Perihal pembagian keuntungan dan kerugian dalam persekutuan Firma diatur dalam
Pasal 1633 sampai dengan Pasal 1635 KUHPerdata yang mengatur cara pembagian
keuntungan dan kerugian yang diperjanjikan dan yang tidak diperjanjikan di antara pada
sekutu. Dalam hal cara pembagian keuntungan dan kerugian diperjanjikan oleh sekutu,
sebaiknya pembagian tersebut diatur di dalam perjanjian pendirian persekutuan. Dengan
batasan ketentuan tersebut tidak boleh memberikan seluruh keuntungan hanya kepada
salah seorang sekutu saja dan boleh diperjanjikan jika seluruh kerugian hanya ditanggung
oleh salah satu sekutu saja. Penetapan pembagian keuntungan oleh pihak ketiga tidak
diperbolehkan.
Apabila cara pembagian keuntungan dan kerugian tidak diperjanjikan, maka
pembagian didasarkan pada perimbangan pemasukan secara adil dan seimbang dan sekutu
yang memasukkan berupa tenaga kerja hanya dipersamakan dengan sekutu yang
memasukkan uang atau benda yang paling sedikit.
CONTOH:
Kentarti dan Ana bersepakat pada 1 Januari 2009 mendirikan sebuah usaha dalam
bidang konveksi yang diberi nama Cantik Tailor. Berikut rincian modal usaha yang mereka
dirikan:
“Cantik Tailor”
Neraca awal
AKTIVA PASIVA
Jumlah Aktiva Rp. 9.500.000 Jumlah Hut & Modal Rp. 9.500.000
1 Januari 2009
Maka dari itu, pembagian laba per tahun untuk Kentarti senilai Rp. 29.000.000 dan untuk
pembagian laba untuk Ana senilai Rp. 21.000.000.