Makalah PAN Dan PAP
Makalah PAN Dan PAP
Disusun oleh:
TIM AHLI 2
1. Tina Dwi Lestari (06131181419013)
2. Venny Astriani (06131181419016)
3. M. Imam Santoso (06131181419021)
4. Rizqy Aafiyah Nafisa (06131281419036)
5. Sutrisno (06131281419075)
6. Nurul Fauziah (06131281419079)
Dosen Pengasuh:
1. Esti Susiloningsih, M.Pd.
2. Vina Amilia Suganda, M.Pd.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Menggunakan PAN
dan PAP dalam Pemberian Nilai”Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Asesmen Pembelajaran, Pendidikan Guru
Sekolah Dasar di Universitas Sriwijaya.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB I......................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................1
Acuan Penilaian.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan Makalah...........................................................................1
BAB II.....................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................3
Acuan Penilaian.......................................................................................3
A. Penilaian Acuan Patokan (PAP)..................................................3
B. Penilaian Acuan Norma..............................................................5
C. Persamaan dan Perbedaan PAN dan PAP...................................7
D. Perbandingan PAP dan PAN.......................................................9
E. Kelebihan dan Kekurangan PAN dan PAP.................................10
F. Contoh Penerapan PAP dan PAN...............................................11
BAB III....................................................................................................17
PENUTUP...............................................................................................17
A. Kesimpulan..................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam proses belajar mengajar pasti akan ada tahap evaluasi untuk mengukur
sejauh mana tingkat keberhasilan dari proses belajar mengajar tersebut. Evaluasi
merupakan sarana untuk mengetahui keberhasilan suatu proses pendidikan, juga
dapat dijadikan pedoman untuk menciptakan kurikulum-kurikulum baru. Dalam
proses evaluasi ada istilah yang disebut penilaian. Secara umum, proses penilaian
merupakan proses untuk mengolah data atau angka-angka dari skor menjadi
beberapa kriteria tertentu yang meliputi baik-buruk, tinggi-rendah, sempurna-
tidak sempurna, yang mana dari keseluruhan kriteria tersebut memiliki makna
evaluatif.
Hasil dari penilaian dalam evaluasi pembelajaran tersebut tertuang dalam
nilai. Nilai dapat berupa angka dan huruf. Nilai angka atau huruf umumnya
merupakan hasil tes atau ujian yang diberikan guru kepada siswa setelah mereka
mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Bagi para pendidik, masalah
penilaian pendidikan adalah masalah yang selalu implisitdalam pekerjaan
pendidikan, sehingga oleh karena itu sudah seharusnya menjadi salah satu bagian
penting dalam kelengkapan keahlian seorang pendidik. Cara pendidik melakukan
penilaian itu sangat bermacam-macam, ada yang berupa tes dan nontes.
Dalam pengolahan nilai, ada kriteria atau acuan tertentu, baik itu penilaian
acuan patokan (PAP) atau penilaian acuan norma (PAN). Penilaian acuan patokan
(PAP) merupakan penilaian yang diacukan pada tujuan instruksional yang harus
dikuasai oleh siswa, sedangkan penilaian acuan norma (PAN) merupakan
penilaian yang digunakan untuk menentukan derajat prestasi seorang siswa
dibanding nilai rata-rata perkelasnya. Kedua jenis acuan penilaian tersebut akan
dibahas lebih lanjut di makalah ini.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Penilaian Acuan Patokan (PAP) ?
2. Apa pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN) ?
3. Apa sajakah persamaan dan perbedaan PAN dan PAP ?
1
4. Bagaimanakah perbandingan antara PAP dan PAN ?
5. Apa kelebihan serta kekurangan dari Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan
Penilaian Acuan Norma (PAN)?
6. Bagaimanakah contoh penerapan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan
Penilaian Acuan Norma (PAN) ?
C. Tujuan pembahasan
1. Mengetahui pengertian Penilaian Acuan Patokan (PAP)
2. Mengetahui pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN)
3. Mengetahui persamaan dan perbedaan PAN dan PAP
4. Mengetahui perbandingan antara PAP dan PAN
5. Mengetahui kelebihan serta kekurangan dari Penilaian Acuan Patokan
(PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN)
6. Mengetahui contoh penerapan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan
Penilaian Acuan Norma (PAN)
2
BAB II
PEMBAHASAN
Acuan Penilaian
Di dalam setiap kegiatan belajar mengajar selalu dilakukan penilaian.
Hasil penilaian disajikan dalam bentuk nilai angka atau huruf. Dalam hal ini, ada
lembaga pendidikan yang menggunakan nilai angka dengan skala 0 sampai 100,
dan ada pula yang menggunakan nilai angka itu dengan skala 0 sampai 10. Di
perguruan tinggi umumnya dipergunakan nilai huruf, yaitu A, B, C, D, dan E atau
TL.
Nilai angka atau nilai huruf itu umumnya merupakan hasil tes atau ujian
yang diberikan oleh guru atau dosen kepada para siswa atau mahasiswanya setelah
mereka mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Nilai-nilai tersebut
dimasukkan ke dalam buku laporan pendidikan (buku raport), surat tanda tamat
belajar (STTB), ijazah atau daftar nilai lainnya.
3
tingkat pencapaian penguasaan (mastery) siswa tentang materi pengajaran sesuai
dengan tujuan (instruksional) yang telah ditetapkan.
Sebagai contoh misalnya: untuk dapat diterima sebagai calon tenaga
pengajar di perguruan tinggi adalah IP minimal 3,00 dan setiap calon harus lulus
tes potensi akademik yang diadakan oleh lembaga yang bersangkutan.
Berdasarkan kriteria di atas siapapun calon yang tidak memenuhi persyaratan di
atas maka dinyatakan gagal dalam tes atau tidak diterima sebagai calon tenaga
pengajar.
Seperti uraian di atas tingkat kemampuan atau kelulusan seseorang
ditentukan oleh tercapai tidaknya kriteria. Misalnya seseorang dikatakan telah
menguasai satu pokok bahasan/ kompetensi bilamana ia telah menjawab dengan
benar 75% dari butir soal dalam pokok bahasan / kompetensi tersebut. Jawaban
yang benar 75% atau lebih dinyatakan lulus, sedang jawaban yang kurang dari
75% dinyatakan belum berhasil dan harus mengulang kembali.
Muncul pertanyaan bahwa apakah siswa yang dapat menjawab benar 75%
ke atas juga akan memperoleh nilai yang sama? Hal ini tergantung pada sistem
penilaian yang digunakan. Jika hanya menggunakan kriteria lulus dan tidak lulus,
berarti siswa yang menjawab benar 75% ke atas adalah lulus, demikian juga
sebaliknya siswa yang menjawab benar kurang dari 75% tidak lulus. Apabila
sistem penilaian yang digunakan menggunakan model A, B, C, D atau standar
yang lain, kriteria ditetapkan berdasarkan rentangan skor atau skala interval.
Patokan yang digunakan dalam PAP bersifat mutlak, artinya kriteria itu
bersifat tetap untuk jangka waktu tertentu dan berlaku bagi semua siswa. Penilaian
dengan PAP ini sudah seharusnya digunakan dalam pelaksanaa tes formatif, agar
ketercapaian kompetensi minimal 75% dapat diketahui.
4
siswa/mahasiswa dinilai dengan kriteria yang telah ditentukan;
Seringkali dihubungkan dengan penguasaan pembelajaran, misalnya lulus-
gagal dalam test tertentu;
Mengenali apa yang diketahui dan dapat dilakukan siswa/mahasiswa.
5
siswa dalam satu proses pembelajaran sesuai dengan tingkat penguasaan pada
kelompok tersebut. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan skor pada
kelompok itu.
Dalam hal ini “norma” berarti kapasistas atau prestasi kelompok,
sedangkan “kelompok” adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut dapat
kelompok siswa dalam satu kelas, sekolah, rayon, propinsi, dan lain-lain. PAN
juga dapat dikatakan penilaian “apa adanya” dengan pengertian bahwa acuan
pembandingnya semata-mata diambil dari kenyataan yang diperoleh (rata-rata dan
simpangan baku) pada saat penilaian dilakukan dan tidak dikaitkan dengan hasil
pengukuran lain.
Tujuan penilaian acuan norma adalah untuk membedakan peserta didik atas
kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang terendah sampai
dengan tertinggi. Secara ideal, pendistribusian tingkat kemampuan dalam satu
kelompok menggambarkan suatu kurva normal.
Dalam penerapan sistem PAN ada dua hal pokok yang harus ditetapkan
yaitu: banyaknya siswa yang akan lulus dan penetapan batas lulus. Terdapat dua
cara di dalam menentukan batas kelulusan antara lain: menetapkan terlebih dahulu
jumlah yang diluluskan, misalnya 75% dari seluruh peserta tes, kemudian skor
tiap siswa disusun dan diranking sehingga akan diketemukan skor terendah. Cara
kedua dengan menggunakan data statistik yang terdapat dalam kurva normal
dengan menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku, sehingga akan
diketemukan luas daerah kurva normal atau jumlah anak yang diluluskan.
Peringkat dan klasifikasi anak yang didasarkan pada penilaian acuan
norma lebih banyak mendorong kompetisi daripada membangun semangat
kerjasama. Lagi pula tidak menolong sebagian besar peserta didik yang
mengalami kegagalan. Dengan kata lain, keberhasilan peserta didik hanya
ditentukan oleh kelompoknya. Dalam Kurikulum pendidikan, prestasi peserta
didik ditentukan oleh perbandingan antara pencapaian sebelum dan sesudah
pembelajaran, serta kriteria penguasaan kompetensi yang ditentukan.
Misalnya seorang peserta Diklat mendapat skor 75 (hanya 75% dari tujuan
instruksional yang dicapai) dapat diberi nilai 9 dalam penilaian acuan kelompok.
Atau peserta Diklat yang hanya mendapat skor 35 dapat diberi nilai 6, sehingga
6
dapat lulus dalam tingkat penguasaan 35%. Tetapi dapat terjadi bahwa Peserta
Diklat yang mendapat skor 75 tidak berhasil lulus karena peserta-peserta lain
dalam kelompoknya mendapat nilai diatas 75 (75% dari tujuan tercapai). Contoh
lain, Jika nilai rata-rata kelompok/kelasnya rendah, misalnya skor 40 dari 100,
maka siswa yang memperoleh nilai 45 sudah dikatakan baik atau lulus, sebab
berada diatas rata-rata kelas. Padahal skor 45 dari skor maksimum skor 100
termasuk rendah.
Kelemahan sistem PAN dapat terlihat jelas bahwa tes apapun, dalam
kelompok apapun, dengan kadar prestasi yang bagaimanapun pemberian nilai
dengan model pendekan PAN selalu dapat dilakukan.
Oleh karena itu penggunaan model pendekatan ini dapat dilakukan dengan
baik apabila memenuhi syarat antara lain:
skor nilai terpencar atau dapat dianggap terpencar sesuai dengan pencaran
kurva normal;
jumlah yang dinilai minimal 50 orang atau lebih dari 100 orang dalam arti
sampel yang digunakan besar.
7
c. Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua
pengukuran sama-sama memerlukan item-item yang disusun dalam suatu tes
dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrument
d. Kedua pengukuran memerlukan persayartan pokok, yaitu validitas dan
reliabilitas. Validitas yaitu apakah item yang disusun mengukur apa yang
hendak diukur, sedangkan realibilitas yaitu apakah item tes memiliki hasil
keajegan atau konsistensi
e. Kedua pegukuran tersebut sama manfaatnya, yaitu alat pengumpul data siswa
yang di evaluasi
b. PAP
1) Merupakan tipe pengukuran yang berfokus pada penentuan domain
tugas belajar dengan tingkat kesulitan sejumlah item sesuai dengan
tugas pembelajaran
2) Menekankan penggambaran tugas apa yang telah dipelajari oleh para
siswa
3) Item kesulitan sesuai dengan tugas pembelajaran, tanpa
menghilangkan item atau soal yag memiliki tingkat kesulitan rendah
8
4) Lebih banyak digunakan, khususnya untuk kelas dengan tugas
pembelajaran dengan konsep atau penguasaan materi belajar (mastery
learnig)
5) Interpretasi memerlukan grup tertentu dengan memenuhi kriteria
tertentu atau domain pencapaian belajar.
9
No. Penilaian Acuan Patokan Penilaian Acuan Normatif
(PAP) (PAN)
8. PAP memberikan penjelasan PAN memberikan skor yang
tentang penguasaan menggambarkan penguasaan
kelompok terhadap satu atau kelompok
sejumlah tujuan
9. Mudah menentukan materi Sukar menentukan dan memberi
yang belum dikuasai peserta bantuan materi yang belum
didik dan mudah memberikan dikuasai peserta didik
bantuan untuk menguasainya
10 Baik PAP maupun PAN diperlukan dalam pengukuran, karena
keputusan yang tepat untuk memilih alat ukur yang digunakan
akan sangat menentukan, misal alat ukur untuk UN berbeda
dengan alat ukur untuk UMPT
Kelebihan PAP :
1. Dapat membantu guru merancang program remidi
2. Tidak membutuhkan perhitungan statistic yang rumit
3. Dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
4. Nilainya bersifat tetap selama standar yang digunakan sama.
5. Hasil penilaian dapat digunakan untuk umpan balik atau untuk mengetahui
apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum.
6. Banyak digunakan untuk kelas dengan materi pembelajaran berupa
konsep.
7. Mudah menilai karena ada patokan
10
1. Relatif agak rumit, karena perlu waktu untuk menyetujui sebuah
kriteria dan standar;
2. Beresiko mengembangkan daftar nama kriteria yang berlainan;
11
1. Contoh Penerapan PAP
Contoh 1:
Seorang guru merencanakan tes hasil belajar dalam bidang studi Bahasa
Indonesia. Soal-soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut terdiri atas 75 butir soal
tes obyektif dan 1 butir soal tes uraian dengan rincian sbb :
Jumlah Bobot
Nomor
Bentuk Tes/Model Soal Butir Jawaban Skor
Butir Soal
Soal Betul
01-10 Tes Obyektif bentuk True- 10 1 10
False
11-20 Tes Obyektif bentuk 10 1 10
Matching
21-30 Tes Obyektif bentuk 10 1 10
Completion
31-40 Tes Obyektif bentuk MCI 10 1 10
model melengkapi lima
pilihan
41-50 Tes Obyektif bentuk MCI 10 1½ 15
model melengkapi berganda
51-60 Tes Obyektif bentuk MCI 10 1½ 15
model asosiasi dengan lima
pilihan
61-70 Tes Obyektif bentuk MCI 10 2 20
model analisis hubungan
antarhal
71-75 Tes Obyektif bentuk MCI 5 4 20
model analisis kasus
76 Tes Uraian 1 10 10
Skor Maksimum Ideal 120
12
1. 60 60/120 X 100 = 50
2. 40 40/120 X 100 = 33
3. 80 80/120 X 100 = 67
4. 30 30/120 X 100 = 25
5. 75 75/120 X 100 = 62
6. 52 52/120 X 100 = 43
7. 59 59/120 X 100 = 49
8. 71 71/120 X 100 = 59
9. 41 41/120 X 100 = 34
10. 58 58/120 X 100 = 48
11. 61 61/120 X 100 = 51
12. 56 56/120 X 100 = 47
13. 53 53/120 X 100 = 44
14. 63 63/120 X 100 = 52
15. 85 785/120 X 100 = 71
16. 54 54/120 X 100 = 45
17. 60 60/120 X 100 = 50
18. 49 49/120 X 100 = 41
19. 55 55/120 X 100 = 46
20. 43 43/120 X 100 = 36
Dari nilai-nilai yang telah diperoleh, maka jika diterjemahkan menjadi nilai huruf
dengan patokan adalah :
Rentang Skor Nilai
Nilai 80 s.d. 100 = A
Nilai 70 s.d. 79 = B
Nilai 60 s.d. 69 = C
Nilai 45 s.d. 59 = D
Nilai < 44 = E / Tidak lulus
Maka dari 20 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar tersebut tidak
ada seorang pun yang mendapat nilai A, yang mendapat nilai B hanya 1 orang
(5%), Nilai C dicapai oleh 2 orang siswa (10 %), Nilai D ada 10 orang siswa
(50%) dan siswa yang tidak lulus pada tes bidang studi Bahasa Indonesia ini ada 7
orang siswa (35%).
13
1. Suatu kelompok peserta didik (siswa) terdiri dari 9 orang mendapat skor
(nilai mentah):
Dari skor mentah ini dapat dibaca bahwa perolehan tertinggi adalah 50 dan
perolehan terendah adalah 30. Dengan demikian nilai tertinggi diberikan terhadap
skor tertinggi, misalnya 10. Secara proporsional skor di atas dapat diberi nilai 10,
9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6.
Cara lain ialah dengan menghitung persentase jawaban benar yang dijawab oleh
setiap siswa. Kemudian kepada siswa yang memperoleh persentase tertinggi
diberikan nilai tertinggi. Jika skor (nilai mentah) di atas didapat dari 60 butir
pertanyaan atau skor maksimalnya 60, maka (perhatikan tabel di bawah ini)!
Tabel. 1
Menghitung Nilai dari Skor (Nilai Mentah)
Nilai 50 45 45 40 40 40 35 35 30
mentah
Persentase 83,3 75,0 75,0 66,7 66,7 66,7 58,5 58,5 50,0
jawaban
yang
benar
Nilai 10 9 9 8 8 8 7 7 6
(1-10)
Untuk mengubah persentase menjadi nilai (1-10) dengan cara bahwa persentase
tertinggi diberi nilai 10, ini berarti bahwa 83,3% dihargai 10, maka 75,0%
harganya adalah (75,0% / 83,3%) x 10 = 9,0.
Contoh 2:
14
2. Sekelompok siswa terdiri dari 40 orang dalam satu ujian memperoleh nilai
mentah sebagai berikut:
55 43 39 38 37 35 34 32
52 43 40 37 36 35 34 30
49 43 40 37 36 35 33 28
48 42 40 37 36 34 33 22
46 39 38 37 36 34 32 21
Tabel. 2
Pengolahan Nilai Mentah Menjadi (1-10)
No. Nilai Jumlah Jika 55 Jika skor maks. Persentase
Mentah Siswa diberi 10 75 maka % yg diubah menjadi
maka benar (1-10)
1 2 3 4 5 6
1 55 1 10,0 73,3 10,0
2 52 1 9,5 69,3 9,5
3 49 1 9,0 65,3 9,0
4 48 1 8,7 64,0 8,7
5 46 1 8,4 61,3 8,4
6 43 3 7,8 57,3 7,8
7 42 1 7,6 56,0 7,6
8 40 3 7,3 53,3 7,3
9 39 2 7,1 52,0 7,1
10 38 2 6,9 50,7 6,9
11 37 5 6,7 49,3 6,7
12 36 4 6,5 48,0 6,5
13 35 3 6,4 46,7 6,4
14 34 4 6,2 45,3 6,2
15 33 2 6,0 44,9 6,0
16 32 2 5,8 42,7 5,8
17 30 1 5,5 40,0 5,5
18 28 1 5,1 37,3 5,1
19 22 1 4,0 29,3 4,0
20 21 1 3,8 28,0 3,8
Jumlah siswa: 40
Jika nilai mentah yang paling tinggi 55, diberi nilai 10 maka nilai untuk: 52
adalah (52/55) x 10 = 9,5.
15
Misalnya dalam ujian tersebut nilai maksimalnya 75, maka besar presentase
dihitung sebagai berikut: (55/75) x 100% = 73,3%.
Nilai akhir yang dihitung berdasarkan perubahan nilai mentah menjadi nilai (1-10)
atau nilai mentah menjadi persentase kemudian menjadi nilai (1-10) hasilnya
sama, sebagaimana terlihat pada kolom 4 dan kolom 6 pada tabel 2 di atas.
Bilamana jumlah anggota kelompok tidak hanya satu kelas tetapi beberapa kelas
sehingga banyaknya peserta didik (siswa) ratusan jumlahnya maka untuk memberi
nilai kepada setiap anggota kelompok digunakan statistik sederhana dengan
menentukan besarnya skor rata-rata kelompok dan simpangan baku kelompok.
Menurut distribusi kurva normal kalau sekelompok peserta didik (siswa) yang
memiliki skor rata-rata 60, maka jumlah siswa yang mendapat skor 60 ke atas
adalah:
16
2,25SD skor mentah 49 mendapat nilai:
37,4 + 6,8n = 49 ( n = besar
penyimpangan antara + 2,25
sampai dengan – 2,25, maka
didapat n = 1, 71.
Dengan demikian peserta dengan
skor mentah 49 mendapat nilai 8,5.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP) mengacu kepada suatu kriteria
pencapaian tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya.
2. Patokan yang digunakan dalam PAP bersifat mutlak, artinya kriteria
itu bersifat tetap untuk jangka waktu tertentu dan berlaku bagi semua
siswa.
3. Karakteristik Penilaian Acuan Patokan (PAP):
dapat meningkatkan kualitas pengajaran
tepat untuk penilaian sumatif
kemungkinan terjadi tidak ada siswa yang lulus
tidak perlu menghitung rata-rata
4. Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan
dengan mengacu pada norma kelompok atau nilai-nilai yang diperoleh
siswa dibandingkan dengan nilai-nilai siswa lain dalam kelompok
tersebut.
5. Dalam penerapan sistem PAN ada dua hal pokok yang harus
ditetapkan yaitu: banyaknya siswa yang akan lulus dan penetapan
batas lulus.
6. Penggunaan model pendekatan PAN dapat dilakukan dengan baik
apabila memenuhi syarat antara lain: a). skor nilai terpencar atau dapat
dianggap terpencar sesuai dengan pencaran kurva normal; b). jumlah
17
yang dinilai minimal 50 orang atau lebih dari 100 orang dalam arti
sampel yang digunakan besar.
DAFTAR PUSTAKA
18
Zurriyati, Ezy. (2015). “jenis-jenis penilaian dalam assesment”. Dapat diakses
di : http://ezyzurriyati.blogspot.co.id/2015/02/jenis-jenis-penilaian-
dalam-assesment.html. Diakses pada 19 Agustus 2016.
19