Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PEKAN V

Mata Kuliah: Pancasila

Oleh:
HAPPY YULIANTI
NIM. N011221047

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022

Peran Pancasila dalam Menghadapi Ideologi Radikal


Sebelum membahas peran Pancasila dalam menghadapi ideologi radikal, kita
perlu mengetahui apa itu ideologi radikal. Ideologi radikal merupakan suatu ideologi
yang mendukung gerakan perubahan tatanan suatu politik atau sosial secara besar-
besaran. Seperti yang kita ketahui ideologi radikal pada akhirnya akan menuju ke
radikalisme, yakni memaksakan perubahan tatanan dengan menggunakan
kekerasan. Hal ini tentu saja bertentangan dengan Pancasila.

Tindakan radikalisme menyimpang dari Pancasila, dimana menggunakan


kekerasan bertentangan dengan humanism (kemanusiaan). Gerakan ini selalu
dikaitkan dengan agama, padahal dalam agama sendiri diajarkan untuk menghargai
hak manusia lain. Beberapa kasus radikal di Indonesia sendiri selalu mengatakan
bahwa tujuannya itu untuk menegakkan hukum agama. Padahal dalam ajaran
agama tidak pernah ada ajaran yang mengatakan penegakan ini dapat dilakukna
dengan kekerasan. Apa yang mendasari gerakan ini ialah intoleransi terhadap umat
beragama lain. Mungkin kita semua masih mengingat dengan tindakan bom bunuh
diri yang terjadi di Kuta, Bali, 12 Oktober 2002 yang lalu. Apakah tindakan ini benar
menurut agama? Tentu saja tidak. Menurut MUI, bom bunuh diri
hukumnya haram karena merupakan salah satu bentuk tindakan keputusasaan (al-
ya'su) dan mencelakakan diri sendiri (ihlak an-nafs). Namun ada kumpulan orang
yang mengaku berjihad padahal tindakan itu sendiri sangat bertentangan dengan
agama.

Masih banyak contoh gerakan radikalisme yang lain yang terjadi di Indonesia.
Para teolog dari semua agama mengatakan bahwa agama mereka sendiri adalah
yang paling benar, dan yang lainnya salah atau menyimpang. Persis seperti yang
dikatakan teroris: “Kami adalah orang yang paling bertaqwa dalam ibadah, dan yang
lain (lawan kami) adalah kafir, jadi sah untuk dimusnahkan!” Di titik lain ini Charles
Kimball mengatakan "when religions become evil". Kimball memberikan dua tanda
yang menjadi alasan mengapa agama bisa menjadi jahat: pertama, ada klaim
kebenaran. Klaim kebenaran ini menuntut kesetiaan dan kesamaan interpretasi.
Perbedaan penafsiran, apalagi perbedaan pemahaman tentang iman,
mengakibatkan orang-orang lawan dicap sebagai bidat dan kafir. Kedua, ada
semangat misionaris militan dengan menggunakan segala macam cara (bahkan
yang kejam) untuk menyelamatkan “orang-orang yang tidak percaya yang masih
diselimuti dosa.” Orang lain yang tidak setuju dengan dia maka dianggap berdosa
untuk bertobat. Agama adalah tragedi umat manusia. Mereka mengajak kita ke
kesadaran tertinggi dalam jiwa manusia, tapi anehnya hampir tidak ada satu agama
pun yang tidak ikut bertanggung jawab atas berbagai kekerasan, perang
penganiayaan, tirani, dan penindasan kebenaran. Manusia terlalu memikirkan syarat
dan hukum agama sebagai tempat yang menyenangkan bagi mereka kehadiran
Tuhan di dunia. Orang mengira kehebatan pusat keagamaan adalah tempat yang
disukai Tuhan. Apa yang lebih mencekik, pikir manusia fanatisme, radikalisme, jihad
dan sejenisnya identik dengan kepahlawanan kepada Tuhan. Kegiatan egoistis
pribadi, kelompok, atau kelompok yang kita bungkus dengan berbagai hal alasan
suci, bahkan berbagai ayat suci tampaknya menyenangkan Tuhan. kenapa kita
tidak? Pernahkah Anda bertanya apakah Tuhan berkenan dan menyukai semua
tindakan ini? Tentu saja tidak, seperti yang telah dijelaskan pada paragraf
sebelumnya. Contoh di atas hanyalah contoh radikalisme dalam keagamaan, masih
banyak contoh diluar itu.

Lalu bagaimana peran Pancasila dalam menghadapi ideologi radikal ini?

Kedudukan Pancasila sebagai ideologi negara harus menjadi dasar dari


tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila harus menjadi acuan bagi
bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari di masyarakat. Kita
mungkin dapat melihat bahwa akhir-akhir ini nilai pancasila mulai memudar karena
sedikit demi sedikit masyarakat tidak mengetahui makna pancasila, selain itu ada
beberapa faktor radikalisme yang dilakukan oleh sebagian orang untuk mencapai
tujuan tertentu tetapi dengan menggunakan cara yang salah dan merugikan orang
lain bahkan ada juga yang memanfaatkannya dengan cara kekerasan.

Peran Pancasila memang sangat dibutuhkan sebagai upaya untuk


menyelesaikan masalah radikalisme yang brutal dan tidak pandang bulu, namun
untuk menyelesaikan masalah tersebut tidak semudah dan sesederhana yang kita
kira. Kita butuh kerja keras dan konsistensi yang cukup untuk membumikan kembali
ideologi Pancasila dalam melawan radikalisme. Penanaman nilai-nilai Pancasila
harus terus membumi dan diterapkan dalam kehidupan. Karena Pancasila adalah
dasar negara yang harus ditanamkan dalam diri kita sejak dini. Nilai-nilai Pancasila
harus ditanamkan dan dihayati sejak dini.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memiliki nilai-nilai luhur, budi
pekerti, etika dan moral bagi setiap manusia di Indonesia dalam rangka merajut rasa
kebangsaan, rasa persatuan, dan perdamaian, bukan menyebarkan benih-benih
kebencian terhadap Pancasila. Selain itu, perlu menumbuhkan kembali kecintaan
terhadap ideologi Pancasila, kembali pada semangat ideologi Pancasila,
melaksanakan pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Pancasila sebagai falsafah negara Indonesia yang penuh dengan budi


pekerti, kebijaksanaan, kebijaksanaan dan moralitas harus dilaksanakan oleh setiap
organisasi dan setiap organisasi keagamaan serta di kampus-kampus. Pancasila
harus dijadikan pedoman dalam proses organisasi sebagai upaya mempertahankan
diri dari radikalisme, intoleransi dan terorisme. Dengan begitu, Pancasila memiliki
relevansi yang sangat tepat sebagai upaya dalam merangkai rasa kebangsaan, rasa
kerukunan.

Sila pertama, mengajarkan kita untuk menghormati orang yang berbeda


keyakinan bersama kami. kebebasan beragama. Sila kedua mengajarkan kita untuk
menjunjung tinggi nilai-nilai kemamusiaan. Kita semua bersaudara walaupun
berbeda suku, ras dan suku. Sampai akhir menjadi masyarakat yang beradab. Sila
ketiga, menunjukkan pentingnya persatuan. Menekankan kekerabatan gotong
royong dan nasionalisme. Sila keempat mengandung nilai tentang pentingnya
musyawarah sebagai sarana untuk memecahkan masalah untuk mencapai
konsensus atau pentingnya demokrasi. Sila yang kelima, artinya jika Keadilan dan
kesejahteraan sosial adalah hak setiap warga negara. Kesewenang-wenangan dan
penindasan satu pihak terhadap pihak lain harus dihapuskan. Untuk itu semua pihak
harus memperjuangkannya. Sangat penting bagi kita untuk memahami nilai-nilai
Pancasila kemudian mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika
Pancasila telah menjadi karakter dan etika sosial yang berideologi radikal dan teroris
otomatis akan tercegah. Karena nilai-nilai Pancasila merupakan tameng untuk
menangkis ideologi radikal dan teroris. Pancasila Ini juga merupakan kristalisasi
kearifan lokal dan budaya bangsa yang tidak bertentangan dengan agama.

Oleh karena itu, kita hidup di Indonesia, kita harus menaati hukum dan
falsafah bangsa Indonesia yang mengarahkan kita kepada kebenaran. Hukum dan
falsafah bangsa Indonesia harus menjadi acuan bagi bangsa Indonesia. Ketaatan
terhadap hukum dan filsafat merupakan wujud nyata dari apresiasi kita terhadap
nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara. Indonesia negara multiagama, semua
agama boleh masuk, bersatu padu, mengajak beragama, tidak memaksakan diri dan
memaksa orang lain, apalagi merugikan dan mengganggu orang lain. Apalagi hak
atas kebebasan beragama diatur dalam Pasal 129 ayat 1 dan 2 UUD 1945 ayat 1
yang menyatakan bahwa Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya,
masyarakat Indonesia beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

BAHAN BACAAN
Kimbal, Charles. 2008 When Religion Becomes Evil. NewYork: Harper Collins
Publishers Inc.

Anda mungkin juga menyukai