Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“PERENCANAAN MEDIA IKLAN TV


SAMPOERNA A MILD”
Soebiagdo, SE, MSi

Dosen Pengampu

Disusun oleh :
Bentara Bayu Adjie
2016140015

DESIGN MULTIMEDIA

Sekolah Tinggi Desain InterStudi


KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perencanaan Media Iklan
TV Sampoerna A Mild” tepat pada waktunya. Makalah ini penulis susun sebagai salah satu
syarat keikut sertaan Ujian Tengah Semester mata kuliah Perencanaan Media.
Diharapkan tulisan ini bermanfaat untuk menambah informasi para pembaca
mengenai perencanaan apa saja yang dilakukan untuk memasarkan produk di televisi
sehingga produk tersebut bisa menjadi Market leader di pasar dan dikenal oleh masyarakat
luas.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis akan dengan senang hati menerima segala
bentuk masukan dari berbagai pihak untuk penyempurnaan makalah ini. Pada akhirnya
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 3
BAB III KESIMPULAN 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Perencanaan media merupakan kegiatan yang sangat penting dalam periklanan dan
promosi. Sering kali terjadi iklan dan promosi menjadi kegiatan penghamburan dana namun
tidak memberikan hasil yang diharapkan.perencanaan media yang dipersiapkan secara baik
akan menghasilkan komunikasi yang efektif sehingga pesan yang disampaikan akan
mendapat perhatian lebih besar dari audiens sasaran.bagian ini akan menjawab pertanyaan
seperti jenis media apa yang akan dipilih,seberapa sering suatu iklan harus muncul disuatu
media,dan seterusnya.dalam hal ini,jenis produk ( barang atau jasa ) yang diiklankan
mempengaruhi pengaruh media.jenis produk tertentu adakalanya lebih cocok diiklankan
melalui media televisi namun produk lainnya lebih sesuai jikaa menggunakan media cetak
atau lainnya.
Menurut Georgen dan Michael Belch(2001),perencaan media ( media planning )
adalah the series of decision involved in delivering the promotional messange to the
prospective and or of the product or brand.(serangkaian keputusan yang terlibat dalam
menyampaikan pesan promosi kepada calon pembeli dan atau pengguna produk atau
merek).D engan demikian,menurut definisi tersebut perencanaan media adalah suatu proses
untuk mengambil sejumlah keputusan.perencaan media menjadi panduan bagi seleksi
media.sebelum membuat perencanaan media maka diperlukan terlebih dahulu perencanaan
tujuan media maka diperlukan terlebih dahulu perencanan tujuan media ( media
objectives)yang spesifik dan strategi media (rencana tindakan)yang spesifik pula yang
dirancang untuk mencapai tujuan.jika tujuan dan strategi media telah dirumuskan,maka
informasi ini dapat digunakan dalam perencaan media.
Definisi lain adalah dari Tom Duncan(2005) yang menyatakan bahwa media planning
is a process for determining the most cost effective mix of media for achieving a set of media
objectives.(perencanaan media adalah suatu proses untuk menentukan biaya paling efektif
bauran media untuk mencapai sejumlah tujuan media).menurut definisi ini,perencanaan
media merupakan upaya untuk memaksimalkan dampak seta meminimalkan biaya.
Penyampaian pesan melalui media massa seringkali membutuhkan biaya yang besar.jika
media yang diplih tidak dapat menyampaikan pesan atau tidak dapat memberikan efek
maksimal,maka uang yang dikeluarkan akan terbuang percuma.
Pada bagian ini perlu mempertegas beberapa istilah penting dalam perencaan
media,yaitu media,kendaraan media,jangkauan,cakupan,frekuensi,dan pembelian
media.Dalam hal ini,pengertian tidaklah terbatas hanya pada pengertian media massa.
Menurut Blech,media (medium) adalah kategori umum dari sistem pengiriman pesan yang
mencakup media penyiaran (televisi dan radio),media cetak (surat kabar dan
majalah),surat,iklan ruang ruang(outdoor advertising),dan media pendukung
lainnya.kendaraan media atau ( media vehicle) adalah pembawa pesan tertentu yang berada

iv
dalam suatu kategori medium.misalnya kompas dan tempo adalah kendaraan media cetak
sedangkan RCTI dan SCTV adalah kendaraan media elektronik.

II. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk memberikan pengetahuan baru kepada pembaca tentang Media Planning
atau perencanaan media yang digunakan untuk iklan SAMPOERNA A MILD.

2. Untuk mengetahui tujuan suatu perusahaan dalam memilih media iklan TV sebagai
media yang digunakan untuk memasarkan produk mereka.

3. Untuk menyelesaikan syarat mengikuti ujian tengah semester.

v
BAB II
PEMBAHASAN

I. Profil Perusahaan
Bisnis keluarga Sampoerna bermula sebelum tahun 1913 saat Liem Seeng Tee dan
istrinya Tjiang Nio mendirikan perusahaan Handel Maastchapij Liem Seeng Tee. Perusahaan
ini selanjutnya berganti nama menjadi NV Handel Maastchapij Sampoerna (HM Sampoerna).
Setelah Perang Dunia kedua usai, nama perusahaan tersebut di-Indonesiakan menjadi PT
Hanjaya Mandala Sampoerna atau biasa disingkat menjadi HM Sampoerna. Bisnis rokok
keluarga Sampoerna dimulai sekitar tahun 1916 saat Liem Seeng Tee membeli berbagai jenis
tembakau dari seorang pedagang tembakau yang bangkrut. Di tengah kondisi keuangan yang
sulit, Liem Seeng Tee bertekad menjadikan perusahaannya sebagai Kerajaan Tembakau.
Liem Seeng Tee sendiri memilih nama Sampoerna untuk menggambarkan keinginannya
menghasilkan produk tembakau terbaik dan meraih predikat raja rokok kretek.
Bisnis itu berjalan dan mulai menunjukkan geliatnya mulai awal tahun 1940. Pada
saat itu bisnis PT HM Sampoerna tumbuh pesat. Produksi gabungan rokok lintingan tangan
dan lintingan mesin mencapai tiga juta batang per-minggunya. Untuk melinting Dji Sam Soe
saja diperlukan sekitar 1.300 pekerja. Setelah Liem Seeng Tee meninggal tahun 1956,
perusahaan dikelola oleh kedua putrinya, Liem Sien Nio dan Liem Hwee Nio. Namun
keduanya tidak berhasil membawa kesuksesan, sehingga bisnis ini selanjutnya ditangani oleh
putra kedua Liem Seeng Tee yakni Liem Swee Ling, yang lebih dikenal dengan nama Aga
Sampoerna.
Pada sekitar tahun 1970-an, Aga digantikan Putera Sampoerna. Saat itu Putera
Sampoerna mulai membangun pabrik. Keberhasilan lainnya adalah dengan terdaftarnya PT
HM Sampoerna sebagai perusahaan publik pada 27 Agustus 1990. Namun Putera Sampoerna
(57 tahun) sendiri saat ini masih menduduki jabatan sebagai Presiden Komisaris. Sementara
dua sepupunya mengisi jabatan wapreskom yakni Boedi Sampoerna dan sebagai komisaris
yakni Soetjahjono Winarko. Komisaris HM Sampoerna lainnya adalah wakil dari pemegang
saham yakni Phang Chew Hock, James P Bannes dan Ekadharmajanto Kasih.
Sementara posisi presiden direktur saat ini diduduki oleh anak Putera Sampoerna
yakni Michael Sampoerna yang masih berumur 26 tahun. Sementara direktur lainnya adalah
Edward H Frankee, Sugaiarta Gandasaputra, Hendra Praseta dan Djoko Susanto. Kerajaan
bisnis Sampoerna sekarang ini sudah menggurita. Selain pabrik rokok andalannya yakni HM
Sampoerna dengan produk unggulan Dji Sam Soe dan A Mild, ada juga bisnis properti
Taman Dayu. Di bisnis properti ini, keluarga Sampoerna mengelola 598 hektar tanah di
Malang. Keluarga Sampoerna juga menjadi pemilik waralaba Alfamart yang semula
dimaksudkan untuk memperlancar penjualan ritelnya.
Keluarga Sampoerna membeli 70 persen Sumber Alfaria Trijaya yang merupakan
pemilik waralaba Alfamart pada tahun 1990. Bisnis lainnya adalah PT Sampoerna Percetakan
Nusantara yang beralih nama menjadi PT Sampoerna Printpack didirikan pada tahun 1989
terletak di Sukorejo. Bisnis ini sebenarnya sudah dirintis sejak lama, namun terhenti jauh
sebelum perang dunia kedua. Sementara untuk memperlancar distribusi produksi rokoknya,

vi
keluarga Sampoerna mendirikan PT Panamas. Perusahaan inilah yang semula digandeng oleh
Philip Morris setelah ‘bercerai’ dengan Bentoel. Saat ini Panamas merupakan salah satu
sumber dana dari Sampoerna. Tak mau kalah terhadap kemajuan teknologi, keluarga
Sampoerna juga memiliki Integrated Business Solution Asia (IBSA)yang merupakan layanan
IT dan konsultan menajemen dengan klien dari Indonesia dan Singapura. Saat ini IBSA telah
tumbuh menjadi salah satu industri IT terkuat di Asean.
Sementara untuk kegiatan sosialnya, keluarga Sampoerna mendirikan Sampoerna
Foundation yang mayoritas kegiatannya adalah memberikan beasiswa kepada siswa. Khusus
untuk Sampoerna, pada tahun 2004 lalu berhasil memperoleh pendapatan bersih hingga Rp 9
triliun. Pendapatan ini diperkirakan terus menanjak mengingat masih besarnya pangsa pasar
rokok Indonesia ditahun-tahun mendatang.
Pada 2004, HM Sampoerna berhasil meraup keuntungan bersih Rp 15 triliun dengan
nilai produksi 41,2 miliar batang. Hasilnya, Sampoerna meraih 19,4 persen pangsa pasar
rokok di Indonesia, atau di posisi ketiga setelah Gudang Garam dan Djarum. Keberhasilan PT
HM Sampoerna Tbk. menarik perhatian Philip Morris International Inc. (“PMI”), salah satu
perusahaan rokok dan tembakau terkemuka di dunia, sehingga pada bulan Mei 2005, PT
Philip Morris Indonesia, anak perusahaan PMI, mengakuisisi kepemilikan mayoritas atas PT
HM Sampoerna Tbk. Philip Morris pun mengharga saham HM Sampoerna dengan harga
yang cukup menggiurkan yakni Rp 10.600. Pasalnya sebelum pengumuman akuisisi, harga
saham Sampoerna hanya di kisaran Rp 8.850 per saham, atau berarti harga yang ditawarkan
Philip Morris adalah memberi premium sebesar 20 persen. PT.H.M Sampoerna adalah salah
satu perusahaan rokok yang berdiri sejak 1913. Sampoerna merupakan perusahaan rokok
terbesar setelah PT. Gudang Garam. Perusahaan ini memiliki salah satu produk unggulan
yaitu Sampoerna A-mild yang merupakan pelopor rokok mild di Indonesia.
Rokok mild sendiri adalah rokok dengan kadar Tar dan Nikotine yang berkurang
karena adanya sistem ventilasi yang berada pada perbatasan antara tembakau dan filter rokok.
Sehingga asap yang dihisap perokok bercampur dengan oksigen dan mengakibatkan kadar
Tar dan Nikotine berkurang. Sampoerna mengeluarkan rokok A-mild yang membuat pasar
Indonesia semakin beragam jenis produk yang ditawarkan. Apabila orang tertarik menghisap
rokok mild karena memiliki kadar Tar dan Nikotine rendah yang berarti mengurangi bahaya
merokok. Maka dapat diambil asumsi dasar, bahwa orang tersebut berada dalam sebuah
segmen, yaitu orang-orang yang memiliki pendidikan yang cukup untuk memahami bahaya
rokok. Hasilnya dapat membuat segmen tersendiri yaitu masyarakat terdidik yang tetap ingin
merokok.
II. Visi dan Misi Perusahaan
Visi PT HM Sampoerna Tbk. terkandung dalam “Falsafah Tiga Tangan”. Falsafah
tersebut mengambil gambaran mengenai lingkungan usaha dan peranan Sampoerna di
dalamnya. Masing-masing dari ketiga ”Tangan” mewakili perokok dewasa, karyawan dan
mitra bisnis, serta masyarakat luas, merupakan pihak yang harus dirangkul oleh Sampoerna
untuk meraih visi menjadi perusahaan paling terkemuka di Indonesia.
Dalam meraih ketiga kelompok ini dengan cara sebagai berikut: Memproduksi rokok
berkualitas tinggi dengan harga yang wajar bagi perokok dewasa Sampoerna berkomitmen
penuh untuk memproduksi sigaret berkualitas tinggi dengan harga yang wajar bagi konsumen

vii
dewasa. Ini dicapai melalui penawaran produk yang relevan dan inovatif untuk memenuhi
selera konsumen yang dinamis. Memberikan kompensasi dan lingkungan kerja yang baik
kepada karyawan dan membina hubungan baik dengan mitra usaha Karyawan adalah aset
terpenting Sampoerna. Kompensasi, lingkungan kerja dan peluang yang baik untuk
pengembangan adalah kunci utama membangun motivasi dan produktivitas karyawan. Di sisi
lain, mitra usaha kami juga berperan penting dalam keberhasilan kami, dan kami
mempertahankan kerjasama yang erat dengan mereka untuk memastikan vitalitas dan
ketahanan mereka. Memberikan sumbangsih kepada masyarakat luas Kesuksesan Sampoerna
tidak terlepas dari dukungan masyarakat di seluruh Indonesia. Dalam memberikan
sumbangsih, kami memfokuskan pada kegiatan pengentasan kemiskinan, pendidikan,
pelestarian lingkungan, penanggulangan bencana dan kegiatan sosial karyawan.

III. Target Market Profile


a. Segmentasi
Sampoerna A-mild membagi masyarakat kedalam segmen masyarakat terdidik yang
mengerti benar akan bahaya merokok tetapi tetap memilih untuk merokok. Pada segmen
masyarakat terdidik, terdapat konsumen yang sangat potensial bagi produsen rokok, yaitu
kalangan anak muda terdidik yang mengetahui dampak rokok, tetapi mengambil resiko untuk
merokok. Nantinya dapat menjadi konsumen jangka panjang bagi perusahaan, karena rokok
dapat menimbulkan keterikatan. Apabila konsumen anak muda terikat, maka perusahaan akan
memiliki potensi konsumen yang akan loyal dalam jangka panjang.
b. Targeting
A Mild sendiri menetapkan target konsumennya pada perokok muda dewasa dengan
rentang usia 18-25 tahun. Dengan dikeluarkan produk rokok kretek baru yang lebih ringan,
Sampoerna A-mild mengincar pangsa pasar pria yang lebih memilih rokok kretek untuk
beralih ke rokok LTLN dengan rasa yang lebih halus.Target utama dari Sampoerna A-mild
tetap pria. Namun pihak dari PT HM Sampoerna tetap mencoba menggaet perokok wanita
lebih banyak lagi. Dimana saat ini perokok wanita di Indonesia sudah semakin banyak.
Dengan produk baru ini digambarkan rokok mild yang ringan dan elegan.
c. Positioning
Tema “How Low Can You Go” merupakan introduction theme, karena saat itu rokok
mild merupakan kategori produk yang baru bagi pasar Indonesia. Dengan iklan televisi
(TVC) yang begitu unik yaitu animasi icon-icon yang bermain limbo, ditampilkan icon A
Mild yang mampu bermain limbo hingga mistar diturunkan sangat rendah. Jelas bahwa pesan
positioning yang ingin disampaikan adalah bahwa A Mild memiliki kandungan tar dan
nikotin yang paling rendah dibanding brand lain
Rupanya konsumen rokok Indonesia mulai sedikit demi sedikit teredukasi dengan
tema ”How Low Can You Go”. Hal ini terbukti dengan penetrasi produk ini yang mulai
berjalan. Lalu positioning ”How Low Can You Go” ini berusaha diperkuat lagi dengan tema
“Bukan Basa Basi”. Dalam iklan-iklan bertema ”Bukan Basa Basi” ini, A Mild sebagai
sebuah brand mulai memainkan teknik yang saya sebut sebagai parallel positioning. Seluruh
eksekusi dari TVC maupun print ad ”Bukan Basa Basi” begitu jauhnya, bahkan tidak
viii
berhubungan sama sekali dengan atribut produk A Mild sendiri. Beberapa yang cukup unik
adalah print ad dengan foto simpanse hitam putih dan bertuliskan ”Siapa Bilang Enak Jadi
Manusia. Bukan Basa Basi”. Lalu ”Mau Hidup Enak, Usaha. Bukan Basa Basi”. Masih
banyak lagi berbagai eksekusi iklan bertema ini yang membuat audiens iklan, baik mereka
yang paham marketing dan advertising maupun konsumen awan, bertanya-tanya mengenai
arti ”Bukan Basa Basi”.
Seiring dengan mulai membesarnya segmen pasar perokok mild yang dibuka jalannya
oleh A Mild, A Mild sempat berusaha keluar sebentar dari parallel positioning dan kembali
ke tema ”konvensional”, dalam arti tema yang lebih mudah dicerna oleh audiens iklan. A
Mild menggunakan tema “Others Can Only Follow”, yang secara implisit ingin
menyampaikan bahwa brands rokok mild yang lain hanya bisa ikut-ikutan A Mild dan
bukanlah rokok mild yang orisinil. Iklan ini ingin mengatakan bahwa A Mild tidak bisa
dibantah adalah rokok A Mild yang pertama, sekaligus dengan market share dan mind share
terbesar. Eksekusinya antara lain adalah animasi 3 dimensi ikan-ikan di laut yang dipimpin
oleh seekor ikan yang berwarna berbeda dari ikan-ikan lain yang ikut berenang di
belakangnya. Lalu animasi binatang-binatang di pantai yang bergerak dalam sebuah antrian,
dengan jingle ”Others Can Only Follow” yang begitu funky.
Sempat menjalankan Others Can Only Follow hingga akhir 2004, pada pertengahan
2005, A Mild tampil beda dengan tema yang bertahan hingga saat ini, yaitu “Tanya Kenapa”.
Tema ini menarik karena begitu berani menyentuh secara langsung berbagai isu sosial dan
memprovokasi audiens dengan pertanyaan ”Tanya Kenapa”. Contohnya adalah print ad dan
baliho yang bergambar beberapa oven dengan toga di dalamnya, dan dengan harga di setiap
toga. Di setiap toga ada label-label ”sarjana”, ”sarjana luar negeri” dan sejenisnya. Lalu iklan
ini memiliki tagline ”Mau Pintar Kok Mahal. Tanya Kenapa”. Berbagai TVC, print ad, dan
baliho bertema Tanya Kenapa begitu banyak menghujani publik. Mungkin kita masih ingat
TVC ini, ”Taat Kalo Nggak Ada Yang Liat. Tanya Kenapa”, serta ”Jalan Pantas Dianggap
Pantas. Tanya Kenapa”. Sedangkan baliho antara lain adalah ”Gali Lubang, Tutup Lupa.
Tanya Kenapa”. Iklan-iklan A Mild ini cerdas, menggigit, sekaligus engaging karena tema
yang diangkat adalah sehari-hari. Bahkan jika dianalisis lebih dalam, iklan-iklan A Mild
dengan tema ”Tanya Kenapa” lebih mirip seperti iklan layanan masyarakat (public service
ads) dibandingkan iklan produk. Yang mengingatkan kita bahwa iklan ini tetap iklan
komersial adalah adanya logo A Mild dan peringatan pemerintah akan bahaya merokok yang
selalu muncul di akhir iklan.
Beberapa pelajaran penting yang dapat di ambil dari evolusi positioning A Mild
adalah bahwa sebuah brand selalu memerlukan cara baru untuk berkomunikasi, karena pasar
adalah sebuah kelompok manusia yang dinamis. Brand juga hidup dalam persaingan di mana
untuk membedakan diri dengan pesaing memerlukan kreativitas tinggi, sehingga brand
performance yang diukur dari pertumbuhan penjualan dapat terus terjaga. Jelas bahwa
kekuatan finansial untuk membentuk sebuah brand adalah baru setengah dari cerita, karena
bukan frekuensi iklan saja yang penting, akan tetapi tema iklan juga sangat penting, kalau
tidak bisa dibilang lebih menentukan.
.

ix
IV. Marketing Mix dan Taktik Penjualan
a. Marketing Mix terdiri dari 4P antaralain sebagai berikut :
1) Product
A Mild adalah rokok yang rendah kadar tar dan nikotin nya. Secara resmi, produk A
Mild diluncurkan pada 18 Desember 1989 dengan kandungan 14 mg tar dan 1.0 mg nikotin
per pak-nya. A Mild juga merupakan rokok pertama yang mendobrak pasar Indonesia dengan
penampilannya yang unik, yakni dengan ukuran keliling lingkaran rokok 22 mm dan panjang
rokok 90 mm. Produk ini sangat sukses di pasaran karena dapat memenuhi keinginan perokok
yang ingin menerapkan pola hidup sehat.
Produk A Mild sendiri terdapat dua jenis yang sama-sama memiliki kadar rendah
nikotin dan tar. Dua jenis tersebut dapat dibedakan dari kemasannya. Yang pertama yaitu A
Mild dengan kemasan warna hijau yang membawa pada kesan alami dari rasa menthol- nya
dan kedua yaitu kemasan merah dengan rasa premium. Berbicara rasa dan kemasan rokok A
Mild, dari awal kemunculannya hingga sekarang ini ia selalu konsisten dengan kemasannya
seperti yang sekarang ada, sederhana tetapi tetap unik dan eksklusif. Pada pertengahan Mei
2008, A Mild mengeluarkan kemasan limited edition dengan gambar seorang gadis muda
yang sedang mengekspresikan musik. Begitu juga dengan citarasa, rokok inipun tidak pernah
berkompromi untuk mengubah rasanya. Rokok A Mild memiliki dua saudara lain yang sama-
sama rendah tar dan nikotin yaitu Sampoerna A Medium, dan Sampoerna A Internasional
yang dipasarkan di mancanegara.
2) Price
Dari konteks harga, A Mild terbilang cukup mahal, dengan membandrol harga bagi
konsumen akhir sebesar Rp. 20.000,- untuk setiap packnya. Harga tersebut bila dilihat dari
pendapatan masyarakat Indonesia pada umumnya jumlah tersebut pastinya bukan jumlah
uang yang kecil untuk hanya dapat menikmati rokok, akan tetapi A Mild memang
diperuntukkan bagi masyarakat golongan menengah keatas yang lebih mempertimbangkan
nilai prestisiusnya. Selain dengan menawarkan keistimewaan dari produk, Sampoerna A Mild
menawarkan isi yang lebih banyak dari produk rokok lainnya dalam tiap packnya.
3) Promotion
Beberapa bentuk promosi utama yang dilakukan oleh Sampoerna A-mild untuk
konsumen akhir adalah event atau sponsorship. Beberapa bentuk event atau sponsorship yang
dilakukan oleh Sampoerna A-mild memang diakui sebagai bentuk promosi yang menarik
banyak perhatian misalnya saja kampanye iklan yang berkali-kali meraih penghargaan
bergengsi pada skala nasional sebagai iklan terbaik dan event atau sponsorship besar beskala
nasional dengan kemasan yang unik dan menarik (Soundrenaline, A-mild live on TV, Java
Jazz, dll).
4) Place

x
Strategi distribusi yang digunakan oleh Sampoerna dalam mendistribusikan rokoknya
menggunakan distributor tunggal, yaitu melalui PT Panamas. Sedangkan dalam tingkatan
saluran distribusi, Sampoerna menggunakan saluran distribusi tiga tingkat, dimana distributor
tunggalnya yaitu PT Panamas menyalurkannya ke dua perantara lain, yaitu agen dan
pengecer yang didistribusikan ke semua wilayah di Indonesia, bahkan sampai ke daerah-
daerah maupun pedesaan.
5) Differentiation
Sampoerna A Mild merupakan hasil sebuah keseimbangan perpaduan antara
tembakau jawa, amerika, dan tembakau berkualitas lainnya. Rasa dan aroma Sampoerna
adalah hasil dari persembahan tersendiri dari cengkeh alam terbaik. Selain itu diferensiasi
yang terdapat pada Sampoerna A-mild juga terletak pada image yang tergambarkan pada
produk Sampoerna A-mild itu sendiri, yaitu menggambarkan pribadi yang berjiwa muda,
menyukai music dan entertainment.
b. Market Objektif
Adapun market objektif terdiri atas :
1) Brand
Sampoerna meluncurkan suatu produk dalam mengembangkan jajaran merek rokok
dengan label A yang ditandai dengan peluncuran A-mild sebagai rokok yang berkadar tar dan
nicotine rendah (LTLN).
2) Service
Salah satu nilai dari value yaitu service yang dilakukan A-mild adalah direct selling
yang dilakukan di café-café terkemuka di Jakarta. Bentuk direct selling yang dilakukan oleh
pemasar A-mild ditujukan untuk memberikan service excellent bagi perokok A-mild ataupun
bukan perokok A-mild agar beralih ke A-mild.
3) Process
Proses yang dilakukan oleh HM Sampoerna khususnya produk A-mild untuk
mencapai kepuasan konsumen adalah dengan sering mengadakan event-event atau
sponsorship yang melibatkan konsumen secara langsung. Contohnya Soundrenaline dan A-
mild live wanted.
c. Analisis SWOT
Adapun analisis SWOT yang dilakukan sebagai berikut :
1) Strength
- Kualitas Bahan Baku
Kualitas bahan baku rokok sampoerna sudah terpercaya, kualitas bahan baku
menjadi andalan sampoerna untuk bersaing dengan empat perusahaan rokok besar
Indonesia lainnya (Gudang garam, Djarum, Bentoel Prima dan Wismilak).
- Menguasai pangsa pasar

xi
Produk-produk rokok sampoerna secara keseluruhan menguasai pangsa pasar
rokok Indonesia dengan pangsa pasar 24,2 %.
- Kredibilitas Perusahaan
Perusahaan yang telah berdiri hampir mencapai seratus tahun pastinya
memiliki kredibilitas perusahaan yang baik yang menjadi dasar terbentuknya trust
'kepercayaan' dari para stakeholder yang terbukti menjadi poin krusial dalam
pengembangan suatu bisnis.
- Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan dalam tubuh sampoerna sudah menjadi spirit d'corps
sampoerna. Dalam kegiatan sehari-hari budaya perusahaan tersebut menjiwai seluruh
aktifitas karyawan sehingga kinerja karyawan menjadi lebih efektif dan efisien.
- Nilai capital yang besar
Setelah Philip Morris menjadi pemilik dominan saham perusahaan.
Sampoerna memiliki capital yang cukup besar dan jaminan tersedianya modal
dibawah naungan perusahaan rokok raksasa dunia.
2) Weakness
- Harga yang cukup mahal
Harga cukup mahal yang berasal dari biaya promosi yang besar dan bahan
baku menjadi kelemahan Sampoerna yang sangat terlihat dimata competitor.
- Kurang diminatinya produk rokok kretek mild di Internasional
Para perokok luar negeri sudah terbiasa dengan rokok putih, kehadiran rokok
kretek mild tidak bisa menggeser kedudukan rokok putih sebagai rokok no. 1 di luar
negeri untuk saat ini.

- Kalahnya pangsa pasar SKM filtered dari para pesaing


Perbedaan harga membuat Dji Sam Soe filter tidak bisa menggeser kedudukan
Gudang Garam Internasional dari peringkat pertama.
- Modal yang cukup besar untuk mengadakan event berkala
Pengalokasian yang dipakai sampoerna banyak dipakai untuk membuat suatu
event, terlebih lagi event yang dibuat adalah event berkala (Java Jazz, Jak jazz, IBL,
Proliga, COPA, Soundrenaline dan Amild live wanted) dengan jangka waktu setahun
sekali.
- Lambatnya pertumbuhan rokok Avolution
Rokok Avolution yang seharus menjadi harapan agar dapat bersaing dengan
rokok putih, tetapi yang terjadi pertumbuhan rokok tersebut sangat lambat,
permintaan turun dan profit menurun, akhirnya malah memberikan kerugian dan
memberikan dampak yang negatif.

xii
3) Opportunity
- Masuknya Philip Morris sebagai mitra bisnis
Masuknya Philip Morris yang notabenenya termasuk perusahaan rokok besar
dunia, memudahkan Sampoerna untuk mengekspansi bisnisnya ke International
melalui bantuan perusahaan Philip Morris.
- Trend pasar positif untuk rokok Low Tar Low Nicotine (LTLN) di Indonesia
Tingginya kesadaran kesehatan masyarakat dan gaya hidup yang menganggap
rokok LTLN lebih keren memungkinkan perubahan trend pada industry rokok.
- Banyaknya spot yang terdapat pada event untuk mempromosikan produk baru
Banyaknya event yang diadakan sampoerna menjadi kesempatan bagi
sampoerna untuk mempromosikan produk baru tanpa dipungut biaya advertising.
Dengan banyaknya event, akan meningkatkan brand awareness yang dimiliki produk
tersbut sehingga memudahkan produk itu dikenal dan diingat customer.
- Kemungkinan produk baru
Besarnya modal yang dimiliki sampoerna dan kerjasamanya dengan Philip
Morris, memungkinkan Sampoerna untuk mengembangkan produk baru apabila ada
pasar yang cocok.
- Beralihnya customer rokok competitor ke rokok LTLN Sampoerna
Besarnya kemungkinan pindah sangat tinggi karena tingginya kesadaran akan
kesehatan dan rasa dari rokok sampoerna memiliki kemiripan dengan rokok SKM GG
Internasional dan Djarum Super.
4) Threat
- Regulasi dan perda mengenai anti-rokok
Perda ini memungkinkan penurunan jumlah perokok dan permintaan atas
rokok yang terjadi disuatu daerah yang memiliki perda anti-rokok.
- Banyaknya kompetitor dari rokok jenis Mild
Dilihat dari trend positif rokok mild, banyak dari produsen rokok mulai
merambah pangsa pasar rokok mild. Adapun competitor dari rokok jenis mild
antaralain Gudang Garam: Surya Signature, Djarum lahir LA Light, Bentoel Prima:
Starmild/Dunhill, Nojorono Tobacco: Class Mild,
- Kemungkinan semakin bertambahnya competitor rokok jenis mild
Pangsa pasar rokok mild yang menjanjikan di masa depan memungkinkan
munculnya pendatang baru dalam persaingan industry rokok mild.
- Tingginya pajak rokok

xiii
Tingginya pajak rokok membuat rendahnya daya beli masyarakat terhadap
rokok sehingga terjadi penurunan permintaan rokok.
- Berkurangnya event yang disponsori perusahaan rokok
Berkurangnya event yang disponsori rokok merupakan impact dari mindset
masyarakat yang mendukung anti-rokok dan ingin mengurangi promosi rokok yang
terdapat pada event khususnya event anak muda.

V. Menetapkan Strategi Media


Duncan mengemukakan pengertian strategi media yaitu ide atau gagasan mengenai
bagaimana tujuan media akan dicapai melalui seleksi berbagai kombinasi media. Dalam hal
ini yang perlu diperhatikan yaitu; media yang digunakan dan berapa banyak, waktu terbaik
menjangkau konsumen, konsentrasi media yang diperlukan dalam bauran media,
penjadwalan media, media yang paling tepat dari aspek kreatif, dan terakhir perhitungan
biaya iklannya.
Adapun contohnya adalah Menggunakan Above the line (media lini atas), khususnya
media elektronik, yaitu : Televisi, untuk menayangkan Airing TV Filler from Event Sound of
Change. Channel yang dipilih adalah RCTI, SCTV dan IVM dengan kampanye selama satu
minggu dalam periode satu bulan, Menggunakan Below the line (media lini bawah), yaitu :
poster, point of sale display material branding (POSM), True The Line, yaitu :. mengadakan
event (Sound of Change/Brand Activation) di wilayah Padang, Palembang, Bandung,
Surabaya dan Bali . Didalam event tersebut diadakan konser Slank, serta melakukan bakti
sosial oleh Slank dan warga sekitar.
Media strategy merupakan cara untuk mencapai tujuan media (bagaimana pesan
sampai ke segmen target), serta menjelaskan mengenai strategi dan taktik yang digunakan
untuk mencapai tujuan atau target media yang telah ditetapkan.Salah satu faktor penting
dalam menentukan strategi media adalah tipe atau jenis produk, apakah termasuk dalam
produk keterlibatan tinggi atau produk keterlibatan rendah. Sebelum melakukan seleksi
terhadap media yang akan digunakan, maka perencanaan media juga harus membedakan
apakah produk tertentu menurut persepsi konsumen dianggap sangat penting bagi dirinya
ataukah tidak.
Kebanyakan produk yang kita beli sehari-hari adalah produk dengan keterlibatan
rendah (low involvement product), yang kurang begitu penting dimata kita. Dalam hal ini,
pemilihan produk tidak melalui tahap-tahap pencarian informasi dan pengambilan keputusan
berbelit atau rumit. Berhubung produk rokok sampoerna a-mild ini termasuk kedalam
kategori produk keterlibatan rendah, maka harus menggunakan media yang memang
memiliki kemampuan paling jauh dalam menjangkau khalayak sasaran seperti televisi atau
radio.
Sementara itu produk keterlibatan tinggi (high-involvement) memerlukan beberapa
pertimbangan dalam memutuskan untuk membeli produk, misalnya seperti produk-produk
elektronik, properti seperti rumah atau bahkan kendaraan seperti mobil atau barang-barang
mahal lainnya, maka dapat menggunakan media cetak seperti koran atau majalah dimana
tersedia ruang yang lebih banyak untuk memuat informasi lebih banyak, karena khalayak
xiv
sasaran untuk produk keterlibatan tinggi biasanya mereka yang memerlukan informasi lebih
banyak. Dengan mengetahui hal ini, telah memudahkan kita dalam menentukan media apa
yang efektif dan efisien untuk mengiklankan produk rokok sampoerna ini. Kemudian dalam
perencanaan media mesti tahu karakteristik masing-masing jenis media untuk men-deliver
reach, frekuensi dan dampak.
Dengan mengetahui karakteristik berbagai media, hal ini akan memudahkan proses
seleksi media, dalam menentukan media apa yang tepat untuk mewujudkan tujuan periklanan
perusahaan, sesuai dengan target audience yang dituju, sehingga pada akhirnya tujuan media
mampu mewujudkan keinginan dan harapan dari klien. Dalam menciptakan strategi media,
kita dituntut bahwa perencanaan media memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai
sifat-sifat media , bagaimana cara media bekerja, Bagaimana cara media dikonsumsi,
bagaiman media dapat digunakan, untuk mencapai hasil yang diinginkan.

VI. Jangkauan (Reach)


Perencanaan media biasanya harus memilih antara mengutamakan jangkauan atau
frekuensi ketika menempatkan iklannya di media massa. Jangkauan adalah jumlah audiens
yang menyaksikan, mendengar atau membaca suatu media massa dalam periode waktu
tertentu yang dinyatakan dalam jumlah atau sebagai suatu fraksi dari populasi. Sedangkan
frekuensi adalah nilai dari beberapa kali suatu iklan ditayangkan.
Perencanaan media harus memutuskan lebih mengutamakan iklan yang dapat menjangkau
lebih banyak konsumen (mengutamakan jangkauan) atau lebih sedikit konsumen namun
mereka lebih banyak/lebih sering menerima pesan iklan (mengutamakan frekuensi). Kedua
hal tersebut perlu diperhitungkan karena pemasang iklan memiliki tujuan yang berbeda selain
faktor keterbatasan anggaran.Jangkauan masih merupakan perkiraan atau estimasi suatu
indikasi adanya peluang untuk menerima pesan, jangkauan bukanlah suatu indikator untuk
mengetahui berapa banyak konsumen atau calon konsumen yang terekspos oleh suatu iklan.
Berikut adalah langkah yang tepat dalam menentukan jangkauan paling efektif dalam
menyampaikan pesan iklan adalah Memilih kendaraan media yang memiliki audiens yang
paling sesuai dengan target konsumen produk, Mengetahui jangkauan masing-masing
kendaraan media itu dan perlu diperhatikan perbedaan antara wilayah cakupan (coverage
area) yang merupakan luas wilayah secara geografis dan jangkauan yang merupakan
prosentase dari orang atau rumah tangga di wilayah itu yang secara teratur terekspos
(misalnya berlangganan) oleh kendaraan media bersangkutan,
Jangkauan televisi dan radio diketahui dari rating suatu program. Rating suatu
program pada dasarnya adalah sama dengan jangkauan (rating = reach). Nilai rating satu
adalah sama dengan 1 persen dari wilayah cangkupan kendaraan media yang bersangkutan.
Nilai rating program 5 berarti sebanyak 5 persen rumah tangga yang berada di wilayah
cakupan stasiun bersangkutan terekspos oleh program tersebut. Semakin banyak rumah
tangga yang menggunakan program penyiaran pada suatu wilayah siaran maka rating-nya
akan semakin tinggi. Hal penting yang harus diingat, radio atau televisi, adalah program yang
menentukan rating, bukan stasiunnya.
a. Rumus Reach :

xv
Reach 1+ = GRP’s x 100
GRP’s + 100
Reach 3+ = GRP’s x 100
GRP’s + 300
Reach 1 + = Banyaknya pemirsa yang dijangkau dengan hanya melihat sekali iklan yang
sama.
Reach 3+ = Banyaknya pemirsa yang dijangkau dengan hanya melihat tiga kali iklan yang
sama.

b. Target Jangkauan
Kebanyakan para pemasar, tidak terlalu tertarik untuk menjangkau seluruh audiens
dari saluran media tertentu karena tidak seluruh audiens merupakan target konsumen
pemasar. Misalkan PT. HM Sampoerna ingin memasarkan produknya di suatu kota dengan
target konsumen adalah para perokok dewasa yang ada di kota tersebut. Kemudian
perusahaan memasang iklan pada salah satu channel tv kabel setempat yang memiliki
jangkauan 400.000 rumah tangga yang ada di kota tersebut. Ternyata hanya 100.000 dari
pelanggan tv kabel yang memiliki menjadi para perokok dewasa. Maka target jangkauan tv
kabel tersebut hanya sekitar 25 persen (100.000: 400.000 = ¼ = 25%) dari keseluruhan target
konsumen yang ada atau hanya seperempat dari jangkauan tv kabel.
Target jangkauan merupakan faktor penting yang harus diperhitungkan dalam
perencanaan media karena dapat menunjukan apa yang diterima pemasang iklan atas uang
yang telah dikeluarkannya untuk memasang iklan di media massa. Walaupun pemasang iklan
membayar untuk keseluruhan pelanggan tv kabel itu namun karena hanya seperempat (1/4)
yang menjadi target konsumen maka biaya sesungguhnya yang harus ditanggung pemasang
iklan empat kali lipat. Kondisi ini disebut dengan ‘pemborosan media’ (media waste).
Audiens yang paling sering mengkonsumsi media merupakan target konsumen yang paling
mudah dijangkau sedangkan audiens yang jarang menggunakan media adalah kelompok
target konsumen yang paling sulit dijangkau.

VII. Frekuensi
Frekuensi adalah the number of times one is exposed to the media vehicle, not
necessary to the ad it self, (jumlah waktu rata-rata mereka yang dijangkau untuk memiliki
peluang terekspos oleh pesan merek dalam suatu periode tertentu). Pada umumnya
perencanaan media selalu mengusulkan frekuensi pesan lebih dari satu kali untuk
memastikan agar target konsumen terekspos oleh pesan iklan. Terdapat tiga alasan untuk ini
yaitu Audiens selalu lebih memperhatikan program dari pada iklan, Frekuensi yang cukup
akan meningkatkan peluang suatu pesan untuk lebih dimengerti konsumen, semakin
kompleks suatu pesan iklan maka semakin banyak frekuensi yang dibutuhkan, Frekuensi
yang tinggi memungkinkan pesan untuk lebih diingat audiens.

xvi
a. Rumus Frekuensi :
Av freq = GRP’s
Reach 1+
Reach 1 + = Banyaknya pemirsa yang dijangkau dengan hanya melihat sekali iklan yang
sama.

VIII .Gross Rating Points


Jika nilai rating yang berfungsi indikator jangkauan audiens tersebut dikalikan dengan
frekuensi atau banyaknya suatu iklan ditayangkan pada suatu program akan menghasilkan
apa yang disebut dengan nilai rating kotor atau gross rating points (GRP) yang menunjukan
bobot yang diberikan kepada suatu saluran media atau disebut juga dengan bobot media
(media weight).
GRP hanya dapat digunakan untuk membandingkan berbagai saluran media dalam
medium yang sama, misalnya antara berbagai stasiun televisi atau sesama radio dan surat
kabar. Perhitungan GRP merupakan pengukuran yang menggabungkan rating program
dengan jumlah rata-rata suatu rumah tangga yang terekspos pesan iklan pada suatu periode
tertentu.
Yang ditulis dalam persamaan GRP adalah sama dengan jangkauan dikalikan
frekuensi (GRP jangkauan x frekuensi). Jika suatu iklan muncul lima kali pada suatu program
dengan rating 10 maka GRP iklan bersangkutan adalah 5 x 10 = 50 GRP.

IX. Karakteristik Media Televisi


Tiap media memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya, mempunyai
kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Di era modern saat ini, televisi bukan lagi
produk elektronik yang termasuk dalam kebutuhan mewah. Bahkan dalam satu rumah, bisa
terdapat dua atau lebih sarana televisi. Selain itu, masyarakat juga bisa mengakses channel-
channel favorit mereka melalui media yang berbeda seperti handphone, para pengguna
internet juga dimudahkan untuk menikmati tayangan melalui metode online streaming di
laptop/ komputer bahkan tablet. Jadi, bisa dikatakan bahwa pangsa pasar sangat luas apabila
kita membidik mereka dengan beriklan di televisi.

X. Kelebihan dan Kekurangan Iklan TV


Televisi merupakan produk elektronik yang berteknologi canggih. Terdapat dua
elemen penting yaitu audio dan visual yang menjadikan proses penyampaian informasi lebih
mudah ditangkap oleh audiencenya. Tidak seperti iklan di media cetak yang dibuat dalam
bentuk tulisan, iklan di televisi dirancang sedemikian rupa sehingga membentuk suatu produk
video seperti halnya dalam pembuatan film berdurasi pendek. Isinya tentu saja bersifat
persuasif agar pemirsa merasa tergerak untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan.

xvii
Jenis iklan ini memiliki kelebihan yaitu Kombinasi elemen audio dan visual
menciptakan pengaruh dan daya tarik yang kuat, Konten mudah dipahami oleh audience,
Jangkauan lokasi luas, Keahlian membaca teks tidak diperlukan bagi pemirsa, Audiense
dapat menangkap pesan hanya dengan melihat dan mendengar ,Waktu penayangan
ditentukan dari awal.
Adapun kekurangan jenis iklan ini yaitu Durasi penayangan hanya sebentar, Tarif
iklan relatif mahal, Dibutuhkan biaya teknis, Iklan yang ditayangkan tidak dapat diseleksi,
Jaringan mempengaruhi jangkauan penyampaian iklan, Masih ada masyarakat yang belum
mengakses siaran televise.

XI. Tarif Pasang Iklan TV


Biaya yang harus dikeluarkan agar produk Anda dapat dipromosikan melalui televisi
dapat terbilang cukup tinggi. Rata-rata budget yang harus dipersiapkan untuk menampilkan
sebuah iklan TV berdurasi 30 detik adalah sekitar 5 juta rupiah. Angka tersebut bisa naik lagi
tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhi tarif beriklan di televisi, yaitu:
a. Karakteristik Stasiun Televisi
Stasiun televisi yang menyiarkan khusus berita, Olahraga, Musik, atau film akan lebih
menguntungkan advertiser, karena mereka bisa memilih stasiun tv yang sesuai dengan
market. Untuk stasiun yang ber-rating tinggi, maka mematok biaya iklan tv cukup besar,
sekitar 10 juta hingga 15 juta rupiah per 15 hingga 30 detik penayangan. Beda lagi tarif untuk
tv lokal, biaya iklan tv hanya berkisar 50 ribu hingga 300 ribu rupiah per spot atau sekali
tayang dengan durasi sekitar 30 detik.
b. Rating Program Acara
Semakin tinggi sebuah rating acara, maka semakin mahal biaya yang dibandrol untuk
iklan tv, contohnya Trans TV dimana iklan yang ditampilkan pada acara Termehek-mehek,
trans TV menetapkan biaya iklan sebesar Rp 5,5 juta per slot durasi 30 detik. Dari sini dapat
kita lihat bahwa penayangan iklan tergantung pula pada program televisinya. Semakin besar
rating acara, hal ini dipandang sebagai indikator dimana semakin besar pula audiens yang
menyaksikan acara tersebut. Produk yang telah menempatkan dirinya untuk ditampilkan
dalam acara tersebut harus siap dengan biaya iklan yang dipengaruhi oleh acara yang
bersangkutan. Untuk acara yang disiarkan secara tunda atau langsung juga terdapat perbedaan
dalam biaya iklan tv yang dipasang. Untuk siaran langsung, harga yang dipatok lebih mahal
dibandingkan siaran tunda.
c. Jam Penayangan
Pada trafik penonton yang ramai akan dipasang biaya iklan tv yang lebih mahal
dibandingkan jam tayang yang diperkirakan tidak ramai penonton. RCTI dengan program
televisi berita yang mencakup Seputar Indonesia Pagi, Petang, dan Malam. Dalam
menentukan tarif untuk menamplkan iklan di televisi, jam penayangan juga diperhatikan
berkaitan dengan banyaknya audiens yang menyaksikan program televisi tersebut. Misal
untuk Seputar Indonesia Pagi, RCTI mematok tarif sebesar Rp 8 juta, untuk Petang Rp 16

xviii
juta, sementara malam hanya Rp 5 juta. Semakin besar estimasi audiens yang akan
menyaksikan, semakin mahal pula tarif yang ditetapkan stasiun televisi tersebut.
d. Peletakan Iklan
Letak antara iklan dan program acara juga mempengaruhi harga. Iklan yang diputar
setelah program acara berlangsung akan dianggap sebagai posisi pasang iklan yang paling
strategis sehingga dipasang harga lebih mahal dibandingkan iklan yang dipasang di antara
iklan lain. Hal ini berkaitan dengan penonton yang suka mengganti chanel siaran ketika iklan
berlangsung.
Berikut tentang biaya rata-rata beriklan di TV saat ini, berdasarkan kapan iklan
ditayangkan:
Jam 00.00-05.00, biayanya sekitar Rp.5.000.000 – Rp.7.000.000 per 30 detik.
Jam 05.00-08.00, biayanya sekitar Rp.7.000.000 - Rp.9.500.000 per 30 detik.
Jam 08.00-12.00, biayanya sekitar Rp6.000.000 – Rp8.000.000 per 30 detik.
Jam 12.00-13.00, biayanya sekitar Rp.7.000.000 – Rp.9.500.000 per 30 detik.
Jam 13.00-17.00, biayanya sekitar Rp.6.000.000 – Rp.8.000.000 per 30 detik.
Jam 17.00-21.00, biayanya sekitar Rp12.000.000 – Rp.20.000.000 per 30 detik.
Jam 21.00-00.00, biayanya sekitar Rp.7.000.000 – Rp9.500.000 per 30 detik
Apabila dikalkulasikan, maka rata-rata tarif iklan tv terbagi dalam dua jenis, berkisar 5 juta
hingga 20 juta rupiah per spot (durasi 15-30 detik).
Pemasangan iklan di stasiun televisi dipandang cukup ampuh dalam menampilkan
bagaimana konsep produk yang dipromosikan. Namun promosi iklan lewat stasiun televisi
juga membutuhkan dana yang besar. Besarnya biaya iklan ini tergantung pada waktu
penayangan iklan, acara dimana iklan tersebut ditampilkan, durasi iklan, dan kebijakan pada
masing-masing stasiun televisi mengenai penetapan anggaran penampilan sebuah iklan.

xix
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan hasil dan analisa dari bab sebelumnya maka kami sebagai
penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
Kekuatan (Strenghts) pada produk rokok A mild adalah berupa : produk
yang memiliki kualitas yang baik, harga jual produk yang relative stabil, dan
adanya brand image yang baik. Sehingga dengan adanya brand image dan harga
jual produk yang relatif stabil serta ditunjang dengan kualitas produk maka akan
mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam meningkatkan penjualan
perusahaan.
Peluang (Opportunities) pada Produk rokok A Mild adalah berupa :
pangsa pasar yang luas, adanya kelompok konsumen yang menginginkan rokok
yang lebih sehat, dan peluang untuk melakukan ekspor. Berdasarkan peluang-
peluang yang ada di atas perusahaan dapat memasarkan produknya lebih luas
kepada konsumen.
Biaya yang harus dikeluarkan agar produk Anda dapat dipromosikan
melalui televisi dapat terbilang cukup tinggi. Rata-rata budget yang harus
dipersiapkan untuk menampilkan sebuah iklan TV berdurasi 30 detik adalah
sekitar 5 juta rupiah. Angka tersebut bisa naik lagi tergantung dari beberapa
faktor yang mempengaruhi tarif beriklan di televisi, yaitu:
Karakteristik dari stasiun televisi – rating atau tingkat kepopuleran dari
stasiun televisi menunjukkan segmentasi pasar yang sesuai untuk jenis produk
yang akan diiklankan. Jenis program acara – iklan yang ditayangkan di sela-sela
acara dengan rating tinggi tentunya memiliki tarif mahal.
Waktu penayangan – iklan yang tayang pada acara live dibandrol dengan
harga mahal dibandingkan dengan iklan yang ditampilkan saat siaran ulang atau
tunda. Penentuan jam tayang juga dipengaruhi oleh segmentasi pasar pada
waktu-waktu tertentu dan disesuaikan dengan jenis iklan. Penempatan iklan –
letak antara iklan dengan acara yang sedang berlangsung mempengaruhi tarif
yang dikenakan. Iklan yang diposisikan di tengah-tengah rangkaian iklan
harganya jauh lebih murah dibandingkan yang berada di posisi strategis yaitu
bumper in and out

xx

Anda mungkin juga menyukai