Anda di halaman 1dari 4

subtema: Teknologi sebagai penguat gerakan konservasi.

TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PENDORONG MASYARAKAT UNTUK KONSERVASI


Fandyka Ariel Pradana
Universitas Negeri Semarang
Fandyka.ariel25@gmail.com

Pendahuluan

Memasuki era disrupsi 4.0 membuat Indonesia harus mengimbangi kemajuan tersebut dengan
memulai langkah demi langkah dalam membangun dan mengimplementasikan segala hal dalam lingkup
teknologi. Teknologi merupakan salah satu sarana pendukung sebagai penguat gerakan konservasi dalam
kehidupan sehari-hari. Kemajuan teknologi pada disrupsi 4.0 saat ini dapat kita lihat dari segi nilai positifnya
yang sangat mempermudah kehidupan umat manusia. Seperti kita ketahui bahwa SDM yang unggul akan
berkemampuan untuk mengiplementasikan nilai-nilai budaya bangsa yang unggul dan bermakna. Kolektif
dalam hal pemakaian teknologi sangat penting dilakukan karena mengingat tidak hanya sisi positif saja
dampak dari teknologi melainkan juga sisi negatifnya. Teknologi memang dibuat dan diciptakan untuk
mempermudah pekerjaan manusia, tetapi jangan sampai manusia itu lalai dari kewajibannya dan terlalu
bergantung terhadap teknologi itu sendiri. Memanusiakan manusia adalah salah satu prinsip dramatis untuk
mengingatkan kita dalam penggunaan teknologi. Arah kemajuan teknologi yang sulit terprediksi dan
ketergantungan kita terhadap teknologi menjadi masalah tersendiri yang sulit dipungkiri sudah merasuk
pada diri manusia dan timbul masalah baru.

Konservasi berarti menjaga milik kita bersama dan mengolah dan memanfaatkannya semaksimal
mungkin tanpa merusaknya. Meskipun konservasi sudah mulai diimplementasikan di Indonesia sejak masa
kolonial, Indonesia masih harus meningkatkan kesadaran masyarakatnya tentang peduli lingkungan.
Indonesia juga salah satu peratifikasi berdirinya Convention on Biological Diversity (CBD) pada tahun 1992
di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang diselenggarakan di Brazil. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah
Indonesia menitik beratkan kelestarian keanekaragaman flora dan fauna yang mengacu pada konservasi.
Sejak saat itu kondisi lingkungan di Indonesia mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Meskipun
sekarang teknologi sudah semakin maju, jangan sampai flora dan fauna langka ditelantarkan. Mengikuti arus
globalisasi dan perkembangan teknologi memang penting, tetapi lebih penting lagi untuk peduli terhadap
alam yang telah memberi kehidupan kepada kita. Sudah sepatutnya di era disrupsi ini menjadikan teknologi
sebagai sarana mempermudah dan memperkokoh gerakan konservasi.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan sebagai implementasi dari konsep teknologi yang berpotensi
menjadi penguat gerakan konservasi adalah menciptakan sebuah inovasi teknologi yang ramah lingkungan.
Teknologi ramah lingkungan adalah teknologi yang dalam pembuatan dan pemanfaatannya menggunakan
bahan bauku yang ramah lingkungan, proses yang efektif dan efisien dan tentunya mengeluarkan limbah
yang lebih sedikit. Sebenarnya konsep teknologi ramah lingkungan sudah lama digaungkan oleh Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai sarana pendorong bagi para pencipta dan pemakai teknologi
untuk sadar akan pentingnya menjaga lingkungan.

Pembahasan

Pada saat ini di negara-negara maju sudah menggunakan kendaraan berbahan bakar listrik, baik
mobil maupun motor. Hal tersebut dinilai sangat ramah lingkungan mengingat cadangan minyak dunia
semakin menipis. Kendaraan berbasis listrik juga sudah masuk ke Indonesia, namun karena rata-rata
pendapatan perkapita di Indonesia termasuk rendah menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan
kendaraan bensin yang lebih murah dan mudah perawatannya. Teknologi lain yang mengimplementasikan
nilai konservasi adalah lampu seumur hidup, yang tidak bersumber dari listrik, melainkan dari bakteri. Bakteri
Bioluminescence yang terdapat pada tubuh cumi-cumi itu dapat menghasilkan cahaya mencapai 10.68 watt
yang mampu menerangi ruangan hingga 68 meter. Hanya memberi makan bakteri tersebut dengan sayuran
yan sudah difermentasi, membuat kita tidak memerlukan listrik lagi untuk mendapatkan pencahayaan yang
terang. Sebenarnya teknologi yang ramah lingkungan sudah mulai diikrarkan dari dulu, tergantung kita
sebagai masyarakat harus mendukung dan diperlukan suatu kegiatan untuk mendorong menciptakan
sebuah teknologi yang ramah lingkungan lainnya.

Baru-baru ini kita mendengar kabar buruk dari negara kita. Jakarta, ibukota kita tercinta, bertengger
menempati posisi ke delapan sebagai kota dengan tingkat polusi udara paling tinggi dan paling tidak sehat
dari 89 kota besar di dunia menurut AirVisual yang dirilis 22 September lalu. Kualitas udara Jakarta berada
pada level merah dengan parameter Ideks Kualitas Udara (Air Quality Index/AQI) di angka 152 atau
berkatgori tidak sehat. Disarankan untuk masyarakat Jakarta untuk menutup jendela, meminimalisir kegiatan
luar ruangan, dan memakai masker ketika berkegiatan di luar ruangan. Memang Jakarta tidak menduduki
posisi pertama atau yang paling buruk, namun tentu saja pencapaian yang memalukan tersebut memaksa
kita mengkerutkan dahi dan mengelus dada. Bagaimana bisa ibukota kita tercinta mendapatkan prestasi
tingkat dunia yang begitu memalukan, bukannya membanggakan. Beberapa faktor yang diungkapkan para
ahli sebagai dalang dari masalah ini salah satunya adalah asap dari kendaraan bermotor. Kota paling macet
di Indonesia ? kota dengan penduduk terpadat di Indonesia ? Tentu saja Jakarta. Residu polutan dari 17 juta
kendaraan bermotor di Jakarta sudah cukup kuat sebagai bukti bahwa memang penyebab terbesar dari
masalah ini adalah kendaraan bermotor. Faktor umum lainnya adalah dari polutan lainnya seperti
pembakaran kayu, minyak, batu bara, atau akibat kebakaran hutan dan padang rumput hingga cerobong
asap industri. Kontribusi kecil seperti asap rokok, asap memasak (goreng ataupun bakar), membakar lilin
atau minyak lampu, atau dari asap perapian. Mereka semua menghasilkan senyawa yang disebut
Particulate Mate (PM) 2.5, berukuran 3 persen dari diameter rambut manusia, yang bahkan bisa
mengancam kesehatan masyarakat, mulai dari infeksi saluran pernapasan (Ispa), paru-paru, kanker, hingga
resiko kematian akibat serangan jantung dan jantung koroner.

Teknologi ramah lingkungan tentu diharapkan dapat mengurangi sumber masalah ini, yaitu
kendaraan berbasis listrik. Namun sudah seperti yang sudah saya jelaskan diatas, pendapatan perkapita di
Indonesia sendiri masih tergolong rendah, menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan
kendaraan bensin. Namun tidak hanya itu, pemerintah bisa mengganti bus transjakarta dengan bus listrik.
Kita mencontoh negara Swedia yang lebih banyak menggunakan bus listrik dibandingkan diesel. Bus listrik
memang memerlukan modal yang lebih besar, namun demi kelestarian lingkungan kita harus berani
mengambil resiko. Untuk ongkos bus itu sendiri harus sama dengan ongkos bus diesel lainnya agar
masyarakat mau menggunakannya, jangan dibuat lebih mahal, karena tipe masyarakat Indonesia yang lebih
menyukai dan menggunakan barang murah. Selain bus ada juga kereta listrik yang memang sudah ada di
Jakarta atau kota besar di Indonesia lainnya. Namun masih kalah dengan negara Jepang yang bahkan
kecepatan kereta listriknya hampir bisa mengejar kecepatan pesawat. Mengajak masyarakat untuk
menggunakan transportasi umum juga sangat penting. Kita harus mengajak masyarakat untuk mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi dan beralih ke transprotasi. Apabila terpaksa menggunakan kendaraan
pribadi, pastikan kendaraan kita sudah melalui uji emisi kendaraan di bengekel-bengjel yang sudah memiliki
alat uji. Dengan demikian, gas emisi yang dibuang lebih terkendali sehingga tidak mencemari udara. Sejak
MRT diresmikan beberapa bulan yang lalu, diharapkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan
transportasi umum lebih terbuka.

Selain menggunakan kendaraan berbasis listrik, penanganan terhadap kondisi udara di Jakarta
yang lebih mudah adalah dengan menanam pohon, terutama tanaman yang menyerap karbondioksida
(CO2) secara maksimal. Tanaman tersebut adalah lidah mertua. Apabila kegiatan tanam lidah mertua dan
tanaman lainnya diselenggarakan secara massal, hal tersebut dapat membuat perubahan besar di Kota
Jakarta. Disetiap rumah seharusnya terdapat kebun mini yang berisi sayur-sayuran dan buah-buahan.
Selain untuk penghijauan, saat masa panen bisa bermanfaat menjadi persediaan bahan pangan.

Penutup

Pemerintah sebenarnya menaruh harapan besar kepada kita, para mahasiswa, para millenials.
Karena millenials adalah tameng utama untuk terwujudnya SDGs tahun 2030 mendatang. Sebuah tameng
yang siap kapan saja degebrak dan dituntut untuk mejadikan Indonesia lebih baik. Jangan sampai kita
menuntut sesuatu kepada pemerintah, namun kita tidak mengerjakan kewajiban kita. Sudah selayaknya kita
menanamkan rasa tanggung jawab untuk membawa negeri ini ke arah ang lebih baik, dengan
pengimplementasian teknologi. Teknologi berbahan bakar listrik memang menjadi tren saat ini. Selain ramah
lingkungan, sumber listrik juga mudah dicari, misalnya adalah energi listrik tenaga surya yang berasal dari
panas matahari. Energi yang bersumber dari sinar matahari itu telah banyak digunakan dewasa ini karena
kepraktisannya. Bisa saja kita para millenials membuat inovasi teknologi terbaru yang lebih praktis atau
memperbarui yang ada saat ini. Mobil berbahan bakar surya memnag telah ditemukan, tetapi belum
terproduksi secara massal karena alasan tertentu. Memang di masa depan hal-hal yang tidak terprediksi
akan biasa terjadi, dimana teknologi yang lama akan ditinggalkan dan tergantikan dengan yang lain.

Kesimpulan

Sebuah teknologi memang memang memiliki impact yang luar bisasa dalam kehidupan kita,
terutama di era disrupsi 4.0 saat ini. Kita dimudahkan olehnya, namun kita juga harus memanfaatkannya
semaksimal dan sepositif mungkin. Konservasi harus dimulai dari dalam diri kita sendiri dan penguat dari
gerakan konservasi itu sendiri adalah teknologi. Kita bisa memberikan solusi terhadap setiap masalah di
negeri ini dengan adanya teknologi apabila kita mengimplementasikannya dengan sebenar-benarnya.
Sebaik-baiknya teknologi adalah teknologi yang ramah lingkungan, jangan sampai teknologi yang ada saat
ini malah merusak lingkungan. Teknologi saat ini memang telah diproduksi secara massal, namun jangan
sampai manusia itu sendiri terlalu bergantung pada teknologi secara massal pula, terutama untuk hal-hal
negatif. Manfaatkan teknologi sebaik-baiknya terutama untuk lingkungan kita yang semakin hari kian kritis.
Gerakan konservasi menjadi harapan terakhir bagi lingkungan untuk tetap lestari.

Dari uraian diatas kita bisa menyimpulkan bahwa bukan tidak mungkin teknologi yang ada saat ini
punah di masa depan, tergantikan dengan yang terbarukan, yang lebih ramah lingkungan, dan tentunya
yang lebih baik. Teknologi yang bukan tidak mungkin berasal dari kita semua, mahasiswa, para millenials,
yang bertanggung jawab untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Bukan tidak mungkin juga
konservasi di masa kedepannya bisa menjadi lebih baik, karena kita bisa mengimplementasikan teknologi
dengan sebaik-baiknya.

Saran

Kenyataannya sekarang, Jepang dan Jerman sedang memasuki era society 5.0, yang berpusat
pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi (technology based). Meskipun demikian, diharap
masyarakat Indonesia sadar akan pentingnya konservasi linkungan. Peran pemerintah dalam hal ini adalah
memberikan sosialisasi terhadap masyarakat untuk menggunakan teknologi ke arah yang positif, hingga
pentingnya konservasi dengan bantuan teknologi dan peran serta sumbangsih para mahasiswa untuk
membuat atau menciptakan sebuah teknologi baru ramah lingkungan untuk konservasi kedepannya.
Mengembangkan teknologi yang sudah ada dan menciptakan inovasi teknologi yang lebih baru untuk
memajukan Indonesia merupakan pemotivasi bagi para mahasiswa untuk merubah Indonesia ke arah yang
lebih baik.
Bagaimanapun, teknologi sebagai penguat konservasi adalah sebuah hal yang sangat diperlukan di
era disrupsi 4.0 saat ini. Bayangkan apabila teknologi semakin berkembang sedangkan alam yang tadinya
lestari menjadi rusak, tentu dengan adanya hal tersebut membuktikan bahwa keduanya tidak berjalan secara
seimbang. Bahkan menurut saya, kondisi itu sedang terjadi pada masa kini. Manusia yang cenderung
ketergantungan sebagian besar tidak peduli dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Seperti contoh kasus
diatas, jakarta yang tidak hanya pusat ekonomi namun juga sebagai pusat teknologi di Indonesia mengalami
krisis udara bersih. Dari kasus itu, sebaiknya kita bisa belajar bahwa sekarang ini kita terlalu dimabukkan
dengan kemudahan teknologi, yang membuat kita kurang peduli pada lingkungan sekitar. Jangan sampai hal
itu terjadi, karena tugas kita lah yang seharusnya menjadikan indonesia menjadi lebih baik. Karena tugas
kitalah menjadikan teknologi menjadi penguat gerakan konservasi. Dan karena tugas kitalah untuk
berinovasi menciptakan teknologi-teknologi baru ramah lingkunga yang mendorong masyarakat untuk
konservasi.

Dikutip dari :

- Pendidikan Konservasi Tiga Pilar


- https://m.suara.com/news/2019/08/01/062500/anies-salahkan-3-hal-ini-penyebab-kualitas-udara-
jakarta-buruk
- https://m.cnnindonesia.com/nasional/20190922104240-20-432657/minggu-pagi-polusi-jakarta-di-
peringkat-delapan-dunia.
- http://standardisasi.menlhk.go.id/index.php/barangjasateknologi-ramah-lingkungan/teknologi-
ramah-lingkungan/
- https://www.dbs.com/indonesia-bh/blog/live-kind/4-teknologi-ramah-lingkungan-karya-anak-
bangsa.page
- https://www.kompasiana.com/108da/upaya-bus-listrik-opsi-dan-inovasi-infrastruktur-juga-
milieu_588c74af2123bd3a28de61c0

Anda mungkin juga menyukai