Anda di halaman 1dari 7

Nama : Angelicha Wiranda Rizky

NIM : 1710912220005
Dosen Pengajar : Ayu Riana Sari, SKM, M. Kes
Materi : Rumah Sakit sebagai Badan Layanan Umum

RUMAH SAKIT SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM

Instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan


pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip
ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat.
Pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa
keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yarg sehat untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum.
Asas Badan Layanan Umum yaitu Badan Layanan Umum beroperasi sebagai
unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah yang bertujuan
memberikan layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang
didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan. Badan Layanan Umum
merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementerian, oleh sebab itu status
hukumnya tidak terpisah dari kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah
sebagai instansi induk. Menteri/pimpinan lembaga/ gubernur bupati walikota
bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum
dari segi manfaat layanan yang dihasilkan. Pejabat yang ditunjuk mengelola Badan
Layanan Umum bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pemberian layanan
umum yang didelegasikan kepadanya oleh menteri/ pimpinan lembaga/ gubernur/
bupati/ walikota. Badan layanan umum menyelenggarakan kegiatannya tanpa
mengutamakan pencarian keuntungan. Rencana kerja dan anggaran serta laporan
keuangan dan kinerja badan layanan umum disusun sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja
kementerian negara/ lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/pemerintah
daerah. BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktek
bisnis yang sehat.
Asas BLU adalah Pejabat BLU bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan
layanan umum kepada pimpinan instansi induk, BLU tidak mencari laba, rencana
kerja, anggaran dan laporan BLU dan instansi induk tidak terpisah dan pengelolaan
sejalan dengan praktik bisnis yang sehat. Pilar utama dari BLU adalah peningkatan
kinerja pelayanan publik, fleksibilitas pengelolaan keuangan dan tata kelola yang
baik (good governance). Karakteristik BLU yaitu berkedudukan sebagai instansi
pemerintah (bukan kekayaan negara yang dipisahkan), menghasilkan barang
dan/atau jasa yang seluruhnya/sebagian dijual kepada publik, tidak bertujuan
mencari keuntungan sebab dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan
produktivitas ala korporasi serta rencana kerja, anggaran, dan pertanggungjawaban
dikonsolidasikan pada instansi induk dan untuk pendapatan operasional sumbangan
dapat digunakan langsung serta pegawai dapat terdiri dari pegawai negeri sipil atau
non-PNS.
Ada beberapa persyaratan rumah sakit menjadi badan layanan umum yaitu
persyaratan substantif yang akan terpenuhi apabila instansi pemerintah yang
bersangkutan menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan dengan
penyediaan barang dan jasa layanan umum, pengelolaan wilayah atau kawasan
tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan umum,
pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi atau pelayanan
kepada masyarakat. Selanjutnya ada persyaratan teknis yang terpenuhi apabila
instansi pemerintah yang bersangkutan menyelenggarakan layanan umum antara
lain kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan
ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh
menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya, kinerja
keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat sebagaimana
ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan badan layanan umum. Terakhir ada
persyaratan administratif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan
dapat menyajikan seluruh dokumen pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan
kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat, pola tata kelola,
rencana strategis bisnis, laporan keuangan pokok, standar pelayanan minimum dan
laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen
Untuk melakukan penetapan status badan layanan umum (BLU) maka
menteri/pimpinan lembaga/ kepala SKPD mengusulkan instansi pemerintah yang
memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif untuk menerapkan PPK-
BLU kepada menteri keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan
kewenangannya. Menteri keuangan/ gubernur/ bupati walikota menetapkan instansi
pemerintah yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana untuk menerapkan
PPK-BLU. Penetapan status badan layanan umum tersebut dapat berupa pemberian
status BLU secara penuh atau status BLU bertahap. Status BLU secara penuh
diberikan apabila seluruh persyaratan persyaratan substantif, teknis dan
administratif telah dipenuhi dengan memuaskan. Status BLU bertahap diberikan
apabila persyaratan substantif dan teknis telah terpenuhi, namun persyaratan
administratif belum terpenuhi secara memuaskan. Status BLU-Bertahap tersebut
berlaku paling lama 3 (tiga) tahun. Menteri Keuangan/gubernur bupati/walikota,
sesuai dengan kewenangannya, memberi keputusan penetapan atau surat penolakan
terhadap usulan penetapan BLU paling lambat 3 (tiga) bulan sejak diterima dan
menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD.
Penetapan PPK-BLU berakhir, apabila dicabut oleh menteri keuangan/
gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya, dicabut oleh menteri
keuangan/gubernur/bupati/walikota berdasarkan usul dari menteri/pimpinan
lembaga/ kepala SKPD, sesuai dengan kewenangannya, berubah statusnya menjadi
badan hukum dengan kekayaan negara yang dipisahkan serta instansi yang
bersangkutan sudah tidak memenuhi persyaratan substantif, teknis dan administratif
berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 pasal 10 dijelaskan dalam
perencanaan dan penganggaran keuangan instansi sebagai Badan Layanan Umum
(BLU), penyusunan rencana strategis bisnis lima tahunan mengacu pada Rencana
Strategis Kementerian Negara/ Lembaga (Renstra-KL) atau Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran
(RBA) tahunan juga mengacu pada rencana strategi bisnis Kementerian Negara/
Lembaga (Renstra-KL) atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD). RBA BLU disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan pendapatan
yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain dan APBN/APBD.
Pengajuan Rencana Bisnis dan Anggaran Badan Layanan Umum (RBA BLU)
diberikan kepada menteri/ pimpinan lembaga/ kepala SKPD untuk dibahas sebagai
bagian dari Rencana Strategis Kementerian Negara/ Lembaga (Renstra-KL),
rencana kerja dan anggaran SKPD, atau rancangan APBD. Pengajuan RBA tersebut
disertai dengan usulan standar pelayanan minimum dan biaya dari keluaran yang
akan dihasilkan. RBA BLU yang telah disetujui oleh kepala Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD), diajukan kepada Menteri Keuangan atau Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah (PPKD) sesuai kewenangannya, sebagai bagian dari Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga (RKA KL), Rencana Kerja dan
Anggaran SKPD, atau Rancangan APBD. Menteri Keuangan/PPKD, sesuai dengan
kewenangannya, mengkaji kembali standar biaya dan anggaran BLU dalam rangka
pemrosesan RKA-KL, rencana kerja dan anggaran SKPD, atau Rancangan APBD
sebagai bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN/APBD. Untuk
pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan instansi Badan Layanan Umum
(BLU) diaudit oleh pemeriksa ekstern sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Oleh sebab itu setiap transaksi keuangan BLU harus
diakuntansikan dan dokumen pendukungnya dikelola secara tertib sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi akuntansi Indonesia.
Apabila tidak ada standar akuntansi, maka BLU dapat menerapkan sta akuntansi
industri yang spesifik setelah mendapat persetjuan Menteri Keuangan.
Pelaporan keuangan BLU meliputi laporan realisasi anggaran/ laporan
operasional, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan beserta
laporan mengenai kinerja. Laporan keuangan BLU disampaikan secara berkala
kepada menteri pimpinan lembaga/ gubernur/ bupati/ walikota sesuai dengan
kewenangannya. Laporan Keuangan tersebut sebagai laporan pertanggungjawaban
keuangan kementerian negara lembaga/ SKPD/ pemerintah daerah dan dilakukan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.
Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,
dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan dapat mengikutsertakan
masyarakat asosiasi perumahsakitan, atau organisasi profesi.
Dengan tujuan Meningkatkan mutu penyelenggaraan rumah sakit,
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan kemudahan akses masyarakat
terhadap rumah sakit dan Meningkatkan mutu sistem informasi dan komunikasi
rumah sakit.
Ada beberapa keuntungan dari rumah sakit menjadi BLU daripada menjadi
non BLU, untuk pengelola RS non BLU hanya PNS sedangkan RS BLU bisa PNS
dan non PNS sehingga kebutuhan tenaga cepat terpenuhi. Mengenai piutang/utang
RS non BLU tidak diperbolehkan melakukan piutang/utang sedangkan RS BLU
diperbolehkan melakukan piutang/utang sehingga kebutuhan pasien dapat dengan
cepat terpenuhi. Pendapatan RS non BLU langsung disetorkan ke kas daerah
sedangkan RS BLU pendapatan digunakan langsung dengan ini kebutuhan pasien
akan obat-obatan dan lain-lain dapat terpenuhi dengan cepat. Dokumen
penganggaran RS non BLU menggunakan Rencana Kerja Anggaran (RKA)
sedangkan RS BLU menggunakan Rencana Kerja Anggaran (RKA) mnjadi
Rencana Bisnis Anggaran (RBA) karena BLU diutamakan jiwa wirausaha. Untuk
keuangan RS non BLU ke kas daerah sedangkan RS BLU dapat langsung dikelola
sehingga memudahkan dalam memenuhi kebutuhan pelayanan. Laporan keuangan
RS non BLU yaitu SAP sedangkan RS BLU dengan SAK.
Langkah perubahan berdasarkan teori John P. Kotter dalam bukunya The
Heart of Change dilakukan untuk mengubah Puskesmas Gambut menuju pola
pengelolaan keuangan BLUD. Perubahan yang dilakukan adalah perubahan
incremental dengan jangka waktu yang relatif panjang. Fokus pembahasan
perubahan Puskesmas Gambut menuju pengelolaan keuangan BLUD ini adalah
pada pola tata kelola. Pola tata kelola merupakan peraturan internal SKPD atau Unit
Kerja yang akan menerapkan PPK-BLUD. BLUD beroperasi berdasarkan pola tata
kelola atau peraturan internal, yang memuat antara lain Struktur organisasi,
Prosedur kerja, Pengelompokan fungsi yang logis dan Pengelolaan sumber daya
manusia.
Berdasarkan teori John P. Kotter ada beberapa langkah yaitu Increase
Urgency yang Pada langkah pertama ini perubahan dimulai dengan penyadaran
pada semua pihak Pemimpin memulai upaya perubahan dengan mengajak semua
orang melihat apa yang dia lihat. Pada tahap ini pemimpin bisa memulainya dengan
System Thinking. Kemudian ada Build The Guiding Team yang Pada tahapan ini
perubahan biasanya dimulai dari satu atau dua orang, tetapi perubahan tidak efektif
kalau tidak mendapat dukungan dari suatu kekuatan massa yang besar. Oleh karena
itu perlu membentuk suatu koalisi yang terdiri atas 5, 15, atau 50 orang untuk ikut
menggerakkan perubahan. Langkah selanjutnya ada Get the Vision Right yaitu
koalisi perubahan kemudian bekerja menerjemahkan visi perubahan ke depan.
Selanjutnya ada Communicate for Buy-In dimana Visi yang baik harus
berkomunikasi dengan jelas dan terarah. Didalam Puskesmas harus sudah terbentuk
shared vision. Kemudian ada Empower Action dimana Pemimpin memberikan
resources yang memadai agar semua orang dapat bertindak untuk mencapai visi.
Kemudian ada Create short-term wins dimana Perubahan pada umumnya tidak
dapat dicapai dalam tempo yang singkat. Namun karyawan cenderung ingin
mengetahui hasil perubahan dalam waktu yang relatif singkat. Penggagas
perubahan perlu menetapkan keberhasilan atau hasil jangka pendek yang akan
dicapai. Komitmen untuk mewujudkan keberhasilan jangka pendek ini membantu
meningkatkan perasaan urgensi. Lalu ada Don't Let Up dimana Pemimpin
perubahan masih perlu menguji apakah perubahan itu sudah memuaskan para
stakeholder. Untuk mengetahuinya, pemimpin organisasi perlu mendapat feedback
dari pengguna layanan untuk melakukan perbaikan dalam proses bisnis organisasi.
Terakhir ada Make change stick yaitu Perubahan sistem, mekanisme proses
organisasi perlu disokong dengan penetapan aturan atau kebijakan formal. Hal ini
menjadi penting agar mendapat legitimasi sehingga setiap anggota akan terikat
untuk menjalankannya, Selain itu, agar anggota organisasi tidak lagi terlibat atau
melakukan tindakan lama yang sudah ditinggalkan.

Anda mungkin juga menyukai