Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PANDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suasana pendidikan merupakan suasana yang berbeda dengan bidang


lainnya karena mempunyai misi yang sangat mulia dan berbeda. Karena
sedemikian pentingnya masalah pendidikan mendapat perhatian khusus pada
Undang Undang Dasar 1945 dimana dalam BAB XIII tentang pendidikan dan
kebudayaan pasal 31 ayat 1 berbunyi setiap warga Negara berhak mendapat
pendidikan dan pasal 31 ayat 2 berbunyi setiap warga Negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, serta penganggarannya
mendapat porsi yang berbeda dengan bidang lainnya. Misi pendidikan di
Perguruan tinggi dikenal dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, sehingga budaya
yang berkembang di Perguruan Tinggi seharusnya tidak akan jauh dari moral dan
etika ke tiga tridarma tersebut yaitu etika dan moral : pendidikan, penelitian, dan
pengabdian masyarakat.

Filosofi pendidikan sudah jelas diamanatkan undang-Undang sebagai


upaya memanusiakan manusia, sehingga sudah seharusnya perguruan tinggi tidak
hanya ‘pabrik’ yang mencetak sarjana yang hanya menguasai sains, tetapi juga
sebagai pusat pertumbuhan budaya, budaya akademik, budaya kerja yang
mempunyai etos kerja yang tinggi. Pendidikan pada hakekatnya adalah tempat
yang merupakan ladang untuk memupuk peradaban bangsa.

Dengan tri dharma perguruan tinggi yang menjadi misi nya maka
perguruan tinggi juga merupakan menyiapkan para ilmuwan yang tidak hanya
lengkap ilmunya namun juga merupakan ilmuwan pembelajar dan peneliti, yang
selalu siap membawa pencerahan ilmu pengetahuan, terhadap ilmu pengetahuan
itu sendiri maupun kepada masyarakat Indonesia.

1
Karena sains (ilmu pengetahuan)merupakan alat untuk mencari kebenaran.
Mencari kebenaran dalam sains memerlukan tahapan dan metode, yang dikenal
dengan metode ilmiah, dengan tahapan tertentu dan metodologi penelitian. Disana
akan diajarkan betapa pentingnya etika dan kejujuran di dalam suatu penelitian.
Karena penelitian dan pendidikan merupakan dua hal yang tak terpisahkan
diperguruan tinggi, sudah sewajarnya keduanya akan mempunyai etika yang tidak
jauh berbeda. Diantara budaya tersebut adalah : kebebasan akademik,  kejujuran,
sportif, memiliki etos kerja pengabdian.
Karena etika moral tersebut banyak diajarkan sejak dini pada pelajaran
maupun pelaksanaan ajaran agama dan juga pendidikan moral tidak terlepas dari
yang telah diamanatkan dalam nilai-nilai luhur pancasila yaitu sila pertama
ketuhanan yang maha esa, maka budaya yang harusnya dijunjung tinggi di
perguruan tinggi adalah budaya yang merupakan campuran atau saling
melengkapi antara budaya pendidikan, budaya penelitian, budaya kerja, yang
dilandasi oleh budaya religius. Sehingga misi Pendidikan  mampu membangun
peradaban yang memanusiakan manusia, dapat diwujudkan (Zuhriah, 2011). Misi
pendidikan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
(sisdiknas) tentang dasar fungsi dan tujuan pendidikan pasal 2 dikatakan bahwa
“pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945”. Pasal 3 dikatakan
bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada tuhan YME, berakhlak
mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif,mandiri,dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.
a.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan budaya akademik dalam konsep agama
Hindu?
b. Bagaimana etos kerja menurut pandangan agama Hindu?
c. Bagaimana sikap terbuka dan adil menurut pandangan Hindu?

2
d. Bagaimana keterkaitan antara agama dan kebudayaan dalam pandangan
Hindu?
e. Bagaimana perkembangan peradaban sistem nilai budaya yang ada di
tengah masyarakat Hindu?
1.3 Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui budaya akademik dalam konsep agama
hindu.
b. Mahasiswa dapat mengetahui etos kerja menurut pandangan agama Hindu.
c. Mahasiswa dapat mengetahui sikap terbuka dan adil menurut pandangan
Hindu.
d. Mahasiswa dapat mengetahui keterkaitan antara agama dan kebudayaan
dalam pandangan Hindu.
e. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan peradaban sistem nilai budaya
yang ada ditengah masyarakat Hindu.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu Mahasiswa diharapkan
akan memahami budaya dalam pandangan agama Hindu.

3
BAB II
PEMBAHASANAN

2.1 Budaya Akademik

Budaya Akademik, merupakan suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan


akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat
akademik.  Karena misi pendidikan tinggi meliputi pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat, maka masyarakat akademik disini adalah masyarakat
yang terlibat dalam lembaga pendidikan dan penelitian.Karena Ilmu pengetahuan
yang di gali di perguruan tinggi mempunyai daya untuk memperbaiki dirinya
sendiri, maka kehidupan dan kegiatan akademik diharapkan selalu berkembang
dinamis, bergerak sejalan dengan perubahan zaman. Perkembangan kegiatan
akademik menuju kondisi yang ideal senantiasa menjadi harapan dan dambaan
setiap insan akademik.Perkembangan ini hanya terjadi apabila digerakkan dan
didukung oleh pemangku kepentingan akademik, yang memiliki komitmen dan
rasa tanggung jawab  terhadap perkembangan dan kemajuan budaya akademik.
Budaya akademik merupakan  budaya universal. Dimiliki oleh setiap orang yang
melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Membanggun budaya akademik
bukan perkara yang mudah. Diperlukan upaya sosialisasi terhadap kegiatan
akademik, sehingga terjadi kebiasaan di kalangan akademisi untuk melakukan
norma-norma kegiatan akademik tersebut. Pemilikan budaya akademik ini
seharusnya menjadi idola semua insan akademisi perguruaan tinggi, yakni dosen,
mahasiswa, dan warga lingkup akademik.

Derajat akademik tertinggi bagi seorang dosen adalah dicapainya


kemampuan akademik pada tingkat guru besar (profesor), serta dapat
mengantarkan sukses anak didiknya dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik
dan sukse di tempat kerja. Bagi  mahasiswa adalah apabila ia mampu mencapai
prestasi akademik, yaitu dapat menyelesaikan pendidikan dengan tepat waktu dan
nilai yang tinggi. Seperti yang disebutkan dalam Bhagawad Gita Bab III, X.53.8 :

4
Sejak dulu aku telah katakan, kepada orang-orang yang tak berdosa, ada
dua jalan suci didunia ini jalan Jnana (ilmu pengetahuan) bagi cendikiawan dan
jalan karma (kerja) bagi ia yang suka bekerja.

Atharvaveda X.53.8. menyebutkan bahwa: “ketekunan semoga ada di


tangan kanan dan kejayaan ada ditangan kiri. Semoga kami mendapatkan sapi-
betina, kuda, kekayaan dan emas”.

Dengan demikian, sangat mudah disadari bahwa perguruan tinggi berperan


dalam mewujudkan upaya dan pencapaian budaya akademik tersebut. Perguruan
tinggi merupakan lahan pembinaan intelektualitas dan moralitas, untuk dasar
penguasaan IPTEK dan budaya akademik sebagai bagian dari arti budaya secara
luas (Pudja, 2013).
Berbeda halnya dengan budaya akademik pada masa dulu sangatlah
berbeda. Minimnya sumber ilmu seperti buku menyebabkan perkembangan
akademik semakin merosot. Sehingga istilah “gugontuon” muncul dikalangan
masyarakat diBali bahkan sampai keluar bali, hal ini disebabkan pemahaman yang
keliru serta sumber informasi yang minim sehingga nilai-nilai yang ada didalam
masyarakat itu dianggap benar. Sesungguhnya nilai-nilai yang ditinjau harus juga
berdasarkan sastra. Istilah gugontuon sampai sekarang masih berlaku dikalangan
masyarakat terdahulu karena bagi masyarakat dahulu, sesuatu yang mereka biasa
lakukan merupakan suatu tradisi sakral, namun jika kita tinjau lebih jauh suatu
tradisi akan biasa bertahan jika menyesuaikan dengan perkembangan zaman tanpa
meninggalkan nilai-nilai dalam sastra.

2.2 Etos Kerja Menurut Pandangan Agama Hindu


Etos dalam pengertian the pocket oxford dictionary yang mengatakan
bahwa etos adalah karakteristik semangat yang khas dari sekelompok manusia.
Adapula yang mengatakan etos berasal dari kata Yunani yang artinya sesuatu
yang diyakini baik menyangkut tentang cara,sikap dan persepsi terhadap nilai
kerja.
Kemudian kata etos ini melahirkan kata etika (ethic). Etika itu merupakan
pedoman berprilaku bagi seseorang diman nilai luhur dan agama menatap sikap

5
prilaku untuk dapat menciptakan hasil kerja yang positif (subakarma)
menghindari kerja yang bersifat negatif (asubakarma). Pemikiran diatas juga
relevan dengan makna pustaka suci Atharvaveda: III 24.5 sebagai berikut :
“Wahai manusia, kumpulkan kekayaan dengan ratusan tangan (keja
keras) dan setelah engkau memperolehnya dermakanlah itu dengan beribu
tanganmu (sebanyak-banyaknya)”
Makna sloka suci diatas, apapun keuntungan harus membantu pada sesama
yang masih memerlukan bantuan, beryadnya dari sebagian keuntungan itu, untuk
Hyang Widhi, untuk leluhur, yang telah menciptakan melindungi hidup ini, ingat
untuk orang tua (leluhur) yang masih hidup ( Swarsi, 2010). Serta dijelaskan
dikitab Bhagawad Gita Bab II Sloka 47 :
Karmany eva dhikaras te
Ma phalesu kadachana
Ma karma phala hetur bhur
Ma te sango stv akarmani
Artinya : berbuatlah hanya demi kewajibanmu bukan hasil perbuatan itu yang kau
pikirkan, jangan sekali-kali pahala menjadi motifmu dalam bekerja, jangan pula
hanya berdiam diri tanpa kerja.
Dari hal tersebut dapat kita ketahui bersama suatu kerja, yang di dasari
oleh rasa ketulusiklasan akan menghasilkan phala yang melimpah dibandingkan
dengan suatu pekerjaan yang di dasari rasa terpaksa.

2.3 Sikap Adil dan Terbuka Menurut Pandangan Hindu


Inti sikap terbuka adalah jujur. Jujur merupakan landasan dari sebuah
kepercayaan seseorang terhadap orang lain. Sikap adil merupakan cerminan dari
seorang pemimpin. Jika ada yang mengatakan jujur artinya sama rata, hal tersebut
tidak salah namun harus perlu digaris bawahi, bahwa adil itu merupakan hal yang
tidak harus mutlak. Misalkan ada pembagian sembako untuk berbagai kalangan
masyarakat termasuk masyarakat ekonomi tinggi, apakah pembagian sembako
untuk mereka yang berekonomi tinggi tersebut adil dimata masyarakat ekonomi
rendah? Tentu saja itu merupakan suatu hal yang terkadang membuat seorang
pemimpin dilema. Sesungguhnya dalam konsep hindu yang dapat meluruskan arti

6
keadilan lebih dikenal dengan istilah Tat twam Asih yang artinya Kamu adalah
Dia atau Dia adalah Kamu. Dari hal tersebut akan tercipta rasa keterbukaan yang
dapat membuat kesenjangan dimasyarakat akan berkurang. Hal itu tercipta karena
adanya rasa peduli atau cinta kasih terhadap sesama sehingga terjalin rasa tolong
menolong antar individu.Didalam Sarasamuscaya Sloka 169 dikatakan:
“Sedekah yang dilakukan, phalanya tidak akan dinikmati ayah, ibu, atau sanak
saudara lainnya, kebajikan itu akan dinikmati oleh si pelaku sedekah itu sendiri”
Namun semakin berkembangnya zaman, nilai-nilai kemanusiaan semakin
tertindas sehingga pada saat ini lebih berkembang sifat indiviualisme, yang
menyebabkan nilai-nilai kebersamaan dan tolong menolong antara umat Hindu
berkurang. Jika hal ini terus berlanjut maka akan membuat keterbukaan didalam
masyarakat untuk menyelesaikan masalah bersama dan kepedulian akan
berkurang, yang menyebabkan didalam masyarakat akan tidak harmonis bahkan
akan membentuk ketidakadilan didalam masyarakat.

2.4 Hubungan Antara Agama dan Kebudayaan


Jika kita mendengar kata Bali yang terbayang dalam benak setiap orang
adalah kebudayaan serta nilai-nilai agama yang kental. Dalam tradisi diBali,
agama dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
karena hal tersebut sudah mendarah daging disetiap warganya. DiBali penduduk
yang beragama Hindu lebih dominan dibandingkan agama lain. Kaitan antara
agama dan kebudayaan diBali dapat dilihat dari pelaksanaan yadnya yang
dilakukan. Misalnya membuat banten merupakan hal yang wajib pada setiap hari-
hari besar tertentu atau setiap upacara tertentu bagi masyarakat bali, beda dengan
halnya masyarakat di India yang membuat persembahan, namun maksud dan
tujuannya sama yaitu memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa berserta
manifestasinya. Agama hindu menurut Swami Vivekananda “Hindu fleksibel
tidak membunuh budaya stempat dimana Hindu itu berkembang, seperti
ibaratnya bola karet yang menggelinding. Mengelinding dipasit ia akan menjadi
pasir, menggelinding di rumput ia akan menjadi rumput” dari hal tersebut dapat
kita ketahui bersama bahwa agama hindu adalah agama yang tidak menuntut
umatnya melakukan sesuatu yang dianggap memberatkan.

7
Bukan hanya diBali atau India saja, namun agama Hindu berkembang
diseluruh Indonesia. Adat atau tata cara persembahyangan atau upacaranya
disesuaikan dengan kebudayaan yang berlaku dimasing-masing daerahnya.
Sehingga jika umat Hindu seluruh Indonesia berkumpul akan nampak perbedaan
didalam melaksanakan yadnyanya, hal tersebut bukan halangan untuk bersatu dan
mempertahankan persaudaraan diantara umat Hindu karena agama Hindu telah
berhasil tumbuh dan berkembang tanpa membuat kebudayaan lokal menjadi
punah.

2.5 Perkembangan Peradaban Sistem Nilai Budaya Masyarakat Hindu


Pada mulanya agama Hindu masuk ke Indonesia pada awal masehi
tempatnya di Kutai (Kalimantan Timur), dengan seiringnya waktu hingga agama
hindu biasa tersebar diseluruh Indonesia. Sistem budaya yang berkembang di
masyarakat sesuai dengan kebudayaan yang ada didaerah tersebut. Misalnya
Masyarakat diBali dahulunya nilai-nilai adat sangat dipegang dibandingkan nilai
kesastraan. Itu dibuktikan dengan tunduknya masyarakat terhadap awig-awig
banjar dibandingkan dengan hukum nasional. Hal itu membuktikan bahwa sistem
nilai budaya pada masyarakat Bali sangat kental. Semua itu didasari nilai-nilai
budaya yang di pegang teguh oleh masyarakatnya. Dahulunya sistem peradaban
masyarakat di Bali kurang memahami kesastraan sehingga muncul konflik, yaitu
seperti perbedaan paham pada pembuatan merajan seperti pelinggih kemulan.
Bagi sebagian masyarakat beranggapan sanggah kemulan memiliki rong satu, ada
yang menyebutkan rong dua dan bahkan menyebutkan rong tiga. Sesungguhnya
konsep yang di kembangkan oleh Mpu Kuturan sejak abad ke-XI yaitu pelingih
kemulan yang memiliki rong tiga. Perbedaan paham tersebut di dasari kurangnya
ilmu pengetahuan pada masanya, dan nilai budaya yang masih dipegang teguh
oleh masyarakatnya sehingga hal tersebut terjadi.
Berbeda halnya dengan masyarakat Hindu diluar Bali, misalnya
masyarakat Hindu Jawa. Masyarakat Hindu jawa sedikit berbeda tatanan upacara
yadnyanya dibandingkan dengan masyarakat Hindu Bali. Misalnya pada
masyarakat Hindu jawa di kenal sebuah ritual yang bernama sedekah laut atau
sedekah bumi. Jadi dari hal tersebut kita ketahui bersama, perkembangan

8
peradaban masyarakat Hindu bermacam-macam sesuai dengan budaya yang turut
mengambil alih proses berkembangnya. Karena Hindu adalah agama yang
fleksibel maka tidak heran jika setiap daerah yang ada umat Hindunya memiliki
tata cara sendiri dalam melakukan yadnyanya.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari pembahasan tersebut kita dapat menari kesimpulan, bahwa agama
Hindu adalah agama yang fleksibel, yang berjalan selaras dengan nilai-nilai
budaya didaerah agama Hindu berkembang. Agama Hindu juga mengajarkan agar
umatnya selalu bekerja dengan iklash dan memiliki rasa Tat Twam Asih, agar
tercipta keharmonisan antara manusia dengan manusia, manusia dengan
lingkungan, dan manusia terhadap Sang Hyang Widhi Wasa.
3.2 Kritik dan Saran
Jika ada kritik dan saran, mohon diajukan guna memperbaiki isi makalah
sehingga makalah yang dibuat menjadi lebih baik lagi.

10
AGAMA HINDU
BUDAYA

KELAS : E
KELOMPOK : 7
NAMA KELOMPOK :
1. NI LUH AYU APSARI SWAN DEWI (07)
2. NI LUH DIAH WIDIASTUTI (10)
3. NI KADEK SEPTIARI (19)
4. I KADEK SUANGGA UTAMA (29)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR

11

Anda mungkin juga menyukai