Dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) 2. Foto toraks Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut: • Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. • Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT (non fluoroquinolon). • Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus
Fakultas Fakultas Fakultas Fakultas
Farmasi UMP Farmasi UMP Farmasi UMP Farmasi UMP farmasi.ump. 3. Pemeriksaan biakan 4. Uji kepekaan obat 5. Uji tuberkulin (tes mantoux) • Pembengkakan (Indurasi) : 0–4 mm, uji mantoux negatif. Arti klinis : tidak ada infeksi mycobacterium tuberculosis. • Pembengkakan (Indurasi) : 5–9 mm, uji mantoux meragukan. Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mycobacterium atypikal atau pasca vaksinasi BCG. • Pembengkakan (Indurasi) : > 10 mm, uji mantoux positif. Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi mycobacterium tuberculosis. 6. Tes IgRA Tes ini mengukur reaktivitas imunitas tubuh terhadap mycobacterium tuberculosis. Sel darah putih atau leukosit yang terinfeksi kuman mycobacterium tuberculosis akan mengeluarkan interferon-gamma (IFN-g) ketika tercampur dengan antigen dari mycobacterium tuberculosis.
Fakultas Fakultas Fakultas akultas
Farmasi U P Farmasi UMP Farmasi UMP F F armasi UMP farmasi.ump. Fakultas Fakultas Fakultas Fakultas Farmasi UMP Farmasi UMP Farmasi UMP Farmasi UMP farma si.ump. PATOFISIOLOGI TB
Fakultas Fakultas Fakultas Fakultas
Farmasi UMP Farmasi UMP Farmasi UMP Farmasi UMP farma si.ump. Contoh Kasus Ny. T, 32 tahun datang dengan keluhan batuk sejak ±1 bulan yang lalu. Suami pasien didiagnosis TB paru dan meninggal tahun 2014. Pasien dinyatakan mengalami TB paru Pada tanggal 12 Agustus 2014. Sejak saat itu pasien rutin minum OAT kombinasi dosis tetap (KDT) 4 obat. Pada 20 Januari 2015, pasien dinyatakan sembuh. Setelah dinyatakan sembuh, pasien merantau bekerja di kota. L. Menurut cerita pasien, ada teman kerjanya yang batuk lama. Pasien sering mengobrol dengan temannya tersebut tanpa menggunakan masker. Lima bulan kemudian pasien mengalami keluhan batuk berdahak yang tidak sembuh-sembuh. Pasien memutuskan berhenti dari pekerjaannya dan berisitirahat. Dua bulan beristirahat di rumah dan merasa sembuh, pasien kembali bekerja di desa T. Pasien kembali mengalami batuk berdahak. Pasien tidak berobat karena menganggap hanya batuk biasa. Pasien mengatakan dua minggu kemudian keluhan batuk berdahak dirasakan memberat dan kadang disertai sesak napas. Pasien dua kali mengalami batuk disertai bercak darah berwarna merah segar. Pasien juga merasakan penurunan berat badan, keringat dingin pada malam hari, dan lemah badan. Pasien memutuskan untuk berhenti bekerja dan pada 19 Mei 2016 pasien berobat ke Puskesmas. Setelah dilakukan pemeriksaan dahak, didapatkan hasil BTA positif (+2) sehingga pasien dinyatakan mengalami TB Paru kambuh. Fakultas Fakultas Fakultas Fakultas Farmasi UMP Farmasi UMP Farmasi UMP Farmasi UMP farma si.ump. Pembahasan Kasus • Identitas pasien 1. Nama : Ny. T 2. Usia : 32 tahun 3. Alamat : Desa T 4. Status : Janda 5. Pekerjaan: Pramuwisma 6. Tanggal MRS : 19 Mei 2016 • Anamnesis (Subyektif) 1. Keluhan : Batuk disertai bercak darah berwarna merah segar. Pasien juga merasakan penurunan berat badan, keringat dingin pada malam hari, dan lemah badan. 2. Riwayat Penyakit : TB paru pada tahun 2014 3. Riwayat pengobatan : Pasien memiliki riwayat pengobatan OAT ombinasi dosis tetap (KDT) 4. Riwayat Penyakit Keluarga : Suami pasien didiagnosis TB paru sejak tahun 2013 dan meninggal tahun 2014. 5. Riwayat sosial : Pasien sering mengobrol dengan temannya kerjanya yang batuk lama tanpa menggunakan masker.
Fakultas Fakultas Fakultas Fakultas
Farmasi UMP Farmasi UMP Farmasi UMP Farmasi UMP farma si.ump. Pembahasan Kasus • Pemeriksaan (Obyektif) 1. Keadaan umum : sakit ringan 2. Berat badan 54 kg, 3. Tinggi badan 158 cm, 4. Indeks Massa Tubuh (IMT) 21 (Normal) 5. Tekanan darah 120/80 mmhg (Normal) 6. Nadi 84 x/menit (Tidak normal) Nilai normal : 80 x/menit 7. Frekuensi napas 20 x/menit (Normal) 8. Suhu 37,0 °C (Normal)
9. Mata, telinga, hidung, mulut, dan tenggorokan dalam batas normal.
10. Inspeksi, palpasi, dan perkusi thoraks dalam batas normal 11. Auskultasi kedua thoraks anterior dan posterior terdapat rhonki 12. Jantung, abdomen, dan kelenjar getah bening dalam batas normal 13. Kedua ekstremitas superior dan inferior dalam batas normal dimana fungsi motorik dan sensorik masih baik 14.Pada tanggal 12 Agustus 2014, pasien menjalani pemeriksaan dahak untuk pertama kali dan didapatkan hasil BTA positif (+3). Setelah menjalani pengobatan TB selama 6 bulan, pasien memeriksakan dahaknya dan didapatkan hasil BTA negatif. Pemeriksaan dahak terakhir pada tanggal 19 Mei 2016 dengan hasil BTA positif (+2). • Diagnosa (Assessment) : TB Paru kambuh (Relaps)
Fakultas Fakultas Fakultas Fakultas
Farmasi UMP Farmasi UMP Farmasi UMP Farmasi UMP farma si.ump. Pembahasan Kasus • Terapi (Plan) Terapi Farmakologi Pada pasien TB Paru kambuh, diberikan pengobatan OAT kategori 2. OAT KDT kategori 2 yaitu 2HRZES/HRZE/5HRE. Tablet OAT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet dengan dosis disesuaikan dengan berat badan pasien. OAT kategori 2 diberikan untuk pasien dengan riwayat pengobatan TB lini pertama. Dosis pemberian OAT berdasarkan dari berat badan pasien. Berat badan pada pasien ini adalah 54 kg. injeksi Streptomisin 750 mg selama 56 hari 1. Tahap intensif : injeksi Streptomisin 750 mg serta 3 tablet OAT-4 KDT yang berisi Rifampisin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 mg, dan Etambutol 275 mg untuk tahap intensif setiap hari selama 2 bulan 2. Tahap lanjutan : Tablet OAT-3 KDT yang berisi Isoniazid 150 mg dan Rifampisin 150 mg + Etambutol 400 mg setiap 3 kali seminggu selama 20 minggu
Fakultas Fakultas Fakultas Fakultas
Farmasi UMP Farmasi UMP Farmasi UMP Farmasi UMP farma si.ump. Pembahasan Kasus • Terapi (Plan) Terapi Non Farmakologi 1. Edukasi yang diberikan kepada pasien dan keluarganya adalah berupa informasi tentang penyakit TB paru, termasuk definisi, gejala klinis, penularan, pengobatan dan pencegahannya. 2. Menjelaskan juga secara singkat tentang pengobatan TB paru kambuh bahwa pengobatan akan dilakukan selama 8 bulan, dimana selama 2 bulan intensif pasien mendapat injeksi Streptomisin intramuscular setiap hari, tidak boleh terputus, begitu juga obat antibiotik oral yang harus dikonsumsi sesuai dengan petunjuk dokter. 3. Menjelaskan bahwa tindakan pencegahan penularan yang paling mudah adalah pasien menggunakan masker dan menjaga agar keadaan rumah tidak lembab 4. Menghindari kebiasaan merokok meminum alkohol dan stress 5. Diberikan motivasi supaya tidak putus obat dan tetap semangat untuk menjalani pengobatan.
Fakultas Fakultas Fakultas Fakultas
Farmasi UMP Farmasi UMP Farmasi UMP Farmasi UMP farma si.ump. Pembahasan Kasus Monitoring dan Evaluasi 1. Pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis. Pemeriksaan dahak dilakukan dengan memeriksa dua contoh uji dahak (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila kedua contoh uji dahak tersebut negatif. Bila salah satu atau kedua contoh uji positif, maka hasil pemeriksaan dahak tersebut dinyatakan positif. 2. Monitoring tanda dan gejala seperti keluhan batuk berdahak disertai darah, sesak napas dan lemah badan.