaan radiografi anteroposterior (AP) dan lateral lutut yang
terkena, serta gambaran patela (matahari terbit). [3]Ini akan membantu
mengidentifikasi patah tulang, adanya tubuh longgar, malalignment atau perubahan
rematik. Pada lateral, tampak crossing sign, yaitu ketika trochlear berada pada
bidang yang sama dengan batas anterior dari kondilus lateral, menunjukkan
perataan. Kemudian double contour sign, yaitu muncul jika trochlear cembung atau
ketika batas anterior kondilus lateral berada di depan batas anterior kondilus medial.
Merchant (sunrise) sign untuk penilaian kemiringan patela pada pandangan aksial di
45 derajat fleksi. 

 CT-Scan
CT scan memungkinkan pengukuran jarak TT-TG yang merupakan parameter
penting dalam evaluasi dan pengelolaan dislokasi patela. Sebuah garis ditarik
bersinggungan dengan batas posterior kedua kondilus femoralis. Kemudian 2 garis
digambar tegak lurus dengan garis ini. Satu garis berasal dari puncak tuberkulum
tibialis (A), dan satu garis dari titik paling dalam dari alur trochlear (B). Jarak antara
garis A dan B adalah jarak TT-TG, dan biasanya kurang dari 20mm. Ukuran di atas
20mm dianggap tidak normal. CT scan juga dapat menggambarkan keberadaan dan
luasnya patah tulang osteochondral dan dapat membantu merencanakan intervensi
bedah apa pun.
 MRI
Dengan MRI sangat membantu dalam melihat struktur jaringan lunak lutut. Modalitas
pencitraan ini sangat membantu dalam mendiagnosis kerusakan tulang rawan
artikular pada sisi patela medial, dan lebih sensitif dalam mendeteksi lesi
osteochondral. . 

Referensi:
Hayat, Z et al. 2020. Patella Dislocation. Statpearls Book NCBI, p.3-5

Anda mungkin juga menyukai