Anda di halaman 1dari 12

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan adalah salah satu makhluk hidup yang tumbuh di bumi ini. Ilmu
tumbuhan pada saat ini telah mengalami kemajuan yang demikian pesat sehingga
bidang-bidang pengetahuan yang semula merupakan cabang-cabang ilmu tumbuhan
saja sekarang ini telah menjadi ilmu yang telah berdiri sendiri. Maksud penyusunan
laporan ini adalah untuk memenuhi tugas praktikum farmakognosi mengenai
identifikasi simplisia campuran. Pada laporan ini penyusun memberi penjelasan
kepada pembaca mengenai nama simplisia, dan identifikasi mengenai makroskopik
dan mikroskopik dari simplisia campuran yang telah diberikan dengan simplisia
tunggal yang dibahas antara lain:
1. Rhei Officinalis Radix
2. Guazumae Ulmifoliae Folium
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat
mengidentifikasi simplisia campuran yang diberikan untuk diamati secara
makroskopik dan mikroskopik serta untuk mengetahui fragmen-fragmen khas yang
ada pada simplisia-simplisia tersebut yang nantinya dapat ditentukan kebenaran
bahan apa saja yang ada di dalam simplisia campuran tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Simplisia dan Pembuatannya
Simplisia dan Pembuatannya Simplisia adalah bahan alam yang digunakan
sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan
lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Dirjen POM,1979).
Cara pembuatan simplisia adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan/panen
Waktu yang tepat adalah pada saat bagian tanaman tersebut mengandung zat
aktif dalam jumlah yang terbesar. Pengumpulan/panen pada daun jambu biji saat
fotosintesis berlangsung maksimal .
b. Sortasi awal/sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan pengotor sebelum dilakukan
tahapan pencucian.pengotor luar dapat berupa tanah, kerikil, maupun tumbuhan lain
yang menempel pada tanaman.
c. Pencucian
Bertujuan untuk menghilangkan tanah atau pengotor lain yang tersisa setelah
sortasi basah. pencucian dilakukan menggunakan air bersih dapat berupa air dari
mata air, air sumur, atau air PAM. Air yang dimaksud disini yaitu air yang bebas dari
mikroba.
d. Perajangan
Perajangan pada bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan
langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh sejama 1 hari. Perajangan dapat
dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus.
e. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Ada dua pengeringan alami:
Dengan panas dari cahaya matahari langsung dan dengan cara dianginkan dan tidak
kena cahaya matahari langsung. (Dirjen POM,1985). Dengan mengurangi kadar air
dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan
simplisia.pada daun jambu biji dilakukan pengeringan dengan cara pemanasan tidak
dengan matahari langsung selama 1 hari. Pada buah ketumbar, akar kelembak, dan
rimpang kencur juga dilakukan pengeringan dengan cara yang sama, namun
dibutuhkan waktu yang lebih lama dan suhu yang berbeda-beda dari pada simplisia
yang dibuat dari daun karena kandungan air yang ada di dalam akar, buah dan
rimpang jauh lebih banyak dari pada yang ada pada daun.
f. Sortasi akhir/sortasi kering
Sortasi disini bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing, seperti bagian-
bagian tumbuhan yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang masih ada
atau tertinggal pada simplisia kering, proses pemisahan ini dilakukan sebelum
simplisia dibungkus dan disimpan.
g. Pengemasan dan penyimpanan
Cara pengemesan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan
penggunaan pengemasan. Bahan dan bentuk pengemasannya harus sesuai, dapat
melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia dan dengan memperhatikan segi
pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan maupun penyimpanannya. Wadah
harus bersifat tidak beracun dan tidak bereaksi (inert) dengan isinya sehingga tidak
menyebabkan terjadinya reaksi serta penyimpangan rasa, warna, bau dan sebagainya
pada simplisia. Selain itu wadah harus melindungi simplisia dari cemaran mikroba,
kotoran, serangga serta mempertahankan senyawa aktif yang mudah menguap atau
mencegah pengaruh sinar, masuknya uap air dan gas-gas lainnya yang dapat
menurunkan mutu simplisia. Untuk simplisia yang tidak tahan terhadap sinar,
misalnya yang banyak mengandung vitamin, pigmen atau minyak, diperlukan wadah
yang melindungi simplisa terhadap cahaya, misalnya aluminium foil, plastik atau
botol yang berwarna gelap, kaleng dan lain sebagainya. Simplisia yang berasal dari
akar, rimpang, umbi, kulit akar, kulit batang, kayu, daun, herba, buah, biji dan bunga
sebaiknya dikemas pada karung plastik. Selama penyimpanan kemungkinan bisa
terjadi kerusakan pada simplisia, kerusakan tersebut dapat mengakibatkan
kemunduran mutu, sehingga simplisia yang bersangkutan tidak lagi memenuhi
persyaratan.
Oleh karena itu, pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan hal yang dapat
menyebabkan kerusakan pada simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan
pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu serta
cara pengawetannya. Penyebab utama pada kerusakan simplisia yang utama adalah
air dan kelembaban. Untuk dapat disimpan dalam waktu lama, simplisia harus
dikeringkan terlebih dahulu sampi kering, sehingga kandungan airnya tidak lagi dapat
menyebabkan kerusakan pada simplisia. Cara menyimpan simplisia dalam wadah
yang kurang sesuai memungkinkan terjadinya kerusakan pada simplisia karena
dimakan kutu atau ngengat yang temasuk golongan hewan serangga atau insekta.
Berbagai jenis serangga yang dapat menimbulkan kerusakan pada hampir semua jenis
simplisia yang berasal dari tumbuhan dan hewan, biasanya jenis serangga tertentu
merusak jenis simplisia tertentu pula. Kerusakan pada penyimpanan simplisia yang
perlu mendapatkan perhatian juga ialah kerusakan yang ditimbulkan oleh hewan
pengerat seperti tikus.

2.2 Identifikasi simplisia


2.2.1. Guazumae Ulmifoliae Folium
A. Makroskopik: Tungal berbentuk bulat telur sampai lanset, panjang helai daun
4 cm sampai 22,5 cm, lebar 2 cm sampai 10 cm, pangkal daun menyerong berbentuk
jantung yang kadang-kadang tidak setangkup, bagian ujung meruncing dan tajam,
permukan daun bagian atas berambut jarang, permukaan bagian bawah berambut
rapat, permukan kasar; panjang tangkai daun 5 mm sampai 25 mm, mempunyai daun
penumpu berbentuk lanset atau berbentuk paku, panjang 3 mm sampai 6 mm, tepi
atau pinggir daun bergerigi, ujung runcing, pangkal berlekuk, pertulangan menyirip,
berseling, serta berwarna hijau kecoklatan sampai coklat muda. Daun majemuknya
berseling dan berbentuk menjari. Daun memiliki stipula (daun penumpu) namun
biasanya gugur awal. (Tjitrosoepomo, G., 2005)

Organoleptis : Serbuk berwarna hijau kecoklatan sampai coklat muda, berbau khas
lemah, rasa agak kelat

Ciri lainnya : Mesofil terdiri dari jaringan palisade dan jaringan bunga karang.
Didalam mesofil terdapat hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Jaringan palisade
terdiri dari satu lapisan sel, jaringan bunga karang tersusun rapat terdiri dari 2-4
lapisan sel. Berkas pembuluh ipe kolateral disertai serabut sklerenkim dan serabut
hablur yang berisi hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Hablur kalsium oksalat
yang terdapat didalam daun lebih banyak dari pada di mesofil. Diparenkim tulang
daun terdapat sel lendir atau saluran lendir. (Sharmiati,2003)

Mikroskopik: Epidermis atas terdiri dari satu lapis sel, berambut penutup dan
berambut kelenjar. Epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel, berstomata,  berambut
penutup dan berambut kelenjar. Stomata tipe anisositik. Rambut  penutup bentuk
menyerupai bintang. Di dalam mesofil terdapat hablur kalsium oksalat berbentuk
prisma.

Pengamatan fragmen dengan Histokimia: Tanin, lendir, dammar, alkaloid (kafein, β-


sitosterol, friedelin 3a-asetat, friedelin 3 β-ol, terpen), caryophyllene, catechins,
farnesol, friedelin, kaurenoic acid, precocene I, procyanidin B-2, procyanidin B-5,
procyanidin C-1, dan sitosterol. (Depkes, 1978)

2.2.2. Rhei Officinalis Radix


A.Makroskopik: Akarnya yang berwarna coklat . (Tjitrosoepomo, G., 2005)

Organoleptis: bau khas, aromatik, rasa agak pahit, agak kelat. Serbuk berwarna
coklat.

Ciri lainnya: akarnya tunggang, lunak, bulat, coklat muda,

B. Mikroskopik : fragmen pengenal adalah jaringan gabus, parenkim dengan kristal


kalsium oksalat bentuk roset besar, parenkim dengan jari-jari empulur, trakea dengan
penebalan bentuk Y, kristal kalsium oksalat besar dan butir pati.
Pengamatan fragmen dengan histokimia : akar kelembak mengandung flavonoida,
juga mengandung glikosida dan saponin.

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1. Organoleptis
3.1.1. Rhei Officinalis Radix dan Guazumae Ulmifoliae Folium

3.2. Mikroskopik

3.2.1. Rhei Officinalis Radiix


Kristal kalsium
oksalat bentuk
bintang besar
(khas)

Parenkim dengan jari-jari empulur


dan kristal kalsium oksalat
Butir pati

3.2.2. Guazumae Ulmifoliae Folium

Epidermis atas
Pembuluh kayu dengan
penebalan tangga

Hablur kalsium oksalat

Rambut penutup bentuk


bintang (khas)

3.3 Pembahasan Fragmen Khas yang Menuntun Pada Kesimpulan Simplisia


Tertentu
3.3.1 Guazumae Ulmifoliae Folium
Pada praktikum ini dilakukan identifikasi simplisia campuran untuk diketahui
simplisia-simplisia tunggal apa saja yang ada di dalam simplisia campuran tersebut.
Pertama-tama dilakukan pembuatan preparat simplisia campuran dengan pereaksi
kloral hidrat. Reagen yang digunakan dalam idenifikasi ini yaitu kloralhidrat karena
untuk mengetahui ada atau tidaknya hablur kalsium oksalat  dan untuk
mengidentifikasi fragmen spesifik dalam sampel tersebut. Lalu diamati dengan
perbesaran 100x. Setelah dilihat di bawah mikroskop ,didapatkan hasil bahwa banyak
terdapat keberadaan kalsium pada simplisia campuran tersebut.
Daun jati belanda (Guazumae Ulmifoliae Folium) merupakan salah satu jenis
tanaman herbal alami yang bisa membantu dalam proses pembentuka lemak,
membantu menguruskan dan melangsingkan badan.. Fragmen yang ditemukan pada
simplisia sampel yang menggunakan reagen kloralhidrat berupa hablur kalsium
oksalat, pembuluh kayu dengan penebalan tangga, epidermis atas, rambut kelenjar
dan rambu penutup berbentuk bintang. Fragmen yang khas dalam simplisia sempel
ini adalah adanya rambut penutup berbentuk bintang yang terlihat sangat jelas
sehingga memastikan bahwa simplisia sampel ini menujukan guazumae ulmifolia
folium (daun jati belanda).

3.3.2 Rhei Officinalis Radix


Pada praktikum ini juga dilakukan hal sama seperti dilakukan identifikasi
simplisia campuran untuk diketahui simplisia-simplisia tunggal apa saja yang ada di
dalam simplisia campuran tersebut. Pertama-tama dilakukan pembuatan preparat
simplisia campuran dengan pereaksi kloral hidrat. Reagen yang digunakan dalam
idenifikasi ini yaitu kloralhidrat karena untuk mengetahui ada atau tidaknya hablur
kalsium oksalat  dan untuk mengidentifikasi fragmen spesifik dalam sampel tersebut.
Lalu diamati dengan perbesaran 100x. Setelah dilihat di bawah mikroskop
,didapatkan hasil bahwa banyak terdapat keberadaan kalsium pada simplisia
campuran tersebut. Namun terjadi kekeliruan pada praktikan. Praktikan mengira
bahwa simplisia campuran tersebut adalah simplisia Daun jati belanda (Guazumae
Ulmifoliae Folium) dengan daun kumis kucing (Orthosiphonis Stamnei Folium).
Karna pada pengamatan mikroskopik ada beberapa bagian yang menurut praktikan
itu merupakan pengamatan mikroskopik dari daun kumis kucing (Orthosiphonis
Stamnei Folium).
Pemikiran utama yang praktikan keliru yakni pada bagian pembuluh kayu
dengan penebalan tangga pada simplisia daun jati belanda (Guazumae Ulmifoliae
Folium). Praktikan beranggapan bahwa pembuluh kayu tersebut yakni pembuluh
kayu pada kumis kucing (Orthosiphonis Stamnei Folium). Kekeliruan berikutnya
adalah saat proses identifikasi yakni praktikan tidak dapat mengamati bahwa ternyata
terdapat kristal kalsium oksalat berbentuk bintang besar yang itu merupakan ciri khas
dari akar kelembak ( Rhei Officinalis Radix).
IV. KESIMPULAN

Hasil akhir dari proses identifikasi kali ini adalah bahwa kandungan simplisia
campurannya adalah akar kelembak ( Rhei Officinalis Radix) daun jati belanda
(Guazumae Ulmifoliae Folium). Namun terjadi kekeliruan pada proses identifikasi
yang disebabkan oleh ketidaktahuan atau kekeliruan dari praktikan. Kekeliruan
tersebut yakni praktikan tidak mengetahui adanya ciri khas dari simplisia akar
kelembak ( Rhei Officinalis Radix) dan miripnya struktur simplisia-simplisia tersebut
dengan kumis kucing (Orthosiphonis Stamnei Folium).

V. DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. 1978. Materia Medika Indonesia Jilid II. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Dirjen POM. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia:

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ke III. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Sharmiati. 2003. Khasiat & Manfaat Jati Belanda Si Pelangsing dan Peluruh
Kolestrol. Jakarta: AgroMedia Pustaka

Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press:


Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai