FARMAKOTERAPI TERAPAN
NSTEMI, AF, HHD, CAP
Disusun Oleh,
2019
A. KASUS
Ny A (P) berusia 74 tahun, BB 55 KG, TB 155 cm, Keluhan saat masuk
rumah sakit nyeri dada hingga punggung, pusing, mual, muntah, keringat
dingin, sesak, lemas, dan batuk. Pasien memiliki riwayat penyakit HHD sejak
beberapa tahun yang lalu.
Diagnosis dokter : NSTEMI, AF, HHD, CAP
Data Laboratorium : Tanda-tanda vital pasien saat MRS suhu tubuh 38,7
ºC, Nadi 127x/menit dan Nafas 32x/menit dan tekanan darah 180/110
mmHg. Pemeriksaan thorax kesan peneumonia
SUBJEKTIF
Nama : Ny A
Usia : 74 tahun
BB : 55 kg
TB : 155 cm
Keluhan :
Keluhan 16/2 17/2 18/2 19/2 20/2 21/2
Nyeri dada hingga punggung +++ ++ + + - -
Pusing +++ ++ + + - -
Mual +++ ++ + + - -
Sesak nafas +++ ++ ++ + - -
Lemas +++ ++ ++ + - -
Batuk +++ +++ ++ + - -
Diare - - +++ ++ - -
Melena - - +++ ++ - -
OBJEKTIF
Tanda- tanda vital :
TT Satuan Norm 16/2 17/2 18/2 19/2 20/2 21/2 Keteranga
V al n
TD mmH 120/8 180/11 129/9 122/6 126/8 170/8 134/7 Meningka
G 0 0 5 6 5 0 2 t
Nad x/men 80- 127 112 91 88 110 81 Meningka
i it 100 t
o
Suh C 36- 38,7 35,6 36 36 38,7 36,8 Meningka
u 37,5 t
nafa x/men 12-20 32 37 21 30 29 23 Meningka
s it t
Data Laboratorium :
Parameter Normal 16/2 keteranga
n
Hb 12-16 g/dl 12,5 Normal
Leukosit 3.200-10.000/ 967 Normal
mm3 0
GDS < 200 mg/dL 99 Normal
Kalium 3,6-4,8 mEq/L 3,9 Normal
Klorida 97-106 mEq/L 103 Normal
Natrium 135-144 mEq/L 138 Normal
Kreatinin 0,6-1,3 mg/dL 1,08 Normal
Ureum darah 10-50 mg/dL 41,1 Normal
Troponin I < 0,04 ng/mL 0,06 Meningkat
HDL 30-70 mg/dL 32 Normal
Kolesterol total < 200 mg/dL 168 Normal
trigliseride 35-135 mg/dL 91 Normal
Pemeriksaan penunjang
Foto rontgen
(Kemenkes, 2011)
b. NSTEMI
Pasien mengalami NSTEMI (Non ST Elevation Myocard
Infark) yang ditandai dengan meningkatnya troponin 0,06 (N: <0,04).
Berdasarkan algoritma diatas menyatakan bahwa melalui interpretasi
EKG pada NSTEMI ditandai dengan peningkatan Troponin atau
beresiko tinggi dapat dilakukan pertimbangan invasif dini jika Nyeri
dada refraktori iskemik, Deviasi ST-Persisten (berulang), Takikardi
ventrikel, Ketidakstabilan hemodinamik, Tanda-tanda gagal jantung.
Terapi yang dapat diberikan yaitu dengan pemberian Nitrogliserin,
Heparin, pertimbangkan Beta Blocker, Clopidogrel, Glikoprotein
IIb/IIIa (ACLS, 2018).
c. AF
Algoritma terapi pada penyakit atrial fibrilasi pada pasien di
kasus ini yaitu pasien SKA baru dengan CHADS yang dimiliki yaitu
hipertensi, resiko stroke maka diberikan aspirin, clopidogrel dan
antikoagulan.
(PERKI,2015)
d. CAP
Terapi awal pada pneumonia CAP tergantung pada tingkat
keparahan penyakit pasien, kondisi medis yang mendasari dan faktor
resiko. Rawat inap merupakan keputusan yang harus dilakukan setelah
pasien terdiagnosis CAP. Pasien dengan gejala batuk dengan atau
tanpa dahak, sesak napas, nyeri dada pleuritik selama kurang dari satu
minggu disertai setidaknya satu fitur sistemik (suhu badan >37°C,
menggigil atau rasa tidak enak) serta ada tanda-tanda focal pada
pemeriksaan dada disarankan untuk melakukan radiografi dada dan
dilanjutkan proses skoring (Gupta et al., 2012).
Beberapa sistem skoring yang dapat digunakan diantaranya
CURB-65 dan CRB-65. CURB-65 merupakan prediksi skoring yang
dikembangkan oleh British Thoracic Society. Parameter CURB-65
terdiri dari beberapa item antara lain : kebingungan mental, urea> 7
mmol / L, laju pernapasan ≥30 napas / menit, tekanan darah sistolik
<90 mmHg atau tekanan darah diastolik ≤60 mmHg dan usia ≥65
tahun. Pada sistem skoring ini dapat diperoleh total skor 5 poin dengan
tiga kategori risiko: risiko rendah (0-1 poin), risiko menengah (2 poin)
dan risiko tinggi (> 3 poin). CURB-65 dapat lebih disederhanakan
dengan menghilangkan parameter laboratorium darah urea nitrogen
(BUN), sehingga diperoleh kriteria CRB-65. CURB-65 dan CRB-65
sama-sama efektif dalam memprediksi 30-day mortality. CRB-65
lebih nyaman digunakan pada pasien rawat jalan, sedangkan skoring
CURB-65 yang lengkap harus diterapkan pada pasien yang dirawat di
rumah sakit (Uwaezuoke and Ayuk, 2017).
Dari data laboratorium pasien, diperoleh urea> 7 mmol / L, laju
pernapasan ≥30 napas / menit, dan usia ≥65 tahun. Sehingga, skoring
pasien adalah 3 poin (resiko tinggi) menggunakan CURB-65 dan 2
poin menggunakan CRB-65. Selain itu, dalam kasus ini, pasien
diketahui sudah mendapat perawatan ICU. Menurut Watkins and
lemonovich, pasien dengan skor CURB-65 ≥3 poin memerlukan
perawatan ICU.
Pengobatan pneumonia CAP biasanya menggunakan antibiotik
yang bersifat empiris karena organisme penyebab sulit teridentifikasi
pada banyak pasien. Semua pasien dengan CAP yang dirawat di ICU
harus diberikan terapi ganda, yang berhubungan dengan menurunkan
mortalitas dan meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien dengan
CAP dan syok. Terapi antibiotik empiris pasien CAP pada ICU dengan
menggunakan antibiotik beta laktam (ceftriaxon, cefotaxim atau
ampisilin/sulbactam) kombinasi azithromisin atau fluoroquinolon
(Watkins and lemonovich., 2011). Dosis yang digunakan untuk
ceftriaxone sebanyak 1-2 gram 2x sehari secara intravena dan 500 mg
1x sehari untuk azitromisin baik secara per oral maupun intravena
(Gupta et al., 2012).
Problem
No. Subjektif Objektif Assasment Plan
Medik
1. Gangguan Melena - DRP : Terapi kurang Lansoprazole
gastrointestinal efektif diberikan sejak
(melena) Pembahasan : MRS
Lansoprazole di indikasikan
sebagai terapi gangguan
gastrointestinal (melena)
tetapi terapinya tidak
diberikan dari awal
2. Hipertensi, Nyeri Tekanan DRP : Terapi Kurang Pemberian
NSTEMI, AF dada Darah Efektif Digoxin
hingga meningkat Pembahasan: dihentikan dan
punggung (180/110 Pasien Ny. A mengalami TD diganti dengan
mmHg) yang tinggi dan peningkatan Bisoprolol 10
nadi sehingga pemberian mg/hari
Nadi digoxin yang merupakan (PERKI,
meningkat merupakan obat inotropik 2015).
(127 x/ menit) positif pada pasien AF
kurang sesuai karena dapat
meningkatkan TD dan nadi
pasien sehingga dapat
memperberat kerja jantung.
Pemilihan obat inotropik
untuk pasien lebih tepat
diberikan β-blocker yang
merupakan inotropik negatif.
3. CAP Sesak, RR meningkat DRP : Terapi kurang Azitromicin
Batuk (> 20 x/menit) efektif diganti dengan
Pembahasan : golongan
Azitromicin merupakanfluorquinolon
terapi yang digunakan untuk yang tidak
CAP yang seharusnya memiliki
diberikan sejak MRS namun interaksi
azitromicin memiliki
dengan arixtra
interaksi dengan arixtra. yaitu
moxifloxacin
4. CAP Sesak, RR meningkat DRP : Terapi kurang Ceftriaxon
batuk, (> 20 x/menit efektif diganti dengan
Pembahasan : cefotaxim yang
Ceftriaxone merupakan tidak memiliki
terapi yang digunakan untuk interaksi
CAP yang seharusnya dengan arixtra.
diberikan sejak MRS namun
ceftriaxone memiliki
interaksi dengan arixtra.
5. CAP Batuk RR meningkat DRP : Terapi kurang N-asetilsistein
(> 20 x/menit efektif diberikan sejak
Pembahasan : awal masuk
N-asetilsistein diindikasikan KRS
sebagai terapi batuk tetapi
pemberiannya tidak dari
awal MRS.
6. CAP Sesak RR meningkat DRP : Terapi kurang Pasien tidak
(> 20 x/menit efektif mengalami
Pembahasan : tabas syrup obstruktif
diindikasikan sebagai saluran
vasodilator pada pasien asma pernafasan
yang disebabkan karena sehingga untuk
obstruktif saluran mengatasi
pernafasan. sesak
digunakan
oksigen
7. Mual DRP : Indikasi tanpa Untuk
terapi mengatasi
Pembahasan : pasien mual pasien
mengalami mual dan belum disarankan
mendapatkan terapi. pemberian obat
antiemetic
yaitu
metoklopramid
8 Hipertensi dan Sesak TD meningkat DRP : Resiko ADR Amlodipin
Edema Nafas RR meningkat Pembahasan : dihentikan.
Nadi Amlodipine memiliki efek
meningkat samping yaitu diantaranya
Diagnosa CAP dapat menyebabkan edema
(1,8 – 10,8%) dan edema
pulmonal (7 – 15%)
(Medscape, 2019). Penggu-
naan Amlodipin pada pasien
Ny. A dapat memperburuk
edema paru dan pneumonia
yang dialami pasien.
PEMBAHASAN
1. Furosemide
5. Alprazolam
Pasien mendapatkan terapi alprazolam untuk mengatasi ansietas
(kecemasan) pada pasien. Menurut Polikandrioti M. dan C. Olympios
(2013) Prevalensi kecemasan yang tinggi didokumentasikan pada pasien
dengan penyakit arteri koroner. Secara khusus, 70−80% dari individu yang
menderita serangan jantung akut mengalami kecemasan, yang bertahan
lama pada sekitar 20-25%. Kecemasan dapat memberikan pengaruh akut
dan jangka panjang yang signifikan pada pasien dengan sindrom koroner
akut. Diperkirakan bahwa kecemasan tiga kali lipat dapat berrisiko untuk
semua kematian karena infark miokard dan hampir dua kali lipat berrisiko
untuk infarksi ulang dalam 5 tahun berikutnya. Selain itu, kecemasan juga
merupakan prediktor independen yang merugikan pada kejadian
kardiovaskular dan dapat menghambat pemulihan. Penatalaksanaan terapi
untuk mengatasi ansietas dapat dilakukan dengan pemberian obat
golongan benzodiazepin yaitu alprazolam 1x 0,5 mg.
6. Brilinta
7. Atorvastatin
(Medscape, 2019).
10. Digoxin
11. Bisoprolol
Pasien dengan kondisi hipertensi berat dengan edema pulmonal
akut dapat disertai juga dengan peningkatan biomarker enzim jantung,
sehingga termasuk dalam kelompok sindromakoroner akut. Terapi awal
yang direkomendasikan pada pasien dengan kondisi ini meliputi
furosemide, ACEi, dan nitrogliserin (IV) dan selanjutnya dapat
ditambahkan obat lain dibawah pengawasan yang ketat (PERKI, 2015).
Menurut PERKI (2015), pada pasien unstable angina pectoris atau
NSTEMI, terapi awal untuk hipertensi setelah nitrat adalah β-blocker,
terutama golongan kardioselektif yang tidak memiliki efek
simpatomimetik intrinsik.
β-blocker merupakan obat pilihan pertama dalam tatalaksana
hipertensi pada pasien dengan penyakit jantung koroner terutama yang
menyebabkan timbulnya gejala angina. Obat ini akan bekerja mengurangi
iskemia dan angina, karena efek utamanya sebagai inotropik dan
kronotropik negatif. Dengan menurunnya frekuensi denyut jantung maka
waktu pengisian diastolik untuk perfusi koroner akan memanjang (PERKI,
2015). β-blocker menduduki reseptor beta-adrenergik sehingga kekuatan
dan kecepatan detak jantung berkurang karena preload dan afterload
berkurang. β-blocker yang digunakan adalah betablocker cardioselektif
yang hanya mengeblock reseptor β1. Obat yang dapat digunakan yaitu
carvedilol, metoprolol suksinat, dan bisoprolol. Bisoprolol merupakan beta
bloker generasi kedua secara selektif mengantagonis reseptor β1
(kardioselektif) (Aaronson and Ward, 2010). Maka, Bisoprolol
direkomendasikan diberikan sejak awal MRS dengan dosis 10 mg/hari
(PERKI, 2015).
14. Laxadin
Pasien mendapatkan terapi Laxadine yang mengandung
Fenolftalein 55 mg, parafin cair 1.200 mg, gliserin 378 mg yang
digunakan untuk mengatasi konstipasi baik sebelum atau setelah operasi
atau sebelum terapi radiologi (MIMS,2019). Sembelit pada pasien yang
terkena gangguan hati sebaiknya dapat dihindari karena apabila pasien
mengalami terjadinya sembelit dapat menyebabkan pasien mengejan atau
mendorong untuk buang air besar, hal ini dapat menyebabkan nyeri dada,
pendeknya napas atau detak jantung yang tidak teratur pada seseorang
dengan resiko penyakit jantung. Mengejan juga dapat melemahkan otot-
otot dasar panggul yang penting untuk kontrol kandung kemih dan usus
yang baik. Sembelit dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman dan
kembung, dan itu dapat mengiritasi kandung kemih yang menyebabkan
kebutuhan mendesak untuk buang air kecil (National Heart Foundation
Australia, 2010). Penatalaksanaan terapi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi atau mencegah sembelit pada pasien dapat dilakukan pemberian
obat laksatif seperti laxadin 15-30 mL (1-2 sendok makan) sekali sehari
sebelum tidur (MIMS, 2019).
15. Valsartan
16. Sukralfat
18. Azitromicin
19. N- asetilsistein
21. Metoklopramid
Pada kasus ini pasien mengalami mual muntah sejak masuk rumah
sakit, namun pasien belum mendapatkan terapi untuk mualnya sehingga
diperlukan antiemetic untuk mengatasi mualnya. Antiemetik yang
disarankan ke pasien yaitu menggunakan metoklopramid. Metoklopramid
merupakan antiemetic yang menjadi pilihan pertaman dalam mengatasi
mual dan muntah ( IKNL, 2014).
TUJUAN TERAPI :
KIE
a. KIE untuk pasien
- Memberikan jadwal minum obat
- Menyarankan kepada pasien untuk patuh minum obat dan sesuai dengan
anjuran dokter dan apoteker
b. KIE untuk tenaga kesehatan lain
- Memberikan jadwal terapi pasien
- Mengkonfirmasi kepada dokter terkait terapi yang disarankan
- Monitoring tekanan darah, frekuensi nadi, dan pernafasan setiap hari
- Monitoring biomarker jantung seperti troponin, CK-MB
- Menyarankan untuk dilakukan kultur bakteri cairan paru
MONITORING
Monitoring
Target Jadwal
Obat Keberhasila
ESO Keberhasilan Pemantauan
n
Furosemide Edema pada Hyperkalemia Edema Monitoring edema
paru berkurang, setiap hari
berkurang Kadar Na 135- Monitoring kadar
145 elektrolit setiap 3
hari sekali
Tidak terjadi
Troponin < Monitoring kadar
Arixtra plak, Perdarahan
0,04 biomarker jantung
thrombus
Diare, mual,
Kalnex
muntah
Tidak terjadi
Syok anafilaksis, Tidak terjadi Monitoring Melena
Vitamin K perdarahan
dyspnea, sianosis Melena setiap hari
(melena)
Pusing, diare,
Prosogan
konstipasi
Tidak gelisah Tidak gelisah
Depresi, Monitoring gelisah
Alprazolam dan tidak dan tidak sulit
konstipasi setiap hari
sulit tidur tidur
Angidema,
Miniaspi bronkopasme,
Troponin < Monitoring kadar
perdaraha
Tidak terjadi 0,04 biomarker jantung
Dyspnea,
Brilinta plak,
perdarahan
thrombus
Monitoring kadar
LDL <130
Atorvastatin Diare, nasofaring kolesterol 3 hari
mg/dL
sekali
Nyeri dada Nyeri dada
hingga Mual, muntah, hingga Monitoring nyeri
ISDN
punggung neuropati punggung setiap hari
berkurang berkurang
Tekanan Insomnia, diare, Monitoring tekanan
Bisoprolol TD 120/80
darah turun bradiaritmia darah setiap hari
Nyeri dada Nyeri dada
hingga Diare, nyeri hingga Monitoring nyeri
Nitrokaf
punggung kepala punggung setiap hari
berkurang berkurang
Monitoring kadar
elektrolit setiap 3
Diatab Tidak diare konstipasi Tidak diare
hari sekali
Monitoring cairan
Defekasi Defekasi Monitoring setiap
Laxadin syr diare
lancar lancar hari
Tekanan Hyperkalemia, Monitoring tekanan
Valsartan TD 120/80
darah turun hipotensi darah setiap hari
Lapisan Tidak
Monitoring setiap
Sukralfat syr mukosa Konstipasi, diare mengalami
hari
terlapisi peptic ulcer
cefotaxim Mengatasi Colitis, diare, Tidak sesak, Monitoring setiap
CAP mual tidak batuk, hari
foto thoraks
moxifloxacin Mual, diare
normal
Mengatasi Bronkokonstriksi, Batuk Monitoring setiap
n-asetilsistein
batuk bronkopasme berkurang hari
Mengatasi Ekstrapiramidal Monitoring setiap
Metoklopramid Tidak mual
mual syndrome hari
KESIMPULAN
1. Pasien mengalami HHD (Hypertensi Heart Desease), AF (Atrium
Fibrilasi), CAP (Community Aquaired Pneumoniae), N-STEMI yang
ditandai dengan nyeri dada hingga punggung, pusing, mual, muntah,
keringat dingin, sesak, lemas, dan batuk.
2. Penatalaksanaan terapi yang diberikan yaitu furosemide, arixtra,
kalnex,vitamin K, prosogan, alprazolam, miniaspi, brilinta, atorvastatin,
ISDN, amlodipine, bisoprolol, nitrokaf, diatab, laxadin syr, valsartan,
sukralfat syr, cefotaxim, moxifloxacin, N-asetilsistein, metoklopramid
DAFTAR PUSTAKA
ACLS, 2018, Acute Coronary Syndromes Algorithm, https://www.acls.net/acute-
coronary-syndromes-algorithm.htm, diakses tanggal 27 April 2019
Amalina, H.A., dan Rina Kriswiatiny, 2015, Perdarahan Saluran Cerna Bagian
Atas karena Sirosis Hepatis, Jurnal Medula Unila, Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung
Dayyal Dg., 2019, Acute Coronary Syndrome: Causes, Symptoms, and Diagnosis,
https://www.bioscience.com.pk/topics/cardiovascular/item/1201-acute-
coronary-syndrome-causes-symptoms-and-diagnosis, diakses pada tanggal
27 April 2019
Dipiro, J. T., Barbara G. W., Terry L. S., Cecily V. D., 2015, Pharmacotherapy
Handbook Ninth Edition, McGraw-Hill Education, New York.
Gupta, Dheeraj., Agarwal, R., Agarwal, A.N., Singh, N., Mishra, N., Khilnani,
G.C., Samaria, J. K., Gaur, S. N., and Jindah, S. K. 2012. Guidelines for
Diagnosis and Management of Commmunity and Hospital Acquired
Pneumonia in Adults : Joint ICS/ NCCP (I) Recommendations. The Indian
Journal of Chest Disease & Allied Sciences. 54 : 267-281.
James P.A., Ortiz E., et al., 2014, Evidence-Based Guideline for the Management
of High Blood Pressure in Adults: (JNC8), JAMA, 311(5): 507-20.
Kannam, J.P., and Gersh, B.J., 2019, Nitrates in The Management of Stable
Angina Pectoris, www.uptodate.com, Diakses pada tanggal 5 Mei 2019.
Kuzman, Ilja., Bazlepko, A., Topuzovska, I. K., Rokusz, L., Iudina, L., Marschall,
h., and Thomas Petri. 2014. Efficacy and Safety of Moxifloxacin in
Community Acquired Pneumonia : A Prospective, Multicenter,
Observa.tional Study (CAPRIVI). BMC Pulmonary Medicine. 14(105) : 1-
14.
MIMS,2019,Laxadine, http://mims.com/indonesia/drug/info/laxadine/?
type=brief, diakses tanggal 2 Mei 2019
MIMS,2019,NewDiatabs, http://mims.com/indonesia/drug/info/new%20diatabs/?
type=brief, diakses tanggal 2 Mei 2019
National Heart Foundation Australia, 2010, Chronic heart failure and bladder
and bowel issues, Continence Foundation of Australia National Office
Level 1, 30‐32 Sydney Road, Brunswick VIC 3056.
Santika, N.Y, Desnita, R, dan Yuswar, M.A, 2019. Evaluasi Penggunaan Obat
Tukak Peptik pada Pasien Tukak Peptik di Instalasi Rawat Inap RSUD
Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak. Majalah Farmaseutik. Vol.15
No.1
Uwaezuoke, Samuel N., and Ayuk, A.C. 2017. Prognostic Scores and Biomarkers
for Pediatric Community-Acquired Pneumonia: How Far Have We Come?.
Pediatric Health, Medicines and Therapeutics. 8 : 9-18.
Vilches, JM, Diego, F & Amalia, EA, 2015, Contribution of mRNAS to Ion,
Channel Remodelling in Atrial Fibrillation, Word Hypertens, ISSN 2220-
3168.
Wiersinga, W. J., Bonten, M. J., Boersma, W.G., Jonkers, R.E., Aleva, R.M.,
Kullberg, B.J., Schouten, J. A., Degener, J.E., Van de garde, E.M.W.,
Verheij, T.J., Sachs, A.P.E., and Prins, J.M. 2018. Management of
Community-Acquired Pneumonia in Adults: 2016 Guideline Update from
the Dutch Working Party on Antibiotic Policy (SWAB) and Dutch
Association of Chest Physicians (NVALT). The Netherlands Journal of
Medicine. 76(1) : 4-13.
Zhang, et al., 2012, Oxygen therapy for pneumonia in adults, Cochrane Database
of Systematic Reviews 2012, Issue 3.