Anda di halaman 1dari 45

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak tidak bisa memperjuangkan nasibnya sendiri. Mereka tidak berdaya

dan dapat mengalami masalah dalam kelangsungan hidupnya, karena distribusi

sumber daya yang tidak merata. Mereka sangat tergantung kepada bagaimana

kita memberikan perhatian khusus terhadap kebutuhan mereka. Negara-negara

berkembang masih menghadapi berbagai kendala dalam mempertahankan

kelangsungan hidup anak-anak tersebut. Anak yang lahir di negara maju dan

negara berkembang mempunyai masa depan yang sangat berbeda (Soetjingsih

dan Ranuh, 2015).

Masalah Kesalahan Anak merupakan salah satu masalah utama dalam

bidang kesehatan yang saat ini di negara indonesia. Derajat kesehatan anak

mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus

bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan

pembangunan bangsa. Berdasarkan alsan tersebut, masalah kesehatan anak

diperioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembagunan bangsa

(Hidayat,A 2008).

Menurut WHO, tahun 2012 (World Health Organization) memperkirakan

terdapat sekitar 17 juta kematian terjadi tiap tahun akibat penyakit ini. Asia

menempati urutan tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta

1
2

kasus terjadi tiap tahunnya. Di Indonesia diperkirakan antara 800-100.000

orang yang terkena penyakit demam thypoid sepanjang tahun. Kasus thypoid

di derita oleh anak – anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka

kematian 20.000 pertahunnya.

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 memperlihatkan bahwa gambaran

10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit, prevalensi kasus

demam thypoid sebesar 5,13% . Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit

dengan Case Fatality Rate tertinggi sebesar 0,67%, pada laporan Riset

Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2014 memperlihatkan bahwa prevalensi

demam thypoid di Jawa Tengah sebesar 1,61% yang 2 tersebar di seluruh

Kabupaten dengan prevalensi yang berbeda beda di setiap tempat. Demam

thypoid menurut karakteristik responden tersebar merata menurut umur

dan merata pada umur dewasa, akan tetapi prevalensi demam thypoid banyak

ditemukan pada umur (5–19 tahun) sebesar 1,9% dan paling rendah pada bayi

sebesar 0,8%. Prevalensi demam thypoid menurut tempat tinggal paling

banyak di pedesaan dibandingkan perkotaaan, dengan pendidikan rendah dan

dengan jumlah pengeluaran rumah tangga rendah (Depkes RI, 2012).

Demam adalah salah satu keluhan yang paling sering dikemukakan, yang

terdapat pada berbagai penyakit baik infeksi maupun non-infeksi. Pada tiap

keluhan demam perlu ditanya berapa lama berlangsung. Demam yang telah

berlangsung 5 hari kemudian menurun mungkin mengarah ke dalam dengue;


demam yang telah berlangsung 7 hari atau lebih mengingatkan kita pada

demam tifoid (Matondang, dkk, 2015).

Kejang Demam merupakan kejang yang dapat terjadi karena

peningkatanya suhu akibat proses Ekstraknium dengan ciri terjadinya antara

usia 6 bulan-4 tahun, lamanya kurang dari 15 menit dapat bersifat umum dan

dapat terjadinya 16 jam setelah timbulnya demam. Pada kejang demam, wajah

anak akan menjadi biru, mataya berputar-putar, dan anggota badannya akan

bergetar dengan hebat. Kejang demam sering terjadi pada anak dibawah usia

satu tahun sampai awal kelompok usia dua sampai lima tahun, karena pada usia

ini otak anak sangat rentang terhadap peningkatan mendadak suhu badan.

Sekitar sepuluh persen anak telah dapat mengalami sekurang-kurangnya 1 kali

kejang. Pada usia lima tahun, sebagian besar anak telah dapat mengatasi

kerentangannya terhadap kejang demam (Hidayat,A 2008).

Pada dasarnya menurunkan demam pada anak dapat

dilakukan secara fisik, obat- obatan maupun kombinasi keduanya, yaitu

dengan cara Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal,

pakaian anak diusahakan tidak tebal, memberikan minuman yang banyak

karena kebutuhan air meningkat, memberikan kompres. Kompres minyak

kelapa merupakan salah satu alternatif yang dapat menurunkan demam pada

anak (Plipat N et al.,

2002).

Untuk mengatasi demam terdapat berbagai cara yang dapat

dilakukan antara lain dengan pemberian antipiretik, kompres, dan

mengenakan pakaian
tipis pada anak. Tindakan yang sering dilakukan oleh orang tua pada saat anak

mengalami demam yaitu segera membawa ke petugas kesehatan dengan

harapan agar diberikan obat penurun panas. Terdapat pendapat yang

mengungkapkan bahwa pemberian antipiretik dapat menyamarkan gejala dari

suatu penyakit, maka salah satu cara terbaik untuk menurunkan demam anak

yaitu dengan cara mengompres, dengan menggunakan minyak kelapa yang

diletekkan di kepala sianak (Endah dan Putra, 2013).

Minyak nabati lainnya atau minyak sayur mengandung asam lemak tak

jenuh cukup tinggi yang mudah teroksidasi jika kontak dengan udara pada

suhu tinggi dan dapat berubah menjadi trans fatty acid jika dipanaskan. Asam

lemak trans ini dapat meningkatkan kadar Low Density Lipoprotein (LDL)

sehingga dapat menimbulkan penyakit jantung koroner, hipertensi, dan stroke

(Sutarmi dan Rozaline, 2006). Sedangkan minyak kelapa murni secara dominan

disusun oleh Medium Chains Fatty Acids (MCFA), seperti : asam laurat (48%),

asam kaprat (7%), asam kaprilat (8%), dan asam kaproat (0,5%) (Sukartin

dan Sitanggang,2005). MCFA dalam tubuh dipecah dan digunakan untuk

menghasilkan energi, dan jarang disimpan sebagai lemak tubuh atau menumpuk

dalam pembuluh nadi (Price, 2004). Minyak kelapa memiliki kadar asam

lemak tak jenuh ganda omega-3, asam eikosapentaeinoat (EPA) dan

asam asam dokosaheksaenoat (DHA) yang dapat menurunkan Very Low

Densit Lipoprotein (VLDL) (Sukartin, 2005).


Minyak kelapa hasil ekstraksi cara kering dan atau basah memiliki

karakteristik tersendiri dibandingkan dengan minyak nabati lain.

Perbedaan utama antara minyak kelapa dan minyak nabati lain adalah

kandungan asam lemak rantai medium yang terdapat pada minyak kelapa.

Minyak kelapa mengandung asam lemak rantai medium yang dapat

mencapai 61,93% (Karouw et al., 2013).

Kompres yaitu salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh

bila anak demam. Selama ini kompres dingin atau es menjadi kebiasaan yang

diterapkan para ibu saat anaknya demam.Selain itu, kompres alkohol juga

dikenal ibu sebagai bahan untuk mengompres. Namun kompres mengunakan es

sudah tidak dianjurkan karena pada kenyataannya demam tidak turun bahkan

naik dan dapat menyebabkan anak menangis, menggigil dan kebiruan. Selain

kompres menggunakan air, kompres juga dapat diberikan dengan bahan herbal

seperti minyak kelapa, jeruk nipis atau daun bawang. Kompres dengan bahan

herbal seperti ini masih digunakan di wilayah-wilayah pedesaan seperti desa

Salamet (Endah dan Putra, 2013).

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Endah Dan Putra

pada Tahun 2013 di Wilayah Desa Salamet Kabupaten Turen , tentantang

Pengaruh Pemberian Minyak Kelapa Dengan Air Jeruk Nipis Terhadap

Penurunan Suhu Tubuh pada Anak Usia 1 -3 Tahun dengan Indikasi Febris di

Desa Salamet Kabupaten Turen, telah membuktikan bahwa Populasi penelitian

adalah anak demam di wilayah Desa Salamet Kabupaten Turen. Subjek

penelitian sebagai
kasus sebanyak 20 orang anak demam usia 1-3 tahun. Penelitian ini

menggunakan metode wawancara langsung pada subjek penelitian,

kuisioner dan perlakuan 10 orang anak demam yang mendapat lulur minyak

kelapa dan

10 orang anak yang mendapat lulur minyak kelapa dan jeruk nipis. Data

dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif (tabulasi silang) dan juga

menggunakan t-test seluruh proses analisis menggunakan alat

bantu komputer SPSS (Statistical Program For Sosial Science) for windows.

Untuk uji hipotesa ini menggunakan HI dengan tingkat signifikan α : 0,05.

Hasil uji t test dimana hasil uji menunujukkan bahwa variable suhu sesudah

perlakuan menunjukkan nilai terhitung > dari t0,05 , yaitu 4,262 > 2,101

sehingga H0 diterima dengan derajat signifikan (α = 0,05) berarti perlakuan

pemberian lulur minyak kelapa dan jeruk nipis lebih efektif untuk

menurunkan suhu anak demam.

Dari penelitian yang pernah dilakukan oleh oleh Suryono dan

kawan kawan di dusun Tertek Desa Tertek Kecamatan Pare pada bulan

April 2010 dalam jurnal AKP tentang Pengaruh Pemberian Tumbukan

Bawang Merah Sebagai Penurun Suhu Tubuh Pada Balita Demam Di

Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang Tahun 2018 menunjukkan bahwa

suhu tubuh rata-rata sebelum diberikan perlakuan sebesar 37,97oC

setelah diberikan perlakuan turun

menjadi 37,57oC, dengan standar deviasi sebesar 0,046. Median dan


Modus
suhu tubuh sebelum diberi perlakuan sebesar 38 oC dan setelah

diberi perlakuan menjadi 37,60oC.

Masyarakat Aceh telah melakukan proses pengolahan minyak kelapa

secara tradisional yang menghasilkan minyak dan produk khas berupa bumbu

masakan pliek-u. Terdapat 2 jenis minyak yang dihasilkan yaitu minyak

simplah dan minyak pliek-u. Minyak simplah adalah minyak yang dihasilkan

selama proses fermentasi, sedangkan minyak pliek-u adalah minyak yang

dihasilkan setelah proses penjemuran kelapa. Minyak simplah digunakan

sebagai obat keluarga atau diolah menjadi minyak rambut, sedangkan minyak

pliek-u dimanfaatkan sebagai minyak goreng. Tradisi pengolahan minyak

kelapa ini didukung oleh potensi geografis daerah Aceh yang kaya dengan

produksi buah kelapa. Sampai saat ini, luas total areal perkebunan kelapa di

Aceh adalah 106.542 ha, dengan jumlah produksi buah kelapa 62.926 ton (BPS,

2012).

Masyarakat Aceh secara turun-temurun telah menggunakan daging buah

dan minyak kelapa terfermentasi (diperam) yang diproses secara tradisional.

Minyak pliek ini sangat terkenal dengan khas rasanya, baunya, dan minyak

kelapa yang dihasilkan salah satunya dikenal dengan nama minyak pliek yang

digunakan sebagai minyak goreng dan juga dimanfaatkan sebagai obat untuk

sakit kepala, luka, sakit persendian, dan sakit perut, dan juga bisa menurunkan

panas pada sianak, banyak ibu-ibu didesa yang menggunakan minyak pliek
tersebut untuk menurunkan demam pada sianak, untuk dapat mengangkat

intervensi ini ke permukaan maka perlu adanya upaya untuk membuktikan

efektifitas dari tindakan ini dalam menurunkan demam khususnya pada balita

penderita demam.

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Wilayah

Kerja Puskesmas Paya Bakong Kabupaten Aceh Utara, dihitung pada tahun

2020 pada tanggal Januari sampai Mei balita yang mengalami demam yaitu

berjumlan 86 balita.

Berdasarkan uraian di atas peneliti sangat tertarik untuk mengetahui

Efektifitas Pemberian Budaya Minyak Pliek Terhadap Penurunan Demam Pada

Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Paya Bakong Kecamatan Paya Bakong

Kabupaten Aceh Utara.

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Efektivitas Pemberian Budaya Minyak Pliek

Terhadap Penurunan Demam Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas

Paya Bakong Kecamatan Paya Bakong Kec Paya Bakong.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk Mengetahui Pemberian Minyak Pliek Pada Balita.

2. Untuk Mengetahui Penurunan Demam Pada Balita.


3. Untuk Mengetahui Perbedaan Suhu Tubuh Balita Sebelum Dan

Sesudah Diberikan Minyak Pliek Pada Balita.

1.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan Suhu Tubuh Balita

Sebelum Dan Sesudah Diberikan Minyak Pliek Pada Balita.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Responden

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagian bahan masukan

Untuk Meningkatan Pelayanan Asuhan Kebidanan Pada Balita Dalam

Mengatasi Demam Dengan Cara Memberikan Kompres Minyak pliek.

1.4.2 Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu

Efektivitas Pemberian Budaya Minyak Pliek Terhadap Penurunan

Demam Pada Balita.

1.4.3 Institusi Pendidikan

Menambahkan Bahan Informasi Juga Referensi bagi

pengembangan Ilmu Pengetahuan Mengenai Efektivitas Pemberian

Budaya Minyak Pliek Terhadap Penurunan Demam Pada Balita.

1.4.4 Bagi Peneliti

Menambahkan pengalaman baru dalam melakukan penelitian

dan peneliti dapat mengaplikasi ilmu pengatahuan yang diperoleh dari

kampus dengan keadaan yang ada di lahan praktik.


1.4.5 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangkan

penelitian ini lebih luas lagi terhadap Efektivitas Pemberian Budaya

Minyak Pliek Terhadap Penurunan Demam Pada Balita.

BAB II TINJAUAN

PUSTAKA
2.1 Konsep Budaya Pemberian Minyak Pliek

2.1.1 Pengertian Budaya Minyak Pliek

Minyak kelapa hasil fermentasi (minyak pliek u) meluas

digunakan oleh masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)

sebagai obat untuk menurunkan panas, sakit persendian, luka, sakit

kepala dan sakit perut, serta manfaat lain yang belum dapat

dijelaskan, yang digunakan baik secara topikal maupun per oral.

Minyak kelapa asal Aceh tersebut dikenal dengan nama minyeuk

pliek u (minyeuk simplah dan minyeuk brôk) (Nurlina, 2009).

Minyak kelapa merupakan salah satu produk utama yang dapat

diolah dari daging buah kelapa. Minyak kelapa dihasilkan melalui

ekstraksi daging buah kelapa dengan cara kering dan basah. Ekstraksi

cara kering menggunakan bahan baku kopra untuk menghasilkan

minyak kelapa kasar yang tidak dapat langsung dikonsumsi, tetapi

harus melalui tahapan pemurnian. Ekstraksi cara kering menggunakan

bahan baku kelapa parut kering menghasilkan minyak berkualitas

tinggi atau Virgin Coconut Oil (VCO). Ekstraksi cara kering hanya

dapat dilakukan pada skala industri karena memerlukan bahan baku

yang banyak dan modal besar, sedangkan ekstraksi cara basah dapat

dilakukan pada skala rumah tangga. Tahapan ekstraksi minyak cara


11
basah diawali dengan preparasi santan, kemudian ektraksi minyak dari
santan dengan cara pemanasan, fermentasi, dan sentrifugasi (Karouw

et al., 2013).

Minyak kelapa hasil ekstraksi cara kering dan atau basah

memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan minyak nabati

lain. Perbedaan utama antara minyak kelapa dan minyak nabati lain

adalah kandungan asam lemak rantai medium yang terdapat pada

minyak kelapa. Minyak kelapa mengandung asam lemak rantai

medium yang dapat mencapai 61,93% (Karouw et al., 2013).

Minyak kelapa murni atau lebih dikenal dengan Virgin Coconut

Oil (VCO) merupakan merupakan modifikasi proses pembuatan

minyak kelapa sehingga dihasilkan produk dengan kadar air dan

kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening, berbau

harum, serta mempunyai daya simpan yang cukup lama yaitu lebih

dari

12 bulan. Pembuatan minyak kelapa murni ini memiliki banyak

keunggulan yaitu tidak membutuhkan biaya yang mahal karena bahan

baku mudah didapat dengan harga yang murah, pengolahan yang

sederhana dan tidak terlalu rumit, serta penggunaan energi yang

minimal karena tidak menggunakan bahan bakar sehingga kandungan

kimia dan nutrisinya tetap terjaga terutama asam lemak dalam minyak.

Jika dibandingkan dengan minyak kelapa biasa atau sering disebut

dengan minyak goreng (minyak kelapa kopra) minyak kelapa

murni mempunyai kualitas yang lebih baik. Minyak kelapa

kopra akan
berwarna kuning kecoklatan, berbau tidak harum dan mudah tengik

sehingga daya simpannya tidak bertahan lama (kurang dari dua bulan).

Dari segi ekonomi minyak kelapa murni mempunyai harga jual yang

lebih tinggi dibanding minyak kelapa kopra sehingga studi pembuatan

VCO perlu dikembangkan (Anonim, 2014).

Minyak kelapa murni atau bahasa ilmiahnya virgin

coconut oil (VCO) adalah minyak yang berasal dari sari pati kelapa,

diproses secara higienis tanpa sentuhan api secara langsung dan bahan

kimia tambahan sehingga kandungan yang penting dalam minyak tetap

dapat dipertahankan. Komponen utama dari VCO sekitar 92%

adalah asam lemak jenuh, diantaranya asam laurat (48,74%), asam

miristat (16,31%), asam kaprilat (Anonim, 2014).

Virgin Coconout Oil atau lebih dikenal dengan VCO merupakan

minyak yang dihasilkan dari pemurnian santan kelapa dengan metode

tertentu untuk memisahkan unsur –unsur kimiawi secara bertahap

(Silaban, 2014).

Selama ribuan tahun minyak kelapa digunakan sebagai

minyak pangan oleh masyarakat di daerah tropis. Minyak kelapa

digunakan sebagai minyak goreng, bahan margarin dan mentega putih,

komponen dalam pembuatan sabun serta formulasi kosmetika

(Alamsyah, 2005). Selain digunakan untuk menggoreng, pada

masyarakat pedesaan minyak kelapa juga digunakan

sebagai
minyak pijat, kerik, dan untuk minyak cem-ceman (Sutarmi dan

Rozaline, 2006).

Masyarakat Aceh secara turun-temurun telah menggunakan

daging buah dan minyak kelapa terfermentasi (diperam) yang diproses

secara tradisional. minyak kelapa yang dihasilkan salah satunya dikenal

dengan nama minyak pliek yang digunakan sebagai minyak goreng

dan juga dimanfaatkan sebagai obat untuk sakit kepala, luka,

menurunkan panas, sakit persendian, dan sakit perut (Nurliana dkk,

2009).

Minyak pliek u dan pliek u merupakan salah satu

makanan khas tradisional Aceh, yang dihasilkan dari proses

fermentasi daging buah kelapa. Fermentasi merupakan salah satu

bentuk teknologi pengawetan makanan tertua di dunia, yang

bertahun-tahun sudah dilakukan dan dikonsumsi khususnya

oleh masyarakat pedalaman atau pedesaan berdasarkan adat dan

tradisi mereka Nurlina. (2009).

2.1.2 Manfaat Pemberian Minyak Pliek

Minyak kelapa murni (VCO) mempunyai banyak manfaat

terutama dalam bidang kesehatan diantaranya merupakan anti bakteri,

menjaga kesehatan jantung, membantu mencegah penyakit osteoporosis,

diabetes, lever, serta dapat menurunkan berat badan, dan memelihara

kesehatan kulit. Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemak

digolongkan kedalam minyak asam laurat karena kandungan asam


lauratnya paling besar jika dibandingkan dengan asam lemak lainnya.

Berdasarkan tingkat ketidak jenuhannya yang dinyatakan dengan

bilangan Iod (Iodine Value), maka minyak kelapa dapat dimasukan

kedalam golongan non drying oils karena bilangan minyak tersebut

berkisar antara 7,5-10,5 (Salirawati, 2007).

Masyarakat Aceh secara turun temurun sudah mengolah buah

kelapa menjadi minyak pliek untuk dikonsumsi. Segi kesehatan

menjelaskan bahwa minyak pliek dapat menurunkan kadar kolesterol

sebesar 45 mg/dl, minyak kelapa sawit hanya dapat menurunkan

kolesterol sebesar 35mg/dl (Kusumastuty, dkk; 2006). Budiarso

menjelaskan bahwa keunggulan minyak pliek juga bisa dilihat bila

dibandingkan dengan minyak sayur yang terdiri dari, jagung, biji

matahari, dan biji kedele. Minyak sayur setelah dikonsumsi atau

digoreng akan berubah sifatnya dan menghasilkan zat bioaktif yang

bersifat toksik dan karcinegonik. Kelebihan zak bioaktif ini akan

menyebabkan jenis penyakit kronik, degeneratif, dan kanker. Sedangkan

minyak kelapa tidak menimbulkan efek samping (Budiarso, Iwan T,

2014).

2.1.3 Kandungan Minyak Pliek

Komponen asam lemak dapat berasal dari tumbuhan maupun

hewan. Salah satunya yaitu kelapa. Kelapa ditemukan hampir di seluruh


bagian Indonesia sehingga masyarakat di Provinsi Aceh membuat suatu

produk fermentasi minyak kelapa yang disebut minyak Pliek U. Produk

sekunder dari fermentasi daging kelapa yang bernama Pliek U yang

banyak dipakai untuk bumbu kuliner tradisional (Nanda Earlia, dkk

2019).

Kelapa yang mengandung banyak asam lemak ini berpotensi

untuk menjadi obat bagi penderita dermatitis atopik. Perbedaan faktor

geografi, jenis kelapa, waktu pemanenan, dan usia dari kelapa dapat

mempengaruhi kandungan asam lemaknya. Kandungan asam lemak dari

kelapa dapat diukur menggunakan analisis gas kromatografi. Asam

lemak dalam kelapa dapat menjadi obat bagi penderita dermatitis atopik

dapat dibuktikan dengan melihat nilai kecocokannya dengan E-FABP

yang merupakan protein transpor asam lemak ke filaggrin di lapisan

kulit. Dapat disimpulkan jika suatu asam lemak cocok dengan E-FABP

maka asam lemak tersebut memiliki kemampuan untuk menerapi

dermatitis atopik. Aktivitas farmakologi ini dapat dinilai

menggunakan molecular docking dan interaksi di dalamnya akan diukur

menggunakan spektroskopi (Nanda Earlia, dkk 2019).

Studi yang dilakukan oleh ahli dari berbagai universitas mencoba

untuk menganalisis kandungan asam lemak pada

Pliek U menggunakan gas chromatography-mass spectrometry (GC-

MS) dan aktivitas farmakologi asam lemak dinilai menggunakan

teknik reverse
docking. Sampel Pliek U yang digunakan diperoleh dari beberapa

industri rumah tangga di Provinsi Aceh tepatnya di Kecamatan

Matang. Pliek U akan diekstrak untuk menghasilkan ethanolic

Pliek U (EPUE) dan ethanolic hexane residue Pliek U (EHRPUE)

sehingga dapat dinilai menggunakan GC-MS. Keduanya memiliki

kandungan asam lemak terbesar yang hampir mirip yaitu asam laurat,

asam miristat, asam palmitat, asam oleat, asam stearat, asam kaprat,

asam linoleat, asam kaprilat, dan asam lemak lain yang hanya 1%.

Kandungan asam lemak ini serupa dengan kandungan asam lemak dari

minyak kelapa sehingga Pliek U dapat menjadi kandidat untuk

mengobati dermatitis atopic (Nanda Earlia, dkk 2019).

2.1.4 Cara Pembuatan Minyak Pliek

Proses mendapatkan pliek-u dan minyak pliek yang harus

dilakukan yaitu fermentasi kelapa kukur. Proses ini berlangsung

selama 7 hari dengan variasi ketebalan tumpukan fermentasi yaitu 30

cm, 20 cm dan 10 cm. Wadah yang digunakan ember berwarna hitam

sebanyak 3 buah, yang masing-masing ember diisi dengan kelapa

kukur dengan ketebalan 30 cm, 20 cm dan 10 cm. Penutup yang

digunakan pada saat proses fermentasi menggunakan daun pisang

(Gambar 2.1)
.Gambar 2.1 Kelapa kukur fermentasi di tutup dengan daun pisang

Pengadukan selama proses fermentasi dilakukan 2 kali dalam 1

hari, dengan jadwal pengadukan pagi dan sore hari yang dilakukan

terus menerus sampai hari ke 7. Pada tahap fermentasi kelapa kukur

akan menghasilkan minyak simplah yang berguna sebagai obat sakit

kepala, menurunkan panas, sakit persendian dan sakit perut. Hasil

fermentasi kelapa kukur ketebalan 30 cm menghasilkan warna yang

tidak terlalu kehitaman, tekstur tidak terlalu lengket dan tidak berbau.

Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Hasil kelapa kukur fermentasi ketebalan 30 cm,

20 cm, 10 cm.

Ketebalan 20 cm memiliki tekstur yang sedikit lengket dan

berwarna keputihan masih terlihat seperti awal kelapa kukus. Hasil

ketebalan 10 cm teksturnya sangat lembek seperti bubur,berwarna


putih, tekstur lembek seperti bubur dan beraroma tidak sedap. Hasil

keduanya ketebalan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.

Pengeringan pliek u menggunakan alat pengering tipe

Hohenheim. Pengeringan dilakukan selama 16 jam (2 hari) dapat

disimpulkan bahwa data suhu dan RH selama pengeringan memliki

nilai yang berbeda, jika suhu tinggi maka RH yang dihasilkan rendah

dan sebaliknya jika suhu rendah, RH yang dihasilkan tinggi (Khathir,

2015).

Minyak dipisahkan secara hati-hati dengan cara disaring

menggunakan batu zeolit. Blondo yang merupakan hasil ikutan masih

mengandung minyak sekitar 10-15%. Blondo yang diperoleh

selanjutnya dipanaskan selama 15 menit untuk menghasilkan minyak

klentik (Rindengan dan Karouw, 2002).

2.1.5 Cara Pemberian Minyak Pliek Terhadap Balita Yang

Demam

Cara ini cukup efektif, biasannya besok pagi langsung turun

demamnya. Saya balur saat pagi, sore habis mandi, dan malam saat mau

tidur. Siang tidak saya balur karena selain gerah juga lengket, kasian

anaknya nanti. Ini untuk demam di bawah atau sekitar 38° ya, kalau

diatas itu harus tetap bawa anak ke dokter. Karena bayi memang

dikatakan demam kalau sudah mencapai 38°, nah demam pada bayi itu

sendiri bisa mengisyaratkan berbagai penyakit pada si bayi. Jadi agar


tidak salah penanganan saya prefer bawa ke dokter. Kalau demam masih

di bawah 38° dengan cara ini saya tidak perlu obat untuk menurunkan

demam si kecil.

Parut atau iris tipis beberapa buah bawang merah, tambahkan

juga sedikit minyak kelapa. Setelah ramuan jadi, balurkan ramuan ini

pada tubuh bayi dan tunggu hasilnya. Ramuan ini dapat diberikan dua

kali sehari, jangan lupa untuk membersihkan baluran ini pada tubuh si

kecil dengan memandikan bayi secara teratur setiap hari.

2.2 Pengertian Demam

2.2.1 Demam

Menurut Maryunani (2010), demam (hipertermi) adalah suatu

keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya, dan merupakan

gejala dari suatu penyakit. Sebagian besar demam berhubungan

dengan infeksi yang dapat berupa infeksi lokal atau sistemik. Paling

sering demam disebabkan oleh penyakit infeksi seperti infeksi saluran

pernafasan atas, infeksi saluran pernafasan bawah, gastrointestinal, dan

sebagainya. Ada beberapa kasus, penyakit infeksi yang menyerang

sistem gastrointestinal pada anak- anak, salah satunya adalah Thypoid

Abdominalis atau dikenal dengan istilah demam tifoid.

Beberapa bukti penelitian menunjukkan dampak positif demam

yaitu memicu pertambahan jumlah leukosit serta meningkatkan fungsi

interferon yang membantu leukosit memerangi mikroorganisme.


Dampak negatif dari demam yang dapat membahayakan anak antara

lain dehidrasi, kekurangan oksigen, kerusakan neurologis, dan

kejang demam/ febrile convulsions. Demam harus ditangani dengan

benar agar terjadinya dampak negatif menjadi minimal (Arisandi, 2012).

Demam merupakan respon normal tubuh terhadap adanya

infeksi. Infeksi adalah keadaan masuknya mikroorganisme kedalam

tubuh, dapat berupa virus, bakteri, parasit, maupun jamur. Demam pada

anak umumnya disebabkan oleh infeksi virus (Setiawati, 2009).

Demam adalah gejala penyakit, biasanya dalam bentuk infeksi.

Suhu tubuh meningkat sebagai mekanisme perlindungan tubuh. Cara

terbaik untuk membabtu anak mengatasi demam adalah dengan

mengawasi dan merespons dengan cepat. Perhatikan gejala-gejala yang

terjadi pada anak-anak dan bertindak untuk menjaga kenyamanan anak

sambil menyembuhkan demam (Zen Santosa, 2019).

Demam juga dapat disebabkan oleh paparan panas yang

berlebihan (overhating), dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi

maupun dikarenakan gangguan sistem imun (Lubis, 2009).

2.2.2 Etiologi

Demam adalah naiknya temperatur tubuh. Demam

merupkanan gejala bukan penyakit demam menunjukkan terjadinya


suatu infeksiluka atau peradangan pada tubuh dan sedang diatasi.

Secara umum demam dapat di sebabkan oleh infeksi dan non

infeksi, demam infeksi terjadi akibat masuknya mikroorganisme

tertentu ke dalam tubuh, seperti bakteri dan virus. Demam non infeksi

dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti stress psikologi, kelelahan

dan dehidrasi sampai 5 tahun yang lebih cenderung mengalami

kejang dema m (Djunarko et al., 2011).

2.2.3 Klasifikasi

Menurut Lusia (2015) bahwa Klasifikasi Dengan cara

pengukuran melalui rektal (anus) peningkatan suhu/demam berdasarkan

derajat peningkatan temperatur dibedakan sebagai berikut :

a. Subfebris : 37,5-38oC.

b. Demam ringan : 38- 39oC.

c. Demam sedang : 39-40oC.

d. Demam tinggi : 40-41oC.

e. Demam yang sangat tinggi=Hiperpireksia: >41,2 oC.

2.2.4 Penatalaksanaan

Tindakan pada anak yang dengan demam yaitu diawali dengan

pertimbangan apakah ada kegawatan, apa penyebabnya dan apakah


demam perlu segera diturunkan. Bagi seorang dokter agar tindakan

tersebut tenapa dan terarah, diperlukan suatu pengelompokan/klasifikasi

pasien agar dapat digunakan suatu algoritma (langkah-langkah) untuk

menyelesaikan masalah) umum (Lusia, 2015).

Namun bagi orang tua, dapat mengambil pedoman

umum/praktik untuk mengenal dan merawat anak sakit. Berikut

pedoman yang dapat dilakukan dalam melakukan tindakan dan perwatan

demam pada anak (pertolongan pertama di rumah):

a. Jangan Panik

Pada saat demam orang tua akan merasa cemas dan

bingung, bahkan ada orang tua yang panik dan tiada tahu harus

berbuat apa karena terlalu bingung. Sebetulnya demam

merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap serangan

penyakit misalnya oleh bakteri atau virus (yang merupakan

penyebab utama demam pada anak).

b. Monitoring Kondisi Anak

Mengukur suhu tubuh anak, jika suhu anak meningkat

di atas normal, ukur lagi suhu tubuh 20-30 menit untuk

memastikan bukan hanya kasus pengkatan suhu sementara.

Pakaian tidak boleh terlalu boleh terlalu tebal dan tidak

terbungkus olleh selimut. Menangis, mengamuk, bermain di

lingkungan yang panas, dan mandi air panas dapat meningkatkan


suhu. Anak yang sedang demam perlu dipantau terus suhu

tubuhnya setiap 4-6 jam sekali dan catat apakah turun, stabil atau

bahkan menigkat.

c. Buka Pakaian Atau Selimut Yang Berlebihan

Kenakan pakaian yang tipis dan nyaman yang dapat

menyerap keringat seperti katun dan kain linen yang

memungkinkan pelepasan panas yang baik. Sebaiknya anak

tidak diselimuti tetapi jika tetap diperlukan biarkan anak tidur

dengan selimut atau kain yang tipis saja. Jangan membungkus

anak menggunakan kain panel atau baju piama karena dapat

menyebab anak kepanasan.

d. Perhatikan Suhu Kamar Dan Aliran Udara Didalam Ruangan

Aturlah sirkulasi udara dalam kamar agar suhunya

terasa nyaman. Dapat dengan kipas angin. Jika menggunakan

alat pendingin ruangan, aturlah suhunya diangka 22-24-26oC

(suhu kamar sejuk) dengan kelembapan antara 65% sampai

95% karena suhu ruangan yang nyaman akan merangsang

tubuh untuk lebih gencar mengeluarkan panas dengan tujuan

menyesuaikan diri.

e. Peluk Anak Agar Panas Badanya Berpindah ke Tubuh Anda


Bayi baru lahir yang sedang demam, paling baik

digendong dengan metode kanguru untuk mengurangi panas

tubuhnya. Caranya gendonglah bayi di dada dalam keadaan

telanjang di balik pakaian ibu yang longgar agar terjadi

sentuhan kulit. Kontak kulit membantu menurunkan demam

bayi. Gendong kanguru hanya cocok untuk demam akibat sakit

ringan.

f. Banyak Minum dan Makanan Bergizi

Beri asupan cairan lebih banyak, lenih baik manis

atau beri tambahan gula (dapat air mineral, jus, minuman

isotonik). Banyak minum dapat memacu pembuangan panas

lewat air kencing. Meskipun yang terbaik adalalh air atau jus

tanpa gula. Teh dan minum berkafeein sebaiknya dihindari

selama demam karena kafein dapat mengiduksi diureksi (

sering berkemih).

g. Istirahat

Minta anak beristirahat atau mengurangi aktivitas

fisiknya. Tidur cukup agar metabolisme berkurang. Dengan

beristirahat cukup, teubuh akan cepat kembali bugar (Lusia,

2015).

2.3 Pengaruh Pemberian Budaya Minyak Terhadap Penurunan Demam


Minyak kelapa hasil fermentasi (minyak pliek u) meluas

digunakan oleh masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sebagai

obat untuk menurunkan panas, sakit persendian, luka, sakit kepala dan

sakit perut, serta manfaat lain yang belum dapat dijelaskan, yang

digunakan baik secara topikal maupun per oral. Minyak kelapa asal Aceh

tersebut dikenal dengan nama minyeuk pliek u (minyeuk simplah dan

minyeuk brôk).

Peran dan multifungsi berbagai bahan alami sebagai antimikrob

biasanya langsung dimanfaatkan dalam bentuk bahan dasar atau hasil

ekstraknya (herbal, rempah-rempah, jamu dan minyak). Salah satu tumbuh-

tumbuhan yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sejak ratusan tahun yang

lalu adalah kelapa (Cocos nucifera L), terutama dengan memanfaatkan daging

buah dan minyak kelapa.

Begitu juga dengan masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)

secara turun-menurun telah menggunakan daging buah dan minyak kelapa

yang diperoleh dari hasil fermentasi secara tradisional. Minyak kelapa

tersebut dikenal dengan nama minyak pliek u (minyeuk simplah dan minyeuk

brok), sedangkan ampas yang diperoleh setelah diambil minyaknya disebut

pliek u. Minyak pliek u digunakan sebagai minyak goreng dan obat untuk

sakit kulit, luka, demam, sakit kepala dan sakit perut, sedangkan pliek u
dikomsumsi sebagai bumbu masak dan sambal, juga digunakan sebagai pakan

ayam (Nurlina, 2009).

2.4 LandasanTeori

Berdasarkan tinjauan teoritis, maka landasan teori dalam penelitian ini

sebagai berikut :

2.4.1 Minyak kelapa merupakan salah satu produk utama yang dapat diolah

dari daging buah kelapa. Minyak kelapa dihasilkan melalui ekstraksi

daging buah kelapa dengan cara kering dan basah (Karouw et al.,

2013). Minyak Pliek yang digunakan sebagai minyak goreng dan juga

dimanfaatkan sebagai obat untuk sakit kepala, luka, menurunkan

panas, sakit persendian, dan sakit perut (Nurliana dkk, 2009).

2.4.2 Demam adalah gejala penyakit, biasanya dalam bentuk infeksi. Suhu

tubuh meningkat sebagai mekanisme perlindungan tubuh. Cara terbaik

untuk membabtu anak mengatasi demam adalah dengan mengawasi

dan merespons dengan cepat. perhatikan gejala-gejala yang terjadi pada

anak-anak dan bertindak untuk menjaga kenyamanan anak sambil

menyembuhkan demam (Zen Santosa, 2019).


28

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,

2010). Berdasarkan landasan teori, maka kerangka konsep dapat digambarkan

sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Efektivitas Pemberian Penurunan Demam Pada


Minyak Pliek Anak

Keterangan :

: Variabel Diteliti

Gambar 3.1

Kerangka Konsep

28
29

3.2 Variabel penelitian

3.2.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel Independen adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel independen. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah pemberian minyak kelapa terhadap penurunan

demam pada anak.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah penurunan demam pada anak.


3.3 Definisi Operasinal

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur Ukur
Variabel Independen

1. Pemberian Minyak Pliek Yang Wawancara SOP Ordinal - Sebelum


minyak pliek Digunakan Sebagai
pada balita Minyak Goreng Dan - Sesudah
Juga Dimanfaatkan
Sebagai Obat Untuk
Sakit Kepala, Luka,
Menurunkan Panas,
Sakit Persendian,
Dan Sakit Perut

Variabel Dependen

1. Demam pada Demam adalah Melakukan Kuesioner Interval a. 37,5-38oC


balita gejala penyakit, Observasi (check list)
b. 38-39oC
biasanya dalam
bentuk infeksi. Suhu c. 39-40oC
tubuh meningkat d. 40-41oC
sebagai mekanisme e. >41,2oC
perlindungan tubuh.
3.3 Metode Pengukuran Variabel

3.3.1 Variabel Efektivitas Pemberian Minyak Pliek

Untuk variabel mengenai efektivitas pemberian minyak pliek

terhadap penurunan demam responden cukup mengisi pada kolom check

list yang di sertai dengan pilihan sebagai berikut :

a. Sebelum :Jika responden melakukan pemberian minyak

pliek.

b. Sesudah :Jika responden sudah melakukan pemberian

minyak pliek dan berapa lama pemberiannya.

3.3.2 Penurunan Demam Pada Balita

Untuk variabel penurunan demam pada balita responden cukup

mengisi pada kolom check list yang di sertai dengan pilihan sebagai

berikut :

a. Penurunan demam :Jika responden mengalami penurunan setelah

pemberian minyak pliek.

b. Tidak penurunan demam :Jika responden tidak mengalami

penurunan dalam proses pemberian minyak pliek.


32

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dingunakan adalah menggunakan Analitik

Koleransi dengan desain Quansi Eksperimen. Pendekatan yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik One

Group Pre Test And Post Test atau disebut juga Time Series Design yaitu

suatu penelitian yang dilakukan untuk menilai suatu kelompok saja secara utuh

(Notoatmodjo, 2005).

Peneliti ini menggunakan penelitian Pra-Eksperimental. Penelitian

Eksperimental adalah suatu rencangan penelitian yang digunakan untuk

mencari hubungan sebab akibat dengan adanya keterlibatan penelitian dalam

melakukan manipulasi terhadap variabel bebas (Nursalam, 2016).

Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui Efektivitas Pemberian

Budaya Minyak Pliek Terhadap Penurunan Demam Pada Balita Di Wilayah

Kerja Puskesmas Paya Bakong Kecamatan Paya Bakong Kabupaten Aceh

Utara Tahun 2020.

Penelitian ini menggunakan penelitian Pra-Eksperimental dengan tipe

One Group PreTest-Posttes Design. Ciri tipe ini adalah mengunggkapkan

hubungan sebab-akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subyek.

Kelompok subyek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian

diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2016).

32
33

Tabel 4.1
Rancangan Penelitian

Subyek Pre test Perlakuan Post test


K Mengukur X Mengukur
suhu badan suhu badan
balita balita sesudah
sebelum memberikan
memberikan minyak pliek
minyak pliek
Keterangan
K : Subyek (Balita)
X : Pemberian Minyak Pliek

4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan Di Wilayah Kerja Puskesmas Paya

Bakong Kecamatan Paya Bakong Kabupaten Aceh Utara.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai agustus 2020.
34

4.3 Populasi Dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah seluruh balita yang menglami demam

pada saat penelitian Di Wilayah Kerja Puskesmas Paya Bakong

Kecamatan Paya Bakong Kabupaten Aceh Utara.

4.3.2 Sampel

Cara pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total


sampling

yaitu seluruh populasi dijadikan sampel, dengan kriteria sebagai


beriku:

1. Balita yang mengalami


demam,

2. Bersedia menjadi responden dan mendapatkan


perlakuan,

3. Mengalami demam yang


ringan

4. Belum mengkonsumsi obat-


obatan

5. Berada di wilayah kerja puskesmas paya


bakong.

4.4 Metode Pengumpulan Data

4.4.1 Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini

yaitu:

1. Observasi yaitu pengamatan langsung di Wilayah Kerja di desa blang

dalam dan did desa leuhong yang menjadi sasaran pengambilan

sampel. Teknik ini dimaksudkan guna memperoleh informasi yang

berhubungan dengan data yang akan dikumpulkan.


35

2. Wawancara yaitu mengumpulkan data sekunder yang berhubungan

dengan variabel-variabel yang akan diteliti.


36

3. Kuesioner (angket), teknik ini merupakan instrument penelitian yang

digunakan untuk memperoleh data primer dari setiap responden.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini langsung diisi oleh

responden.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner yang

disusun dan dimodifikasi sendiri oleh peneliti untuk mengetahui efektivitas

pemberian budaya minyak pliek terhadap penurunan demam pada balita.

4.6 Metode Pengolahan Data Dan Analisis Data

4.6.1 Metode Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2014), data yang telah dikumpulkan

dari sejumlah kuesioner yang telah disebarkan kepada responden,

kemudian diolah dikomputer dengan cara:

1. Pengeditan (Editing)

Hasil aket atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan

penyunting (editing) terlebih dahulu secara umum Editing adalah

kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuesioner.

2. Pemberian kode (Coding)

Setelah semua kuesioner diedit atau di sunting, selanjutnya

dilakukan pengkodeaan atau Coding yankni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.


37

3. Pemasukan Data (Entry) atau processing

Data yakni jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk “ kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam

program atau “software” komputer.

4. Pembersihan data (Clenaning)

Apabalia dari semua data dari setiap sumber data atau

responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk

menlihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan

kode, ketikdak lengkapan, dan sebagiannya, kemungkinan

dilakukan pembentukan atau koreksi.

4.6.2 Analisi Data

1. Analisa Univariat

Menurut Natoatmodjo (2014), analisa inivariat yaitu untuk

mengetahui distribusi frekuensi variabel penelitian dan mencari

presentase pada setiap variabel dengan memakai rumus yaitu:

f
P= x 100%
n

Keterangan :

P : Persentase

f : Frekuensi

n : Jumlah observasi
38

2. Analisa Bivariat

Menurut sugiono (2013), analisa bivariat yaitu untuk mengetahui

data dalam bentuk tabel silang untuk melihat hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen menggunakan uji

statisktik independen T Test, Uji ini dingunakan untuk mengetahui

pengaruh metode inquairy dan metode drill terhadap pengaruh

pemberian minyak kelapa terhadap penurunan demam pada balita.


39

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan Di Wilayah Kerja Puskesmas Paya Bakong Kabupaten

Aceh Utara.

5.1.1 Sejarah Singkat Desa

Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan Di Wilayah  Kerja

Puskesmas Paya Bakong Kabupaten Aceh Utara dketahui bahwa Desa Blang

Dalam, dan Desa Leuhong termasuk dalam Wilayah Kerja Puskesmas Paya

Bakong Kabupaten Aceh Utara dengan No izin :090/2960/PKM.P.B/ 2020.

Secara geografi batas wilayah gampong Desa Blang Dalam , dan Desa

Leuhong kabupaten aceh utara :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Geureughek

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Blang Paku

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Meunasah Meuria

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Paya Bakong

5.1.2 Sarana Kesehatan

Jumlah sarana kesehatan diwilayah kerja puskesmas Paya Bakong kabupaten

aceh utara tahun 2020 adalah sebagai berikut :

1. Puskesmas pembantu : 6 buah

2. Puskesmas keliling : 1 buah

3. Polindes : 9 buah
40

5.1.3 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada tanggal 1 juli

sampai dengan 15 juli 2020, Untuk mengetahui Efektivitas Pemberian Budaya

Minyak Pliek Terhadap Penurunan Demam Pada Balita Di Wilayah Kerja

Puskesmas Paya Bakong Kecamatan Paya Bakong Kec Paya Bakong, Maka

Hasil Penelitian Dapat Dilihat Pada Tabel Dibawah Ini:

5.2 Analisa Data

5.2.1 Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden

TABEL 4.6
DISTRIBUSI FREKUENSI JENIS KELAMIN DI PUSKESMAS PAYA
BAKONG KABUPATEN ACEH UTARA
TAHUN 2020

No Faktor Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


1. Perempuan 20 57
2. Laki-laki 15 43
Total 35 100
Sumber (Data Primer, 2017)

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa karakteristik faktor jenis kelamin

pada Balita di Puskesmas Puskesmas Paya Bakong Kabupaten Aceh Utara

tahun 2020, sebagian besar berada pada kategori perempuan yaitu sebanyak

20 orang dengan persentase 57%.


41

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Efektivitas Pemberian Minyak Pliek

TABEL 4.7
DISTRIBUSI FREKUENSI EFEKTIVITAS PEMBERIAN MINYAK PLIEK
DI PUSKESMAS PAYA BAKONG KABUPATEN ACEH UTARA
TAHUN 2020

No Efektivitas Pemberian
Frekuensi Persentase (%)
Minyak Pliek
1. Menurun 19 54
2. Tidak menurun 16 46
Total 35 100
Sumber (Data Primer, 2017)

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa karakteristik Frekuensi

Efektivitas Pemberian Minyak Pliek Di Puskesmas Paya Bakong

Kabupaten Aceh Utara tahun 2020, sebagian besar berada pada kategori

menurun yaitu sebanyak 19 orang dengan persentase 54%.


42

5.2.2 Analisa bivariat

1. Pengaruh Faktor Jenis Kelamin terhadap efektivitas pemberian minyak


pliek
TABEL 4.10
DISTRIBUSI FREKUENSI HUBUNGAN FAKTOR JENIS KELAMIN TERHADAP
TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERIAN MINYAK PLIEK DI PUSKESMAS
PAYA BAKONG KABUPATEN ACEH UTARA
TAHUN 2020
Efektivitas Pemberian
No. Minyak Pliek Kemakna
Faktor Jenis Jumlah
Menurun Tidak an
Kelamin
menurun
f % F % F % Df p
1 Perempuan 16 80 4 20 20 100 1 0.000
. Laki-laki 7 47 8 53 15 100
2
.
Jumlah 23 66 12 34 35 100
Sumber (Data Primer, 2017)

Dari tabel 4.10 diketahui bahwa faktor jenis kelamin ada

hubungan secara signifikan terhadap Efektivitas Pemberian Minyak Pliek

terhadap penurunan demam dengan nilai signifikan (p) sebesar 0.000

yang artinya p = value < 0.05 menyatakan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara faktor jenis kelamin terhadap nyeri sendi berulang

pada lansia.

2. Efektivitas Pemberian Minyak Pliek terhadap penurunan demam pada balita


43

TABEL 4.12
DISTRIBUSI FREKUENSI HUBUNGAN FAKTOR DUKUNGAN KELUARGA
TERHADAP NYERI SENDI BERULANG PADA LANSIA DI PUSKESMAS
BAKTIYA BARAT KABUPATEN ACEH UTARA
TAHUN 2017
Efektivitas Pemberian
No. Efektivitas Minyak Pliek Kemakna
Jumlah
Pemberian Menurun Tidak an
Minyak Pliek Menurun
F % F % f % Df p
1 Menurun 9 56 7 44 16 100 1 0.002
2 Tidak Mendukung 14 74 5 26 19 100
.
Jumlah 23 66 12 34 35 100
Sumber (Data Primer, 2017)

Dari tabel 4.12 diketahui bahwa Efektivitas Pemberian Minyak Pliek terhadap

penurunan demam pada balita dengan nilai signifikan (p) sebesar 0.002 yang artinya p

= value < 0.05 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

Efektivitas Pemberian Minyak Pliek dengan penurunan demam pada balita

5.2 Pembahasan

5.2.1 Analisa Univariat


44

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.2 Saran

a. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan

mengenai Efektivitas Pemberian Minyak Pliek Terhadap Penurunan Demam Pada

Balita.

b. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

melakukan indentifikasi terhadap Efektivitas Pemberian Minyak Pliek Terhadap

Penurunan Demam Pada Balita.

c. Bagi Institusi Pendidikan


45

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada institusi pendidikan

khususnya dalam bidang perpustakaan dan diharapkan menjadi satu masukan dan

referensi yang berarti serta bermanfaat bagi institusi dan mahasiswa.

d. Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan dalam mengkaji permasalahan

tentang Efektivitas Pemberian Minyak Pliek Terhadap Penurunan Demam Pada Balita.

Anda mungkin juga menyukai