Anda di halaman 1dari 11

Rangkuman Mata Kuliah

RPS 4
(MASALAH ETIKA DALAM BISNIS)

Dosen Pengampu :
Dra. Ni Ketut Purnawati, M.S.

Oleh Kelompok 3:

05 Adinda Putri Wijayanti 1807521014


06 Ni Luh Yuliantari 1807521015

ETIKA BISNIS (EKU221M BP1)

PROGRAM STUDI S1 REGULER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bisnis modern dewasa ini orang dituntut untuk bersaing secara etis tanpa
mengenal adanya perlindungan dan dukungan politik tertentu, semua perusahaan bisnis mau
tidak mau harus bersaing berdasarkan prinsip etika tertentu. Sebagian besar orang
beranggapan bahwa dalam menjalankan bisnis seorang pebisnis tidak perlu mengindahkan
aturan-aturan, norma-norma serta nilai moral yang berlaku dalam bisnis karena bisnis
merupakan suatu persaingan, sehingga pelaku bisnis harus memfokuskan diri untuk berusaha
dengan berbagai macam cara dan upaya agar bisa menang dalam persaingan bisnis yang
ketat. Dalam bisnis terdapat aturan yang penuh dengan persaingan dan tentunya aturan-aturan
tersebut berbeda dengan aturan moral dan sosial yang biasa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Seorang pebisnis yang ingin mematuhi atau menerapkan aturan moral atau etika
akan berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Namun, anggapan tersebut tidak
sepenuhnya benar karena ternyata beberapa perusahaan dapat berhasil karena memegang
teguh kode etis dan komitmen moral tertentu.

Bisnis merupakan aktivitas yang penting dari masyarakat, sehingga norma dan nilai moral
yang dianggap baik dan berlaku di masyarakat dibawa dan diterapkan ke dalam kegiatan
bisnis. Oleh karena etika itu sangat penting bagi kelangsungan bisnis maka akan di bahas:

1 Relavitas moral dalam bisnis

2 Kode etik berbagai profesi

3 Kendala-kendala pelaksanaan etika bisnis

4 Antara keuntungan dan etika

5 Pro dan kontra etika dalam bisnis

6 Alasan meningkatnya perhatian dunia bisnis terhadap etika


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Relavitas Moral Dalam Bisnis

Menurut De George, ada tiga pandangan umum yang dianut :

a. Pandangan pertama adalah norma etis berbeda antara 1 tempat dengan tempat
lainnya. Artinya perusahaan harus mengikuti norma dan aturan moral yang
berlaku di negara tempat perusahaan tersebut beroperasi. Yang menjadi persoalan
adalah anggapan bahwa tidak ada nilai dan norma moral yang bersifat universal
yang berlaku di semua negara dan masyarakat, bahwa nilai dan norma moral yang
berlaku di suatu negara berbeda dengan yang berlaku di negara lain. Oleh karena
itu, menurut pandangan ini norma dan nilai moral bersifat relatif. Ini tidak benar,
karena bagaimanapun mencuri, merampas, dan menipu dimanapun juga akan
dikecam dan dianggap tidak etis.

b. Pandangan kedua adalah bahwa nilai dan norma moral sendiri paling benar dalam
arti tertentu mewakili kubu moralisme universal, yaitu bahwa pada dasarnya
norma dan nilai moral berlaku universal, dan karena itu apa yang dianggap benar
di negara sendiri harus diberlakukan juga di negara lain (karena anggapan bahwa
di negara lain prinsip itu pun pasti berlaku dengan sendirinya). Pandangan ini
didasarkan pada anggapan bahwa moralitas menyangkut baik buruknya perilaku
manusia sebagai manusia, oleh karena itu sejauh manusia adalah manusia,
dimanapun dia berada prinsip, nilai, dan norma moral itu akan tetap berlaku.

c. Pandangan ketiga adalah immoralis naif. Pandangan ini menyebutkan bahwa tidak
ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali.

2.2 Kode Etik Berbagai Profesi

Pengertian Kode Etik Berbagai Profesi menurut para ahli :

1) Anang Usman, SH., MSi

Menurut Anang Usman, SH., MSi, etika profesi adalah sikap hidup untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan profesional dari klien dengan keterlibatan dan
keahlian sebagai pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagai
keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang membutuhkannya dengan
disertai refleksi yang seksama

2) Siti Rahayu

Menurut Siti Rahayu (2010), pengertian etika profesi adalah kode etik untuk
profesi tertentu dan karenanya harus dimengerti selayaknya, bukan sebagai
etika absolut.

3) Kaiser

Menurut Kaiser (Suhrawardi Lubis, 1994:6-7), pengertian etika profesi adalah


sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional
terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan
dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.

Setiap perusahaan berusaha memiliki kode etik. Manfaat kode etik bagi perusahaan
daoat disebutkan sebagai berikut (Bertens,2000:382) :

1) Kode etik dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika


telah dijadikan sebagai corporate culture. Dengan adanya kode etik, secara
intern pegawai terikat dengan standar etis yang sama dan secara ekstern para
pihak yang berkepentingan akan memaklumi apa yang bisa diharapkan dari
perusahaan tersebut.

2) Kode etik dapat menghilangkan kawasan abu-abu (grey area) dibidang etika.
Beberapa ambiguitas moral yang sering merongrong perusahaan misalnya,
menerima komisi atau hadiah, kesungguhan perusahaan dalam memberantas
pemakaian tenaga kerja dibawah umur dan ketelibatan perusahaan dalam
pelestarian hidup.

3) Kode etik dapat menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab


sosialnya. Tanggung jawab bukanlah keharusan bagi perusahaan. Kode etik
perusahaan dapat menunjukkan itikad baik terhadap lingkungan sosialnya.

4) Kode etik menyediakan regulasi sendiri (self regulation) dan dalam batas
tertentu tidak perlu campur tangan pihak pemerintah dalam mengatasi
berbagai persoalan bisnis.
Kode etik perusahaan seringkali menunjukkan sikap optimis yang berlebihan
sehingga diragukan kemampuannya untuk memecahkan persoalan etis dalam
perusahaan. Kritik yang disampaikan terkait kode etik perusahaan adalah (Sutrisna
Dewi, 2011: 89) :

1) Kode etik sering hanya menjadi slogan belaka.Fungsi sebatas windowdressing


yang membuat pihak luar kagum,padahal belum tentu di jalankan.

2) Kode etik dirumuskan telalu umum dan tetap memerlukan keputusan


pimpinan dalam berbagai persoalan etis.Jika memerlukan keputusan pimpinan
maka kode etik sesungguhnya tidak diperlukan lagi.

3) Jarang ada penegakan kode etik dengan memberi sanksi untuk


pelanggaran.Ada atau tidak ada kode etik dirasa tidak ada perbedaannya
,sehingga kurang efektif dalam mendorng munculnya perilaku etis.

2.3 Kendala-kendala Pelaksanaan Etika Bisnis

Pencapaian tujuan etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa


masalah dan kendala. Keraf(1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu
(Sutrisna Dewi, 2011: 93) :

1) Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah.

Banyak di antara pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas,
bahkan menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan
mengabaikan etika bisnis, seperti memalsukan campuran, timbangan, ukuran,
menjual barang yang kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan keuangan.

2) Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan.

Konflik kepentingan ini muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai


pribadi yang dianutnya atau antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang
hendak dicapainya, atau konflik antara nilai pribadi yang dianutnya dengan
praktik bisnis yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan lainnya, atau
antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan masyarakat. Orang-orang
yang kurang teguh standar moralnya bisa jadi akan gagal karena mereka
mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.
3) Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil.

Hal ini diperkeruh oleh banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh
para elit politik, yang di satu sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi
lainnya memberi kesempatan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik
guna keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang
menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan peluang guna memperoleh
keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.

4) Lemahnya penegakan hukum.

Banyak orang yang sudah divonis bersalah di pengadilan bisa bebas


berkeliaran dan tetap memangku jabatannya di pemerintahan. Kondisi ini
mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-norma
etika.

5) Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode
etik bisnis dan manajemen.

Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode
etik bisnis dan manajemen. Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi
perusahaan di bawahnya belum secara khusus menangani penyusunan dan
penegakkan kode etik bisnis dan manajemen. Di Amerika Serikat terdapat
sebuah badan independen yang berfungsi sebagai badan register akreditasi
perusahaan, yaitu American Society for Quality Control (ASQC)

2.4 Antara Keuntungan dan Etika

Bisnis sering dibayangkan sebagai sebuah medan pertempuran. Terjun ke dunia bisnis
berarti siap untuk bertempur habis-habisan dengan sasaran akhir meraih keuntungan,
bahkan keuntungan sebesar-besarnya secara konstan. Sebagaimana dianut pandangan
bisnis yang ideal bahwa keuntungan adalah hal yang pokok bagi kelangsungan bisnis,
walaupun bukan merupakan tujuan satu-satunya. Dari sudut pandang etika,
keuntungan bukanlah hal yang buruk. Bahkan secara moral, keuntungan merupakan
hal yang baik dan diterima,karena (Sutrisna Dewi, 2011: 63) :
1) Keuntungan memungkinkan suatu perusahaan bertahan dalam bisnisnya

2) Tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia


menanamkan modalnya, karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas ekonomi
yang produktif demi memacu pertumbuhan ekonomi yang menjamin
kemakmuran nasional

3) Keuntungan memungkinkan perusahaan tidak hanya bertahan, melainkan juga


dapat menghidupi pegawai-pegawainya, bahkan pada tingkat dan taraf hidup
yang semakin baik.

2.5 Pro dan Kontra Etika Dalam Bisnis

Pro dan kontra etika bisnis tersebut tidak terlepas dari karakter dari masing-masing
individu itu sendiri, karena pada hakekatnya masing-masing individu telah membawa
masing-masing norma yang berlaku didaerahnya, maupun berasal dari keluarga nya
sendiri,inilah yang terkadang membuat orang-orang susah menyesuaikan dengan etika
bisnis yang sekarang dimana sering terjadinya gesekan-gesekan yang membuat selisih
paham antar karyawan dalam suatu perusahaan.

Contoh yang paling lumrah adalah antara cabang dengan induk dimana perusahaan
induk telah mengeluarkan peraturan-peraturan yang mencakup etika bisnis yang
dijelaskan dengan cabang-cabangnya namun ada beberapa cabang yang tidak
menjalankan etika tersebut dengan baik,atau memodifikasi nya dengan etika dari
pribadi masing-masing individu.

Sebagian orang menggangap etika bisnis ini berguna bagi perusahaan nya karena
dengan etika bisnis perusahaan dapat mudah mengatur karyawan-karyawan disana
dan juga membantu atasan dalam menetukan keputusan berbisnis.

Sebagian orang juga tidak setuju dengan etika bisnis karena merka "Dipaksa" untuk
mengikuti norma yang berlaku disuatu perusahaan yang membuat mereka harus
menyesuaikan tiap-tiap perusahaan (apabila mereka pindah kerja) sehingga disatu titik
mereka akan jenuh dan akhirnya melakukan kecurangan di perusahaan tersebut.
2.6 Alasan Meningkatnya Perhatian Dunia Bisnis Terhadap Etika

Alasan Meningkatnya Perhatian Dunia Bisnis Menjadi prilaku bisnis yang lebih
bermoral berarti memperhatikan dan menilai hubungan pihak berkepentingan, baik
yang ada di dalam maupun di luar perusahaan. Jadi, perubahan nilai-nilai masyarakat
dan tuntutan terhadap dunia bisnis mengakibatkan adanya kebutuhan yang semakin
meningkat terhadap standar etika sebagian dari kebijakan bisnis (Sutrisna Dewi, 2011:
91).

Leonard Brooks menyebutkan terdapat 6 alasan mengapa dunia bisnis semakin


meningkatkan perhatian terhadap etika bisnis yaitu :

1) Krisis publik tentang kepercayaan

Pada umumnya, public kurang percaya terhadap kredibilitas dan konstribusi


perusahaan kepada masyarakat. Skandal demi skandal perusahaan telah
terjadi, sehingga memudarkan kepercayaan public. Dewasa ini makin banyak
pimpinan puncak perusahaan merumuskan standar etika perusahaan untuk
mengontrol perilaku yang curang dan memperbaiki daya saing.

2) Kepedulian terhadap kualitas kehidupan kerja

Kekuatan pendorong kedua yang membangkitkan kesadaran terhadap etika


bisnis adalah meningkatnya nilai-nilai masyarakat pada mutu kehidupan kerja
atau quality of works life (QWL). Hal ini tampak pada fleksibilitas waktu
kerja, penekanan pada kebugaran dan kesehatan. Jadi, terdapat titik temu
Antara kepentingan sosial pegawai dengan kebutuhan perusahaan.

3) Hukuman terhadap tindakan yang tidak etis

Hukuman secara yudiris dan ekonomi dikenakan pada perusahaan-perusahaan


yang melakukan tindakan illegal, seperti diskriminasi pekerjaan, pelanggaran
standar polusi, keamanan dan kesehatan kondisi kerja. Pemerintah dinegara-
negara maju telah menyatakan tekad untuk menegakkan hukum guna
melindungi lingkungan alam dan pegawai dari praktek manajemen yang
sewenang-wenang.
4) Kekuatan kelompok pemerhati khusus

Kelompok pemerhati khusus (Lembaga Swadaya Masyarakat-LSM)


senantiasa menjadikan korporasi yang mengancam kesejahteraan public
sebagai sasaran media masa. Lembaga perlindungan konsumen, akan
menyampaikan keritik yang bisa berdampak negative pada kepercayaan
konsumen apabila ditemukan adanya penyimpangan yang dilakukan korporasi.

5) Peran media dan publisitas

Publisitas melalui peningkatakn perhatian media massa juga menjadi


kepedulian korporasi dewasa ini. Media massa sebagai pihak berkepentingan
sangat berpengaruh dalam membentuk opini public tentang korporasi. Oleh
karena itu, korporasi senantiasa membina hubungan dengan media massa dan
reponsif terhadap media massa.

6) Mengubah format organisasi dan etika perusahaan

Bagi korporasi yang berkembang dengan jaringan usaha yang luas dan
terpencar secara geografis, mempunyai aliansi, mitra usaha, pusat keuntungan
yang independen, timbul masalah etis yang menyangkut operasional korporasi.
Struktur organisasi, hubungan tanggungjawab antar unit dan jaringan
korporasi senantiasa perlu dikaji ulang dari sudut efisiensi, efektivitas dan
nilai-nilai pedoman aplikasinya untuk tingkatan organisasi maupun individu.
BAB III
KESIMPULAN

1) Tiga pandangan umum yang dianut Pandangan pertama adalah norma etis berbeda
antara 1 tempat dengan tempat lainnya, Pandangan kedua adalah bahwa nilai dan
norma moral sendiri paling benar dalam arti tertentu mewakili kubu moralisme
universal dan Pandangan ketiga adalah immoralis naif.

2) Pengertian Etika Profesi (professional ethics) adalah sikap hidup berupa keadilan
untuk dapat/bisa memberikan suatu pelayanan professional terhadap masyarakat
itudengan penuh ketertiban serta juga keahlian yakni sebagai pelayanan dalam rangka
melakukan tugas yang merupakan kewajiban terhadap masyarakat.

3) Kendala-kendala pelaksanaan etika bisnis menurut keraf yaitu Standar moral para
pelaku bisnis pada umumnya masih lemah, Banyak perusahaan yang mengalami
konflik kepentingan, Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil, Lemahnya
penegakan hukum dan Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk
menegakkan kode etik bisnis dan manajemen.

4) Keuntungan memungkinkan perusahaan tidak hanya bertahan melainkan juga dapat


menghidupi karyawan-karyawannya bahkan pada tingkat dan taraf hidup yang lebih
baik. Ada beberapa argumen yang dapat diajukan disini untuk menunjukkan bahwa
justru demi memperoleh keuntungan etika sangat dibutuhkan, sangat relevan, dan
mempunyai tempat yang sangat strategis dalam bisnis dewasa ini.

5) Pro dan kontra etika bisnis tersebut tidak terlepas dari karakter dari masing-masing
individu itu sendiri, karena pada hakekatnya masing-masing individu telah membawa
masing-masing norma yang berlaku didaerahnya.

6) Enam alasan mengapa dunia bisnis semakin meningkatkan perhatian terhadap etika
bisnis yaitu, krisis publik tentang kepercayaan,, kepedulian terhadap kualitas
kehidupan kerja, hukuman terhadap tindakan yang tidak etis, kekuatan kelompok
pemerhati khusus, peran media dan publisitas dan mengubah format organisasi dan
etika perusahaan
DAFTAR REFERENSI

SutrisnaDewi, 2011, EtikaBisnis;Konsep Dasar Implementasi & Kasus, Cetakan Pertama,


Udayana University Press, Denpasar

Bertens, K. 1993. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

https://www.coursehero.com/file/18054672/Relativitas-Moral-Dalam-Bisnis-SAP-4/

https://www.maxmanroe.com/vid/karir/etika-profesi.html

https://istanafeli.wordpress.com/2016/11/12/kendala-dalam-mewujudkan-kinerja-bisnis-etis/

https://www.literasipublik.com/antara-etika-bisnis-dan-keuntungan

https://www.kompasiana.com/fandilc/5b46b67ccf01b47196236172/etika-bisnis-pro-dan-
kontra

Anda mungkin juga menyukai