PENGELOLAAN
SEDIAAN FARMASI DAN
BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
DI PUSKESMAS
Sehubungan dengan habisnya persediaan obat dan alat kesehatan di Puskesmas Tegal Timur,
dengan ini kami mengajukan permintaan obat dan alat kesehatan dengan rincian sebagai berikut :
Demikian harap menjadi maklum dan atas perhatiannya kami sampaikan terimakasih.
B. Penerimaan
Kesesuaian Penerimaan Sediaan Farmasi dan BMHP dari Gudang
Waktu
Jenis Jumlah Suhu Pengiriman
Kadaluarsa
No Nama Barang
Tidak Tidak Tidak Tidak
Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai
sesuai sesuai sesuai sesuai
1. Enervit syr √ √ √ √
2. Betamethason cr √ √ √ √
3. OBH syr √ √ √ √
4. Kalium √ √ √ √
Diklofenak
5. Betaflu syr √ √ √ √
6. Ambroxol 30mg √ √ √ √
7. GG √ √ √ √
8. Salbutamol 2mg √ √ √ √
9. Ranitidin 150mg √ √ √ √
10. Nifedipin 10mg √ √ √ √
11. Vit B Kompleks √ √ √ √
12. Hidrokortison cr √ √ √ √
2,5%
13. Garam oralit √ √ √ √
14. Ibuprofen √ √ √ √
200mg
15. Dexamethasone √ √ √ √
16. Piridoxin 25mg √ √ √ √
17. Mikonazol 2% √ √ √ √
18. Acyclovir √ √ √ √
200mg
19. Omeprazol √ √ √ √
capsul 20mg
20. Sianokobalamin √ √ √ √
50mcg
21. Attapulgit √ √ √ √
600mg
22. Paracetamol √ √ √ √
500mg
23. Antasida √ √ √ √
24. Paracetamol syr √ √ √ √
120mg/5ml
25. Metformin √ √ √ √
500mg
26. Amoksisilin √ √ √ √
500mg
27. Gemfibrozil √ √ √ √
300mg
28. Ringer laktat √ √ √ √
29. Acyclovir √ √ √ √
400mg
30. Thiamin 50mg √ √ √ √
31. Amoksisilin syr √ √ √ √
250mg
32. CTM √ √ √ √
33. Glimepirid 2mg √ √ √ √
34. Kloramfenikol √ √ √ √
35. Genta TM √ √ √ √
36. Prednison 5mg √ √ √ √
37. Paracetamol √ √ √ √
drop
38. Ampisillin √ √ √ √
serbuk Inj
39. Fenobarbital Inj √ √ √ √
40. Oxy 1% √ √ √ √
41. MgSO4 Inj 40% √ √ √ √
42. Cetirizin √ √ √ √
43. Zink sulfat √ √ √ √
C. Penyimpanan
PENYIMPANAN OBAT
1. Penyimpanan di Kamar Obat dan Gudang Obat
NO Nama Obat Tempat penyimpanan
Amlodipin 10 mg Gudang Instalasi Farmasi Puskesmas
1 Bandung, Suhu 24ºC, Terhindar dari
cahaya
Allopurinol 100 mg Gudang Instalasi Farmasi Puskesmas
2 Bandung, Suhu 24ºC, Terhindar dari
cahaya
Ambroksol Gudang Instalasi Farmasi Puskesmas
3 Bandung, Suhu 24ºC, Terhindar dari
cahaya
Asam folat Gudang Instalasi Farmasi Puskesmas
4 Bandung, Suhu 24ºC, Terhindar dari
cahaya
Antasida DOEN Gudang Instalasi Farmasi Puskesmas
5 Bandung, Suhu 24ºC, Terhindar dari
cahaya
Betahistin Gudang Instalasi Farmasi Puskesmas
6 Bandung, Suhu 24ºC, Terhindar dari
cahaya
Cefadroxil Gudang Instalasi Farmasi Puskesmas
7 Bandung, Suhu 24ºC, Terhindar dari
cahaya
Difenhidramin Gudang Instalasi Farmasi Puskesmas
8 Bandung, Suhu 24ºC, Terhindar dari
cahaya
Dimenhidrinat Gudang Instalasi Farmasi Puskesmas
9 Bandung, Suhu 24ºC, Terhindar dari
cahaya
Domperidon Gudang Instalasi Farmasi Puskesmas
10 Bandung, Suhu 24ºC, Terhindar dari
cahaya
Gemfibrozil 300mg Gudang Instalasi Farmasi Puskesmas
11 Bandung, Suhu 24ºC, Terhindar dari
cahaya
GG 100mg Gudang Instalasi Farmasi Puskesmas
12 Bandung, Suhu 24ºC, Terhindar dari
cahaya
Glimepirid 2mg Gudang Instalasi Farmasi Puskesmas
13 Bandung, Suhu 24ºC, Terhindar dari
cahaya
Kalsium laktat (kalk) Gudang Instalasi Farmasi Puskesmas
14 Bandung, Suhu 24ºC, Terhindar dari
cahaya
Metformin 500mg Gudang Instalasi Farmasi Puskesmas
15 Bandung, Suhu 24ºC, Terhindar dari
cahaya
penyimpanan
IGD
13 Zinc Sulfat Lemari Tidak terdapat Memasang
Penyimapanan termometer dan termometer dan
obat IGD kartu menyediakan kartu
pemantauan pemantauan suhu
suhu di lemari
penyimpanan
IGD
14 Vitamin B1 50 mg Lemari Tidak terdapat Memasang
Penyimapanan termometer dan termometer dan
obat IGD kartu menyediakan kartu
pemantauan pemantauan suhu
suhu di lemari
penyimpanan
IGD
15 Vitamin B12 50 mg Lemari Tidak terdapat Memasang
Penyimapanan termometer dan termometer dan
obat IGD kartu menyediakan kartu
pemantauan pemantauan suhu
suhu di lemari
penyimpanan
IGD
16 Metil ergometrin 0,125 Lemari Tidak terdapat Memasang
mg Penyimapanan termometer dan termometer dan
obat IGD kartu menyediakan kartu
pemantauan pemantauan suhu
suhu di lemari
penyimpanan
IGD
17 Captopril 25 mg Lemari Tidak terdapat Memasang
Penyimapanan termometer dan termometer dan
obat IGD kartu menyediakan kartu
pemantauan pemantauan suhu
suhu di lemari
penyimpanan
IGD
18 Natrium Diclofenac 50 Lemari Tidak terdapat Memasang
mg Penyimapanan termometer dan termometer dan
obat IGD kartu menyediakan kartu
pemantauan pemantauan suhu
suhu di lemari
penyimpanan
IGD
19 Piroxicam Lemari Tidak terdapat Memasang
suhu di lemari
penyimpanan
IGD
26 Ambroxol 30 mg Lemari Tidak terdapat Memasang
Penyimapanan termometer dan termometer dan
obat IGD kartu menyediakan kartu
pemantauan pemantauan suhu
suhu di lemari
penyimpanan
IGD
27 Obat Batuk Hitam Lemari Tidak terdapat Memasang
Penyimapanan termometer dan termometer dan
obat IGD kartu menyediakan kartu
pemantauan pemantauan suhu
suhu di lemari
penyimpanan
IGD
Pustu
No Nama Obat Masalah Penyimpanan Solusi
1. Semua obat Tidak terdapat Memasang termometer dan
termometer dan kartu menyediakan kartu
pemantauan suhu di pemantauan suhu
lemari penyimpanan
obat
D. Pendistribusian
DOKUMEN DISTRIBUSI OBAT KE PUSTU KALWET
TANGGAL NAMA SATUAN JUMLAH EXPIRE SUHU K
BARANG DATE ET
07/03/2020 Dexametason Box 2 /2020 Dibawah
suhu 30ºC
dan
terlindung
dari
cahaya
langsung
CTM Box 3 /2020 Dibawah
suhu 30ºC
dan
terlindung
dari
cahaya
langsung
Vitamin B1 Box 3 /2020 Dibawah
suhu 30ºC
dan
terlindung
dari
cahaya
langsung
Glibenclamid Box 3 /2020 Dibawah
suhu 30ºC
dan
terlindung
dari
cahaya
langsung
Ambroxol Box /2023 Dibawah
suhu 30ºC
dan
2 terlindung
dari
cahaya
langsung
langsung
Glimepirid Box 2 Dibawah
suhu 30ºC
dan
terlindung
dari
cahaya
langsung
Nifedipin Box 3 Dibawah
suhu 30ºC
dan
terlindung
dari
cahaya
langsung
PCT syr Botol 20 Dibawah
suhu 30ºC
dan
terlindung
dari
cahaya
langsung
terlindung
dari cahaya
langsung
terlindung
dari cahaya
langsung
Ranitidin box Dibawah
suhu 30ºC
dan
1
terlindung
dari cahaya
langsung
Prednison Box Dibawah
suhu 30ºC
dan
1
terlindung
dari cahaya
langsung
K
NAMA EXPIRE
TANGGAL SATUAN JUMLAH SUHU E
BARANG DATE
T
18/03/2020 Glimepirid 2mg Box 4 Dibawah
suhu 30ºC
dan
terlindung
dari cahaya
langsung
Betamethason Tube 25 Dibawah
suhu 30ºC
dan
terlindung
dari cahaya
langsung
Vitamin B Box 10 Dibawah
Kompleks suhu 30ºC
dan
terlindung
dari cahaya
langsung
Tablet Fe Box 10 Dibawah
suhu 30ºC
dan
terlindung
dari cahaya
langsung
Natrium Box 12 Dibawah
diklofenak suhu 30ºC
dan
terlindung
dari cahaya
langsung
CTM Box 10 Dibawah
suhu 30ºC
dan
terlindung
dari cahaya
langsung
Nifedipin Box 5 Dibawah
suhu 30ºC
dan
terlindung
dari cahaya
langsung
Metformin Box 5 Dibawah
suhu 30ºC
dan
terlindung
dari cahaya
langsung
Antasida Box 5 Dibawah
suhu 30ºC
dan
terlindung
dari cahaya
langsung
Jl.Teuku Cik Ditiro No.169 Telp (0283) 352096 Tegal OBAT KADALUWARSA / RUSAK
Nomor :
Pada hari ini Selasa tanggal 23 September 2019, masing-masing yang bertandatangan di
bawah ini :
1. Petugas obat Puskesmas Bandung, yang selanjutnya disebut PIHAK KESATU
2. Petugas obat Instalasi Farmasi & Perbekkes, yang selanjutnya disebut PIHAK
KEDUA
Mengetahui :
Tembusan :
1.KepalaDinasKesehatan Kota Tegal
2.Arsip
N EXP. JUML
O NAMA OBAT SEDIAAN NO.BATCH DATE JUMLAH HARGA HAR
1 Deksametason 5mg/ml Ampul P1B06446 Jan-20 80 3003 240
2 Pyrazinamide 500mg tablet 15TPE022A Nov-19 420 500 210
Methylergometrin 97KJ0029
3 maleat tablet Okt-19 600 4375 2625
4 Zink tablet L74093J Des-19 1815 645 1170
5 Salbutamol tablet A6520KT Des-19 125 118 14
Dexametason inj
6 (SO4) ampul F8B255 Feb-20 3 4200 12
Gentamisin inj
7 40mg/ml Ampul BF16D089 Agu-19 65 5000 325
TOTAL BERAT 5 Kg 4598
3/3/2020 KO 400 -
4/3/2020 KO 1000 300 700
5/3/2020 GO, KO 300 400
6/3/2020 KO 400 -
7/3/2020 KO 1200 300 900
9/3/2020 GO, KO 24 4 20
10/3/2020 KO 6 14
13/3/2020 KO 4 10
16/3/2020 KO 10 -
17/3/2020 GO, KO 24 - -
9/3/2020 GO, KO 10 2 8
13/3/2020 KO 4 4
14/3/2020 KO 4 -
16/3/2020 GO, KO 10 3 7
18/3/2020 KO 2 5
2. Pencatatan sediaan farmasi dan BMHP yang rusak, near ED dan kadaluwarsa
Obat
No
Nama obat Rusak Near ED Kadaluarsa
1. Antasida tab Januari 2020
2. Salbutamol Februari 2020
3. Allopurinol 100mg Februari 2020
4. Griseovulvin Februari 2020
5. Metformin Maret 2020
6. Ciprofloxacin Maret 2020
BMHP
No
Nama BMHP Rusak Near ED Kadaluarsa
1. Blood uric acid Juli 2018
2. Infus RL Januari 2017
3. Tes kehamilan Desember 2018
F. Administrasi
1. Daftar kegiatan administrasi yang dilakukan di puskesmas
A. Pencatatan
1. Pemakaian Obat Harian
2. Rekap Pemakaian Obat di Unit (LPLPO, Pustu, IGD, KO)
3. LPLPO
4. Pemantauan Obat Generik
5. Pemantauan Obat Narkotika
6. Pemakaian Obat Perpenyakit
7. Resep Harian (carabayar)
8. Stok Opname Obat
B. Pelaporan
1. Penggunaan Narkotika dan Psikotropika
2. Penggunaan Obat-obat tertentu
3. Penggunaan Obat Indikator
4. Laporan MESO (Monitoring Efek Samping Obat), KNC (Kejadian Nyaris Cidera),
KPC (Kejadian Potensial Cidera), dan KTD (Kejadian Tidak Diinginkan)
5. Monitoring Peresepan
6. Pelaporan obat rusak /ED
7. LPLPO
Penambahan
No Nama Satuan Persediaa Jumlah Penggunaan Persediaan Keterangan
Bahan Baku n Tanggal Dari GF Keseluruhan Akhir
Awal
Tegal,
SOP
No Kode
:
Terbitan
:
No Revisi
:
Halaman
:
1/3
…………………………..
A. Pengertian
Pengawasan dan pengandalian penggunaan psikotropik dan narkotik adalah kegiatan yang dilakukan petugas farmasi, untuk
mengawasi dan mengendalikan penggunaan obat gol psikotropik dan narkotik sesuai dengan peraturan perundangan.
B. Tujuan
Sebagai acuan untuk mengendalikan penggunaan obat golongan psikotropik dan narkotik sesuai dengan perundangan.
C. Referensi
D. Kebijakan
Surat Keputusan Kepala BLUD Puskesmas Bandung Nomor : ………… …………………..Tentang Pemberlakuan SOP di Pelayanan
Farmasi.
PENGGUNAAN PUSKESMAS
PSIKOTROPIK DAN NARKOTIK BANDUNG
No Kode :
KESEHATAN
Terbitan :
KOTA TEGAL
No Revisi :
SOP
Tgl mulai berlaku : 02 Januari 2016
Halaman : 2/3
selesai
H. Rekaman Historis
diberlakukan
1 1 Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas 24 Nopember 2016
untuk melakukan pengawasan
dan pengendalian penggunaan
psikotropik dan narkotik
Unit :……………………………………………………………………………..
Nama Petugas :……………………………………………………………………………..
Tanggal Pelaksanaan :……………………………………………………………………………..
No Kegiatan Ya Tidak
1 Apakah Dokter yang meresepkan obat psikotropik dan narkotik
2 Apakah Petugas yang menyediakan obat dan dicatat dalam kartu
stok.
3 Apakah Petugas mencatat nama dan alamat pasien dalam buku.
4 Apakah Petugas menyimpan resep terpisah dari resep yang lain.
5 Apakah Petugas yang menyerahkan Obat pada pasien.
(………………………………)
MAKALAH
“Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Obat dan BMHP
Di Puskesmas Bandung Kota Tegal”
Disusun Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan
yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,
memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Puskesmas sendiri merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Yang dimaksud dengan Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh puskesmas kepada
masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan dan dituangkan dalam suatu sistem. Puskesmas sebagai salah
satu organisasi fungsional pusat pengembangan masyarakat yang memberikan pelayanan promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif
(pengobatan), rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Dalam melaksanakan pelayanan ada beberapa unsur yang mempengaruhi pelayanan baik dari sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
ketersediaan dana, standar prosedur operasional, komunikasi dan kerja sama yang baik antara praktisi kesehatan, kebijakan yang dibuat dalam
membantu pelayanan serta manajemen dan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai. Dalam makalah ini membahas tentang
evaluasi kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di Puskesmas Bandung Kota Tegal.
Bagaimana pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di Puskesmas Bandung?
Mengetahui tentang evaluasi pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di puskesmas Bandung.
BAB II
ISI
A. Puskesmas Bandung
1. Keadaan Geografi Puskesmas Bandung
Puskesmas Bandung mempunyai ketinggian 2,5 meter diatas permukaan laut, Luas wilayah kerja BLUD Puskesmas Bandung Kecamatan
Tegal Selatan yaitu 6,292 km2 terdiri dari 5 Kelurahan wilayah kerja yang meliputi Kelurahan Bandung, Tunon, Debong Kidul, Keturen dan
Kalinyamat Wetan. Wilayah kerja Puskesmas Bandung berbatasan dengan :
b. Misi
Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerja BLUD Puskesmas Bandung
2. Dokter Umum :2
3. Dokter Gigi :1
4. Bidan :5
5. Nutrisionis :1
6. Perawat :6
7. Sanitarian :1
8. Perawat Gigi :1
9. Asisten Apoteker :1
10. Pranata Laboratorium :1
11. Promkes :1
12. S t a f :3
13. Pranata Komputer :1
14. Penjaga Malam :1
15. Tenaga BLUD : 13
16. Tenaga Pengolah Data :6
17. Tenaga Kebersihan :1
18. Tenaga k2 :1
2. R.Gudang Obat 1
3. R.Gizi 1 Plus R.sanitarian
4. R.Pelayanan kes gilut 1
5. R.KIA dan KB 1
6. R.Pelayanan Anak 1 Plus pojok oralit
7. R.IMS 1
8. R.Laboratorium 1
9. R.RM 1
10. R.IGD 1
11. R.Persalinan 1
12. R.Pelayanan Farmasi 1
13. R.Pelayanan Lansia 1
14. R.Pelayanan Umum 1
15. R.Kepala Puskesmas 1
16. Musolla 1
17. R.TU 1
18. R.Pertemuan 1
19. R.Bendahara 1
20. Dapur 1
1. Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas Bandung meliputi :
a. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan obat di Puskesmas Bandung dilakukan pada periode tahunan dan bulanan. Perencanaan ini dilakukan oleh apoteker
penanggung jawab. Perencanaan kebutuhan dilakukan melalui LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat). LPLPO dari
puskesmas akan diserahkan ke kepala puskesmas untuk disetujui dan diajukan ke Instalasi Farmasi Kota Tegal. Perencanaan dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan selama 1 tahun ke depan dengan didasarkan pada metode konsumsi yaitu didasarkan pada jumlah pemakaian
obat dan bahan medis habis pakai pada 1 tahun sebelumnya. Apoteker mempertimbangkan pemilihan obat dari dokter dan berdasarkan
formularium puskesmas yang mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasonal (DOEN) dan Formularium Nasional. Permintaan obat di
Puskesmas Bandung dilakukan setiap 1 bulan sekali pada awal bulan. Apabila ada obat yang tidak cukup untuk jangka waktu yang
seharusnya, maka Apoteker akan meminta kepada Instalasi Farmasi Kota Tegal. Apabila Tujuan dari perencanaan ini adalah untuk
mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat dan bahan medis habis pakai yang mendekati kebutuhan, meningkatkan penggunaan obat
secara rasional dan meningkatkan efisiensi penggunaan obat dan mencegah kekosongan obat.
b. Permintaan
Permintaan obat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas berdasarkan data LPLPO
(Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat). Dalam hal permintaan obat dan alat medis habis pakai Puskesmas Bandung
melakukan permintaan kepada Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Tegal sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat
dengan menggunakan lembar Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) untuk memenuhi stok obat dan bahan medis
habis pakai setiap bulannya. Adapun jika puskesmas mengalami kekurangan dan kelebihan obat, pihak puskesmas bisa meminta dan
mengirimkan obat ke puskesmas lain yang kekurangan atau kelebihan obat.
Apabila dalam sewaktu-waktu terjadi kejadian luar biasa atau obat ketersediaan obat di gudang obat puskesmas habis dan
membutuhkan tambahan jumlah obat, maka jika jumlah obat yang dibutuhkan sedikit, untuk obat yang diperlukan dalam jumlah banyak
maka dari pihak puskesmas bisa mengajukan permintaan obat menggunakan lembar berita acara kepada Instalasi Farmasi Kota Tegal
yang sebelumnya telah diketahui dan ditanda tangani oleh Kepala Puskesmas Bandung.
c. Penerimaan
Di Puskesmas Bandung penerimaan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan oleh apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Prosedur
awalnya yaitu melakukan pemeriksaan dan pengecekan secara teliti terhadap obat yang diterima berdasarkan jenis obat, jumlah obat,
bentuk sediaan, kondisi fisik obat dan tanggal kadaluarsa; mencocokan antara yang tertulis dalam berita acara dengan barang yang
diterima, setelah barang yang diterima cocok dengan berita acara, selanjutnya apoteker dan tenaga teknis kefarmasian menandatangani
berita acara serah terima. Untuk obat dan perbekalan kesehatan lain yang tidak sesuai dengan berita acara bisa dikembalikan ke pihak
instalasi farmasi.
d. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas Bandung Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai di gudang obat
puskesmas ini disusun secara FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Sediaan obat juga sudah disusun dengan
mempertimbangkan bentuk dan jenis sediaan, stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban). Untuk penyimpanan obat dengan penyimpanan khusus
seperti golongan narkotika psikotropika yang tersimpan dalam lemari narkotika psikotropika yang terkunci dan tidak dapat dipindah
tempatkan. Setiap obat telah memiliki kartu stock masing-masing agar setiap pengambilan obat dapat langsung dicatat dalam kartu
tersebut. Untuk vaksin sendiri disimpan dalam coolbox. Untuk penyimpanan sendiri kami berharap dari pihak puskesmas bisa
mendokumentasikan kegiatan pemantauan suhu, dikartu pemantauan suhu.
e. Pendistribusian
Distribusi obat merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan secara merata dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan unit-unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Obat dan perbekalan kesehatan dari Instalasi
Farmasi didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas, Pustu (Puskesmas Pembantu),
Poksila (Posyandu lansia), Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu), Pusling (Puskesmas Keliling), Laboratorium, Poli Umum, Poli Gigi, IGD,
Poli Anak, KIA.
Sistem distribusi obat dan perbekalan farmasi di area Puskesmas Bandung dilakukan dengan cara:
obat dibawa pulang ke rumah. Petugas yang mengawasi pasien TB-MDR harus dilengkapi dengan APD (alat pelindung diri) untuk
menghindari terjadinya penularan.
f. Pengendalian
Dalam kegiatan kefarmasisan juga diperlukan tindakan pengendalian. Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan
sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di Puskesmas. Pengendalian obat meliputi: Pengendalian persediaan,
pengendalian penggunaan dan penanganan obat hilang, rusak dan kadaluarsa. Pengendalian obat di puskesmas ini dilakukan dengan cara
selalu mencatat setiap pengeluaran dan pemasukan obat ke dalam kartu stock dan buku pengeluaran harian untuk memastikan kesesuaian
antara penggunaan dengan sisa persediaan serta untuk menghindari kehilangan obat. Apoteker juga selalu berkomunikasi dengan tenaga
kesehatan lain untuk memberikan informasi untuk obat-obat yang harus keluar dengan cepat seperti obat-obat yang mendekati expired date,
obat yang jarang dipakai, dan obat-obat yang stocknya sudah habis/menipis dan lain-lain.
ditandatangani oleh Kepala Puskesmas Bandung. Dari hasil perhitungan Rerata item obat yang diresepkan adalah 15% yang mana
nilainya diatas 4. Maka pencapaian POR 0%.
6) Laporan Monitoring Indikator Peresepan.
Evaluasi rasionalitas pola peresepan pada masing-masing pasien perharinya dengan kasus Diare Gastroenteritis non spesifik,
Myalgia, dan, Nasopharingitis Akut (ISPA commoncold). Laporan ini mencakup hasil data pasien dan obat yang diperoleh oleh pasien
terkait tanggal resep, nama pasien, usia, diagnosis, nama obat dan kekuatan sediaan, dosis obat, jumlah obat yang diberikan, jumlah
item obat, penggunaan antibiotik, penggunaan injeksi, jumlah generik dan sesuai pedoman atau tidak. Laporan ini akan dilaporkan ke
Dinas Kesehatan Kota Tegal setip akhir bulan yang sebelumnya sudah ditandatangani oleh Kepala Puskesmas Bandung.
8) Kartu Stock
Kartu untuk pencatatan stok obat dan perbekalan kesehatan yang ada di gudang farmasi Puskesmas Bandung. Kartu berisi nama
barang, satuan, tanggal, asal barang atau tujuan penggunaan barang, jumlah barang masuk, jumlah barang keluar, sisa barang di
gudang, dan keterangan. Kartu ini bermanfaat untuk mengontrol persediaan obat.
Kegiatan PKPA, mahasiswa juga melakukan kegiatan pelaporan berdasarkan resep bulan Maret 2020 laporan tersebut antara lain
laporan monitoring indikator peresepan bulan Maret 2020 untuk 3 kategori penyakit yaitu ISPA Non Pneumonia, Diare Non Spesifik
dan Myalgia. Pada penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia penggunaan mencapai 9.6% yang mana melebihi 20%, sehingga
penggunaan antibiotik tersebut sudah rasional.
Pada penggunaan antibiotik pada diare non spesifik penggunaan mencapai 4.5%, sehingga penggunaan antibiotik tersebut sudah
rasional. Pada penggunaan injeksi pada myalgia penggunaan 0%, sehingga penggunaan injeksi tersebut sudah rasional. Maka POR
mencapai 100 % karena penggunaan kurang dari 1%.
Untuk persyaratan farmasetis tidak ada. Untuk persyaratan klinis sering dijumpai resep pulveres yang berisi antibioitk dicampur
dengan obat-obatan simtomatik, merupakan obat yang digunakan pada saat gejala muncul, termasuk dalam permasalahan waktu atau durasi
penggunaan obat. Hal ini disebabkan karena keterbatasan tenaga yang ada di apotek.
Setelah dilakukan pengkajian resep selanjutnya adalah tahap menyiapkan/meracik obat, memberi label/etiket. Pemberian plastik
dalam penyerahan obat di Puskesmas Bandung telah dibuat untuk memudahkan pasien dalam mengonsumsi obat. Setelah penyerahan obat
maka hal selanjutnya adalah pemberian informasi kepada pasien. Pelayanan informasi obat di Puskesmas Bandung sudah berjalan dengan
sangat baik, apoteker aktif dalam memberikan informasi obat kepada pasien maupun keluarga pasien, ataupun memberikan informasi obat
kepada tenaga kesehatan lain.
Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan lain di lingkungan puskesmas, pasien dan masyarakat.
Menunjang penggunaan obat yang rasional. Kegiatan pelayanan informasi obat di Puskesmas Bandung berjalan cukup baik meski
jumlah pasien yang banyak setiap harinya yang tidak sebanding dengan tenaga kefarmasian yang hanya terdiri dari apoteker dan
tenaga teknis kefarmasian. Namun pemberian informasi obat dilakukan dengan baik meski dalam waktu yang terbatas. Adapun
informasi yang diberikan kepada pasien adalah nama obat, indikasi obat, cara pemakaian dan lama penggunaan obat. Selain itu
beberapa informasi khusus terkait Pelayanan Informasi Obat
Di puskesmas Bandung sendiri pemberian informasi obat baik dari peenyampaian indikasi, cara pemakaian obat, lama penggunaan
obat, aturan pakai obat sudah baik. Pelayanan informasi obat bisa disampaikan secara langsung seperti penyuluhan maupun menggunakan
media seperti, brosur, leaflet dan media elektronik. Kegiatan yang kami laksanakan penyuluhan tentang “Demam Berdarah” atau sering
disebut dengan DBD. Dalam penyuluhan tersebut saya menyampaikan tentang gejala awal penyakit DBD, cara pencegahan penularan
demam berdarah dan pertolongan pertama disaat mengalami gejala demam berdarah salah satunya yaitu demam tinggi, disaat demam tinggi
pertolongan pertamanya yaitu meminum obat penurun panas yaitu seperti parasetamol dan cek lab untuk memeriksa trombosit, leukosit dan
trombosit di laboratorium.
c) Konseling
Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan
Obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Dengan tujuan memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada
pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda
toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan obat. Di Puskesmas Bandung penjadwalan kegiatan konseling secara khusus pada pasien
dengan kriteria khusus seperti lansia, pasien dengan penyakit kronis (DM, hipertensi) masih belum berjalan, karena keterbatasan sarana dan
prasarana ruangan untuk konseling. Konseling yang dilakukan mengenai pemicu penyakit dan cara mengonsumsi obat yang benar serta
cara menjaga kesehatan dengan menjaga kadar gula dan tekanan darah dengan baik.
masyarakat mengenai efek samping obat. Ada beberapa pasien yang datang dan melaporkan mengenai alergi obat atau setelah kejadian
data obat yang menimbulkan efek samping menjadi informasi yang penting maka akan disimpan dan dikunci di dalam data Sistem
Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS), sehingga pasien tidak akan mendapatkan obat itu. Hal ini dilakukan dikarenakan
keterbatasan waktu dan tenaga kefarmasian.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di puskesmas bandung sudah cukup baik.
3.2 Saran
Dalam pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai sebaiknya dilakukan oleh satu petugas yang bisa fokus mengawasi baik
dari penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian dan untuk sarana dan prasarana sendiri dari pihak puskesmas bisa merekomendasikan kepada
kepala puskesmas untuk melengkapi fasilitas penunjang pelayanan kefarmasian dengan mengacu pada PERMENKES Nomor 74 Tahun 2016
yaitu Standard Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standard Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan