Anda di halaman 1dari 178

KARYA TULIS ILMIAH

LITERATURE REVIEW PENERAPAN PROSEDUR TEKNIK


MENYUSUI PADA IBU POST SEKSIO SESAREA

WA YONA RUMBIA
NIM : P07120117104

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
JURUSAN KEPERAWATAN AMBON
2020
LITERATURE REVIEW PENERAPAN PROSEDUR TEKNIK
MENYUSUI PADA IBU POST SEKSIO SESAREA

Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini disusun sebagai salah satu persyaratan
untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Program Studi Keperawatan Ambon
Politeknik Kesehatan
Maluku

WA YONA RUMBIA
NIM : P07120117104

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
JURUSAN KEPERAWATAN AMBON
2020

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Proposal yang berjudul “Literatur Review Penerapan Teknik Menyusui Pada Ibu

Post Seksio sesarea Di Ruangan Nifas Dr. M. Haulussy Ambon”. Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

program pendidikan Diploma III Kesehatan pada Jurusan Keperawatan Ambon

Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku.

Ucapan terimakasih dengan tulus dan penuh rasa hormat penulis

sampaikan kepada Ns. Christy.Hitijahubessy, M.Kep., Sp.Kep.Mat selaku

pembimbing, yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran dalam

membantu serta membimbing penulis sejak usulan penelitian hingga proposal

Karya Tulis Ilmia ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis tidak lupa

pula mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Hairudin Rasako, SKM.,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti pendidikan pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku Jurusan

Keperawatan Ambon.

2. Rony A. Latumenasse, S.Pd.,M.Kes sebagai Ketua Jurusan Keperawatan

Ambon dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik, yang selama

ini selalau memberikan motivasi dan support selama mengikuti pendidikan.

v
3. Seluruh dosen pada Jurusan Keperawatan Ambon, yang telah memberikan

ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan.

4. Kepada kedua orang tuaku, dan keempat kakak dan adikku (Erlin, Hasi,

Saprin dan Tasya) atas doa, dana dan motivasi sehingga Karya Tulis Ilmiah

ini selesai.

5. Kepada para sahabatku Kelas III B dan terkhusus (Ria, Nurbi, Suharni, Tanti

dan Sri) atas dukungan serta motivasi yang diberikannya sehingga Karya

Tulis Ilmiah ini selesai.

Penulis menyadari bahwa penulis Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh Karena itu kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan Proposal Karya Tulis

Ilmiah ini. Semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca, dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melimpahkan Rahmat-Nya

kepada kita semua.

Ambon, Januari 2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN SAMPUL DALAM
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B Rumusan Masalah
C. Tujuan Studi Kasus
D. Manfaat Studi Kasus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan post secsio caesarea
1. Pengkajia
2. Diagnosakeperawatan
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan atau implementas
5. Evaluasi
B. Konsep Teknik Menyusui pada ibu post secsio caesaria
1. Pengertian
2. Fungsi
3. Faktor- fakor yang Mempengaruhi Pemberian ASI
4. Cara Menyusui Yag Benar
5. Posisi dalam menyusui pada ibu secsio caesarea
6. Lamadan frekuensi menyusu
BAB III METODE STUDI LITERATUR
1. Desain Penelitian
2. Variabel Penelitian
3. Pencarian Literatur
4. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas
5. Teknik Dalam Melakukan Review
6. Lokasi danWaktu Studi Kasus
BAB IV
A. Hasil
B. Pembahasan
1. Compare
2. Criticize
3. Contrast
4. Synthesize
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. SOP Teknik menyusui


2. Daftar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organitation (WHO, 2016) menyusui adalah

cara alami untuk memberikan nutrisi kepada bayi sesuai kebutuhan, sehingga

dapat berguna untuk pertumbuhan dan perkembanganya di masa awal

kehidupan. Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi terbaik bagi bayi karena

mengandung unsur energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan

pertama kehidupan bayi. Seorang ibu sering mengalami masalah dalam

pemberian ASI eksklusif, salah satu kendala utamanya yakni produksi ASI

yang tidak lancar. Hal ini akan menjadi faktor penyebab rendahnya cakupan

pemberian ASI eksklusif kepada bayi baru lahir (Wulandari dan Handayani,

2011).

ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak

dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan atau mengganti

dengan makanan atau minuman lain, setelah bayi berumur lebih dari 6 bulan

baru diberikan makanan pendamping, ASI diberikan sampai bayi berusia 2

tahun. Namun pada kenyataanya Menurut data World Health Organitation

(WHO, 2016), cakupan ASI eksklusif di seluruh dunia hanya sekitar 36%

selama periode 2007-2014. Di Negara berkembang, cakupan ASI ekslusif

yang rendah berpengaruh terhadap Angka Kesakitan Bayi hingga mencapai 10

juta orang /100.000 bayi lahir hidup, yang 60% diantaranya biasa dicegah

melalui pemberian ASI ekslusif.

1
2

Prevalensi seksio sesarea terus meningkat dari tahun ke tahun, menurut

Word Health Organitation (WHO), standar rata-rata seksio sesarea disebuah

negara adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia, rumah sakit

pemerintah rata- rata 11%, sementara di rumah sakit swasta bisa lebih dari

30% (Judhita and Chyntia, 2009). Data Riskesdas 2013 menunjukkan

kelahiran bedah seksio sesarea di Indonesia sebesar 9.8 %.

Berdasarkan hasil Riskesdas (2018), cakupan pemberian ASI

eksklusif di Indonesia sebesar 37,3%, dimana persentase terendah terdapat di

Provinsi NTB sebesar 20,3% dan tertinggi di Provinsi Babel sebesar 56,7%

(Balitbangkes, 2018). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 masih sedikit

dari ibu post partum yang ingin segera menyusui anaknya. Hanya 38,0% yang

melakukan Inisiasi menyusi dini (IMD) kurang dari 1 jam setelah persalinan

dari 11,7% ibu yang menyusui kurang dari 48 jam.

Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan pemberian

ASI pada ibu setelah melahirkan, namun pemberian ASI di jam pertama

kelahiran tidak dapat di lakukan oleh ibu yang memiliki masalah pada

persalinanya, misalnya untuk ibu Seksio sesarea (Eko, 2011). Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Warsini (2015), terdapat hubungan yang signifikan antara

hubungan persalinan dimana jenis persalinan per vagina memiliki

kemungkinan 2,53 kali lebih besar untuk bisa berhasil dibandingkan dengan

persalinan operasi seksio sesarea Keberhasilan pemberian ASI juga terbukti

memiliki hubungan dengan jenis persalinan dimana jenis persalinan pervagina


3

memiliki kemungkinan 2,53 kali lebih besar untuk bisa berhasil dibandingkan

dengan persalinan operasi Seksio sesarea (Warsini, 2015).

Data yang diperoleh dari Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah

dr.M.Haulussy Ambon, pada tanggal 20 Januari 2020 tentang angka kejadian

seksio sesarea dalam tiga tahun terakhir dapat terlihat pada tabal 1 sebagai

berikut ini:

Tabel 1

Jumlah Angka Kejadian Post Seksio Sesarea Di Ruangan Nifas RSUD Dr. M.
Haulussy Ambon Tahun 2017 - 2019.

Partus Sc
No Tahun Jumlah Partus
N %
1. 2017 1596 645 40 %
2. 2018 1703 895 53 %
3. 2019 1855 1036 56 %
Sumber: Rekam Medis RSUD.Dr.M.Haulussy Ambon, 2017-2019

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis RSUD

dr.M. Haulussy Ambon periode tiga tahun terahir angka kejadian seksio

sesarea mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kondisi ibu post seksio

sesarea yang sulit beradaptasi karena nyeri pada luka operasi mengakibatkan

ketidak mampuan ibu untuk beraktivitas secara mandiri termasuk proses

menyusui.
4

Tabel: 2

Jumlah ibu menyusui di ruang Nifas , RSUD Dr. M Haulussy Ambon

No Tahun Jumlah ibu ASI Ekslusif ASI Ekslusif Tidak terpenuhi


menyusui
Jumlah Persen/% Jumlah Persen/ %

1 2017 1530 789 51% 741 49%

2 2018 1484 924 62% 560 38%

3 2019 1262 935 74% 329 26%

Total 4276 2648 62% 1628 38%

Sumber: buku Rekam medis Ruang Nifas RSUD Dr. M Haulussy Ambon,
Tahun 2017-2019.

Berdasarkan data tabel di atas, pemberian ASI ekslusif pada ibu

menyusui di Ruang Nifas RSUD Dr. M Haulussy Ambon dari tahun 2017

sampai tahun 2019, pemberian ASI Ekslusif meningkat dari 51% hingga

74%. Sebaliknya, jumlah ASI Ekslusif yang tidak terpenuhi dari tahun 2017-

2019 menurun dari 49% sampai 26%.

Berdasarkan survey yang di lakukan pada 5 ibu post seksio sesaria

yang menyusui, di Ruang Nifas, RSUD Dr. M Haulussy Ambon, terdapat 2

ibu post seksio sesaria yang tidak menyusui bayinya.

Hasil penelitian Sullivan (2014), ditemukan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antar metode persalinan dengan keberhasilan pemberian ASI,

dijelaskan bahwa persalinan dengan tindakan seksio sesarea, selain

mengalami perubahan fisiologis pada masa nifas terutama involusi dan laktasi

juga ibu mengalami rasa nyeri di sekitar luka sayatan operasi, kondisi ini

membuat ibu takut untuk bergerak. Selain itu ibu yang mengalami operasi

seksio sesarea tidak mungkin dapat menyusui bayinya segera karena ibu
5

belum sadar akibat efek anestesi. Efek anestesi juga dapat mempengaruhi

kondisi fisik bayi yang lemah dan malas menyusui sehingga tidak ada

rangsangan hisap pada payudara ibu yang berdampak pada proses laktasi akan

terhambat (Lin,et al., 2011).

Hasil wawancara dengan seorang Bidan di ruangan nifas bahwa

kebanyakan ibu yang menjalani seksio sesarea atas indikasi medis. Sementara

untuk penerapan teknik menyusui, biasanya selalu diterapkan kepada semua

ibu postpartum baik normal maupun seksio. Penerapan prosedur teknik

menyusui pada ibu post seksio sesarea. di RSUD. Dr. M. Haulussy tidak

memiliki standar operasional prosedur (SOP) yang khusus, hanya

menyesuaikan dengan kondisi ibu pasca operasi.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

meneliti tentang “Literatur Reveiw Penerapan Teknik menyusui pada ibu post

seksio sesarea”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Literatur Reveiw

asuhan keperawatan dengan penerapan prosedur teknik menyusui dapat

meningkatkan kemandirian ibu post seksio sesarea untuk menyusui?”

C. Tujuan Studi Kasus

Tujuan dilakukanya studi kasus ini adalah untuk menggambarkan

Literatur Reveiw asuhan keperawatan dengan penerapan latihan menyusui


6

dalam meningkatkan kemandirian ibu post seksio sesarea untuk menyusui

bayinya

D. Manfaat Studi Kasus

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan memberikan manfaat bagi:

1. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya ibu post seksio sesarea

dan keluarga tentang teknik menyusui.

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dalam meningkatkan kemandirian pasien dengan post seksio sesarea untuk

latihan teknik menyusui.

3. Penulis

Memperoleh pengalaman yang berharga dalam mengimplementasikan

prosedur latihan teknik menyusui pada ibu post seksio sesarea.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan post seksio sesarea

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai

sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan

pasien. (Setiadi, 2012).

a. Pengumpulan data : adalah kegiatan untuk menghimpun informasi

tetang status kesehatan klien. Status kesehatan klien yang normal

maupun yang senjang hendaknya dapat dikumpulkan, dan hal ini

dimaksud untuk mengidentifikasi pola fungsi kesehatan klien, baik

yang efektif maupun yang bermasalah.

Data yang dikaji ada empat macam, yaitu: 1) data dasar; 2) data fokus;

3) data subjektif; 4) data objektif. Data dasar adalah seluruh informasi

tentang status kesehatan klien. Data dasar ini meliputi : data umum,

data demografi, riwayat keperawatan, pola fungsi kesehatan, dan

pemeriksaan.

Data fokus adalah informasi tentang status kesehatan klien

yang menyimpang dari keadaan normal. Data fokus dapat berupa

ungkapan klien maupun hasil pemeriksaan langsung oleh perawat.

Data ini yang nantinya mendapat porsi lebih banyak dan menjadi dasar

timbulnya masalah keperawatan.Segala penyimpangan yang berupa

7
8

keluhan hendaknya dapat divalidasi dengan data hasil pemeriksaan.

Sedangkan untuk bayi atau klien yang tidak sadar, banyak menekankan

pada data fokus yang berupa hasil pemeriksaan.

Data subjektif merupakan ungkapan keluhan klien secara langsung

dari klien maupun tak langsung melalui orang lain yang mengetahui

keadaan klien secara langsung dan menyampaikan masalah yang terjadi

kepada perawat berdasarkan keadaan yang terjadi pada klien. Untuk

mendapatkan data ini dilakukan anamnesis. Sedangkan data objektif

adalah data yang diperoleh oleh perawat secara langsung melalui

observasi dan pemeriksaan pada klien. Data objektif harus dapat diukur

dan diobservasi, bukan merupakan interpretasi atau asumsi dari perawat.

Sumber data ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder

Sumber data primer adalah klien. Sebagai sumber data primer, bila klien

dalam keadaan tidak sadar, mengalami gangguan bicara atau

pendengaran, klien masih bayi atau karena beberapa sebab klien tidak

dapat memberikan data subjektif secara langsung, maka perawat

menggunakan data objektif untuk menegakan diagnosa keperawatan.

Namun bila diperlukan klarifikasi data subjektif, hendaknya perawat

melakukan anamnesis pada keluarga. Sedangkan sumber data sekunder

adalah selain klien, seperti keluarga, orang terdekat, teman, dan orang lain

yang tahu tentang status kesehatan klien. Selain itu tenaga kesehatan yang
9

lain seperti dokter, ahli gizi, ahli fisioterapi, laboratorium, radiologi juga

termasuk sumber data sekunder.

Ratnawati (2017) mengemukakan bahwa saat pengkajian yang

mungkin dapat ditemukan pada klien post seksio sesarea adalah 1) data

subjektif : a) identitas: nama, umur, agama, pendidikan, suku/bangsa,

pekerjaan. b) status perkawinan: untuk mengetahui umur ibu saat

menikah, sudah berapa lama ibu menikah, dan kemungkinan dengan risiko

yang terjadi. c) keluhan utama: untuk mengetahui apa yang dirasakan ibu

saat ini. d) riwayat maternitas: untuk mengetahui bagaimana riwayat

menstruasinya, sudah pernah hamil apa belum, jika pernah hamil

bagaimana riwayatnya, ada penyulit atau tidak. e) riwayat kesehatan:

untuk mengetahui adakah penyakit yang pernah diderita ibu, seperti

penyakit jantung, paru-paru, darah tinggi, diabetes. f) riwayat kesehatan

keluarga: untuk mengetahui adakah penyakit yang mungkin diderita

keluarga ibu yang kemungkinan bisa diturunkan atau ditularkan. g) riwatat

KB: untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah menggunakan alat

kontrasepsi. h) pola kebiasaan sehari-hari : untuk mengetahui kegiatan ibu

sehari-hari di rumah, seperti pola makan, eliminasi, istirahat, aktivitas, dan

personal hygiene. i) data psikososial: untuk mengetahui suasana

emosional ibu saat ini. j) data sosial budaya : untuk mengetahui tentang

adat istiadat di sekitar lingkungan tempat tinggal ibu. 2) data objektif:

a) pemeriksaan fisik umum: pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui


10

keadaan umum ibu, seperti kesadaran, postur tubuh, cara berjalan, raut

wajah, dan tanda-tanda vitalnya, seperti tensi, nadi, respirasi serta suhu.

b) pemeriksaan fisik khusus: 1) kepala: keadaan kulit kepala, benjolan

kepala, keadaan rambut rontok/tidak. 2) muka: odema, pucat/tidak, mata,

bentuk konjungtiva, sclera dan pepebra. 3) hidung: bentuk, kebersihan,

ada polip/tidak, ada kelainan/tidak. 4) telinga: bentuk, kebersihan,

kelainan/tidak. 5) mulut: bentuk, bibir lembab/ kering/ pecah-pecah, gigi

(palusu, caries), mukosa mulut stomatitis/tidak, keadaan lidah. 6) leher:

ada pembesaran kelenjar limfe/tidak. 7) dada: bentuk, mamae

(pembesaran simetris/tidak, pengeluaran cairan abnormal, perubahan

warna, keadaan putting susu, benjolan abnormal/tidak) weezhing, ronchi.

8) perut: bentuk, pembesaran hiperpigmentasi, linea alba/nigra, striae

indide/albikan, bekas luka operasi, nyeri tekan, dan bising usus.

9) genitalia: kebersihan, varises, kondiloma, tumor, perineum. 10) anus:

varises, hemoroid. 11) ekstremitas: tangan: bentuk, kelainan, kaki: bentuk,

kelainan, odema, gangguan gerak. c) pemeriksaan dalam (jika perlu).

d) pemeriksaan penunjang: Hb, golongan darah, reduksi, albumin.

b. Pengelompokan data. Setelah pengumpulan data, data kemudian

dikelompokkan menjadi data objektif dan data subjektif. Menurut

Nursalam (2009), data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien

sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Sedangkan

data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur.


11

c. Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan

data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk

membuat kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan dan

keperawatan klien

Tahap-tahap dalam analisa data meliputi : 1) klasifikasi; digunakan

perawat untuk memfokus data yang diperoleh dan berhubungan dengan

kebutuhan klien, memilah-milah informasi dalam kategori yang spesifik

dalam membantu perawat untuk mengidentifikasi dan mengumpulkan data

yang masih tertinggal; 2) interpretasi data; yaitu identifikasi data penting

dibandingkan dengan data standar, menggunakan metode deduktif dan

induktif; 3) validasi data; yaitu uji kebenaran atau ketetapan interpretasi

data dengan menggunakan klien atau keluarga, profesi atau tim kesehatan

dan sumber-sumber referensi lain.

6. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan : adalah pernyataan yang menggambarkan

respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual maupun

potensial) dari individu atau kelompok ketika perawat secara legal

mengidentifikasi dan dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga

status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah

perubahan (Rohma dan Walid,2012).


12

Menurut Rohmah dan Walid (2012), jenis diagnosa keperawatan ada

lima (5) adalah sebagai berikut : a) diagnosa keperawatan aktual adalah yang

menjelaskan masalah yang nyata terjadi saat ini, harus ada unsur PES;

b) diagnosa keperawatan resiko atau resiko tinggi, adalah keputusan klinis

bahwa individu, keluarga atau komunitas sangat rentan untuk mengalami

masalah dibanding yang lain pada situasi yang sama atau hampir sama,

mengandung rumusan PE; c) diagnosa keperawatan kemungkinan, adalah

pernyataan tentang masalah yang diduga akan terjadi, masih memerlukan data

tambahan untuk memastikan adanya gejala atau tanda utama (aktual), atau

faktor resiko atau mengesampingkan adanya diagnosa, mempunyai rumusan

PE; d) diagnosa keperawatan sindrom, yaitu diagnosa yang terjadi dari

kelompok diagnosa keperawatan aktual atau resiko atau resiko tinggi yang

diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu, dan

mempunyai rumusan P; e) diagnosa keperawatan wellness atau sejahtera,

adalah keputusan klinis tentang keadaan individu, keluarga, atau masyarakat

dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih

tinggi, mempunyai rumusan P atau PE.

Diagnosa prioritas pada klien post seksio sesarea menurut Nurarif

(2015) : ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan ansietas ibu.

7. Perencanaan

Rohmah dan Walid (2012), mengemukakan perencanaan adalah

pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, mengatasi


13

masalah-masalah yang telah didefenisikan dalam diagnosa keperawatan.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi :

a) menentukan prioritas masalah keperawatan; b) menetapkan tujuan dan

kriteria hasil; c) merumuskan tindakan keperawatan; d) menetapkan rasional

rencana tindakan keperawatan.

a. Menentukan prioritas : Rohmah danWalid (2012), mengatakan bahwa

kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan masalah yang akan menjadi

skala prioritas untuk diselesaikan atau diatasi terlebih dahulu. Prioritas

pertama diartikan bahwa masalah ini perlu mendapat perhatian perawat

kerena dapat mempengaruhi status kesehatan klien secara umum dan

memperlambat penyelesaian masalah yang lain.

Beberapa teknik membuat skala prioritas antara lain :1) standar V,

standar asuhan keperawatan; 2) Depkes RI, pedoman asuhan keperawatan;

3) Hirarki Maslow; 4) Pendekatan body system (B1-B6). Dalam standar V

asuhan keperawatan, proritas dititik beratkan pada masalah yang

mengancam kehidupan. Skala prioritasnya ditentukan dengan konsep:

1) Prioritas pertama, masalah yang mengancam kehidupan; 2) Prioritas

kedua, masalah yang mengancam kesehatan; 3) Prioritas ketiga, masalah

yang mempengaruhi perilaku manusia. Sedangkan skala prioritas menurut

pedoman asuhan keperawatan menurut Rohmah dan Walid (2012),

menetapkan bahwa : 1) Prioritas pertama diberikan pada masalah aktual;

2) Prioritas kedua pada masalah potensial.


14

Maslow dalam Rohmah dan Walid (2012), juga telah membuat

prioritas berdasarkan hirarki kebutuhan dasar manusia, yaitu :

1) Fisiologi, meliputi oksigenasi, cairan dan elektrolit, eliminasi, nutrisi,

istirahat tidur, aktifitas dan mobilitas, seks, dan lain-lain; 2) rasa aman

dan nyaman; 3) cinta dan kasih sayang; 4) harga diri; 5) aktualisasi diri.

Prioritas masalah berdasarkan pendekatan body system

menitiberatkan pada fungsi sistem tubuh, meliputi : 1) B1-breathing

(jalan napas dan pernapasan); 2) B2-bood (darah dan sirkulasi darah);

3) B3-brain (kesadaran); 4) B4-bladder( perkemihan); 5) B5-bowel

(pencernaan); 6) B6-bone (kulit, selaput lendir,dan tulang).

Doenges dan Moorhouse (2001), prioritas keperawatan untuk

klien post seksio sesarea adalah : 1) meningkatkan kenyamanan

(mengurangi nyeri); 2) mencegah atau meminimalkan komplikasi post

seksio; 3) meninggalkan respon emosional positif pada pengalaman

kelahiran dan peran orang tua; 4) memberikan informasi mengenai

kebutuhan post partum.

b. Menentukan kriteria hasil : untuk merumuskan tujuan dan kriteria hasil,

Rohmah dan Walid (2012), mengemukakan tiga cara, yaitu :

1) SPHKT (S : subjek, siapa yang mencapai tujuan ; P : predikat, kata

kerja yang dapat diukur, tulis sebelum kata kerja kata “mampu”; H :

hasil : respon fisiologis dan gaya hidup yang diharapkan dari klien

terhadap intervensi; K : kriteria, mengukur kemajuan klien dalam


15

mencapai hasil; T: time, target waktu, periode tertentu mencapai

ktiteria hasil.

2) SPK (S: subjek; P; predikat atau perilaku yang diinginkan setelah klien

mencapai tujuan; K : kriteria atau kondisi pencapaian tujuan.

3) SMART (S : specific, berfokus pada klien, singkat dan jelas; M :

measurable, dapat diukur; A : achievable, realistic; R : reasonable,

ditentukan oleh perawat dan klien; T : time, kontrak waktu).

c. Merencanakan tindakan keperawatan : adalah desain spesifik untuk

membantu klien dalam mencapai tujuan dan kriteria hasil. Ada empat tipe

rencana tindakan keperawatan yaitu : 1) diagnosa atau observasi, yaitu

rencana tindakan untuk mengkaji atau melakukan observasi terhadap

kemajuan klien dengan pemantauan secara langsung yang dilakukan

secara kontinu; 2) terapeutik atau nursing treatment, yaitu rencana

tindakan yang ditetapkan untuk mengurangi, memperbaiki, dan mencegah

perluasan masalah; 3) penyuluhan atau health education atau pendidikan

kesehatan, adalah rencana tindakan yang ditetapkan bertujuan untuk

meningkatkan perawatan diri klien dengan penekanan pada partisipasi

klien untuk bertanggung jawab terhadap perawatan diri terutama untuk

perawatan di rumah; 4) tujuan atau kolaborasi atau medical treatment,

yaitu tindakan medis yang dilimpahkan kepada perawat (Rohmadan

Walid, 2012).
16

Dalam usulan penelitian ini, penulis membahas diagnosa

keperawatan beserta intervensinya menurut Nuratif (2015) yaitu

ketidakadekuatan pemberian ASI berhubungan dengan ansietas ibu.

Intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan

ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan ansietas ibu. pada

klien post seksio sesaria menurut Nurarif (2015) :

1) Evaluasi pola menghisap atau menelan bayi

2) Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui

3) Evalusasi pemahaman ibu tentang isyarata menyusui dari bayi

(misalnya reflex rooting, menghisap dan terjaga)

4) Kaji kemampuan bayi untuk lacth on dan menghisap secara efektif

5) Pantau keterampilan ibu dalam menempelkan bayi ke putting

6) Pantau integritas kulit puting ibu

7) Fasilitasi proses bantuan interaktif untuk membantu mempertahankan

keberhasilan proses pemberian ASI


17

8. Pelaksanaan atau implementasi

Pelaksanaan merupakan realisasi rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan

sesudah pelaksanaan tindakan, dan menilai data yang baru (Rohmah dan

Walid, 2012).

Ada tiga ketrampilan yang dibutuhkan dalam tahap pelaksanaan, yaitu

ketrampilan kognitif, ketrampilan interpersonal, dan ketrampilan psikomotor.

Ketrampilan kognitif mencakup pengetahuan keperawatan yang menyeluruh,

dimana perawat harus mengetahui alasan untuk setiap intervensi. Terapeutik

memahami respons fisiologis serta psikologis normal dan abnormal, mampu

mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan pemulangan klien, dan

mengenali aspek- aspek promotif kesehatan klien dan kebutuhan penyakit.

Ketrampilan intrerpersonal penting untuk tindakan keperawatan yang efektif

karena perawat harus berkomunikasi dengan jelas kepada klien, keluarga dan

anggota tim perawatan kesehatan lainnya. Sedangkan ketrampilan psikomotor

mencakup kebutuhan langsung terhadap perawatan kepada klien, seperti

perawatan luka, pemberian suntikan, dan lain- lain. Selain itu juga perawat

harus mengkaji tingkat kompetensi mereka dan memastikan bahwa klien

mendapat tindakan yang aman (Rohmah dan Walid, 2012)


18

9. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang

dibuat pada tahapan perencanaan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk :

a) mengakhiri rencana tindakan keperawatan; b) memodifikasi rencana

tindakan keperawatan; c) meneruskan rencana tindakan keperawatan (Rohmah

dan Walid, 2012).

Menurut Rohman dan Walid (2012), mengatakan bahwa ada dua

macam evaluasi yaitu evaluasi proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif).

Evaluasi proses (formatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setiap selesai

tindakan, berorientasi pada etiologi, dan dilakukan secara terus-menerus

sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai. Evaluasi hasil (sumatif) yaitu

evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara paripurna,

berorientasi pada masalah keperawatan, menjelaskan keberhasilan atau

ketidakberhasilan, rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai

dengan kerangka waktu yang ditetapkan.

Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau

perkembangan klien, digunakan komponen SOAP, SOAPIE atau SOAPIER.

Penggunaannya tergantung dari kebijakan setempat.Singkatan dari SOAPIER.

yaitu “S” adalah data subjektif, dimana perawat menuliskan keluhan klien

yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan; “O” adalah

data objektif, yaitu data yang didasarkan pada hasil pengukuran atau observasi
19

perawat secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah

dilakukan tindakan keperawatan; “A” adalah analisis, yaitu interpretasi dari

data subjektif dan data objektif. Merupakan suatu masalah atau diagnosis

keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat dituliskan masalah atau

diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang

telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan data objektif; “P” adalah

planning yaitu perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,

dimodifikasi atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah

ditentukan sebelumnya; “I” adalah implementasi yaitu tindakan keperawatan

yang dilakukan sesuai dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam

komponen perencanaan, dan harus menuliskan tanggal dan jam pelaksanaan ;

“E” adalah evaluasi, merupakan respon klien setelah dilakukan tindakan

keperawatan; “R” adalah reassesment adalah pengkajian ulang yang

dilakukan terhadap perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari

rencana perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan.

C. Konsep Teknik Menyusui pada ibu post seksio sesarea

1. Pengertian

Teknik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan

perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti, 2004).
20

2. Fungsi

Fungsi dari teknik menyusui yaitu : a) puting susu tidak lecet;

b) perlekatan menyusui pada bayi kuat; c) bayi menjadi tenang; d) tidak

terjadi gumoh.

Akibat teknik menyusui yang tidak benar yaitu : a) putting susu

menjadi lecet; b) ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi

produksi ASI; c) bayi enggan menyusui; d) bayi menjadi kembung.

Apabila bayi telah menyusui dengan benar, maka akan

memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut : a) bayi tampak tenang;

b) badan bayi menempel pada perut ibu; c) mulut bayi terbuka lebar;

d) dagu bayi menempel pada payudara ibu; e) sebagian areola masuk kedalam

mulut bayi, areola bawah lebih banyak masuk; f) bayi tampak menghisap

dengan ritme yang perlaha-lahan; g) putting susu tidak tersa nyeri; h) telinga

dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus; i) kepala bayi agak menengadah

(Yulianti, 2009).

3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI (Siregar, 2004)

a. Perubahan Sosial Budaya

1) Ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya. Kenaikan tingkat partisipasi

wanita dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi wanita dalam hal

segala bidang kerja dan kebutuhan yang semakin meningkat, sehingga

ketersediaan menyusui untuk bayinya berkurang.


21

2) Meniru teman, tetangga atau orang yang sangat berpengaruh dengan

memberikan susu botol kepada bayinya. Bahkan ada yang

berpandangan bahwa susu botol sangat cocok untuk bayi.

3) Merasa ketinggalan zaman jika masih menyusui bayinya.

b. Faktor Psikologis

1) Ibu takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita. Adanya

anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak penampilan.

Padahal setiap ibu yang mempunyai bayi selalu mengubah payudara,

walaupun menyusui atau tidak menyusui.

2) Tekanan batin. Ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat

menyusui bayi sehingga dapat mendesak si ibu untuk mengurangi

frekuensi dan lama menyusui bayinya, bahkan mengurangi menyusui.

c. Faktor Fisik Ibu

Alasan yang cukup sering bagi ibu untuk menyusui adalah karena

ibu sakit, baik sebentar maupun lama. Tetapi sebenarnya jarang sekali ada

penyakit yang mengharuskan berhenti menyusui. Dari jauh lebih

berbahaya untuk mulai memberi bayi makanan buatan daripada

membiarkan bayi menyusu dari ibunya yang sakit.

d. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang

mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI.

Penyuluhan kepada masyarakat mengenai manfaat dan cara

pemanfaatannya.
22

e. Meningkatnya promosi susu formula sebagai pengganti ASI.

f. Kurang/ salah informasi

Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau

malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila

merasa ASI kurang. Petugas kesehatan masih banyak yang tidak

memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat

memulangkan bayinya.

g. Faktor pengelolaan ASI di Ruang Bersalin Untuk menunjang keberhasilan

laktasi, bayi hendaknya disusui segera atau sedini mungkin setelah lahir.

Namun tidak semua persalinan berjalan normal dan tidak semua dapat

dilaksanakan menyusui dini, seperti persalinan dengan tindakan (seksio

sesarea).

4. Cara Menyusui Yang Benar

a. Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi antara lain : 1) ibu duduk atau berbaring

dengan santai. 2) pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar

kepala. 3) rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah

payudara. 4) tempelkan dagu bayi pada payudara ibu. 5) dengan posisi

seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan

lengan bayi. 6) jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara

menekan pantat bayi dengan lengan ibu (DepKes RI, 2010).


23

b. Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu antara lain :

1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang

dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari

telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang areola (kalang

payudara).

2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan

cara menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut puting susu.

3) Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan

lidah ke bawah.

4) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan

bahu belakang bayi bukan bagian belakang kepala.

5) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan- hadapan

dengan hidung bayi.

6) Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit- langit mulut

bayi.

7) Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi,

sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit- langit yang

keras (palatum durum) dan langit- langit lunak (palatum molle).

8) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan

memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak

dibawah kalang payudara.


24

9) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara

tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

10) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung

bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak

perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara

menekan pantat bayi dengan lengan ibu.

11) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus- elus

bayi.

12) Cara Menyendawakan Bayi

a. Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan perlahan-

lahan diusap punggung belakang sampai bersendawa.

b. Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau tengkurap.

Udara akan keluar dengan sendirinya (DepKes RI, 2010).

5. Posisi dalam menyusui pada ibu seksio sesarea

a) Posisi memegang kepala atau football position.

Dengan cara meletakkan (menyelipkan bayi pada lengan bawah seperti

memegang bola football dengan kepala bayi berada pada tangan anda.

b) Posisi miring atau lie on your side.

Posisi tubuh ibu miring ke satu sisi dengan bayi menghadap ibu

(berhadapan).Anda dapat menggunakan beberapa bantal untuk

menyokong kepala dan pundak (Suririnah, 2009).


25

6. Lama dan frekuensi menyusui

Sebaiknya tindakan menyusui bayi dilakukan disetiap bayi

membutuhkan karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus

menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena penyebab lain (BAK,

kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa

perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara

sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong (Purwanti, 2004).

7. Posisi dan perlekatan menyusui

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang

tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Perinasia, 1994)


26

Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Perinasia, 1994)

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar (Perinasia, 1994)


Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu
pasca operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki
diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola
bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar
(penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan
kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.

Gambar 4. Posisi menyusui balita pada Gambar 5. Posisi menyusui bayi


kondisi normal (Perinasia, 1994) baru lahir yang benar di ruang
perawatan (perinasia, 2004)
27

Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah


(Perinasia, 2004)

Gambar 7. Posisi menyusui bayi Gambar 8. Menyusui bayi kembar


bila ASI penuh (Perinasia, 2004) secara bersamaan (perinasi, 2004)

Gambar 9. Cara meletakan bayi Gambar 10. Cara memegang


(Perinasia, 2004) payudara (perinasia 2004)

Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi (Perinasia, 2004)


28

Gambar 12. Perlekatan benar Gambar 13. Perlekatan salah


(Perinasia, 2004) (perinasia, 2004)
BAB III

METODE STUDI LITERATUR

A. Desain penelitian

Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan studi literatur

reviuw pada jurnal penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang berkaitan

dengan penerapan prosedur teknik menyusui pada ibu post seksio sesaria

B. Variabel Penelitian

Penerapan prosedur teknik menyusui pada ibu post seksio sesaria

C. Pencarian Literature

Pencarian literature ini menggunakan google scholar dengan jurnal bahasa

indonesia yang kemudian penulis jadikan sebagai bahan analisis selama

menyusun karya tulis ilmiah, literature yang digunakan adalah; studi deskriptif

praktik menyusui pada ibu post seksio sesaria setelah dilakukan pendidikan

kesehatan dengan metode demostrasi dan video berbasis android, Hubungan

pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui dengan praktek menyusui ibu post

sectio caesaria primipara dan Gambaran pemberian Asi pada bayi dengan Ibu Post

Sesaria di RSU Kabupaten Tangerang dan RS Swasta di Depok. Literatur ini

dibatasi untuk jurnal 5-10 tahun terakhir.

D. Seleksi Studi Dan Penilaian Kualitas

Seleksi studi ini berupa pencarian artikel yang didapatkan terdapat abstrak

29
30

E. Teknik Dalam Melakukan Review

1. Compare

Merangkum dan mengkritis kesamaan artikel dan disajikan dalam artikel baru

2. Criticize

Melakukan kritik artikel yang disampaikan dalam opini setuju atau tidak

setuju, disertai evidence

3. Contras

Mengulas studi yang bertentangan dan di rangkum dalam sebuah artikel

4. Syntesis

Mencari keunggulan dan kelemahan sebuah penelitian untuk dilakukan

analisis
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dalam penelitian ini penulis menganalisa mengguanakan metode PICOT
di mana P = problem/ pasien/ populasi, I/E = implementasi/intervensi/eksposure,
C = control/ intervensi pembanding, O = hasil dan T = Time.
Nama
Instrume
Jurnal, Hasil
N Judul Tujuan Jenis n Waktu
Penulis Penelitia
o Artikel Penelitian Penelitian Penelitia penelitian
, n
n
Tahun
1. Ratna studi Mendeskrip Penelitian lembar Menunjuk Penelitian
Yuliati, deskripti sikan deskriptif observasi. an bahwa ini tidak
Sri f praktik praktik dengan Analisis karakterist mencantu
Rejeki, menyusu menyusui pendekatan data ik mkan
Nikmat i pada pada ibu survei. mengguna responden tanggal
ul ibu post post SC Sampel kan berdasark dari
Khayati seksio setelah penelitian analisis an usia penelitian
2018 sesaria dilakukan sebanyak univariat rata-rata
setelah pendidikan 33 responden
dilakuka kesehatan responden adalah
n melalui dengan 29,67
pendidik metode mengguna tahun
an demonstrasi kan teknik dengan
kesehata dan video purposive standar
n dengan berbasis sampling deviasi
metode android di 5,840,
demostra RSI Kendal usia
si dan termuda
video 20 tahun
berbasis dan usia
android tertua 45
tahun,
berpendid
ikan
sebagian
besar
Sarjana,
yaitu
sebanyak
13 orang
(39,4%),

31
32

bekerja
sebagai
Ibu
Rumah
Tangga,
yaitu
sebanyak
16 orang
(48,5%)
dan
sebagian
besar
responden
melahirka
n anak
yang
pertama
dan
kedua,
masing-
masing
sebanyak
13 orang
(39,4%).
Praktik
menyusui
setelah
diberikan
pendidika
n
kesehatan
dengan
metode
demonstra
si dan
video
berbasis
android
sebagian
besar
tepat yaitu
semua
langkah
praktik
menyusui
dilakukan
33

sebanyak
28 orang
(84,8%)
2. Tri Hubunga Mengetahui Mengguan Studi Pengetahu Waktu
Susilow n hubungan akan korelasion an dan penelitian
ati, pengetah antara metode al dengan sikap pada
2010 uan dan pengetahuan deskriptif pendekata tentang tanggal 20
sikap dan sikap n cross cara Agustus
tentang tentang cara sectional menyusui 2009
cara menyusui dan baik sampai
menyusu dengan observasi secara dengan 30
i dengan praktek individu Oktober
praktek menyusui maupun 2009, jadi
menyusu ibu post secara penelitian
i ibu sectio bersama- ini
post caesaria sama dilakukan
sectio primipara berhubun selama 10
caesaria di Rumah gan secara minggu
primipar Sakit Ibu signifikan
a, dan Anak dengan
RESTU praktek
IBU Sragen menyusui
ibu post
sectio
caesaria
primipara
di Rumah
Sakit Ibu
Dan Anak
RESTU
IBU
Sragen.
Hal ini
bisa
ditunujuk
kan dalam
hasil uji t
nila p =
0,026
pada
variabel
pengetahu
an dan p=
0,020
pada
variabel
34

sikap dan
hasil uji F
memperol
eh nilai
Fhitung
(24,917)
lebih
besara
dari
Ftabel
(9,72)
dengan
tingkat
signifikasi
0,000.
3. Clara Gambara Untuk Deskriptif Sampel Penelitian Penelitian
Dindy, n mengetahui kuantitatif menunjuk ini
2016 pemberia gambaran an 73,8 % dilakukan
n Asi pemberian bayi tidak pada
pada Asi dan bayi melakuka tanggal 11
bayi dengan ibu n IMD, April
dengan post seksio 32,2,% sampai 25
Ibu Post sesaria ibu April, jadi
Sesaria pertama penelitian
di RSU kali ini
Kabupat menyusui dilakukan
en pada <3 selama 2
Tangera jam minggu
ng dan setelah
RS persalinan
Swasta , 84,6%
di Depok mengangg
ap bahwa
nyeri
operasi
tidak
menggang
gu dalam
proses
menyusui,
50,8%
mengatak
an
pengeluar
an ASI
lebih
35

banyak
terjadi
pada hari
pertama,
95,4 %
obat bius
yang
dipakai
oleh ibu
adalah
bius
spinal,
98,5 bayi
lebih
banyak
lahir
dalam
kondisi
baik, 91,3
ibu
mengatak
an rawat
gabung
lebih
banyak
memberik
an efek
menyusui
dibanding
kan
dengan
yang tidak
36

1. Compare

Pencarian jurnal dalam studi literatur ini menggunakan bantuan situs

pencarian google scholer dan juga mendeley. Kesamaan antara usulan

penelitian dengan artikel penelitian akan dituangkan dalam tabel berikut :

No Judul Artikel Penelitian Kesamaan

1 studi deskriptif praktik menyusui pada deskriptif dengan pendekatan


ibu post seksio sesaria setelah survei.
dilakukan pendidikan kesehatan
dengan metode demostrasi dan video
berbasis android
2 Hubungan pengetahuan dan sikap deskriptif dengan studi
tentang cara menyusui dengan korelasional dengan
praktek menyusui ibu post sectio pendekatan cross sectional dan
caesaria primipara observasi

3 Gambaran pemberian Asi pada bayi Menggunakan metode


dengan Ibu Post Sesaria di RSU pendekatan deskriptif
Kabupaten Tangerang dan RS Swasta kuantitatif
di Depok

2. Criticize

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul studi deskriptif praktik

menyusui pada ibu post seksio sesaria setelah dilakukan pendidikan kesehatan

dengan metode demostrasi dan video berbasis android dengan hasil

penelitiannya Menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia

rata-rata responden adalah 29,67 tahun dengan standar deviasi 5,840, usia

termuda 20 tahun dan usia tertua 45 tahun, berpendidikan sebagian besar


37

Sarjana, yaitu sebanyak 13 orang (39,4%), bekerja sebagai Ibu Rumah

Tangga, yaitu sebanyak 16 orang (48,5%) dan sebagian besar responden

melahirkan anak yang pertama dan kedua, masing-masing sebanyak 13 orang

(39,4%). Praktik menyusui setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan

metode demonstrasi dan video berbasis android sebagian besar tepat yaitu

semua langkah praktik menyusui dilakukan sebanyak 28 orang (84,8%)

Judul penelitian hubungan pengetahuan dan sikap tentang cara

menyusui dengan praktek menyusui ibu post sectio caesaria primipara dengan

hasil penelitian Pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui baik secara

individu maupun secara bersama-sama berhubungan secara signifikan dengan

praktek menyusui ibu post sectio caesaria primipara di Rumah Sakit Ibu Dan

Anak RESTU IBU Sragen. Hal ini bisa ditunujukkan dalam hasil uji t nila p =

0,026 pada variabel pengetahuan dan p= 0,020 pada variabel sikap dan hasil

uji F memperoleh nilai Fhitung (24,917) lebih besara dari Ftabel (9,72)

dengan tingkat signifikasi 0,000.

Judul penelitian gambaran pemberian Asi pada bayi dengan Ibu Post

Sesaria di RSU Kabupaten Tangerang dan RS Swasta di Depok dengan hasil

penelitian menunjukan 73,8 % bayi tidak melakukan IMD, 32,2,% ibu

pertama kali menyusui pada <3 jam setelah persalinan, 84,6% menganggap

bahwa nyeri operasi tidak mengganggu dalam proses menyusui, 50,8%

mengatakan pengeluaran ASI lebih banyak terjadi pada hari pertama, 95,4 %

obat bius yang dipakai oleh ibu adalah bius spinal, 98,5 bayi lebih banyak
38

lahir dalam kondisi baik, 91,3 ibu mengatakan rawat gabung lebih banyak

memberikan efek menyusui dibandingkan dengan yang tidak.

3. Contrast

Artikel penelitian yang didapat juga memiliki beberapa perbedaan atau

ketidaksamaan dengan usulan penelitian. Perbedaan antara usulan penelitian

dengan artikel penelitian akan dituangkan dalam tabel berikut:

No Judul artikel penelitian Perbedaan

1 studi deskriptif praktik Metode deskriptif yang digunakan


menyusui pada ibu post seksio berbeda
sesaria setelah dilakukan
pendidikan kesehatan dengan
metode demostrasi dan video
berbasis android
2 Hubungan pengetahuan dan Metode deskriptifk yang digunakan
sikap tentang cara menyusui berbeda
dengan praktek menyusui ibu
post sectio caesaria primipara
3 Gambaran pemberian Asi pada Metode deskriptif yang digunakan
bayi dengan Ibu Post Sesaria berbeda
di RSU Kabupaten Tangerang
dan RS Swasta di Depok

4. Synthesize

Penerapan studi deskriptif Hubungan pengetahuan Gambaran


prosedur praktik menyusui dan sikap tentang cara pemberian Asi
teknik pada ibu post seksio menyusui dengan pada bayi dengan
menyusui sesaria setelah praktek menyusui ibu Ibu Post Sesaria di
pada ibu post dilakukan pendidikan post sectio caesaria RSU Kabupaten
seksio sesaria kesehatan dengan primipara Tangerang dan RS
metode demostrasi Swasta di Depok
dan video berbasis
android
39

Tahap Pada jurnal ini tidak Pada jurnal ini tidak Pada jurnal ini
prainteraksi dijelaskan alat dan dijelaskan alat dan tidak dijelaskan
bahan yang bahan yang digunakan alat dan bahan
digunakan yang digunakan
Orientasi Pada jurnal ini tidak Pada jurnal ini tidak Pada jurnal ini
dijelaskan tahap dijelaskan tahap tidak dijelaskan
orientasi orientasi tahap orientasi

B. Pembahasan

Tujuan dilakukanya studi kasus ini adalah untuk menggambarkan

asuhan keperawatan dengan penerapan latihan menyusui dalam meningkatkan

kemandirian ibu post seksio sesarea untuk menyusui bayinya

Di lihat dari ketiga artikel di atas, menunjukan perbedaan dan kesamaan

dalam memiliki judul artikel dan tujuan penelitian yang hampir sama tetapi

memiliki tanggal dan lamanya penelitian yang berbeda.

Menurut Ratna Yuliati, Sri Rejeki, Nikmatul Khayati (2018) memiliki

tujuan penelitian yang berbeda, sedangkan menurut Tri Susilowati (2010) dan

menurut Clara Dindy (2016) memiliki tujuan penelitian yang hampir sama. Akan

tetapi dari jenis penelitian dari ketiga artikel diatas sama yaitu menggunakan jenis

penelitian deskriptif, sedangkan instrument dan hasil penelitian dari ketiga artikel

di atas berbeda.

Menurut Ratna Yuliati, Sri Rejeki, Nikmatul Khayati (2018) dari hasil

penelitiannya mengatakan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia rata-

rata responden adalah 29,67 tahun dengan standar deviasi 5,840, usia termuda 20
40

tahun dan usia tertua 45 tahun, berpendidikan sebagian besar Sarjana, yaitu

sebanyak 13 orang (39,4%), bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, yaitu sebanyak

16 orang (48,5%) dan sebagian besar responden melahirkan anak yang pertama

dan kedua, masing-masing sebanyak 13 orang (39,4%). Praktik menyusui setelah

diberikan pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi dan video berbasis

android sebagian besar tepat yaitu semua langkah praktik menyusui dilakukan

sebanyak 28 orang (84,8%).

Menurut Tri Susilowati (2010) dari hasil penelitiannya mengatakan

bahwa Pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui baik secara individu

maupun secara bersama-sama berhubungan secara signifikan dengan praktek

menyusui ibu post sectio caesaria primipara di Rumah Sakit Ibu Dan Anak

RESTU IBU Sragen. Hal ini bisa ditunujukkan dalam hasil uji t nila p = 0,026

pada variabel pengetahuan dan p= 0,020 pada variabel sikap dan hasil uji F

memperoleh nilai Fhitung (24,917) lebih besara dari Ftabel (9,72) dengan tingkat

signifikasi 0,000.

Menurut Clara Dindy (2016) hasil Penelitiannya mengatakan bahwa

menunjukan 73,8 % bayi tidak melakukan IMD, 32,2,% ibu pertama kali

menyusui pada <3 jam setelah persalinan, 84,6% menganggap bahwa nyeri

operasi tidak mengganggu dalam proses menyusui, 50,8% mengatakan

pengeluaran ASI lebih banyak terjadi pada hari pertama, 95,4 % obat bius yang

dipakai oleh ibu adalah bius spinal, 98,5 bayi lebih banyak lahir dalam kondisi
41

baik, 91,3 ibu mengatakan rawat gabung lebih banyak memberikan efek

menyusui dibandingkan dengan yang tidak.

Artikel Tri Susilowati, (2010) waktu penelitian selama 10 minggu dan

artikel Clara Dindy, 2016 waktu penelitian selama 2 minggu

Setelah dikompare dari ketiga artikel ini didapatkan artikel dalam

literature review yang menggunakan metode desain deskriptif kuantitatif, dengan

instrument yang berbeda dan hasil penelitian yang berbeda.


42

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari ketiga hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada ibu post

seksio sesaria harus mengetahui teknik menyusui karena berdasarkan hasil

penelitian pasien post seksio sesaria sebagian besar tidak mengetahui teknik

menyusui yang baik dan benar sehingga pihak rumah sakit harus memberikan

penjelasan terkait teknik menyusui karena ASI mempunyai peran vital dan sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi bayi

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, penulis dalam

memberikan sumbang fikir sebagai berikut:

1. Bagi rumah sakit

Agar lebih meningkatkan program penyuluhan tentang teknik menyusui yang

baik dan benar pada ibu post seksio sesaria agar memberikan pelayanan yang

baik bagi pasien.

2. Bagi perawat

Dalam memberikan perawatan pada ibu post seksio sesaria untuk memberikan

latihan-latihan yang berhubungan dengan praktik menyusui agar

mempermudah pasien dalam menyusui demi terpenuhinya nutrisi bayi

2. Bagi peneliti
43

Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor lain yang

berhubungan dengan ibu post seksaria agar lebih meningkatkan pengetahuan

dalam melakukan praktik menyusui sehingga menambah wawasan bagi

peneliti.
DAFTAR PUSTAKA

Amin dan Hardih. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic – Noc. Jogjakarta : Penerbit Mediaction.
Balitbang Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI
Desmawati. (2013). Penentuan Kecepatan Pengeluaran Air Susu Ibu setelah Sectio
Caesarae. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Jurnal Kemas,
7(8), 360-36
DepKes RI. 2005. Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan ASI eksklusif: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Jakarta
DepKes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan: Jakarta.

Eko Putro Widoyoko. (2011). Evalusi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka


Belajar
Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik. Analisis Data.
Jakarta: Salembang Medika.
Lin, et al., (2011). Factor analysis of the functional properties of rice flours from
mutant genotypes. Food Chemistry, 126(3), pp.1108–1114. Available at:
http://dx.doi.org/10.1016/j.foodchem.2010.11.140
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction
Nursalam, (2009). Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2. Jakarta:Salemba
Medika
Notoatmojo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwanti, H. (2004). Konsep Penerapan Asi Eksklusif. Jakarta: EGC
Rekam Medik, (2017-2019). Jumlah pasien Ibu dengan post seksio sesarea. Di
RSUD dr. M. Haulussy Ambon.
Ratnawati. A. (2017) Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press;

44
45

Rohmah dan Walid, (2012). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.


Jakarta:AR.Ruzz Media.
Sullivan, C. J. (2014). Apakah Jenis Persalinan dan Praktik Rumah Sakit Berdampak
pada Self-Efficacy dan Hasil ASI pada 10 Hari dan 8 Minggu
Pascapersalinan. Disertasi Doctor of Philosophy Nursing George Mason
University
Setiadi. (2012). Konsep&Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan
Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Suradi & Kristina (Ed). (2004). Manajemen Laktasi Cetakan ke 2. Jakarta: Program
Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia
Siregar,C.J.P., (2004), Farmasi Rumah Sakit, Penerbit Buku Kedokteran ECG,
Jakarta, 20, 37-42
Suririnah. (2009). Buku Pintar Kesehatan Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama
Yulianti J., (2009). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Dan Praktek
Pemberian Makanan Pendamping ASI Dengan status Gizi Bayi Usia 6 Sampai
12 Bulan Di Puskesmas Karangmalang, Kabupaten Seragen. Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan.
Program Pasca Sarjana UNS. Surakarta. Tesis.
Wulandari, S., & Handayani, S. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Warsini. (2015) Hubungan Antara Jenis Persalinan, Tingkat Pendidikan, Tingkat
Pendapatan Dan Status Bekerja Ibu dengan Keberhasilan ASI Eksklusif 6
(Enam) Bulan di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.
Who. (2016). Infant mortality. Who. Diakses pada 27 Januari dari www. who. Into .
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Teknik Menyusui Pada Ibu Seksio Sesarea

A. Persiapan alat
Catatan perawatan
No
ibu dan bayi
B. Tahap pre-interaksi
1. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
Siapkan alat-alat dan privasi ruangan
2. Cuci tangan
C. Tahap orientasi
3. Berikan salam, panggil nama klien
Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga
D. Tahap kerja
5. Berikan klien kesempatan bertanya sebelum kegiatan dilakukan
Pastikan privasi klien terjaga
6. Anjurkan klien untuk mengendong bayinya kemudian duduk
bersandar dengan kaki tertopang (tidak menggantung)
7. Anjurkan klien untuk membuka payudaranya
8. Posisikan bayi sejajar dengan payudara (kepala dan badan bayi
bersentuhan dengan badan klien)
9. Tekan perlahan dagu bayi dan arahkan ke puting susu klien hingga
klien mencari puting susu
10. Masukkan seluruh puting susu hingga areola mamae ke mulut bayi (di
atas lidah)
11. Gunakan ibu jari untuk menekan bagian atas payudara, sedangkan jari
lainnya menopang payudara bagian bawah
12. Pertahankan kontak mata selama proses menyusui
13. Masukkan jari kelingking ke salah satu mulut bayi apabila akan
menghentikan pemberian ASI
14. Keringkan payudara ibu dengan menggunakan handuk dan rapikan
kembali pakaian ibu
15. Sendawakan bayi (bayi diposisikan pronasi lalu ditepuk-tepuk
perlahan bagian punggungnya)

16. E. Tahap terminasi

repository.unimus.ac.id
17. Evaluasi perasaan klien
Simpulkan hasil kegiatan
18. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
19. Bereskan alat-alat
20 Cuci tangan

F. Dokumentasi
21. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Penulis : Drg. Ahmad Husni. MARS

repository.unimus.ac.id
STUDI DESKRIPTIF PRAKTIK MENYUSUI PADA IBU POST SC SETELAH
DILAKUKAN PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE DEMONSTRASI
DAN VIDEO BERBASIS ANDROID

Manuscript

Oleh :
Ratna Yuliati
NIM : G2A216103

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
2018

repository.unimus.ac.id
PER NYATAAN PERSETUJUAN

Manuskrip dengan judul

STUDI DESKRIPTIF PRAKTIK MENYUSUI PADA IBU POST SC SETELAH


DILAKUKAN PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE DEMONSTRASI
DAN VIDEO BERBASIS ANDROID

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan

Semarang, 05 Maret 2018

Pembimbing I

Dr. Sri Rejeki, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat

Pembimbing I

Ns. Nikmatul Khayati, M.Kep

repository.unimus.ac.id
STUDI DESKRIPTIF PRAKTIK MENYUSUI PADA IBU POST SC SETELAH DILAKUKAN
PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE DEMONSTRASI
DAN VIDEO BERBASIS ANDROID

ABSTRAK

1 2 3
Ratna Yuliati , Sri Rejeki Nikmatul Khayati
1)
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan FikkesUNIMUS, ratnayudha0410@gmail.com
2)
Dosen Keperawatan Fikkes UNIMUS, ii_rejeki@yahoo.com
3)
Dosen Keperawatan Fikkes UNIMUS, nikmatul khayati2@gmail.com

Latar belakang : Pencapaian pemberian ASI Eksklusif di tahun 2016 belum maksimal yaitu 54,0% dari 80%
angka harapan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain karena kurangnya pemahaman ibu
tentang praktik menyusui yang benar. Tujuan penelitian : Mendeskripsikan praktik menyusui pada ibu post
SC setelah dilakukan pendidikan kesehatan melalui metode demonstrasi dan video berbasis android di RSI
Kendal. Jenis penelitian : Penelitian deskriptif dengan pendekatan survei. Sampel penelitian sebanyak 33
responden dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian : Menunjukan bahwa
karakteristik responden berdasarkan usia rata-rata responden adalah 29,67 tahun dengan standar deviasi
5,840, usia termuda 20 tahun dan usia tertua 45 tahun, berpendidikan sebagian besar Sarjana, yaitu
sebanyak 13 orang (39,4%), bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, yaitu sebanyak 16 orang (48,5%) dan
sebagian besar responden melahirkan anak yang pertama dan kedua, masing-masing sebanyak 13 orang
(39,4%). Praktik menyusui setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi dan video
berbasis android sebagian besar tepat yaitu semua langkah praktik menyusui dilakukan sebanyak 28 orang
(84,8%). Kesimpulan : Pendidikan responden mendukung pembelajaran dengan menggunakan
perkembangan teknologi. Kemampuan finansial juga mencukupi penggunaan video android. Pembelajaran
dengan melihat, mendengar dan mempraktikkan sendiri membuat Responden lebih banyak menyerap
materi dan mengingat kembali sebanyak 90% materi yang diberikan. Saran : Diharapkan perawat berkreatif
dalam memberikan asuhan keperawatan berbasis teknologi melalui pendidikan kesehatan dengan metode
demonstrasi dan video berbasis android terhadap cara teknik menyusui yang benar kepada ibu hamil dan
postpatum.

Kata kunci : Praktik menyusui, pendidikan kesehatan, video android, demonstrasi

ABSTRACT
Background: The exclusive breastfeeding practice in 2016 didn’t meet the maximal achievement which was
54.0% from 80% expected rate. It was influenced by some factors including the lack of knowledge on mother
about the proper breastfeeding practice. Objective: Describing breastfeeding practice on post SC mothers
after the health education given by demonstration and android based video methods in RSI Kendal. Research

repository.unimus.ac.id
Method: It was a descriptive research with survey design which employed 33 respondents taken as sample
by purposive sampling technique. Research result: Respondents’ characteristic based on the average age of
the respondents was 29.67 years old with deviation standard 5.840, the youngest respondent was 20 years
old and the oldest was 45. Most of them were bachelor degree qualified with 13 respondents (39.4%),
housewives were 16 respondents (48.5%), on first and second child were each 13 respondents (39.4%). The
breastfeeding practice after the health educationgiven by demonstration and android based video methods
was generally effective with 28 respondents (84.8%) went through the correct breastfeeding steps.
Conclusion: Respondents’ education enabled theuse oflatest technology. Financial ability also enabled the
respondents to afford android video. Learning process which involved watching, listening, and self-practicing
enabled the respondents to better comprehend and memorize 90% of the given material. Suggestion: The
nurses are expected to be more creative in delivering technology based nursing care through given by
demonstration and android based video methods for pregnant and postpartum mothers.

Keywords: Breastfeeding Practice, Health Education, video android, Demonstration

PENDAHULUAN
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan Air Susu Ibu (ASI) dari
payudara ibu. Bayi menggunakan reflek menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu. Air
Susu Ibu (ASI) merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik
fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan faktor
pertumbuhan, anti alergi serta anti inflamasi. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI
membantu melindungi bayi terhadap penyakit, selain itu terdapat hubungan penting antara
menyusui dengan penjarangan kehamilan (KB). Keunggulan ASI tersebut perlu ditunjang dengan
cara pemberian ASI yang benar, antara lain pemberian ASI segera setelah lahir atau IMD (30 menit
pertama bayi harus sudah disusukan) kemudian pemberian ASI saja sampai bayi umur 6 bulan (ASI
eksklusif), selanjutnya pemberian ASI sampai 2 tahun dengan pemberian makanan pendamping
ASI yang benar. Sehingga diperlukan usaha-usaha atau pengelolaan yang benar, agar setiap ibu
dapat menyusui sendiri bayinya (Purwanti, 2004 dalam Angsuko, 2011). Menurut WHO (2009)
terdapat 35,6% ibu gagal menyusui bayinya dan 20% diantaranya adalah ibu-ibu di Negara
berkembang, sementara itu berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010
dijelaskan bahwa 67,5% ibu yang gagal memberikan ASI ekslusif kepada bayinya adalah kurangnya
pemahaman ibu tentang teknik menyusui yang benar, sehingga sering menderita putting lecet dan
retak. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, angka pemberian ASI eksklusif pada bayi
berumur 0-6 bulan “hanya” mencapai angka 30,2%. Berdasarkan data cakupan pemberian ASI
eksklusif yang diperoleh dari Pofil Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012,
cakupan ASI eksklusif hanya 25,6%, (Dinkes Jateng, 2012). Data dari Dinas Kesehatan Kota (DKK)
Semarang tahun 2012 cakupan ASI Eksklusif di Kota Semarang yaitu 64,01% terjadi peningkatan
sebesar 18,92 % apabila di bandingkan pada tahun 2011 sebesar 45,09 %. Hal ini disebabkan
karena adanya komitmen petugas kesehatan untuk membantu ibu yang mengalami kesulitan
dalam menyusui (Dinkes Semarang, 2012). Meskipun sebagian besar orang tua telah menyadari
pentingnya memberikan ASI kepada bayinya, tetapi berbagai kendala masih ditemukan di

repository.unimus.ac.id
masyarakat. Salah satunya adalah ketidakberhasilan ibu menyusui anaknya sampai usia 6 bulan.
Alasannya adalah ibu belum memahami sepenuhnya cara menyusui yang benar termasuk teknik
dan cara memperoleh ASI (Roesli, 2012). Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan
karena timbulnya beberapa masalah pada ibu dan bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham
bagaimana teknik menyusui yang benar dapat menjadi masalah dalam menyusui. Adapun masalah
dalam menyusui adalah putting susu lecet, payudara bengkak, abses payudara (mastitis)
(Sulystyawati, 2009). Ada berbagai macam posisi menyusui yaitu berdiri, rebahan, duduk,
Madonna (menggendong), menggendong menyilang, football (mengepit) dan berbaring miring.
Apapun teknik persalinannya, ibu dapat menyusui bayi sesegera mungkin. Begitu pula jika ibu
melahirkan bayi kembar. Petugas kesehatan dapat membantu ibu nifas dalam mengambil posisi
yang tepat untuk menyusui agar tidak menimbulkan masalah. Namun sering kali ibuibu kurang
mendapatkan informasi tentang manfaat ASI dan tentang teknik menyusui yang benar
(Maryunani, 2009). Seorang dokter dan tenaga kesehatan yang menggeluti bidang laktasi,
seharusnya mengetahui bahwa menyusui itu merupakan suatu proses alamiah namun untuk
mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik menyusui yang benar.
Sehingga pada suatu saat nanti dapat disampaikan pada ibu yang membutuhkan bimbingan laktasi
(Soetjiningsih, 1997 dalam Roesli, 2012). Hasil studi pendahuluan di Ruang Roudhoh sejak bulan
Juli hingga Agustus 2017, didapatkan lima ibu post sectio caesarea menyusui tiga ibu mengalami
kesulitan saat awal menyusui, hal tersebut terjadi karena kurangnya informasi tentang teknik
menyusui yang benar dimana berakibat sebagian ibu gagal dalam memberikan ASI secara eksklusif.
Sehingga peneliti ingin memberikan pelayanan kesehatan atau pendidikan kesehatan kepada ibu
dengan post sectio caesarea. Peneltian bertujuan untuk mengetahui bagaimana praktik menyusui
ibu post SC setelah dilakukan pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi dan video
berbasis android

METODE
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan survei.Populasi dalam
penelitian ini adalah semua ibu post sectio caesarea yang telah melahirkan bayi hidup dalam 1
bulan terakhir sebanyak jumlah 49 pasien. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu post sectio
caesarea yang telah melahirkan bayi hidup dalam 1 bulan terakhir sebanyak 33 responden. Teknik
sampling dalam penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling. Alat pengumpulan data
dalam penelitian ini yaitu lembar observasi. Analisis data menggunakan analisis univariat.

HASIL Karakteristik Responden


Tabel 1.
Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia di ruang Roudhoh

RSI Kendal, bulan Januari 2018 (n = 33)

repository.unimus.ac.id
Karakteristik Min Maks Mean SD
Usia 20 45 29,67 5,840
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 1 menunjukkan bahwa usia responden termuda 20 tahun danusiatertua 45 tahun, ratarata
usia responden adalah 29,67 tahun dengan standar deviasi 5,840.

Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan,

Pekerjaan, Paritas di Ruang Roudhoh RSI Kendal, bulan Januari 2018 (n=33)

Karakterisitk Responden N %
Pendidikan Terakhir
SMA/Sederajat 9 27,3
Diploma 11 33,3
Sarjana 13 39,4
Pekerjaan
Swasta 7 21,2
PNS 10 30,3
IRT 16 48,5
Paritas
Anak Pertama 13 39,4
Anak Kedua 13 39,4
Anak ketiga 6 18,2
Anak Keempat 1 3,0
Jumlah 33 100,0
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 2.menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan Sarjana, yaitu sebanyak
13 responden (39,4%), bekerja sebagai Ibu rumah Tangga, yaitu sebanyak 16 responden
(48,5%), melahirkan anak yang pertama dan kedua, masing-masing sebanyak 13 responden
(39,4%).

Praktik Menyusui setelah diberikan pendidikan kesehatan


Tabel 3
Distribusi Frekuensi Praktik menyusui Responden di Ruang Roudhoh RSI Kendal, bulan
Januari 2018 (n=33)
Praktik Menyusui Responden F %
Tidak Tepat 5 15,2
Tepat 28 84,8
Total 33 100,0

repository.unimus.ac.id
Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 3. menunjukkan bahwa responden setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode
demonstrasi dan video berbasis android praktik menyusui sebagian besar tepat yaitu semua
langkah praktik menyusui dilakukan sebanyak 28 responden (84,8%) dan tidak tepat atau terdapat
beberapa langkah praktik menyusui yang tidak dapat dilakukan yaitu sebanyak 5 responden
(15,2%)

PEMBAHASAN
Karakteristik Responden Usia
Karakteristik berdasarkan usia responden termuda 20 tahun dan usia tertua 45 tahun dengan rata-
rata usia responden adalah 29,67 tahun. Menurut Notoatmodjo (2008), usia mampu
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada usia tertentu atau menjelang usia
lanjut kemampuan mengingat atau penerimaan suatu pengetahuan akan berkurang
(Notoatmodjo, 2008). Pengaruh usia dalam penerimaan informasi adalah semakin matang usia
seseorang akan mempengaruhi cara berfikir. Semakin matang usia seseorang,semakin bijaksana
dalam berfikir dan semakin banyak pengalaman yang ditemui untuk mendapatkan pengetahuan
(Irmayanti, 2007). Dengan bertambahnya pengetahuan maka akan mempengaruhi perilaku
seseorang menjadi lebih baik.

Pendidikan
Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu faktor pendidikan. Karakteristik
berdasarkan pendidikan, sebagianbesar responden berpendidikan Sarjana, yaitusebanyak 13
responden (39,4%), sementara responden berpendidikan SMA/Sederajat sebanyak 9 responden
(27,3%) dan berpendidikan Diploma sebanyak 11 responden (33,3%). Tingkat pendidikan
seseorang akan berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dan pengetahuan yang dimilikinya

repository.unimus.ac.id
(Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007). Keberhasilan suatu penyuluhan dipengaruhi oleh faktor
pendidikan. Faktor pendidikan seseorang akan mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap
informasi yang diberikan. Sesuai teori yang dikemukakan oleh Septalia (2010), yang menyatakan
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang menerima informasi
yang didapatnya. Semakin banyak informasi yang didapat maka pengetahuan responden semakin
baik sehingga akan terwujud perilaku yang lebih baik khususnya perilaku tentang cara menyusui
bayi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Syamsianah, Mufnaetty, &Mahardikha (2010),
menunjukkan bahwa apabila pendidikan seseorang relatif rendah, maka pengetahuannya tentang
pemberian ASI juga akan rendah sedangkan seseorang yang pendidikannya lebih tinggi
pengetahuannya tentang pemberian ASI akan lebih baik. Namun untuk pengetahuan yang lebih
spesifik seperti dalam penelitian ini yaitu pengetahuan tentang cara menyusui perlu diperhatikan
kembali, karena dalam pendidikan formal yang didapat seseorang belum tentu terdapat informasi
tentang ini.

Pekerjaan
Karakteristik yang berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang selanjutnya yaitu pekerjaan.
Hasil dari penelitian, sebagianbesar responden bekerja sebagai Ibu rumah Tangga, yaitusebanyak
16 responden (48,5%), sementara bekerja swasta sebanyak 7 responden (21,2%) dan PNS
sebanyak 10 responden (30,3%). Seseorang yang bekerja di luar rumah cenderung memiliki akses
yang baik terhadap informasi dibandingkan seseorang yang sehari-hari berada di rumah. Namun,
seseorang yang memiliki bekerja di luar rumah belum tentu memiliki pengetahuan yang baik
tentangcara menyusui hal ini tergantung kepada jenis dan sumber informasi terkait cara menyusui
yang diperoleh (Notoadmodjo, 2008).Penelitian yang dilakukan olehLudha & Maulida (2014), ibu
yang tidak bekerja cenderung lebih sulit memperoleh informasi tentang ASI Ekslusif. Namun tidak
untuk ketersediaan waktu yang merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dari
penyuluhan, karena mayoritas responden adalah ibu rumah tangga sehingga ketersediaan waktu
responden berdampak pada tingkat kehadiran dalam acara penyuluhan cara menyusui.

Paritas
Karakteristik selanjutnya yaitu status paritas. Status paritas yang peneliti maksud di sini adalah
kehamilan/anak keberapa yang responden alami saat diberikan intervensi. Hasil penelitian
didapatkan bahwa sebagianbesar responden melahirkan anak pertama dan anak kedua, masing-
masing sebanyak 13 responden (39,4%), sementara anak ketiga sebanyak 6 responden (18,2%) dan
anak keempat sebanyak 1 responden (3%). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Handayani
(2009), menunjukkan bahwa sebagian besar ibu menyusui dengan jumlah persalinan 2-4 kali
(27.5% atau 14 responden) memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI Ekslusif, sedangkan
sebagian kecil yang berpengetahuan baik berada pada kategori paritas dengan jumlah melahirkan
1 kali (16.7% atau 6 responden). Hal ini dikarenakan ibu yang pertama kali menyusui pengetahuan
terhadap pemberian ASI eksklusif pemberian ASI eksklusif belum pengalaman dibandingkan
dengan ibu yang sudah berpengalaman menyusui anak sebelumnya (Perinasia, 2008).

repository.unimus.ac.id
Praktik menyusui setelah diberikan pendidikan kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diberikanpendidikan kesehatan dengan metode
demonstrasi dan video berbasis android, keterampilan menyusui adalah tepat sebanyak 28
responden (84,8%) dan tidak tepat sebanyak 5 responden (15,2%). Praktik menyusui yang tidak
tepat sebanyak 5 responden (15,2%), 3 responden (9,1%) diantaranya saat melakukan praktik
menyusui perut bayi tidak menempel pada perut ibu. Hal ini karena ibu tidak mengetahui jika ada
keharusan perut bayi menempel pada perut ibu. Hal ini dapat juga disebabkan karena menurut
responden pada video dan demontrasi tidak dijelaskan rinci dan tidak tampak jelas perut bayi
menempel pada perut ibu. Sementara sebanyak 2 responden (6,1%) ibu saat praktik menyusui
tidak memastikan bayi membuka mulut dengan lebar dan tidak merapatkan mulut bayi ke
payudara. Hal ini terjadi karena ketidaktahuan ibu untuk memastikan bayi membuka mulut
dengan lebar dan merapatkan mulut bayi ke payudara. Ibu tidak melakukan hal ini karena ibu
beranggapan bahwa bayi akan membuka mulut dengan sendirinya.Berdasarkan pendapat
responden, penyuluhan kesehatan yang diberikan hanya menggunakan metode demontrasi dan
video sering kali tidak jelas dan menimbulkan persepsi yang berbeda, jika tidak disertai pemberian
penjelasan tambahan dan seringkali mudah lupa terhadap apa yang sudah di jelaskan. Teori Dale,
dalam Nursalam (2008), yang menyatakan bahwa dengan membaca atau mendengar seseorang
akan dapat mengingat 10% dari yang dibaca atau didengarnya seperti dalam bentuk leaflet, slide,
booklet, dan sejenisnya, mendengar (tape atau pembicaraan orang lain), maka ia akan mengingat
20% dari apa yang didengarnya; melihat (bagan, foto, dan grafik), maka ia akan mengingat 30%
dari apa yang dilihatnya; mendengar dan melihat (melihat demonstrasi, film, dan video), maka ia
akan mengingat 50% dari apa yang didengar dan dilihatnya; mengucapkan sendiri kata-katanya
(media wayang, script, dan drama), maka ia akan mengingat 70% dari apa yang diucapkannya; dan
mengucapkan sambil mengerjakan sendiri suatu materi pendidikan kesehatan (biasanya
menggunakan media yang mirip dengan objek yang sebenarnya dan melalui pengalaman yang
nyata), maka ia akan mengingat 90% dari materi tersebut. Informasi tentang cara-cara menyusui
yang baik dan benar, pemberian ASI Eksklusif belum menjangkau sebagian besar ibu-ibu (Depkes
RI, 2008). Saat memberikan pendidikan kesehatan, peneliti menggunakan metode demonstrasi
dan video berbasis android sebagai media pembelajaran. Sesuai dengan penelitian yang
mengatakan pemilihan audiovisual sebagai media penyuluhan kesehatan dapat diterima dengan
baik oleh responden karena menawarkan penyuluhan yang lebih menarik dan tidak monoton.
Penyuluhan dengan audiovisual menampilkan gerak, gambar dan suara sedangkan penyuluhan
dengan media cetak menampilkan tulisan dan suara penyuluh secara langsung yang membuat
terkesan formal (Kapti, 2013). Pada saat pelaksanaan penelitian, karena media ini terbilang baru
dan tidak ada di kelas ibu hamil, maka sebagian besar responden mempunyai keingintahuan besar
terhadap isi video dan melihat video sampai selesai dengan serius.Panca indera yang banyak
menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75% sampai 87%), sedangkan 13%
sampai 25%, pengetahuan manusia diperoleh dan disalurkan melalui panca indera yang lain
(Maulana, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa alat peraga yang dimaksudkan mengerahkan indra
sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga memudahkan pemahaman yang mungkin

repository.unimus.ac.id
memperngaruhi responden sehingga memiliki pengetahuan yang baik. Hal ini sesuai dengan
penelitian Andriyani (2010), yang menyatakan bahwa pemberian demonstrasi perawatan
payudara berpengaruh terhadap kelancaran ASI. Metode demonstrasi sangatlah berpengaruh
terhadap daya serap dan minat seseorang dalam belajar. Dikarenakan metode ini mempunyai
banyak kelebihan dalam pembelajaran, diantaranya membuat pelajaran menjadi lebih serta
menghindari verbalisme, memudahkan seseorang memahami bahan pelajaran, proses pengajaran
akan lebih menarik, merangsang seseorang untuk lebih aktif mengamati dan dapat mencobanya
sendiri. Penggunaan alat peraga (phantom) dapat mengoptimalkan kualitas pengetahuan
responden. Efektifitas penggunaan media pembelajaran dalam meningkatkan pengetahuan
sebagaimana disimpulkan dalam penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu. Penelitian yang
dilakukan oleh Saputri (2014). tentang pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode ceramah
dan audio terhadap pengetahuan kader tentang sadari di Kecamatan Baki Sukoharjo. Hasil
penelitiannya menyimpulkan bahwa sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode
ceramah dan audio visual tentang cara menyusui sebagian besar pengetahuan kader tentang
sadari baik. Pendapat peneliti, pengetahuan ibu setelah dilakukan pendidikan kesehatan dengan
metode demonstrasi dan video berbasis android sebagian besar baik terjadi disebabkan karena
mayoritas ibu post sectio caesarea sudah memahami dan mengerti tentang cara menyusui yang
benar setelah diberikan pendidikan kesehatan.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Karakteristik responden berdasarkan usia rata-rata responden adalah 29,67 tahun dengan standar
deviasi 5,840, usia termuda 20 tahun dan usia tertua 45 tahun, berpendidikan sebagian besar
Sarjana, yaitu sebanyak 13 orang (39,4%), bekerja sebagai Ibu rumah Tangga, yaitu sebanyak 16
orang (48,5%) dan sebagian besar responden melahirkan anak yang pertama dan kedua, masing-
masing sebanyak 13 orang (39,4%). Praktik menyusui setelah diberikan pendidikan kesehatan
dengan metode demonstrasi dan video berbasis android sebagian besar tepat yaitu semua
langkah praktik menyusui dilakukan sebanyak 28 orang (84,8%).

Saran
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi praktisi kesehatan RSI Kendal,
khususnya perawat sebagai inovasi dalam memberikan asuhan keperawatan berbasis teknologi
melalui pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi dan video berbasis android terhadap
cara tehnik menyusui yang benar kepada ibu hamil dan postpatum. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi sebagai informasi mengenai peran perawat
sebagai educator untuk kemudian hari dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dan kompleks

repository.unimus.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, H. (2010). Perbedaan Metode Ceramah Dengan Demonstrasi Terhadap Sikap dan
Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di RSU Anwar Medika Sidoarjo.
Sidoarjo.

Angsuko, D.V. (2011). Hubungan tentang Pengetahuan Ibu tentang Cara Menyusui dengan
Perilaku Menyusui Bayi Usia 0-6 Bulan di Bidan Yuda. Klaten : Program DIV Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

AnikMaryunani. (2009). Ilmu Kesehatan Anak,Jakarta : CV. Trans Info Media

Departemen Kesehatan RI. (2008). Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi
Kesehatan. Jakarta

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2012). Profil Kesehatan Jawa Tengah

Dinas Kesehatan Kota Semarang. (2012). Profil Kesehatan Semarang 2011. Semarang: DKK
Semarang

Handayani, D. S. (2009). Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Pemberian ASI Ekslusif
Berdasarkan Karakteristik Ibu Di Puskesmas Sukawarna Kota Bandung. Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran

Irmayanti Meliono, dkk. (2007). MPKT Modul. Diakses dar :


http://drsuparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-dasar pengetahuan.html. Diakses pada
tanggal 14 Maret 2018 pada pukul 20.30 WIB.

Kapti, R. E. (2013). Efektifitas Audiovisual Sebagai Media Penyuluhan Kesehatan Terhadap


Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Tatalaksana Balita Dengan Diare Di Dua
Rumah Sakit Kota Malang. Jakarta: FIK UI.

Ludha, N., & Maulida, I. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Status Pekerjaan Ibu
Menyusui Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Di Pesantunan. Tegal: Politeknik
Harapan Bersama.

Maulana, H. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, S. (2008). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika

Perinasia. (2008). Manajemen Laktasi: Menuju Persalinan Aman dan Bayi Lahir Sehat. Jakarta :
Gramedia Pustaka

repository.unimus.ac.id
Roesli, Utami. (2009). Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Pustakan Bunda

Saputri, Y.F.E. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Ceramah dan Audio Visual
Terhadap Pengetahuan Kader Tentang Cara Menyusui Di Kecamatan Baki Kabupaten
Sukoharjo. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Septalia, R.E. (2010).. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Diakses : 8 Oktober 2017.


Http://creasoft.wordpress.com.

Sulystyawati. (2009).Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Yogyakarta: CV. AndiOffset.

Syamsianah, A., Mufnaetty, & Mahardikha, M. D. (2010). Hubungan Tingkat Pendidikan

Dan Pengetahuan Ibu Tentang Asi Dengan Lama Pemberian Asi Eksklusif Pada Balita Usia 6
– 24 Bulan Di Desa Kebonagung Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa
Timur. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, (2007). Ilmu & Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imperial
Bhakti Utama.

Wadud, Mursyida A. (2013) Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Abortus Imminens
di Instalasi Rawat Inap Kebidanan RS Muhammadiyah Palembang. Palembang : Poltekkes
Kemenkes Palembang,

WHO(2009).Global and Strategy for Infant and Young Child Feeding. October 2009.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG CARA

repository.unimus.ac.id
MENYUSUI DENGAN PRAKTEK MENYUSUI IBU POST SECTIO
CAESARIA PRIMIPARA
( DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK “RESTU IBU” SRAGEN)

TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Derajat Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh :

Tri Susilowati
S 540908036

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN KELUARGA


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010

repository.unimus.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG CARA


MENYUSUI DENGAN PRAKTEK MENYUSUI IBU POST SECTIO
CAESARIA PRIMIPARA
( DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK “RESTU IBU” SRAGEN)

Disusun oleh :

Tri Susilowati
S 540908036

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing


Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. dr. Ambar Mudigdo, Sp. PA
NIP. 19490317 197609 1001

Pembimbing II dr Pancrasia Murdani K, MHPEd


NIP 19480512 197903 2001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Prof. Dr. Didik Tamtomo, MM, Mkes, PAk


NIP. 1948031319761011001

repository.unimus.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJIAN TESISHUBUNGAN PENGETAHUAN
DAN SIKAP TENTANG CARA
MENYUSUI DENGAN PRAKTEK MENYUSUI IBU POST SECTIO
CAESARIA PRIMIPARA
( DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ”RESTU IBU” SRAGEN)

Disusun oleh :
Tri Susilowati
S 540908036
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada
Tanggal:

Jabatan Nama Tanda Tangan


Ketua Prof. Dr.Samsi Haryanto, M.Pd
NIP. 19440404 197603 1001 .......................
Sekretaris Dr.Nunuk Suryani, M.Pd
NIP. 19661108 199003 2001 .......................
Anggota Penguji 1. Prof. Dr. dr. Ambar Mudigdo, Sp. PA
NIP. 19490317 197609 1001 .......................
2. dr Pancrasia Murdani K, MHPEd
NIP 19480512 197903 2001 .......................

Surakarta, 21 Januari 2010

Mengetahui,
Direktur Program Pasca Sarjana UNS Ketua Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga

Prof. Drs. Suranto, MSc, PhD Prof. Dr. Didik Tamtomo, MM, Mkes, PAk NIP 19570820
198503 1004 NIP. 19480313 1976101 1001
PERNYATAAN

repository.unimus.ac.id
Nama : Tri Susilowati

NIM : S 540908036

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul ”Hubungan Pengetahuan Dan


Sikap Tentang Cara Menyusui Dengan Praktek Menyusui Ibu Post Sectio Caesaria Primipara( Di
Rumah Sakit Ibu Dan Anak Restu Ibu Sragen)” adalah betulbetul karya sendiri. Dan didalamnya tidak
terdapat karya yang pernah diajukan.Apabila ternyata dikemudian hari terbukti ada
ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Surakarta, Desember 2009


Yang membuat pernyataan

Tri Susilowati

MOTTO
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar–benar dalam kerugian , Kecuali orang-
orang yang beriman dan beramal saleh, Dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran Dan nasehat menasehati supaya menepati kesabaran”. (QS. AL Ashr) “Dibalik
semua peristiwa yang menimpa pasti kita dapat mengambil hikmahnya”. “Awal yang

repository.unimus.ac.id
kurang bagus belum tentu mengisyaratkan sebuah kegagalan”. “Kesempatan baik belum
tentu akan datang dua kali”. “Orang suskes akan selalu mencoba sesuatu yang baru yang
bernilai positif”.

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillahirabbil’alamin kami panjatkan pada Allah SWT karena

dengan rahmat dan nikmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul

“Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Cara Menyusui Dengan Praktek Menyusui bu

repository.unimus.ac.id
Post Sectio Caesaria Primipara” di Rumah Sakit Ibu dan Anak RESTU IBU Sragen”, sebagai

salah satu persyaratan untuk meraih gelar Master Kesehatan di Program Magister

Keluarga Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas

Maret Surakarta

Pada kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, MSc, PhD, selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas

Sebelas Maret.

2. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK, selaku Ketua Program Studi Magister

Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

3. Prof. Dr. dr. Ambar Mudigdo, Sp. PA selaku pembimbing satu yang telah memberikan

saran dan koreksi atas judul dan isi sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. dr Pancrasia Murdani K, MHPEd, selaku pembimbing dua yang telah memberikan

saran dan koreksi khususnya dalam teknis penulisan sehingga tesis ini dapat

terselesaikan dengan baik.

5. Para Staf Pengajar Program Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

6. dr. Rusbandi SpOG dan dr sigit Selaku pemilik dan direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak

Restu Ibu Sragen yang telah berkenen menberikan ijin penelitian

7. Rekan – rekan Bidan Rumah Sakit Ibu dan Anak Restu Ibu Sragen yang telah

membantu pelaksanaan penelitian

8. Rekan – rekan seangkatan yang telah memberikan motivasi dan saran untuk

kelancaran penyusunan tesis ini.

repository.unimus.ac.id
9. Dan semua pihak yang telah membantu kelancaran punyusunan tesis yang tidak

dapat kami sebutkan satu per satu.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih terdapat banyak

kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun untuk

meningkatkan kesempurnaan tesis ini sangat kami harapkan. Dan semoga tesis ini bisa

bermanfaat.

Surakarta, Januari 2010

ABSTRAK

Tri Susilowati. NIM. S 540908036. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Cara
Menyusui Dengan Praktek Menyusui Ibu Post Sectio Caesaria Primipara di Rumah Sakit
Ibu Dan Anak RESTU IBU Sragen. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta. 2010.

Latar Belakang : Hambatan dalam praktek menyusui adalah kurangnya pemahaman


dalam mobilisasi dan sikap ibu post sectio caesaria primipara sehingga mempengaruhi
kesadaran ibu, karena praktek menyusui tidak muncul secara reflek, tetapi melalui
informasi dan latihan tentang cara menyusui yang benar di sesuaikan dengan mobilisasi.

repository.unimus.ac.id
Untuk itu perlu metode latihan tentang cara menyusui yang benar pada ibu post sectio
caesaria primipara
Tujuan : Penelitian ini mempunyai tujuan mengetahui hubungan antara pengetahuan dan
sikap tentang cara menyusui dengan praktek menyusui ibu post sectio caesaria primipara
di Rumah Sakit Ibu dan Anak RESTU IBU Sragen.
Metode : Jenis penelitian ini deskriptif dengan studi korelasional dengan pendekatan
cross sectional dan observasi. Jumlah sampel adalah 45 responden ibu post partum
primipara di Rumah Sakit Ibu dan Anak RESTU IBU Sragen pada 20 Agustus 2009 sampai
dengan 30 Oktober 2009. Pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling.
Hasil : Pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui baik secara individu maupun secara
bersama-sama berhubungan secara signifikan dengan praktek menyusui ibu post sectio
caesaria primipara di Rumah Sakit Ibu Dan Anak RESTU IBU Sragen. Hal ini bisa
ditunujukkan dalam hasil uji t nila p = 0,026 pada variabel pengetahuan dan p= 0,020
pada variabel sikap dan hasil uji F memperoleh nilai Fhitung (24,917) lebih besara dari Ftabel
(9,72) dengan tingkat signifikasi 0,000.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil analisa statistik tersebut, disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui dengan
praktek menyusui ibu post sectio caesaria primipara baik secara individu maupun
bersama- sama.

Kata Kunci : Pengtahuan, Sikap, Praktek Menyusui

ABSTRACT

Tri Susilowati. NIM. S 540908036. The Correlation Between Knowledge and Attitude About
the way of breastfeeding with the Practice of Post Sectio Caesaria Primipara
Breastfeeding Mother in RESTU IBU Mother and Child Hospital Sragen.The Post Graduate
Program of Sebelas Maret University Surakarta. 2010.

Background : The obstacle in breastfeeding practice is that the lack of understandingand


in mobilization and attitude of post sectio caesaria primipara breastfeeding mother so it
influences the mothers consciousness, because the breastfeeding practice does not arise
reflect, but through information and training about how to breastfeed correctly
corresponding to mobilization. So needs a training method about how to breastfeed
correctly of post sectio caesaria primipara mother.
The Purpose : This research has a purpose to know the correlation between knowledge
and attitude about the way of breastfeeding with the practice of post sectio caesaria

repository.unimus.ac.id
primipara breastfeeding mother in RESTU IBU Mother and child hospital Sragen. The
Method : This research is descriptive with correlation study by using cross sectional and
observation. This research involves 45 respondents of post sectio caesaria primipara
breastfeeding mother in RESTU IBU Mother and child hospital Sragen on Agust, 20 2009
until October, 30 2009. The data analysis is done with computerization os SPSS Version
15. By using Pearson Corelation program to know the ralationship between two variables.
The Result : The knowledge and attitude about the way of breastfeeding, together they
are correlated significantly with the practice of post sectio caesaria primipara breastfeeding
mother in RESTU IBU Mother and child hospital Sragen. From the result of F-test, it gains
Faccount from the correlation between variable of knowledge and breastfeeding practice as
0,534 with the level of signification 0,892, the value of F account from the correlation
between variable of attitude and breastfeeding practice as 4,860 with the level of
signification0,000 the value of Faccount from the correlation between variable of attitude and
knowledge as 1,825 with the level of signification 0,081
Conclusion : From the result of statistic analysis, it can be conclude that there is a
significant and strong correlation between the knowledge of breastfeeding way and the
practice of post sectio caesaria primipara breastfeeding mother.

The Key Word : Knowledge, Attitude, Breastfeeding Practice

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJIAN TESIS............................................ iii
PERNYATAAN .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 4
D. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
G. Keaslian Penelitian............................................................................ 7

repository.unimus.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 8
1. Pengetahuan ............................................................................... 8
2. Sikap............................................................................................ 13
3. Cara Menyusui Yang Benar........................................................ . 17
4. Praktek Menyusui. ...................................................................... 21
5. Ibu Post Sectio Caesaria Primipara............................................. 23
B. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................ 23
23
C. Hipotesis ...........................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian .............................................................................. 24

B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 25

C. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 25

D. Definisi Operasional Variabel........................................................... 26

E. Instrumen Penelitian ......................................................................... 27

F. Sumber Data ..................................................................................... 31


31
G. Teknis Analisis Data ........................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................


35

43
B. Pembahasan ......................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................... 50

B. Implikasi............................................................................................ 50
C. Saran ................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 52
DAFTAR TABEL

repository.unimus.ac.id
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur............................................ 38

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..................... 38

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan........ ............................. 39


39
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan......... .........

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan

Praktek Ibu .......................................................................................... 40

Tabel 4.6 Hasil Uji t............................................................................................. 41

Tabel 4.7 Uji F......... ............................................................................................ 42

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan simulasi dan sikap........................................................... 13

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian ............................................................... 23 BAB I

repository.unimus.ac.id
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibu mempunyai peran dan tanggung jawab untuk melahirkan generasi yang

cerdas, namun demi pembangunan generasi yang sehat dan cerdas peran dan

tanggung jawab haruslah dilaksanakan oleh seluruh komponen masyarakat baik dari

kalangan pejabat tingkat atas sampai pada rakyat jelata. Anak yang sehat harus

dipersiapkan sejak dalam kandungan dan saat persalinan hingga masa tumbuh

kembangnya (Purwanti, 2004 : 85).

Landasan utama dalam upaya mencapai pertumbuhan anak yang optimal agar

diperoleh anak yang sehat adalah makanan. Makanan merupakan unsur terpenting

bagi anak, karena tidak hanya menentukan kesehatan pada masa sekarang tetapi juga

berpengaruh terhadap keadaan di tahun mendatang, bahkan dapat berpengaruh

terhadap keseluruhan kehidupan anak. Anak sebagai tunas bangsa dan diharapkan

menjadi sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas memerlukan makanan yang

adekuat untuk membangun fundamen fisik dan perkembangan anak selanjutnya.

Pada masa enam bulan pertama otak tumbuh dengan pesat oleh karena itu kualitas

makanan bayi sangat menentukan tumbuh kembang anak agar menjadi SDM yang

berkualitas (Purwanti, 2004: 86).

repository.unimus.ac.id
Untuk itu para ibu diharapkan untuk memberikan ASI pada bayinya sebagai

makanan utama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi

baru lahir. ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi akan energi dan gizi selama 4-6 bulan

pertama kehidupannya, sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.

Selain sebagai sumber energi dan zat gizi, pemberian ASI juga merupakan media untuk

menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayinya. Hubungan ini akan

menghantarkan kasih sayang dan perlindungan ibu kepada bayinya serta memikat

kemesraan bayi terhadap ibunya, sehingga terjalin hubungan yang harmonis dan erat

(Purwanti, 2004).

Tahun 2007 lalu, Badan Kesehatan Dunia WHO dan Unicef mengatakan,

bahwa jumlah ibu menyusui di banyak Negara di kawasan Asia Timur dan Asia Pasifik

terus menurun terutama terjadi di negara - negara berkembang. Karena ibu

mengalami kekhawatiran dengan keadaanyan dan ada kepercayaan yang membentuk

pengetahuan ibu bahwa ASI yang keluar pertama kali berbau, rusak dan kotor

sehingga pada hari-hari pertama itu para ibu memberi makan bayinya dengan teh

madu (www.tabloid-nakita.com). Hal tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman

ibu sehingga mempengaruhi kesadaran ibu dalam menyusui, yang berakibat ibu

kurang terampil dalam menyusui bayi, terutama pada ibu post sectio caesaria

primipara (wanita yang pertama kali melahirkan bayi hidup dengan melalui insisi pada

bagian perut) (Mochtar, 1998). Karena kemampuan atau ketrampilan ibu dalam

menyusui tidak muncul secara reflek tetapi melalui informasi dan latihan tentang cara

menyusui yang benar sebagai pengalaman untuk memperoleh pengetahuan

(Soetjiningsih, 1997).

repository.unimus.ac.id
Diperlukan pengetahuan tentang cara menyusui yang benar disesuaikan

dengan mobilisasi ibu post sectio caesaria primipara. Melalui cara tersebut diharapkan

mereka dapat mengambil sikap menerapkan pemberian ASI dan memahami bahwa

ASI meningkatkan daya tahan tubuh dan kecerdasan bayi, dalam upaya pencapaian

keberhasilan ibu dalam menyusui. (Purwanti, 2004).

Dengan demikian kemampuan ibu post sectio caesaria primipara dalam

menilai kegunaan ASI dan praktek menyusui yang benar merupakan dasar ibu post

sectio caesaria primipara untuk mengambil sikap melaksanakan atau memberikan ASI

pada bayinya. Karena dengan mobilisasi ibu post sectio caesaria dan belum

berpengalaman dalam menyusui serta baru pertama kali melahirkan dan mempunyai

anak maka pengalaman dalam memberikan ASI dapat diperoleh melalui pendidikan

kesehatan dan latihan cara menyusui di pelayanan kesehatan tempat mereka

melahirkan (Soetjiningsih, 1997).

Dalam upaya meningkatkan penggunaan ASI, Rumah Sakit Ibu dan Anak

RESTU IBU menerapkan program Rooming In (rawat gabung), dimana ibu dan bayi

dalam satu ruang. Ada dua alternatif dalam pelaksanaan rawat gabung, yaitu ibu dan

bayi memiliki ranjang terpisah, atau keduanya bersama dalam satu ranjang

(www.tabloid-nakita.com). Dengan rawat gabung, ibu bisa sewaktuwaktu dan setiap

saat menyusui bayinya terutama pada ibu post sectio caesaria yang . Selain itu juga

dapat dimanfaatkan bagi perawat/bidan untuk memberikan pendidikan kesehatan

kepada ibu sectio caesaria terutama primipara (Soetjiningsih, 1997). Sudah banyak ibu

yang menyusui tapi belum benar karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

adat/kebiasaan, kepercayaan, dan pengalaman menyusui dalam keluarga/kerabat

repository.unimus.ac.id
(Soetjiningsih, 1997). Di Rumah Sakit Ibu dan Anak RESTU IBU Sragen pada tahun

2008 terdapat 410 persalinan primipara yang meliputi persalinan pervaginam dan

sectio caesaria, dari beberapa orang ibu sectio caesaria primipara dalam praktek

menyusui, ibu tidak terlihat membersihkan puting sebelum dan sesudah menyusui.

Dari observasi tersebut ibu yang bersangkutan di wawancara tentang cara menyusui

hasilnya ibu tersebut tidak tahu cara menyusui yang benar karena belum

berpengalaman dalam menyusui bayi. Untuk menunjang keberhasilan program

Rooming In tersebut, serta supaya pemberian ASI lebih efektif, peneliti tertarik untuk

meneliti hubungan pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui dengan praktek

menyusui ibu sectio caesaria primipara di Rumah Sakit Ibu dan Anak RESTU

IBU Sragen.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas hal-hal yang mempengaruhi ibu post sectio

caesaria primipara tentang cara menyusui dengan praktek menyusui dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan dan sikap

masyarakat terhadap kesehatan, kecemasan ibu dalam menghadapi luka post sectio

caesaria, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap kesehatan, sistim nilai yang

dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi.

C. Pembatasan Masalah

Dari uraian di atas yang diajukan dalam penelitian ini dibatasi masalahnya

yaitu hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang cara menyusui dengan praktek

menyusui ibu sectio caesaria primipara di Rumah Sakit Ibu dan

repository.unimus.ac.id
Anak RESTU IBU Sragen .

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang diajukan dalam

penelitian ini adalah.

1. Adakah hubungan antara pengetahuan tentang cara menyusui dengan praktek

menyusui ibu post sectio caesaria primipara ?

2. Adakah hubungan antara sikap tentang cara menyusui dengan praktek

menyusui ibu post sectio caesaria primipara ?

3. Adakah hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui

dengan praktek menyusui ibu post sectio caesaria primipara ?

E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Untuk menggambarkan hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang cara

menyusui dengan praktek menyusui ibu post sectio caesaria primipara di

Rumah Sakit Ibu dan Anak RESTU IBU Sragen

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang cara menyusui dengan

praktek menyusui ibu post sectio caesaria primipara b Mengetahui hubungan

antara sikap tentang cara menyusui dengan praktek menyusui ibu post sectio

caesaria primipara .

c. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui

dengan praktek menyusui ibu post sectio caesaria primipara .

repository.unimus.ac.id
F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pengetahuan tentang hubungan pengetahuan dan sikap

tentang cara menyusui dengan praktek menyusui ibu post sectio caesaria

primipara

2. Manfaat Praktis

a. Bagi ibu post sectio caesaria

Diharapkan dapat memberikan pemahaman dan pengalaman khususnya ibu

post sectio caesaria primipara tentang cara menyusui yang benar

sehingga dapat mempraktekkannya dengan benar.

b. Bagi Bidan

Sebagai masukan dalam memberikan Asuhan Kebidanan bagi ibu post sectio

caesaria primipara selain dengan pendidikan kesehatan juga

dengan memberikan pengalaman atau latihan praktek menyusui.

c. Bagi Institusi

Sebagai masukan untuk memfasilitasi pendidikan untuk latihan cara

menyusui khususnya pada ibu post sectio caesaria primipara di ruang

nifas.

d. Bagi Peneliti

Untuk menambah ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang cara

menyusui dengan praktek meyusui pada ibu post sectio caesaria

primipara.

G. Keaslian Penelitian

repository.unimus.ac.id
Penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang cara

menyusui dengan praktek menyusui ibu post sectio caesaria primipara sejauh

diketahui peneliti belum pernah dilakukan oleh peneliti lain.

Namun peneliti menemukan penelitian yang relevan dengan penelitian

sekarang. Seperti penelitian yang dilakukan Ernawati (2002), dengan judul Pengaruh

Tingkat Pendidikan dan Usia Pada Ibu post sectio caesaria primipara tentang Cara

Menyusui dengan Praktek Menyusui di Rumah Sakit Rumani Semarang, dengan hasil

bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan dan usia pada ibu post sectio caesaria

primipara tentang cara menyusui dengan praktek menyusui.

Prastyaningsih (2007), dengan judul Hubungan Pengetahuan dan sikap

tentang cara menyusui dengan praktek menyusui Ibu Post Partum Primpara di RSU

PKU Muhammadiyah Delanggu , dengan hasil bahwa ada hubungan antara

pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui dengan praktek menyusui ibu Post

Partum Primpara.

Adapun persamaan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (2002) dan

Prastyaningsih (2007), dengan penelitian sekarang, terletak pada variabel cara

menyusui dan praktek menyusui, dan metode penelitian yaitu deskriptif.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (2002) dan Prastyaningsih (2007),

dengan penelitian sekarang, terletak pada responden yang diteliti yaitu ibu post

sectio caesaria primipara, tempat dan waktu penelitian serta jumlah sampel yang

diteliti.

repository.unimus.ac.id
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo,

repository.unimus.ac.id
1997).

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Bloom (1928) cit. Notoatmodjo (2003) tingkat pengetahuan

dalam domain kognitif dibagi dalam 6 tingkatan, yaitu :

1) Tahu

Tahu bisa berarti kemampuan mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya termasuk didalam pengetahuan. Tingkatan ini

adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang telah dipelajari. Oleh

sebab itu tahu merupakan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

yang untuk mengukur yaitu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan

dan sebagainya. Misalnya ibu post sectio caesaria primipara dapat

menyebutkan cara menyusui bayi yang benar.

2) Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi secara benar. Orang yang telah paham

terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, meramalkan

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat

menjelaskan akibat bila cara menyusui ibu terhadap bayi-nya adalah

salah.

3) Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Disini diartikan

repository.unimus.ac.id
sebagai aplikasi penggunaan hukum-hukum, metode-metode dan lainnya

dalam kontek situasi lain

4) Analisa

Merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur tersebut dan masih

ada kaitannya satu dengan yang lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat

dari penggunaan kerangka kerja seperti dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesa

Sintesa menunjuk kepada kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesa adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formasi baru dari formasi – formasi yang ada.

6) Evaluasi

Sintesa menunjuk kepada kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria - kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan – tingkatan

dibawah ini (Notoatmodjo, 1997) .

repository.unimus.ac.id
c. Pengetahuan Tentang Cara Menyusui
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

perilaku seseorang. Perilaku yang terbentuk didasari oleh pengetahuan akan bersifat

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 1997).

Pengetahuan yang penting pada ibu post sectio caesaria primipara adalah cara menyusui

yang benar karena ASI merupakan makanan penting bagi bayi, yaitu mencakup:

1) Tahu

Dalam hal ini ibu post sectio caesaria primipara mampu mengingat materi

tentang cara menyusui yang benar, contohnya ibu menyebutkan urutan

cara menyusui.

2) Memahami

Ibu post partum primipara dapat menjelaskan kembali materi cara

menyusui secara urut dan tepat.

3) Aplikasi

Ibu post sectio caesaria primipara menggunakan materi cara menyusui

secara benar saat menyusui bayinya.

4) Analisa

Ibu post sectio caesaria primipara dapat menjabarkan cara menyusui yang

benar dan mampu membedakan praktek menyusui yang salah dan yang

benar. Misalnya sebelum menyusui puting susu tidak dibersihkan dahulu

adalah tindakan yang salah.

5) Sintesa

repository.unimus.ac.id
Ibu post partum dapat menyusun urutan cara menyusui dan dapat

memodifikasi cara menyusui tanpa memberikan efeknya. Misalnya,

sebelum menyusui kedua tangan ibu dibersihkan dengan tissue atau kain

bersih sebagai pengganti karena tidak bisa meninggalkan bayi untuk cuci

tangan dengan sabun.

6) Evaluasi

Ibu post sectio caesaria primipara dapat memberi penilaian tentang

keberhasilan menyusui bila cara menyusui dilakukan dengan benar. Yaitu

dengan melihat bayi tidak tersedak waktu menyusu dan setelah menyusu

bayi dapat tidur pulas (Purwanti, 2004).

Cara menyusui bayi yang benar:

a) Sebelum menyusui bayi, terlebih dahulu ibu mencuci kedua tangan

dengan sabun sampai bersih.

b) Sebelum menyusui bayi, kedua puting susu dibersihkan dengan

kapas yang telah direndam terlebih dahulu dengan air hangat.

c) Waktu menyusui bayi, sebaiknya ibu harus duduk.

d) Bayi disusui secara bergantian, dari payudara sebelah kiri, lalu ke

sebelah kanan sampai bayi merasa kenyang.

e) Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi

dibersihkan dengan kapas yang telah direndam dengan air hangat.

repository.unimus.ac.id
f) Sebelum ditidurkan bayi harus disendawakan dulu supaya udara

yang terhisap bisa keluar.

g) Bila kedua payudara masih ada sisa ASI, supaya ikeluarkan

dengan alat pompa susu (www.rssa.ppimk.or.id).

2. Sikap

a. Definisi Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau obyek (Notoatmojo, 2003). Sikap merupakan bentuk evaluasi atau reaksi

perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung (favorable)

maupun perasaan tak mendukung (unfavorable) pada obyek tersebut (Azwar, 1997). Sikap

sebagai keteraturan tertentu dalam hal kognitif dan konatif seseorang terhadap suatu

aspek di lingkungan sekitarnya. Sikap dikatakan sebagai respon evaluatif dan merupakan

bentuk reaksi timbulnya sikap didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang

memberikan kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik atau buruk, positif

atau negatif, menyenangkan dan tidak menyenangkan ( Azwar, 1997 : 124).

Diagram dibawah ini lebih dapat menjelaskan uraian tersebut

(Notoatmojo, 1997)

Proses
Stimulasi Stimulus Reaksi
Rangsang
Tingkah Laku
( Terbuka )
Sikap
( Tertutup )

repository.unimus.ac.id
Gambar 1: hubungan stimulasi dan sikap

Struktur sikap terdiri dari 3 (tiga) komponen yang saling berinteraksi yaitu

komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif. Komponen kognitif meliputi

kepercayaan orang mengenai yang berlaku dan yang benar dari obyek sikap, komponen

afektif merupakan emosional subyektif seseorang terhadap suatu sikap dan komponen

konatif meliputi kecenderungan perilaku yang ada pada diri seseorang berkaitan dengan

obyek sikap yang dihadapinya (Azwar, 1997).

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru maka didalam dirinya mengalami

proses sebagaimana digambarkan Rogers (1974) cit. Notoatmodjo (2003) sebagai berikut

1) Kesadaran : dimana seseorang mengetahui dan menyadari terlebih dahulu

terhadap suatu objek.

2) Tertarik : setelah itu timbul rasa tertarik terhadap suatu objek itu.

3) Menilai : ketertarikan terhadap suatu objek tersebut kemudian seseorang

melakukan penilaian, apakah menguntungkan apa

merugikan bagi dirinya atau yang lain.

4) Mencoba : setelah memutuskan bahwa suatu perilaku baru menghasilkan

keuntungan maka akan mencoba melakukannya.

5) Adopsi : akhirnya seseorang tersebut melaksanakan atau mendapatkan

keuntungan terhadap perilaku baru dan mengambil alih dengan segala

konsekuensinya serta mengadaptasikannya dalam situasi yang

berbeda.

Allport (1954) cit. Notoatmodjo (1997) menjelaskan bahwa sikap

mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

repository.unimus.ac.id
a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap pemberian

ASI.

b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap cara menyusui.

c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) yaitu praktek

menyusui.

Ketiga komponen ini secara bersama – sama membentuk sikap utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Misalnya, ibu post sectio

caesaria primipara mendengar tentang cara menyusui yang benar.

Pengetahuan ini akan membawa ibu post sectio caesaria primipara untuk

berpikir dan berusaha supaya dalam memberikan ASInya dengan baik dan

benar supaya bayi cukup ASI , berat badan meningkat dan sehat. Dalam

berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu post

sectio caesaria primipara berniat memberikan ASInya untuk mencegah

berbagai penyakit, meningkat berat badan bayi. Ibu tersebut mempunyai

sikap tertentu terhadap praktek menyusui (Notoatmodjo,

2003).

b. Sikap terhadap Cara Menyusui

1) Kesadaran ibu post sectio caesaria primipara

Dimana ibu post sectio caesaria primipara mampu menilai tentang

keberhasilan menyusui bila cara menyusui dilakukan dengan benar,

sehingga muncul kesadaran ibu untuk memberikan ASI pada bayi. 2) Timbul

rasa tertarik untuk menyusui.

repository.unimus.ac.id
Ibu post sectio caesaria primipara mulai timbul rasa tertarik ingin

memberikan asinya dengan cara menyusui yang benar.

3) Menilai keuntungan menyusui bagi ibu dan bayi Karena tertarik dengan

cara menyusui yang benar maka ibu post sectio caesaria primipara menilai

apakah menyusui menguntungkan apa merugikan bagi diri dan bayinya.

4) Mencoba praktek menyusui

Setelah memutuskan bahwa menyusui memberi keuntungan bagi ibu dan

bayi maka ibu post partum primipara mencoba melakukan praktek

menyusui.

5) Adopsi terhadap perilaku praktek menyusui

Selanjutnya ibu post sectio caesaria primipara melaksanakan praktek

menyusui serta beradaptasi dalam situasi menyusui yaitu ibu duduk dan

bayi dalam pangkuan ibu, puting susu dibersihkan dahulu, payudara

disusukan secara bergantian dan setelah selesai bayi disendawakan

(www.tabloid-nakita.com).

3. Cara Menyusui Yang Benar


a. Langkah-langkah menyusui yang benar sebagia berikut :

1) Sebalum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada

putting dan sekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat

sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu.

2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.

repository.unimus.ac.id
3) Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik

menggunakan kursi yang rendah (agar kaki tidak menggantung) dan

punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

4) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi

terlatak pada lengkung siku ibu (kapala tidak boleh menengadah, dan

bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).

5) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu , dan yang satu

didepan.

6) Perut bayi menempel pada badan ibu, kapala bayi menghadap

payudara(tidak hanya membelokkan kepala bayi).

7) Telingan dan lengan bayi terletak pada suatu garis lurus.

8) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

9) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang

dibawah, jangan menekan putting susu atau kalang payudaranya saja.

10) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulit (rooting reflek) dengan

cara :

11) Menyentuh pipi dengan putting susu atau

12) Menyentuh sisi mulit bayi

13) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke

payudara ibu dan putting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut

bayi.

14) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulit bayi,

sehingga putting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan

repository.unimus.ac.id
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah

kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya menghisap

pada putting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak

adekuat dan putting susu lecet.

15) Setelah bayi mulai menghisap payudara tidak perlu dipegang atau

disangga lagi.

a. Tehnik Menyusui

Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin mengalami berbagai

masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat

sederhana, seperti misalnya cara menaruh bayi pada payudara ketika

menyusui, isapan bayi yang mengakibatkan putting susu terasa nyeri, dan

masih banyak lagi msalah yang lain. Terlebih pada minggu pertama setelah

persalinan seorang, ibu lebih peka dalam emosi. Untuk itu seorang ibu butuh

seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam

menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang

berpengaruh besar dalam kehidupannya atau yang disegani, seperti suami,

keluarga/kerabat terdekat, atau kelompok ibu-ibu pendukung ASI dan

dokter/tenaga kesehatan.

Seorang dokter atau tenaga kesehatan yang berkecimpung dalam

bidang laktasi, seharusnya mengetahui bahwa walaupun menyusui itu

merupakan suatu proses alamiah, namun untuk mencapai suatu keberhasilan

menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik-teknik menyusui yang

repository.unimus.ac.id
benar. Sehingga pada suatu saat nanti dapat disampaikan pada ibu yang

membutuhkan bimbingan laktasi.

b. Posisi Menyusui

Ada berbagai macam posisi menyusui, yang biasa dilakukan adalah

dengan duduk, berdiri atau berbaring. Ada posisi khusus yang berkaitan

dengan situasi tertentu seperti menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara

memegang bola (football postnatal), dimana ke dua bayi disusui bersamaan

kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas

dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini maka bayi

tidak akan tersedak

c. Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar


Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu

menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI

selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah

menyusu dengan tehnik yang benar, dapat dilihat :

1) Bayi tampak tenang.

2) Badan bayi menempel pada perut ibu.

3) Mulut bayi terbuka lebar.

4) Dagu menempel pada payudara ibu.

5) Sebagian besar kalang payudara masuk kedalam mulut bayi.

6) Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan.

7) Putting susu ibu tidak terasa nyeri.

8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

repository.unimus.ac.id
9) Kepala tidak menengadah.

d. Lama Dan Frekuensi Menyusui


Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand), karena bayi

akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila

bayi menangis bukan kerena sebab lain (kencing dan sebagainya) atau ibu

sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan

satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong

dalam waktu 2 jam

Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tidak teratur,

dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Menyusui

yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat

berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui

ASI tanpa jadwal, sesui kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang

mungkin timbul. Menyusui dimalam hari akan sangat berguna bagi ibu yang

bekerja, karena dengan disusukan pada malam hari akan memacu produksi

ASI, dan juga dapat mendukung keberhasilan menunda kehamilan.

Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara, maka

sebaiknya setiap kali menyusui harus digunakan kedua payudara dan

diusahakan sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI tetap baik.

Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama

masa menyusui, sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat

menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.

repository.unimus.ac.id
4. Praktek Menyusui

a. Definisi praktek atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (Overt

Behavior)(Notoatmojo, 1997). Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan

nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan

antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu post sectio caesaria primipara yang

positif terhadap praktek menyusui diperlukan faktor pendukung, misalnya

suport dari suami dan dari tenaga kesehatan atau bidan dengan memberikan

pendidikan kesehatan dan latihan-latihan cara menyusui yang benar.

Tingkat-tingkat praktek (Notoatmojo,1997) :

1) Persepsi : mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil merupakan praktek tingkat pertama.

2) Respon Terpimpin : dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang

benar sesuai dengan contoh.

3) Mekanisme : apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan

benar secara otomatis.

4) Adaptasi: suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi

kebenaran tersebut.

b. Praktek menyusui

repository.unimus.ac.id
Praktek menyusui adalah respon ibu post sectio caesaria primipara terhadap

pengetahuan tentang cara menyusui yang benar dalam bentuk tindakan

praktek menyusui.

Tingkat-tingkat praktek menyusui (Notoatmodjo, 1997):

1) Persepsi

Seorang ibu post sectio caesaria primipara dapat melakukan tindakan

untuk menyusui bayinya.

2) Respon Terpimpin

Ibu post sectio caesaria primipara dapat menyusui bayinya sesuai dengan

urutan cara menyusi yang benar.

3) Mekanisme

Ibu post sectio caesaria primipara sudah biasa menyusi bayinya dengan

benar tanpa diberitahu sebelumnya.

4) Adaptasi

Ibu post sectio caesaria primipara dapat memodifikasi cara menyusui,

misalnya sebelum menyusui kedua tangan ibu dibersihkan dengan tissue

atau kain bersih sebagai pengganti.

5. Ibu Post Sectio Caesaria Primipara

Ibu post sectio caesaria primipara adalah seorang wanita yang telah

melahirkan bayi hidup untuk yang pertama kali dengan cara dilakukan insisi pada

perut untuk mengeluarkan bayi (Mochtar, 1998)

repository.unimus.ac.id
B. Kerangka Pikir Penelitian

Pengetahuan tentang cara


menyusui:
· Tahu
· Memahami
IBU POST · Aplikasi
SECTIO Pr aktek
CAESARIA menyusui
PRIMIPARA
Sikap terhadap cara
menyusui:
· Kesadaran
· Tertarik
· Menilai
· Mencoba

Gambar 2
Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang cara menyusui

dengan praktek menyusui ibu post sectio ceasaria primipara.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap tentang cara menyusui dengan

praktek menyusui ibu post sectio ceasaria primipara.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap tentang cara

menyusui dengan praktek menyusui ibu post sectio ceasaria primipara.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pada penelitian ini akan digunakan desain deskriptif. Penelitian deskriptif

menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel

repository.unimus.ac.id
dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dengan menyajikan apa

adanya. Masalah-masalah yang diamati dan diselidiki memiliki metode yang mengarah

pada studi korelasional yaitu suatu desain yang digunakan untuk menjelaskan

hubungan antara variabel. Alasan penggunaan desain ini karena pada penelitian ini,

peneliti mencoba untuk mencari hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang

cara menyusui (variabel bebas) dengan praktek menyusui (variabel terikat) melalui

pengujian hipotesis (Nursalam, 2003).

Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional atau belah lintang,

mengingat hanya satu kali saja (sesaat) untuk mengetahui data kejadian berdasarkan

data yang dikumpulkan dari individu dan sepanjang ada hubungan dengan masalah

yang diteliti. Alasan digunakan pendekatan ini karena pengukuran pengetahuan dan

sikap dapat dilakukan atau dinilai pada saat itu juga

(Sastroasmoro, Ismail 2002).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan mengambil lokasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak RESTU IBU

Sragen. Penelitian memakan waktu dua bulan selama 20

Agustus 2009 sampai dengan 20 Oktober 2009.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin

meneliti elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

repository.unimus.ac.id
merupakan penelitian populasi studi atau penelitiannya yang disebut studi

populasi atau studi sensus (Arikunto, 1998 : 115). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh ibu post sectio caesaria Primipara di Rumah Sakit Ibu dan

Anak RESTU IBU Sragen sebanyak 80 pasien post sectio caesaria

Primipara.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dapat mewakili

keseluruhan populasi (Arikunto, 1998: 119). Besar sampel dalam penelitian ini

adalah 45 orang. Pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling yaitu

anggota populasi yang paling mudah ditemui dipilih sebagai subyek.

D. Definisi Operasional dan Cara Pengukuran


Menurut Cooper dan Emory ( 1999 : 37 ) definisi operasional adalah suatu

definisi yang dinyatakan dalam kriteria atau operasi yang dapat diuji secara khusus.

Definisi ini akan memberikan batasan atau ciri suatu variabel dengan merinci hal-hal

yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut. Jadi dalam

devinisi ini dirinci ciri-ciri yang akan diteliti dan bagaimana mengamatinya.

1. Definisi Operasional Variabel Bebas

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang atau

individu melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, Pengetahuan

tentang cara menyusui yang benar adalah Perlekatan, menelan dan posisi

menyusui yang benar karena Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan penting bagi

repository.unimus.ac.id
bayi. Dan diukur berdasarkan indikator penegtahuan tentang : 1) perlekatan; 2)

posisi menyusui; 3) menelan

Alat ukur tes, skala Interval

Sedangkan sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap stimulus atau obyek, Sikap tentang cara menyusui adalah kesadaran ibu

post sectio caesaria Primipara dimana ibu post sectio caesaria Primipara mampu

menilai tentang keberhasilan menyusui bila cara menyusui dilakukan dengan

benar, sehingga muncul kesadaran, tertarik, menilai dan mencoba untuk

memberikan ASI pada bayi. Dan diukur berdasarkan indikator sikap ibu terhadap:

1) kesadaran; 2) tertarik; 3) menilai; 4) mencoba dalam praktek menyusui. Alat

ukur kuisioner, Skala data Interval.

2. Definisi Operasional Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah praktek menysusui yaitu praktek

menyusui ibu post sectio caesaria Primipara yang dirawat di Rumah Sakit Ibu dan

Anak RESTU IBU Sragen. Praktek menyusui adalah respon ibu post sectio caesaria

Primipara terhadap pengetahuan tentang cara menyusui yang benar dalam

bentuk tindakan praktek menyusui. Diukur berdasarkan indikator praktek

menyusui yang benar.

Alat ukur lembar angket, skala interval.

E. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat dalam bentuk

kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

repository.unimus.ac.id
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya (Sugiyono, 1999 : 135). Kuesioner terdiri dari data identitas ibu

berupa essay, data ini merupakan data umum dari responden dimana tidak dinilai dan

diukur. Dalam bentuk pertanyaan tertutup, artinya dalam kuesioner ini sudah

ditentukan seperangkat pilihan yang tepat (Cooper & Emory, 1999 : 321), dari data

pengetahuan ibu tentang cara menyusui berupa pertanyaan dikotomi dengan

jawaban pilihan benar dan salah.

Instrumen yang digunakan Skala likert, Skala likert adalah skala pengukuran

yang digunakan untuk mengukur skala sikap, pendapat dan persepsi seseorang

tentang fenomena sosial (Sugiyono, 1999 : 136). Pengukuran hasil untuk pertanyaan

sikap tentang cara menyusui dengan praktek menyusui ibu post sectio caesaria

Primipara dilakukan dengan format jawaban tipe Likert yang menggunakan skala

jawaban empat tingkat yang terdiri dari sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju,

sangat setuju. Sementara itu yang digunakan untuk praktek menyusui adalah

observasi dengan sepuluh cara menyusui yang benar dengan ketentuan terdiri dari

tidak pernah, pernah, sering, sering sekali. Untuk setiap pertanyaan pengetahuan dan

sikap tentang cara menyusui, praktek menyusui ibu post sectio caesaria Primipara

ketentuannya sebagai berikut :

1) Pada pariabel pengetahuan tentang cara menyusui :

Jawaban benar diberi bobot : 1

Jawaban salah diberi bobot :0

2) Pada variabel sikap tentang cara menyusui

Jawaban sangat tidak setuju diberi bobot :1

repository.unimus.ac.id
Jawaban tidak setuju diberi bobot :2

Jawaban setuju diberi bobot :3

Jawaban sangat setuju diberi bobot :4

Semua stetemen untuk mengukur sikap adalah stetemen positif

3) Pada variabel praktek menyusui Jawaban tidak pernah diberi bobot : 1

Jawaban pernah diberi bobot :2

Jawaban sering diberi bobot :3

Jawaban sering sekali diberi bobot :4

Kuesioner sebelum digunakan sebagai alat untuk pengambilan data penelitian

maka harus dilakukan uji coba kepada kepada populasi yang bukan merupakan

sampel penelitian untuk selanjutnya di lihat hasil validitas dan

reliabilitasnya.

1. Uji Validitas

Syarat sahnya penelitian, sebuah instrumen yang dipakai harus memenuhi

syarat validitas. Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen

tersebut mampu mengukur apa yang diukur (Nur Indriantoro & Bambang

Supomo, 2002). Koefisien validitas dicari dengan mengkorelasikan skor yang

diperoleh pada setiap item dengn skor total dari masing-masing atribut, dengan

menggunakan SPSS 15.00 Untuk menguji validitas data diperoleh print out dimana

besarnya perolehan Pearson Correlation (r hitung) > r tabel, apabila koefisien korelasi

yang diperoleh tidak signifikan pada level signifikan 0,01 atau 0,05 berarti data

yang diperoleh tidak valid (gugur).

Dari Uji coba kuesioner yang disebarkan setelah dilakukan uji validitas

dengan menggunakan program SPSS 15.00 seperti tertera dalam lampiran 1.

repository.unimus.ac.id
Sebuah item pertanyaan dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel pada taraf

signifikansi 5 %. Maka dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan untuk

variabel Pengetahuan, Sikap dan Praktek dapat dinyatakan valid karena nilai r

hitung > r tabel. Untuk itu semua pertanyaan dapat digunakan sebagai instrumen

penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Analisis reabilitas menunjukkan pada pengertian pakah instrumen dapat

mengukur suatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Ukuran

dikatakan variabel jika ukuran tersebut memberikan hasil yang konsisten.

Reliabilitas diukur dengan menggunakan metode cronbach alpha.

Rumus Cronbach alpha

(Arikunto, 1998 : 193)

Keterangan :

R = reliabilitas instrumen

K = banyaknya butir pertanyaan

S = jumlah varians butir

= varians total

Dikatakan reliabel apabila nilai cronbach alpha lebih besar (>) dari 0,60

(Sekaran, 2000 : 173)

repository.unimus.ac.id
Dari Uji coba kuesioner yang telah disebarkan setelah dilakukan uji

reabilitas dengan mengunakan program SPSS 15.0 seperti tertera dalam lampiran

2.

Sesuai dengan pendapat Imam Ghozali ( 2001 : 47 ) bahwa kuesioner

dinyatakan reliabel jika dinilai Cronbach Alpha lebih besarb dari 0,6. Hasil

hitungan uji coba kuesioner dapat dilihat bahwa semua item pertanyaan

mempunyai nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6. Berarti item pertanyaan

reliabel digunakan sebagai instrumen penelitian.

F. Sumber Data

1. Data Primer

Diperoleh langsung dari responden yang berupa data mengenai

pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui dengan praktek menyusui ibu post

sectio caesaria Primipara.

2. Data Sekunder

Diperoleh dari rumah sakit mengenai sejarah, struktur organisasi dan

perkembangan atau kinerja perusahaan serta sumber pustaka yang berkaitan

dengan penulisan ini.

G. Teknik Analisa Data

Teknik analisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis

regresi merupakan suatu teknik untuk menentukan ketergantungan satu variabel

dependent dengan satu atau lebih variabel independent. Regresi berganda digunakan

untuk melihat hubungan atau pengaruh pengetahuan dan sikap tentang cara

repository.unimus.ac.id
menyusui dengan praktek menyusui ibu post section caesaria primipara. Model

empiriknya adalah sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2

Keterangan:

Y= Praktek a=

konstanta b1=

koefisien X1

b2= koefisien

X2

X1= pengetahuan

X2= sikap

Hasil persamaan regresi tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan

beberapa uji :

1. Uji Persyaratan / Asumsi

a) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau asumsi ini

dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid. Uji normalitas yang digunakan

dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorov – Smirnov ( K- S). Kriteria ujinya

adalah bila nilai Sig > 0.05, maka Ho diterima yang berarti data residual

berdistribusi normal. Analisis regresi mengasumsikan bahwa variabel

pengganggu Є berdistribusi normal. (

Ghozali, 2001)

repository.unimus.ac.id
b) Uji Linearitas

Uji Linearitas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang

digunakan benar atau salah. Uji Linearitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Uji Durbin Watson. Kriteria ujinya adalah nilai uji statistik Durbin

Watson terletak diantara DU dan 4 – DU maka Ho

diterima yang berarti autokorelasi negatif dan fungsi linier

c) Uji independensi (Uji multikolinieritas)

Uji independensi digunakan untuk melihat apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Hal ini dapat dilihat dari

variance inflation faktor (VIF), Jika nilai VIF kurang dari 10 maka dikatakan

tidak saling korelasi antar variabel independen atau tidak terdapat

multikolinieritas.

2. Uji t

Uji t digunaan untuk menguji apakah pertanyaan hipotesis benar. Uji t pada

dasarnya untuk melihat pengaruh/hubungan masing – masing variabel bebas

terhadap variabel terikat. Uji t dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung

dengan t tabel. Kriteria ujinya adalah apabila nilai statistik t hitung

perhitungannya lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, atau Sig t ≤ 0,05 maka Ho

ditolak (Ghozali, 2001). Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah 5%.

3. Uji F

Uji F dipergunakan untuk menguji pengaruh/hubungan semua variabel bebas

secara – bersama – sama terhadap variabel terikat. Kriteria ujinya adalah bila

repository.unimus.ac.id
nilai F hutung > F tabel atau Sig.F ≤ 0,05, maka Ho ditolak artinya variabel

bebas(independent) secara bersama- sama berpengaruh signifikan terhadap

variabel terikat ( dependent)

4. Uji Koefisien determinasi (R2)

Uji Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variable terikat.

5. Nilai Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif

a. Sumbangan Efektif
Pengetahuan; SE(x1)% = β x1 X rxy1 X 100%

Sikap; SE(x2)% = β x2 X rxy2 X 100%


b. Sumbangan Relatif

SE(x1)%
Pengetahuan; SR(x1)% =
R2

SE(x2)%
Sikap; SR(x2)% =
R2

repository.unimus.ac.id
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Rumah Sakit Ibu dan Anak Restu Ibu Sragen


a. Latar Belakang Rumah Sakit Ibu dan Anak Restu Ibu Sragen

Rumah Sakit Ibu dan Anak Restu Ibu Sragen memberikan pelayanan

unit gawat darurat, kamar bersalin, kamar operasi, apotek / farmasi,

laboratorium diagnostik, serta rawat inap ibu, bayi dan anak. Penelitian

tentang hubungan pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui dengan

praktek menyusui ibu post sectio caesaria primipara di

Rumah Sakit Ibu dan Anak Restu Ibu Sragen dilakukan di Rumah Sakit

repository.unimus.ac.id
Ibu dan Anak Restu Ibu Sragen Sragen.Rumah Sakit Ibu dan Anak Restu Ibu

Sragen memiliki 4 bangsal perawatan yaitu bangsal Nirwana dewa dan

nirwana kencana untuk kelas 1, bangsal nirwana puri kelas 2 dan cakra surya

kelas 3. Rumah Sakit Ibu dan Anak Restu Ibu Sragen mempunyai tujuan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Sejarah Rumah Sakit Ibu dan Anak Restu Ibu Sragen pada tahun

1993 sampai dengan 1997 dr. Rusbandi SpoG mendirikan rawat jalan dengan

ijin Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen yang diawasi langsung oleh dr.

Rusbandi SpoG yang bertempat di Jl. Raya Km Nglorog sragen. Pada tahun

1998 dr Rusbandi SpoG mengajukan perijinan untuk Rumah bersalin ke dinas

kesehatan kota sragen sehingga pada tahun 1998 sampai dengan 2005 masih

berbentuk rumah bersalin dengan alamat yang sama, dengan melihat jumlah

pasien yang terus bertambah, selaku pemilik dr Rusbandi SpoG mengajukan

perijinan untuk Rumah sakit ibu dan anak.

Di tahun 2006 telah mendapatkan ijin yaitu ijin uji coba dari Gubernur

Jateng, Turun SK. No. 8908/2284/2. Kemudian mendapatkan ijin dari Menteri

Kesehatan dengan SK No. YM 02. 04. 2. 2. 876 tertanggal Okt. 2006 berlaku

untuk 5 th, serta menunjuk dr. Sigit Indarto sebagai Direktur Rumah Sakit Ibu

dan Anak RESTU IBU untuk mengelola dan mengeksiskan Rumah Sakit Ibu

dan Anak RESTU IBU Sragen. Pada tgl 27 -3 - 2006 pindah ke Jl. Raya Km

pilangsari ngrampal Sragen. Fasilitas Rumah Bersalin mulai dilengkapi dengan

kamar operasi dan perawatan lainnya.

repository.unimus.ac.id
Gambaran Rumah Sakit Ibu dan Anak Restu Ibu Sragen mempunyai

visi terselenggaranya amal usaha kesehatan yang professional. Sedangkan

misi dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Restu Ibu Sragen. Menjadikan amal usaha

di bidang kesehatan sebagai sarana ibadah untuk melaksanakan dakwah

islamiyah amar ma’ruf nahi munkar dan menjadikan amal usaha di bidang

kesehatan sebagai sarana untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat khususnya kaum dhuafa dan mendukung pengembangan dakwah

jamaah.

Rumah Sakit Ibu dan Anak Restu Ibu Sragen dalam memberikan

pelayanan mempunyai fasilitas jumlah tempat tidur 56 tempat tidur dan

15 box bayi dengan jumlah karyawan 102 orang yang meliputi dokter

spesialis, dokter umum, perawat, bidan, ahli gizi, fisioterapi, administrasi dan

petugas lainnya.

b. Gambaran Umum Responden

Sedangkan penelitian ini dilaksanakan di Bangsal Kebidanan.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2009 sampai dengan 20

Oktober 2009, selama masa penelitian jumlah pasien yang dirawat adalah 80

orang, besar sampel ditetapkan dengan kuota sampling yaitu 45 orang ibu

post sectio caesaria primipara.

Pada bab ini akan dibahas tentang hasil penelitian yang meliputi tiga

unsur yaitu : pengetahuan tentang cara menyusui, sikap tentang cara

menyusui ibu post sectio caesaria primipara dan praktek menyusui ibu post

sectio caesaria primipara jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 80

repository.unimus.ac.id
ibu post sectio caesaria primipara. Dari populasi yang ada dijadikan sampel

sebanyak 45 orang. Selanjutnya data yang diperoleh melalui penyebaran

kuesioner dilakukan pengolahan data.

Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian yang meliputi tiga

unsur, yaitu pengetahuan tentang cara menyusui ibu post sectio caesaria

primipara, sikap tentang cara menyusui ibu post sectio caesaria primipara,

dan praktek menyusui pada ibu post sectio caesaria primipara, selanjutnya

data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner dilakukan pengolahan

yaitu editing, coding, tabulating. Sebelum dibahas secara rinci hasil penelitian,

terlebih dahulu peneliti membahas distribusi responden berdasarkan umur,

tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan di Rumah Sakit Ibu dan Anak

Restu Ibu Sragen sebagai

berikut :

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Umur


Pendidikan terakhir Jumlah Responden Persentase
19-23 10 22,22%
24-27 22 48,89%
28 - 33 13 28,89%
Jumlah 45 100%
Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 4.1 maka dari 45 responden, responden terbanyak berusia

24 – 27 th yaitu 22 orang (48,89%); sedangkan yang paling sedikit berusia 19 – 23

th yaitu 10 orang (22,22%). Responden yang berusia 28 - 33 th sebanyak 13 orang

(28,89%).

Tabel 4.2

repository.unimus.ac.id
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan terakhir Jumlah Responden Persentase


SD 5 11.1%
SMP 7 15.6%
SMA 20 44.4%
DIII 8 17.8%
S1 5 11.1%
Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 4.2 maka dari 45 responden : mayoritas responden

memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 20 responden (44,4%);

kemudian responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir DIII sebanyak 8

orang (17,8%); kemudian responden yang memiliki tingkat SMP sebanyak 7 orang

(15,6%), terdapat kesamaan jumlah responden yaitu pada tingkat pendidikan SD

dan Sarjana masing-masing sebanyak 5 orang

(11,1%).

Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah responden Prosentase
Ibu Rumah Tangga 29 64.4%
Swasta 7 15.6%
Wiraswasta 5 11.1%
PNS 4 8.9%
Jumlah 45 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.3 maka dari 45 reponden; mayoritas responden bekerja

sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 29 (64,5%); bekerja di swasta sebanyak

7 orang (15,6%); sedangkan yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 5 orang

(11,1%), responden yang bekerja sebagai PNS sebanyak 4 orang (8,9%).

Tabel 4.4

repository.unimus.ac.id
Distribusi responden berdasarkan penghasilan per-bulan

Penghasilan per-bulan Jumlah responden Prosentase


Tidak berpenghasilan 29 64.4%
Rp. 200.000,- 1 2.2%
Rp. 300.000,- 6 13.3%
Rp. 600.000,- 3 6.7%
Rp. 1.200.000,- 6 13.3%
Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 4.4 maka dari 45 responden mayoritas responden tidak

berpenghasilan yakni sebanyak 29 orang (64,4%); yang berpenghasilan per-bulan

Rp.200.000,- hanya ada 1 orang (2,2%); responden dengan penghasilan Rp.

600.000,- ada 3 orang (6,7%); sedangakan yang berpenghasilan Rp. 300.000,- dan

Rp. 1.200.000,- masing-masing adalah 6 orang (13,3%)

2. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Praktek Menyusui Ibu post sectio caesaria

primipara

Tabel 4.5

Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Praktek Menyusui Ibu post sectio


caesaria primipara

Katagori Pengetahuan Sikap Praktek


n % n n %

Baik 15 33,3 8 Baik 15 33,3


Cukup 24 53,3 30 Cukup 24 53,3
Kurang 6 13,4 7 Kurang 6 13,4
Total 45 100 35 100 45 100

Sumber: Hasil Pengolahan Data

repository.unimus.ac.id
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan Ibu post sectio caesari primipara

mempunyai pengetahuan pada katagori cukup sebesar 24(53,3%) dan pada

katagori kurang sebesar 6(13,4%), sikap pada katagori cukup sebesar

30(66,7%) dan kurang sebesar 7(15,6%), Praktik pada katagori cukup sebesar

28(62,2%) dan pada katagori kurang sebesar 5(11,1%).

3. Analisis Uji Hipotesis


a. Uji Persyaratan

1) Uji Normalitas Data (uji Kolmogorov – Smirnov)

Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov (K - S)

pada data ke tiga variabel berdistribusi normal (nilai Sig >

0.05) yaitu pengetahuan (p= 0,240), sikap (p=0,520), praktik

(p=0,060).

2) Uji Linieritas

Hasil Uji Linearitas dengan menggunakan uji Durbin Watson menunjukkan

bahwa tidak ada korelasi antar sisaan/eror atau asumsi terpenuhi bahwa

fungsi linier yaitu nilai statistik Durbin Watson (1,617) terletak diantara

nilai tabel Durbin Watson (1,457) dan 4 –

DU (2,543).

3) Uji Multikolinieritas

Hasi Uji multikolinieritas menunjukkan bahwa tidak ada satu pun variabel

bebas yang memiliki nilai VIF (variance inflation factor) lebih dari 10. Jadi

tidak ada masalah multikolinieritas atau tidak ada korelasi antar variabel

bebas yang dimasukkan dalam model regresi.

repository.unimus.ac.id
b. Uji t

Tabel 4.6 Hasil Uji t


Model Unstandardized Standardized t sig
Coefficients Coefficients
B Std.Eror Beta
1 (constant) 12,955 3,299 3,927 ,000
Pengetahuan ,350 ,152 ,381 2,308 ,026
Sikap ,143 ,059 ,401 2,428 ,020
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa semua variabel bebas mempunyai nilai

sig <0,05 atau t hitung > t tabel (1,682) sehingga masing – masing variabel

secara individu mempunyai pengaru/hubungan yang signifikan terhadap

variabel terikat (praktik). Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan

antara pengetahuan dengan praktik pada nilai p=0,026. Dan terdapat

hubungan yang signifikan antara sikap dengan praktik pada nilai p= 0,020.

c. Uji F

Tabel 4.7 Hasil Uji F


Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 272,845 2 136,422 24,917 ,000(a)
Residual 229,955 42 5,475
Total 502,800 44
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai F hitung : 24,917 > F Tabel

(9,72) atau nilai sig < 0,05. Hal ini berarti semua variabel bebas (pengetahuan

dan sikap) secara bersama – sama mempunyai hubungan atau pengaruh yang

signifikan terhadap praktik menyusui.

d. Uji Koefisien determinasi (R2)

Adjusted R Std. Error of


DurbinModel R R Square Square the Estimate Watson

repository.unimus.ac.id
1 ,737(a) ,543 ,521 2,340 1,617
Sumber: Hasil Pengolahan Data

R-Square = 0,543 artinya 54,3% variasi variabel praktik dapat

dijelaskan oleh variabel pengetahuan dan sikap, sedangkan sisanya (100%

- 54,3% = 45,7%) disebabkan oleh faktor – faktor lain.

e. Sumbangan Prediktor

1) Sumbangan Efektif (SE%)

a) Pengetahuan(x1)

SE(x1)% = β x1 X rxy1 X 100%

= 0,381 x 0,692 x 100% = 26,37

b) Sikap(x2)

SE(x2)% = β x2 X rxy2 X 100%

= 0,401 x 0,696 x 100%= 27,93%


Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwa sumbangan efektif

total adalah 26,37% + 27,93% = 54,3%

2) Sumbangan Relatif (SR%)

a) Pengetahuan( x1 )

SE(x1)% 26,37%

SR(x1)% = = = 48,56%
R2 54,3%

b) Sikap(x2)

SE(x2)% 27,93%
SR(x2)% = = = 51,44%
R2 54,3%

repository.unimus.ac.id
Besarnya sumbangan relative total adalah 48,56%+ 51,44%= 100%

f. Persamaan Regresi

Y = 12,955 + 0,350X1 +0,143X2, dimana Y = praktik menyusui, X1 =

pengetahuan, X2 = sikap.

B. Pembahasan
1. Hubungan Pengetahuan tentang Cara Menyusui dengan Praktek

Menyusui Ibu Post Sectio caesaria Primipara

Hasil uji analisis data menunjukkan bahwa besar hubungan antara

variabel pengetahuan dengan praktik adalah 0,692 dengan tingkat signifikansi

koefisien korelasi 0,000. Oleh karena probabilitas jauh dibawah 0,05 maka

korelasi antara pengetahuan dengan praktik sangat nyata. Pada hasil uji t

menunjukkan bahwa nilai sig atau significance adalah 0,026(<0,05) atau t hitung

(2,308) > t tabel (1,682) maka Ho ditolak. Hal ini berarti koefisien regresi signifikan

atau variabel pengetahuan benar – benar berhubungan atau berpengaruh secara

nyata terhadap praktik menyusu ibu post sectio caesaria primipara i . Hal ini

terlihat dari deskripsi data bahwa katagori cukup baik pada variabel pengetahuan

sebesar 24(53,3%) dan variabel praktik sebesar 28 (62,2%). Dengan demikian

dapat diartikan bahwa semakin baik pengetahuan ibu post sectio caesaria

primipara tentang cara menyusui, maka akan semakin benar juga dalam praktek

menyusui.

Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2003) dikatakan berpengetahuan

baik bila ibu post sectio caesaria primipara tahu, memahami dan mampu

mengaplikasikan materi tentang macam menyusui yang benar. Sedangkan

repository.unimus.ac.id
pengetahuan ibu post sectio caesaria primipara dikatakan kurang baik bila

dibawah nilai mean. Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2003) masih berada

pada tingkatan mengetahui dan memahami tentang cara menyusui.

Untuk mengantisipasi ketidakbenaran pada ibu post sectio caesaria

primipara dalam praktek menyusui, perlu adanya penyampaian informasi melalui

pendidikan kesehatan yang dilakukan di Posyandu, rumah bersalin dan rumah

sakit. Hal ini diperkuat oleh dalam Notoatmodjo (2003); menyebutkan bahwa

ketidakbenaran dalam praktek menyusui dapat dicegah dengan memperhatikan

faktor diri sendiri (pengetahuan tentang cara menyusui dan kesadaran serta tekad

untuk hidup sehat), faktor keluarga (latihan dan dukungan), masyarakat dan

lingkungan (sarana kesehatan dan dedikasi petugas kesehatan). Pendapat

tersebut menyimpulkan bahwa untuk melakukan praktek menyusui yang benar

diperlukan pengetahuan yang cukup oleh ibu post sectio caesaria primipara.

Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa tingkat pengetahuan

seseorang akan dapat mempengaruhi secara langsung tindakan seseorang

mengenai obyek tertentu. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Prastyaningsih (2007) 39 responden dengan hasil, 22 responden (57,8%)

berpengetahuan baik dan 23 responden (60%) melakukan praktek dengan benar.

Dan hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan pengetahuan ibu post partum

primipara tentang cara menyusui dengan praktek menyusui .

repository.unimus.ac.id
2. Hubungan Sikap tentang Cara Menyusui dengan Praktek Menyusui Ibu

Post Sectio caesaria Primipara

Hasil uji analisis data menunjukkan bahwa besar hubungan antara variabel

sikap dengan praktik adalah 0,696 dengan tingkat signifikansi koefisien korelasi 0,000.

Oleh karena probabilitas jauh dibawah 0,05 maka korelasi antara sikap dengan praktik

sangat nyata. Pada hasil uji t menunjukkan bahwa nilai sig atau significance adalah

0,020(<0,05) atau t hitung (2,428) > t tabel (1,682) maka Ho ditolak. Hal ini berarti

koefisien regresi signifikan atau variabel sikap benar – benar berhubungan atau

berpengaruh secara nyata terhadap praktik menyusu ibu post sectio caesaria primipara.

Hal ini juga bisa dilihat dari deskripsi data bahwa katagori cukup baik pada variabel sikap

sebesar 30(66,7%) dan variabel praktik sebesar 28 (62,2%). Mar’at dalam Notoatmodjo

(2003); bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang semakin baik sikap yang dimiliki.

Sikap juga dipengaruhi karena adanya faktor-faktor antara lain pengalaman pribadi yang

didapat dan melihat orang menyusui, membaca dan media cetak dan mendapat latihan

praktek menyusui dan orang lain. Karena pengalaman pribadi dan seorang ibu post sectio

caesaria primipara mengenai praktek menyusui akan membentuk dan mempengaruhi

penghayatan ibu post sectio caesaria primipara dalam menyusui. Penghayatan terhadap

pengalaman yang dialami ini akan dapat membentuk sikap positif terhadap suatu obyek,

missal praktek menyusui (Purwanti; 2004)

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru maka didalam dirinya mengalami

proses sebagaimana digambarkan Rogers (1974) cit. Notoatmodjo (2003) sebagai berikut

1) Kesadaran : dimana seseorang mengetahui dan menyadari terlebih

dahulu terhadap suatu objek.

repository.unimus.ac.id
2) Tertarik : setelah itu timbul rasa tertarik terhadap suatu objek itu.

3) Menilai : ketertarikan terhadap suatu objek tersebut kemudian seseorang

melakukan penilaian, apakah menguntungkan apa

merugikan bagi dirinya atau yang lain.

4) Mencoba : setelah memutuskan bahwa suatu perilaku baru menghasilkan

keuntungan maka akan mencoba melakukannya.

5) Adopsi : akhirnya seseorang tersebut melaksanakan atau mendapatkan

keuntungan terhadap perilaku baru dan mengambil alih dengan segala

konsekuensinya serta mengadaptasikannya dalam situasi yang

berbeda.

ibu post sectio caesaria primipara dikatakan memiliki sikap mendukung

bila ibu tersebut sadar, tertarik, menilai dan mencoba memutuskan untuk

melakukan tindakan dalam menyusui, sedangkan dikatakan memiliki sikap tidak

mendukung bila ibu belum muncul kesadaran untuk melakukan tindakan

menyusui.

3. Hubungan Pengetahuan, Sikap tentang Cara Menyusui dengan Praktek

Menyusui Ibu Post Sectio caesaria Primipara

Hasil analisis data menunjukkan bahwa semua variabel bebas

(pengetahuan, sikap) secara bersama – sama berpengaruh terhadap variabel

praktik. Hal ini dapat ditunjukkan pada hasil uji F yaitu nilai F hitung (24,917) > F

Tabel (9,72) atau nilai sig < 0,05. Hasil analisis dapat disajikan dengan persamaan

regresi linier berganda sebagai berikut : Y = 12,955 + 0,350X1 +0,143X2. Koefisien

variabel pengetahuan sebesar 0,350 dan bertanda positif. Tanda positif

repository.unimus.ac.id
menunjukkan adanya hubungan yang searah, artinya jika pengetahuan meningkat

1 skor, maka praktik akan meningkat sebesar 0,350 skor. Koefisien variabel sikap

sebesar 0,143 dan juga bertanda positif. Hal ini berarti kenaikan 1 skor sikap

akan mengakibatkan kenaikan 0,143 skor praktik.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku yang terbentuk didasari oleh

pengetahuan akan bersifat langgeng daripada perilaku yang tidak didasari

pengetahuan (Notoatmodjo, 1997). Sebagai contoh;teknik menyusui yang tidak

benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal

sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu.

Menurut Prasetyaningsih (2007) menyebutkan bahwa terdapat hubungan

pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui dengan praktik menyusui ibu post

partum primipara.

Praktek menyusui adalah respon ibu post sectio caesaria primipara

terhadap pengetahuan tentang cara menyusui yang benar dalam bentuk tindakan

praktek menyusui. Tingkat-tingkat praktek menyusui (Notoatmodjo,

1997):

a) Persepsi

Seorang ibu post sectio caesaria primipara dapat melakukan tindakan untuk

menyusui bayinya.

b) Respon Terpimpin

Ibu post sectio caesaria primipara dapat menyusui bayinya sesuai dengan

urutan cara menyusi yang benar.

repository.unimus.ac.id
c) Mekanisme

Ibu post sectio caesaria primipara sudah biasa menyusi bayinya dengan benar

tanpa diberitahu sebelumnya.

d) Adaptasi

Ibu post sectio caesaria primipara dapat memodifikasi cara menyusui,

misalnya sebelum menyusui kedua tangan ibu dibersihkan dengan tissue atau

kain bersih sebagai pengganti.

Hal ini terbukti bahwa Sumbangan Relatif (SR%) yang diberikan oleh

variabel pengetahuan adalah sebesar 48,56%dan variabel sikap sebesar 51,44%,

sehingga total sumbangan relatifnya adalah 100%. Sumbangan Efektif (SE%) yang

diberikan oleh variabel pengetahuan adalah sebesar 26,37% dan variabel sikap

sebesar 27,93%. Sumbangan efektif sikap lebih besar dari sumbangan

pengetahuan, dengan demikian dalam meningkatkan praktik ibu menyusui post

sectio caesaria primipara maka perlu adanya informasi melalui pendidikan

kesehatan yang dilakukan di posyandu, rumah bersalin dan rumah sakit.

repository.unimus.ac.id
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang cara menyusui

dengan praktek menyusui ibu post sectio caesaria primipara.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap tentang cara menyusui dengan

praktek menyusui ibu post sectio caesaria primipara.

3. Terdapat hubungan yang signifikan secara bersama – sama antara pengetahuan

dan sikap tentang cara menyusui dengan praktek menyusui ibu post sectio

caesaria primipara.

B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini mempunyai implikasi secara teoritis yang menunjukkan

pengaruh positif bahwa ibu menyusui yang mempunyai pengetahuan dan sikap

tentang cara menyusui yang baik maka ibu tersebut akan melakukan praktek

menyusui dengan benar. Seperti yang dikemukakan Notoatmodjo (1997) bahwa

praktek menyusui adalah respon ibu post sectio caesaria primipara terhadap

pengetahuan tentang cara menyusui yang benar dalam bentuk tindakan praktek

menyusui

repository.unimus.ac.id
2. Implikasi Praktis

Implikasi secara praktis adalah dengan adanya hasil penelitian ini

diharapkan petugas kesehatan terutama bidan puskesmas/desa memberikan

penyuluhan atau pendidikan dan informasi kesehatan terutama berkaitan dengan

cara menyusui sehingga diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan anak.

C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, penulis dalam rangka

memberikan sumbang saran sebagai berikut :

1. Bagi Rumah Sakit

Agar meningkatkan program penyuluhan tentang cara menyusui yang benar pada

ibu post sectio caesaria primipara.

2. Bagi Bidan

Dalam memberikan perawatan pada ibu post sectio caesaria atau menyusui untuk

memberikan latihan-latihan yang berhubungan dengan praktek menyusui.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi dalam praktek menyusui.

LAMPIRAN HASIL OLAH DATA

A. UJI INSTRUMEN PENELITIAN UJI VALIDITAS


DAN RELIABILITAS
a. Hasil uji item pertanyaan untuk variabel Pengetahuan (X1)
Reliability Statistics

repository.unimus.ac.id
Cronbach's
Alpha N of Items
,841 20

GAMBARAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN IBU


POST SECTIO CAESAREA DI RSU KABUPATEN
TANGERANG DAN RS SWASTA DI DEPOK

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

repository.unimus.ac.id
OLEH:
CLARA
DINDY
NIM: 1112104000021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS


KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1437 H/ 2016 M

repository.unimus.ac.id
repository.unimus.ac.id
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

Skripsi, 15 Juni 2016

Clara Dindy, NIM: 1112104000021

Gambaran Pemberian ASI pada Bayi dengan Ibu Post Sectio Caesarea Di RSU
Kabupaten Tangerang dan RS Swasta di Depok

xvii+ 86 halaman + 25 tabel + 3 bagan + 3 lampiran

ABSTRAK
Tingginya angkasectio caesareadan rendahnya praktek pemberian Air Susu
Ibu (ASI) pada ibu dengan persalinan operasi dapat menimbulkan berbagai
gangguan menyusui dan dapat memberikan efek negatif bagi bayi maupun bagi
ibu. Belum ada penelitian yang mengeksplor tentang pola menyusui.Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemberian ASI pada bayi
dengan ibu post Sectio caesarea. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kuantitatif dengan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak
65 orang pasien post sectio caesarea.Hasil penelitian menunjukan 73,8% bayi
tidak melakukan IMD, 32,2% ibu pertama kali menyusui pada < 3 jam setelah
persalinan, 84,6% menganggap bahwa nyeri operasi tidak mengganggu dalam
proses menyusui, 50,8% mengatakan pengeluaran ASI lebih banyak terjadi pada
hari pertama, 95,4% obat bius yang dipakai oleh ibu adalah bius spinal, 98,5%
bayi lebih banyak lahir dalam kondisi baik, 91,3% ibu mengatakan rawat gabung
lebih banyak memberikan efek menyusui dibandingkan dengan yang tidak. Saran
bagi rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan khususnya
dalam program Inisiasi Menyusui Dini dan semoga dapat menjadi pertimbangan
rumah sakit dalam membuat kebijakan rooming in bagi ibu dan bayi.

Referensi: 49 (tahun 2003-2015)


Kata Kunci: Sectio Caesarea, Air Susu Ibu

repository.unimus.ac.id
BAB I
PENDAHULUN
A. Latar Belakang

Menyusui menurut World Health Organitation (WHO) adalah cara alami


untuk memberikan bayi nutrisi yang mereka butuhkan yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangannya di masa awal kehidupan. ASI eksklusif yang
dianjurkan adalah dari bayi lahir sampai usia 6 bulan, setelah itu bayi diberikan
ASI (Air Susu Ibu) dan makanan pendamping setelah berumur lebih dari 6 bulan,
ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Namun pada kenyataannya
pemberian ASI pada bayi rata-rata di dunia hanya sebesar 38%. Hal ini
mempengaruhi angka kematian bayi di negara berkembang yang masih cukup
tinggi yaitu sekitar 10 juta orang, yang 60% dari kematian tersebut seharusnya
dapat dicegah dengan pemberian ASI, yang sudah terbukti dapat meningkatkan
angka kesehatan bayi hingga 1,3 juta bayi dapat diselamatkan (Isnaini, 2013).
Pada tahun 2013 cakupan bayi yang menerima ASI ekslusif kurang dari
40% hampir sebagian besar sudah diberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI)
sebelum berusia 6 bulan hal ini sangat jauh dari target pemerintah yang ingin
pemberian ASI mencapai sebanyak 75% pada tahun 2013 (KEMENKES, 2014).
Dari data Riskesdas tahun 2013 masih sedikit dari ibu post partum yang
ingin segera menyusui anaknya. Hanya 34,5% yang melakukan Inisiasi Menyusui
Dini (IMD) kurang dari 1 jam setelah persalinan dan 13% ibu yang menyusui
kurang dari 48 jam. Padahal IMD sangat penting bagi kedekatan ibu dan bayi,
IMD dengan

repository.unimus.ac.id
2

kontak kulit merupakan salah satu faktor yang meningkatkan keberhasilan


menyusui dimasa datang (Nia, 2014). Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi
keberhasilan pemberian ASI pada ibu setelah melahirkan, namun pemberian ASI
di jam pertama kelahiran tidak dapat dilakukan oleh ibu yang memiliki masalah
pada persalinannya, misalnya untuk ibu Sectio Caesarea (Eko, 2011).
Keberhasilan pemberian ASI juga terbukti memiliki hubungan dengan jenis
persalinan dimana jenis persalinan pervagina memiliki kemungkinan 2,53 kali
lebih besar untuk bisa berhasil dibandingkan dengan persalinan operasi Sectio
Caesarea (Warsini, 2015).
Penelitian yang dilakukan Bayu (2013) menyatakan bahwa cara persalinan
dapat mempengaruhi jumlah pemberian ASI ekslusif pada bayi ditemukan untuk
jumlah pasien sectio caesarea lebih sedikit memberikan ASI ekslusif
dibandingkan dengan pasien yang mengalami persalinan normal untuk jumlah
persalinan Sectio Caesarea yang memberikan ASI sebanyak 14 ibu dan yang tidak
memberikan ASI ada 25 ibu, sedangkan untuk persalinan normal yang
memberikan ASI sebanyak 21 ibu dan yang tidak memberikan ASI sebanyak 39
ibu. Hal ini bisa terjadi akibat waktu pengeluaran ASI pada pasien dengan Sectio
Caesarea lebih lambat dibanding ibu yang melahirkan normal. Dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya posisi menyusui yang kurang tepat, nyeri pasca
operasi, mobilisasi yang kurang dan adanya rawat pisah ibu-anak (Desmawati,
2013). Dan juga dapat terjadi akibat psikologis dan kondisi ibu sectio caesarea
yang berbeda dengan ibu yang melahirkan normal. Pemberian ASI secara dini
yang tidak dilakukan oleh ibu dengan kelahiran sectio caesarea juga dapat
diakibatkan oleh kondisi bayi yang tidak memungkinkan,

repository.unimus.ac.id
3

hal ini yang membuat pengeluaran ASI pada ibu sectio caesarea lebih lambat
dibandingkan ibu yang melahirkan normal (Syamsinar, 2013).
Air Susu Ibu (ASI) ada yang sudah keluar pertama namun sebagian ibu
Sectio Cesarea tidak setuju untuk memberikannya pada hari pertama, meskipun
ibu mengetahui tentang pentingnya pemberian ASI. Alasan ibu tidak melakukan
inisiasi hari pertama yaitu bayi yang belum dirawat gabung, ibu yang belum bisa
duduk atau mobilisasi dan ASI yang belum keluar (Dwi R, 2012). ASI yang tidak
segera diberikan akibat pengeluaran ASI yang lebih lambat akan meningkatkan
kemungkinan ibu menderita post partum blues dan membuat bayi diberikan susu
formula atau makanan pendamping ASI (MPASI) yang lain (Dewi, 2012). Hal ini
tidak baik bagi bayi karena tertundanya pemberian ASI selama 3 hari kehidupan
membuat bayi tidak mendapatkan salah satu kandungan ASI yaitu kolostrum yang
salah satu manfaatnya dapat membersihkan meconium dari usus bayi yang baru
lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang
akan dating, jika bayi tidak mendapatkan kolostrum maka bayi akan kehilangan
banyak manfaat dari kolostrum itu sendiri (Bahiyatun, 2009).
Pemberian MPASI sebelum usia 6 bulan akan meningkatkan kegagalan
dalam pemberian ASI ekslusif yang dapat mempengaruhi kesehatan serta tumbuh
kembangnya dimasa datang. (Bayu, 2013).
Salah satu RS swasta di Depok dan RSUD Kabupaten Tangerang yang
dipilih oleh peneliti merupakan rumah sakit yang mendukung untuk keberhasilan
pemberian

repository.unimus.ac.id
4

ASI bagi bayi, hal ini dibuktikan dengan kebijakan di rumah sakit untuk selalu
melakukan IMD pada bayi yang baru lahir jika kondisi ibu dan bayi
memungkinkan.
Data yang diperoleh dari rumah sakit tangerang didapatkan bahwa pada
tahun 2014 jumlah pasien yang melahirkan dengan operasi sebanyak 1.750 pasien
dari total 6161 kelahiran, hal ini berarti 28% kelahiran di rumah sakit tangerang
merupakan kelahiran dengan operasi. Ibu dan bayi akan berada dalam satu
ruangan dari hari pertama jika kondisi ibu dan bayi dalam keadaan baik.
Sedangkan untuk di rumah sakit swasta di depok terdapat perbedaan kebijakan
berdasarkan ruangan kamar rawat inap, untuk pasien kelas satu diperbolehkan
untuk berada satu ruangan bersama bayinya sedangkan untuk pasien yang kelas
dua dan tiga tidak satu ruangan dengan bayinya. Bayi akan diantar dan disusui
oleh ibunya sesuai dengan jadwal yang diberlakukan oleh rumah sakit.
Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui Bagaimana Gambaran
Pemberian ASI pada Bayi dengan Ibu Post Sectio Caesarea di RSU Kab
Tangerang dan salah satu RS swasta di Depok.
B. Rumusan Masalah

Persalinan dengan operasi sectio caesarea merupakan salah satu penyebab


yang dapat menghambat proses pemberian ASI dalam hal ini Inisiasi Menyusui
Dini (IMD), hal ini dikarenakan keadaan fisik dan psikologis ibu dengan
persalinan operasi berbeda dengan ibu persalinan normal dapat juga diakibatkan
oleh bayi Sectio

repository.unimus.ac.id
5

caesarea yang harus membutuhkan penanganan khusus dibanding bayi dengan


persalinan normal.
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan peneliti ingin mencoba
merumuskan masalah yaitu bagaimana Gambaran Pemberian ASI pada bayi Ibu
Post Sectio Caesarea di RSU Kabupaten Tangerang dan salah satu RS Swasta di
daerah Depok.
C. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana gambaran pelaksanaan IMD pada ibu sectio caesarea?

2. Bagaimana gambaran waktu pertama kali ibu menyusui bayinya?

3. Bagaimana gambaran nyeri paska operasi yang dirasakan ibu terhadap


pemberian ASI?
4. Bagaimana gambaran pengeluaran ASI pertama kali setelah melahirkan
pada ibu sectio caesarea?
5. Bagaimana gambaran jenis obat bius yang dipakai saat operasi terhadap
pemberian ASI?
6. Bagaimana gambaran kondisi bayi yang lahir pada ibu dengan sectiocaesarea

terhadap pemberian ASI?

7. Bagaimana gambaran pemberian ASI pada ibu rawat gabung: waktu dan
cara pemberian?

repository.unimus.ac.id
6

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk


mengetahui gambaran pemberian ASI pada bayi dengan ibu post Sectio
Caesarea. Dalam hal ini proses pemberian IMD dan faktor apa saja
yang menghambat pemberian IMD (Nyeri, Pengeluaran ASI, jenis
anastesi, kondisi bayi dan pemberian ASI pada ibu rawat gabung).
2. Tujuan Khusus

1) Diperolehnya gambaran pelaksanaan IMD pada ibu sectio


caesarea
2) Diperolehnya gambaran waktu pertama kali ibu menyusui bayinya

3) Diperolehnya gambaran nyeri paska operasi yang dirasakan


ibu terhadap pemberian ASI
4) Diperolehnya gambaran pengeluaran ASI pertama kali setelah
melahirkan pada ibu sectio caesarea
5) Diperolehnya gambaran jenis obat bius yang dipakai saat
operasi terhadap pemberian ASI
6) Diperolehnya gambaran kondisi bayi yang lahir pada ibu
dengan

sectio caesarea terhadap pemberian ASI

7) Diperolehnya gambaranpemberian ASI pada ibu rawat gabung:


waktu dan cara pemberian ASI

repository.unimus.ac.id
7

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi


mengenai gambaran pemberian ASI pada ibu dengan sectio caesarea
yaitu tentang pemberian IMD, waktu pemberian ASI dan faktor yang
mempengaruhi terhambatnya pemberian ASI sehingga diharapkan
dapat dilakukan penelitian selanjutnya agar dapat ditemukan intervensi
yang sesuai agar pelaksanaan IMD dapat terlaksana dengan baik.
2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan


wawasan untuk peneliti tentang pemberian ASI pada bayi dengan ibu
bersalin dengan Sectio Caesarea.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh peneliti lain baik
secara teoritis maupun metodologi mengenai penelitian terkait
pemberian ASI pada bayi dengan ibu Sectio caesarea.
4. Bagi Instansi Terkait

Hasil penelitian ini diharapkan jadi pertimbangan dan masukan


untuk rumah sakit agar dapat memberikan motivasi kepada ibu yang
bersalin dengan sectio caesarea dan melakukan intervensi yang sesuai
agar dapat

repository.unimus.ac.id
8

meningkatkan pemberian ASI pada bayi dengan ibu dengan Sectio

repository.unimus.ac.id
repository.unimus.ac.id
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu


dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara sistematis dan
akurat suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat
faktual. Dengan tujuan mendeskripsikan seperangkat peristiwa
atau kondisi populasi saat ini (Sudarwan, 2003).
B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua rumah sakit yaitu salah


satu RS Swasta di Depok dan RSU Kabupaten Tangerang.
Berlangsung dari tanggal 11 april sampai 25 april 2016. Alasan
pemilihan tempat karena ada perbedaan kebijakan rooming in
dari kedua rumah sakit dan juga karena keterbatasan peneliti
dalam hal biaya, tenaga dan sedikitnya jumlah responden yang
berada di rumah sakit.
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

a. Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau


fenomena yang secara potensial dapat diukur sebagai bagian
dari penelitian (Mazhindu and scott, 2005 dalam I Ketut,
2015). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu
bersalin post Sectio caesarea di RSU Kabupaten Tangerang
dan salah satu RS Swasta di Depok.

39

repository.unimus.ac.id
40

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan


cara tertentu sehingga dianggap dapat mewakili populasinya.
Metode pada penelitian ini menggunakan accidental
sampling.
a) Kriteria sampel

1. Kriteria inklusi

1) Ibu post Sectio Caesarea yang sudah berada di


ruang perawatan
2) Anak lahir hidup

3) Bersedia menjadi responden

b) Jumlah sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu


yang mengalami kelahiran Sectio Caesarea yang ditemui
dan memenuhi kriteria inklusi pada tanggal 11 sampai 25
april 2016.
D. Teknik pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah


accidental samplingalasan peneliti mengambil metode ini
adalah karena sedikitnya pasien yang melahirkan dengan
section caesarea di rumah sakit maka peneliti mengambil
teknik ini karena metode ini lebih mudah dan cepat dalam
mengambil responden.

repository.unimus.ac.id
41

E. Teknik pengumpulan data

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan


April 2016. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti
dengan bantuan asisten peneliti.
b. Tahap pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti


membuat surat perijinan dari kampus dan mendapatkan
tanda tangan pembimbing juga dekan fakultas
kedoteran dan ilmu kesehatan, setelah mendapat surat
perijinan dari pihak fakultas lalu peneliti menghubungi
pihak rumah sakit untuk meminta izin melakukan
penelitian di tempat tersebut, setelah mendapat
persetujuan dari pihak RS untuk melakukan penelitian
disana peneliti meminta izin kepada penanggung jawab
ruangan dengan menyampaikan maksud dan
tujuan penelitian kemudian mengidentifikasi
responden yang memenuhi kriteria inklusi. Peneliti
memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian untuk meminta
bayinya maka peneliti akan membacakan pertanyaan
yang dijawab responden lalu menuliskan jawaban
responden ke dalam lembar kuesioner. Jika sudah
selesai peneliti akan mengecek kelengkapan kuesioner dan mem

repository.unimus.ac.id
42

responden mengisi kembali jika ditemukan data yang


tidak lengkap. Setelah selesai peneliti akan melihat
rekam medis pasien untuk melihat jenis anastesi dan
kondisi bayi setelah kelahiran.
F. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Uji Validitas berguna untuk mengetahui apakah


ada pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang harus
dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan.
Pengujiannnya dilakukan secara statistik, yang dapat
dilakukan secara manual atau dukungan computer,
misalnya melalui bantuan paket computer SPSS
(Husein, 2011). Uji validitas dalam penelitian ini
menggunakan uji validitas Pearson Product Moment.
Uji validitas dilakukan di rumah sakit dengan 31
responden. Hasil validitas ditemukan dari 12 pertanyaan
yang diujikan terdapat 3 pertanyaan yang tidak valid.
Akhirnya peneliti mengganti pertanyaan tersebut dengan
tidak menghilangkan variabel nya.
2. Reliabilitas

Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan


apakah instrument yang dalam hal ini kuesioner dapat
digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh
responden yang sama. Misal, seseorang yang telah
mengisi kuesioner dimintakan mengisi lagi karena
kuesioner pertama hilang. Isian kuesioner pertama dan
kedua haruslah sama atau

repository.unimus.ac.id
43

dianggap sama (Husein, 2011). Uji Reliabilitas pada


penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach
yaitu suatu variable dikatakan reliabel jika Alpha
Cronbach> 0,6. Hasil alpha cronbach yang didapat 0,641
yang berarti bahwa kuesioner ini dapat dikatakan
reliabel.
G. Pengolahan data

Proses pengolahan data penelitian menurut Notoatmojo


(2010) menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan


perbaikan hasil wawancara, kuesioner. Apabila
ditemukan jawaban belum lengkap dapat dilakukan
pengambilan data ulang jika memungkinkan.Tetapi
apabila tidak memungkinkan maka data tersebut tidak
dapat diolah. Dalam penelitian
2. Coding

Pengkodean atau coding yaitu mengubah data


berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan.
3. Entry Data

Entry data yaitu jawaban-jawaban dari masing-


masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka
atau huruf) dimasukan kedalam program atau software
computer.

repository.unimus.ac.id
44

4. Cleaning Data

Apabila semua data dari setiap sumber data atau


responden selesai dimasukkan perlu dicek kembali
untuk melihat kemungkinan terjadi kesalahan kode,
ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.
H. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini untuk menganalisa data yang telah


dikumpulkan peneliti akan menggunakan analisis univariat yang
kemudian akan diinterpretasikan dalam bentuk deskriptif.
Dalam data yang diolah dalam penelitian ini peneliti tidak
menggunakan proses cut of point.
I. Etika penelitian

Etika membantu manusia untuk melihat atau menilai


secara kritis moralitas yang dihayati dan dianut oleh
masyarakat. Etika juga membantu dalam merumuskan pedoman
etis atau norma-norma yang diperlukan dalam kelompok
masyarakat, termasuk masyarakat professional.Sedangkan etika
dalam penelitian menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang
diterapkan dalam kegiatan penelitian, dari proposal penelitian
sampai dengan publikasi hasil penelitian.

repository.unimus.ac.id
45

Jenis-jenis etika penelitian menurut Notoatmojo (2010)


adalah sebagai berikut:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for
human dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek
penelitian untuk mendapatkan informasi tentang tujuan
peneliti melakukan penelitian tersebut.Disampaing itu,
peneliti juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk
memberikan informasi atau tidak memberikan informasi
(berpatisipasi). Sebagai ungkapan, peneliti menghormati
harkat dan martabat subjek penelitian, peneliti seogianya
mempersiapkan formulir persetujuan subjek (inform
concent) yang mencakup:
a. Penjelasan manfaat penelitian.

b. Penjelasan kemungkinan risiko dan


ketidaknyamanan yang ditimbulkan.
c. Penjelasan manfaat yang didapatkan.

d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap


pertanyaan yang diajukan subjek berkaitan dengan
prosedur penelitian.
e. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri
sebagai objek penelitian kapan saja.
f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap
identitas dan informasi yang diberikan oleh
responden.

repository.unimus.ac.id
46

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian


(respect for privacy and confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk
privasi dan kebebasan individu dalam memberikan informasi.
Setiap orang berhak untuk tidak memberikan apa yang
diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak
boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan
kerahasiaan identitas subjek. Peneliti seogiianya cukup
menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden.

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice


an inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti
dengan kejujuran, keterbukaan dan keterhati-hatian. Untuk itu,
lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi
prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur
penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek
penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama,
tanpa membedakan jender, agama, etnis dan sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harms and benefits)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat


semaksimal mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan
subjek penelitian pada khususnya. Peneliti hendaknya berusaha
meminimalisasi dampak yang merugikan bagi

repository.unimus.ac.id
47

subjek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat


mencegah atau

paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress maupun kematian subjek

penelitian.

Mengacu pada prinsip-prinsip dasar penelitian tersebut, maka setiap

penelitian yang dilakukan oleh siapa saja, termasuk para peneliti kesehatan

hendaknya:

Memenuhi kaidah keilmuan yang dilakukan berdasarkan hati nurani,

moral, kejujuran, kebebasan dan tanggung jawab.

Merupakan upaya untuk mewujudkan ilmu pengetahuan,

kesejahteraan, martabat dan peradaban manusia serta terhindar dari

segala sesuatu yang menimbulkan kerugian atau membahayakan

subjek penelititan atau masyarakat pada umumnya.

repository.unimus.ac.id
A. Gambaran Tempat Penelitian
1. Gambaran Umum

a. RSU Kabupaten Tangerang

Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang


adalah Rumah Sakit pemerintah tipe B yaitu rumah
sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini
didirikan disetiap Ibukota provinsi yang menampung
pelayanan rujukan dari rumah sakit lain. RSU
Kabupaten Tangerang juga merupakan rumah sakit
rujukan bagi warga di wilayah Banten khususnya
dalam keadaan persalinan yang gawat dan juga
merupakan Rumah Sakit pendidikan di kota
Tangerang dan sekitarnya. Lokasi Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang berada di tengah
wilayah Kota Tangerang tepatnya di Jl Ahmad Yani
no 9 di dekat gedung pusat pemerintahan Kota
Tangerang.
Rumah sakit ini memiliki visi menjadi rumah
sakit modern, unggul dan salah satu misi dari RSU
kabupaten Tangerang adalah untuk menekan angka
kematian ibu dan bayi.

48

repository.unimus.ac.id
49

b. RS Swasta di daerah Depok

RS ini adalah rumah sakit swasta tipe C yaitu


rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran subspesialis terbatas. Rumah sakit ini
dapat menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
Merupakan rumah sakit Ibu-Anak yang berada di
wilayah Depok rumah sakit yang mempunyai
kebijakan tentang pemberian IMD sesegera mungkin
setelah bayi lahir untuk menciptakan kedekatan ibu
dan bayi sedini mungkin serta untuk meningkatkan
kepercayaan ibu untuk memberikan ASI. Namun
memiliki kebijakan lain tentang rawat gabung ibu dan
bayi yaitu untuk pasien kelas dua dan kelas tiga bayi
hanya menyusui sesuai dengan jadwal yang
ditentukan oleh rumah sakit, bayi akan dibawa
kembali ke ruang perawatan bayi jika sudah selesai
disusui.
B. Analisa Univariat

Analisa univariat menjelaskan atau mendeskripsikan data


demografi, IMD, waktu pemberian ASI untuk pertama kalinya,
waktu pengeluaran ASI, nyeri paska operasi, posisi menyusui,
mobilisasi yang kurang, jenis anastesi, kondisi bayi, Aplikasi
IMD di rumah sakit.
1. Data demografi

Data demografi mencakup jumlah kelahiran, usia ibu,


pendidikan terakhir, jumlah persalinan dengan operasi,
alasan dilakukannya operasi.

repository.unimus.ac.id
50

a. Jumlah kelahiran

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi jumlah kelahiran di RSU kab. Tangerang dan


RS Swasta Depok
Jumlah kelahiran Frekuensi (%)
n=65
Primipara 20 30,8
Multi para 45 69,2
Total 65 100,0

Tabel 5.1 menunjukan frekuensi jumlah kelahiran ibu di RSU

kab. Tangerang dan RS Swasta Depok lebih banyak terjadi pada ibu

multipara yaitu sebanyak 69,2% dan untuk ibu primipara

hanya sekitar 30,8%.


b. Usia ibu

Table 5.2

Distribusi frekuensi usia ibu di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta


Usia Frekuensi (%)
n=65
< 20 tahun 4 6,2
20-25 tahun 18 27,7
26-30 tahun 17 26,2
> 30 tahun 26 40,0
Total 65 100,0

Table 5.2 menunjukan frekuensi usia ibu


terbanyak ketika melahirkan adalah lebih dari 30
tahun (40%) dan hanya sedikit yang kurang dari 20
tahun yaitu 6,2%.

repository.unimus.ac.id
51

c. Pendidikan terakhir

Table 5.3

Distribusi frekuensi pendidikan terkahir ibu di RSU kab. Tangerang


Pendidikan Frekuensi Presentase
n=65 (%)
Tidak sekolah 1 1,5
SD 19 29,2
SMP 19 29,2
SMA 21 32,3
Perguruan Tinggi 5 7,7
Total 65 100,0

Tabel 5.3 menunjukan ada 1,5% ibu yang tidak sekolah dan

paling banyak responden adalah berlatar belakang pendidikan SMA

sebanyak 32,3%.

d. Jumlah persalinan dengan operasi

Tabel 5.4
Persalinan Frekuensi Presentase
n=65 (%)
Kali Pertama 45 69,2
Kali Kedua 19 29,2
Lebih dari dua kali 1 1,5
Total 65 100,0

Tabel 5.4 menunjukan sebagian besar responden


yaitu 69,2% baru pertama kalinya melakukan
persalinan dengan operasi dan hanya 1,5% yang sudah
melakukan persalinan dengan operasi lebih dari dua
kali.

repository.unimus.ac.id
52

e. Alasan dilakukannya operasi

Tabel 5.5
Distribusi frekuensi alasan persalinan dengan operasi di RSU kab.
Tangerang dan RS Swasta Depok Tahun 2016
Alasan Frekuensi Presentase
n=65 (%)
Sungsang 10 15,4
Hipertensi gestasional 13 20,0
Bayi besar 9 13,8
Air ketuban habis 13 20,0
Anak sebelumnya lahir SC 9 13,8
Gagal induksi 3 4,6
Panggul sempit 5 7,7
Kelilit ari- ari 1 1,5
Plasenta previa 1 1,5
Hipermio 1 1,5
Total 65 100,0

Dari tabel 5.5 menunjukan bahwa alasan


terbanyak yang menyebabkan persalinan dengan
Sectio caesarea adalah karena hipertensi gestasional
dan air ketuban habis masing-masing sebanyak 20%
sedangkan alasan terendah dikarenakan kelilit ari- ari,
plasenta previa dan hipermio dengan presentase
masing-masing 1,5%.
f. Inisiasi Menyusui Dini

Tabel 5.6
Distribusi frekuensi inisiasi menyusui dini di RSU
kab. Tangerang dan RS Swasta Depok
Tahun 2016
IMD Frekuensi Presentase
n=65 (%)
Tidak melakukan 48 73,8
Melakukan 17 26,2
Total 65 100,0

repository.unimus.ac.id
53

Tabel 5.6 menunjukan sebagian besar ibu tidak melakukan

Inisiasi menyusui dini dengan benar sebanyak 73,8% dan hanya

g. Jenis Anastesi

Tabel 5.7

Distribusi frekuensi jenis anastesi yang digunakan ibu operasi


Anastesi Frekuensi Presentase
n=65 (%)
Anastesi spinal 62 95,4
Anastesi Total 3 4,6
Total 65 100,0

Tabel 5.7 menjelaskan bahwa anastesi spinal lebih banyak

digunakan ibu yaitu sebanyak 95,4% dan hanya 4,6% responden

yang menggunakan anastesi total.

h. Kondisi bayi

Tabel 5.8

Distribusi
Kondisifrekuensi kondisi bayi dengan ibu sectio
Frekuensi caesarea di
Presentase
n=65 (%)
BBLR 1 1,5
Baik 64 98,5
Total 65 100,0

repository.unimus.ac.id
54

Tabel 5.8 menunjukan sebagian besar bayi lahir dalam kondisi

baik sebanyak 98,5% dan hanya 1,5% yang lahir dalam kondisi

i. Menyusui untuk pertama kalinya

Tabel 5.9

Distribusi frekuensi waktu pertama kali ibu sectio caesarea


Pertama kali menyusui Frekuensi Presentase
n=65 (%)
Kurang dari 3 jam 21 32,3
3-24 jam 19 29,2
Hari kedua 18 27,7
Lebih dari hari kedua 7 10,8
Total 65 100,0

Tabel 5.9 menunjukan sebagian besar ibu menyusui bayinya

kurang dari 3 jam setelah persalinan yaitu 32,3% dan 10,8%

menyusui bayinya lebih dari hari kedua setelah persalinan.

j. Pengeluaran ASI

Tabel 5.10
Pengeluaran ASI Frekuensi Presentase
n=65 (%)
Hari pertama 33 50,8
Hari kedua 19 29,2
Lebih dari hari kedua 13 20,0
Total 65 100,0

repository.unimus.ac.id
55

Tabel 5.10 menunjukan lebih banyak ibu ASI nya sudah keluar

di hari pertama sebanyak 50,8% dan hanya 20,0% yang ASI keluar

k. Skala nyeri di kedua Rumah Sakit

Tabel 5.11

Distribusi frekuensi skala nyeri luka operasi yang dirasakan di hari


Skala nyeri Frekuensi Presentase
n=65 (%)
Ringan 5 7,7
Sedang 26 40,0
Berat 34 52,3
Total 65 100,0

Tabel 5.11 menunjukan pada hari pertama lebih

banyak ibu mengalami nyeri skala berat 52,3% dan hanya

Tabel 5.12
Distribusi frekuensi skala nyeri luka operasi yang dirasakan di hari
kedua di RSU kab. Tangerang dan RS Swasta Depok
Skala nyeri Frekuensi Presentase
n=65 (%)
Ringan 12 18,5
Sedang 44 67,7
Berat 9 13,8
Total 65 100,0

Tabel 5.12 menunjukan pada hari kedua


sebagian besar ibu mengalami nyeri skala sedang
sebanyak 67,7% dan hanya 13,8% yang
mengalami nyeri skala berat.

repository.unimus.ac.id
BAB V
PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan hasil penelitian dan keterbatasan dari


penelitian. Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian
yang dikaitkan dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan
untuk keterbatasan penelitian akan memaparkan keterbatasan yang
terjadi selama penelitian.
A. Gambaran pelaksanaan IMD pada ibu sectio caesarea

Pelaksanaan IMD di rumah sakit masih belum


maksimal, berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebanyak
73,8% bayi tidak diberi kesempatan untuk melakukan IMD
dengan ibunya, sedangkan sebesar 26,2% dapat melaksanakan
IMD dengan benar dan tepat. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Revi (2015) yang menuturkan
bahwa dalam pelaksanaannya hanya sedikit ibu yang melakukan
IMD yaitu hanya sekitar 33,3%. Berbeda dengan apa yang
didapatkan oleh Raditya (2014) dalam penelitiannya sebagian
besar bayi mendapatkan perlakukan IMD sebanyak (85%).
Beberapa faktor yang berkaitan dengan terhambatnya
pelaksanaan IMD diantaranya adalah faktor ibu,faktor bayi dan
petugas kesehatan.faktor ibu berkaitan dengan persalinan
operasi yang menggunakan bius total yang berakibat tidak
terlaksananya perlakuan IMD pada bayi. Faktor bayi
dikarenakan kondisi bayi yang menyebabkan bayi langsung
dibawa keruangan lain atau bayi yang dibersihkan terlebih
dahulu oleh petugas sebelum akhirnya

66

repository.unimus.ac.id
67

diberikan ke ibu, lalu ada faktor dari petugas kesehatan


pelaksanaan IMD sangat bergantung dari peran tenaga
kesehatan, jika pengetahuan petugas tentang pemberian ASI
benar dan memfasilitasi ibu untuk segera melakukan IMD maka
diharapkan pelaksanaan IMD dapat terlaksana (Budi puji,2013).
Ada pula persepsi petugas yang hanya meletakan bayi di dada
ibu tanpa membiarkan bayi berupaya mencari sendiri puting
susu ibunya namun sudah mengganggap bahwa itu adalah
pelaksanaan IMD (Yuliarti, 2010).
Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini dari
Wiwik, Hariani dan Suhartatik tahun 2012 tentang faktor yang
berhubungan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
adalah adanya hubungan antara kesiapan ibu, dukungan tenaga
kesehatan dan keadaan puting susu ibu dengan keberhasilan
pelaksanaan IMD. Perlunya mempersiapkan ibu, tenaga
kesehatan dan perawatan payudara sedini mungkin sebelum
persalinan untuk meningkatkan kemungkinan pelaksanaan IMD
bagi bayi baru lahir.
B. Gambaran waktu pertama kali ibu memberikan ASI nya

Waktu pemberian ASI pertama kali yang dilakukan oleh


ibu post sectio caesarea bervariasi namun dalam penelitian ini
mayoritas responden yaitu 32,3% waktu pelaksanaan pemberian
ASI nya kurang dari 3 jam setelah persalinan, 29,2%
memberikan ASI nya 3-24 jam setelah persalinan, 27,7%
memberikan ASI pada hari kedua setelah persalinan dan
minoritas sebanyak 10,8% memberikan ASI nya setelah hari
kedua persalinan. Penelitian sejalan yang dilakukan oleh
Fitriani (2011) mengemukakan bahwa mayoritas ibu

repository.unimus.ac.id
68

menyusui terjadi pada hari pertama dan minoritas memberikan


pada hari keempat. Hal ini dapat terjadi karena ibu yang
melahirkan dengan cara sectio caesarea terbukti lebih lama
dalam memberikan ASI nya dibanding dengan ibu yang
melahirkan normal (Prior,Gale,Philips, 2012) perbedaan waktu
menyusui bisa terjadi akibat jenis pembiusan, obat yang
dikonsumsi dan fasilitas rooming in di tempat pelayanan.
Pada bayi dengan nilai apgar score baik dapat segera
dilakukan IMD dan dapat langsung dilakukan rawat gabung
pada hari pertama (Sidi, Suradi Masoara, 2009) sehingga tidak
terjadi penundaan dalam pemberian ASI. Pemberian ASI segera
setelah persalinan dapat merangsang pengeluaran hormon
prolaktin dan oksitosin sehingga dapat meningkatkan
pengeluaran ASI (Bahiyatun, 2009) sehingga tidak perlu adanya
tambahan pemberian susu formula terutama bayi yang baru
lahir.
Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dapat mempengaruhi
pengeluaran ASI dapat terjadi karena bayi yang langsung
menyusui segera setelah lahir akan merangsang hormon
prolaktin yang akan menurun satu jam setelah persalinan akibat
lepasnya plasenta, hisapan bayi akan merangsang ke kelenjar
pituitari bagian depan untuk mengaktifkan prolaktin yang akan
merangsang sel-sel alveoli untuk mengembang dan
memproduksi susu. Bayi yang tidak segera menghisap puting
segera akan membuat hormon prolaktin akan terus turun
sehingga ASI akan lebih sulit keluar (Bobak, 2005). Dampak
IMD bagi bayi juga dapat memberikan makanan segera setelah
bayi keluar yang dapat memberikan kekebalan pasif, mencegah
bayi kehilangan panas

repository.unimus.ac.id
69

karena saat IMD suhu tubuh ibu akan menjaga bayi tetap hangat
dapat membantu melatih refleks menghisap bayi serta
mendekatkan hubungan antara ibu dan bayi (Ambarwati, 2008).
Waktu Pemberiaan ASI yang dilakukan setelah hari
kedua masih ditemukan walaupun hanya 10,8% yang
memberikan ASI nya lebih dari dua hari setelah persalinan,
namun hal ini dapat mempengaruhi kesehatan bayi, pasalnya
bayi yang disusui pada lebih dari hari kedua hanya akan
mendapatkan sedikit manfaat dari kolostrum karena kolostrum
hanya disekresi kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-
3 setelah persalinan dan komposisi dari kolostrum akan selalu
berubah dari hari kehari padahal kolostrum merupakan pencahar
ideal untuk membersihkan meconium dari usus bayi yang baru
lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi, serta
membantu dalam memberikan sistem imun bagi bayi, kolostrum
juga lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan
ASI yang matur, kadar karbohidrat dan lemak yang lebih rendah
dibanding ASI matur (Bahiyatun,2009).

repository.unimus.ac.id
70

C. Gambaran nyeri paska operasi yang dirasakan ibu terhadap pemberian


ASI
Nyeri yang dirasakan ibu pada hari pertama lebih dari
setengah responden mengalami nyeri berat yaitu sebanyak
52,3%, sedangkan yang mengalami nyeri sedang sebanyak 40%
dan yang mengalami nyeri ringan ada 7,7% dari hasil
didapatkan skala nyeri yang dirasakan ibu tertinggi di hari
pertama adalah nyeri skala berat.
Nyeri yang dirasakan di hari kedua dalam sekala ringan
ada sebanyak 18,5%, untuk yang mengalami nyeri sedang ada
sebanyak 67,7% dan untuk yang mengalami skala nyeri berat
ada sebanyak 13,8%. Berbeda dengan hari pertama, untuk hari
kedua lebih banyak responden merasakan nyeri skala sedang.
Nyeri yang dirasakan di hari ketiga ada sebanyak 46,2%
yang mengalami nyeri ringan, 52,3% mengalami nyeri sedang
dan 1,5% yang mengalami nyeri berat, sama seperti hari kedua
mayoritas responden merasakan nyeri berat pada hari ketiga.
Persalinan dengan cara operasi memiliki salah satu efek
samping yaitu nyeri, penelitian yang dilakukan Desmawati
(2013) menyebutkan Nyeri berat yang dialami ibu post sectio
caesareamenjadi salah satu faktor yang dapat memperlambat
pengeluaran ASI. Semakin tinggi nyeri yang dialami ibu post
partum sectio caesarea, semakin lambat pengeluaran ASI. Nyeri
yang dialami dapat berakibat ibu enggan untuk menyusui
bayinya sesegera mungkin dan lebih memilih berfokus pada
dirinya sendiri.

repository.unimus.ac.id
71

Nyeri juga dapat mengganggu proses mobilisasi dini dan


posisi menyusui, ibu yang tidak tahu bagaimana posisi
menyusui yang benar untuk post sectio caesarea akan kesulitan
menemukan posisi yang nyaman ketika menyusui, kenyamanan
menyusui akan meningkatkan produksi ASI (Bobak, 2005)
sedangkan rasa nyeri juga membuat ibu takut untuk
menggerakan badan karena nyeri yang dirasakan padahal
mobilisasi dini menunjukan dapat meningkatkan pengeluaran
ASI lebih cepat pada ibu yang segera melakukan mobilisasi
aktif, untuk waktunya dapat dilakukan saat pemberian analgesik
diberikan agar nyeri luka operasi tidak akan mengganggu dalam
proses mobilisasi.
Kondisi lain yang akan mempengaruhi pengeluaran ASI
yaitu Ibu yang mengalami keadaan gelisah, nyeri dan tidak
percaya diri dalam memberikan ASI akan mempengaruhi
hormon oksitosin di dalam tubuh yang pada akhirnya akan
mengurangi jumlah produksi ASI, sebaliknya jika perasaan ibu
bahagia, menyayangi bayi dan memiliki perasaan bangga ketika
dapat menyusui bayinya akan meningkatkan hormon oksitosin
yang akan meningkatkan produksi ASI (Widyasih, 2009).
Namun dari hasil penelitian yang dilakukan pengeluaran
ASI tidak tergantung terhadap nyeri, karena pada responden
yang ASI nya sudah keluar di hari pertama lebih banyak dialami
oleh ibu yang mengalami nyeri berat yaitu sebanyak 51,5%. Hal
ini bisa terjadi karena hanya sekitar 15,4% respoden yang
mengatakan bahwa nyeri yang dialaminya mengganggu dalam
proses pemberian ASI sedangkan mayoritas sebanyak 84,6%
mengatakan

repository.unimus.ac.id
72

nyeri yang mereka rasakan tidak mengganggu dalam proses


pemberian ASI, jadi walaupun ibu mengalami nyeri tetap
menyusui bayi sehingga pengeluaran ASI tetap terjadi di hari
pertama akibat rangsangan hisapan dari bayi.
D. Gambaran pengeluaran ASI pertama kali setelah melahirkan pada ibu

sectio caesarea

Pengeluaran ASI dalam penelitian ini lebih banyak


terjadi pada hari pertama sebanyak 50,8%, pengeluaran ASI
pada hari kedua sebanyak 29,2%, dan minoritas 20% responden
yang ASI nya keluar setelah hari kedua persalinan. Alasan ASI
yang tidak keluar di hari pertama dapat disebabkan oleh tidak
adanya stimulasi isapan dari bayi akibat pengaruh dari
keterpisahannya ruangan ibu dan bayi. Pengeluaran ASI pada
ibu dengan sectio caesarea lebih lambat dibanding ibu yang
melahirkan normal yang disebabkan oleh banyak faktor
diantaranya posisi menyusui yang kurang tepat, nyeri pasca
operasi dan mobilisasi yang kurang (Desmawati, 2013).
Pengeluaran ASI yang terlambat juga dapat
menyebabkan tertundanya kegiatan menyusui seperti dalam
penelitian Suprijati (2013) salah satu alasan paling dominan ibu
memberikan susu formula sebagai pengganti ASI adalah karena
alasan ASI yang tidak lancar keluar karena merasa khawatir
bayi akan kelaparan. Menurut hasil analisa ibu yang ASI nya
keluar di hari pertama sebanyak 81,9% akan menyusui pada
hari pertama juga, untuk ASI yang keluar pada hari kedua
sebanyak 57,9% ibu akan menyusui pada hari kedua juga dan
untuk yang pengeluaran ASI nya terjadi pada hari ketiga lebih

repository.unimus.ac.id
73

banyak menyusui pada hari kedua dan ketiga yaitu masing-


masing sebanyak 30,8%. Dari data tersebut memperlihatkan
bahwa lebih banyak ibu menyusui bayi nya saat ASI sudah
mulai keluar.
Tertundanya pemberian ASI dapat meningkatkan resiko
infeksi bahkan kematian bagi bayi, karena dalam minggu
pertama kehidupan,bayi belum memiliki sistem kekebalan
tubuh sendiri sehingga dengan memberikan ASI dapat
memberikan sistem kekebalan tubuh pasif untuk bayi
(Sherwood,2012).
Ibu yang ASI nya belum keluar tetap memberikan
rangsangan agar ASI cepat keluar dengan cara tetap
menyusukan bayinya untuk merangsang refleks sucking bayi
sehingga dapat mengaktifkan Tiga refleks maternal utama
sewaktu menyusui yaitu sekresi prolaktin, ereksi puting susu
dan refleks let-down (Bobak, 2005).
E. Gambaran jenis anastesi yang dipakai saat operasi terhadap pemberian
ASI
Anastesi yang dipakai dalam penelitian sebanyak 4,6%
melakukan anastesi total dan 95,4% melakukan anastesi spinal.
Perbedaan dari efek obat anastesi spinal dan umum dapat dilihat
dari lamanya efek obat tersebut bekerja karena hal ini dapat
mengganggu dalam proses pemberian IMD terbukti untuk
pasien yang diberikan anastesi total mengalami keterlambatan
dalam pemberian ASI dan pemberian ASI untuk ibu yang
diberikan anastesi

repository.unimus.ac.id
74

spinal cukup bervariasi, sebanyak 33,9% menyusui kurang dari


3 jam setelah persalinan sedangkan 66,1% menyusui lebih dari
3 jam setelah persalinan.
Efek anastesi dapat menyebabkan ibu mengantuk dalam
waktu lama hal ini dapat menyebabkan ibu lebih berfokus pada
dirinya sendiri (Ewa,2015). Masa kerja anastesi sekitar 3-4 jam
untuk anastesi epidural karena tidak menggunakan morfin dan
5-6 jam untuk anastesi total, efek samping lain dari anastesi
juga dapat menyebabkan rasa sakit kepala setelah operasi
(Iis,2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2011) untuk
pasien dengan anastesi regional lebih banyak menyusui pada
hari pertama atau 3 jam post sectio caesarea dan minoritas pada
hari keempat, hal ini terjadi karena ibu dengan anastesi regional
masih bisa sadar untuk menyusui bayinya berbeda dengan ibu
dengan anastesi total.
Jenis persalinan juga dapat mempengaruhi proses IMD
yaitu ibu yang melahirkan dengan normal akan lebih banyak
melakukan IMD dibandingkan dengan ibu yang melahirkan
dengan cara operasi disebabkan oleh kerja obat bius yang tidak
hanya berpengaruh ke ibu namun juga ke janinnya sehingga
dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan
menemukan sendiri payudara si ibu (Roesli, 2012).

repository.unimus.ac.id
75

F. Gambaran kondisi bayi yang lahir terhadap pemberian ASI

Dari hasil yang didapat hanya ada 1,5% bayi yang lahir
dengan berat badan lahir rendah sisanya lahir dalam keadaan
baik sebanyak 98,5%. Semua bayi yang lahir dengan kondisi
berat badan lahir rendah mengalami penundaan dalam
pemberian ASI, sedangkan untuk bayi yang lahir baik sebanyak
32,8% menyusui kurang dari 3 jam setelah persalinan dan
67,2% menyusui lebih dari 3 jam setelah persalinan. Penelitian
yang sejalan dari Enih (2011) untuk bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram lebih banyak diberikan
makanan pendamping lain selain ASI. Ibu yang memiliki bayi
BBLR cenderung untuk tidak memberikan ASI ekslusif kepada
bayinya. Ada beberapa alasan bayi tidak dapat diberikan ASI
salah satunya yaitu bayi dengan BBLR (berat badan lahir
rendah) di RSU Kabupaten Tangerang sendiri mempunyai
kebijakan untuk tidak melakukan IMD pada bayi BBLR karena
bayi BBLR dinilai terlalu lemah untuk menghisap langsung
payudara ibu sehingga dibutuhkan bantuan ketika akan
memberikan ASI (Gibney, 2008).
Bayi dengan kondisi asfiksia dan bayi dengan kelainan
anatomi yang tidak langsung bisa menyusu pada ibu segera
setalah persalinan karena harus segera mendapatkan
penanganan medis segera. Penelitian yang dilakukan oleh
Fadhilah (2015) persalinan dengan metode section caesarea
lebih meningkatkan resiko terjadinya asfiksia pada bayi
sebanyak 2 kali lipat dibandingkan dengan persalinan normal
yang menyebabkan perlunya tindakan

repository.unimus.ac.id
76

perawatan intensif untuk bayi dan juga dapat mengakibatkan


keterpisahan antara ibu serta bayi yang membuat tertundanya
proses pemberian ASI.
G. Gambaran pemberian ASI pada ibu rawat gabung: waktu dan cara
pemberian ASI
Terdapat perbedaan kebijakan dari kedua rumah sakit
yaitu rumah sakit kabupaten Tangerang yang menggabungkan
ibu dan anak dalam satu ruangan yang sama sejak hari pertama
jika tidak ada masalah pada ibu dan bayinya berbeda dengan
rumah sakit lainnya yaitu rumah sakit swasta yang
mengharuskan adanya rooming out bagi ibu dan bayi, hal ini
disebabkan karena faktor kenyamanan dari pasien lain sehingga
diberlakukan kebijakan bahwa bayi akan diantar ke ibu pada
jam-jam tertentu untuk disusui dan akan dibawa kembali
keruang bayi untuk di mandikan dan akan diberikan lagi ke ibu
sesuai jadwal. Hal ini hanya berlaku pada pasien dengan kelas
dua dan tiga untuk pasien di ruang kelas 1 dan vip
diperbolehkan untuk rooming in.
Dalam penelitian ibu yang tidak berada satu ruangan
dengan bayi sejak hari pertama 66,7% tidak memberikan ASI
nya dan ibu yang berada satu ruangan dengan bayinya 91,3%
akan menyusui bayinya. Waktu pemberian ASI jika ibu berada
satu ruangan akan menyusui sesuai keinginan dari bayi,
sedangkan ibu yang tidak satu ruangan akan menyusui sesuai
dengan jadwal yang diberikan oleh rumah sakit. Rooming in
juga akan mempengaruhi terhadap cara pemberian ASI, dalam
penelitian jika ibu tidak satu ruangan maka hanya 38,2% yang
memberikan ASI nya secara langsung dan jika satu

repository.unimus.ac.id
77

ruangan sebanyak 61,8% akan memberikan ASI nya secara


langsung. Untuk semua ibu yang tidak menyusui langsung tidak
berada satu ruangan yang sama dengan bayi. Hal ini sejalan
dengan penelitian Desmawati (2013) bahwa Ibu dan bayi yang
tidak satu ruangan dapat menyebabkan Ibu tidak dapat
menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau kapan
saja saat dibutuhkan berbeda dibandingkan ibu yang satu
ruangan dengan bayi dari hari pertama kelahiran. Kondisi ibu
post sectio caesarea juga menyulitkan ibu jika harus
mengunjungi tempat perawatan bayi jika hendak menyusui, ibu
juga bisa memberikan ASI lewat botol dan diberikan ke
pertugas sebagai alternatif jika tidak satu ruangan dengan bayi.

repository.unimus.ac.id
DAFTAR PUSTAKA

Agam, Isnaini. dkk. “Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pemberian


ASI ekslusif di Kelurahan Tamamaung Kecamatan Panakkukang
Kota Makassar.” Jurnal Fakultas Kesehatan masyarakat UNHAS
(2013).
Agusvina, Revi. “Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) terhadap
keberhasilan ASI Ekslusif di Posyandu Kelurahan Cempaka
Putih Ciputat Timur.”Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta,
2015.
Ambarwati dan Wulandari.Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra
Cendekia Press, 2008.

Ayu, Ida Chandranita Manuaba dan Ida Bagus Gede


Manuaba.Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
EGC, 2009.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia. “Riset Kesehatan Dasar 2013.” Diakses pada
20 November 2015 dari http://www.litbang.depkes.go.id/
Bagus, Ida Manuaba dan Ida Ayu Chandranita.Pengantar Kuliah
Obstetrik. Jakarta: EGC, 2007.

Bahiyatun.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal.Jakarta : EGC, 2009.

Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku ajar keperawatan maternitas edisi 4.


Jakarta: EGC, 2005.

Budiasih, Kun sri. Handbook Ibu Menyusui. Bandung: Hayati Qualita,


2008. Chandrashekhar TS, Joshi HS, Binu V, Shankar PR, Rana MS,
Ramachandran U.
“Breast-feeding initiation and determinants of exclusive breast-
feeding a questionnaire survey in an urban population of western
Nepal.” Journal Public Health (2007).
Cunningham, F. G.Obstetri Williams. Jakarta: EGC, 2006.

Danim, Sudarwan. Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC, 2003.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. “Situasi dan Analisis ASI


ekslusif.” diakses pada 7 januari
2016 dari
http://www.depkes.go.id/article/print/14010200010/situasi-dan-

repository.unimus.ac.id
analisis-asi- eksklusif.html

repository.unimus.ac.id
Desmawati.“Penentu Kecepatan Pengeluaran Air Susu Ibu Setelah
Sectio Caesarea.”Artikel Penelitian Fakultas Ilmu Kesehatan
UPN Veteran. 2013: h. 360-363.
Dwienda,Octa. dkk. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi atau
Balita dan Anak PraSekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta:
Deepublish, 2014.

Enih. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Makanan


Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) pada Bayi Usia Kurang dari
6 Bulan di Kelurahan Cipayung Kecamatan Ciputat.” Skripsi S1
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta, 2011.
Fanny, Fadhilah. “Sectio Caesarea sebagai Faktor Risiko Kejadian
Asfiksia Neonatorum.” Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung vol, 4 No. 8 (November 2015): h.57-61.
Fitriani.“Pemberian ASI pada Ibu Bersalin Seksio sesaria dengan Bius
Regional di RS. DR Pirngadi Medan.” Karya tulis ilmiah
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatra Utara, 2011.
Gibney, Michael dkk.Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC, 2008.

Haryo, Raditiya Yudanto. “Gambaran Pemberian ASI Ekslusif Bayi


Baru Lahir pada Ibu Post Sectio Caesarea di Rumah Sakit Nur
Hidayah Bantul” Skripsi S1 Program Studi Ilmu Keperawatan,
Sekolah Tinggi Ilu Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta, 2014.
Hidayati, Wiwik. dkk. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Rumah Sakit Bersalin
Srikandi Kota Kendari tahun 2012.”Volume 1 nomor 4. (2012).
Kugouglu, Sema, Hatice Yildiz, Meltem Kurtuncu Tanir and Birsel
Canan Demirbag. “Breastfeeding After a Cesarean Delivery.”
Diakses pada 17 Januari 2016 dari
http://cdn.intechopen.com/pdfs-wm/37218.pdf
Kurniawan, Bayu. “Determinan Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu
ekslusif.” Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 27, No. 4 (Agustus
2013).
Mardiyaningsih, Eko, setyowati dan Luknis Sabri. “Efektifitas
Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin Terhadap
Produksi ASI Ibu Post Seksio di Rumah Sakit Wilayah Jawa
Tengah”.Jurnal keperawatan Soedirman, Vol 6, No 1 (Maret
2011): 31-36.
Molika, Ewa. 275 Tanya Jawab Seputar Kehamilan dan Melahirkan.
Jakarta: Vicosta Publishing, 2015.

Notoatmojo, Soekidjo. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

repository.unimus.ac.id
Nurdiansyah, Nia. Buku Pintar Ibu dan Bayi. Jakarta: Bukune, 2011.

Oxorn, Harry dan William R. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan.

Yoyakarta: Yayasan Essential Medica (YEM), 2010.


Pertiwi, Putri. “Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemberian ASI Ekslusif di Kelurahan Kunciran Indah
Tangerang.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas
Indonesia, 2012.
Puji, Budi Nastiti. “ Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktek
Inisiasi Menyusui Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Pangkah
Kabupaten Tegal Tahun 2012.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, 2013.
Putri, Eka. dkk. “Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dengan Angka
Kejadian Diare Akut pada Bayi Usia 0-1 Tahun di Puskesmas
Kuranji Kota Padang.” Jurnal Kesehatan Andalas Vol 2 No 2
(2013): h. 62-66.
Dewi, Ratna, Mariati, dan Elly Wahyuni. “Hubungan Pemberian ASI
Pada Bayi Umur kurang dari 10 Hari DenganGejala Post Partum
Blues Di Kota Bengkulu Tahun 2011.” Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan Vol. 15 No 2 (April 2012): h.193-202
Retno,dwi wulandari dan Linda Dewanti. “Rendahnya Praktik
Menyusui pada Ibu Post Sectio Caesarea dan Dukungan Tenaga
Kesehatan di Rumah Sakit.” Artikel penelitian Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat Kedokteran Vol 8 No 8 (Mei 2014): h.
393-397
Rizki, Deri Anggarani dan Yazid Subakti.Kupas Tuntas Seputar
Kehamilan . Jakarta: Agromedia pustaka, 2013.

Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC, 2012.

Sidi, I.P.S., Suradi, dkk. Manajemen Laktasi. Jakarta: Kumpulan


Perinatologi Indonesia,2009

Sinsin, Iis. Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT Elex Media


Komputindo, 2008.

Sofyana, Haris. “Perbedaan Dampak Pemberian ASI ekslusif Dan Non


Ekslusif Terhadap Perubahan Ukuran Antropometri Dan Status
Imunitas pada Neonatus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat.”Tesis Fakultas ilmu keperawatan,
Universitas Indonesia, 2011.

repository.unimus.ac.id
Sumarah, Yani Widyastuti, Nining Wiyati. Perawatan Ibu Bersalincetakan keempat .

Yogyakarta:Fitramaya, 2009.
Suprijati.“Faktor-Faktor yang Menghambat Ibu dalam Pemberian ASI
Ekslusif di Wilayah Puskesmas Pembantu Bagi Kecamatan
Madiun Kabupaten Madiun.”Akademi kebidanan Harapan Mulya
Ponorogo (2013).
Sutomo, Budi dan Dwi Yanti. Makanan Sehat Pendamping ASI. Jakarta:
Demedia Pustaka, 2010.

Swarjana, I Ketut.Metodologi penelitian kesehatan (Edisi revisi).


Yogyakarta: CV Andi Offset, 2015.

Syamsinar,dkk. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelancaran


Pengeluaran ASI pada Ibu Post Partum di Ruang Nifas Rumah
Sakit TK.II Pelamonia Makassar.” Vol,2 No. 5 (2013): h.135-
144.
Umar, Husein. Metode penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2011.

Utami, Roesli. Panduan Konseling Menyusui. Jakarta: Pustaka Bunda, 2012.

Warsini, Sri Aminingsih, Rizky Ayu Fahrunnisa. “Hubungan Antara


Jenis Persalinan dengan Keberhasilan ASI ekslusif di Kecamatan
Baki Kabupaten Sukoharjo.” KOSALA JIK. Vol. 3 No. 2
(September 2015): h. 66-71.
World Health Organitation. “Breastfeeding the goal” diakses pada 20
November 2015 dari
http://www.who.int/nutrition
/global-target- 2025/infographic_breastfeeding.pdf?ua=1
World Health Organitation. “BreastFeeding” diakses pada 20
November 2015 dari http://www.who.int/topics/breastfeeding/en/
Yuliarti, Nurheti. Keajaiban ASI dan Makanan Terbaik Untuk Kesehatan
dan Kehidupan Sikecil.Yogyakarta:Andi, 2010

repository.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai