Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM PENCOKLATAN ENZIMATIS

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


UNIVERSITAS PADJADJARAN

HENDI KUSWENDI (240210160049)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022)
7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: hendi@mail.unpad.ac.id

ABSTRACT

Enzymatic browning reactions occur in many fruits and vegetables. As a result of this
reaction will arise brown color due to conversion of phenolic compounds into melanin
with the help of polyphenol oxidase enzymes. The browning reaction occurs because
there are Fe compounds in the carat that will catalyze the reaction with oxygen. In the
practicum used sample of Apples, Pineapple, Potato, Eggplant, and Carrots. The purpose
of this lab is to know how to put oxygen and tool contact against browning vegetables, to
know how to prevent browning with chemical or natural treatments, to know the effect of
blancing on browning of vegetable enzymes. The best way to prevent enzymatic browning
is metabisulphite and to maintain the best possible texture in vegetables and fruits by
immersion as they can produce a non-brownish color. vegetable samples are most
sensitive to the enzymatic browning reaction is eggplant.

Keywords: Colour, Enzymatic browning, Polifenol oksidase, Oxygen

PENDAHULUAN
Reaksi pencoklatan enzimatis banyak
terjadi pada buah buahan dan sayuran, Reaksi pencoklatan enzimatis dapat
terutama jika mengalami destruksi dikontrol oleh inaktivasi enzim polifenol
jaringan (Koswara, 1991). Reaksi oksidase, pengeluaran oksigen,
pencoklatan enzimatis terjadi pada buah- modifikasi komponen fenolik,
buahan dan sayuran jika jaringan buah penambahan agen pereduksi, interaksi
atau sayuran itu terpotong atau dengan grup tembaga, mereduksi atau
terkelupas. Akibat reaksi ini akan timbul menjerat senyawa quinon, bahkan
warna coklat karena konversi senyawa memindahkan produk akhir dari reaksi
fenolat menjadi melanin dengan bantuan pencoklatan (Shahidi dan Naczk, 1995).
enzim polifenol oksidase. Reaksi Reaksi ini bergantung pada ketersediaan
tersebut membutuhkan oksigen sebagai enzim fenolase, oksigen dan ko-enzim
akseptor H2 dan ion tembaga sebagai Cu.
katalisator (Eskin et al, 1971). Enzim Tujuan dari praktikum ini untuk
yang berperan mengkatalisa oksidasi mengatetahui mengaruh oksigen dan
senyawa fenol adalah polifenol kontak alat terhadap pecoklatan
oksidase. enzimatis sayur dan buah, mengetahui
Faktor-faktor yang mempengaruhi cara pencegahan pencoklatan/inaktivasi
tingkat reaksi pencoklatan enzimatis enzim polifenol oksidase dengan
adalah kandungan komponen fenolik, perlakuan bahan kimia dan alami,
aktivitas dari enzim polifenol oksidase, mengatahui pengaruh blancing terhadap
kehadiran oksigen, ion logam, pH, dan pencoklatan enzimatis sayur dan buah.
suhu (Lisinska dan Leszczynski, 1989).
ke-0 (sewaktu di potong), dan diamati
METODOLOGI kembali setelah menit ke-15.

Alat dan Bahan Blansing dan Kukus

Alat yang digunakan antaralain: Mula-mula tiap sampel dicuci,


cawan plastik, dandang kecil, pisau kemudian diiris dan diberi dua
stainless stell, pisau besi, saringan, perlakuan yaitu direbus dan dikukus
talenan, stopwatch, panci, piring kecil, (lama waktu sesuai diktat), kemudian
pisau besi, pisau stainless steel diangkat dan direndam air es selama 3
Bahan yang digunakan antaralain: menit. Diamkan dan diamati perubahan
asam sitrat, asam askorbat, apel, na- pada menit ke-0 (sewaktu di potong),
bisulfat, nenas, kentang, terong, dan dan diamati kembali setelah menit ke-
wortel. 15.

Kontak Alat PEMBAHASAN

Mula-mula tiap sampel dicuci, Reaksi pencoklatan enzimatis


kemudian dikupas dan diiris dengan dua banyak terjadi pada buah buahan dan
pisau yang berbeda yaitu pisau stainless sayuran, terutama jika mengalami
stell dan pisau besi. Diamkan dan destruksi jaringan (Koswara, 1991).
diamati perubahan warna yang terjadi Reaksi pencoklatan enzimatis terjadi
pada menit ke-0 (sewaktu di potong), pada buah-buahan dan sayuran jika
dan diamati kembali setelah menit ke- jaringan buah atau sayuran itu terpotong
15. atau terkelupas. Akibat reaksi ini akan
timbul warna coklat karena konversi
Kontak O2 (Oksigen) senyawa fenolat menjadi melanin
dengan bantuan enzim polifenol
Mula-mula tiap sampel dicuci, oksidase. Reaksi tersebut membutuhkan
kemudian direndam selama 15 menit oksigen sebagai akseptor H2 dan ion
pada cawan yang berisi air, larutan tembaga sebagai katalisator (Eskin et al,
garam, larutan gula, dan pada cawang 1971).
kosong. Diamkan dan diamati Pelaksanaan praktikum kali ini,
perubahan warna dan tekstur pada menit dilakukan percobaan dan pengamatan
ke-0 (sewaktu di potong), dan diamati mengenai cara pencegahan dan cara
kembali setelah menit ke-15. meminimalisir pencoklatan enzimatis
pada bahan pangan yaitu sayur dan
Pencegahan Polifenol Oksidase buah. Sayur dan buah yang digunakan
diantaranya yaitu wortel, terong, apel,
Mula-mula tiap sampel dicuci, kentang, dan nenas. Pencegahan
kemudian diiris dan direndam dalam pencoklatan enzimatis dilakukan dengan
cawan yang berisi asam sitrat, asam cara mengurangi kontak dengan
askorbat, Na-bisulfat dan pada cawan peralatan logam, mengurangi kontak
kosong. Diamkan dan diamati dengan oksigen, menonaktifkan enzim
perubahan warna dan tekstur pada menit polifenol oksidase, serta dengan
blancing.
Tabel 1. Kontak Alat
Sampel Perlakuan T = 0' T = 15'
Stainless steel oranye ++++ oranye ++++
Wortel
besi oranye ++++ oranye ++++
Kentan Stainless steel kuning ++++ kuning +++
g besi kuning +++++ kuning +++
Stainless steel putih keruh cokelat disekitar biji
Terung
besi putih kehijauan cokelat disekitar biji
Stainless steel kuning muda ++ kuning muda ++
Nanas
besi kuning muda ++ kuning tua
Stainless steel putih ++ cokelat +
Apel
besi putih++++ putih +++ cokelat +
(Dokumentasi pribadi, 2017)

Berdasarkan data tabel 1, sampel Protein-Cu+-O2 + monofenol


wortel baik dengan perlakuan pisau besi enzim polifenolase
→ Protein-Cu2+ + oquinone + H2O
ataupun pisau stainless steel tidak
mengalami perubahan warna. Hal ini (Margono,1993)
diduga akibat konsentrasi enzim fenolase Sampel apel, terung dan nenas juga
pada wortel tidak setinggi sampel-sampel mengalami reaksi pencoklatan,
lainnya, sehingga waktu 15 kurang cukup mayoritas sampel yang diberi perlakuan
untuk menghasilkan warna cokelat. atau diiris dengan pisau besi menunjukan
Sampel kentang dengan pisau stainless adanya perubahan warna yang lebih
steel mengalami penrubahan warna dari mencolok daripada dengan pisau
kuning (++++) menjadi kuning (+++), stainless steel, hal ini diakibatkan kontak
sedangkan dengan perlakuan pisau besi dengan besi akan memudahkan
dari kuning (+++++) menjadi kuning (++ terjadinya oksidasi yang berujung pada
+). Kentang dikenal sebagai sayuran pencoklatan, selain itu kecepatan
yang mudah mengalami pecoklatan pencoklatan juga dipengaruhi oleh luas
akibat enzim fenolase yang dimilikinya. permukaan pemotongan buah. Pisau besi
Enzim fenolase berfungsi mengkatalis yang digunakan umumnya
reaksi oksidasi, logam tembaga dan besi mengakibatkan warna yang lebih coklat
berfungsi sebagai pentransfer elektron dibandingkan pemotongan dengan pisau
dan O2 berfungsi sebagai akseptor stainless steel. Pisau besi lebih mudah
electron. Menurut Eskin et al (1971), berkarat daripada pisau dari stainless
agar reaksi pencoklatan dapat dikatalis steel. buah dan sayur mengandung asam
oleh enzim fenolase harus juga tersedia yang bersifat korosif bagi berbagai jenis
senyawa Cu atau Fe dan oksigen. logam. Reaksi pencoklatan terjadi
Oksigen dibutuhkan dalam reaksi karena terdapat senyawa logam Fe pada
oksidasi sebagai akseptor hidrogen karat yang akan mengkatalisis reaksi
sedangkan Cu atau Fe berperan sebagai dengan oksigen. Stainless steel termasuk
ko-enzim. Terjadinya reaksi pencoklatan logam yang tidak mudah bereaksi
enzimatik melibatkan perubahan bentuk dengan asam sehingga tidak mudah
kuinol menjadi kuinon. berkarat. Stainless steel dibuat
Reaksi dengan enzim menggunakan kromium. Minimum
polifenolase sebagai katalis jumlah kromium digunakan untuk
menyebabkan timbulnya protein membuat Stainless steel adalah 10,5%.
tembaga dengan menggabungkan satu Kromium juga meningkatkan daya tahan
atau lebih molekul oksigen quinone.
korosi oleh pembentukan sebuah film kromium oksida pada baja.

Tabel 3. Pencegahan Pencoklatan


Perlakuan
Sampel Kosong Asam Sitrat
Waktu Warna Tekstur Warna Tekstur
Orange +++ Keras ++
0' Orange ++ Keras ++
+ ++
Wortel
Orange +++ Keras ++
15' Orange +++ Keras +++
+ ++
Kentan 0' Kuning +++ Keras Kuning +++ Keras
g 15' Kuning ++ Keras Kuning +++ Keras
Putih
0' Keras+ Putih kehijauan Keras+
Terung kehijauan
15' Cokelat Lunak + Putih Lunak +++
0' Kuning ++ Keras ++ Kuning ++ Keras ++
Nanas Keras ++
15' Kuning + Kuning + Keras +++++
++
Putih +++ Keras ++
0' Putih ++++ Keras +++
cokelat++ ++
Apel
Putih ++ Keras ++
15' Putih ++++  
cokelat+++ +
Perlakuan
Sampel Asam askorbat Na-bisulfat
Waktu Warna Tekstur Warna Tekstur
0' Orange ++ Keras ++ Orange ++ Keras ++
Wortel Keras ++
15' Orange +++ Orange +++ Keras +++
+
Kentan 0' Kuning +++ Keras Kuning +++ Keras
g 15' Kuning ++ Keras Kuning ++++ Keras
Putih
0' Keras+ Putih kehijauan Keras+
Terung kehijauan
15' Cokelat Lunak ++ Putih bersih Lunak +
0' Kuning ++ Keras ++ Kuning ++ Keras ++
Nanas Kuning +++
15' Keras ++ Kuning +++ Keras ++++
+
0' Kuning ++ Keras+++ Putih +++ Keras +++
Apel Keras ++
15' Kuning +++ Putih +++ Keras +++
+
(Dokumentasi pribadi, 2017)
Menurut Winarno (1991), banyak Salah satu cara pencegahan reaksi
sekali senyawa fenolik yang dapat pencoklatan enzimatik adalah
bertindak sebagai substrat dalam reaksi pencegahan aktivitas polifenol oksidase
pencoklatan enzimatis pada buah dan terhadap substrat dan oksigen
sayuran. Senyawa-senyawa fenolik (Whitaker, 1994).
tersebut di antaranya adalah katekin dan Pencegahan pencoklatan enzimatis
turunannya seperti tirosin, asam kafeat, pada praktikum ini dilakukan dengan
asam klorogenat, dan leukoantosianin. inaktivasi enzim melalui cara
perendaman menggunakan natrium ini berkisar antara 4,0-7,0 dan aktivitas
metabisulfi, asam askorbat, dan asam terkecil pada pH dibawah 3 (Eskin et al,
sitrat. Setelah dilakukan berbagai 1971).
perlakuan untuk menonaktifkan enzim, Asam askorbat dalam percobaan ini
dilakukan pengamatan terhadap warna merupakan senyawa pereduksi kuat
dan tekstur dari masing-masing buah yang bersifat asam di alam, membentuk
dan sayuran. garam netral dengan basa, dan memiliki
Berdasarkan hasil pengamatan, kelarutan air yang tinggi. Asam askorbat
dapat diketahui bahwa beberapa dan garam-garam netral serta
perlakuan untuk menonaktifkan enzim turunannya merupakan antioksidan yang
dapat memperlambat pencoklatan digunakan pada buah-buahan dan
enzimatis yang terjadi pada buah dan sayuran dan juga pada jus buah untuk
sayur. Buah dan sayur yang tidak diberi pencoklatan dan reaksi oksidatif lainnya.
perlakuan mengalami perubahan warna Asam askorbat bertindak sebagai
menjadi kecoklatan dengan tekstur antioksidan karena oksigen akan
secara umum tidak berubah, sedangkan mengoksidasi askorbat bukan senyawa
pada buah dan sayur yang direndam fenolik sehingga dapat menghambat atau
menggunakan natrium metabisulfit, menurunkan terjadinya reaksi
asam askorbat, dan asam sitrat warnanya pencoklatan (Martin, 1994). Asam
hanya sedikit berubah menjadi cokelat askorbat juga sebagai antioksidan dan
dan teksturnya sedikit berubah pula mampu mereduksi o-quinon menjadi o-
menjadi agak melunak. dihidroksi fenol alami. Reaksi yang
Penambahan Na-Metabisulfit dapat terjadi adalah sebagai berikut:
dilakukan untuk menonaktifkan enzin o-difenol + ½ O2 → o-quinon + H2O
polifenol oksidase. Tujuan utama dari o-quinon + AA → o-difenol + dehidro
sulfitasi adalah untuk mengurangi AA
pencoklatan pada waktu pengolahan dan AA + ½ O2 → dehidro AA + H2O
penyimpanan sampel ketika dilakukan Berdasarkan hasil praktikum,
pengolahan. SO2 tidak dapat secara perendaman menggunakan asam
mutlak menghentikan reaksi askorbat ini memberikan hasil
pencoklatan tetapi memperlambat reaksi perubahan warna yang lebih banyak
tersebut (Hulme, 1991). Perendaman dibandingkan dengan perendaman
sampel dengan natrium metabisulfit, menggunakan natrium metabisulfit dan
tekstur dan warna pada sampel tidak asam sitrat, hal tersebut terlihat pada
banyak mengalami perubahan. sampel terung yang mengalami
Contohnya pada wortel dan nenas warna perubahan menjadi cokelat. sehingga
yang dihasilkan adalah orange (+++), penggunaan natrium metabisulfit dan
terung putih bersih, kentang kuning (++ asam sitrat dianggap lebih efektif untuk
++), apel putih (+++). Hal ini mencegah pencoklatan enzimatis.
menunjukkan terjadinya penghambatan Asam sitrat merupakan agen
pencoklatan enzimatis yang sangat pengkelat. Dalam aplikasinya asam
efektif. sitrat dapat bertindak sebagai pengawet
Aplikasi penambahan sulfit untuk (Winarno, 1991). Asam sitrat
mencegah reaksi pencoklatan enzimatik menghambat terjadinya pencoklatan
sangat efektif namun dapat karena dapat mengkompleks ion
menyebabkan asmatik sehingga tembaga yang dalam hal ini berperan
dikembangkan penelitian dengan sebagai katalis dalam reaksi
menggunakan asam organik diantaranya pencoklatan. Selain itu, asam sitrat juga
adalah asam sitrat dan asam askorbat. dapat menghambat pencoklatan dengan
Metode penggunaan asam sebagai cara menurunkan pH, sehingga enzim
penghambat pencoklatan enzimatis ini polifenol oksidase menjadi inaktif
didasarkan pada pengaruh pH terhadap (Winarno, 1991). Pada sampel yang
enzim polifenolase. pH optimum enzim direndam menggunakan asam sitrat,
perubahan warna menjadi warna coklat dihasilkan lebih keras dibandingkan
lebih terhambat dibandingkan dengan dengan perendaman menggunakan asam
perendaman menggunakan asam askorbat.
askorbat. Akan tetapi, tekstur yang

Tabel 1. Kontak O2 (Oksigen)

Perlakuan
Sampel Kosong Air
0' 15' 0' 15'
Orange+++ Orange+++ Orange+++ Orange++++
Wortel
Keras Keras Keras Keras
Kentan Kuning +++ Kuning +++ Kuning ++ Kuning +
g Keras Keras Keras Keras
Putih cokelat Putih cokelat Putih cokelat Putih cokelat
Terung
Keras ++ Keras ++ Keras ++ Keras +
Kuning ++ Kuning pucat Kuning ++ Kuning pucat
Nanas
Keras +++ Keras +++ Keras +++ Keras ++
Kuning +
Putih++++ Putih+++ Putih++
Apel cokelat+
Keras +++ Keras ++ Keras +++ Keras ++++
Perlakuan
Sampel Gula Garam
0' 15' 0' 15'
Orange+++ Orange++ Orange+++ Orange+++ cokelat +
Wortel
Keras Keras Keras Keras
Kentan Kuning ++ Kuning +++ Kuning ++ Kuning +
g Keras Keras Keras Keras
Putih cokelat + Putih cokelat + Putih cokelat + Putih cokelat +
Terung
Keras ++ Keras ++ Keras + Keras +
Kuning ++ Kuning ++ Kuning ++ Kuning pucat +
Nanas Keras + berair Keras + berair
Keras + berair + Keras + berair ++
+ +
Kuning + Kuning + cokelat++
Putih+++ Putih+++
Apel cokelat+ +
Keras ++ Keras ++ Keras ++ Keras ++
(Dokumentasi pribadi, 2017)
Pencegahan pencoklatan enzimatis garam dilakukan untuk mencegah
dapat dilakukan dengan mengurangi sampel agar tidak kontak dengan
kontak bahan dengan oksigen. Reaksi oksigen sehingga tidak terbentuk
pencoklatan enzimatik dapat dihambat senyawa fenolase. Browning dapat
dengan mengurangi oksigen, salah satu dicegah dengan NaCl dengan cara
caranya yang efektif adalah dengan menurunkan pH pada apel sehingga
perendaman (Eskin et al, 1971). mencegah terjadinya browning. Garam
Perendaman dilakukan dengan juga dapat digunakan untuk
menggunakan air, larutan gula, dan meningkatkan rasa asin pada sampel
larutan garam. Perendaman dengan air (Friedman, 1996)
Sampel yang direndam menggunakan namun dari sudut rasa memang tidak
air, warna dari sampel buah dan sayur dapat diterima karena terlalu asin.
tersebut menjadi tidak terlalu coklat Sampel yang direndam menggunakan
apabila dibandingkan dengan sampel larutan gula mengalami lebih sedikit
yang tidak direndam menggunakan air. perubahan warna daripada dengan
Hal ini dikarenakan perendaman dengan larutan garam, dapat disimpulkan bahwa
air membatasi kontak antara oksigen perendaman menggunakan larutan gula
dengan jaringan (Tranggono dan merupakan metode yang efektif
Sutardi, 1989). Keuntungan dari metode dibandingkan dengan perendaman
perendaman menggunakan air ini adalah menggunakan larutan garam. Selain
tidak mengubah citarasa dari buah atau dapat mengurangi kontak bahan dengan
sayur yang direndam. oksigen, larutan sirup gula juga dapat
Sampel yang direndam menggunakan berfungsi untuk menghambat terjadinya
larutan garam, terjadi perubahan warna pencoklatan enzimatik karena larutan
yang cukup besar apabila dibandingkan gula dapat memberikan lapisan atau
dengan sampel yang direndam mantel sehingga mencegah permukaan
menggunakan air dan gula. Hal ini buah dapat kontak dengan oksigen. Di
mengindikasikan bahwa kemampuan samping itu, larutan gula dapat
larutan garam masih lemah dalam menurunkan pH lingkungan sehingga
memperlambat laju pencoklatan enzim polifenol oksidase ini menjadi
enzimatis pada nenas, terong, kentang, inaktif. Semakin tinggi konsistensi
apel, dan wortel. Perendaman dengan pemanis dalam suatu larutan
larutan garam ini memiliki kelemahan. menyebabkan pH menurun, hal ini
Menurut Tranggono dan Sutardi (1989), disebabkan karena gula mempunyai sifat
untuk dapat menghambat enzim buah cooling effect (Winarno, 1991).
perlu diberikan NaCl yang banyak,

Tabel 4. Blancing

Perlakuan
Sampel Rebus
0' 15'
Orange ++ Orange +++
Wortel
Lunak +++ Lunak +++
Kuning cerah ++++ Kuning cerah +++
Kentang
Klunak +++ Lunak +++
Hijau pucat Hijau kecoklatan
Terung
Lunak +++ Lunak +++
Kuning +++ Kuning +++
Nanas
Lunak +++ Lunak +++
Kuning +++ Kuning +++
Apel
Lunak + Lunak +++
Perlakuan
Sampel Kukus
0' 15'
Orange ++ Orange ++++
Wortel
Lunak + Lunak +++
Kuning cerah +++ Kuning cerah ++++
Kentang
Lunak +++ Lunak ++++
Putih kehijauan Hijau kecoklatan
Terung
Lunak +++ berair Lunak ++++
Kuning +++ Kuning ++++
Nanas
Lunak ++ Lunak
Kuning ++ Kuning ++++
Apel
Lunak ++ Lunak ++++
(Dokumentasi pribadi, 2017) pasteurisasi tetapi tujuan utamanya
adalah menonaktifkan enzim, walaupun
Enzim polifenol oksidase dapat sebagian dari mikroorganisme yang ada
diinaktivasi dengan perlakuan panas. padanya juga turut mati. Tujuan dari
Pemanasan pada suhu di atas 50 o C perlakuan blansing ini yaitu untuk
dapat mencegah pencoklatan enzimatis menonaktifkan aktivitas enzim terutama
karena pada suhu tersebut enzim mulai polifenol-oksidase (penyebab
terdenaturasi. Pemanasan pada pencokelatan enzimatis), lipoksigenase
praktikum ini dilakukan dengan cara (penyebab ketengikan), ascorbic acid
blansing. Berdasarkan hasil blansing oxidase (penyebab penguraian vitamin
dari masing-masing sampel, diperoleh C), serta katalase dan peroksidase
warna yang tidak banyak berubah dari (keduanya dipakai sebagai indikator
sebelumnya, akan tetapi tekstur dari kecukupan blansing), menghilangkan
sampel yang diberi perlakuan blansing kotoran yang melekat, mengurangi
ini menjadi sangat lunak bahkan hancur. jumlah mikroorganisme, melenturkan
Hal ini sesuai dengan teori menurut jaringan hingga mudah masuknya ke
Tranggono dan Sutardi (1989) bahwa dalam kemasan, dan mengeluarkan
buah atau sayuran yang dimasak akan udara dari jaringan untuk mencegah
mengalami perubahan tekstur yang reaksi oksidasi, mencegah agar tekanan
kadang-kadang tidak dikehendaki, dalam kemasan sewaktu sterilisasi
begitu juga timbulnya citarasa yang jangan terlalu tinggi, memudahkan
tidak enak. sortasi berdasarkan berat jenis serta
Menurut Tranggono (1990) buah atau membuat jaringan yang hijau tampak
sayuran akan menjadi coklat apabila lebih cerah. Blansing dapat mengurangi
kontak dengan udara, yang berarti akan jumlah mikroorganisme pada
menambah jumlah oksigen yang permukaan pangan sehingga dapat
sebenarnya secara alami sudah ada membantu dalam operasi pengawetan
dalam bahan tersebut. Pengeluaran terutama sterilisasi dengan panas.
oksigen dari jaringan buah atau sayur Blansing juga dapat memperlunak
(perendaman) cenderung membuat jaringan sayuran.
keadaan menjadi anaerob. Dengan Pemanasan dengan cara
pencelupan atau perendaman diharapkan pengukusan lebih baik dibandingkan
residu bahan pengupas memberikan dengan pemanasan dengan cara
pengaruh penghambatan terhadap perebusan karena pada proses
pencoklatan enzimatis. pengukusan panas dari uap akan
Perendaman dengan blansing dalam mengenai langsung produk sayuran.
menonaktifkan enzim lebih efektif Hasil dari pengukusan ini akan
perendaman dengan asam organik. meminimalisir kehilangan
Namun, matode blansing dapat phytochemicals dan antioksidan yang
memperkuat zat cita rasa. Blansing juga terkandung dalam sayur dan buah
dapat dapat digunakan untuk tersebut. Selain itu, pengukusan akan
menonaktifkan enzim-enzim yang menghabiskan sedikit waktu
terdapat pada buah dan sayur termasuk dibandingkan dengan blansing secara
enzim polifenol oksidase. Menurut konvensional karena koefisien pindah
Tjahjadi dan Marta (2014), blansing panas kondensasi uap lebih besar
adalah perlakuan pemanasan tipe
dibandingkan dengan air panas dan Shahidi, F. and M. Naczk. 1995. Food
terbukti relatif lebih ekonomis karena Phenolics. Technomic Publ. Co.
menghemat energi. Inc., USA.

KESIMPULAN Starovicova, M. 2014. Enzymatic


Browning. Available at:
Cara yang paling baik untuk http://www.food-
mencegah pencoklatan enzimatis yaitu info.net/uk/colour/enzymaticbrow
metabisulfit dan mempertahankan ning.htm
tekstur sebaik mungkin pada sayuran
dan buah-buahan yaitu dengan Tjahjadi, dan Marta. 2014. Pengantar
perendaman karena dapat menghasilkan Teknologi Pangan (Volume I).
warna yang tidak menjad kecoklatan. Jurusan Teknologi Industri
sampel sayuran yang paling sensitif Pangan. Fakultas Teknologi
terhadap reaksi pencoklatan enzimatis Industri Pertanian. Universitas
yaitu terung. Padjajaran. Jatinangor

DAFTAR PUSTAKA Tranggono dan Sutardi. 1990. Biokimia


dan Teknologi Pascapanen. PAU
Eskin, N. A. M., H. M. Henderson, dan Pangan dan Gizi Universitas
R. J. Townsend. 1971. Gadjah Mada, Yogyakarta.
Biochemistry of Foods. Academic
Press, New York. Whitaker, J. R. 1994. Principles of
Enzymologi for the Food Science.
Friedman, M. (1996). Food browning Marcel Dekker. Inc. New York.
and its prevention: an overview.
Journal of Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan
Agricultural and Food Chemistry, Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama,
44, 631–653 Jakarta.

Hulme, C. 1991. Food Additive Guide.


Jhon Willey and Sons, New York.

Koswara, S. 1991. Kontrol Terhadap


Reaksi Browning dalam
Pengolahan Pangan. PAU Pangan
dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Lisinska, G. and W. Leszczynski. 1989.


Potato Science and Technology.
Elsevier Science Publishers, New
York.

Margono, T dkk. 1993. Buku Panduan


Teknologi Pangan. Pusat
InformasiWanitadalamPembangu
nan PDII-LIPI, Jakarta.

Martin, P. 1994. Food Science and


Technology. Instructional
Materials Laboratory, Columbia.

Anda mungkin juga menyukai