Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI KLINIS

PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)

Disusun Oleh :

Ima Rahayu 1804101004


Widia Puspitasari 1804101005
Dentha Lorenza P.P 1804101013
Neng Putri M.N.H 1804101018
Siti Zulaika 1804101020

UNIVERSITAS PGRI MADIUN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN SAINS
PROGRAM STUDI FARMASI
2021
PRAKTIKUM FARMASI KLINIS

PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)

A. TUJUAN
Untuk memastikan bahwa pasien mendapat obat yang paling
sesuai,dalam bentuk dan dosis yang tepat, di mana waktu pemberian dan
lamanya terapi dapat dioptimalkan, dan DRP diminimalkan.
B. DASAR TEORI
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 58
Tahun 2014, pemantauan terapi obat (PTO) merupakan suatu proses yang
mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan
rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektifitas terapi
dan meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD).

Kegiatan dalam PTO meliputi:

a. Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon


terapi, reaksi obat yang tidak dikehendakai (ROTD);
b. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat; dan
c. Pemantauan efektifitas dan EFEK samping terapi obat. Tahap PTO :
1. Pengumpulan data pasien
2. Identifikasi masalah terkait obat
3. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
4. Pemantauan
5. Tindak lanjut

Faktor yang harus diperhatikan :

a. Kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kriteria terhadap


bukti terkini dan terpercaya (Evidence Best Medicine).
b. Keberhasilan informasi, dan

c. Kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter dan perawat).

Pemantauan terapi obat (PTO) seharusnya dilaksanakan untuk


seluruh pasien. Mengingat terbatasnya jumlah apoteker dibandingkan
dengan jumlah pasien, maka perlu ditentukan prioritas pasien yang akan
dipantau. Seleksi dapat dilakukan berdasarkan:

1. Kondisi Pasien
- Pasien yang masuk rumah sakit dengan multi penyakit sehingga
menerima polifarmasi.
- Pasien kanker yang menerima terapi sitostatika.
- Pasien dengan gangguan fungsi organ terutama hati dan ginjal.
- Pasien geriatri dan pediatri.
- Pasien hamil dan menyusui.
- Pasien dengan perawatan intensif.
2. Obat
a. Jenis Obat
Pasien yang menerima obat dengan risiko tinggi seperti:
i. Obat dengan indeks terapi sempit (contoh:digoxin,fenitoin).
ii. Obat yang bersifat nefrotoksik (contoh: gentamisin) dan
hepatotoksik (contoh: OAT).
iii. Sitostatika (contoh: metotreksat).
iv. Antikoagulan (contoh: warfarin, heparin).
v. Obat yang sering menimbulkan ROTD (contoh:
metoklopramid, AINS).
vi. Obat kardiovaskular (contoh: nitrogliserin).
b. Kompleksitas Regimen
i. Polifarmasi.
ii. Variasi rute pemberian.
iii. Variasi aturan pakai.
iv. Cara pemberian khusus (contoh: inhalasi)

Pengumpulan Data Pasien (Depkes,2009)

Data dasar pasien merupakan komponen penting dalam proses PTO. Data
tersebut dapat diperoleh dari:

a. Rekam medik,
b. Profil pengobatan pasien/ pencatatan penggunaan obat,

c. Wawancara dengan pasien, anggota keluarga dan tenaga kesehatan


lainnya.

Evaluasi Penggunaan Antibiotika di Rumah sakit


Multiple Reviewer : Audit KUANTITATIF (DDD/100 patients days)
Audit KUALITATIF (Metode gyssens)

Sumber data :

Rekam Medis Pasien


- (catatan instruksi terapi oleh dokter)
- Catatan pemberian obat
Pengeluaran / penjualan di Instalasi Farmasi
AUDIT KUANTITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
 Klasifikasi berdasarkan :
- Anatomical Therapeutic Chemical (ATC-classification)
 Di ekspresikan dalam satuan DDD (Defined Daily Dose)
- Dosis rata – rata harian untuk indikasi tertentu pada orang dewasa
 Contoh :
- Ampicillin : 1 DDD = 2000 mg
- Ceftriaxon : 1 DDD = 2000 mg
 Penggunaan di rumah sakit :
- DDD / 100 patient-days (bed-days)
 Penggunaan di komunitas :
- DDD/1000 person-days (inhabitant-days)
CARA MENGHITUNG :
 Data pasien KRS = Data pasien yang menggunakan antibiotik
 Data lama rawat inap pasien = Total LOS semua pasien KRS
 Hitung jumlah dosis antibiotic (gr) selama pasien di rawat
 Data DDD tiap Antibiotik (www.ABC.Calc)
DDD = Jumlah dosis AB (gr)
DDD per AB (gr)
 DDD / 100 patient days
= Total DDD AB x 100
Total LOS
AUDIT KUALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA
 Mengaji kasus secara acak (uji petik)
 Sumber data
- Rekam medik
- Rekam pemberian obat
- Form reviewer / LPD PPRA
 Ideal = 2-3 reviewer ( > 1 orang)
 Metode reviewer menggunakan “GYSSENS ALGORITHM”
KATEGORI KUALITAS ANTIBIOTIKA
VI = Rekam medik tidak lengkap / tidak dapat dievalusi
V = Tidak ada indikasi
IVA = Ada antibiotika lebih efektif
IVB = Ada antibiotika kurang toksik / lebih aman
IVC = Ada antibiotika lebih murah
IVD = Ada antibioti spectrum lebih sempit
IIIA = Pemberian terlalu lama
IIIB = Pemberian terlalu singkat
IIA = Tidak tepat dosis
IIB = Tidak tepat interval pemakaian
IIC = Tidak tepat rute pemakaian
I = Tidak tepat saat pemberian antibiotika (AB profilaksis)
1 = Penggunaan antibiotic tepat
C. KASUS YANG DI DAPAT

Tanggal Pemberian Obat


Nama Obat
IGD
No dan Dosis
21/2 22/2 23/2 24/2 25/2 26/2 27/2 28/2 KRS 1/3
Regimen
/21
Ceftriakson 2x1
1 √ √ √ √ √ √ √ √ √
gr (iv)
Metronidazole
2 3x500 mg/100 √ √ √ √ √ √ √ √ √
ml (iv drip)
√ √ √ √

Levemir (0-0-10 10 24 24 24 √
3 24
unit) uni uni uni uni 28 unit
unit
t t t t
√ √ √ √ √ √ √

4 Actrapid sc ac 3x 3x 3x 3x 3x 3x 3x6
3x6 u
6u 4u 4u 6u 6u 6u u
Injeksi
Metoklopramid
5 √ √ √ √ √ √ √ √ √
3x10mg/2ml
(iv)
Injeksi Ranitidin
6 2x50mg/2ml √ √ √ √ √ √ √ √ √
(iv)
Paracetamol
7 √ //
3x500 g po
8 KSR tab 3x1 √ √ //
Ketoroc 30 mg /
9 √ √ √ √ √ √ √ √ √
8 jam iv
Metamizol 3x1
10 √ √ √ √ √ √ √ √ √
gram iv

IGD 21/2/21 WBC = 23500 Pro calcitonin 2,5 CRP 45 TD 135/95 HR 112
RR 30 Temp 39,8 Dx CAP + Emfisema + DM tipe II + Ulkus Pedis +
Hipokalemia Thorax : infiltral bilateral LED = 100
23/2/21 WBC = 17650 Pro calcitonin = 2,0 CRP 39 TD 130/90 HR 110
RR 28 Temp 38,5 Dx CAP + Emfisema + DM tipe II + Ulkus Pedis +
Hipokalemia Thorax : infiltral bilateral LED = 89
Kultur cairan emfisema = Biakan Anaerob antibiotika yang sensitive =
Metronidazole, Cefotaxim, Meropenem
Kultur pus = Biakan Acinetobacter Baumanii antibiotika yang sensitive =
Ceftriaxon, Gentamycin, Amikacin, Ceftazidim
26/2/21 WBC = 13155 Pro calcitonin = 1,5 CRP 21 TD 125/90 HR 100
RR 26 Temp 38 Dx CAP + Emfisema + DM tipe II + Ulkus Pedis +
Hipokalemia Thorax : infiltral bilateral LED = 73
28/2/21 WBC = 11654 Pro calcitonin = 1,0 CRP 11 TD 120/85 HR 90
RR 24 Temp 37,5 Dx CAP + Emfisema + DM tipe II + Ulkus Pedis +
Hipokalemia Thorax : infiltral bilateral LED = 51
Scala nyeri
- 21/2/21 scala nyeri 8
- 23/2/21 scala nyeri 6
- 25/2/21 scala nyeri 4
- 27/2/21 scala nyeri 2
- 1/3/21 scala nyeri 0
Nama pasien = Ny. Aulia, Umur = 58 tahun, Alamat = jalan cempaka 55
madiun, Riwayat alergi disangkal
DM (+), HT di sangkal, PJK di sangkal
MRS = 21/2/21, KRS = 1/3/21 (membaik)
BUN = 18 SK = 0,3
0
Nama 0 0 0 0
1 05 07 8
N Obat dan 1 1 2 2 2 05. 6. 6. 7. 9.
7/ 21 .3 .3 .
o Dosis 8 9 0 2 3 00 0 3 0 4
3 0 0 0
Regimen 0 0 0 0
0
Infus NaCl
21
1 0,9% 14 √ √ √ √
tpm
tpm
2 IVFD √ √ 2 2 //
Ciprofloxa x x
cin 400 2 2
mg setiap 0 0
0 0
12 jam m m
g g
Inj.
Metoclopr
3 amide 10 √ √ √ √ //
mg setiap
8 jam
Paracetam
ol tablet
4 500 mg √ √ √ √ //
setiap 8
jam
Lisinopril
5 tablet 5 √ √ √ √ √ √ /
mg 1-0-0
Injeksi
insulin
rapid-
acting
6 (Novorapi √ √ √
d® pen)
3x4U sc
ac 15
menit
Amlodipin
7 e tablet 10 √ √ √ /
mg 1-0-0
Injeksi
insulin
long-
acting
8 √ √ √ √ √
(Levemir
®) 0-0-
10U (jam
21.00)
IVFD
Meropene
9 m1g √ √ √ √
setiap 8
jam iv
IVFD
Paracetam
1
ol 1 g √ √ √ √
0
setiap 8
jam iv
1 Infus PZ √ √ //
1 500 cc +
25 mEq
KCl 14
tpm
Simvastati
1
n tablet 0- √ /
2
0-10 mg
Loading
Fenitoin
50 mg
setiap 6
1
jam + PZ √
3
120 cc
diberikan
selama 30
menit
Fenitoin
50 mg
setiap 8
1
jam dalam √
4
PZ 100 cc
IV bolus
lambat
Norepinefr 1 2 2 2
in + PZ 10 5 0 5 25 5
1 50
loading 0 0 0 0 0 0
5 Ng
dose 500 ng n n n ng n
cc g g g g

 17/3/21 WBC = 31255 Pro calcitonin 4,9 CRP 59 TD 145/110 HR 112 RR


30 Temp 39,8 Dx HAP + DM tipe II + status epileptikus + HT stage I +
penurunan kesadaran LED = 99
 19/3/21 WBC = 19320 Pro calcitonin = 4,1 CRP 43 TD 130/90 HR 110
RR 28 Temp 38,5 Dx HAP + DM tipe II + status epileptikus + HT stage I
+ penurunan kesadaran LED = 73 Kultur Sputum MRSA (Methycillin
Resisten Stapylococcus Aureus) antibiotika yang sensitive = Vankomycin,
Linezolid, Imipenem
 21/3/21 WBC = 17876 Pro calcitonin = 3,5 CRP 32 TD 125/90 HR 100
RR 26 Temp 38 Dx HAP + DM tipe II + status epileptikus + HT stage I +
penurunan kesadaran LED = 58
 23/3/21 WBC = 12091 Pro calcitonin = 1,0 CRP 11 TD 120/85 HR 90
RR 24 Temp 37,5 Dx HAP + DM tipe II + status epileptikus + HT stage I
+ penurunan kesadaran = 42
 Scala nyeri
- 17/3/21 scala nyeri 9
- 19/3/21 scala nyeri 7
- 21/3/21 scala nyeri 5
- 23/3/21 scala nyeri 2
 Nama pasien = Ny. Amelia, Umur = 76 tahun, Alamat = jalan cendekia 14
madiun, Riwayat alergi Antalgin
 DM disangkal, HT (+), PJK di sangkal
 MRS = 17/2/21, KRS = 23/3/21 membaik, BUN = 21 SK = 0,9
Tanggal Pemberian Obat
Nama Obat dan Dosis
No. 28/4 29/4 30/4 1/5 2/5 3/5 4/5/2
Regimen
/21 /21 /21 /21 /21 /21 1
Albumin 20% (100cc/
1 √ //
3 jam)
Pz:gelofusin:aminoflu
2 √ √ √ √ √ √ //
id (2:1:1) 28 tpm
3 Inj. Ceftriaxone 3x2 g √ √ √ √ √ √ //
3x50
Inj. Metronidazole
4 √ √ √ √ √ √ 0 mg
3x500 mg
po
Inj. Omeprazole 3 dd 2x 2x
5 √ √ √
40 mg 1 1
6 Pz 21 tpm √ √ √ √ √ √ //
2x30
Inj. Lansoprazole
7 √ √ mg
2x30 mg
po
8 Sukralfat 3xCII syr √ √ √ √ √ √ √
9 Levemir 0.0.18 ui √ √ √ √ √ √ √
Novorapid 3x12 ui sc
10 √ √ √ √ √ √ √
ac
3x50
Paracetamol drip
11 √ √ 0 mg
4x1g
po
12 Inj Meropenem 3x1g √ √ //
13 Transfuse PRC √ √ //
Gabapentin 2x300 mg
14 √ √ √ √ √ √ √
po
Neurobion 5000 tab
15 √ √ √ √ √ √ √
3x1 po
16 Cefixim 2x100 mg po √
17 MST 2x10 mg po √ √ √ √ √ √ √

 28/4/20 WBC = 27540 Pro calcitonin 5,7 CRP 48 TD 120/90 HR 110 RR


28 Temp 39,8 Dx Sepsis + SRMD + neuropati perifer + ISK + dyspepsia +
Empiema LED = 112
 Kultur Air kemih = Eschericia Coli = antibiotika yang sensitif =
Moxyfloxacin, Ceftriaxon, Amikacin
 Kultur Darah = Enterobacter Cloacae = Antibiotika yang sensitive =
Cefotaxim, Levofloxacin, Ampicillin
 30/4/20 WBC = 24898 Pro calcitonin = 4,6 CRP 39 TD 115/85 HR 100
RR 28 Temp 38,5 Dx Sepsis + SRMD + neuropati perifer + ISK +
dyspepsia + Empiema LED = 84
 2/5/20 WBC = 18765 Pro calcitonin = 3,9 CRP 34 TD 125/90 HR 98
RR 26 Temp 38 Dx Sepsis + SRMD + neuropati perifer + ISK + dyspepsia
+ Empiema LED = 68
 4/5/20 WBC = 13012 Pro calcitonin = 2,3 CRP 22 TD 120/85 HR 90
RR 24 Temp 37,5 Dx Sepsis + SRMD + neuropati perifer + ISK +
dyspepsia + Empiema LED = 49
 Scala nyeri
- 28/4/21 scala nyeri 6
- 30/4/21 scala nyeri 4
- 2/5/21 scala nyeri 2
- 4/5/21 scala nyeri 0
o Nama pasien = Ny. Andini, Umur = 28 tahun, Alamat = jalan Bandung 41
madiun, Riwayat alergi Amoxycillin
o DM disangkal, HT (+), PJK di sangkal
 MRS = 28/4/21, KRS = 04/05/21 membaik, BUN = 17 SK = 0,5

Tanggal Pemberian Obat


No Nama Obat dan
12/ 13/ 14/ 15/ 16/ 17/
. dosis regimen
3 3 3 3 3 3
1. O2 masker 8 lpm √ 6 4 4 2-4 2-4
lp lp lp lp lp
m m m m m
2. Transfuse PRC 1 √ √ √ √2
kolf/ hari (premed kol
lasix) ≥ 8 f
3. CaCO3 2x1 √ 3x √ √ √ √
1
4. Lasix 1-0-0 40 √ √ √ √ √ √
mg
5. Asam folat 3x1 √ √ √ √ √ √
6. Inj. Ceftazidim √ √ √ √ √ √
3x1 g
7. Inj. Levofloxacin √ √ √ √ √ √
1x750 mg
8. Perdipin pump √
lanjut mulai dari
0,5 mg-6 mg
sampai
hemodinamik
9. Inf. Kidmin √
200cc/ 24 jam
10. Nikardipin 0,5 √ √
mg/ jam (15 tpm)
11. Amlodipin 10 √ √ √ √ √
mg-0-0
12. Nebul ventolin √ √ √ √ √ √
6x1 amp
13. Valsartan 80 mg √ √ √ √ √ √
1-0-0
14. ISDN 2x5 mg √ √ √ √ √ √
15 Metamizol 1 √ √ √ √ √ √
gram 3x1
16 2 FDC 3 tab √ √ √ √ √ √
s1dd1 lanjut
bulan ke 2

 12/3/20 WBC = 55245 Pro calcitonin 10,5 CRP 61 TD 150/95 HR 114 RR


32 Temp 39,0 Dx = Ht stage I + URTI + UTI + CKD stage V + TB kasus
baru fase lanjutan
 Kultur sputum = Stapylococcus Coagulase Negatif antibiotika yang
sensitif = Astreonam, Ciprofloxacin, Ceftriaxon, Ampicillin Sulbactam,
Ceftazidim
 14/3/20 WBC = 37545 Pro calcitonin = 5,9 CRP 41 TD 135/90 HR 110
RR 30 Temp 38,5 Dx = Ht stage I + URTI + UTI + CKD stage V + TB
kasus baru fase lanjutan
 16/3/20 WBC = 21545 Pro calcitonin = 2,1 CRP 22 TD 125/80 HR 98 RR
26 Temp 38 Dx = Ht stage I + URTI + UTI + CKD stage V + TB kasus
baru fase lanjutan
 Scala nyeri
- 12/4/20 scala nyeri 5
- 14/4/20 scala nyeri 3
- 16/5/20 scala nyeri 0
 Nama pasien = Tn. Aldino, Umur = 44 tahun, Alamat = jalan Merdeka 11
Madiun, Riwayat alergi disangkal
 DM (-), HT (-), PJK (-)
 MRS = 12/4/21, KRS = 17/05/21 PP (Pulang Paksa) membaik, BUN = 20
SK = 1,0

D. PENYELESAIAN
DDD
Kasus I
Regimen LOS TOTAL DDD CODE
Antibiotik
Ceftriaxone 2x1 9 hari 2 x 9 = 18 gr 18 ÷ 2 = 9 JD11DD04
9gr (9hari)
Metronidazole 9 hari 13500 mg = 13,5 ÷ 1,5 J01XD01
3x500mg/100ml iv 13,5 gr =9
drip (9hari)

Kasus II

Regimen LOS TOTAL DDD CODE


Antibiotik
IVFD 7 hari 1600 mg = 1,6 ÷ 0,8 = J01MA02
Ciprofloxacin 1,6 gr 2
2x400mg (2hari)
IVFD 7 hari 8000 mg = 0,8 ÷ 0,8 = J01MA02
Ciprofloxacin 2 0,8 gr 1
(2x200mg) (2hari)
IVFD Meropenem 7 hari 3 x 4 = 12 gr 12 ÷ 3 = 4 J01DH03
3x19 gram (4hari)

Kasus III

Regimen LOS TOTAL DDD CODE


Antibiotik
Inj. Ceftriaxone 7 hari 6 x 6 = 36 gr 36 ÷ 2 = J01DD04
3x2 gr (6hari) 18
Inj. Metronidazole 7 hari 9 gr 9 ÷ 1,15 = J0XD01
6
Metronizol 3x500 7 hari 1500 mg = 1,5 ÷ 2 = P01AB01
mg p.o (6hari) 1,5 gr 0,75
Inj. Meropenem 7 hari 3 x 2 = 6 gr 6÷3=2 J01DH02
3x1 gr (2hari)
Cefixime 2x100 7 hari 2000 mg = 0,2 ÷ 0,4 = J01DD08
mg p.o (1hari) 0,2 gr 0,5
Kasus IV

Regimen LOS TOTAL DDD CODE


Antibiotik
Levofloxacin 22 hari 7500 mg = 7,5 ÷ 0,5 = J01MA12
1x500 mg (15hari) 7,5 gr 15
Gentamicin 2x160 22 hari 3520 mg = 3,52 ÷ J016B03
mg iv (11hari) 3,52 gr 0,24 =
14,67
Meropenem 3x1 gr 22 hari 3 x 8 = 24 gr 24 ÷ 3 = 8 J01DH02
iv (8hari)

Kasus V

Regimen LOS TOTAL DDD CODE


Antibiotik
Ceftazidin 3x19 gr 6 hari 3 x 6 = 18 gr 18 ÷ 4 = J01DD02
inj (6hari) 4,5
Inj. Levofloxacin 6 hari 4500 mg = 4,5 ÷ 0,5 = J01MA12
1x750 mg (6hari) 4,5 gr 9

Total LOS 152

27
Ceftriaxone x 100=17,76
152

15,75
Metronidazole x 100=9,86
152

3
Ciprofloxacin x 100=1,97
152

14
Meropenem x 100=9,21
152

0,5
Cefixime x 100=0,33
152

14 , 64
Gentamisin x 100=9,63
152
4,5
Ceftadin x 100=2,96
152

24
Levofloxacin x 100=15,79
152

E. PEMBAHASAN

Pemantauan terapi obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup


kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional
untuk pasien. Kegiatan PTO ini meliputi: pengkajian pemilihan obat,
dosis, cara pemberian obat, respon terapi, reaksi obat yang tidak
dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi.
Pemantauan terapi obat harus dilakukan secara berkesinambungan dan
dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar keberhasilan ataupun
kegagalan terapi dapat diketahui.

Dalam pemantauan terapi obat dilakukan identifikasi masalah


terkait obat dimana kegiatan tersebut meliputi ada indikasi penyakit tetapi
tidak dilakukan terapi, pemilihan obat yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi,
dosis terlalu rendah, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan
interaksi obat. Setelah hal tersebut dikaji kemudian dilakukan rekomendasi
terapi sehingga pelaksanaan terapi bisa berjalan efektif.

Dari hasil praktikum penggunaan antibiotic pada pasien 1-5


didapatkan bahwa penggunaan ceftriaxone lebih banyak. Menurut
Guideline On Urological Infection bahwa golongan sefalospofin tergolong
antibiotic beta lactam yang mekanismenya menghambat metabolisme
dinding sel bakteri. Pada sefalosporin generasi I efektif terhadap gen
positif dan memiliki aktifitas sedang terhadap gram negatif. Penggunaan
terbanyak pada ceftriaxone yang termasuk generasi ke III lebih berkhasiat
bakteri di dalam fase pertumbuhan kuman dan aktif pada gram positif dan
gram negative. Memiliki aktifitas yang lebih besar dibandingkan
ciprofloxacin. Peningkatan signifikan dalam pergantian antibiotic.
Kemudian antibiotic yang masuk ke dalam DU 90% dengan urutan yang
tertinggi hingga terendah yaitu Ceftriaxone, Levofloxacin, Ciprofloxacin,
Meropenem, Cefoperazon sulbaktam, Cefazoline, Ceftazidine, DU 90%
merupakan metode yang simple dan tidak mahal dalam menilai kualitas
pada penggunaan obat.

Evaluasi menggunakan tabel Gyssens dilakukan dengan cara


menggolongkan setiap pemberian antibiotic menjadi 6 kategori, yaitu
kategori VI (penggunaan tidak tepat karena catatan rekam medis tidak
lengkap untuk dievaluasi), kategori V (penggunaan tidak tepat karena
tidak sesuai indikasi), kategori IVa (penggunaan tidak tepat karena ada
antibiotic lain yang lebih efektif), kategori IVb (penggunaan tidak tepat
karena ada antibiotic lain yang lebih aman), kategori IVc (penggunaan
tidak tepat karena ada antibiotic lain yang lebih murah), kategori IVd
(penggunaan tidak tepat karena ada antibiotic lain yang spektrumnya lebih
sempit atau spesifik), kategori IIIa (penggunaan tidak tepat karena terlalu
panjang pemberiannya), kategori IIIb (penggunaan tidak tepat karena
terlalu singkat pemberiannya), kategori IIa (penggunaan tidak tepat dosis
pemberian), kategori IIb (penggunaan tidak tepat interval pemberian),
kategori IIc (penggunaan tidak tepat cara pemberian), kategori I (waktu
pemberian tidak tepat) dan 0 dinyatakan penggunaan antibiotic tepat dan
rasional (tidak termasuk kategori I sampai VI).

F. DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pemantauan Terapi Obat.


Direktorat
Menteri Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar pelayanan Kefarmasin
di Rumah Sakit.
Dipiro, Joseph T. 2009. Pharmacotheraphy handbook Seventh Edition.
The McGraw-Hill Companies.
Stockley, I.H., Drug Interactions, University of Nottingham Medica
lSchool, Nottingham, 1994.FVDCVB.
Verity C M, Greenwood R, Golding J. Long term intellectual and
behavioral outcomes of children with febrile convulsions. N Engl J Med
1998; 338: 1723-28.

Anda mungkin juga menyukai