Anda di halaman 1dari 2

Tidak Mendahulukan Makhluk dari Sang Khalik

(Laa Yuqaddamu al-Makhluk ‘Ala al-Khaliq)

Pada surat Al-Hujurat ayat 1 Allah Swt. Berfirman “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Ayat ini memuat tentang kandungan aqidah yang sudah menjadi kewajiban umat
Islam untuk menjaganya, sebagai konsekuensi penghayatan kita akan kandungan
kalimat: Ibnu Katsir mengutip pendapat Ali bin Abi Thalhah yang meriwayatkan
dari Ibnu ‘Abbas r.a., maksud ayat tersebut adalah “Janganlah kalian
mengucapkan hal-hal yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits”.
Mujahid juga menafsirkan, “Janganlah kalian mendahului Rasulullah Saw dalam
sesuatu (hal), sehingga Allah Swt. menetapkannya melalui lisan beliau.” Adh-
Dhahhak mengatakan jangan memutuskan suatu perkara tanpa mengikuti
petunjuk Allah dan Rasulnya dari seluruh syari’at-syari’at dalam agama Islam,
Sufyan ats-Tsauri mengingatkan untuk tidak mendahului Allah dan Rasul-Nya
dalam bentuk ucapan maupun perbuatan

Ibn Hajar al-Atsqalani mengutip pendapat Ath-Thabari yang meriwayatkan dari


Sa’id, dari Qatadah, “Disebutkan kepada kami bahwa sebagian orang berkata,
‘Sekiranya diturunkan tentang ini’, maka Allah pun menurunkan ayat itu.” Imam
Ath-Thabari juga berkata, “Al-Hasan berkata, ‘Mereka adalah sebagian kaum
muslimin. Mereka menyembelih (kurban) sebelum shalat, maka Nabi Saw
memerintahkan mereka menyembelih Kembali. Ayat tersebut diakhiri dengan
perintah agar bertakwa kepada Allah Swt., sebagai pertanda bahwa jika seorang
mukmin meninggalkan adab yang telah dibahas di atas, maka tidak sempurnalah
keimanannya. Dalam makna berkebalikan dapat disebutkan bahwa seorang yang
bertakwa pastilah pandai dalam menjaga adab terhadap Allah dan Rasul-Nya,
sebagai adab yang harus diprioritaskan dan ditempatkan pada tempat yang paling
tinggi. Esensi dari ayat ini sesungguhnya adalah agar mukmin sentiasa menjaga
ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berhukum dengan hukum yang
telah ditetapkan untuknya. Maka dalam banyak ayat Al-Qur’an, esensi yang sama
semakin dikuatkan dengan ragam redaksi, untuk terus mengingatkan sifat
kemanusiaan yang terkadang mudah tersimpangkan karena faktor-faktor yang
dapat menyimpangkannya. Sebagai mana firman Allah Swt. dalam Surat An-
Nisa/4 ayat 60-61
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah
beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan
sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah
diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka
(dengan) penyesatan yang sejauhjauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka :
“Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada
hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia)
dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.”

Anda mungkin juga menyukai