Anda di halaman 1dari 2

Penghianat

Sasha adalah salah satu siswi SMA favorit di Kota Jakarta. Dia anak yang baik, bahkan
terlalu baik karena tak pernah keberatan membantu siapa saja, sehingga terkadang hal itu
dimanfaatkan oleh teman-temannya.

Sasha masuk kamar dengan amarah di hatinya. Tas di punggungnya segera ia lepas dan
langsung ia lempar ke meja belajar.

Raut mukanya begitu kusut saat memikirkan semua yang terjadi hari ini.

Hari ini benar-benar menyebalkan. Bangun kesiangan, telat masuk kelas, pulangnya
terpeleset di depan sekolah. Huh… sial banget deh.

Sasha memperhatikan tangannya yang sedikit terluka akibat jatuh tadi.

Aleta. Aku heran dengannya. Jelas-jelas tadi dia lihat aku jatuh, tapi kenapa tidak
menolongku? Padahal tidak ada orang lain di situ. Aku juga baru tahu tadi kalau yang
membuat gosip kecuranganku di lomba puisi adalah Aleta. Aku benar-benar tidak menyangka
dia tega berbuat seperti itu hanya karena kalah lomba. Dia bilang ke semua orang kalau
kemenanganku dalam lomba puisi karena jurinya adalah ibuku. Aku yakin kalau Aleta sudah
tahu aku ikut lomba tanpa sepengetahuan ibuku. Orang macam apa yang tega memfitnah
sahabatnya sendiri?

Sasha menutup mukanya dengan kedua tangannya lalu menghembus nafas panjang.

Aleta. Apa yang sebenarnya ia inginkan? Selama ini aku selalu membantunya. Mulai dari
nyontek PR, minta sekelompok ngerjain tugas, bahkan waktu ulangan pun minta bantuanku.
Apa itu masih kurang?
Sasha tersenyum sinis.

Selama ini aku sudah sabar, tapi aku ini manusia dan aku punya rasa marah. Sudah diberi
hati tapi balas memberi empedu. Aku sangat menyesal menganggapnya sebagai sahabat, dia
tidak lebih dari musang berbulu domba. Sekarang aku tahu kalau Aleta itu adalah seorang
penghianat.

Anda mungkin juga menyukai