RMK RPS 4 - Kelompok 3 - Masalah Etika Dalam Bisnis
RMK RPS 4 - Kelompok 3 - Masalah Etika Dalam Bisnis
RPS 4
(MASALAH ETIKA DALAM BISNIS)
Dosen Pengampu :
Dra. Ni Ketut Purnawati, M.S.
Oleh Kelompok 3:
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bisnis modern dewasa ini orang dituntut untuk bersaing secara etis tanpa
mengenal adanya perlindungan dan dukungan politik tertentu, semua perusahaan bisnis mau
tidak mau harus bersaing berdasarkan prinsip etika tertentu. Sebagian besar orang
beranggapan bahwa dalam menjalankan bisnis seorang pebisnis tidak perlu mengindahkan
aturan-aturan, norma-norma serta nilai moral yang berlaku dalam bisnis karena bisnis
merupakan suatu persaingan, sehingga pelaku bisnis harus memfokuskan diri untuk berusaha
dengan berbagai macam cara dan upaya agar bisa menang dalam persaingan bisnis yang
ketat. Dalam bisnis terdapat aturan yang penuh dengan persaingan dan tentunya aturan-aturan
tersebut berbeda dengan aturan moral dan sosial yang biasa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Seorang pebisnis yang ingin mematuhi atau menerapkan aturan moral atau etika
akan berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Namun, anggapan tersebut tidak
sepenuhnya benar karena ternyata beberapa perusahaan dapat berhasil karena memegang
teguh kode etis dan komitmen moral tertentu.
Bisnis merupakan aktivitas yang penting dari masyarakat, sehingga norma dan nilai moral
yang dianggap baik dan berlaku di masyarakat dibawa dan diterapkan ke dalam kegiatan
bisnis. Oleh karena etika itu sangat penting bagi kelangsungan bisnis maka akan di bahas:
PEMBAHASAN
a. Pandangan pertama adalah norma etis berbeda antara 1 tempat dengan tempat
lainnya. Artinya perusahaan harus mengikuti norma dan aturan moral yang
berlaku di negara tempat perusahaan tersebut beroperasi. Yang menjadi persoalan
adalah anggapan bahwa tidak ada nilai dan norma moral yang bersifat universal
yang berlaku di semua negara dan masyarakat, bahwa nilai dan norma moral yang
berlaku di suatu negara berbeda dengan yang berlaku di negara lain. Oleh karena
itu, menurut pandangan ini norma dan nilai moral bersifat relatif. Ini tidak benar,
karena bagaimanapun mencuri, merampas, dan menipu dimanapun juga akan
dikecam dan dianggap tidak etis.
b. Pandangan kedua adalah bahwa nilai dan norma moral sendiri paling benar dalam
arti tertentu mewakili kubu moralisme universal, yaitu bahwa pada dasarnya
norma dan nilai moral berlaku universal, dan karena itu apa yang dianggap benar
di negara sendiri harus diberlakukan juga di negara lain (karena anggapan bahwa
di negara lain prinsip itu pun pasti berlaku dengan sendirinya). Pandangan ini
didasarkan pada anggapan bahwa moralitas menyangkut baik buruknya perilaku
manusia sebagai manusia, oleh karena itu sejauh manusia adalah manusia,
dimanapun dia berada prinsip, nilai, dan norma moral itu akan tetap berlaku.
c. Pandangan ketiga adalah immoralis naif. Pandangan ini menyebutkan bahwa tidak
ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali.
Menurut Anang Usman, SH., MSi, etika profesi adalah sikap hidup untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan profesional dari klien dengan keterlibatan dan
keahlian sebagai pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagai
keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang membutuhkannya dengan
disertai refleksi yang seksama
2) Siti Rahayu
Menurut Siti Rahayu (2010), pengertian etika profesi adalah kode etik untuk
profesi tertentu dan karenanya harus dimengerti selayaknya, bukan sebagai
etika absolut.
3) Kaiser
Setiap perusahaan berusaha memiliki kode etik. Manfaat kode etik bagi perusahaan
daoat disebutkan sebagai berikut (Bertens,2000:382) :
2) Kode etik dapat menghilangkan kawasan abu-abu (grey area) dibidang etika.
Beberapa ambiguitas moral yang sering merongrong perusahaan misalnya,
menerima komisi atau hadiah, kesungguhan perusahaan dalam memberantas
pemakaian tenaga kerja dibawah umur dan ketelibatan perusahaan dalam
pelestarian hidup.
4) Kode etik menyediakan regulasi sendiri (self regulation) dan dalam batas
tertentu tidak perlu campur tangan pihak pemerintah dalam mengatasi
berbagai persoalan bisnis.
Kode etik perusahaan seringkali menunjukkan sikap optimis yang berlebihan
sehingga diragukan kemampuannya untuk memecahkan persoalan etis dalam
perusahaan. Kritik yang disampaikan terkait kode etik perusahaan adalah (Sutrisna
Dewi, 2011: 89) :
Banyak di antara pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas,
bahkan menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan
mengabaikan etika bisnis, seperti memalsukan campuran, timbangan, ukuran,
menjual barang yang kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan keuangan.
Hal ini diperkeruh oleh banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh
para elit politik, yang di satu sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi
lainnya memberi kesempatan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik
guna keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang
menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan peluang guna memperoleh
keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
5) Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode
etik bisnis dan manajemen.
Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode
etik bisnis dan manajemen. Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi
perusahaan di bawahnya belum secara khusus menangani penyusunan dan
penegakkan kode etik bisnis dan manajemen. Di Amerika Serikat terdapat
sebuah badan independen yang berfungsi sebagai badan register akreditasi
perusahaan, yaitu American Society for Quality Control (ASQC)
Bisnis sering dibayangkan sebagai sebuah medan pertempuran. Terjun ke dunia bisnis
berarti siap untuk bertempur habis-habisan dengan sasaran akhir meraih keuntungan,
bahkan keuntungan sebesar-besarnya secara konstan. Sebagaimana dianut pandangan
bisnis yang ideal bahwa keuntungan adalah hal yang pokok bagi kelangsungan bisnis,
walaupun bukan merupakan tujuan satu-satunya. Dari sudut pandang etika,
keuntungan bukanlah hal yang buruk. Bahkan secara moral, keuntungan merupakan
hal yang baik dan diterima,karena (Sutrisna Dewi, 2011: 63) :
1) Keuntungan memungkinkan suatu perusahaan bertahan dalam bisnisnya
Pro dan kontra etika bisnis tersebut tidak terlepas dari karakter dari masing-masing
individu itu sendiri, karena pada hakekatnya masing-masing individu telah membawa
masing-masing norma yang berlaku didaerahnya, maupun berasal dari keluarga nya
sendiri,inilah yang terkadang membuat orang-orang susah menyesuaikan dengan etika
bisnis yang sekarang dimana sering terjadinya gesekan-gesekan yang membuat selisih
paham antar karyawan dalam suatu perusahaan.
Contoh yang paling lumrah adalah antara cabang dengan induk dimana perusahaan
induk telah mengeluarkan peraturan-peraturan yang mencakup etika bisnis yang
dijelaskan dengan cabang-cabangnya namun ada beberapa cabang yang tidak
menjalankan etika tersebut dengan baik,atau memodifikasi nya dengan etika dari
pribadi masing-masing individu.
Sebagian orang menggangap etika bisnis ini berguna bagi perusahaan nya karena
dengan etika bisnis perusahaan dapat mudah mengatur karyawan-karyawan disana
dan juga membantu atasan dalam menetukan keputusan berbisnis.
Sebagian orang juga tidak setuju dengan etika bisnis karena merka "Dipaksa" untuk
mengikuti norma yang berlaku disuatu perusahaan yang membuat mereka harus
menyesuaikan tiap-tiap perusahaan (apabila mereka pindah kerja) sehingga disatu titik
mereka akan jenuh dan akhirnya melakukan kecurangan di perusahaan tersebut.
2.6 Alasan Meningkatnya Perhatian Dunia Bisnis Terhadap Etika
Alasan Meningkatnya Perhatian Dunia Bisnis Menjadi prilaku bisnis yang lebih
bermoral berarti memperhatikan dan menilai hubungan pihak berkepentingan, baik
yang ada di dalam maupun di luar perusahaan. Jadi, perubahan nilai-nilai masyarakat
dan tuntutan terhadap dunia bisnis mengakibatkan adanya kebutuhan yang semakin
meningkat terhadap standar etika sebagian dari kebijakan bisnis (Sutrisna Dewi, 2011:
91).
Bagi korporasi yang berkembang dengan jaringan usaha yang luas dan
terpencar secara geografis, mempunyai aliansi, mitra usaha, pusat keuntungan
yang independen, timbul masalah etis yang menyangkut operasional korporasi.
Struktur organisasi, hubungan tanggungjawab antar unit dan jaringan
korporasi senantiasa perlu dikaji ulang dari sudut efisiensi, efektivitas dan
nilai-nilai pedoman aplikasinya untuk tingkatan organisasi maupun individu.
BAB III
KESIMPULAN
1) Tiga pandangan umum yang dianut Pandangan pertama adalah norma etis berbeda
antara 1 tempat dengan tempat lainnya, Pandangan kedua adalah bahwa nilai dan
norma moral sendiri paling benar dalam arti tertentu mewakili kubu moralisme
universal dan Pandangan ketiga adalah immoralis naif.
2) Pengertian Etika Profesi (professional ethics) adalah sikap hidup berupa keadilan
untuk dapat/bisa memberikan suatu pelayanan professional terhadap masyarakat
itudengan penuh ketertiban serta juga keahlian yakni sebagai pelayanan dalam rangka
melakukan tugas yang merupakan kewajiban terhadap masyarakat.
3) Kendala-kendala pelaksanaan etika bisnis menurut keraf yaitu Standar moral para
pelaku bisnis pada umumnya masih lemah, Banyak perusahaan yang mengalami
konflik kepentingan, Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil, Lemahnya
penegakan hukum dan Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk
menegakkan kode etik bisnis dan manajemen.
5) Pro dan kontra etika bisnis tersebut tidak terlepas dari karakter dari masing-masing
individu itu sendiri, karena pada hakekatnya masing-masing individu telah membawa
masing-masing norma yang berlaku didaerahnya.
6) Enam alasan mengapa dunia bisnis semakin meningkatkan perhatian terhadap etika
bisnis yaitu, krisis publik tentang kepercayaan,, kepedulian terhadap kualitas
kehidupan kerja, hukuman terhadap tindakan yang tidak etis, kekuatan kelompok
pemerhati khusus, peran media dan publisitas dan mengubah format organisasi dan
etika perusahaan
DAFTAR REFERENSI
https://www.coursehero.com/file/18054672/Relativitas-Moral-Dalam-Bisnis-SAP-4/
https://www.maxmanroe.com/vid/karir/etika-profesi.html
https://istanafeli.wordpress.com/2016/11/12/kendala-dalam-mewujudkan-kinerja-bisnis-etis/
https://www.literasipublik.com/antara-etika-bisnis-dan-keuntungan
https://www.kompasiana.com/fandilc/5b46b67ccf01b47196236172/etika-bisnis-pro-dan-
kontra