Kejang Demam Simplek Dr. Lintang Dwi Utari
Kejang Demam Simplek Dr. Lintang Dwi Utari
PENDAHULUAN
Demam adalah peningkatan suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-
Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5–37,2oC. Derajat suhu yang dapat
dikatakan demam adalah suhu rektal 38,0oC atau suhu oral 37,5oC atau suhu
aksila 37,2oC.1
Penyebab demam dapat berupa faktor infeksi dan faktor non infeksi.
Demam akibat infeksi dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur ataupun
parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak
Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan demam dan usia, serta
adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
38,0oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Pendapat para ahli
terbanyak kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai 5
1
tahun. Berkisar 2%–5% anak dibawah umur 5 tahun pernah mengalami bangkitan
kejang demam. Lebih dari 90% penderita kejang demam terjadi pada anak berusia
dibawah 5 tahun.
Di Asia prevalensi kejang demam meningkat dua kali lipat bila dibandingkan
Indonesia kejadian kejadian kejang demam mencapai 2–5% anak berumur 6 bulan
sampai dengan umur 3 tahun dan 30% diantaranya mengalami kejang demam
berulang.
sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam merupakan salah satu
kelainan saraf tersering pada anak. Faktor-faktor yang berperan dalam etiologi
kejang demam yaitu faktor demam, usia, riwayat keluarga, riwayat prenatal,
riwayat perinatal.
Kejang demam merupakan penyebab kejang paling utama pada anak dan
deskripsi orang tua. Meskipun sebagian besar kejang demam adalah ringan, sangat
penting anak segera dievaluasi untuk mengurangi kecemasan orang tua dan
2
Tindakan pencegahan terhadap bangkitan kejang demam berupa
BAB II
3
ILUSTRASI KASUS
Agama : Islam
Alamat : Bangkinang
No. MR : 17xxxx
2.2 Anamnesis
a. Keluhan utama
Awalnya kaki dan tangan kaku kemudian kelojotan disertai bibir pucat, mata
mendelik ke atas, dan dan tidak mengeluarkan lender dan busa. Pasien
terjadi 5 menit kemudian berhenti sendiri. Setelah kejang, pasien sadar dan
untuk menurunkan panas. Batuk (+) sudah 3 hari yang lalu. Batuk disertai
Riwayat kejang sebelumnya tidak ada, riwayat trauma kepala tidak ada,
riwayat tumor otak tidak ada, riwayat OMSK tidak ada, riwayat absen otak
tidak ada, riwayat radang otak tidak ada, riwayat gagal ginjal tidak ada.
e. Riwayat Kehamilan
selama ibu hamil. Selama hamil inu tidak pernah menderita penyakit berat,
f. Riwayat kelahiran
5
Lahoir spontan di tolong oleh bidan. Bayi cukup bulan, langsung
menangis dan tidak terdapat cacat bawaan dengan berat badan lahir 3000
g. Riwayat Makanan
2 –sekarang : Nasi lembek dengan lauk pauk lunak dan lembut dan
formula.
h. Riwayat Imunisasi
Hepatitis B : 4x
Polio : 4x
BCG : 1x
DPT : 4x
6
Motorik kasar : usia 3 bulan mengangkat kepala, usia 6 bulan anak
mulai merangkak dan duduk, usia 11 bulan anak sudah mulai berjalan.
Saat ini anak sudah mampu mengenggam botol susu dan memegang
sendok.
Bicara : usia 3 bulan mulai mengoceh. Saat ini anak sudah dapat
bulan. Saat ini aktif bermain dengan teman sebaya dan orang dirumah.
Perkembangan mental : isap jempol (-), gigit kuku (-), sering mimpi
Tinggal di rumah permanen, sumber air minum dari air galon, buang air
luas.
Kesadaran : Komposmentis
7
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Tanda–tanda vital
Nafas : 22 x/menit
Suhu : 38,0°C
Tinggi Badan : 87 cm
Berat Badan : 13 kg
. TB/U . :
BB/TB :
. Kesan : normal
. Faring hiperemis
b. Thoraks
8
1. Paru-paru
2. Jantung
c. Abdomen
Palpasi : Supel, nyeri tekan abdomen tidak ada, hepar dan lien tidak
teraba
d. Eksremitas
Akral hangat, capillary refill time <2 detik, edema tidak ada.
9
2.4 Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 12,1 gr/dl
Leukosit : 13.000/ul
HT : 38,3 %
Trombosit : 150.000/ul
2.5 Resume
Kejang awalnya kaki dan tangan kaku kemudian kelonjotan disertai bibir pucat
dan mata mendelik ke atas. Setelah kejang pasien sadar dan menangis. 14 jam
SMRS pasien mengalami demam tinggi. Batuk (+) disertai dahak sejak 2 hari
leukosit 13.000.
10
Diagnosis banding : Demam Kejang Komplek
. Epilepsi
2.7 Penatalaksanaan
- Non farmakologis
1. Bed rest
- Farmakologis
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38,0oC yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Kejang demam terjadi pada anak 2–4% anak berumu 6 bulan–5 tahun. Anak yang
11
pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak
termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang
dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak kurang dari 6 bulan
kemungkinan lain. Misalnya infeksi sistem saraf pusat ataupun epilepsi yang
Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan demam dan usia, serta
kenaikan suhu tubuh di atas 38,0oC rektal atau di atas 37,8oC aksila. Pendapat para
ahli terbanyak kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan
bangkitan kejang demam. Lebih dari 90% penderita kejang demam terjadi pada
anak berusia dibawah 5 tahun. Terbnayak bangkitan kejang demam terjadi pada
anak berusia antara usia 6 bulan sampai 22 bulan. Insiden bangkitan kejang
3.2 Epidemiologi
demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Prevalensi Di Indonesia
kejadian kejadian kejang demam mencapai 2–5% anak berumur 6 bulan sampai
dengan umur 3 tahun dan 30% diantaranya mengalami kejang demam berulang.
12
Anak laki-laki lebih sering daripada anak perempuan dengan perbandingan
2:1. Menurut ras maka kulit putih lebih banyak daripda kulit bewarna.
3.3 Klasifikasi
tonik dan atau klonik. Umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan
kejang fokal atau parsial; satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial
1. Faktor demam
37,8oC aksila atau diatas 38,0oC rektal. Demam dapat disebabkan oleh
13
Demam merupakan faktor utama timbulnya bangkitan kejang demam.
ini akan menganggu fungsi normal pompa Na+ dan reuptake asam glutamat
ion terhadap membran sel. Perubahan konsentrasi ion Na+ intra dan
2. Faktor usia
1) neurulasi
2) perkembangan prosensefali
3) proliferasi neuron
4) migrasi seural
5) organisasi
6) mielinisasi.
15
inhibitor. Pada keadaan otak belum matang reseptor untuk asam
Usia ibu pada saat hamil sangat menentukan status kesehatan bayi
yang akan dilahirkan. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
terjadi pada kehamilan primipara atau usia pada saat hamil diatas 30
Asfiksia disebabkan oleh karena adanya hipoksia pada bayi yang dapat
17
persalinan dapat menimbulkan cedera karena kompresi kepala yang
otak janin, mengalami infeksi, minum alkohol atau mengalami cedera atau
kerusakan pada janin. Dampak lain dari merokok pada saat hamil adalah
8. Asfiksia
18
menimbulkan kejang. Pada asfiksia perinatal akan terjadi hipoksia dan
Bangkitan kejang biasanya mulai timbul 6–12 jam setelah lahir dan
didapat pada 50% kasus, setelah 12–24 jam bangkitan kejang menjadi
lebih sering dan hebat. Pada 75%–90% kasus akan didapatkan gejala sisa
neuron eksitasi, sehingga mudah timbul kejang bila ada rangsangan yang
memadai.
selanjutnya.
19
Pada bayi prematur, perkembangan alat-alat tubuh kurang
aliran darah ke otak berkurang. Bila keadaan ini sering timbul dan tiap
Pada bayi yang dilahirkan lewat waktu atau postmatur akan terjadi
akan menurun. Komplikasi yang dapat dialami oleh bayi yang lahir
neurologik.
Partus lama yaitu persalinan kala I lebih dari 12 jam dan kala
II lebih dari 1 jam. Pada primigravida biasanya kala I sekitar 13 jam dan
kala II 1,5 jam. Sedangkan pada multigravida , kala I selama 7 jam dan
20
Persalinan yang sulit termasuk persalinan dengan bantuan alat dan
kelainan letak dapat menyebabkan trauma lahir atau cedera mekanik pada
kepala bayi. Persalinan yang sulit terutama bila terdapat kelainan letak dan
subarachnoid dapat terjadi pada bayi prematur dan cukup bulan karena
iritabel dan kejang. Cedera karena kompresi kepala yang dapat berakibat
distorsi dan kompresi otak, sehingga terjadi perdarahan atau udem otak.
manifestasi klinisnya.
manifestasi klinisnya.
21
14. Infeksi sistem saraf pusat (SSP)
serangan umum sekunder dan biasanya sulit diobati. Infeksi virus ini
dapat juga menyebabkan daya ingat yang berat dan kejang dengan
serta kejang. Dapat pula cacat yang terjadi sangat ringan berupa
menimbulkan kejang.
22
3. Temperatur yang rendah saat kejan
3.5 Etiologi
1. Demam
2. Infeksi
3. Ketidakseimbangan kimiawi
4. Obat-obatan
3.6 Patofisiologi
Sel dikelilingi oleh suatu membran sel yang terdiri dari permukaan dalam
adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran
sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit
dilalui ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali klorida (Cl-). Akibatnya
konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di
luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang
potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang
23
Gambar 1. (1). Pada fase istirahat, Ion Na+ ada di ekstra sel dan Ion K+ ada di intra sel.
Membran sel bagian dalam bersifat lebih negatif daripada ekstra sel, (2). Pada fase
depolarisasi, pintu ion chanel jadi terbuka, Ion Na+ masuk ke intra sel, tapi membran sel
bagian dalam masih tetap negatif. (3). Karena Ion Na+ masuk terus menerus membran
sel bagian dalam menjadi lebih positif, dan potensial membran sudah melewati ambang
maka terjadilah potensial aksi. (4). Setelah potensial aksi mencapai ambang batas, maka
Ion Na+ keluar ke ekstra sel potensial membran kembali ke posisi semula. (5). Setelah
itu terjadilah hiperpolarisasi, dimana Ion K+ ikut keluar ke ekstra sel, setelah itu
kemnbali ke posisi istirahat.
24
Gambar 2. Neurotransmitter. Neurotransmitter – neurotransmitter yang dilepaskan ini
dapat merubah polarisasi membran sel postsinaptik. Diantara neurotransmitter –
neurontransmitter tersebut ada yang mempermudah pelepasan muatan listrik dengan
menurunkan potensial aksi.
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Jadi
pada kenaikan suhu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium melalui membran sel tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.
Lepas muatan listrik demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel
yang berbeda.
25
Neurotransmitter dalam jumlah besar
Sel tetangga
K+ Na+
Postsinaps KEJANG
Gambar 3. Post sinaps : terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui
membran sel tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik
demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel
tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah
kejang.
26
Gambar 4. Mekanisme terjadinya kejang demam
Kejang demam terjadi pada anak berusia muda, saat ambang batas
terjadinya kejang masih rendah. Saat ini pula anak – anak mudah sekali
sindroma virus, dan menyebabkan respon berupa peningkatan suhu tubuh yang
kejang. Penelitian sebelumnya yang juga mendukung adalah bahwa cytokin yang
27
3.7 Diagnosis
a. Dari anamnesa :
Kejang berlangsung hanya satu kali selama 24 jam dan kurang dari 5
menit
Ct scan kepala
EEG
Lumbal pungsi
Epilepsi
Manifestasi klinis :
Pemeriksaan penunjang :
Meningitis/ Ensepalitis
Manifestasi klinis :
o Panas
o Gangguan kesadaraan
o Kejang
o Muntah-muntah
Pemeriksaan penunjang :
29
o Pemeriksaan LCS : ditemukan warnanya keruh, tekanannya
3.9 Penatalaksanaan
keluarga dan bila berlangsung terus menerus dapat menyebabkan kerusakan otak
Terapi yang diberikan pada pasien untuk mengatasi kejang demam sudah
pasien demam dengan dosis 10-15 mg/kgBB/kali dapat diulang setiap 6 jam.
dapat diberikan pada pasien yang suhunya mencapai 38,5oC untuk mencegah
o Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan
31
o Kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau
setelah kejang terakhir, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1–2 bulan.
kejang demam berat, tetapi tidak dapat mencegah timbulnya epilepsy dikemudian
hari.
3.9 Komplikasi
Tiga sampai enam persen anak-anak yang mengalami kejang demam akan
BAB IV
PEMBAHASAN
32
An MA, datang ke RSUD Bangkinang dengan keluhan kejang.
menit, awalnya kaki dan tangan kaku kemudian kelojotan disertai bibir pucat,
mata mendelik keatas dan tidak mengeluarkan lendir dan busa. Pasien sadar
setelah kejang. Pada pasien didapatkan sebelumnya pasien demam tinggi. Sudah
diberikan parasetamol tapi demam tidak turun. Pasien juga mengeluhkan batuk 2
Faktor resiko dari kejang demam yaitu usia, riwayat demam, infeksi,
riwayat keluarga. Pasien memiliki demam dan batuk sebelumnya serta dikeluarga
pasien yaitu kakak pasien pernah kejang saat umur satu tahun.
(T3/T3) dan tonsil hiperemis serta faring hiperemis. Pada pemeriksaan penunjang
disertai demam atau dapat pula terjadi tanpa demam. Pada kasus ini pasien datang
dengan kejang yang disertai demam. Kejang disertai demam terjadi karena proses
suatu bangkitan yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38oC) yang
33
disebabkan suatu proses ekstrakranial. Hal ini didukung dari usia pasien yang
masih 2 tahun 5 bulan, karena kejang demam sering dialami anak 6 bulan hingga
5 tahun.
etiologinya penyebab kejang akut (seizure of new onset) dapat dibagi menjadi
kelainan neurologi primer dan kelainan sistemik. Pada kejang demam, dari
pemeriksaan fisik didapatkan suhu >38oC (suhu di IGD 38oC), focus infeksi (+)
didapatkan keluhan berupa batuk sejak 2 hari SMRS dan dari pemeriksaan fisik
fokus infeksi yang diduga terdapat pada pasien adalah tonsilofaringitis akut.
Pada kasus kejang demam, tetap harus dipikirkan diagnosis banding yang
ensefalitis. Dari anamnesis tidak ditemukan adanya penurunan kesadaran dan dari
Dasar diagnosis kejang demam pada kasus ini adalah bangkitan kejang
yang didahului dengan demam (>38oC) yang bukan disebabkan oleh proses
intracranial. Fokal infeksi yang dicurigai pada pasien ini adalah infeksi saluran
34
napas atas karena pasien mengalami batuk, dan dari pemeriksaan fisik adanya
penurun demam dan obat batuk untuk menghilangkan faktor penyebab kejang.
BAB V
KESIMPULAN
karakteristik terdapatnya konsolidasi dari bagian yang terkena dan alveolar yang
35
Pada Provinsi Riau Period prevalence pneumonia pada tahun 2007 adalah
sekitar 1,8%, dan pada 2013 adalah sekitar 1,2%, angka prevalensi pneumonia
36