Anda di halaman 1dari 20

ARTIKEL TEMA KEISLAMAN

1. TAUHID: KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM


2. SAINS &TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS
3. 3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH(REFERENSI AL-HADITS)
5. AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI,KEADILAN SERTA PENEGAKAN HUKUM
DALAM ISLAM.

Disusun sebagai tugas terstruktur mata kuliah: pendidikan agama islam

Dosen Pengampuh:
Dr.Taufiq Ramdani,S.Th.I.,M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Baiq
Adelya Cahya Islami
Nim :
C1G020048
Fakultas&Prodi :
Pertanian&Agribisnis
Semester :
Satu(Ganjil)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas ini dengan baik dan
lancer
Sholawat dan salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW atas karunianya
sehingga penulis dapat mengerjakan tugas ini dengan keadaan sehat walafiat.

Terimakasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr.Taufiq Ramdani,S.Th.I.,M.Sos sebagai dosen
pengampuh mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah dengan sabar dan ikhlas membimbing dan
menyampaikan ilmu yang sangat bermanfaat

Besar harapan saya ini akan memberi manfaat bagi diri saya maupun orang lain

Penyusun,Selong 20 oktober 2020

Nama Baiq Adelya Cahya Islami


NIM C1G020048

DAFTAR ISI

Contents
ARTIKEL TEMA KEISLAMAN:.........................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................1
TAUHID: KEISTIMEWAAN & KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM 1
1.1 PENGERTIAN TAUHID........................................................................1
1.2 TAUHID DALAM KONSEP KETUHANAN..............................................1
1.3 SIAPAKAH TUHAN ITU?.....................................................................2
1.4 MACAM- MACAM TAUHID...............................................................3
BAB II...........................................................................................................5
SAINS &TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS..........................5
2.1 .Pengertian Sains & Tekhnologi Dalam Al-Qur’an Dan Al-hadits.......5
2.2  Pendidikan Sains dan Teknologi yang Relevan dengan Al-Qur’an dan Hadis6
BAB III..........................................................................................................8
3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS..............................................8
3.1 Generasi Terbaik Umat Islam...........................................................8
3.1.1. Generasi sahabat......................................................................8
3.1.2. Generasi Tabi’in.........................................................................9
3.1.3. Generasi Tabi’ut Tabi’in.............................................................9
BAB IV.......................................................................................................10
PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFERENSI AL-HADITS)............10
4.1 Pengertian Salafussholeh.............................................................10
4.2 Mengapa Harus Bermanhaj Salaf..................................................10
BAB V........................................................................................................12
AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI,KEADILAN SERTA PENEGAKAN HUKUM
DALAM ISLAM...........................................................................................12
5.1 Shadaqah.......................................................................................12
5.2 Keadilan hukum dalam islam..........................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................16
LAMPIRAN.................................................................................................17
BAB I

TAUHID: KEISTIMEWAAN & KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM


ISLAM
1.1 PENGERTIAN TAUHID
Tauhid sebagai suatu pengetahuan kesaksian, keimanan, dan keyakinan terhadap keesaan Allah dengan
segala kesempurnaan-Nya. Berdasar Al-Qur’an, keesaan Allah itu meliputi tiga hal, yaitu esa zat-Nya,
tidak ada Tuhan lebih dari satu dan tidak ada sekutu bagi Allah; esa af’al-Nya, tidak ada seorang pun yang
dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh Allah. Menurut osman Raliby, kemahaesaan Allah adalah:
Allah Maha Esa dalam zat-Nya. Kemahaesaan Allah dalam zat-Nya dapat dirumuskan dengan kata-kata
bahwa zat Allah tidak sama dan tidak dapat disamakan dengan apapun juga. Zat Allah tidak akan mati,
tetapi akan kekal dan abadi.
            Allah juga bersifat wajibul wujud, artinya hanya Allah yang abadi dan kekal wujud-Nya. Selain
Allah, semuanya bersifat mumkinul wujud, artinya boleh ada dan boleh tidak ada.

1.2 TAUHID DALAM KONSEP KETUHANAN

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa kata Allah merupakan nama Tuhan yang paling agung yang
menunjukkan kepada kemuliaan dan keagungan Tuhan. Kata Allah merupakan ekspresi ketuhanan yang
paling tinggi dalam Islam, selain bermakna kemuliaan dan keagungan, kata tersebut juga mensyaratkan
bahwa kata Allah mewajibkan seluruh bentuk kemuliaan dan menegasikan segala bentuk kekurangan, kata
Allah juga merupakan nama bagi zat yang wajib wujud yang berhak untuk mendapatkan segala bentuk
pujian. Sedangkan kata ahad merupakan sifat bagi ketunggulan yang senantiasa abadi dalam keesaannya.

Dalam tafsirnya, Razi berpendapat, bahwa kedua kata tersebut ketika digabungkan maka akan
melahirkan dua bentuk makna yang simetris satu sama lain. Kata Allah melahirkan makna positif, yaitu
penetapan sifat kesempurnaan, keagungan, dan kebesaran kepada zat Tuhan. Dengan menggunakan kata
Allah, berarti mengisyaratkan bahwa zat Tuhan merupakan zat yang paling agung, paling sempurna dan
paling berkuasa. Namun keagungan, kesempurnaan dan kebesarannya belum mampu memberikan makna
yang signifikan jika, dalam benak manusia belum jelas, apakah keagungan, kesempurnaan dan kebesaran
itu hanya dimilikiNya sendiri, atau ada zat lain yang berkongsi denganNya dalam kepemilikan terhadaps
sifat-sifat tersebut. Dengan menambahkan kata ahad, maka segala kemungkinan

tersebut ditepis, dan bahkan sifat ini justru semakin menambah kesempurnaan dan kemuliaan Tuhan.
Dia sendiri dalam keagungan yang tak butuh kepada apa pun. Dia tunggal dalam kesempurnaan dan tak
bergantung terhadap apapun. Dia esa dalam kebesaranNya yang tak satupun mampu menandingiNya.
Sehingga kesempurnaan, kemuliaan dan kebesaranNya merupakan sesuatu yang mutlak.

Dengan adanya sifat Ahad ini, akan menambah kemutlakan terhadap otoritas Tuhan. Dia adalah satu-
satunya yang berhak mendapatkan atribut ketuhanan di semesta raya ini. eksistensi yang hakiki hanya
dimiliki oleh Tuhan, sedangkan keberadaan sesuatu yang lain hanyalah merupakan pancaran dari
keberadaan Tuhan. Segala sesuatu membutuhkan Tuhan untuk eksistensinya, namun Tuhan tak
membutuhkan apa-apa dalam mewujudkan eksistensinya (Razy, vol XXXII, 1981: 180).

Sebagai kesimpulan, dapat dikatakan bahwa dalam konsep ketuhanan Islam, Tuhan merupakan Zat yang
Tunggal dalam wujud, kesempurnaan, kemuliaan dan keagungan. Keesaan Tuhan merupakan syarat yang
absolut dalam konsep ketuhanan Islam. Otoritas ontologis tertinggi terletak pada Zat Tuhan. Sehingga tak
ada sesuatu pun yang mampu menyamai atau bahkan berkongsi dengan Tuhan dalam kepelimikan atribut-
atribut ketuhanan.

1.3 SIAPAKAH TUHAN ITU?

Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an dipakai untuk menyatakan
berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam surat  al-Furqan ayat 43.

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya ?

Dalam surat al-Qashash ayat 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri:

Dan Fir’aun berkata: ‘Wahai para pembesar hambaku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain
aku’.

Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti berbagai
benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang
dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam al-Qur’an juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun),
ganda (mutsanna: ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin.
Untuk dapat mengerti tentang definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika al-Qur’an adalah
sebagai berikut:

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa,
sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya.

Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai,
diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula
sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.

Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:

Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri di
hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan,
berdo’a, dan bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan
menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin, 1989: 56).

Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang
dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-
Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an setiap manusia pasti mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya.
Dengan demikian, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah
ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan
peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal
itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada
dalam hatinya hanya satu Tuhan yang bernama Allah.

1.4 MACAM- MACAM TAUHID


1.      Tauhid Rububiyah
Secara estimologis kata rabb sebenarnya memiliki banyak arti, antara lain menumbuhkan,
mengembangkan, mendidik, memelihara, menanggung, memperbaiki, mengumpulkan, mempersiapkan,
memimpin, mengepalai, dan menyelesaikan. Dalam kaitannya dengan pembahasan tauhid rububiyah dapat
dijelaskan bahwa kata rububiyah berasal dari akar kata rabb, yaitu zat yang menghidupkan dan mematikan.
Makna rububiyah mewujud dalam fenomena penciptaan, pemberian rezeki, juga pengelolaan dan
penguasaan alam semesta ini. Allah berfirman:
_____________________
Tauhid rububiyah sebagai bentuk keyakinan manusia bahwa Allah itu esa dalam penciptaan, pemberian
rezeki dan penguasaan atas makhluk-makhluk-Nya. Kenyataan alam secara keseluruhan menjelaskan
tentang hakikat tauhid rububiyah.
2.      Tauhid Mulkiyah
Secara bahasa kata mulkiyah berasal dari kata mulkyang terbentuk pula kata malik. Tauhid mulkiyah
berarti sebuah pandangan yang meyakini bahwa Allah sebagai satu-satunya zat yang mengusai alam
semesta ini.
Melalui sifat mulkiyah-Nya, Allah berhak menentukan apa saja untuk makhluk-Nya. Sebagai pemilik
segala yang ada, Allah adalah raja atau penguasa. Raja berfungsi menjadi penguasa manakala ia adalah
pemimpin yang dipatuhi.
Allah juga menunjukkan bahwa diri-Nya adalah pelindung orang-orang beriman yang akan membawa
mereka menuju pencerahan. Allah berfirman sebagai berikut:
________
Keberadaan keyakinan mulkiyah ini membedakan antara pribadi muslim dan bukan muslim. Dengan
demikian, tauhid mulkiyah menegaskan bahwa loyalitas, afiliasi, kerelaan, pembelaan, dukungan dan
pengorbanan tidak boleh diberikan kecuali pemimpin atau undang-undang yang bersumberkan syariat
Allah.
3.      Tauhid Uluhiyah
Uluhiyah atau ilahiyah berasal dari kata ilah. Dalam bahasa Arab kata ilah memiliki akar kata a-la-ha
yang memiliki arti tentram, tenang, lindungan, cinta dan sembah. Semua makna ini sesuai dengan sifat-sifat
dan kekhususan zat Allah. 
Tauhid uluhiyah merupakan pengejawantahan dari sikap kepasrahan dan penghambaan yang utuh
kepada Allah. Seorang yang berorientasi pada tauhid uluhiyah akan mengabdikan segenap kehidupannya
kepada Allah semata.
Makna tauhid uluhiyah adalah sebuah keyakinan bahwa selain Allah adalah satu-satunya zat yang
memiliki dan menguasai langit, bumi, dan seisinya, satu-satunya yang wajib ditaati dan yang menentukan
segala aturan serta yang melindungi.
Ilah bagi manusia bisa bermacam-macam bentuknya. Oleh karena itu konsekuensi pernyataan laa
ilaaha ilallah sangat berat karena harus meninggalkan seluruh ilahselain kepada Allah.
4.      Tauhid Rahmaniyah
Secara bahasa rahmaniyah berasal dari kata rahmanyang memiliki arti kasih sayang, yaitu suatu nilai
yang paling mendasar sekaligus merupakan kebutuhan paling asasi bagi kehidupan manusia. Rahman
dalam perwujudannya yang lebih suci dan lebih tinggi adalah suatu sifat yang ditonjolkan Allah dalam
memperkenalkan diri-Nya sebagaimana kita menemukannya pada awal tiap surah yang kita baca dalam Al-
Qur’an, yang intinya bahwa kasih sayang (rahman) Allah sangat luas dan meliputi alam semesta.
Tauhid rahmaniyah  menghendaki nilai dasar kasih sayang dikembangkan dalam hubungan dan
pergaulan kehidupan kita. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan nilai kasih sayang yang sangat
dibutuhkan dalam menopang kehidupan.

BAB II

SAINS &TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS

2.1 .Pengertian Sains & Tekhnologi Dalam Al-Qur’an Dan Al-hadits


Pengertian Sains (science) menurut Agus S. diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah
pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan
proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara
untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak
dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint".
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan
penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis
dan akhimya menyimpulkan.
Sedangkan teknologi adalah aktivitas atau kajian yang menggunakan pengetahuan sains untuk tujuan
praktis dalam industri, pertanian, perobatan, perdagangan dan lain-lain. Ia juga dapat didefinisikan sebagai
kaedah atau proses menangani suatu masalah teknis yang berasaskan kajian saintifik termaju seperti
menggunakan peralatan elektronik, proses kimia, manufaktur, permesinan yang canggih dan lain-lain.
Sains dan teknologi menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan karena saling mendukung satu sama
lain. Teknologi merupakan bagian dari sains yang berkembang secara mandiri, menciptakan dunia tersendiri.
Akan tetapi teknologi tidak mungkin berkembang tanpa didasari sains yang kokoh. Maka sains dan teknologi
menjadi satu kesatuan tak terpisahkan.
Menelusuri pandangan Al-Quran tentang teknologi, mengundang kita menengok sekian banyak ayat Al-
Quran yang berbicara tentang alam raya. Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al-Quran yang
berbicara tentang alam materi dan fenomenanya, dan yang memerintahkan manusia untuk mengetahui dan
memanfaatkan alam ini. Secara tegas dan berulang-ulang Al-Quran menyatakan bahwa alam raya diciptakan
dan ditundukkan Allah untuk manusia
Seperti yang ada dalam Tafsir Q.S. Al-Anbiya’ ayat 30:

‫ض َكا َنتَا َر ْت ًقا َف َفَت ْقنَامُهَا َو َج َع ْلنَا ِم َن الْ َم ِاء ُك َّل َش ْي ٍء َح ٍّي أَفَال يُ ْؤ ِمنُو َن‬
َ ‫األر‬
ِ َّ ‫َن‬
ْ ‫الس َم َاوات َو‬ َّ ‫ين َك َفُروا أ‬ ِ َّ
َ ‫أ ََومَلْ َيَر الذ‬
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu
adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan
dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman”.

2.2  Pendidikan Sains dan Teknologi yang Relevan dengan Al-Qur’an dan
Hadis
Sains memang merupakan hal yang sangat penting, apalagi di zaman modern ini, yang sangat menjunjung
tinggi nilai rasionalitas (terutama negara Barat), sehingga segala sesuatu harus disesuaikan dengan logika.
Tapi, kita sebagai kaum Muslimin harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam, meskipun pada
kenyataannya kita juga harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Sebenarnya, bila kita amati, antara ajaran Islam dengan pendidikan sains tidak ada pertentangan, bahkan
Islam mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu. Salah satu dasar (dalil) yang populer adalah hadits Rasulullah
SAW.
َ ْ‫ طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِريــ‬:‫ى هللا تــ َ َعالَى َعلَيــْ ِه َو َسلـ َّ َم‬
‫ضةٌ َعلَى ُكلِّ ُمســـلِ ٍم َو ُمسْـــلِ َم ٍة‬ َّ ‫صل‬ َ َ‫ق‬
َ ِ‫ال َرسُوْ ُل هللا‬
Artinya : Rasulullah SAW. bersabda : “Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap orang Islam laki-
laki dan perempuan.”1[4]
1
Dalam hadits tersebut memang jelas disebutkan bahwa hukum mencari ilmu adalah fardhu ain
(harus dilakukan per individu). Tapi, banyak pendapat yang muncul dalam menentukan ilmu mana yang
dimaksud dalam hadits tersebut. Para ahli ilmu kalam memandang bahwa belajar teologi merupakan sebuah
kewajiban, sementara para fuqaha’ berpikir bahwa ilmu fiqih dicantumkan dalam al-Qur’an. Sedangkan
menurut Imam Ghazali, ilmu yang wajib dicari menurut agama adalah terbatas pada pelaksanaan kewajiban
syari’at Islam yang harus diketahui dengan pasti. Misalnya, seseorang yang bekerja sebagai peternak binatang,
haruslah mengetahui hukum-hukum tentag zakat.
Sedangkan dalam sumber lain, penulis menemukan pendapat Shadr al-Din Syirazi. Menurutnya ada
beberapa poin yang dapat diambil dari hadits tersebut:
1.   Kata “ilm” (pengetahuan atau sains), memiliki beberapa makna yang bervariasi. Kata “ilm” dalam hadits
ini bermaksud untuk menetapkan bahwa pada tingkat ilmu apapun seseorang harus berjuang untuk
mengembangkan lebih jauh. Nabi bermaksud bahwa mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim, baik itu
para ilmuwan maupun orang-orang yang bodoh, para pemula mupun para sarjana terdidik.
2.   Hadits ini menyiratkan arti bahwa seorang Muslim tidak akan pernah keluar dari tanggung jawabnya untuk
mencari ilmu.
3.  Tidak ada lapangan pengetahuan atau sains yang tercela atau jelek dirinya sendiri, karena ilmu laksana
cahaya, dengan demikian selalu dibutuhkan. Alasan mengapa beberapa ilmu dianggap tercela adalah karena
akibat-akibat tercela yang dihasilkannya.
2.3  Dasar Pendidikan Sains dan Teknologi yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadis

Islam mendorong ummatnya untuk selalu berupaya mengembangkan sains seperti tercantum dalam  QS
Al-'Alaq: 1-5 :
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Iqra' terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti
menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis
maupun tidak. Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-Quran menghendaki
umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan.
Iqra' berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah,
maupun diri sendiri, yang tertulis maupun yang tidak. Alhasil, objek perintah iqra' mencakup segala sesuatu
yang dapat dijangkaunya.
BAB III

3 GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS

Umat rasulullah merupakan umat terbaik dari seluruh umat-umat para nabi yang diutus sebelum
beliau .Meskipun umat rasulullah datang sebagai yang terakhir,tetapi ummat Rasulullah yang akan
pertamakali memasuki Surga dibandingkan dengan umat-umat nabi lainnya. Allah telah memberikan pujian
kepada umat Rasulullah SAW,dalam firmannya;
‘’kamu adalah umat terbaik yang dilahirkn untuk manusia ,menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yan munkar ,dan beriman kepada Allah..’’(QS.Ali Imran ; 110)
Tetapi diantara umat Rasulullah ,terdapat beberapa generasi terbaik,sebagaimana beliau sebutkan dalam
sebuah hadits mutawatir,beliau bersabda;
‘’Sebaik-baik manusia adalah pada generasiku (yakni sahabat),kemudian orang-orang yang
mengiringinya (yakni tabiin),kemudian orang –orang yang mengirinnya (yakni tabi’ut
tabi’in).’’(mutawatir.HR.Bukhari dan yang lainnya)

3.1. Generasi Terbaik Umat Islam


3.1.1. Generasi sahabat
Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah SAW.secara langsung serta
membantu perjuangan beliau.Menurut Imam Ahmad ,siapa yang bertemu dan menyaksikan perjuangan
beliau ,baik sebulan,sepekan,sehari,atau bahkan Cuma sesaat maka ia dikatakan sebagai generasi
sahabat.Derajatnya masing-masing ditentukan dengan seberapa lama ia menyertai Rasulullah.
Para sahabat merupakan orang-orang yang mewariskan ilmu dari Rasulullah SWA. Diantara sahabat
yang tebaik adalah para khulafaur Rasyidin,kemudian 10 orang sahabat yang namanya disebutkan oleh
Rasulullah yang mendapatkan jaminan surga.
 Berikut adalah nama-nama generasi sahabat;
Abdullah bin umar ,Abdurrahman bin Auf,Abu bakar,Abu dzar al-gifari,ABU HURAIRAH,Abu
Thufail al-laitsi,Abu Ubaidah bin al-jarrah,Ali bin Abi talib,Amru bin ASH ,Bilal bin rabah,Hakim bin
Hazm , Hamzah bin abdul Muthalib , Imran bin Husain,Khalid bin walid, Mua’dz bin jabal,mua’wiyah
bin abu sufyan, mus’ab bin umair , salman al-farisi , sa’ad bin abi waqqas , sa’ad bin ‘ubadah , sa’id bin
zayd bin amr , Thalhah bin ubaidillah , zaid bin khattab , umar bin khattab

3.1.2. Generasi Tabi’in


Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau setelah beliau wafat tetapi
tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta melihat para sahabat . Tabi’in merupakan orang-
orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari para sahabat Rasulullah.Salah seorang terbaik dari generasi
Tabi’in adalah Uwais Al Qarn,yang pernah mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan
menjadi sahabat ,tetapi tidak berhasil bertemu dengan beliau .Uwais al qarn ,pernah disebutkan secara
langsung melalui lisan Rasulullah sebagai orang yang asing dibumi tapi terkenal di langit.Bahkan
Rasulullah memerintahkan sahabatnya,Umar dan ali,untuk mencari Uwais dan meminta untuk di
doakan,karena ia merupakan orang yang memiliki doa yan dijabah oleh Allah.
 Nama-nama Generasi Tabi’in
Abu Hanifah , Al-Hasan al-Bashri , Ali bin al-Husain Zainal Abidin , 'Alqamah bin Qais an-Nakha'i ,
Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar ash-Shiddiq , Ibnu Abi Mulaikah , Muhammad bin al-
Hanafiyah , Muhammad bin Sirin , Muhammad bin , Syihab az-Zuhri , Salim bin Abdullah bin Umar bin
Khattab,Said bin al-Musayyib , Rabi'ah ar-Ra'yi , Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas'ud , Umar
bin Abdul Aziz , Urwah bin az-Zubair , Uwais al-Qarni

3.1.3. Generasi Tabi’ut Tabi’in


Tabi’ut Tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau setelah mereka wafat
tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan generasi tabi’in .Tabi’ut Tabi’in merupakan
orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari para tabi’in.
 Nama-nama Generasi Tabi’ut Tabi’in
Ja'far al-Sadiq , al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr as-Siddiq (w. 108 H) , Sufyan al-Tsauri
(97–161 H) , Sufyan bin ‘Uyainah (107-198 H) , Al-Auza'i (w. 158 H) , Al-Laits bin Saad , Abdullah bin
Al-Mubarak , Waki' , Abdurrahman bin Mahdi , Yahya bin Said Al-Qathan , Yahya bin Ma'in , Ali bin
Al-Madini.
Merekalah generasi terbaik umat ini,maka selayaknya kita sebagai umat muslim yan datang
belakangan untuh mencontoh dan mengambil ilmu dari kitab-kitab yang telah mereka tuliskan .
BAB IV

PENGERTIAN DAN JEJAK SALAFUSSOLEH (REFERENSI AL-HADITS)

4.1 Pengertian Salafussholeh


Salaf adalah tiga generasi Muslim awal yaitu para sahabat,tabi’in dan tabi’ut tabi’in.Kemudian istilah
salaf ini dijadikan sebagai salah satu metode dalam agama islam,yang mengajarkan syariat islam secara
murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan ,yaitu syalafiah.Seseorang yang mengikuti tiga generasi
terseebut diatas,ini disebut salafy(as-salafy),jamaknya adalah salafiyyun(as-salafiyyun).dalam manhaj
salaf dikenal pendapat dari beberapa mujtahid yang biasa disebut madzhab ,seperti imam malik ,imam
syafi’I,imam ahmad,dll.Kemudian para salafy beranggapan bahwa ,jika seseorang melakukan suatu ibada
tanpa adanya ketetapan dari Allah dan rasul-nya,bisa dikatakan sebagai perbuatan bid’ah.
ARTI SALAF menurut bahasa,Salafa yaslufu salfan artinya madly(telah berlalu).Dari arti tersebut kita
dapati kalimat Al Qoum As Sallaf yaitu orang –orang yang terdahulu.Salafur Rajuli artinya bapak
moyangnya.Bentuk jamaknya Aslaaf dan sullaf.
ARTI SALAF menurut istilah,allah telah menyediakan bagi ummat ini satu rujukan utama di mana
mereka kembali dan menjadikan pedoman.Firman Allah swt: ‘’Sesungguhnya telah ada pada
(diri)rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu(yaitu)bagi orang yang mengharap (rahmat)allah dan
(kedatangan)hari kiamat(Al-Ahzab:21)’’ Allah juga menerangkan bahwa ummat ini mempunyai generasi
pendahulu yang telah lebih dahulu sampai kepada hidayah dan bimbingan.allah berfirman: ‘’ Orang-orang
yan terlebih dahulu lagi yang pertama-tama(masuk islam)di antara orang-oranng muhajirin dan anshar
mengikuti mereka dengan baik allah ridha kepada mereka dana mereka ridha kepada allah.(At-Taubah :
100)’’

4.2 Mengapa Harus Bermanhaj Salaf


Orang-orang yang hidup pada zaman Nabi adalah generasi terbaik dari umat ini. Mereka telah
mendapat pujian langsung dari Allah dan Rasul-Nya sebagai sebaik-baik manusia. Mereka adalah
orang-orang yang paling paham agama dan paling baik amalannya sehingga kepada merekalah kita
harus merujuk.
Adapun hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah sebagai berikut: 1. Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya barang siapa di antara

kalian yang hidup sepeninggalku nanti maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu
wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku, dan sunnah Al Khulafa’ Ar Rasyidin yang
terbimbing, berpeganglah erat-erat dengannya dan gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham…” (Shahih, HR
Abu Dawud, At Tirmidzi, Ad Darimi, Ibnu Majah dan lainnya dari sahabat Al ‘Irbadh bin Sariyah. Lihat
Irwa’ul Ghalil, hadits no. 2455). Dalam hadits ini dengan tegas dinyatakan bahwa kita akan
menyaksikan perselisihan yang begitu banyak di dalam memahami dienul Islam, dan jalan satu-satunya
yang mengantarkan kepada keselamatan ialah dengan mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam dan sunnah Al Khulafa’ Ar Rasyidin (Salafush Shalih). Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam memerintahkan agar kita senantiasa berpegang teguh dengannya. Al Imam Asy Syathibi
berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam -sebagaimana yang engkau saksikan- telah
mengiringkan sunnah Al Khulafa’ Ar Rasyidin dengan sunnah beliau, dan bahwasanya di antara
konsekuensi mengikuti sunnah beliau adalah mengikuti sunnah mereka…, yang demikian itu
dikarenakan apa yang mereka sunnahkan benar-benar mengikuti sunnah atau mengikuti apa yang
mereka pahami dari sunnah beliaunabi mereka Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, baik secara global
maupun secara rinci, yang tidak diketahui oleh selain mereka.”(Al I’tisham, 1/118).

2. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Terus menerus ada sekelompok kecil
dari umatku yang senantiasa tampil di atas kebenaran. Tidak akan memudharatkan mereka
orang-orang yang menghinakan mereka, sampai datang keputusan Allah dan mereka dalam
keadaan seperti itu.” (Shahih, HR Al Bukhari dan Muslim, lafadz hadits ini adalah lafadz
Muslim dari sahabat Tsauban, hadits no. 1920). Al Imam Ahmad bin Hanbal berkata “Kalau
bukan Ahlul Hadits, maka aku tidak tahu siapa mereka?!” (Syaraf Ashhabil Hadits, karya Al
Khatib Al Baghdadi, hal. 36).

3. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “…. Umatku akan terpecah belah
menjadi 73 golongan, semuanya masuk ke dalam neraka, kecuali satu golongan. Beliau
ditanya: ‘Siapa dia wahai Rasulullah?’. Beliau menjawab: golongan yang aku dan para
sahabatku mengikuti.” (Hasan, riwayat At Tirmidzi dalam Sunannya, Kitabul Iman, Bab
Iftiraqu Hadzihil Ummah, dari sahabat Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash).
BAB V

AJARAN DAN TUNTUNAN TENTANG BERBAGI,KEADILAN SERTA


PENEGAKAN HUKUM DALAM ISLAM.

5.1Shadaqah
‘’Shadaqah atau sedekah adalah mengamalkan atau menginfakan harta di jalan Allah. Namun,
kegiatan ini bukan hanya semata-mata menginfakan harta di jalan Allah atau menyisihkan sebagian
uang pada fakir miskin, tetapi shadaqah juga mencakup segala macam dzikir (tasbih, tahmid, dan
tahlil) dan segala macam perbuatan baik lainnya.’’

Shadaqah atau sedekah adalah mengamalkan atau menginfakkan harta di jalan Allah ,Namun
,kegiatan ini bukan hanya semata-semata menginfakkan harta dijalan Allah atau menyisihkan sebagian
uang pada fakir miskin ,tetapi shadaqah juga mencangkup segala macam dzikir (tasbih,tahmid,dan
tahlil) dan segala macam perbuatan baik lainnya
Dalam Al-qur’an surah Al baqarah ayat 245 disebutkan:

“Barang siapa yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran
kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan
(rezeki) dan kepda-Nya-lah kamu dikembalikan.”

Ayat tersebut menggambarkan bahwa shadaqah memiliki makna mendermakan atau


menyisihkan uang di jalan Allah swt. Memberi sedekah kepada fakir miskin, kerabat, atau
orang lain yang dilakukan hanya untuk mengaharap ridha Allah maka akan mendapatkan
pahala yang berlipat ganda, baik di dunia maupun di akhirat.

Selain sebagai bentuk amalan dan kebenaran iman seseorang terhadap perintah Allah swt,
shadaqah memiliki banyak keutamaan dalam pelaksanaannya antara lain:

1. Orang yang bersedekah denga ikhlas akan mendapatkan perlindungan dan naungan Arsy di
hari kiamat.
2. Sebagai obat bagi berbagai macam penyakit, baik penyakit jasmani maupun rohani.
3. Allah akan melipatgandakan pahala orang yang bersedekah, (QS. Al-Baqarah: 245)
4. Shadaqah merupakan indikasi kebenaran iman seseorang.
5. Sebagai penghapus kesalahan
6. Shadaqah merupakan pembersih harta dan mensucikannya dari kotoran.
7. Shadaqah juga merupakan tanda ketaqwaan, (QS. Al-Baqarah: 2-3)
8. Shadaah adalah perisai dari neraka
9. Sebagai pelindung di Padang Mahsyar
10. Orang yang bersedekah termasuk kedalam tujuh orang yang dinaungi di akhirat nanti

 Macam - macam shadaqah


Berikut merupakan beberapa jenis shadaqah yang bisa kita amalkan sehari-hari:
1.Tasbih,Tahmid,dan Tahlil
Dari Aisyah r.a, bahwasanya Rasulullah SAW. Berkata, “Bahwasanya diciptakan dari setiap anak
cucu Adam tiga ratus enam puluh persendian. Maka barang siapa yang bertakbir, bertahmid,
bertasbih, beristighfar, menyingkirkan batu, duri, atau tulang dari jalanan, amar ma’ruf nahi
mungkar, maka akan dihitung sejumlah tiga ratus enam puluh persendian. Dan ia sedang berjalan
pada hari itu, sedangkan ia dibebaskan dirinya dari api neraka.” (HR. Muslim)

2.Bekerja dan memberi nafkah pada sanak keluarganya


Sebagaimana diungkapkan dalam sebuah hadits: Dari Al-Miqdan bin Ma’dikarib Al-Zubaidi ra, dari
Rasulullah saw. Berkata, “Tidaklah ada satu pekerjaan yang paling mulia yang dilakukan oleh
seseorang daripada pekerjaan yang dilakukan dari tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang
menafkahkan hartanya terhadap diri, keluarga, anak dan pembantunya melainkan akan menjadi
shadaqah.” (HR. Ibnu Majah)
3. Shadaqah Harta(materi)
Sedekah tidaklah mengurangi harta. Sebagaimana Rasulullah SAW. Bersabda, “sedekah tidaklah
mengurangi harta.” (HR. Muslim). Meskipun secara bentuk harta tersebut berkurang, namun
kekurangan tadi akan ditutup dengan pahala di sisi Allah dan akan terus ditambah dengan kelipatan
yang amat banyak seperti dalam firman Allah dalam Surah Saba: “Dan barang apa saja yang kamu
nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki sebaik-baiknya.” (QS. Saba’:
39).

Sedekah harta salah satunya bisa kamu lakukan untuk membantu pembangunan lembaga penghafal
Al-Quran, salah satunya adalah Lembaga Tahfidz Quran (LTQ) Al Fatih. Program ini merupakan
saran pembibitan santri penghafal Al-Quran binaan Rumah Yatim Dhuafa. Tujuan utama dari kegiatan
ini adalah memberikan para yatim dhuafa kesempatan untuk belajar gratis. Dengan bersedekah, kamu
bisa bantu wujudkan yatim dhuafa menjadi hafidz Quran melalui program ini.

5.2 Keadilan hukum dalam islam

Munculnya agama Islam di abad pertengahan membawa pengaruh dan perubahan tatanan
nilai kemasyarakatan yang dikenalkan oleh ajaran Kristen. Islam tumbuh di daerah gersang
yang tidak memiliki sistem dan tatanan nilai kemasyarakatan seperti pada imperium Romawi
tempat tumbuhnya ajaran Kristiani, sehingga corak dan watak ajaran Islam berbeda dengan
ajaran Kristiani.

Keadaan seperti ini justru merupakan keadaan yang paling tepat, sebab dengan demikian
Islam dapat memiliki kekuasaan untuk menumbuhkan masyarakat yang menginginkannya
tanpa sifat kecongkakan, lalu meletakkan aturan dan sistem baginya yang selanjutnya
membimbing hati dan jiwa mereka seperti halnya dengan sikap dan amaliah mereka, serta
menyatakan urusan duniawi dan agama dalam cita-cita dan syariatnya.

Semua dibangun atas asas kesatuan antara alam dunia dan alam akhirat dalam sistem
tunggal yang hidup dalam hati setiap individu. Ajaran Islam menurut Quthb , mengatur
bentuk hubungan Tuhan dengan makhluk-Nya, hubungan antara sesama makhluk, dengan
alam semesta dan kehidupan, hubungan manusia dengan dirinya, antara individu dengan
masyarakat, antara individu dengan negara, antara seluruh umat manusia, antara generasi
yang satu dengan generasi yang lain, semuanya dikembalikan kepada konsep menyeluruh
yang terpadu, dan inilah yang disebut sebagai filsafat Islam.

Islam memerintahkan kepada setiap manusia untuk berbuat adil atau menegakkan keadilan
pada setiap tindakandan perbuatan yang dilakukan (Qs. an-Nisaa (4): 58):
Sesungguhnya Allah menyuruhmu menyampaikan ama- nat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apa bila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat.

Dalam Al-Qur’an Surat an-Nisaa ayat 135 juga dijumpal perintah kepada orang-orang
yang beriman untuk menjadi penegak keadilan, yaitu:

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benarpenegak


keadilan, menjadi saksi karena Allah walaupun terhadap dirimu sendiri atau Ibu, Bapak dan
kaum kerabatmu. Jika ia, kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemasalahatanya.
Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dan kebenaran. Dan
jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau dengan menjadi saksi, maka sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui Segalanya apa yang kamu lakukan’

Perintah untuk berlaku adil atau menegakkan keadilan dalam menerapkan hukum tidak
memandang perbedaan agama, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat asSyuura (42)
ayat 15, yakni:

Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah:
“Aku beriman kepada semua kitab yaig diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya
berlaku adil di antara kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu.
Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-
Nyalah kebali (kita).

Begitu pentingnya berlaku adil atau menegakkan keadilan, sehingga Tuhan


memperingatkan kepada orang-orang yang beriman supaya jangan karena kebencian terhadap
suatu kaum sehingga memengaruhi dalam berbuat adil, sebagaimana ditegaskan dalam A1-
Qur’an Surat al-Maidah (5) ayat 8, yakni:

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu Untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan takwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Aplikasi keadilan prosedural dalam Islam dikemukakan oleh Ali bin Abu Thalib pada saat perkara di
hadapan hakim Syuraih dengan menegur hakim tersebut sebagai berikut:

1. Hendaklah samakan (para pihak) masuk mereka ke dalam majelis, jangan ada yang didahulukan.

2. Hendaklah sama duduk mereka di hadapan hakim.

3. Hendaklah hakim menghadapi mereka dengan sikap yang sama.

4. Hendaklah keterangan-keterangan mereka sama didengarkan dan diperhatikan.

5. Ketika menjatuhkan hukum hendaklah keduanya sama mendengar.

Sebagai penutup uraian tentang keadilan dan perspektif Islam, saya mengutip pendapat Imam Ali
sekaligus sebagai “pemimpin Islam tertinggi di zamannya” beliau mengatakan bahwa prinsip keadilan
merupakan prinsip yang signifikan dalam memelihara keseimbangan masyarakat dan mendapat
perhatian publik. Penerapannya dapat menjamin kesehatan masyarakat dan membawa kedamaian
kepada jiwa mereka. Sebaliknya penindasan, kezaliman, dan diskriminasi tidak akan dapat membawa
kedamaian dan kebahagiaan.

DAFTAR PUSTAKA

  Abdurrahim, Muhammad, Imaduddin, Kuliah Tauhid, (Jakarta: Yayasan Sari Insan, 1989), h.
16-21, 54-56.
dewacopas(2012,14 september).konsep tauhid dalam islam. Dikutip 17 oktober 2020 dari
https://dewa-copas.blogspot.com
Hasan Basri Jumin, Sains dan Teknologi dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), 9-11.
Sulaiman Noordin, Sains Menurut Perspektif Islam (Diterjemahkan oleh Munfaati), ( Jakarta: Dwi Rama,
2000), 149-150.
Rahma, widya(2014,22 juli). Pendidikan Sains Dan Tekhnologi Dalam AL-Qur’an dan Hadits. Dikutip 17
oktober 2020 dari https://widyaelrahma.blogspot.com
Umma.inilah generasi terbaik umat islam.Dikutip 20 oktober 2020 dari https://umma.id
Al-ustadz Ruwifi’bin sulaimi Al atsari,Lc, Mengapa harus bermanhaj salaf, rubric manhaj,majalah Asy
syariah. http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=82
Ray(2019,12 maret).pengertian shadaqah,keutamaan,dan macaam-macam shadaqah. Dikutip 24 oktober
2020 dari https://blog.kitabisa.com
Sayyid Quthb, Keadilan Sosial Dalam Islam, 1994: Bandung: Pustaka, hlm.25
Ardiansyah(2014.21 juni). Keadilan dalam perspektif islam. Dikutip 24 oktober 2020 dari
https://customslawyer.wordpress.com/2014/06/21/keadilan-dalam-perspektif-islam/

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai