Anda di halaman 1dari 20

Perbedaan Tiga Jenis Learning Cycle (3E, 5E, dan 7E)

Perbedaan Learning Cycle 3E Learning Cycle 5E Learning Cycle 7E


Tahapan 1. Menyelidiki suatu 1. Engagement 1. Elicit
(pada fenomena dengan (Tahap (mendatangkan
Learning bimbingan minimal, pembangkitan minat) pengetahuan awal
Cycle 3E untuk membawa Bertujuan siswa)
terdapat 3 siswa pada mempersiapkan diri Fase untuk
tahapan, identifikasi suatu pembelajar agar mengetahui sampai
pada pola keteraturan terkondisi dalam dimana pengetahuan
Learning dalam fenomena menempuh fase siswa terhadap
Cycle 5E yang diselidiki (fase berikutnya dengan pelajaran yang akan
terdapat 5 eksplorasi). cara mengeksplorasi dipelajari dengan
tahapan, 2. Mendiskusikan pengetahuan awal memberikan
pada konsep-konsep yang dan ide-ide mereka pertanyaan-
Learning berhubungan dengan serta untuk pertanyaan yang
Cycle 7E fenomena yang mengetahui merangsang
terdapat 7 diselidiki (fase kemungkinan pengetahuan awal
tahapan) pengenalan konsep). terjadinya siswa agar timbul
3. Menyediakan miskonsepsi pada respon dari pemikiran
kesempatan kepada pembelajaran siswa serta
siswa untuk sebelumnya. Dalam menimbulkan
menggunakan fase engagement ini kepenasaran tentang
konsep-konsep yang minat dan jawaban dari
telah diperkenalkan keingintahuan pertanyaan-
untuk penyelidikan (curiosity) pertanyaan yang akan
lebih lanjut (fase pembelajar tentang diajukan oleh guru.
alplikasi konsep). topik yang akan Fase ini dimulai
diajarkan berusaha dengan pelajaran yang
dibangkitkan. Pada akan dipelajari
fase ini pula dengan mengambil
pembelajar diajak contoh mudah yang
membuat prediksi- diketahui sisa seperti
prediksi tentang kejadian sehari-hari
fenomena yang akan secara umum memang
dipelajari dan terjadi.
dibuktikan dalam 2. Engagement
tahap eksplorasi. (melibatkan)
2. Explanation Fase dimana siswa
(Eksplorasi) dan guru akan saling
Siswa diberi memberikan
kesempatan untuk informasi dan
bekerja sama dalam pengalaman tentang
kelompok-kelompok pertanyaan-
kecil tanpa pertanyaan awal tadi
pengajaran langsung memberikan siswa
dari guru untuk tentang ide dan
menguji prediksi, rencana pembelajaran
melakukan dan sekaligus memotivasi
mencatat siswa agar siswa
pengamatan serta berminat untuk
ide-ide melalui mempelajari konsep
kegiatan-kegiatan dan memperhatikan
seperti praktikum guru dalam mengajar.
dan telaah literatur. Fase ini dapat
3. Explanation dilakukan dengan
(Penjelasan) demostrasi diskusi,
Guru mendorong membaca, atau
siswa untuk aktivitas lain yang
menjelaskan konsep digunakan untuk
dengan kalimat membuka
mereka sendiri, pengetahuan siswa
meminta bukti dan dan mengembangkan
klarifikasi dari rasa keingintahuan
penjelasan mereka, siswa.
dan mengarahkan 3. Explore
kegiatan diskusi. (menyelidiki)
Pada tahap ini Fase yang membawa
pembelajar siswa untuk
menemukan istilah- memperoleh
istilah dari konsep pengetahuan dengan
yang dipelajari. pengalaman langsung
4. Elaboration yang berhubungan
(Pengembangan) dengan konsep yang
Siswa akan dipelajari. Siswa
mengembangkan dapat mengobservasi,
konsep dan bertanya, dan
keterampilan dalam menyelidiki konsep
situasi baru melalui dari bahan-bahan
kegiatan-kegiatan pembelajaran yang
seperti praktikum telah disediakan
lanjutan dan problem sebelumnya..
solving. 4. Explain
5. Evaluation (menjelaskan)
(Evaluasi) Fase yang didalamnya
Pengajar menilai berisi ajakan terhadap
apakah pembelajaran siswa untuk
sudah berlangsung menjelaskan konsep-
baik dengan jalan konsep dan definisi-
memberikan tes definisi awal yang
untuk mengukur mereka dapatkan
kemampuan siswa ketika fase eksplorasi.
setelah menerima Kemudian dari
materi pembelajaran. definisi dan konsep
yang telah ada
didiskusikan sehingga
pada akhirnya menuju
konsep dan definisi
yang lebih formal.
5. Elaborate
(menerapkan)
Fase yang bertujuan
untuk membawa
siswa menerapkan
simbol-simbol,
definisi-definisi,
konsep-konsep, dan
keterampilan-
keterampilan pada
permasalahan-
permasalahan yang
berkaitan dengan
contoh dari pelajaran
yang dipelajari.
6. Evaluate (menilai)
Fase evaluasi dari
hasil pembelajaran
yang telah dilakukan.
Pada fase ini dapat
digunakan berbagai
strategi penilaian
formal dan informal.
Guru diharapkan
secara terus menerus
dapat
mengobservasikan
dan memperhatikan
siswa terhadap
kemampuan dan
keterampilan untuk
menilai tingkat
pengetahuan dan
kemampuannya,
kemudian melihat
perubahan pemikiran
siswa terhadap
pemikiran awalnya.
7. Extend
(memperluas)
Fase yang bertujuan
untuk berfikir,
mencari, menemukan
dan menjelaskan
contoh penerapan
konsep yang telah
dipelajari bahkan
kegiatan ini dapat
merangsang siswa
untuk mencari
hubungan konsep
yang mereka pelajari
dengan konsep lain
yang sudah atau
belum mereka
pelajari.

Tahapan jenis Learning Cycle

A. Learning Cycle 3E

1. Menyelidiki suatu fenomena dengan bimbingan minimal, untuk membawa


siswa pada identifikasi suatu pola keteraturan dalam fenomena yang
diselidiki (fase eksplorasi).

2. Mendiskusikan konsep-konsep yang berhubungan dengan fenomena yang


diselidiki (fase pengenalan konsep).

3. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan konsep-konsep


yang telah diperkenalkan untuk penyelidikan lebih lanjut (fase alplikasi
konsep).

B. Learning Cycle 5E

1. Engagement (Tahap pembangkitan minat)

Bertujuan mempersiapkan diri pembelajar agar terkondisi dalam


menempuh fase berikutnya dengan cara mengeksplorasi pengetahuan awal
dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Dalam fase engagement ini
minat dan keingintahuan (curiosity) pembelajar tentang topik yang akan
diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula pembelajar diajak
membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan
dibuktikan dalam tahap eksplorasi.
2. Explanation (Eksplorasi)

Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-


kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji
prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui
kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.

3. Explanation (Penjelasan)

Guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat


mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan
mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini pembelajar menemukan
istilah-istilah dari konsep yang dipelajari.

4. Elaboration (Pengembangan)

Siswa mengembangkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru


melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving.

5. Evaluation (Evaluasi)

Pengajar menilai apakah pembelajaran sudah berlangsung baik


dengan jalan memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa setelah
menerima materi pembelajaran.

C. Learning Cycle 7E

1. Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa)

Fase untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan siswa terhadap


pelajaran yang akan dipelajari dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari
pemikiran siswa serta menimbulkan kepenasaran tentang jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh guru. Fase ini dimulai
dengan pelajaran yang akan dipelajari dengan mengambil contoh mudah
yang diketahui sisa seperti kejadian sehari-hari secara umum memang
terjadi.
2. Engagement (melibatkan)

Fase dimana siswa dan guru akan saling memberikan informasi dan
pengalaman tentang pertanyaan-pertanyaan awal tadi memberikan siswa
tentang ide dan rencana pembelajaran sekaligus memotivasi siswa agar
siswa berminat untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam
mengajar. Fase ini dapat dilakukan dengan demostrasi diskusi, membaca,
atau aktivitas lain yang digunakan untuk membuka pengetahuan siswa dan
mengembangkan rasa keingintahuan siswa.

3. Explore (menyelidiki)

Fase yang membawa siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan


pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan
dipelajari. Siswa dapat mengobservasi, bertanya, dan menyelidiki konsep
dari bahan-bahan pembelajaran yang telah disediakan sebelumnya..

4. Explain (menjelaskan)

Fase yang didalamnya berisi ajakan terhadap siswa untuk


menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang mereka
dapatkan ketika fase eksplorasi. Kemudian dari definisi dan konsep yang
telah ada didiskusikan sehingga pada akhirnya menuju konsep dan definisi
yang lebih formal.

5. Elaborate (menerapkan)

Fase yang bertujuan untuk membawa siswa menerapkan simbol-


simbol, definisi-definisi, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan
pada permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan contoh dari
pelajaran yang dipelajari.

6. Evaluate (menilai)

Fase evaluasi dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pada


fase ini dapat digunakan berbagai strategi penilaian formal dan informal.
Guru diharapkan secara terus menerus dapat mengobservasikan dan
memperhatikan siswa terhadap kemampuan dan keterampilan untuk menilai
tingkat pengetahuan dan kemampuannya, kemudian melihat perubahan
pemikiran siswa terhadap pemikiran awalnya.

7. Extend (memperluas)

Fase yang bertujuan untuk berfikir, mencari, menemukan dan


menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari bahkan kegiatan
ini dapat merangsang siswa untuk mencari hubungan konsep yang mereka
pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/1
Materi Pokok : Laju Reaksi
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

I. KOMPETENSI INTI
KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI-2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan proaktif, dan menunjukan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI-3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual,prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
KI-4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
II. KOMPETENSI DASAR
1.1 Menyadari adanya keteraturan dari sifat hidrokarbon, termokimia, laju
reaksi, kesetimbangan kimia, larutan dan koloid sebagai wujud kebesaran
Tuhan YME dan pengetahuan tentang adanya keteraturan tersebut
sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat
tentatif.
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur,
objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti,
bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif)
dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang
diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
3.7 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan
menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil percobaan.
4.7 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil
percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi.

III. INDIKATOR

1. Menganalisis pengaruh katalis terhadap laju reaksi.


2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi terhadap
kehidupan sehari-hari

IV. TUJUAN
Melaui proses praktikum dan diskusi, siswa dapat :
1. Menganalisis pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi terhadap
kehidupan sehari-hari
3. Merancang percobaan pengaruh katalis terhadap laju reaksi
4. Melakukan percobaan pengaruh katalis terhadap laju reaksi
5. Menarik simpulan hasil percobaan pengaruh katalis terhadap laju reaksi
6. Menyajikan hasil percobaan pengaruh katalis terhadap laju reaksi
V. MATERI PEMBELAJARAN
A. Pengertian Laju Reaksi
Dalam fisika, istilah laju digunakan untuk menyatakan besarnya
perpindahan suatu benda tiap satuan waktu. Akan tetapi, dalam kimia, laju
reaksi didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan jumlah berkurangnya
jumlah zat-zat pereaksi tiap satuan waktu atau bertambahnya zat-zat hasil
reaksi tiap satuan waktu. Karena jumlah zat-zat yang terlibat dalam suatu
reaksi kimia biasanya dinyatakan dalam konsentrasinya, maka laju reaksi juga
didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan perubahan konsentrasi zat-zat
pereaksi atau zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu.
Jika suatu reaksi kimia dinyatakan dengan : A → B
Dengan : A = reaktan dan B = produk
Maka laju reaksinya dinyatakan dengan perumusan berikut:

r=
r=+
atau

Keterangan : r = laju reaksi Δt = waktu


Δ[A] = perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi
Δ[B] = perubahan konsentrasi zat-zat hasil reaksi
Nilai positif laju reaksi dinyatakan dalam kosentrasi zat-zat hasil
reaksi menunjukkan bahwa konsentrasi zat tersebut selalu bertambah.
Sementara itu, nilai negatif laju reaksi dinyatakan dengan konsentrasi zat-zat
pereaksi menunjukkan bahwa konsentrasi zat tersebut berkurang. Suatu reaksi
kimia melibatkan beberapa zat perbandingan jumlah molnya dinyatakan
dengan koefisien-koefisien reaksi, sehingga persamaan kimia dapat dituliskan
sebagai berikut.
pA + qB → rC + sD

Dengan : A, B = reaktan ; C,D = produk ; p, q, r, s = koefisien


reaksi

Laju reaksinya dinyatakan sebagai berikut:


r=

Laju reaksi dapat dibagi menjadi tiga yaitu, laju awal yaitu laju
reaksi ketika pertama kali reaktan mengalami reaksi, laju sesaat yaitu laju
reaksi pada saat tertentu dan laju rata-rata yaitu laju reaksi pada saat selang
waktu tertentu.
Pada dasarnya laju reaksi dapat ditentukan dengan menggunakan
cara fisika maupun cara kimia. Cara fisika untuk menentukan laju reaksi
didasarkan pada sifat-sifat fisis zat-zat yang terlibat dalam suatu reaksi kimia
yang berhubungan dengan konsentrasi zat tersebut seperti tekanan,
konduktivitas listrik. Secara kimia, laju reaksi dapat ditentukan dengan
menentukan konsentrasi zat-zat pada waktu tertentu.
Jika terjadi reaksi: xA + yB zC maka laju reaksi berbanding lurus
dengan konsentrasi pereaksi dipangkatkan dengan bilangan tertentu yang sama
dengan koefisien reaksinya. Oleh karena itu, laju reaksi tersebut dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut.
v = [A]m [B]n atau v = k [A]m [B]n

[A] dan [B] menyatakan konsentrasi molar pereaksi, k menyatakan tetapan


kesetaraan, eksponen m dan n dinamakan orde atau tingkat reaksi. Persaman
tersebut dinamakan persamaan laju reaksi atau hukum laju reaksi, yaitu
persamaan yang menyatakan hubungan antara laju reaksi dan konsentrasi
molar pereaksi dipangkatkan tingkat reaksi atau orde reaksinya. Tetapan
kesetaraan (k) bergantung pada macam pereaksi dan suhu reaksi. Untuk reaksi
yang sama, harga k tetap selama suhu reaksi tidak berubah. Jika suhu atau
pereaksi berubah, harga k juga berubah.

B. Teori Tumbukan
Gagasan utama dari teori tumbukan tentang laju reaksi adalah bahwa
reaksi untuk menjadi molekul, atom atau ion harus terjadi tumbukan.
Peningkatan konsentrasi dari spesi reaktan menghasilkan jumlah tumbukan
per satu satuan waktu lebih besar. Namun, tidak semua tumbukan
menghasilkan reaksi sehingga tidak semua tumbukan adalah tumbukan
efektif. Untuk tumbukan yang efektif, spesi reaktan harus (1) prosesnya
paling sedikit mengandung energi minimum yang dibutuhkan untuk mengatur
elektron terluar pada pemutusan ikatan dan pembentukan ikatan dan (2)
mempunyai orientasi yang tepat terhadap satu dengan yang lainnya pada
tumbukan tersebut. Tumbukan harus terjadi dalam reaksi kimia, tetapi tidak
menjamin reaksi tersebut akan berlangsung.
Laju suatu reaksi kimia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
luas permukaan, suhu, konsentrasi, tekanan dan katalis. Berikut ini penjelasan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi tersebut.

a. Suhu
Perubahan suhu akan mempengaruhi laju suatu reaksi kimia. Pada
umumnya, kenaikan suhu akan meningkatkan laju reaksi. Jika suhu naik,
maka partikel-partikel zat-zat yang terlibat dalam reaksi akan menyerap kalor
(energi), sehingga energi kinetik partikel-partikel tersebut meningkat. Oleh
karena itu, dengan meningkatnya suhu, maka semakin banyak partikel yang
mempunyai energi kinetik lebih besar dari energi aktivasi. Keadaan ini
memungkinkan terjadinya tumbukan efektif antara partikel-partikel, sehingga
reaksi akan berlangsung lebih cepat.

b. Luas Permukaan
Pada reaksi-reaksi zat padat, luas permukaan zat padat tersebut akan
mempengaruhi laju reaksi.oleh karena itu, luas permukaan zat padat akan
mempengaruhi seberapa cepat reaksi tersebut berlangsung. Zat padat yang
berbentuk serbuk mempunyai luas permukaan yang lebih besar dibandingkan
dengan zat padat dalam bentuk batangan untuk massa zat padat yang sama.

Pada reaksi zat padat yang berbentuk serbuk, setiap bagian zat
padat akan segera bereaksi dengan zat lain pada waktu yang bersamaan
karena luas permukaan zat padat tersebut relatif besar. Sementara itu, pada
reaksi zat padat yang berbentuk batangan atau lempengan, reaksinya akan
terjadi pada permukaan zat padat yang bersentuhan dengan zat lain, sehingga
untuk terjadi reaksi pada seluruh bagian zat padat diperlukan waktu yang
cukup lama.

c. Konsentrasi

Pada reaksi-reaksi yang melibatkan larutan, konsentrasi larutan


mempengaruhi laju reaksi suatu zat dengan larutan tersebut. Meningkatnya
konsentrasi zat-zat pereaksi (dalam bentuk larutan) akan meningkatkan
frekuensi tumbukan antara partikel-partikel zat pereaksi tersebut. Hal ini
karena dalam larutan pekat, jarak antara dua buah partikel yang berdekatan
relatif rapat, sehingga mudah bertumbukan. Oleh karena itu, semakin besar
konsentrasi suatu larutan, maka semakin banyak partikel zat terlarut yang
terdapat dalam larutan. Jadi apabila suatu larutan direaksikan dengan zat
tertentu, maka zat tersebut akan semakin mudah bereaksi pada larutan yang
pekat.

C. Persamaan Laju Reaksi

Perubahan konsentrasi zat-zat dalam suatu reaksi kimia biasanya


mempengaruhi laju reaksi tersebut. Persamaan laju reaksi menunjukkan
pengaruh tersebut secara matematis. Orde reaksi merupakan bagian dari
persamaan laju reaksi.

Pada dasarnya, terdapat beberapa cara sederhana dalam mengukur laju


reaksi. Salah satunya seperti yang telah anda pelajari dalam pembahasan
sebelumnya. Akan tetapi, cara tersebut hanya digunakan mengukur laju reaksi
rata-rata. Untuk penggunaan yang lebih formal, laju reaksi biasanya diukur
pada waktu tertentu, sehingga laju reaksi tersebut dinamakan laju reaksi
sesaat. Dalam hal ini, konsep laju reaksi sesaat diperlukan karena perhitungan
laju reaksi rata-rata seringkali menghasilkan nilai yang tidak akurat. Jadi
persamaan laju reaksi digunakan untuk menyatakan laju reaksi sesaat dari
suatu reaksi kimia. (catatan: untuk pembahasan selanjutnya, laju reaksi sesaat
hanya dinamakan dengan laju reaksi).

Laju reaksi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan laju reaksi


berdasarkan konsentrasi zat-zat pereaksi. Pada umumnya, laju reaksi hanya
bergantung pada konsentrasi awal zat-zat pereaksi yang dapat ditentukan
melalui percobaan. Untuk reaksi aA + bB → cC + dD, maka persamaan laju
reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut.

v=

Dimana: k[A]x[B

v = laju reaksi
k = tetapan laju reaksi
[A] = konsentrasi pereaksi A
[B] = konsentrasi pereaksi B
x = orde reaksi terhadap A
y = orde reaksi terhadap B
x+y = orde reaksi total
Tetapan jenis reaksi (k) adalah suatu tetapan yang harganya
bergantung pada jenis pereaksi, suhu dan katalis. Setiap reaksi mempunyai
harga k tertentu pada suhu tertentu. Harga k akan berubah jika suhu berubah.

VI. METODE PEMBELAJARAN


Metode pembelajaran : praktikum, diskusi, presentasi, tugas
Model Pembelajaran : Siklus belajar (learning cycle) 5e
Pendekatan : Scientific

VII.MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR


1. Media :
- Lembar kerja siswa (LKS)
- Power Point
2. Alat/Bahan
- Alat dan bahan praktikum
3. Sumber Belajar
Johari, J. M., & Rachmawati, M. (2004). Kimia SMA untuk Kelas XI.
Jakarta: Esis.
Damayanti, C., Kirana, C., Rosyidah, H., Ria, P., Hastuti, P., & Haryanto,
T. (2013). Kimia SMA/MA Kelas XI Semester 1. Semarang: Viva
Pakarindo.
Sudarmo, U. (2013) Kimia untuk SMA/MA Kelas XI. Surakarta: Erlangga.
VIII. LANGKAH PEMBELAJARAN

Langkah-
Langkah Alokasi
Pokok Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Wa
Pembelajara ktu
n
Kegiatan Awal (5 menit)
 Memberikan salam dan mengecek kehadiran siswa  Memberikan salam kepada 5 menit
 Mempersiapkan siswa untuk belajar faktor-faktor yang guru
mempengaruhi laju reaksi.  Menyimak informasi yang
diberikan guru

Kegiatan Inti (75 Menit )


Fase 1 : Engagement  Guru memberikan pertanyaan sebagai apersepsi dan motivasi  Siswa mencatat dan memahami 5 menit
 Apersepsi: “anak-anak minggu lalu kita sudah melaksanakan penyampaian guru, kemudian
praktikum mengenai pengaruh suhu, bagaimana suhu yang lebih menjawab pertanyaan guru.
tinggi dapat mempercepat suatu laju reaksi?”
 Motivasi :“anak-anak pernahkan kalian membandingkan kecepatan
matangnya dari buah pisang yang diberi karbit dengan pisang yang
tidak diberi karbit?
Fase 2 : Exploration  Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.  Siswa membentuk kelompok 25
men
 Guru membagikan LKS kepada siswa yang berisi permasalahan  Siswa menerima LKS yang it
terkait pengaruh KATALIS terhadap laju reaksi dan memberikan diberikan oleh guru dan
petunjuk dalam mengerjakan LKS (lampiran 1) mencermatinya.

 Guru meminta siswa untuk memahami permasalahan yang disajikan  Siswa memahami dan
menghayati permasalahan yang
pada LKS.
disajikan dalam LKS.

 Siswa menyampaikan hipotesis


 Guru meminta siswa memberikan hipotesis pemecahan masalah.
pemecahan masalah.

 Siswa melakukan telusur


 Guru meminta siswa melakukan telusur literatur untuk memecahkan
literature untuk memecahkan
masalah yang diberikan.
permasalahan pada LKS
Fase 3: Explanation  Guru membimbing siswa dalam proses pemecahan masalah. terhadap  Siswa menganalisis 20
men
ilustrasi masalah tersebut dengan melaksanakan kegiatan praktikum informasi dari berbagai literatur it
yang diperoleh, dan
melaksanakan praktikum untuk
memecahkan masalah tersebut
 Guru meninjau kegiatan kelompok dalam mendiskusikan data hasil
investigasi dan praktikumyang telah dilakukan untuk memecahkan  Siswa melaksanakan
masalah. diskusi dalam kelompok untuk
membahas data hasil
investigasi dan kegiatan
praktikum yang telah dilakukan
untuk memecahkan masalah.
Fase 4 : Elaboration  Guru meminta siswa untuk menyajikan laporan hasil pemecahan  Masing-masing kelompok 20
men
masalahnya siswa mempersentasikan hasil it
penyelidikan dan diskusi
mereka di depan kelas terkait
pengaruh Katalis terhadap laju
reaksi. Siswa memahami
konsep-konsep esensial yang
disampaikan.
 Siswa lain, memberikan
 Guru membimbing kegiatan diskusi kelas
pertanyaan, dukungan atau
sanggahan atas laporan hasil
pemecahan masalah
 Guru memperbaiki konsep-konsep siswa yang masih salah dan  Siswa memperhatikan dan
memberikan penekanan pada konsep-konsep esensial tentang ikatan mencatat konsep-konsep
kimia dan aplikasinya pada teknologi. esensial yang diberikan oleh
guru.
Fase 5 Evaluation  Guru memberikan quiz atau tes kecil untuk menguji tingkat  Siswa mengerjakan soal quiz 5 menit

pemahaman siswa tentang pengaruh katalis terhadap laju reaksi. yang diberikan oleh guru

Kegiatan Penutup (10 menit)


 Guru memberi kempatan pada siswa untuk menyimpulkan inti  Beberapa siswa menyimpulkan 10
men
pelajaran. inti pelajaran. it
 Guru meminta siswa untuk mempelajari materi selanjutnya  Siswa memperhatikan.
mengenai reaksi penetralan asam-basa.  Siswa menjawab salam guru.
 Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
IX. PENILAIAN
1. Aspek yang dinilai
- Kognitif : skor hasil belajar
- Sikap : sikap siswa di kelas dan di sekolah
- Keterampilan : aktivitas pada saat pelaksanaan praktikum
2. Instrumen penelitian
- Kognitif : Tes kecil (quiz)
- Afektif : Rubrik Penilaian Afektif
- Psikomotor : Rubrik Penilaian Psikomotor

Mengetahui Singaraja, ……………………………


Kepala Sekolah SMA Negeri….. Guru Mata Pelajaran Kimia

……………………………….. ……………………………………..
NIP. ……………………………… NIP………………………………..

Anda mungkin juga menyukai