Anda di halaman 1dari 2

NAMA : ADHITA SEPTIANTY NINGRUM

NIM/NO.ABSEN : 1130018070/19

PRODI/KELAS : S1-KEPERAWATAN

MATA KULIAH : KEPERAWATAN JIWA 2

Kasus
Seorang pasien atas nama Ny. C dengan Ganguan jiwa dirawat dirumah sakit Surabaya,
di ruang Sumbrodo pada tanggal 21 october 2020. Data yang diperoleh pada anamnesa terdapat
factor predisposisi sebelumnya pasien pernah mengalami gangguan jiwa sebanyak 6 kali.
Masalah utama Pasien adalah Halusinasi. pasien sering marah-marah terhadap lingkungan
sekitar, termasuk kepada perawat. Pasien sering teriak - teriak setelah mendengar bisikan yang
membuat pasien ketakutan, pasien suka menyendiri dan tidak mau bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar termasuk tidak mau berkomunikasi dengan perawat. Namun sesekali pasien
juga suka tertawa terbahak-bahak lalu membanting dan merusak benda yg ada disekitar pasien
termasuk fasilitas Rumah sakit. Pasien selalu menolak untuk dilakukan perawatan diri. Dari hal
tersebut membuat perawat setiap harinya merasa geram dan sesekali membentak pasien dan
perawat seringkali tidak memenuhi kebutuhan pasien. Dari ungkapan tersebut perawat merasa
bahwa apa yg diusahakan nya tidak berhasil dalam melaksankan tugasnya,dan merasa bosan
sehingga ia seringkali tidak memberikan kebutuhan pasien.

Analisis Kasus
Dari kasus diatas. Dapat disampikan bahwa orang gangguan jiwa adalah penyakit yang
mempengaruhi emosi, pola pikir, dan perilaku penderitanya. Gangguan tersebut didefinisikan
sebagai kombinasi afektif , perilaku, komponen kognitif, atau presepsi yang berhubungan
dengan fungsi social manusia. Namun Pada kasus diatas maka perawat telah melnggar prinsip
Etik keperawatan yakni Benefience( Berbuat baik) dan Non Meleficence (Tidak meruikan)
karena sesuai prinsip etik keperawatan hendaknya melakukan tugasnya dengan baik. Perawat
tidak sepatutnya membentak dan mengabikan kebutuhan pasien termasuk kebutuhan perawatan
diri pasien . maka yang menjadi solusi dalam hal ini antara lain:
1. BHSP ( Bina Hubungan Saling Percaya) hal ini meliputi perkenalan secara intensif antara
perawat dan pasien, menjelaskan Maksud dan Tujuan, ikut serta merasakan perasaan dan
masalah yang diagadapi pasien, melakukan kontrak waktu, mendengarkan ungkapan
perasaan pasien, dan penuhi kebutuhan pasien . jika BHSP terjalin kuat antara perawat
dan pasien maka pasien akan mampu berinteraksi dengan baik kepada perawat.
2. Melalakukan edukasi kepada pasien jika mendengar bisikan maka lakukan distraksi atau
pegalihan pikiran.misalnya; dengn cara melakukan penolakan terhadap sumber bisikan
dengan cara mengtakan “tidak, ini khayalan. Pergi pergi”
3. Memberikan kegiatan pada pasien , misalnya dengan bermain , mendengrkan music,
melakukan ibadah dan lain sebagainya.
4. Menjelaskan apa itu definisi perawatan diri, tujuan dari perawatan diri , dan manfat dari
melakukan perawatan diri
5. Memberikan edukasi bahwa tindakan merusak atau membanting apa yg ada disekitar itu
akan membahayakan lingkungannya dan merugikan pihak lain . maka terus lakukan
interaksi intensif
Pada kasus seperti diatas tugas utama perawata adalah membangun rasa percaya pasien
kepada perawat, meningkatkan empati perawat bahawa pada dasarnya orang dengan ganggun
jiwa memerlukan perawatan seacara intensif dan konsisten.

Anda mungkin juga menyukai