Nama Obat Dosis 18/10/22 19/10/22 20/10/22 21/10/22 22/10/22 23/10/22 24/10/22
Ceftriaxone Iv 2x 1 gram √ √ √ √ √ √ √
Metformin 3x500 mg PO √ √ √ √ √ √ √
Aspilet 1x1 po √ √ √ √ √
Klopidogrel 1x1 po √ √ √ √ √
cefixime 2x200 mg √ √
esomeprazole 1x40 mg IV √ √ √ √
dalam syering
pump 8 mg/jam
Dextrose 5 % √ (IGD)
Nacl 0,9% 1500 ml/6 jam √ √ √ √ √ √ √
Ilham Syiringe pump Isrovanigoro Alat yang digunakan untuk memasukan obat ke
dlm tubuh dalam jumlah tertentu
Dita Gabapentin - -
STEP 2 & 3. PERTANYAAN DAN JAWABAN
Hildan Mengapa diberikan aspilet dan clopidogrel, sedangkan Isrovanigoro Untuk meningkatkan suplai oksigen ke luka/ suplai darah
keduanya merupakan gol antiplatelet
Dita Kenapa pasien diberikan obat gabapentin Nisa Untuk meringankan rasa sakit neropati diabetic, atau
mati rasa yang diakibatkan kerusakan saraf penderita
diabetes
Khairunisa Kenapa pasien diberikan dua antibiotic dari golongan
- -
yang sama
Ilham Perbedaan syringe biasa dan syringe pump Adinda Syringe pump lebih akurat daripada syringe biasa dalam
memberikan obat atau cairan. Hal ini karena syringe
pump memiliki kontrol yang lebih baik dan dapat diatur
untuk memberikan dosis yang sangat tepat.
Nisa Kenapa penggunaan insulin nya diganti dari rilevemir ke Khairunisa Kemungkinan Levemir kerja lama, sedangkan ryzodeg
ryzodeg cepat, dan ada lonjakan pada GDSnya, sehingga
diberikan ryzodeg yang kerjanya cepet yang dapat
menurunkan GDS.
Isrovanigoro Mengapa pasien diabetes luka nya tidak kunjung sembuh Nisa Karena disebabkan tinggi nya kadar glukosa darah yang mengakibatkan
pembekuaan dalam darah sehingga penyembuhan luka akan lama.
Adinda Bagaimana terapi nonfarmakologi pada kasus tersebut Awalia Berhenti merokok, melakukan aktivits fisik seperti olahraga
Khairunisaa Kenapa pasien pertama kali masuk ugd dikasih dextrose nya Ilham Karena Ketika masuk pertama kali pasien diindikasi mengalami
yang 5% sedangkan kondisi pasien sedang hipoglukemi hipoglukemi sehingga digunakan dextro untuk mengembalikan kadar gula
darah, karena dextro bekerja dengan cepat.
Nisa Factor yang dapat mempengaruhi nilai leukosit Hildan Dilihat dari pasien, dapat dipengaruhi dari kondisi pasien bisa saja terjadinya
infeksi
Hildan Apakah cukup diagnosis DM hanya dengan menggunakan Khairunissa Dari kasus disebutkan pemeriksaan HBA1C, namun dihari berikutnya tidak
parameter GDS, Mengapa tidak ditambah parameter yang lain? dicek lagi ada penurunan atau tidak
Isrovanigoro Mengapa pasien diabetes luka nya tidak kunjung sembuh Nisa Karena disebabkan tinggi nya kadar glukosa darah yang mengakibatkan
pembekuaan dalam darah sehingga penyembuhan luka akan lama.
STEP 4. PROBLEM TREE
STEP 5. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi, patofisiologi, etiologi, dan factor resiko diabetes melitus.
2. Mahasiswa mampu mengetahui hubungan antara hipertensi, komorbid covid dengan diabetes melitus.
- Terdapat luka di kaki kelingking kanan, luka bernanah dan berdarah dibalut perban
- Riwayat obat ;
- Untuk Lukanya Dokter merekomendasikan rawat luka setiap hari dengan cairan yang sesuai.
Planning
Literasi terkait pemberian regimen terapi selama rawat inap meliputi terapi farmakologi dan non
farmakologi
DRPs
• Riwayat Pengobatan
No Kategori DRPs Assesment Rekomendasi (Plan)
Moderate
Penggunaan bersama sulfonilurea dengan insulin dapat mempotensiasi risiko hipoglikemia. Lansia, kelelahan, atau
Glimepirid >< Insulin Detemir (Levemir)
pasien kurang gizi, dan mereka dengan adrenal atau hipofisis insufisiensi, sangat rentan terhadap terjadinya
Moderate
hipoglikemik obat penurun glukosa.
Alkohol dapat mempotensiasi efek dari penggunaan metformin pada metabolism laktat dan meningkatkan resiko
Metformin >< Makanan (Major)
asidosis laktat. Alkohol juga dapat menyebabkan hipoglikemia atau hiperglikemia pada pasien dengan diabetes.
2 Medication Use Without Gabapentin The American Diabetes Association (ADA) and the European Association for the study of Diabetes (EASD) memberikan
Indication (Obat tanpa panduan tahunan untuk dokter. Standar perawatan medis tahun 2022 menyoroti manajemen penyakit kardiovaskular pada pasien
Indikasi) dengan diabetes. Nyeri neuropatik pada diabetes bisa parah dan dapat berdampak pada kualitas hidup. Pregabalin dan
gabapentin direkomendasikan sebagai farmakologis pengobatan untuk neuropati diabetik. Kedua obat awalnya dikembangkan
sebagai antikonvulsan, pregabalin disetujui untuk mengobati neuropati diabetic pada tahun 2014 dan gabapentin sering
diresepkan "off label" dalam mengobati neuropati diabetic.
Dalam kasus tidak disebutkan bahwa pasien mengalami neurpopati namun selama perawatan rawat inap diresepkan gabapentin.
Bisa jadi kerusakan saraf akibat dari infeksi kaki yang dialami Px. Tetap diberikan.
3 Improper Drug Selection Duplikasi terapi Penggunaannya bisa disengaja dalam kasus di mana obat dengan tindakan serupa digunakan bersama untuk
(Pemilihan Obat yang tidak Cefixime dan Ceftriaxone menunjukkan manfaat terapeutik. Bisa juga tidak disengaja dalam kasus di mana seorang pasien telah dirawat oleh
tepat) (Golongan Sefalosporin P. 06
lebih dari satu dokter, atau pernah resep diisi di lebih dari satu apotek, dan dapat memiliki konsekuensi yang
Generasi 3) berpotensi merugikan. Dalam keadaan tertentu, manfaat mengonsumsi kombinasi obat ini mungkin lebih besar
daripada resiko
Infeksi Gangren pada pasien diabetes berpotensi menyebabkan iskemia. Berdasarkan ADA, pemberian terapi antiplatelet
sangat dianjurkan untuk mencegah komplikasi pembuluh darah pada pasien diabetes (Wahbi, 2018)
Aspirin >< Insulin Aspart (Ryzoded 70/30 Efek hipoglikemik insulin dapat diperkuat dengan obat-obatan tertentu dengan meningkatkan sensitivitas insulin (ACEi,
aspart/degludec) Moderate ARB, Fibrat), merangsang sekresi insulin (salisilat, propoxyphene, MAOIs), menurunkan klirens insulin dan resistensi (4-
Aspirin >< Insulin degludec (Ryzodeg aminoquinoline), meningkatkan pemanfaatan glukosa perifer (SSRI), menghambat gluconeogenesis (SSRI, MAOIs),
Ada Interaksi Obat
70/30 aspart/degludec) Moderate memperlambat pengosongan lambung, dan atau menekan sekresi glucagon postprandial (analog amylin)
Metformin >< Insulin Aspart (Ryzoded Pemberian bersama metformin dengan secretagogue insulin (misalnya, sulfonilurea, meglitinide) atau insulin dapat
70/30 aspart/degludec) Moderate mempotensiasi risiko hipoglikemia
Metformin >< Insulin degludec (Ryzodeg
70/30 aspart/degludec) Moderate
Pemberian bersama dengan PPI dapat menurunkan bioavailabilitas oral aspirin dan salisilat lainnya. Secara klinis
Aspirin >< Esomeprazole (Minor) signifikansi interaksi ini tidak diketahui. Secara teoritis, hal itu dapat meningkatkan risiko merugikan lambung terkait efek
dengan salisilat.
Alkohol dapat mempotensiasi beberapa efek farmakologis agen aktif SSP. Penggunaan dalam kombinasi dapat
Gabapentin >< Makanan (Moderate)
menyebabkan depresi dan/atau gangguan sistem saraf pusat aditif menilai, berpikir, dan keterampilan psikomotorik
Gagal menerima - -
pengobatan
Diabetes Melitus
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2019, DM merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya.
Klasifikasi Diabetes (Menkes, 2020) Diagnosa Pasien dengan Diabetes (ADA, 2022)
Kriteria Skrining Pasien Diabetes dan Prediabetes pada orang dewasa (ADA, 2022)
Menurut IDF edisi 6, 2013. Pasien dengan diabetes tipe 2 tidak sadar
mengenai penyakit yang diderita untuk jangka waktu yang lama karena gejala
yang timbul membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dikenali.
Komplikasi yang terjadi akibat penyakit DM dapat berupa gangguan pada pembuluh darah baik
makrovaskular maupun mikrovaskular, serta gangguan pada sistem saraf atau neuropati.
• Gangguan Makrovaskular → organ jantung, otak dan pembuluh darah
• Gangguan mikrovaskular → pada mata dan ginjal.
• Gangguan neuropati → neuropati motorik, sensorik ataupun neuropati otonom (Menkes, 2020)
Pasien dengan diabetes dapat mengalami beberapa masalah kaki sebagai akibat dari kerusakan
saraf dan pembuluh darah. Masalah-masalah ini bisa mudah menyebabkan infeksi dan ulserasi,
sehingga meningkatkan risiko amputasi (IDF edisi 6, 2013).
Obat-obatan Antidiabetes
Keuntungan dan Kekurangan
Profil penggunaan
Hubungan Antara Diabetes Melitus, Hipertensi dan Covid-19 (Soo Lim dkk, 2021)
P. 02
Diabetes Foot (Infeksi Gangrene)
(Bayu dkk, 2019 tentang Diabetic Foot Infection (Infeksi Kaki Diabetik):
Diagnosis dan Tatalaksana)
Gangren terjadi akibat berkurangnya suplai darah dalam jaringan tubuh yang menyebabkan nekrosis.
Kondisi ini mungkin dapat terjadi akibat adanya cedera, infeksi atau kondisi kesehatan lainnya, terutama
diabetes. Gangren diklasifikasikan sebagai gangrene kering, basah dan gas gangrene (Wahbi, 2018)
Tabel Perbedaan Ciri Dari Gangrene Kering, Basah Dan Gas Gangrene
Makroskopi Oklusi arteri Lebih sering terjadi obstruksi vena Gas yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium
Terbatas karena pasokan darah sangat Ditandai dengan tersumbatnya organ dengan Ditandai karena bakteri dan infiltrasi gas yang
Pembusukan
sedikit darah dihasilkan oleh bakteri di jaringan
Diagnosis gangren dimulai dengan dokumentasi riwayat pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah, dan
pemeriksaan penunjang lainnya. Informasi tentang penyakit kronis, operasi, merokok, dan paparan diperlukan
untuk diagnosis.
Pengumpulan sampel
Pemeriksaan fisik bagian drainase atau kultur jaringan
dilakukan untuk mengetahui
tubuh yang terkena dan Tes lain seperti
bakteri penyebab infeks
sinar-X, resonansi
tes darah untuk magnetik, dan
mengidentifikasi infeksi. tomografi
Manajemen Perawatan Luka Foot Infection
Pemilihan balutan untuk ulkus diabetes disesuaikan dengan kondisi luka. Secara umum, infeksi kaki
diabetic dengan eksudat ekstensif membutuhkan balutan yang mampu menyerap kelembapan, sedangkan
luka kering membutuhkan terapi topikal untuk meningkatkan kelembapan luka. Balutan luka yang
optimal sebaiknya diganti minimal 1 kali sehari untuk membersihkan luka serta evaluasi keadaan infeksi
luka.
Penggunaan agen Antiplatelet pada pasien DM
Ringkasan terapi antiplatet dan antikoagulan pada individu
dengan diabetes dan penyakit pembuluh darah
1. Monitoring penggunaan Insulin meliputi cara penggunaan insulin dan efek samping dimana efek samping utama dari penggunaan
insulin adalah terjadinya hipoglikemia , efek samping lain berupa reaksi alergi terhadap insulin.
a. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dan di air
b. Periksa kaki setiap hari, dan dilaporkan pada dokter apabila kulit terkelupas, kemerahan, atau luka
d. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan mengoleskan krim pelembab pada kulit kaki yang kering
f. Keringkan kaki, sela-sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar mandi
g. Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan pada ujung-ujung jari kaki
i. Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat khusus
j. Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat khusus
k. Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan gunakan hak tinggi
l. Jangan gunakan bantal atau botol berisi air panas/batu untuk kaki
• Untuk individu yang menggunakan insulin maka waktu dan dosis insulin harus disesuaikan dengan waktu dan jumlah karbohidrat yang diberikan untuk
meningkatkan kontrol glikemik dan mengurangi risiko hipoglikemia. Jumlah konsumsi serat direkomendasikan 14 gram/1000 kal (20-35gram) per hari.
• Pasien DM tipe 2 yang menggunakan terapi insulin intensif (beberapa suntikan harian atau terapi pompa insulin) perlu melakukan pemeriksaan glukosa darah
secara mandiri pada saat sebelum makan besar dan makanan ringan, sebelum tidur, sebelum berolahraga dan sesekali setelah makan, serta sebelum
melakukan pekerjaan penting seperti mengemudi. (Pemantauan GDS, GDP dan G2PP).
• Pemantauan HbA1C. Pemeriksaan HbA1c dilakukan minimal dua kali dalam setahun pada pasien yang mencapai sasaran terapi dan yang memiliki kendali
glikemik stabil, dan 4 kali dalam 1 tahun pada pasien dengan perubahan terapi atau yang tidak mencapai sasaran terapi.
• Perhatikan penggunaan Metformin. Penggunaan metformin dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan defisiensi vitamin B12, sehingga
pemeriksaan kadar vitamin B12 secara berkala perlu dipertimbangkan, terutama pada pasien dengan anemia atau neuropati perifer.
• Intensifikasi pengobatan untuk pasien DM tipe 2 yang tidak mencapai target pengobatan tidak boleh ditunda dan harus segera dilakukan. Regimen
pengobatan harus dievaluasi secara berkala setiap 3-6 bulan, dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien dengan memperhatikan faktor risiko yang baru.
• Pola makan sehat seimbang dengan pemenuhan kebutuhan zat gizi yang adekuat diperlukan untuk mendukung tercapainya target terapi. Distribusi komposisi
makanan harian pada diabetes yang direkomendasikan dapat meliputi makanan utama dengan makan pagi 20%, makan siang 30%, makan sore/malam 25%,
dan makanan selingan terbagi atas snack pagi 10% dan snack sore 15%.
• Latihan fisik dengan dilakukan latihan yang aman dan efektif untuk meningkatkan mobilitas dan aktivitas kehidupan sehari-hari, mengurangi nyeri, control
glukosa darah, mempertahankan integritas system muskuloskeletal, mencegah sindrom dekondisi akibat imobilisasi, serta rekondisi pasca imobilisasi.
• Lakukan Monitoring data Laboratorium seperti INR karena Px mengkonsumsi antiplatelet. Rentang INR yang disarankan adalah 2-3.
Cara Penggunaan Insulin
Referensi
• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28 Tahun 2021 Tentang Pedoman Penggunaan Antibiotik
• Perkeni. 2021. Pedoman Petunjuk Praktis Terapi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus. PB. Perkeni
• Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/603/2020 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa
• Wahibi. 2018. REVIEW: Autoamputation of diabetic toe with dry gangrene: a myth or fact?. Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity. Targets
ad Therapy. 255-264.
• American Diabetes Association. 2022. Standards of Medical Care in Diabetes. The Journal of Clinical and Applied Research and Education.
Volume. 45
• Yiheng dkk, 2022. Cardiovascular risk of gabapentin and pregabalin in patients with diabetic neuropathy. Cardiovascular Diabetology.
https://doi.org/10.1186/s12933-022-01610-9.
• Soo Lim dkk, 2021. Covid-19 and Diabetes Melitus: from pathophysiology to clinical management. Nature Reviews Endocrinology Volume 17.
https://doi.org/10.1038/s41574-020-00435-4
• Bayu dkk. 2019. Diabetic Foot Infection (Infeksi Kaki Diabetik): Diagnosis dan Tatalaksana. CDK-277/ vol. 46 no. 6.
• Ramzi dkk. 2021. Antithrombotic therapy in diabetes: which, when, and for how long?. European Heart Journal. doi:10.1093/eurheartj/ehab128.
Thank
You…
P. 10