Dokumen - Tips - LP Internal Bleeding Tity
Dokumen - Tips - LP Internal Bleeding Tity
INTERNAL BLEEDING
Oleh :
TITY RIEZKA RIANTHI, S. Kep
NIM. I1B110214
1
LEMBAR PENGESAHAN
INTERNAL BLEEDING
Oleh :
TITY RIEZKA RIANTHI, S. Kep
NIM. I1B110214
3
bawahnya. Benturan pada trauma tumpul abdomen dapat menimbulkan cedera
pada organ berongga berupa perforasi atau pada organ padat berupa
perdarahan. Cedera deselerasi sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas karena
setelah tabrakan badan masih melaju dan tertahan suatu benda keras
sedangkan bagian tubuh yang relatif tidak terpancang bergerak terus dan
mengakibatkan robekan pada organ tersebut. Pada intraperitoneal, trauma
tumpul abdomen paling sering menciderai organ limpa (40-55%), hati (35-
45%), dan usus halus (5-10%). Sedangkan pada retroperitoneal, organ yang
paling sering cedera adalah ginjal, dan organ yang paling jarang cedera adalah
pankreas dan ureter.
2. Klasifikasi
KLASIFIKASI
Berdasaran jenis organ yang cedera dapat dibagi dua :
1. Pada organ padat seperti hepar dan limpa dengan gejala utama
perdarahan
2. Pada organ berongga seperti usus dan saluran empedu dengan gejala
utama adalah peritonitis
Berdasarkan daerah organ yang cedera dapat dibagi dua, yaitu :
a. Organ Intraperitoneal Intraperitoneal abdomen terdiri dari organ-organ
seperti hati, limpa, lambung, colon transversum, usus halus, dan colon
sigmoid.
Ruptur Hati
Hati dapat mengalami laserasi dikarenakan trauma tumpul ataupun
trauma tembus. Hati merupakan organ yang sering mengalami laserasi,
sedangkan empedu jarang terjadi dan sulit untuk didiagnosis. Pada trauma
tumpul abdomen dengan ruptur hati sering ditemukan adanya fraktur costa
VII – IX. Pada pemeriksaan fisik sering ditemukan nyeri pada abdomen
kuadran kanan atas. Nyeri tekan dan Defans muskuler tidak akan tampak
sampai perdarahan pada abdomen dapat menyebabkan iritasi peritoneum
(± 2 jam post trauma). Kecurigaan laserasi hati pada trauma tumpul
abdomen apabila terdapat nyeri pada abdomen kuadran kanan atas. Jika
keadaan umum pasien baik, dapat dilakukan CT Scan pada abdomen yang
hasilnya menunjukkan adanya laserasi. Jika kondisi pasien syok, atau
pasien trauma dengan kegawatan dapat dilakukan laparotomi untuk
melihat perdarahan intraperitoneal. Ditemukannya cairan empedu pada
lavase peritoneal menandakan adanya trauma pada saluran empedu.
Ruptur Limpa
Limpa merupakan organ yang paling sering cedera pada saat terjadi
trauma tumpul abdomen. Ruptur limpa merupakan kondisi yang
membahayakan jiwa karena adanya perdarahan yang hebat. Limpa terletak
tepat di bawah rangka thorak kiri, tempat yang rentan untuk mengalami
perlukaan.
Pada pemeriksaan fisik, gejala yang khas adanya hipotensi karena
perdarahan. Kecurigaan terjadinya ruptur limpa dengan ditemukan adanya
fraktur costa IX dan X kiri, atau saat abdomen kuadran kiri atas terasa
sakit serta ditemui takikardi. Biasanya pasien juga mengeluhkan sakit pada
bahu kiri, yang tidak termanifestasi pada jam pertama atau jam kedua
setelah terjadi trauma.
Ruptur Usus Halus
Sebagian besar, perlukaan yang merobek dinding usus halus karena
trauma tumpul menciderai usus dua belas jari. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan gejala ‘burning epigastric pain’ yang diikuti dengan nyeri
tekan dan defans muskuler pada abdomen. Perdarahan pada usus besar
dan usus halus akan diikuti dengan gejala peritonitis secara umum pada
jam berikutnya. Sedangkan perdarahan pada usus dua belas jari
biasanya bergejala adanya nyeri pada bagian punggung.
b. Organ Retroperitoneal
Retroperitoneal abdomen terdiri dari ginjal, ureter, pancreas, aorta,
dan vena cava. Trauma pada struktur ini sulit ditegakkan diagnosis
berdasarkan pemeriksaan fisik. Evaluasi regio ini memerlukan CT scan,
angiografi, dan intravenous pyelogram.
5
E. Perdarahan Intrakranial
Perdarahan dapat terjadi diantara tengkorak dan durameter
(jaringan fibrous penutup otak), diantara durameter dan arachnoid, atau
langsung dalam jaringan otak itu sendiri.
Berikut ini beberapa macam perdarahan pada cedera kepala :
1. Hematom epidural akut
Cedera ini sering disebabkan oleh robeknya arteri meninga media
yang berjalan disepanjang region temporal. Cedera arteri sering
disebabkan oleh fraktur tengkorak linear di region temporal atau
parietal. Akibat dari cidera arteri (walaupun mungkin juga terjadi
perdarahan vena dari salah satu sinus durameter), perdarahan dan
peningkatan TIK dapat berlangsung dengan cepat sehingga kematian
dapat segera terjadi. Gejala hematoma epidural akut meliputi riwayat
trauma kepala dengan kehilangan kesadaran sesaat diikuti satu periode
dimana penderita sadar dan koheren. Setelah beberapa menit hingga
beberapa jam timbul tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial
(muntah, nyeri kepala, perubahan status kesadaran) kemudian menjadi
tidak sadar dan terjadi kelumpuhan kolateral dari tempat cedera kepala.
Sering terjadi dilatasi dan tidak ada respon terhadap cahaya dari pupil
pada sisi cedera kepala. Hal ini biasanya dengan cepat diikuti oleh
kematian.
2. Hematom Subdural Akut
Hematom subdural akut terjadi akibat perdarahan diantara
durameter dan arachnoid yang berhubungan dengan cedera jaringan
otak dibawahnya. Karena perdarahan berasal dari vena, tekanan
intracranial meningkat lebih lambat dan baru terdiagnosa beberapa jam
atau hari setelah kejadian cedera. Tanda dan gejalanya meliputi : nyeri
kepala, fluktuasi tingkat kesadaran, dan tanda neurologis fokal
(kelemahan satu sisi tubuh, penurunan reflex tondon dalam, bicara
yang tidak jelas dan melantur).
3. Perdarahan intraserebral
Merupakan perdarahan yang terjadi dalam jaringan otak.
Perdarahan intraserebral pada trauma terjadi akibat trauma tumpul atau
trauma tembus pada kepala. Disisi lain, pembedahan tidak banyak
menolong,. Tanda dan gejala tergantung lokasi kerusakan dan beratnya
cedera. Gejala yang muncul mirip dengan gejala pada stroke.
F. Perdarahan Intrathorak
Tauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding
thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999).
Trauma thorak adalah trauma yang terjadi pada toraks yang menimbulkan
kelainan pada organ-organ didalam toraks.
Hemothoraks adalah adanya darah pada rongga pleura. Perdarahan
mungkin berasal dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh
darah besar (Mancini, 2011).
G. ETIOLOGI
Penyebab utama hematothoraks adalah trauma, seperti luka penetrasi
pada paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada. Trauma tumpul
pada dada juga dapat menyebabkan hematothoraks karena laserasi pembuluh
darah internal (Mancini, 2011). Menurut Magerman (2010) penyebab
hematothoraks antara lain :
1. Penetrasi pada dada
2. Trauma tumpul pada dada
3. Laserasi jaringan paru
4. Laserasi otot dan pembuluh darah intercostal
5. Laserasi arteri mammaria interna
H. KLASIFIKASI
Pada orang dewasa secara teoritis hematothoraks dibagi dalam 3
golongan, yaitu:
1. Hematothoraks ringan
Jumlah darah kurang dari 400 cc
Tampak sebagian bayangan kurang dari 15 % pada foto thoraks
7
Perkusi pekak sampai iga IX
2. Hematothoraks sedang
Jumlah darah 500 cc sampai 2000 cc
15% - 35% tertutup bayangan pada foto thoraks
Perkusi pekak sampai iga VI
3. Hematothoraks berat
Jumlah darah lebih dari 2000 cc
35% tertutup bayangan pada foto thoraks
Perkusi pekak sampai iga IV
I. MANIFESTASI KLINIK
Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah di
dinding dada. Secara klinis pasien menunjukan distress pernapasan berat,
agitasi, sianosis, takipnea berat, takikardia dan peningkatan awal tekanan
darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai dengan penurunan curah jantung
(Hudak & Gallo, 1997).
Adapun tanda dan gejala adanya hemotoraks dapat bersifat simptomatik
namun dapat juga asimptomatik. Asimptomatik didapatkan pada pasien
dengan hemothoraks yang sangat minimal sedangkan kebanyakan pasien
akan menunjukan symptom, diantaranya:
Nyeri dada yang berkaitan dengan trauma dinding dada
Tanda-tanda syok, seperti hipotensi, nadi cepat dan lemah, pucat, dan akral
dingin
- Kehilangan darah volume darah ↓ Cardiac output ↓ TD ↓
- Kehilangan banyak darah vasokonstriksi perifer pewarnaan kulit
oleh darah berkurang
Tachycardia
- Kehilangan darah volume darah ↓ Cardiac output ↓ hipoksia
kompensasi tubuh takikardia
Dyspnea
- Adanya darah atau akumulasi cairan di dalam rongga pleura
pengembangan paru terhambat pertukaran udara tidak adekuat
sesak napas.
- Darah atau akumulasi cairan di dalam rongga pleura pengembangan
paru terhambat pertukaran udara tidak adekuat kompensasi tubuh
takipneu dan peningkatan usaha bernapas sesak napas.
Hypoxemia
- Hemotoraks paru sulit mengembang kerja paru terganggu
kadar O2 dalam darah ↓
Takipneu
- Akumulasi darah pada pleura hambatan pernapasan reaksi tubuh
meningkatkan usaha napas takipneu.
- Kehilangan darah volume darah ↓ Cardiac output ↓ hipoksia
kompensasi tubuh takipneu.
Anemia
Deviasi trakea ke sisi yang tidak terkena.
- Akumulasi darah yang banyak menekan struktur sekitar
mendorong trakea ke arah kontralateral.
Gerak dan pengembangan rongga dada tidak sama (paradoxical).
Penurunan suara napas atau menghilang pada sisi yang terkena
- Suara napas adalah suara yang terdenger akibat udara yang keluar dan
masuk paru saat bernapas. Adanya darah dalam rongga pleura
9
pertukaran udara tidak berjalan baik suara napas berkurang atau
hilang.
Dullness pada perkusi (perkusi pekak)
- Akumulasi darah pada rongga pleura suara pekak saat diperkusi
(Suara pekak timbul akibat carian atau massa padat).
Adanya krepitasi saat palpasi.
J. PATOFISIOLOGI
Hemothoraks adalah adanya darah yang masuk ke areal pleura (antara
pleura viseralisdan pleura parietalis). Biasanya disebabkan oleh trauma
tumpul atau trauma tajam pada dada, yang mengakibatkan robeknya
membran serosa pada dinding dada bagian dalam atau selaput pembungkus
paru. Robekan ini akan mengakibatkan darah mengalir ke dalam rongga
pleura, yang akan menyebabkan penekanan pada paru.
Sumber perdarahan umumnya berasal dari A. interkostalis atau A.
mamaria interna. Rongga hemitoraks dapat menampung 3 liter cairan,
sehingga pasien hematotoraks dapat syok berat (kegagalan sirkulasi) tanpa
terlihat adanya perdarahan yang nyata, oleh karena perdarahan masif yang
terjadi terkumpul di dalam rongga toraks.
Pendarahan di dalam rongga pleura dapat terjadi dengan hampir semua
gangguan dari jaringan dada di dinding dan pleura atau struktur intrathoracic.
Respon fisiologis terhadap perkembangan hemothorax diwujudkan dalam 2
area utama: hemodinamik dan pernafasan. Tingkat respon hemodinamik
ditentukan oleh jumlah dan kecepatan kehilangan darah.
Perubahan hemodinamik bervariasi tergantung pada jumlah perdarahan
dan kecepatan kehilangan darah. Kehilangan darah hingga 750 mL pada
seorang pria 70-kg seharusnya tidak menyebabkan perubahan hemodinamik
yang signifikan. Hilangnya 750-1500 mL pada individu yang sama akan
menyebabkan gejala awal syok (yaitu, takikardia, takipnea, dan penurunan
tekanan darah).
Tanda-tanda signifikan dari shock dengan tanda-tanda perfusi yang
buruk terjadi dengan hilangnya volume darah 30% atau lebih (1500-2000
mL). Karena rongga pleura seorang pria 70-kg dapat menampung 4 atau
lebih liter darah, perdarahan dapat terjadi tanpa bukti eksternal dari
kehilangan darah.
Efek pendesakan dari akumulasi besar darah dalam rongga pleura dapat
menghambat gerakan pernapasan normal. Dalam kasus trauma, kelainan
ventilasi dan oksigenasi bisa terjadi, terutama jika berhubungan dengan luka
pada dinding dada. Sebuah kumpulan yang cukup besar darah menyebabkan
pasien mengalami dyspnea dan dapat menghasilkan temuan klinis takipnea.
Volume darah yang diperlukan untuk memproduksi gejala pada individu
tertentu bervariasi tergantung pada sejumlah faktor, termasuk organ cedera,
tingkat keparahan cedera, dan cadangan paru dan jantung yang mendasari.
Dispnea adalah gejala yang umum dalam kasus-kasus di mana
hemothorax berkembang dengan cara yang membahayakan, seperti yang
sekunder untuk penyakit metastasis. Kehilangan darah dalam kasus tersebut
tidak akut untuk menghasilkan respon hemodinamik terlihat, dan dispnea
sering menjadi keluhan utama.
Darah yang masuk ke rongga pleura terkena gerakan diafragma, paru-
paru, dan struktur intrathoracic lainnya. Hal ini menyebabkan beberapa
derajat defibrination darah sehingga pembekuan tidak lengkap terjadi. Dalam
beberapa jam penghentian perdarahan, lisis bekuan yang sudah ada dengan
enzim pleura dimulai.
Lisis sel darah merah menghasilkan peningkatan konsentrasi protein
cairan pleura dan peningkatan tekanan osmotik dalam rongga pleura.
Tekanan osmotik tinggi intrapleural menghasilkan gradien osmotik antara
ruang pleura dan jaringan sekitarnya yang menyebabkan transudasi cairan ke
dalam rongga pleura. Dengan cara ini, sebuah hemothorax kecil dan tanpa
gejala dapat berkembang menjadi besar dan gejala efusi pleura berdarah.
Dua keadaan patologis yang berhubungan dengan tahap selanjutnya dari
hemothorax adalah empiema dan fibrothorax. Empiema hasil dari
kontaminasi bakteri pada hemothorax. Jika tidak terdeteksi atau tidak
ditangani dengan benar, hal ini dapat mengakibatkan syok bakteremia dan
sepsis.
11
Fibrothorax terjadi ketika deposisi fibrin berkembang dalam hemothorax
yang terorganisir dan melingkupi baik parietal dan permukaan pleura viseral.
Proses adhesive ini menyebkan paru-paru tetap pada posisinya dan mencegah
dari berkembang sepenuhnya.
Hemotoraks traumatik
trauma laserasi pembuluh darah atau struktur parenkim paru perdarahan
darah berakumulasi di rongga pleura hemotoraks.
L. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien, menghentikan
pendarahan, dan menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura.
Penanganan pada hemothoraks adalah:
1. Resusitasi cairan
Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah
yang dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai
dengan infus cairan kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan
kemudian pemnberian darah dengan golongan spesifik secepatnya. Darah
dari rongga pleura dapat dikumpulkan dalam penampungan yang cocok
untuk autotranfusi. Bersamaan dengan pemberian infus dipasang pula
chest tube (WSD)
2. Pemasangan chest tube
Pemasangan chest tube (WSD) ukuran besar agar darah pada toraks
dapat cepat keluar sehingga tidak membeku di dalam pleura. Hemotoraks
13
akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks sebaiknya di
terapi dengan chest tube kaliber besar. Chest tube tersebut akan
15
O.
P. Rencana Tindakan Keperawatan (Ackley, 2011)
17
cuping hidung tidak ada suara nafas tempat tidur ditinggikan 60- dengan kepala tempat tidur
- Penggunaan otot abnormal). 90 derajat. <45%
aksesorius untuk - Tanda-tanda vital dalam 4. Ada gejala yang menjadi
bernafas rentang normal (tekanan 4. Catat penggunaan otot nafas signal meningkatnya kesulitan
- Takipnea darah, nadi, pernafasan). tambahan yang digunakan, bernafas dan hipoksia
- Penurunan retraksi, konfusi, atau
tekanan ekspirasi letargy. 5. Suara nafas abnormal dapat
- Penurunan 5. Auskultasi suara napas, mengindikasikan patologi
tekanan inspirasi catat penurunan dan respiratori yang berhubungan
hilangnya suara nafas, dengan perubahan pola nafas
crackles atau wheezing
19
Karakteristik : AGD dalam batas normal intervensi dengan cepat
3. Monitor balance cairan 3. Volume cairan tubuh yang
Perubahan irama kurang dapat menyebabkan
jantung : penurunan curah jantung
Takikardi 4. Atur periode latihan dan 4. Aktivitas yang berlebih dapat
istirahat untuk menghindari meningkatkan kerja jantung
Perubahan kelelahan
Afterload : kulit 5. Monitor adanya dyspnea 5. Dyspnea dan takipnea
lembab, dan takipnea mungkin terjadi karena
penurunan nadi kurangnya oksigen yang
perifer, dibawa oleh darah akibat
penurunan penurunan curah jantung
resistensi 6. Monitor tekanan darah, 6. Mengetahui perkembangan
vaskular paru, nadi, suhu, dan RR kondisi klien setelah dilakukan
dispnea. intervesi
7. Monitor jumlah, bunyi, dan 7. Jumlah, bunyi, dan irama
Perubahan irama jantung jantung menunjukkan kerja
kontraktilitas : jantung dalam memompa
batuk, dispnea darah
paroksismal 8. Kaji kulit terhadap pucat 8. Pucat menunjukkan
nokturnal dan sianosis. menurunnya perfusi perifer
sekunder terhadap tidak
Perilaku : Gelisah adekuatnya curah jantung,
vasokontriksi, dan anemia.
Sianosis dapat terjadi sebagai
refraktori GJK.
9. Tinggikan kaki, hindari 9. Menurunkan stasis vena dan
tekanan pada bawah lutut. dapat menurunkan insiden
thrombus atau pembentukan
embolus.
10. Berikan oksigen 10.Meningkatkan sediaan oksigen
tambahan dengan nasal untuk kebutuhan miokard
kanula atau masker sesuai untuk melawan efek hypoxia
indikasi. atau iskemia.
21
3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Managemen Nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 60 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Langkah pertama
agen injury. menit pasien menunjukkan secara komprehensif dalam pengkajian nyeri untuk
penurunan nyeri, dibuktikan termasuk lokasi, menentukan jika klien tidak
Batasan dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, dapat mendiskripsikan
Karakteristik: - Tanda vital frekuensi, kualitas dan nyerinya sendiri. Tanyakan
Perubahan selera dalam rentang normal symbol presipitasi kepada klien tentang intensitas
makan - Tidak nyerinya kemudian memilih
23
dengan kehilangan diharapkan volume cairan mendasari, dan prosedur menjelaskan penggantian
cairan secara aktif. klien kembali seimbang. bedah yang dijalani. cairan.
- Keseimbangan cairan 2. Monitor tanda kehilangan 2. Memperlihatkan tingkat
Batasan - Hidrasi cairan pada pasien. kehilangan cairan pada klien.
karakteristik: - Status nutrisi: intake 3. Monitor cairan yang masuk 3. Untuk mengetahui
Penurunan status makanan dan minuman dan keluar. keseimbangan cairan tubuh
mental Kriteria Hasil: 4. Berikan caiaran sesuai 4. Mencegah terjadinya dehidrasi
Penurunan - Tekanan darah, nadi, kebutuhan dan yang
tekanan dan suhu tubuh dalam batas diprograrmkan
frekuensi nadi normal.
Penurunan turgor - Tidak ada tanda-tanda
kulit dehidrasi, elastisitas
Peningkatan suhu
tubuh
Penurunan berat
badan
25
DAFTAR PUSTAKA