Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AUDITING

PENGENDALIAN INTERNAL

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Auditing

Dosen Pengampu: Muhrom Ali Rozai, SE., M.E.Sy., M. Si., CRMO

Disusun Oleh:

KELOMPOK 9

1. Fatuah Arimbi (185221255)


2. Annisa Amalia Istriana (185221276)
3. Novita Sari Diyah Ayu A (185221296)

AKUNTANSI SYARIAH 5G

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Auditing
dengan judul “Pengendalian Internal”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Sukoharjo, 20 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang........................................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah................................................................................................... 3
3. Tujuan..................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

1. Definisi dan tujuan pengendalian internal.............................................................. 4


2. Orang yang bertanggung jawab dalam pengendalian internal................................ 5
3. Keterbatasan dalam pengendalian internal suatu entitas........................................ 6
4. Unsur-unsur dalam pengendalian internal.............................................................. 7
5. Pemahaman dan pengujian dalam pengendalian internal.......................................
6. Dokumen informasi tentang pengendalian internal yang berlaku..........................
7. Penaksiran risiko ....................................................................................................

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin maju, perwujudan kepemerintahan yang baik (good governance), upaya
pemulihan ekonomi nasional dan daerah serta pemulihan kepercayaan yang baik
secara lokal, nasional, maupun internasional terhadap pemerintah indonesia,
mengharuskan pemerintah untuk mengambil langkah-langkah strategis dengan adanya
pengendalian intern. Pengendalian internal adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
suatu perusahaan untuk memberikan keamanan terhadap assets dari kerugian,
kecurangan dan tidak efektif dalam penggunaan serta untuk meningkatkan ketelitian
dan tingkat kepercayaan dalam laporan keuangan. Pengendalian internal digunakan
dalam suatu entitas merupakan faktor yang menentukan keandalan laporan keuangan
yang dihasilkan oleh entitas. Sebelum auditor melakukan audit secara mendalam atas
informasi yang tertera dalam laporan keuangan, auditor ditekankan dalam memahami
pengendalian internal yang berlaku dalam suatu entitas.
Pihak manajemen perusahaan dapat mengetahui sejauh mana implementasi
efektivitas perusahaan yang telah tercapai, masalah yang terdapat dalam perusahaan
juga cara untuk mengatasi masalah tersebut melalui pengendalian internal. Terdapat
lima unsur dalam pengendalian internal, yaitu lingkungan pengendalian, penaksiran
risiko, informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan. Tujuan
pengendalian internal dapat tercapai apabila unsur-unsur pengendalian internal
terpenuhi. Tujuan dari pengendalian internal meliputi tiga golongan, yaitu keandalan
informasi keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku,
efektivitas dan efisiensi operasi. Pengendalian intern setiap perusahaan memiliki
keterbatasan bawaan yang melekat, yaitu kesalahan dalam pertimbangan, gangguan,
kolusi, pengabaian oleh manajemen, dan biaya lawan manfaat.
Setiap orang dalam perusahaan bertanggung jawab terhadap dan menjadi
bagian dari suatu pengendalian internal. Pihak-pihak yang bertanggung jawab atas
pengendalian internal seperti manajemen, dewan komisaris dan komite audit, auditor
intern, personel lain entitas, auditor independen, dan pihak luar lain. Beberapa pihak

1
luar, seperti auditor independen dan badan pengatur dapat membantu suatu
perusahaan dengan cara memberikan informasi yang bermanfaat bagi manajemen,
tetapi mereka tidak bertanggung jawab atas efektivitas dan bukan termasuk bagian
dari pengendalian internal perusahaan. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat
atas kewajaran laporan keuangan yang diauditnya, seorang auditor menyerahkan
kepercayaan atas efektivitas pengendalian internal untuk menghindari terjadinya
kesalahan yang material dalam proses akuntansi. Auditor biasanya menggunakan tiga
cara untuk mendokumentasikan informasi mengenai pengendalian internal yang
berlaku dalam perusahaan, yaitu kuesioner pengendalian intern baku, uraian tertulis,
dan bagan alir sistem.
Penaksiran risiko pengendalian untuk suatu asersi merupakan faktor penentu
tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk suatu asersi yang pada gilirannya
akan berpengaruh terhadap tingkat pengujian substansif yang direncanakan yang
harus dilakukan untuk menyelesaikan audit. Jika taksiran risiko pengendalian terlalu
rendah, maka risiko deteksi dapat terlalu tinggi ditetapkan dan auditor dapat
melaksanakan pengujian substansif yang tidak memadai sehingga auditnya tidak
efektif. Jika taksiran risiko pengendalian terlalu tinggi, auditor dapat melakukan
pengujian substansif melebihi dari jumlah yang diperlukan sehingga auditor
melakukan audit yang tidak efisien. Auditor melakukan pengujian terhadap
pengendalian internal untuk mengetahui sejauh mana pengendalian tersebut dapat
dipercaya yaitu dengan perubahan pada program auditnya yaitu dengan memperluas
prosedur audit pada objek-objek audit yang pengendaliannya lemah setelah auditor
mempelajari pengendalian intern yang berlaku.
Hasil dari pemahaman auditor atas pengendalian internal akan dimasukkan
dalam kertas kerja yang berisi kelemahan dan kekuatan pengendalian intern klien,
pengaruh dari kelemahan dan kekuatan pengendalian intern terhadap luas prosedur
audit yang akan dilakukan dan rekomendasi yang diberikan kepada klien untuk
memperbaiki bagian-bagian yang lemah dalam pengendalian intern. Pengujian
pengendalian merupakan prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan
efektivitas desain dan operasi pengendalian internal. Berbagai pengujian pengendalian
dapat dipilih auditor dalam pelaksanaannya meliputi, pengujian pengendalian
bersamaan, pengujian pengendalian tambahan, pengujian pengendalian yang
direncanakan, pengujian pengendalian dengan tujuan ganda.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
1. Apa definisi dan tujuan dari pengendalian internal?
2. Siapa saja yang bertanggung jawab pengendalian internal?
3. Apa saja keterbatasan dalam pengendalian internal suatu entitas?
4. Apa saja unsur-unsur dalam pengendalian internal?
5. Bagaimana pemahaman dan pengujian dalam pengendalian internal?
6. Apa saja dokumentasi informasi yang diperlukan dalam pengendalian
internal?
7. Bagaimana penaksiran risiko dalam pengendalian internal?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui definisi dan tujuan dari pengendalian internal.
2. Dapat mengetahui siapa yang bertanggung jawab dalam pengendalian internal.
3. Dapat mengetahui keterbatasan yang terdapat dalam pengendalian internal.
4. Dapat mengetahui unsur-unsur dalam pengendalian internal.
5. Dapat mengetahui pemahaman dan pengujian dalam pengendalian internal.
6. Dapat mengetahui dokumentasi-dokumentasi informasi yang diperlukan dalam
pengendalian internal.
7. Dapat mengetahui penaksiran risiko dalam pengendalian internal.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengendalian Internal

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam SA Seksi 319 tentang pertimbangan
atas pengendalian intern dalam audit laporan keuangan paragraph 6 mendefinisikan
pengendalian internal sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai
tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:

1. Keandalan pelaporan keuangan


2. Efektivitas dan efisiensi operasi
3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

Pengendalian intern merupakan suatu proses yang terdiri dari usaha atau tindakan-
tindakan yang tepat dan terintegrasi yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.
Pelaksanaan pengendalian intern melibatkan seluruh anggota organisasi bukan
dibebankan pada bagian tertentu saja, sehingga memberikan keyakinan terpercaya atas
seluruh kegiatan organisasi yang meliputi realitas dari pelaporan keuangan, efisiensi dan
keefektifan atas kegiatan atau operasi perusahaan dan kepatuhan terhadap hukum dan
undang-undang yang berlaku.

Terdapat beberapa konsep dasar dalam pengendalian internal. Pertama, pengendalian


intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu. Pengendalian intern
merupakann suatu rangkaian kegiatan yang bersifat pervasif dan menjadi bagian yang
tidak dapat dipisahkan.

Kedua, pengendalian intern dijalankan oleh orang bukan hanya terdiri dari pedoman
kebijakan dan formulir yang mencakup dewan komisaris, manajemen, da personel lain.
Ketiga, pengendalin intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan yang
memadai, bukan keyakinan mutlak bagi manajemen dan dewan komisaris. Terakhir,
pengendalian intern bertujuan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan, yaitu
pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.

4
B. Peran dan Tanggung Jawab dalam Pengendalian Internal

Setiap orang dalam perusahaan bertanggung jawab atas dan menjadi bagian dari
pengendalian internal perusahaan. Auditor independent dan badan pengatur dapat
membantu perusahaan dengan memberikan informasi yang bermanfaat bagi manajemen
untuk pemberlakuan pengendalian internal di dalam suatu perusahaan. Pihak luar tidak
bertanggung jawab atas efektivitas dan bukan bagian dari pengendalian intern
perusahaan.

Terdapat beberapa pihak yang bertanggung jawab dalam suatu organisasi. Pertama,
manajemen yang mempunyai tugas dalam bertanggung jawab untuk mengembangkan dan
menyelenggarakan secara efektif atas pengendalian internal dalam perusahaan. Kedua,
Dewan Komisaris dan Komite Audit. Dewan komisaris bertanggung jawab untuk
menentukan apakah manajemen telah memenuhi tanggung jawabnya untuk menciptakan
dan memelihara pengendalian intern.

Komite audit harus waspada dalam mengidentifikasi keberadaan penolakan


manajemen atas pengendalian atau pelaporan keuangan yang curang, dan segera
mengambil tindakan yang diperlukan untuk membatasi tindakan yang tidak sesuai oleh
manajemen. Fungsi komite audit yang secara langsung berdampak terhadap auditor, yaitu
menunjuk auditor yang melaksanakan audit tahunan terhadap laporan keuangan
perusahaan, membicarakan ruang lingkup audit dengan auditor, meminta auditor untuk
melakukan komunikasi langsung mengenai masalah yang ditemukan oleh audit dalam
auditnya, dan mereview laporan keuangan dan laporan audit pada saat audit selesai
dilakukan. Ketiga, Auditor Internal bertanggung jawab untuk memeriksa dan
mengevaluasi kecukupan pengendalian intern suatu entitas secara periodik dan membuat
rekomendasi untuk perbaikan, tapi mereka tidak memiliki tanggung jawab utama untuk
menciptakan dan memelihara pengendalian intern.

Keempat, Personel lain entitas yang berperan dan bertanggung jawab dari semua
personel lain yang menyediakan atau menggunakan informasi yang dihasilkan oleh sistem
yang mencakup pengendalian intern harus ditetapkan dan dikomunikasikan dengan baik.
Semua personel harus memahami bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk
mengkomunikasikan masalah apapun yang tidak sesuai dengan pengendalian atau
tindakan melawan hukum yang mereka temui kepada tingkat yang lebih tinggi dalam
suatu entitas. Kelima, Auditor Independen merupakan seorang akuntan publik dapat

5
melakukan perikatan atestasi terpisah untuk memeriksa dan melaporkan kepada pihak
eksternal mengenai asersi manajemen terpisah atas pengendalian intern entitas. Terakhir,
Pihak Eksternal Lainnya yang bertanggung jawab atas pengendalian intern perusahaan
adalah badan pengatur, seperti Bank Indonesia dan Bapepam. Badan pengatur
mengeluarkan persyaratan minimum terhadap pengendalian intern yang harud dipenuhi
oleh suatu entitas dan memantau kepatuhan entitas terhadap persyaratan tersebut.

C. Keterbatasan Pengendalian Intern Suatu Entitas

Pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan memadai bukan mutlak bagi
manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan pencapaian tujuan pengendalian intern
entitas. Kemungkinan pencapaian tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan bawaan yang
melekat dalam pengendalian intern. Pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan
dapat salah dan bahwa pengendalian inten dapat rusak karena kegagalan yang bersifat
manusiawi tersebut, seperti kekeliruan atau kesalahan yang sifatnya sederhana.

Pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi di antara dua orang atau lebih
atau manajemen mengesampingkan pengendalian intern. Faktor lain yang membatasi
pengendalian intern adalah biaya pengendalian intern entitas tidak boleh melebihi
manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut. Meskipun hubungan manfaat
dengan biaya merupakan kriteria utama yang harus dipertimbangkan dalam pendesainan
pengendalian intern, pengukuran secara tepat biaya dan manfaat umumnya tidak mungkin
dilakukan. Oleh karena itu, manajemen melakukan estimasi kualitatif dan kuantitatif serta
pertimbangan dalam menilai hubungan biaya manfaat tersebut.

Berikut ini adalah keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian
intern :

1. Kesalahan dalam pertimbangan. Manajemen dan personel lainnya seringkali


melakukan pertimbangan yang buruk dalam membuat keputusan bisnis yang
diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena informasi yang tidak
mencukupi, keterbatasan waktu, atau prosedur lainnya.
2. Gangguan. Kemacetan dalam melaksanakan pengendalian dapat terjadi karena
adanya gangguan ketika personel salah memahami instruksi atau membuta
kekeliruan akibat kecerobohan, kebingungan, atau kelelahan. Perubahan

6
sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem atau prosedur juga
dapat berkontribusi pada teradinya kemacetan.
3. Kolusi. Tindakan bersama atas beberapa individu yang bertujuan untuk kejahatan,
seperti karyawan yang melaksanakan suatu pengendalian penting bertindak
bersama dengan karyawan lain, konsumen atau pemasok, yang mengakibatkan
terbobolnya pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan
entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan
oleh pengendalian intern yang dirancang.
4. Pengabaian dalam manajemen. Manajemen dapat mengesampingkan kebijakan
atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan tidak sah seperti keuntungan
pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan atau kepatuhan
semu. Misal, manajer melaporkan laba yang lebih tinggi dari jumlah sebenarnya
untuk mendapatkan bonus lebih tinggi bagi dirinya atau untuk menutupi
ketidakpatuhannya terhadap peraturan perundangan yang berlaku.
5. Biaya lawan manfaat. Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian
internal suatu entitas seharusnya tidak melebihi manfaat yang diharapkan dari
pengendalian intern tersebut. Pengukuran yang tepat baik dari biaya maupun
manfaat biasanya tidak mungkin dilakukan, manajemen harus memperkirakan dan
mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif dengan mengevaluasi biaya
dan manfaat suatu pengendalian intern.

D. Unsur-Unsur dalam Pengendalian Intern


SA Seksi 319 tentang pertimbangan atas pengendalian intern dalam audit
laporan keuangan paragraf 07 menyebutkan lima unsur pokok yang terdapat dalam
pengendalian intern, yaitu lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, informasi dan
komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan.
Lingkungan Pengendalian (Control Environment) menciptakan suasana
pengendalian dalam suatu entitas dan mempengaruhi kesadaran personel entitas
tentang pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua
unsur pengendalian intern, yang membentuk disiplin dan struktur. Berbagai factor
yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas, antara lain:
1. Integritas dan nilai etika

7
Dalam menekankan pentingnya nilai integritas dan etika di antara semua
personel organisasi, CEO dan anggota manajemen puncak lainnya harus:

a. Menetapkan suasana melalui contoh mendemonstrasikan integritas dan


mempraktikkan standar yang tinggi dari perilaku etis.
b. Mengkomunikasikan kepada semua karyawan, baik secara verbal melalui
pernyataan kebijakan tertulis dan kode etik perilaku, bahwa hal yang sama
diharapkan dari mereka adalah setiap karyawan memiliki tanggung jawab
untuk melaporkan pelanggaran yang ia ketahui atau yang mungkin akan
terjadi kepada tingkat yang lebih tinggi dalam organisasi, dan pelanggaran
akan dikenakan denda.
c. Memberikan bimbingan moral kepada karyawan yang memiliki latar
belakang moral kurang baik yang telah mengakibatkan mereka tidak
mempedulikan mana yang baik dan yang buruk.
d. Mengurangi atau menghilangkan insentif dan godaan yang dapat
mengarahkan individu untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, melawan
hukum, atau tidak etis.
2. Komitmen terhadap kompetensi.

Untuk mencapai tujuan entitas, personel pada setiap tingkatan dalam suatu
entitas harus memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif. Komitmen terhadap kompetensi
mencakup pertimbangan manajemen mengenai pengetahuan dan keahlian yang
diperlukan, dari intelegensi, pelatihan, dan pengalaman yang diperlukan untuk
mengembangkan kompetensi tersebut.

3. Dewan komisaris atau komite audit.

Dewan komisaris dan komite audit melaksanakan tanggung jawab atas


kekuasaan dan kekeliruan memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan
pengendalian. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dari dewan komisaris
dan komite audit termasuk independensi mereka dari manajemen, yang
berhubungan dengan proporsi direksi dari luar perusahaan, pengalaman dan status
dari anggota. Sifat dan luasnya keterlibatan mereka dalam aktivitas manajemen
serta pengamatan mereka terhadap aktivitas manajemen, yaitu kesesuaian perilaku
dan etika mereka, tingkat di mana mereka memberikan dan mencari pertanyaan

8
yang sulit dengan manajemen, serta sifat dan luasnya interaksi mereka dengan
auditor internal dan auditor eksternal. Komite audit yang hanya terdiri dari direksi
dari luar perusahaan dapat berkontribusi secara signifikan terhadap pemenuhan
tujuan pelaporan keuangan suatu entitas dengan melaksanakan pemeriksaan
terhadap kekeliruan pelaporan keuangan dan dengan meningkatkan independensi
auditor eksternal.

4. Filosofi dan gaya operasi manajemen.

Filosofi merupakan seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter bagi


perusahaan dan karyawannya. Filosofi merupakan apa yang seharusnya dilakukan
oleh perusahaan dan apa yang tidak seharusnya dilakukan oleh perusahaan. Gaya
operasi manajemen menggambarkan manajemen tentang bagaimana operasi suatu
entitas harus dilaksanakan.

5. Struktur organisasi.

Struktur organisasi berkontribusi terhadap kemampuan suatu entitas untuk


memenuhi tujuan dengan menyediakan kerangka kerja menyeluruh atas
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktivitas suatu entitas.
Struktur organisasi entitas biasanya digambarkan dalam suatu bagan organisasi
yang harus secara akurat merefleksikan garis wewenang dan hubungan pelaporan.
Manajemen harus memberi perhatian tidak hanya pada operasi entitas, tetapi juga
pada struktur informasi dari teknologi informasi dan system informasi akuntansi.
Auditor perlu memahami hubungan ini untuk menilai lingkungan pengendalian
secara tepat dan bagaimana hubungan tersebut dapat mempengaruhi efektivitas
pengendalian tertentu.

6. Pemberian wewenang dan tanggung jawab.

Penetapan wewenang dan tanggung jawab merupakan perpanjangan dari


pengembangan suatu struktur organisasi. Wewenang dan tanggung jawab
mencakup penjelasan-penjelasan mengenai bagaimana dan kepada siapa
wewenang dan tanggung jawab untuk semua aktivitas entitas dibebankan, dan
harus memungkinkan setiap individu untuk mengetahui bagaimana tindakannya
saling berhubungan dengan individu lainnya dalam memberikan kontribusi
terhadap pencapaian tujuan entitas, dan setiap individu akan betanggung jawab

9
atas hal apa. Faktor ini juga mencakup kebijakan berkenaan dengan praktik bisnis
yang sesuai, pengetahuan dan pengalaman personel kunci, dan sumberdaya yang
tersedia untuk melaksanakan tugas.

7. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.

Kebijakan dan prosedur sumber daya manusia (human resources policies and
procedures) yang diterapkan akan menjamin bahwa personel entitas memiliki
tingkat integritas, nilai etika, dan kompetensi yang diharapkan. Praktik tersebut
mencakup perekrutan dan proses penyelesaian yang dikembangkan dengan baik
orientasi personel baru terhadap budaya dan gaya operasi entitas dengan kebijakan
pelatihan yang mengkomunikasikan peran prospektif dan tanggung jawab,
tindakan pendisiplinan untuk pelanggaran terhadap perilaku yang diharapkan,
pengevaluasian, konseling, dan mempromosikan orang berdasarkan penilaian
kinerja periodik, serta program kompensasi yang memotivasi dan memberikan
penghargaan atas kinerja yang tinggi sambil menghindari disinsentif terhadap
perilaku etis.

Penaksiran Risiko. Penaksiran risiko bertujuan Dalam laporan keuangan


adalah identifikasi, analisis dan pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan
penyusunan laporan keuangan Sesuai dengan prinsip akuntansi Berterima umum di
Indonesia. Penaksiran resiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan adalah
penaksiran Resiko yang terkandung dalam asersi tertentu dalam laporan keuangan dan
desain dan implementasi aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk mengurangi
resiko tersebut pada tingkat minimum, dengan mempertimbangkan biaya dan
manfaat.

Penaksiran risiko manajemen harus mencakup pertimbangan khusus terhadap


Resiko yang dapat timbul dari perubahan keadaan, seperti bidang baru bisnis atau
transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum pernah dikenal, perubahan
standar akuntansi hukum dan peraturan baru perubahan yang berkaitan dengan revisi
sistem dan teknologi baru yang dijadikan untuk pengolahan informasi, pertumbuhan
pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi pengolahan dan pelaporan informasi
dan personil yang terlibat di dalam fungsi tersebut.

10
Informasi dan Komunikasi. Sistem akuntansi diciptakan untuk
mengidentifikasi merakit, menggolongkan, menganalisis, mencatat dan melaporkan
transaksi suatu entitas serta menyelenggarakan pertanggungjawaban kekayaan dan
uang entitas tersebut. Transaksi terdiri dari pertukaran aktiva dan jasa antara entitas
dengan pihak luar dan transfer atau penggunaan aktiva dan jasa dalam entitas. Fokus
utama kebijakan dan prosedur pengendalian yang berkaitan dengan sistem akuntansi
adalah transaksi yang dilaksanakan dengan cara untuk mencegah salah saji dalam
asersi manajemen di laporan keuangan.

Sistem akuntansi yang efektif dapat memberikan keyakinan yang memadai


bahwa transaksi yang dicatat atau terjadi adalah sah, telah diotorisasi, telah dicatat,
telah dinilai secara wajar adalah digolongkan secara wajar, telah dicatat dalam periode
yang seharusnya dan telah dimasukkan kedalam buku pembantu dan telah diringkas
dengan benar. Komunikasi dalam Pengendalian internal mencakup dalam
penyampaian informasi kepada semua personil yang terlibat dalam pelaporan
keuangan tentang Bagaimana aktivitas mereka yang berkaitan dengan pekerjaan orang
lain baik yang berada di dalam maupun di luar perusahaan. Komunikasi ini mencakup
sistem pelaporan penyimpangan kepada pihak yang lebih tinggi dalam entitas titik
pedoman kebijakan, pedoman akuntansi dan pelaporan keuangan, daftar akun dan
memo juga merupakan bagian dari komponen informasi dan dan komunikasi dalam
Pengendalian internal.

Aktivitas Pengendalian. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan


prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa arahan yang dibuat oleh
manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan
yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas sudah
dilaksanakan. Aktivitas pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan diterapkan di
berbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang
mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur
yang berkaitan dengan review terhadap kinerja, pemisahan fungsi yang memadai,
pengendalian fisik atas kekayaan dan catatan, pengendalian pengolahan informasi
(pengendalian umum dan pengendalian aplikasi).

Pemantauan. Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja


pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain

11
dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini
dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, mengevaluasi
secara terpisah, atau dengan kombinasi keduanya. Di berbagai entitas, auditor intern
atau personel yang melakukan pekerjaan serupa memberikan kontribusi dalam
memantau aktivitas entitas.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengendalian intern merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan, yaitu keandalan pelaporan keuangan,
efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku. Tujuan pengendalian intern yang relevan dengan audit terhadap laporan
keuangan adalah keandalan dalam pelaporan keuangan.

Pentingnya struktur pengendalian intern bagi manajemen dan auditor independen


karena manajemen tidak dapat melakukan pengendalian secara langsung atau secara
pribadi terhadap jalannya perusahaan. Pengecekan dan review yang melekat pada sistem
pengendalian intern yang baik dapat akan pula melindungi dari kelemahan manusia dan
mengurangi kekeliruan dan penyimpngan yang akan terjadi, tidak praktis bagi auditor
untuk melakukan pengauditan secara menyeluruh atau secara detail untuk hampir semua
transaksi perusahaan dalam waktu dan biaya terbatas.

Pemahaman auditor tentang struktur pengendalian intern yang berkaitan dengan suatu
asersi adalah untuk digunakan dalam kegiatan mungkin atau tidaknya audit dilaksanakan,
salah saji material yang potensial dapat terjadi, resiko deteksi, perancangan pengujian
substantif.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. Auditing (Buku 1), Salemba Empat. Jakarta:2002.

13

Anda mungkin juga menyukai