Tugas UAS Kewarganegaraan PDF
Tugas UAS Kewarganegaraan PDF
NPM : 162878
PENDAHULUAN
Bangsa dan negara Indonesia merupakan suatu bangsa yang besar dan luas serta
terdiri dari banyak Pulau. Masyarakat Indoensia terdiri dari berbagai keragaman sosial,
kelompok etnis, budaya, agama, aspirasi politik dan sebagainya, sehingga bangsa ini secara
sederhana dapat disebut sebagai masyarakat multicultural. Pancasila yang ditawarkan oleh
Soekarno sebagai philosofische Gronslag (dasar, filsafat, atau jiwa) dari Indonesia mardeka.
Kemauan dan hasrat untuk merdeka menurut Soekarno harus mendahului perdebatan
mengenai dasar negara Indonesia. Menurut Soekarno buat apa membicarakan dasar negara
jika kemerdekaan tidak ada. Dari sini bisa kita mengerti logika berpikirnya Soekarno yang
terlebih dahulu menggelorakan semangat untuk merdeka, bahkan ketika rakyat masih miskin
sekalipun harus punya semangat untuk merdeka. Kehadiran Pancasila sebagai dasar negara
untuk menjadi pemersatu kebegaraman yang ada pada bangsa Indonesia. Namun hal yang
memprihatikan adalah masih ada kelompok dan organisasi tertentu belum menyadari dan
menghayati nilai dan fungsi Pancasila. Selain itu ada kelompok tertentu yang ingin
mengganti Pancasila ini sebagai dasar dan Ideologi bangsa.
Bangsa ini sudah sudah 73 tahun mardeka namun rasanya keutuhan kemerdekaan itu
masih belum sepenuhnya dirasakan bangsa ini. Hasil survey Media Indonesia serta penelitian
Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (Media Indonesia 2011:4) menunjukkan bahwa
lembaga pendidikan telah menjadi sumber bertumbuhnya sikap membenci dan intoleransi
terhadap mereka yang berbeda agama. Survey juga menunjukkan bahwa tingkat dukungan
terhadap aksi kekerasan cukup tinggi, begitu juga tingkat kesediaan mereka untuk terlibat
dalam aksi kekerasan terkait isu agama sangat sensitif. Sampai saat ini aksi kekeran masih
menjadi persoalan bagi bangsa ini yang di hadapkan dengan radikalisme agama.
Radikalisme agama merupakan hal tidak bisa di sepelekan oleh bangsa Indonesia.
Radikalisme adalah paham atau gerakan yang menginginkan pembaharuan dengan
mengembalikan diri mereka ke “akar” secara ektrem. Pandangan ini kerap disandingkan
dengan gerakan fundamentalisme. Gerakan radikal biasanya dicapai dengan segala cara,
mulai dari cara yang halus sampai cara yang keras sekalipun.
Realitas radikalisme agama di Indonesia kian hari kian menggelisahkan, khususnya
pasca reformasi. Radikalisme agama ditampilkan dalam tindakan dishumanis (tak manusiawi)
yang memilukan, seperti Bom Bali, tragedy Poso, Ambon, Sambas, Tolikara, Penyerangan di
Gereja St. Lidwina, Bedog, Sleman, Yogyakarta, Minggu (11/02/2018), yang menyebabkan
setidaknya empat orang terluka akibat sabetan senjata tajam, Ledakan bom bunuh diri terjadi
di kawasan Gereja Santa Maria Tak Bercela Surabaya yang terjadi, Minggu (13/5/2018)
pukul 07.00 WIB, dst. Segala apa yang jahat seperti tindakan membunuh, menteror,
membakar, memusnahkan sesama manusia itu anehnya dibingkai atas nama agama. Hal yang
memilukan lagi adalah bahwa ternyata para tokoh, pelaksana, eksponen, pelaku kekerasan itu
adalah orang-orang yang mengaku beragama. Pertanyaan yang muncul adalah : Apakah
agama mengajarkan orang menjadi radikal dan tega menyakiti? Apakah artinya agama jika
tidak melestarikan kehidupan manusia? Apakah agama untuk memusnahkan kehidupan
manusia? Masih terekam dengan jelas bagaimana mencekamnya peristiwa peledakan bom
yang dibingkai oleh motivasi agama. Di berbagai media diutarakan berbagai wawancara dan
tayangan yang berisi alasan mengapa terror bom dilakukan. Motivasi yang amat kentara
adalah alasan agamis. Lagi-lagi agama dibawa-bawa sebagai pengesahan atas suatu tindakan
brutal dan membabi-buta, seakan-akan mati dengan cara demikian akan menjadi tujuan akhir
dan secara otomatis membuka surge bagi para pelakunya. Begitu mudahkah akhirat dicapai
dengan cara demikian? Apakah menghabisi nyawa orang lain menjadi syarat untuk masuk
surge? Apakah dengan demikian agama menjadi biang kejahatan?
5. Penutup
Paham bahwa Indonesia adalah bangsa yang multicultural dan ber-Pancasila harus
terus disadari dan diperjuangkan bersama. Pemanaman dan penghayatan terhadap nilai-nilai
Pancasila perlu ditanamkan dalam diri dari sejak dini. Sehingga pemahaman tehadap
Pancasila sebagai Ideologi bangsa telah melekat pada diri seseorang. Kesatuan bangsa ini
dibangun di atas dasar keberagaman budaya, agama, suku, ras dsb. Ancaman mendasar
terhadap negara demokratis yang multicultural ini adalah munculnya budaya sektarian. Salah
satu perwujudan sektarian adalah sikap antitoleran terhadap “yang lain” itulah pintu menjadi
radikal. Keberagaman bangsa ini seharunya tidak menjadi pemincu adanya permusuhan.
Melainkan mewujudkan hidup dalam damai dan toleransi. Kehadiran Pancasila merupakan
sebagai dasar untuk mempersatukan keberagaman bangsa Indonesia. Radikalisme adalah
tindak yang merusak kemanusiaan. Sebagai sesama ciptaan manusia harus menghargai
martabat hidup. Memperlakukan sesasamanya secara manusiawi, sebagaimana dia
memperlakukan dirinya atau mengharapkan orang lain memperlakukannya sama.
DAFTAR PUSTAKA