SILAHKAN
SILAHKAN MENGAMBIL TEMPAT YANG SUDAH DISEDIAKAN, DAN NIKMATI MENU YANG KAMI SAJIKAN
>Lupakan sejenak MISTERI ANAK-ANAK PAK JAWI, karena cerita kali ini akan sedikit
berbeda.
>Open
>Open Minded! Tidak ada niatan Saya untuk menyinggung agama dan suku tertentu
>Sabar
>Sabar menunggu update, tanpa melempari Saya dengan "Kentang"
>Berbeda
>Berbeda dengan thread sebelumnya, kali ini mungkin Saya tidak bisa update tiap har i,
>Mohon
>Mohon tidak m enanggapi
enanggapi kom entar yang bersifat ngerusuh, komentar negatif, kritik
membangun
membangun dan kritik
kritik pedas,
pe das, karena itu ditujukan buat saya. Cukup saya saj a yang
menerima
Akhirnya
Akhirnya kesampaian juga bu at nulis di Kaskus lagi, s emoga tulisan Saya tidak membuat
agan dan sista bosan.
Beberapa yang perlu diperhatikan sebelum membaca
Q: Appetizer,
Appetizer, Main Course, Dessert, maksudnya apaan gan?
A: Cerita
Cerita pembuka, cerita utama, cerita penutup gan
Q: Kok cara nulisnya aneh, mirip penulis misteri anak-anak pak jawi, agan siapa nya?
A: Ane pak jawi nya gan
Q: Kentang gan
A: Enak gan
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 1
PENGANTAR
>Saya
>Saya bukan pe nulis,
nulis, jadi
ja di tidak paham aturan penulisan yang baik. Jika ada caca t pada
tulisan
tulisan saya, mohon
mohon dimaklum
dim aklum
>Bagus tidaknya tulisan ini sangat dipengaruhi oleh selera agan, tidak suka tema atau
genre,
genre, tidak s uka teknik atau gaya penulisan saya, bahkan tidak suka s ama saya itu
>Tidak
>Tidak ada foto di Thread ini, jadi merequestnya adalah percuma
>Kisah Nyata atau Fiksi????? Saya sarankan agan menganggapnya Fiksi, dengan begitu
agan tidak mer asa dibohongi, saya pun tidak merasa berdosa.
Terakhir...
Terakhir... silahkan tinggalkan komentar yan g baik ya gan, saya lebih suka baca
komentar
komentar pembaca daripada d apat cendol. Dan Saya Daniel Ahmad mengucapkan, selamat
membaca.
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 2
APPETIZER
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 3
THE BAD BOY
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 4
THE BAD BOY CHAPTER 1
JANUARI 20XX
"SIAAAAAAAL"
Ini sudah tengah malam, tapi mulut ini tidak bisa diam. Meluapkan
amarah dengan kata-kata kasar, meskipun Saya tahu tidak akan ada yang
mendengar.
mendenga r. Umpatan demi umpatan mengiringi setiap barang yang saya
kemas ke dalam tas hitam besar. Percayalah.... packing tidak pernah se
horror ini.
"DIAAAAAAAM!!!"
Ada alasan kenapa kamar ini berantakan, dan alasannya ada di balik
pintu itu. Siapa pun dia, yang dari tadi mengetuk pintu kamar dengan
sangat pelan tapi memaksa saya untuk bertindak sangat cepat.
"Tai! Ini semua salah Gue! Kalau saja gue gak pergi dari rumah, kalau
saja Gue dengerin nasehat mereka, kalau saja....."
"ANJ***********************NG!!!!"
Tangan ini masih sibuk mengemasi pakaian, buku, dan barang-barang yang
akan Saya bawa pulang. Biasanya kemanapun Saya akan pergi, packing
tidak pernah selama ini. Tapi kali ini Saya harus memastikan tidak ada
satupun yang ketinggalan, karena Saya tidak akan pernah kembali ke
tempat ini lagi
TIDAK AKAN
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 5
Saya sudah selesai berkemas, dan masih mengambil nafas untuk keluar
dari kamar. Suara ketukan pintu itu tidak lagi terdengar tidak pula
Saya rasakan ada seseorang di baliknya. Saya berlajan pelan sekali,
meraih gagang pintu dengan tangan basah yang masih gemetar. Hawa panas
yang saya rasakan ini.... entah karena keringat yang bercucur deras,
atau jangan-jangan......
KREEEEEEEEK
Suara pintu terbuka pelan, degup jantung yang beradu cepat, membuat
saya sejenak menahan nafas, dan saat pintu kamar terbuka lebar......
Ini adalah kesempatan Saya.... segera Saya berlari menuruni tangga dan
bergegas mengeluarkan motor yang ada di ruang tamu. Rasa takut
bercampur lega karena akhirnya saya akan pergi dari tempat terkutuk
ini, layaknya terusir dari rumah sendiri.
Motor saya sudah di teras rumah, sebelum menutup pintu kontrakan saya
sempatkan melihat untuk terakhir kalinya, ruangan dapur yang gelap....
dan Handy cam Saya yang tergeletak di lantai... tidak sedikitpun ada
niatan untuk mengambilnya, karena saya sama sekali tidak ingin tahu
apa isinya.
i sinya.
KREK
Dengan ditutupnya pintu kontrakan ini, maka secara resmi saya bukan
penghuninya lagi. Saya letakkan kunci kontrakan di atas pintu, dan
segera pergi.
Tempat terkutuk dimana Saat ini saya menaruh semua rasa benci, dan
bersumpah tidak akan pernah menginjakkan kaki di sana lagi.
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 6
Mungkin hari ini adalah hari terakhir Saya disini, tapi entah kenapa
Saya merasa bahwa ini tidak akan mengakhiri semua masalah.... karena
bagaimanapun semua ini dimulai dari kesalahan Saya sendiri....
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 7
THE BAD BOY CHAPTER 2
SATU MINGGU SEBELUMNYA...
30 Desember
De sember 20XX
23.00 WIB
"Terima Kasih"
Ucap SPG mini market yang tersenyum dengan make up tebal di wajahnya.
Heran, untuk membeli rokok saja saya harus dicerca banyak sekali
pertanyaan. Inovasi marketing, malah jadi Annoying.
"Termasuk saya"
Satu blok sudah Saya lewati. Tinggal satu tikungan lagi saya sampai di
Jalan Kertajaya dimana kontrakan Saya berada. Ini adalah hari kedua
Saya menempati kontrakan kecil di ujung pertigaan itu, Sebuah rumah
lantai dua dengan dua kamar tidur, satu kamar mandi, lengkap dengan
dapur. Semua itu sudah cukup untuk hunian seorang mahasiswa bujang
seperti saya.
Harga yang terjangkau dan lokasi yang strategis adalah alasan utama
saya memilih kontrakan tersebut. Memang Kontrakan saya jauh dari
kampus dan pusat keramaian, yang mana adalah tempat yang pas untuk
bersantai. Selain itu kontrakan kecil ini juga bersebelahan dengan
sebuah restoran, bangunan klasik dengan cat merah dan tulisan hitam
berbunyi....
BATAVIA RESTAURANT
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 8
Restoran ini hampir tidak pernah sepi. bahkan di hari libur pun
pelanggan datang silih berganti. Banyak menu di restoran ini yang
populer di kalangan Mahasiswa, dan sudah lumrah jika setiap malam
menjadi tongkrongan wajib mereka . Berhubung saya sudah sampai disini,
sebelum ke kontrakan saya putuskan untuk mampir dan mengobati lapar
karena sudah berjalan cukup jauh
KRING....
"Selamat datang"
d atang"
Seorang Waitress cantik berambut coklat yang masih belia menyapa Saya,
dia berbaik hati mengantarkan saya ke meja kosong di dekat jendela.
Senang rasanya karena masih ada meja yang kosong, meskipun gadis ini
kurang ramah dalam melayani. Bahasa nya sih sopan, tapi diucapkan
tanpa senyuman bahkan tanpa ekspresi.
Itu yang ada di pikiran Saya melihat wajahnya yang pucat. Waitress itu
mempersilahkan Saya duduk dan memberikan sebuah Daftar Menu. Saya
berikan sebuah senyuman kecil sebagai tanda terimakasih. Perut lapar
ini setuju untuk tidak pilih-pilih makanan, jadi apapun menu nya tidak
akan jadi masalah, yang penting kenyang. Akhirnya Saya pun memesan....
Waitress itu mencatat semua pesanan Saya, segera setelah saya berikan
daftar menunya kembali, dia pun pergi. Sembari menunggu pesanan
datang, saya mengecek kelengkapan barang barang yang saya beli
barusan. Saya tidak mau berjalan dua blok lagi hanya karena ada
sesuatu yang ketinggalan.
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 9
Saya buka kardus putih berisi Handy Cam Somy, benda yang wajib saya
miliki sebagai Mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir. Sejak kecil
saya bercita-cita menjadi sutradara terkenal, bukan karena saya jago
akting, tapi karena saya jago marah. Tapi cita-cita manusia selalu
berubah, semakin dewasa semakin sederhana. Sekarang ini jangankan
menjadi sutradara, lulus dengan IPK standar saja saya sudah bangga,
masalah kerja.... saya lebih memilih berwirausaha.
Iseng tapi niat, saya mencoba merekam untuk pertama kalinya, tidak
peduli saran di buku petunjuk yang mewajibkan mengisi penuh baterai
terlebih dahulu. Cukup dengan power bank, masalah teratasi. Tapi
sekarang muncullah masalah baru. Kemanapun saya arahkan lensa kamera
ini, tidak ada gambar apapun yang muncul di layar, hanya tulisan merah
berbunyi "REC" pertanda Handy cam ini mulai merekam. Tapi itu tidak
lama, karena sekarang Handy cam ini mati total.
"Hati-hati mbak"
Seru Saya yang tidak sedikitpun direspon dengan kata Maaf. Wajahnya
pun tidak menunjukkan rasa bersalah, dengan tenang dia mengelap
tumpahan kopi tersebut. Kejadian ini membuat Kesan pertama Batavia
jadi buruk di mata Saya. Tapi... luka bakar di pergelangan gadis ini
membuat Saya sedikit memakluminya. Luka bakar yang kelihatannya masih
baru itu, tertutupi oleh seragam waitress lengan panjangnya yang
berwarna merah.
"Mungkin luka nya masih terasa sakit hingga kesulitan membawa nampan"
Nasi Goreng Sambal Ijo. Tidak seperti namanya, warna Nasi goreng ini
masih sama dengan nasi goreng lainnya. Hanya saja rasanya......
"Eh??"
Rasanya benar-benar beda. Nasi goreng adalah menu favorit saya, tapi
dari semua yang pernah saya makan, Nasi goreng di restoran inilah yang
paling lezat. Tidak banyak toping yang merusak rasa, kokinya fokus
pada bumbu dan saus yang melebur nikmat di lidah saya. Tidak ada satu
pun cabe rawit ataupun sambal uleg, karena rasa pedasnya adalah bagian
dari bumbu, sumpah, MANTAP!
Saya tidak pernah makan selahap ini di tempat umum, apalagi kalau
sedang ramai. Tapi kali ini masa bodo! Saya bahkan ingin nambah satu
porsi lagi. Di sela-sela sibuknya mengunyah makanan, saya perhatikan
keadaan di sekitar. Bapak-bapak, Ibu-ibu, beberapa orang remaja, dan
bahkan anak-anak kecil pun terlihat asyik dan hanyut dalam topik
perbincangan masing-masing. Semuanya berpakaian rapi layaknya pegawai
kantoran, pengusaha besar dan politikus.
Pikir Saya sambil meneguk jus apel tanpa susu yang Saya pesan barusan.
Saya bisa mengerti kalau restoran ini banyak diminati, tapi yang tidak
bisa saya mengerti adalah ...... tidak satupun dari pengunjung ini
yang sedang menyantap pesanan mereka. Semuanya hanya sibuk bercakap
dan bersenda gurau satu sama lain, dan membiarkan piring serta gelas
di depannya itu diam tak tersentuh. Anak-anak kecil yang sedang
bermain kejar-kejaran itu pun tampak tidak peduli dengan permen dan
coklat yang mereka pegang.
Bukan cuma itu, Saya tidak lagi melihat ada Waitress dan pelayan lain
di restoran ini. Gadis yang tadi melayani Saya pun tidak keluar lagi
dari ruangan itu, bahkan kalau diingat-ingat dia sama sekali tidak
Tidak berapa lama kemudian selesai sudah hidangan tengah malam Saya.
Saya pun mengemasi barang belanjaan dan menuju ke meja kasir berharap
ada seseorang yang bisa saya panggil. Tapi sesampainya disana, tidak
seorang pun yang datang menjawab panggilan Saya. Padahal pintu ruangan
di samping meja kasir itu masih terbuka
Saya mulai kesal hingga terpikir untuk jadi kriminal. Tapi Saya sadar
kalau masih punya Moral. Akhirnya Saya pun tolah-toleh mencari papan
menu, agar Saya tahu berapa total harga pesanan Saya. Tapi anehnya,
papan menu yang digantung di atas tempat cuci tangan itu KOSONG! Sama
sekali tidak ada daftar makanan dan minuman di sana. Saya semakin
kesal. Segera saya keluarkan uang kertas lima puluh ribu dan Saya
letakkan di atas meja kasir dengan penuh amarah. Suara meja yang saya
pukul itu tidak begitu nyaring terdengar karena tertutupi oleh riuh
nya suara pelanggan. Tapi tiba-tiba...
TENG...................... TENG.....................
TENG.............................
Denting itu berasal dari jam tua yang berada di depan saya, tepatnya
di samping meja kasir, jam tua yang terbuat dari kayu itu, kacanya
mulai retak dan jarum panjangnya yang menunjuk ke angka dua belas pun
patah. Tapi bunyi denting ini terdengar keras sekali, cukup mengerikan
untuk suasana restoran yang sedang sepi
"Eh, sepi???"
BRAK!
UUUUUUUURRRGGGWEEEKKKHHH......
Saya tidak tahu lagi harus merasakan apa, jijik, kasihan, takut?
Melihat orang-orang ini meronta kesakitan, bahkan anak-anak mereka pun
tergeletak tak berdaya. Semua itu menyadarkan saya kalau yang pertama
kali harus saya selamatkan adalah diri Saya sendiri. Kalau ini adalah
akibat makanan yang mereka makan, maka saya pun sedang berada dalam
situasi yang sama.
"Sial!"
Tubuh ini begidik melihat wajah bapak itu. Kulitnya putih pucat,
dengan lingkaran mata merah dan bola matanya yang memutih, urat di
leher mereka terlihat jelas menonjol keluar, dan bibir biru mereka
yang melepuh itu pun perlahan terbuka........ mereka berteriak, tapi
tidak ada suara yang terdengar. Rasa khawatir dan panik Saya pun
berubah menjadi rasa takut dan ngeri, tubuh Saya rekflek menjauhi
bapak ini, tapi saat saya perhatikan sekeliling restoran barulah saya
sadari semua pelanggan di ruangan ini mengalami kondisi yang sama.
BANG!
Saya banting pintu restoran dengan keras, lalu melihat sekeliling area
parkir dengan penuh harapan ada seseorang yang bisa saya mintai
bantuan. Tapi satu-satunya orang yang bisa Saya temukan hanyalah
seorang tukang parkir. Saya berlari menghampiri bapak bertubuh tinggi
besar yang sedang sibuk membereskan barang-barangnya itu, mungkin ini
sudah waktunya untuk pulang, tapi kedatangan Saya dengan wajah panik
ini berhasil menahan langkah tukang parkir tersebut.
"Pak tunggu!!"
Bapak itu memperhatikan Saya yang datang dengan panik dan tergesa-
gesa, beliau memberi Saya waktu untuk mengatur nafas lalu menjelaskan
semuanya.
"Tolong hubungi Ambulan Pak! Di dalam restoran itu, banyak orang yang
keracunan makanan, mereka muntah darah, kondisi mereka juga......"
Bapak itu menepuk pundak Saya, wajah seriusnya sama sekali tidak
tergurat rasa panik dan khawatir atas apa yang saya ceritakan barusan,
Malah dengan tenangnya, beliau menyuruh Saya berbalik ke arah restoran
di belakang Saya itu. Sedikit jengkel memang, karena bapak ini sudah
memotong penjelasan Saya dan apa yang Saya beritakan barusan seolah
tidak digubrisnya, Bapak ini sama sekali tidak peduli dengan apa yang
terjadi di restoran itu, dan setelah Saya menoleh ke belakang barulah
Saya tahu jawabannya.
"Sssss seeeriusss???"
Entah sejak kapan semua lampu di restoran itu mati, bahkan sama sekali
tidak ada tanda-tanda sedang buka. Tulisan merah digantung di jendela
kacanya yang berbunyi
CLOSE
Nasihat bapak itu tidak Saya hiraukan, mata ini masih memandangi pintu
masuk Batavia. Pintu dimana Saya keluar dari situasi mencekam orang-
orang yang sekarat itu. Selanjutnya saya tidak tahu lagi apakah itu
nyata atau hanya halusinasi. Tapi perut ini masih lantang berbunyi,
seolah sama sekali belum terisi. Apakah hidangan yang Saya nikmati di
dalam tadi nyata? ataukah semua rentetan kejadian itu hanyalah ilusi
semata? Tukang parkir ini melambaikan tangannya di depan wajah Saya,
berusaha menyelamatkan Saya dari lamunan panjang ini.
"Saya.... Saya masih waras kan pak? Apa yang Saya lihat dan ceritakan
tadi, itu benar-benar nyata, saya tidak bohong"
"Restoran itu selalu tutup pukul sebelas malam, Saya tidak tahu
bagaimana ceritanya sampean bisa masuk kesana. Dan saya juga tidak
tahu apa yang sudah sampean lihat di dalam Sana, sekarang sebaiknya
sampean pulang, setelah apa yang sampean alami barusan, tidak baik
masih berada di sekitar restoran"
Bapak ini benar. Saya pun tidak mau lama-lama berada di dekat restoran
angker ini. Tapi rumah kecil di samping restoran itu...... rumah
lantai dua dengan cat putih itu berada tepat di sebelah Batavia. Tidak
ada pagar ataupun gang yang memisahkan, hanya sebuah dinding tipis
yang menjadi batas. Saya memandangi rumah itu tanpa bisa menutupi
wajah gugup dan ketakutan, Tukang parkir ini pun menyadarinya. Dia pun
ikut memperhatikan. Angkat tiga dan delapan terpasang tepat di samping
pintu rumah itu, pintu yang sedang terkunci karena harus ditinggal
oleh pemiliknya, dan benda logam dengan gantungan kunci hitam di
tangan saya ini adalah Kunci rumah itu...... Ya! Rumah di samping
restoran itu adalah......
KONTRAKAN SAYA
Butuh waktu agar mata yang sudah terbuka ini bisa melihat dengan
jelas. Cahaya matahari pagi membakar sisa-sisa kotoran di mata,
memaksanya berkedip berkali-kali sampai akhirnya pandangan ini menjadi
jernih. Mengangkat badan terasa sangat mudah, tapi meninggalkan
pebaringan ini..... entah kenapa jauh lebih susah.
Saya ajak mata lemah ini berkenalan dengan kamar kontrakan yang baru
dua hari saya tempati. Dinding sebelah kiri yang penuh dengan poster
Rhoma Irama dan Liverpool, jendela kamar yang lupa saya tutup, entah
sudah berapa nyamuk yang mati semalam gara-gara kekenyangan menghisap
darah bujangan. Kemudian meja kerja dengan laptop yang masih dalam
kondisi stand by, di sebelahnya ada lemari baju berisi pakaian yang
selalu saya jaga kerapiannya karena mata manusia lebih cekatan menilai
penampilan daripada hati seseorang.
Terakhir adalah cermin yang di depan Saya. Dapat Saya lihat wajah
berantakan dengan rambut yang tiap helainya berlawanan arah, plester
di dahi Saya masih belum sempat Saya buka, ini adalah kenang-kenangan
dari kecelakaan kemarin. Dan gara-gara itu motor saya harus menginap
di bengkel selama satu hari satu malam, belum lagi wajah tampan ini
sekarang menjadi ternoda, kulitnya putih pucat, bibir biru yang
melepuh, dan mata besar dengan lingkaran merah di sekelilingnya....
UWAAAAAAAAAAAAAAAAAAH
Betapa senangnya Saya karena sekarang Handy cam ini sudah normal. Ini
pelajaran bagi Saya agar lain kali mau mematuhi buku manual, syukurlah
Saya tidak harus kembali ke tokonya untuk komplain. Tanpa pikir
panjang Saya pun mencoba untuk merekam.
REC.
Ada satu kamar di ruangan ini , tepatnya di dekat pintu masuk. Kamar
ini sama luasnya dengan kamar Saya di atas, hanya saja karena tidak
ditempati, Saya gunakan sebagai gudang. Semua barang yang belum sempat
saya tata ada di kamar ini, mulai dari lemari, meja dan televisi.
Sudah lima tahun lebih Saya tidak nonton TV, karena internet
memberikan lebih banyak informasi dan hiburan, sementara Televisi
hanya memberikan anak jalanan.
Ruangan kedua adalah dapur yang ukurannya jauh lebih luas daripada
ruang tamu. Bahkan kelihatannya terlalu mewah untuk rumah sekecil ini.
Di depan Saya ada meja panjang membentuk huruf "L" yang terbuat dari
beton dan keramik , dengan dua buah tempat cuci piring di setiap
sudutnya. Di tengah meja ada sebuah kompor yang lagi-lagi terlalu
besar untuk sebuah dapur rumahan. Di ujung kanan meja ada sebuah
lemari besar yang sejak kemarin tidak bisa terbuka karena kuncinya
hilang, sedangkan di ujung kirinya adalah tempat lemari es sebelum
Saya pindahkan ke ruang tamu. Bisa dikatakan dapur ini adalah satu-
satunya ruangan termegah di rumah ini, tempat yang pas untuk Saya
Ada satu hal yang sejak tadi menjadi pusat perhatian saya, hingga
sudah lebih satu menit lensa handycam ini diarahkan ke sana. Ke
dinding diatas kompor berada. Disana ada sebuah lubang ventilasi yang
memanjang dan tidak dilapisi kaca ataupun lubang penyaring udara.
Ventilasi itu menjadi titik penghubung antara dapur ini dengan
restoran sebelah.
Gumam Saya dalam hati, mengingat betapa dekatnya dapur ini dengan
restoran Batavia.
Jika suatu saat nanti saya kelaparan tengah malam, Saya lebih memilih
untuk cari makan di luar daripada harus memasak di dapur ini.
Membayangkan harus menghirup udara yang sama dengan Batavia membuat
saya teringat dengan kejadian semalam, dan itu cukup untuk membuat
nafsu makan saya hilang.
STOP
KREK!
Pintu kontrakan ini sudah sangat tua, tapi entah kenapa gagang dan
lubang kuncinya masih baru. Mungkin sengaja diperbaharui karena ada
yang ingin menempati. Saya mulai penasaran siapa yang tinggal disini
sebelumnya. Mungkinkah orang itu tahu tentang restoran ini,
hingga memilih untuk pindah?
Motor CBR berwarna merah putih itu tampak sedang mejeng di depan
bengkel, Bodynya yang mulus mengkilat seolah sedang menyapa Saya dan
berkata...
“Halo Sob!”
“Halo Viki!”
Kami memulai basa basi wajib sebelum masuk ke pembahasan inti tentang
kondisi motor Saya. Jadi ceritanya, dua hari yang lalu saya dengan
sadar menabrak rombong pedagang kaki lima karena menghindari anak SD
yang tiba-tiba melintas.Hasilnya? Luka lecet di tangan, kaki, dahi dan
juga biaya ganti rugi untuk pedagang STMJ yang rombongnya saya
hancurkan. Tentu saja itu menguras isi dompet Saya, belum lagi biaya
perbaikan motor yang saya yakin tidak sedikit
“Gratis Sob"
“Eh??”
Kata-kata viki itu menyelamatkan tiga uang kertas merah yang baru saja
hendak Saya keluarkan dari dompet.
“Serius nih?”
Tawaran Saya pada Viki hanyalah sebuah umpan, dan Saya sangat berharap
Viki dapat memakannya.
“Oooooooh Elu ngontrak disitu? Deket donk dari sini! OK lah! Besok -
besok kalau sempet Gue pasti mampir kesana”
Sayangnya umpan Saya gagal!! Bukan reaksi itu yang Saya harapkan
keluar dari Viki. Sebagai salah satu pelanggan restoran itu, Viki
sepertinya tidak tahu apa-apa tentang kejadian semalam. Tas plastik
putih bertuliskan “Batavia Restaurant” itu adalah bukti kalau dia
pernah memesan makanan disana, belum lagi tempat tinggalnya yang
lumayan dekat, harusnya sedikit banyak dia tahu tentang sisi
mengerikan restoran itu.
Tapi biarlah. Mungkin untuk sementara...... semua ini hanya akan jadi
rahasia Saya. Selama Saya tidak kembali ke restoran itu, kejadian
serupa tidak akan pernah terulang.
Universitas Brajamusti
Pagi ini cuaca sedang mendung, sebagian mahasiswa dan mahasiswi berada
di kantin untuk menikmati yang hangat-hangat. Sementara Saya masih di
kursi taman menata buku yang baru saja saya pinjam dari perpustakaan.
Sebenarnya saya lebih tertarik dengan artikel dan buku digital
daripada buku-buku ini, tapi sebagian dosen melarang untuk menggunakan
E-Book sebagai refrensi.
"Aaaaah susah amat sih nyari refrensi di buku! Mesti dibuka lembar
demi lembar"
Saya menggerutu seperti anak kecil, jari ini sudah terbiasa dengan
"Ctr + F" lalu kemudian "Ctrl + C dan Ctrl + v", sampai akhirnya Saya
pun menyerah. Saya tutup buku tebal ini dan membuka layar Handy Cam.
REC.
Andai saja ada camera yang mampu melihat pikiran manusia, saya bisa
tahu apa yang ada di pikiran mahasiswa dan mahasiswi yang dari tadi
lalu lalang di depan Saya. Mereka seperti sibuk sendiri, membawa buku
kesana kemari. Sebagian terlihat berpakaian sangat rapi, dan sebagian
lagi terlihat sangat seksi. Salah satunya adalah cewe ini...
"Haaalloooooooooo"
"Lagi ada proyek sinematografi yah? Kalau Kamu butuh artis, jangan
sungkan-sungkan buat hubungin Aku yah!"
Ucap sabrina dengan nada manja ala syahrini. Dia duduk di samping
Saya, mengibaskan rambut hitam kemerah-merahannya hingga wangi sampo
mahalnya menampar hidung saya.
STOP
"Ganggu aja! lagian kalaupun beneran ada proyek, Aku gak bakal ngajak
Kamu!"
Jawab saya sinis, sambil menutup Handy Cam. Sebenarnya saya bukan
laki-laki yang suka bicara kasar sama perempuan, tapi khusus
Sabrina..... ada pengecualian. Lagipula dia tidak pernah peduli
ataupun komplain setiap kali saya bicara kasar. Sebenarnya Sabrina
adalah perempuan yang galak dan cepat tersinggung, tapi bagi dia....
Saya ada adalah pengecualian. Kami sudah berteman sejak SMA, sempat
terpikir untuk kuliah di jurusan yang sama.... tapi syukurlah itu
tidak pernah terjadi.
"Mau?"
WAITRESS BATAVIA
"Rin, pegangin!"
Saya beranjak dari bangku taman, dan memberikan Buku-buku juga tas
saya pada Sabrina.
"Mau kemana?"
Saya tidak mungkin menemui gadis itu hari ini, tidak selagi masih ada
Pria itu. Tapi setidaknya saya sudah memperpendek jarak dengannya,
hingga handy cam ini dengan jelas merekam wajahnya. Dan berkat lensa
Handy Cam yang Saya zoom berkali-kali, Saya semakin yakin bahwa gadis
itu adalah Waitress yang saat itu melayani Saya.
......................................................................
..
Saya tidak bisa menahan emosi karena Sabrina sudah melanggar privasi.
TIdak hanya dia mengikuti dan mengintip apa yang saya lakukan, dia
juga meninggalkan barang-barang Saya di kursi taman.
Tanya Sabrina seolah tidak merasa bersalah dengan apa yang sudah dia
lakukan. Saya hanya bisa menghela nafas karena memarahi sabrina,
adalah hal yang sia-sia, dan tentus saja.... menjelaskan semuanya pada
sabrina, adalah hal yang juga sia-sia.
Yang gemuk dan pendek ini namanya Yumna, Aku tidak banyak tahu tentang
dia, selain dia adalah orang malang yang proposal skripsinya ditolak
gara-gara terlambat mengumpulkan. Dan tentu saja penyebabnya adalah
aku. Andai saja badannya tidak se-lebar pintu perpustakaan, pasti
tidak mungkin aku tabrak dia sampai helai demi helai proposal tebalnya
yang belum dibendel itu berserakan, dan harus di tata ulang satu
persatu. Itu terjadi sekitar satu minggu yang lalu.
Intinya.... ketiga orang ini sama-sama punya dendam kesumat yang belum
hilang, dan sialnya ternyata mereka bertiga saling kenal. Aku berpikir
keras, mencari jawaban yang tepat dan cepat, yang bisa menyelamatkanku
dari mereka bertiga. Dan jawaban yang aku dapatkan adalah...
"Kak.. Aku kan udah minta maaf, Aku janji bakal ganti rugi....."
Percuma! Selain mereka tahu aku ini ceroboh, mereka juga tahu aku
adalah orang miskin. Jadi omonganku soal ganti rugi, sama sekali tidak
bisa mereka percaya. Mereka mulai bertingkah kasar, menarik paksa tas
besarku, dan menuangkan isinya ke lantai. Buku, gantungan kunci,
Handphone dan barang-barangku yang lain pun jatuh berserakan. Dan
diantara barang-barang itu, mereka memutuskan untuk mengambil salah
satu yang menarik perhatian mereka, barang itu adalah
DIARY KU
"Please Kak, jangan yang itu..... Kakak boleh ambil Handphone ku tapi
tolong kembalikan buku itu"
Tentu saja! Mereka tidak akan tertarik dengan Handphone bututku. Tidak
Mereka tertawa licik, membuka lembar demi lembar dengan ekspresi wajah
jijik. Sementara rofi menahanku dengan tubuh tambunnya. Aku masih
melawan, dan harus terus melawan, walaupun teriakan ini percuma, tapi
setidaknya dorongan tubuhku dengan semua tenaga yang aku punya ini,
bisa membuat mereka berhenti.
DUG!
KENAPA?
Kenapa dia tidak berhenti? Padahal Aku sudah tidak punya tenaga
berdiri. Masih disakiti, dihantam tanpa henti. Rambut, wajah, dan
semua yang bisa disakiti, tidak luput dari pukulan dan cakaran nya.
"Please.... Berhenti"
Aku memohon, dengan tangis yang tidak bisa ku keluarkan. Tapi dia sama
sekali tidak menghiraukan, dan terlihat semakin menikmati yang sedang
dia lakukan. Tertawa, puas dengan darah yang keluar dari mulut, dan
lebam yang mulai mewarnai wajah. Tidak ada yang bisa aku lakukan,
selain menunggu nya...
BERHENTI
Hari ini adalah hari yang sial, walaupun semua hari-hariku memang
selalu sial. Apa yang dilakukan Kak Alya dan kawan-kawannya sudah
lewat batas, tidak hanya hina, cela dan caci maki, tapi kali ini
mereka sudah berani menyerang fisik. Ah.... kepalaku masih terasa
sangat sakit, aku tidak ingat lagi apa saja yang sudah mereka lakukan
pada tubuh ini.
30 Desember 20XX
20:00 WIB
Menjelang tahun baru, pesanan untuk event dan pentas hiburan semakin
banyak. Mungkin sudah waktunya Hanggareksa mempertimbangkan perekrutan
karyawan baru. Walaupun restoran ini kecil, kami tetap sering
kewalahan melayani banyaknya pelanggan dan juga banyaknya pesanan.
Hampir setiap rapat Aku selalu mengusulkan penambahan Karyawan, tapi
Bak Riska selalu saja menjawab "Nanti kita pertimbangkan", meski
begitu sampai sekarang kami masih saja berenam. Awalnya Aku pikir,
keuangan restoran belum mencukupi untuk menggaji Karyawan baru, tapi
semakin kesini aku mulai merasa bahwa...
Kak Ratna memberikan nampan dengan Bebek bakar madu dan Twilght Soda.
Minuman yang sering Ibu pesan, bahkan hampir tiap hari ibu
mengingatkan aku...
"Nova... ntar pulangnya bawain Ibu Twilight Soda ya, bayarnya potong
gaji kamu aja"
Ah Ibu..... kalau tiap hari dipotong, bisa-bisa awal bulan gajiku cuma
tinggal lima puluh ribu. Aku bawakan pesanan ini pada pelanggan yang
duduk di meja nomor lima, meja itu berada tepat di depan meja kasir.
Aku perhatikan setiap langkah yang ku ambil, tidak ingin kecerobohanku
merusak selera makan pelanggan.
PUK
BYURR............
Bak kebakaran jenggot, bapak mesum itu berdiri dari kursinya. Wajah
dan bajunya basah oleh Twilght Soda, sementara Aku.... Aku tersenyum
sambil memegang gelas kosong bekas twilight soda..
LHO?
Terpaku oleh rasa heran, melihat gelas kosong minuman milik bapak itu,
kini sedang dalam genggamanku. Bapak itu masih saja berteriak-teriak
memanggil manager, disaksikan oleh pelanggan yang lain. Aku mulai
sadar apa yang sedang terjadi, orang yang menyiramkan minuman ke muka
bapak itu adalah Aku. Hanya saja...... kenapa Aku seolah-olah tidak
ingat apa-apa?
Seru Mbak Riska, seperti sedang berkata "Biar Aku yang urus"
Nasihat Oma sama sekali tidak membantu, karena yang sedang ada di
pikiran ini bukanlah perlakuan Bapak itu padaku, melainkan perlakuanku
padanya. Aku tersenyum, agar Oma dan yang lain tahu bahwa Aku baik-
baik saja, syukurlah mereka percaya, kecuali BQ......
Aku pergi ke tempat cuci piring, disana ada BQ yang sedang menunggu
air mendidih.
"Ummmm.... gak juga, aku memang sengaja ngelakuin itu, orang kaya gitu
emang pantas diberi pelajaran"
"Jangan bohong!"
PERGI!
Hujan deras yang luput dari ramalan cuaca mengguyur bumi Gambir,
memaksa sebagian pejalan kaki untuk berteduh dan sebagian lainnya
masih kalang kabut mencari tempat berlindung. Para Abang becak
berkumpul di pangkalan dengan becaknya yang sudah tertutup plastik,
begitu juga dengan Pak Kusnadi, tukang parkir yang sedang bernaung di
bawah atap restoran sambil sesekali menggigil kedinginan. Kak Resti
memintanya untuk masuk, tapi beliau menolak dan lebih memilih duduk di
luar, di kursi plastik yang baru saja dibawakan oleh Kak Resti.
31 Desember 20XX
22:30
"Hei!"
"Ummmm makasih, maaf Aku gak sadar kalau kamu datang, hehehe"
"Aku sudah ada di sini dari tadi, kita bahkan sudah ngobrol panjang
Benarkah? Ucapku dalam hati karena sejujurnya Aku tidak ingat apa-apa.
Aku bahkan baru sadar kalau diary ini Aku bawa ke restoran, sebelumnya
aku selalu menyimpannya di tas sekolah karena di restoran tidak ada
waktu untuk membuka nya. BQ semakin serius memandang wajahku yang
semakin bingung, sejak kejadian di dapur yang pertama BQ tampak selalu
memperhatikanku padahal sebelumnya dia adalah orang yang cuek, bahkan
sama pelanggan sekalipun.
"Apa yang Aku ceritakan ini, boleh kamu percaya, boleh juga tidak.
Sejak kecil Aku bisa melihat apa yang orang lain tidak bisa, entah ini
anugerah atau sebuah kutukan, aku tidak tahu! Yang aku tahu, semakin
bertambahnya umur, semakin aku merasa berbeda. Meskipun begitu, sampai
saat ini aku hanya bisa melihat, tanpa mampu berinteraksi dengan
mereka. Ya! Mereka adalah mahluk halus dengan beragam wujud dan
sifatnya. Mereka ada dimana pun, bahkan di tempat yang menurut kita
aman sekali pun, termasuk....."
DI RESTORAN INI
"GULP"
"Saat pertama datang kesini untuk wawancara kerja dulu, Aku sempat
berhenti di depan pintu masuk dan berpikir untuk kembali pulang,
karena setelah belasan tahun hidup berdampingan dengan mahluk halus,
baru kali itu Aku merasakan....
TAKUT
Bukan karena terancam atau terganggu dengan penunggu yang lebih dulu
menempati tempat ini, tapi saat itu rasa takut ku lebih kepada Trauma
yang sangat kuat menghantui. Tanpa harus melangkahkan kaki ke dalam
restoran ini, Aku sudah bisa dengan jelas merasakan... bahwa
TRAK!!
"Aku baru tahu kalau kamu sempat diwawancara dulu sebelum kerja
disini, setahuku.... kamu datang dan langsung bekerja deh"
Apa? Jadi waktu itu BQ ditolak bekerja disini, kenapa? Apa karena
wawancaranya tidak berjalan lancar? Banyak sekali pertanyaan yang
ingin aku ajukan pada BQ, tapi semakin lama kami di bawah sini,
semakin Mbak Riska curiga, jadi Aku hanya memilih satu pertanyaan
terakhir...
Kami berdua sudah kembali duduk di kursi, dan membereskan lilin yang
baru saja Aku jatuhkan. Masih dengan suara kecil, Aku bertanya pada BQ
"Maksud kamu?"
"Hmmmm aku denger, restoran ini dulunya milik seorang tokoh agama,
kemudian dia pindah ke luar kota dan menjualnya pada mbak Riska. Apa
mungkin rumah itu juga ya?"
Tanya Aku
Jawab BQ
"Eh kenapa?"
Hujan deras ini membuatku harus pulang kemaleman dari restoran, belum
lagi motorku jadi basah kuyup soalnya tempat parkir restoran emang gak
ada atapnya, dan gara-gara itu semua lagi-lagi Aku harus mengalami
nasib sial.
31 Desember 20XX
22:55 WIB
Aku masih berusaha membuat motor ini nyala, tapi mungkin memang sudah
nasib sialku, alih-alih nyala, motor ini malah mengeluarkan bunyi aneh
setiap kali distarter. Mbak Ratna menawariku tumpangan karena memang
rumah kami satu arah, tapi aku harus menolak karena tidak mau
meninggalkan motor ini di parkiran. Beruntung Pak Kusnadi yang juga
sudah bersiap untuk pulang datang menghampiri, seakan sudah pengalaman
dengan motor antik, beliau mencabut bagian motor yang entah apa
namanya itu, dan memeriksanya lalu beliau berkata...
BREMMMMMMMMMMMMMMM
Di perjalanan...
Cewe ABG jalan sendirian di tengah malam gini, di sebuah jalan yang
sudah semakin sepi, bertemu dengan orang-orang seperti ini, dan tidak
bisa lari karena satu-satunya kendaraan yang aku punya mati. Kurang
sial apa coba?
Salah satu dari empat orang itu menyenggol temannya memberikan isyarat
bahwa ada yang datang. Seketika itu juga semuanya menoleh ke arahku,
meninggalkan gapleknya dan menghampiriku. Satu diantara empat orang
itu kelihatan seperti Om-om dengan rambut tengah yang botak, kumis
tebal dan perut buncit yang hanya ditutupi kaos dalam. Sementara
sisanya adalah tipikal ABG Alay yang model rambut, muka sama bau
badannya gak matching.
"Wah wah kacian beud sih neng, tengah malam gandeng motor, mending
gandeng gue aja neng"
"KYAAAAAAAAAAAAAAAA"
PLAK!
Aku tidak bisa mengimbangi gerakan mereka yang lebih cepat dan lebih
kuat, sehingga dalam sekejam kedua tanganku sudah mereka pegang. Si Om
yang dari tadi diam memegangi pipinya sekarang mulai mendekat dan
memegangi pipiku, aku cuma bisa memohon dengan terbata-bata kala
wajahnya semakin mendekati wajahku,
BRMMMMMMMMMMMM
Beruntung motor yang lewat barusan mengagalkan apapun niat busuk yang
hampir dilakukannya padaku, mungkin karena tidak mau menarik perhatian
orang yang lewat, tapi inilah kesempatan yang tepat. Aku yang mulai
percaya diri untuk melawan, Akhirnya mengambil tindakan dengan
menghantamkan kakiku tepat di bagian lembut yang ada diantara
selangkangannya
DEB!!
"ADDDDDDDDDDDOOOOOOOOOOOOOOOOOW"
PLAK!
Lagi.... Aku harus merasa sakit lagi.... Tapi anehnya, rasa sakit itu
membuang semua rasa takutku. Dia.... mulai menghantam pipi sebelah
kiri. Keras sekali hingga terpental dan tersungkur ke aspal. Semua
terlihat panik, tapi kemudian semakin beringas. Aku tidak tahu lagi
apa yang harus aku lakukan, berteriak pun sepertinya percuma. Dia
melakukannya, satu per satu, hingga cairan merah itu terlihat.
Keributan itu menarik pengemudi motor yang lewat, dan yang terjadi
selanjutnya adalah Babak belur, lalu kemudian kabur.
Apa yang salah denganku akhir-akhir ini? Aku terlalu sering bengong
hingga sampai pada tingkatan lupa dengan apa yang terjadi di sekitar,
bahkan terkadang Aku lupa dengan apa yang baru saja Aku lakukan. Tidak
mungkin masalah ini Aku ceritakan pada Ibu, karena itu hanya akan
membuatnya khawatir. Beruntung nya Aku punya Chandra, sahabat satu-
satunya yang selalu bisa Aku andalkan.
1 Januari 20XX
09.00 WIB
Liburan pertama ku setelah sekian lama. Ibu tidak pernah punya waktu
untuk mengajakku jalan-jalan karena kesibukannya. Tapi Aku tidak
mengeluh, karena sebenarnya.... Aku lebih suka nonton TV di rumah.
Tapi Chandra..... dia mengajakku pergi ke tempat ini, salah satu
wisata di kota gambir yang punya legenda turun temurun, begitulah yang
diceritakan Chandra dari tadi, sampai telinga ini bosan sendiri.
"Aku beneran gak apa-apa kok! Aku sengaja gak ngasih tahu Kamu,
soalnya.... Aku takut kamu gegabah melabrak mereka. Gimanapun....
mereka perempuan"
Aku harus memotong perkataan Chandra, karena kalau tidak... dia akan
mulai dengan nasehat-nasehatnya yang membosankan, sama membosankannya
dengan cerita-ceritanya. Chandra sudah terbiasa aku perlakukan begitu,
tapi kali ini.... dia seperti tidak suka Aku menyela pertanyaannya.
Saya melepas pelukan pada Vivi, dengan wajah yang mulai tegang dan
panik Saya kembali bertanya....
Vivi menjawab...
"Ya! Tidak ada yang lain dipikiran Saya saat itu selain perempuan
berambut putih"
"Bukannya bapak bilang Jimat dari Bos bapak sudah berhasil mengusir
perempuan itu, bahkan sudah lama sekali bapak tidak diganggu"
30 Desember 20XX
22:00 WIB
Saya memeluk erat anak perempuan Saya, mendengar cerita nya barusan
seakan menjadi ancaman, bahwa Saya akan kehilangan Vivi. Tapi Tidak!
Saya tidak akan biarkan itu terjadi.
Tanya Saya pada Vivi, dengan nada tenang yang dipaksakan. Saya tidak
ingin anak kecil ini menjadi panik.
Tidak mungkin! Tidak pernah terpikir oleh Saya akan merasa ketakutan
oleh cerita anak kecil. Tapi Vivi tidak mungkin berbohong, semua yang
diceritakannya pasti benar. Jadi selama ini perempuan itu berhenti
mengganggu Saya bukan karena jimat dari Haji Qodir, tapi karena dia
sudah menemukan korbannya yang baru, dan sialnya korban itu adalah
VIVI
Vivi tidak lekas merespon perintah Saya, Dia sama sekali tidak
mengerti bahwa kami berdua sedang dalam bahaya, Saya pun tidak mau
membuang waktu untuk menjelaskan panjang lebar pada nya.
Kesal sekali rasanya, karena tidak satupun teman yang menjawab telepon
Saya. Untuk saat ini prioritas Saya adalah membawa Vivi keluar dari
rumah, Tentang dimana kami akan bermalam, itu urusan belakangan. Saya
mengemasi barang-barang yang bisa dibawa, tidak banyak memang, karena
kepergian tidak akan lama. Saya akan menyelesaikan masalah ini secepat
mungkin, agar bisa segera pulang ke rumah ini lagi.
"Selesai!"
Saya menutup rapat tas punggung, dan bergegas menemui Vivi di garasi.
Sama sekali tidak terpikirkan oleh Saya untuk menemui paranormal,
Ustad, Kyai atau pengusir Hantu dan sebagainya. Satu-satu nya orang
yang paling mengerti situasi Saya saat ini adalah BQ. Dan disaat
seperti ini lah baru Saya menyesali, Kenapa Saya tidak memiliki nomor
Handhphone BQ.
Mendadak perasaan Panik memenuhi kepala ini, Saya akan jadi Ayah
terburuk di Dunia karena sudah melibatkan anak kecil ke dalam masalah
yang bahkan orang dewasa pun tidak mengerti. Tapi Rasa panik Saya
"Pa'eee"
Lega rasanya, tapi sebaiknya Saya simpan senyuman ini sampai Saya dan
Vivi benar-benar aman. Tanpa buang-buang waktu lagi, Saya buka pintu
garasi lalu masuk ke dalam mobil
Anak ini terlalu girang untuk ukuran orang yang sedang berusaha kabur
dari bahaya. Tapi melihat Vivi seperti itu, setidaknya mampu
memberikan sedikit rasa tenang dan keberanian di hati Saya.
BRMMMMM
Jawab Saya yang sedang berusaha mengeluarkan mobil tua ini dari
garasi.
"Gimana kalau ke taman Lou Vandreas aja? Disana ada kolam yang ada
bebek-bebekannya.... ya kan Bu De?"
Tiba-tiba mesin mobil saya mati, suasana mendadak hening dan gelap
gulita. Tidak hanya mesin mobil tua ini, tapi lampu di garasi pun
MATI
Istighfar tidak membantu saya melihat dalam gelap, tapi setidaknya itu
membuat Saya tenang. Terutama Vivi.... tapi anehnya....
INI TERLALU TENANG UNTUK UKURAN ANAK SD YANG SEDANG BERADA DALAM
KEGELAPAN
"Vivi??"
Vivi tidak menjawab panggilan Saya, dan itu membuat Saya semakin
panik. Beruntung akhirnya Saya menemukan Korek api, tanpa pikir
panjang Saya pun menyalakannya. Cahaya api berhasil mengusir gelap,
dan memperlihatkan kursi di sebelah Saya dimana Vivi duduk barusan.
Tapi sialnya...
"Viviiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii?!!!"
PEREMPUAN BERAMBUT PUTIH YANG SEDANG DUDUK DI BAK BELAKANG MOBIL SAYA
"Hegh..."
Saya berhenti teriak, sekarang ini perempuan itu berada tepat di depan
mobil Saya. Dia berdiri di pintu garasi, melambaikan tangannya sebagai
isyarat tantangan.
"KEPARAAAT"
BRRMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
Tuhan masih menyayangi Saya, mobil tua ini kembali menyala. Kaki ini
tidak menunggu lama untuk menginjak gas dan segera menabraknya.
Perempuan itu tersenyum, sebelum akhirnya wajahnya semakin dekat
dengan bumper mobil Saya, lalu kemudian....
BRUAK!
Saya puas! mendengar suara benturan itu, walaupun Saya tahu, jarak
yang dekat tidak mampu membuat tabrakan yang dahsyat, tapi setidaknya
suara benturan itu nyata.. terlalu nyata untuk sebuah mobil yang
menabrak sesosok hantu.
Lampu garasi kembali menyala, pintu mobil kembali berfungsi, Saya pun
turun dari mobil untuk segera mencari Vivi. Tidak butuh waktu lama
Tanya pemuda itu, dan kali ini wajahnya sangat serius. Sepertinya dia
akan membenci Saya jika saya memberikan kabar buruk padanya.
Saya terkejut, karena sepertinya saya sudah salah bicara. Pemuda itu
sangat marah, marah demi anak kecil yang tidak pernah ditemuinya.
Saya tersenyum, saya sama sekali tidak marah. Jauh di dalam hati Saya,
saya merasa sangat senang. Karena memang sudah seharusnya Saya
dibentak orang, atas apa yang sudah Saya lakukan.
"Tidak apa-apa... Saya senang, karena itu artinya sampean peduli pada
anak Saya"
"Aamiin"
Saya tidak melakukan apa-apa, karena harus berada di rumah sakit untuk
beberapa hari. Tapi hari itu...
6 Januari 20XX
07:00 WIB
BQ menolak permintaan Saya, dia tidak bisa menolong Saya keluar dari
situasi ini.
"Bapak sudah salah paham, Saya hanya sebatas bisa melihat mereka, saya
tidak punya pengalaman berinteraksi bahkan melakukan ritual pengusiran
hantu. Lagipula kenapa bapak tidak cari paranormal saja"
Saya mengangkat kepala yang sejak tadi saya tundukkan, hanya agar
gadis ini mau menolong Saya, tapi ternyata... hal itu memang mustahil
baginya.
"Sudah dua orang pintar yang Saya datangi, dan setiap kali mereka
mengunjungi rumah Saya, mereka selalu saja bilang bahwa tidak ada apa-
apa disana, rumah Saya baik-baik saja. Sejak saat itu Saya tidak
percaya lagi pada paranormal"
"Pak Lukman... Saya turut prihatin dengan apa yang terjadi pada Vivi,
tapi apa yang bapak minta itu sudah jauh diluar kemampuan Saya"
Leher ini semakin lemas, sementara kepala Saya semakin berat, Saya
tidak bisa menutupi kekecewaan dan rasa putus Asa, tapi... saat kaki
lemah ini ingin melangkah keluar dari lorong di depan gudang, tiba-
tiba BQ berkata
Itu cukup! Itu sangat cukup bagi saya! Saran dari orang seperti BQ,
bisa jadi petunjuk dan jalan terang bagi saya untuk keluar dari
kegelapan ini.
WARUNG GANDRUNG
Jalanan masih basah, tapi cuaca sudah jauh berubah. Tidak lagi ada
gerimis, pun kabut tebal menghalangi. Baik Saya maupun Pemuda ini
tahu, bahwa waktu kami di Warung ini sudah habis. Sudah banyak yang
Saya ceritakan, sudah banyak yang pemuda ini catat, entah kelak
tulisannya akan jadi pelajaran, atau hanya bersemayam di dalam lemari
kayu, hingga rayap memakan habis isi buku.
SRAK!
"Waaah saya bukan ahli barang-barang antik, tapi saya yakin jam ini
punya nilai jual yang sangat tinggi. Melihat dari jarak sedekat ini,
sama sekali tidak terasa aura mengerikan seperti yang bapak ceritakan"
Ucap pemuda itu. Wajahnya berseri-seri seperti anak kecil yang pertama
kali melihat sirkus. Hanya saja, anak kecil ini cukup cerdas untuk
"Membawa benda ini pergi dari Hanggareksa adalah resiko besar buat
bapak, bagaimana kalau sampai mereka tahu?"
"Saya sama sekali tidak berniat menjualnya, Jam ini akan saya bawa ke
tempat seseorang yang mungkin bisa melepaskan kutukannya. Setelah itu
Saya akan mengembalikannya ke tempat semula, tentu saja saya akan
menjelaskan semuanya pada Riska, walaupun harus menanggung resikonya.
Oh ya..... apakah menurut sampean Saya ini seorang maling?"
"Tidak! Saya juga punya seorang anak, dan Saya akan melakukan hal yang
sama kalau ada di posisi Bapak"
Jawaban pemuda ini membuat Saya lega. Kami tahu! Kami tidak bisa
selamanya berada disini, persahabatan ini harus berakhir di jalur
kemitir. Saya menutup kembali Bak mobil dengan terpal, sementara
pemuda ini bersiap mengenakan helmnya. Kami berdua saling berjabat
tangan, untuk kembali melanjutkan perjalanan masing-masing.
Tanya saya pada pemuda itu. Pemuda itu tersenyum dari balik helmnya,
lalu menjawab
"Saya dari desa Soko Gede, di Kabupaten sebelah, Saya sedang dalam
perjalanan ke Kota gambir karena ada tugas dari lembaga pak"
"Ah iya yaaaa, kita belum kenalan hehehe. Kenalkan pak nama Saya
Ahmad"
DANIEL AHMAD
Kota Gambir....
Dan semua misterinya....
Gedung tua.... yang mereka sebut RESTORAN
dimana mereka menyantap hangatnya daging, dan menenggak dinginnya
Anggur,
Tanpa mereka sadari, telah menghidangkan peristiwa demi peristiwa,
dimana Takdir mereka adalah bahan utamanya.
Mengemudikan sahabat tua nya, yaitu sebuah mobil pickup renta, Pak
Lukman harus menempuh jalur kemitir, tak hiraukan kondisi mobil yang
sewaktu-waktu bisa membahayakan nyawanya. Karena Pak Lukman harus
pergi, dia harus sampai disana.... demi hidup bahagia, bersama anak
semata wayangnya.
Nova, Sabrina dan Chandra, mereka tahu bahwa gedung yang kosong,
bukanlah tempat yang pas untuk nongkrong. Tapi mereka punya alasan,
adanya rahasia besar yang harus dibicarakan.
KREK
Pintu terbuka, Sandy datang seorang diri, dia terkejut melihat gadis
yang kehadirannya sama sekali tidak Sandy harapkan. Gadis itu adalah
sabrina yang dengan manjanya tersenyum pada Sandy
Keluh sandi sembari mengusap dahinya. Dia tahu sejak awal, tidak ada
seorang pun yang bisa melarang sabrina, dia sudah terbiasa datang pada
pesta-pesta dimana dia tidak diundang.
Semua tampak tegang kecuali sabrina, dia pun tahu apa yang harus dia
perbuat. Sabrina mempersilahkan semuanya duduk, berkumpul di meja
"Oke.... kita gak perlu berkenalan lagi, karena terakhir kali kita
berkenalan, saya harus merayu dua orang satpam"
Ucap sabrina membuka adegan, Semua yang hadir pun tampak tegang.
"Sebaiknya Kamu dengerin Nova bicara dulu! Baru nanya! Jangan kaya
anak SD ah!"
"Diam! Kemarin Aku sudah coba pakai cara baik-baik, tapi sepertinya Si
Tolol ini lebih suka kekerasan"
BRUAK
SEKALI LAGI ADA MONYET AMA ORANG BEGO NGERUSUH DI SINI, AKU PASTIIN
DUA-DUANYA PULANG CUMA BAWA SATU BIJI.
Sandy dan Chandra kembali tenang, Nova dan Sabrina bisa bernafas lega.
Mereka seperti Ibu-ibu yang sedang membawa anak laki-lakinya ke sebuah
Play Group.
CIH!!
Jawab Nova.
"Dia udah berhenti dari Restoran itu, terhitung sejak hari ini. Masa
gitu aja gak ngerti"
Timpal Chandra
"Bener gitu?"
"Bagus lah! Dengan begitu.... Tidak ada yang perlu kamu tutupi lagi,
jangan khawatir! Kami berdua sangat bisa menjaga rahasia"
Nova amat sangat terkejut. Yang dikatakan Sabrina barusan sama sekali
bukanlah pertanyaan, melainkan sebuah tuduhan. Gadis berambut coklat
dan berseragam karyawan Hanggareksa? Jelas sekali yang Sabrina maksud
adalah dirinya. Nova merasa dirinya hanya akan jadi kambing hitam
disini.
TIDAK SEMUANYA!
Kali ini Sandy yang menjawab. Tidak ada tanda-tanda Sabrina akan
protes, itu artinya Sandy boleh mengambil alih pembicaraan.
"Tanggal 30 desember 20XX, waktu itu sekitar pukul setengah dua belas
malam, Gue pulang belanja, dan memutuskan untuk makan di Hanggareksa.
Restoran itu masih terang benderang, masih sangat ramai walaupun
hampir tengah malam. Gue sempat berpikir untuk membatalkan niat masuk
ke Restoran, tapi Gadis itu...... dengan baik hati membawa Gue ke
satu-satunya meja kosong yang ada saat itu"
"SIAL!"
"LIHAT!!! LIHAT MUKA GUE!! JANGAN BILANG KALAU ELO SAMA SEKALI GAK
INGAT MUKA INI HAH?!"
"Maafin Aku....... Aku mungkin tidak ingat apa yang kamu ceritakan.
Hari itu Aku memang ada di restoran, tapi....... Hanggareksa selalu
tutup sebelum jam sebelas malam, sedangkan cerita Kamu barusan....."
Itulah yang ada di pikiran Sandy setelah melihat reaksi Nova. Sandy
dan Sabrina saling pandang, karena sepertinya ini tidak semudah yang
mereka pikirkan.
Kali ini Sabrina mencoba menjelaskan apa yang sudah dialami sandi.
Nova terkejut ketika tahu bahwa tidak satupun pelanggan yang ada
disana malam itu adalah manusia, bahkan setelah sandi keluar dari
restoran dan meminta bantuan pada tukang parkir, Hanggareksa mendadak
gelap gulita, tidak lagi ada tanda-tanda sedang buka, seolah-olah
semua yang sandi alami hanyalah ilusi, dan satu-satunya hal yang masih
terasa nyata sampai saat ini adalah
NOVA
Jelas sekali Yang diucapkan Nova barusan adalah sebuah pengakuan, tapi
entah kenapa Sandy seperti sama sekali belum dipuaskan. Untuk kesekian
kalinya Sandy bertanya pada Nova.....
"Terus.... semalam? Cewe yang lagi nangis di dalam restoran yang sudah
tutup, cewe yang memanggil-manggil nama gue, cewe yang entah gimana
caranya masuk ke dalam kontrakan Gue, nterus error Gue sampai Gue
kabur dari Kontrakan. Cewe itu...... siapa?"
Nova tidak tahu! Sama sekali tidak tahu. Tapi jauh di lubuk hatinya,
dia yakin bahwa itu adalah dirinya, walaupun apa yang diceritakan
Sandy sangat mustahil untuk dia lakukan. Nova pun menjawab....
"Sepertinya kali ini cukup sampai disini, kita bisa bicara lagi kalau
ingatan Kamu sudah pulih"
Ucap Sabrina berniat mengakhiri pertemuan hari ini. Tapi niat Sabrina
"Mungkin ada hal lain yang bisa Aku bantu? Anggaplah ini sebagai
permintaan maaf. Karena sebenarnya.... yang mengalamai terror di
Hanggareksa, bukan cuma Kak Sandy, tapi Aku juga!"
Tanya Sabrina
"Ya! Mungkin tidak se mengerikan apa yang dialami Kak Sandi. Tapi
selama Aku kerja disana.... ada sesosok mahluk halus yang selalu
gangguin Aku. Dia berpakaian serba putih, layaknya seorang Koki. Lalu
wajahnya....... wajahnya hitam legam seperti hangus terbakar. Dia
selalu muncul Di dapur, kamar mandi ruang makan, dan lain-lain.
Tapi... semua itu berakhir berkat keberanian diriku mengusirnya.
"Usir?"
Tanya Sabrina heran. Chandra yang sejak tadi diam, kali ini gelisah
karena Nova menceritakan sesuatu yang tidak diketahuinya. Sementara
Sandy? Dia mulai menerka-nerka.... jangan-jangan Sosok yang dimaksud
Nova adalah penampakan yang sama dengan yang Sandy lihat di dapur. Dan
alasan sosok itu muncul di dapurnya adalah karena Nova mengusirnya.
Tidak lupa mereka saling berjabat tangan, dan saling memaafkan. Sandy
8 Januari 20XX
00:15 WIB
BRMMMMMMMMMMMMMMMM
KREK
"Ternyata benar... Restoran setan itu udah tutup. Tapi Gue gak lihat
Chandra, apa jangan-jangan......"
CLOSE
Sandy berdoa, berharap apa yang ada di balik pintu itu tidak seperti
yang dilihatnya dulu. Dia sudah siap menarik gagang pintu logam yang
terasa sangat dingin di telapak tangannya. Tapi sayangnya....
Sandy berpikir cepat, mencari ide agar bisa masuk ke dalam. Tapi semua
ide yang terpikir olehnya, adalah sebuah tindakan kriminal. Bak
"CHANDRAA!!!!!!!!! NOVA!!!!!!!!!"
Si Topeng hitam itu sedang memotong tali yang mengikat kaki Nova,
seketika itu juga Nova menyadari bahwa kedua tangannya sudah bisa
bergerak, dan hal pertama yang dia lakukan adalah menutup bagian
dadanya. Tidak bisa dia bayangkan bila sosok di balik topeng hitam itu
adalah seorang pria.
"Ka.... kamu....?"
STAK
Akhirnya terbuka sudah semua ikatan di kaki dan tangan Nova, kali ini
dia menutup rapat daerah pribadinya yang sejak tadi terbuka. Si topeng
hitam itu pun mengerti, segera dia mendekat dan menyelimuti tubuh Nova
dengan jubah hitam yang dikenakannya.
Betapa terkejutnya Nova melihat apa yang ada di balik jubah hitam itu.
Tapi dia sama sekali tidak berani berkomentar, terlepas dari apa yang
sudah dilakukan oleh Si topeng hitam padanya, Nova masih belum yakin
entah dia adalah Kawan, atau Lawan.
"Belum terlambat buat keluar dari sini sekarang, dan pastikan jangan
pernah kembali lagi!"
Nova pun menerima kunci yang diberikan oleh Si topeng hitam, dan
segera turun dari meja. Sebelum melangkah ke pintu, Nova menyempatkan
diri melihat Sosok bertopeng hitam yang masih berdiri di belakangnya.
Dia terlihat panik, berkali-kali melihat ke pintu dapur sembari
memberikan Isyarat pada Nova untuk pergi secepatnya. Banyak sekali
yang ingin Nova tanyakan padanya, tapi saat ini yang terucap dari
mulut Nova hanyalah...
"Terima kasih"
Dan setelahnya... pintu dapur itu pun terbuka, tiga orang berjubah
hitam keluar dari sana. Mereka seperti terkejut melihat Nova tidak
lagi terbaring di meja. Dua orang di antaranya segera berlari mengejar
Nova, dan sosok yang paling besar diantara mereka... perlahan-lahan
mendekati Si topeng hitam. Nova tahu Bahwa ini waktunya untuk pergi...
KREK
Mendengar suara pintu restoran yang terbuka, Sandy yang hampir putus
Asa segera kembali menghampiri orang yang baru saja keluar dari
Hanggareksa dengan langkah gontai. Orang itu adalah...
"Chandra?"
"CHANDRA!!!"
"Elo tunggu disini! Kalau lima menit kemudian Gue gak keluar dari
Hanggareksa, Elo hubungi Polisi, tapi ingat!! Hanya berikan mereka
Informasi yang bisa dimengerti! OK?"
Sandy kenal suara itu, juga rambut coklat yang terlihat saat jubah
hitamnya tersingkap. Chandra yang melihat dari jauh pun tidak bisa
menahan diri untuk menghampiri orang itu....
Tanya Sandy, sembari memastikan Gadis malang itu tidak terluka. Betapa
bahagianya Nova karena yang dia lihat kali ini adalah wajah orang yang
dikenalnya, bukan lagi topeng yang mengerikan. Kebahagiaan Nova
mencapai puncaknya, hingga secara spontan dia memeluk Sandy sambil
menangis sesenggukan.
Lalu Chandra? Apapun yang sedang dilihatnya, dia sangat bahagia karena
Nova baik-baik saja. Sementara di seberang sana, pintu Hanggareksa
mulai tertutup, perlahan-lahan menghalangi sosok orang-orang misterius
yang sedang berdiri memandangi Sandy, Nova dan Chandra.
"BIADAAAAAAAAAAAAAAABBBB!!!"
"BUKA PINTUNYA MONYET!! JANGAN KIRA KALIAN BAKAL SELAMAT SETELAH APA
YANG KALIAN LAKUIN SAMA GUE DAN NOVA!"
Tidak! Bagi Chandra... ini belum cukup! Dia masih saja mengamuk, tidak
ada yang bisa menghentikannya kecuali tubuhnya yang lagi-lagi mulai
terasa lemas, membuatnya kehilangan keseimbangan dan jatuh. Sandy dan
Nova membiarkan Chandra, mungkin saja rasa sakit akibat jatuh barusan
bisa meredakan amarahnya yang baru saja berkecamuk.
Malam itu..... tidak ada yang perlu didiskusikan, mereka sepakat untuk
menyimpan semua penjelasan sampai besok hari. Yang harus mereka
pikirkan adalah bagaimana caranya membawa Nova pulang dengan kondisi
pakaiannya sekarang. Pulang bersama Chandra pun bukanlah ide yang
baik.
BRMMMMMM
Entah motor siapa yang dibawanya, bahkan lengkap dengan helm dan
jaketnya. Tapi karena ini adalah sabrina, jadi mereka semua sudah tahu
jawabannya. Sabrina membantu Nova naik ke motornya..... Atau lebih
tepatnya motor korbannya.
"Nganterin Nova pulang jam segini terlalu beresiko Rin, mendingan kamu
bawa Nova ke kotrakan Kamu dulu, besok baru......."
"Heh... di depan mata Elo itu Kontrakan Gue, harusnya Gue yang nawarin
Elo bermalam disana"
"Setelah semua yang Elo ceritain?????? NO! NO! NO! Mending Gue tidur
"Udah jelas... Ini adalah kasus penculikan, tentu saja kita harus
lapor polisi"
"Gue setuju! Mereka..... mereka orang yang sama dengan yang gue lihat
dari dapur kontrakan"
Empat orang pria datang entah darimana. Lampu jalan menerangi tubuh
mereka yang penuh keringat. Olah raga tengah malam sepertinya bukanlah
alasannya. Chandra mulai bertanya-tanya siapa sebenarnya orang-orang
ini, sementara Sandy yang sudah tahu betul dengan keempat orang itu,
mempertanyakan hal yang berbeda.
Tanya Sandy pada Pak Kusnadi dan tiga orang Abang Becak yang datang
bersamanya.
8 Januari 20XX
15:00 WIB
Pak Lukman terlihat sangat marah, hanya saja tidak pada tempatnya.
Pengunjung Toko yang lain terlihat sangat terganggu.
"Maksud Saya.... Kami masih akan mengecek apakah barang ini asli atau
tidak!"
"Saya datang kesini bukan untuk menjual jam itu! Bukannya sudah kita
diskusikan di telepon kemarin?"
"Ya! Saya mengerti, tapi Lora minta kami mengecek dulu apakah barang
yang bapak bawa sudah benar atau tidak, kami tidak mau melakukan hal
yang sia-sia cuma demi benda yang sama sekali tidak ada artinya"
Begitulah percakapan yang terjadi antara Pak Lukman dan penjaga Toko
Kasta Tinggi. Jauh-jauh dia membawa jam itu pergi bukanlah untuk
bertemu penjaga toko ini, tapi untuk berdiskusi dengan Lora. Tapi
sepertinya Lora masih dalam perjalanan pulang dari luar kota.
"Atau begini saja.... bapak bisa tinggalkan Jam itu disini, nanti
kalau sudah selesai, pasti kami hubungi lagi"
Pak Lukman tidak punya pilihan lain selain menerima saran dari penjaga
toko tersebut, walaupun itu artinya dia harus pulang ke Kota Gambir
dengan tangan kosong.
Kalau Bapak harus membawa Benda itu pergi dari sini.... maka lakukan
Gumam Pak Lukman yang sedang hanyut dalam diskusi batinnya sendiri.
Jalan buntu sedang dihadapinya, hingga dengan terpaksa dia harus
mempertimbangkan sebuah solusi yang sangat dibencinya.
GAMBIR
8 Januari 20XX
23:30 WIB
BEEEEEEEEEEP BEEEEEEEEEP
"Ummmmm Halo???"
"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..... Kampreeeet!"
"Waalaikumsalam, ummmm Bang Danil?"
"Iyalah ini Saya!!!! Buruan buka pintunya!! Saya udah gak tahan pengen
istirahat gara-gara kejebak hujan di jalur Kemitir"
"Eh?? Hwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Ya ampuuuuuuuuuuuun Gue lupa Bang...."
END OF APPETIZER
Sayangnya.....
Kita punya beragam definisi tentang adanya mahluk halus
Semua itu karena kultur, budaya, dan ajaran agama kita yang berbeda
Mereka yang bisa melihat, seringkali bercerita dengan bangga
Mereka yang pernah melihat, seringkali bercerita dengan gagah
Sedangkan mereka yang tanpa sengaja melihat, memilih untuk diam dalam
ketakukan.
Sebelum mereka......
MENGALAMINYA SENDIRI
Ini terjadi di Tahun pertama Saya mulai menjadi Guru. Tugas dari
lembaga membawa Saya ke sebuah Hunian sederhana, namun Kaya akan
peristiwa. Tidak pernah terpikir bahwa Saya akan terlibat dalam
peritiwa puluhan tahun silam, hanya dengan mendiami sebuah Rumah kecil
di ujung perbatasan Kota kelahiran.
Tapi Saya tahu! Mereka di luar sana.... yang pernah berada dalam
situasi yang sama..... mengerti dan memahami, apa yang pernah Saya
8 Januari 20XX
23:50
Pertanyaan itu terjawab manakala Saya mulai menyadari, ada yang tidak
beres dengan Restoran ini. Entah kenapa keramaian di restoran ini
berangsur-angsur sepi, setiap kali saya berkedip.
Di depan Saya.... Seorang Ibu sedang fokus pada cermin kecil yang
dibawanya, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, sementara matanya
masih tertuju pada cermin di tangan kanannya. Memperbaiki Make up di
meja makan, walupun berdandan ala wanita kota, tapi yang dilakukannya
terlihat sangat kampungan.
Dan sekarang......
Sudah cukup lama Saya duduk disini, tapi belum juga dilayani. Pelayan
yang tadi mengangguk ketika Saya melambaikan tangan, tidak juga datang
menghampiri meja. Dia masih di meja kasir, duduk tenang menatap Saya.
Dan setiap kali Saya melambaikan tangan, perempuan pucat itu hanya
membalas dengan senyuman.
Setelah semua keanehan di restoran ini, bodoh jika Saya pergi dan
menghampiri. Lalu bersamaan dengan hilangnya pelanggan terakhir,
hilang pula nafsu makan Saya. Ini adalah pertanda, bahwa Saya harus
segera pergi dari sini.
Saya bangkit, berharap tidak akan pernah duduk di sini lagi. Sembari
membawa Ransel besar berisi perlengkapan menginap selama satu minggu,
Saya berjalan ke pintu masuk tanpa sekali pun menoleh ke belakang.
Walau demikian, saya masih bisa merasakan.... perempuan itu masih
tersenyum melihat kepergian Saya.
KRAK
Baru saja saya menoleh ke belakang, ke restoran kecil yang baru saja
"Astaghfirullah......."
Pintu restoran itu tertutup rapat, papan putih dengan tulisan merah
berbunyi "CLOSE" menggantung di salah satu jendela kacanya. Saya tidak
sudi berdiam lebih lama disini, lebih baik Saya pergi menyelamatkan
diri.
TAPI KEMANA??
KREK
Meletakkan kunci rumah di atas pintu untuk bepergian jauh adalah hal
yang tidak wajar, entah Sandy sedang terburu-buru, atau memang sudah
tidak peduli pada barang-barangnya di rumah ini.
Usai memasukkan motor yang sejak tadi parkir di depan kontrakan, Saya
menutup pintu dan mondar-mandir sejenak untuk beradaptasi dengan
kontrakan yang akan Saya tempati selama satu minggu kedepan. Ada
sebuah kamar di lantai bawah yang terkunci rapat, sebagai tamu Saya
tidak boleh penasaran dengan isinya, bisa jadi itu adalah privasi
sandy.
Di sebelah ruang tamu adalah ruangan besar yang gelap gulita. Saya
harus mengandalkan lampu Handphone, karena lampu ruangan ini tidak
bisa nyala. Cahaya handphone menerangi dari ujung ke ujung ruangan,
Teman-teman yang lain masih memejamkan mata mereka, tapi kerutan dahi
yang mulai basah oleh keringat itu.... adalah pertanda bahwa mereka
juga mersakannya, hanya saja memilih untuk tetap memejamkan mata. Saya
memberi isyarat pada samsul untuk melakukan apa yang sedang teman-
teman lakukan, lalu kami berdua pun memejamkan mata
TRANG
TRANG
GUBRAK!!!
ASTAGHFIRULLAH!!!
Kami semua tersentak kaget, walaupun masih dengan mata tertutup. Suara
itu berasal dari arah dimana lemari itu berada. Sekarang kami juga
bisa mendengar suara Dzikir Bu Maila yang semakin keras di kamar
atas....
KREEEEEEKKKKKKK
Dan kali ini.... adalah suara lemari yang terbuka, entah kenapa tiba-
tiba saya merasakan seseorang yang tidak diundang sedang berada
diantara kami. Belum lagi saya mencium bau daging bakar, walupun benci
mengakuinya... bau itu terasa sangat lezat di hidung ini.
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 239
HIYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
"Hmmmmm??"
Pak Rofiq meminta kami menjauh, lalu dengan sigap membantu Bu Maila
bangun. Setelah dirasa cukup sadar, Pak Rofiq bertanya...
"Panjenengan
"Panjene ngan pasera? (Siapa Kamu?)"
Pak Rofiq berjalan pelan menghampiri Pak Samsol sembari membaca doa
PERGIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Suara dari mulut Pak Samsol semakin nyaring terdengar, semua yang ada
di kontrakan ini semakin ketakutan, termasuk Saya, dan itu wajar!
Karena...
Karena.. . adakah yang lebih menyeramkan dari....
dari....
BANCI KESURUPAN?
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 240
THE JOKER CHAPTER 10
11 Januari 20XX
20.30 WIB
Malam ini akan menjadi sejarah yang tidak akan pernah kami lupakan,
dan terlalu tabu untuk diceritakan. Dapat saya lihat wajah-wajah para
gentlemen yang kehabisan ekspresi, mereka tidak hanya takut terluka
tapi juga takut ternoda. Semakin lama kami diam, semakin liar samsol
jadinya, bahkan Pak Rofiq pun tidak tangkas seperti sebelumnya.
Pak Rofiq melihat kami satu-persatu berharap ada relawan yang bersedia
menggantikan tugasnya tapi sayang sekali, kami terlalu lemah untuk
Samsol yang semakin perkasa.
"Dengar! Saya tidak bisa melakukan ini sendiri, kalian harus membantu
Saya!"
Seruan Pak Rofiq sama sekali tidak kami hiraukan karena itu terdengar
seperti alasan, saat Bu Maila pingsan dengan sigapnya dia menyuruh
kami menjauh, tapi saat Samsol yang kesurupan dengan sigap juga dia
ingin menjauh.
"Tolong pegangi Samsol! Buat dia duduk dan tahan selama yang kalian
bisa!"
Saya pun mengikuti perintah Pak Rofiq dan membantunya memegangi tangan
samsol, sementara yang lain menahan kaki dan kepalanya. Samsol semakin
liar dan binal, bahkan kami hampir kewalahan karena tenaganya luar
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 241
biasa kuat. Belum lagi teriakan Samsol semakin keras bahkan sempat
membuat pedagang sate yang lewat di depan rumah berhenti.
"Bak Mai, tolong tutup tirai jendelanya! Tidak enak kalu hal ini
sampai kelihatan orang di luar"
Bu Mai bergegas melakukan apa yang pak rofiq perintahkan. Tirai sudah
tertutup tapi pertunjukan baru saja dimulai.
"Sarung sialan! Kalau sampai kebuka, kita semua pasti gak bisa tidur
dengan tenang!"
HWAAAAAAAAAA
Tiba-tiba Sufyan berteriak, sebagai divisi tangan kanan dia harus rela
selangkangannya menjadi korban, cubitan samsol membuat Sufyan
melepaskan cengkraman tangannya, hingga tangan kanan Samsol bebas
bergerilya. Korban selanjutnya adalah Wahyu selaku divisi kaki kanan,
kopiahnya melayang karena tamparan Samsol, belum lagi dengan sangat
cepat samsol menyambar rambut kertiting wahyu.
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 242
Teriak Wahyu pada Pak Sufyan yang masih sibuk mengelus-elus
selangkangannya yang perih. Akhirnya Pak Atmojo yang dari tadi
memegangi kepala kini menggantikan posisi Pak Sufyan. Tangan Samsol
pun berhasil
b erhasil dibekuk kembali.
HWAAAAAAAAAAAAAAAAA
Air yang sudah dipersiapkan dengan penuh perjuangan dari semua divisi
pun tumpah tak tersisa. Tapi bukan itu yang saat ini jadi pusat
perhatian kami, melainkan Pak Rofiq yang meronta-ronta karena tubuhnya
ditindih oleh Samantha. Dalam kondisi seperti ini pun Pak Rofiq masih
mempertahankan wibawanya, dia masih membaca doa walaupun Samsol
berteriak di depan wajahnya
BERHENTIIIIIIII
BERHENTI IIIIIIIIII!!!
III!!! BERHENTI MEMBUAT
ME MBUAT SAYA TAMBAH PANAAAAAS
Saya tidak mau membiarkan Pak Rofiq berjuang sendirian, akhirnya Saya
menyuruh Wahyu dan Pak Atmojo untuk mengambil air lagi, sementara
Saya, Pak Sufyan dan Pak Nasir berusaha memisahkan Submission yang
dilakukan Samsol pada Pak Rofiq.
Seru Saya di telinga samsol, karena ternyata butuh lebih dari tiga
orang untuk mengangkat tubuhnya.
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 243
"TANGAN!!
"TANGAN! ! LEPASKAN TANGANNYA SAJA!!"
AAAAAAAAAAAAAAA
AAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARGGGGGGHHHHHH
AAAAAAAAAAAAAAAARGGGGGGHHHHHH KEPARAAAAT
KALIAAAAAAAAN!!
Erangan samsol sangat keras sampai kami harus menutup telinga, tapi
tidak lama kemudian kesadarannya mulai hilang dan jatuh ke dada Pak
Rofiq.
BRUK
Saya, Pak Nasir dan Pak Sufyan pun duduk melepas lelah, Pak Rofiq
harus berusaha sendiri untuk mengangkat tubuh Samsol, karena kami sama
sekali tidak punya tenaga.
"Huuuuf... akhirnya selesai juga, kalau tahu bakal kaya gini, Saya gak
bakal ikutan!"
Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, kami sepakat
untuk tidak akan menceritakannya pada siapapun terutama pada istri
masing-masing. Saya pikir ini akan berakhir dengan semburan ke muka
samsol layaknya dukun yang ada di televisi, tapi ternyata........
BYURRRRR
Dua badut yang baru datang mengambil air terpeleset dan menumpahkan
airnya pada Samsol dan Pak rofiq, lengkap dengan embernya. Suasana
tegang pun berubah menjadi riang, semua tertawa senang, kecuali Pak
Rofiq.
Setelah semua yang terjadi barusan, Saya masih belum bisa tenang,
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 244
karena bukan berarti setan yang merasuki samsol itu hilang dari
kontrakan ini. Rencana untuk mencari informasi dengan seorang medium
pun gagal total gara-gara objek nya salah pilih sasaran, sedangkan
masih ada beberapa hari yang harus Saya lalui di kontrakan.
Kepala yang basah membuat Saya bisa sedikit berpikir jernih, ada
seseorang yang bisa memberikan Saya informasi tanpa harus melalui
tragedi seperti ini lagi, dan orang itu adalah Sandy. Mungkin dia
tidak tahu banyak tentang asal-usul Restoran dan Kontrakan ini, tapi
dia pasti bisa menjelaskan apa saja yang sudah dia alami selama berada
disini.
"Kami numpang kamar mandinya ya Pak Danil, tolong jangan kapok gara-
gara malam ini kita gagal, besok malam kita pasti datang lagi Pak"
HAAAAAAAAAAH??? LAAAAAAAAAGIIIIIIIIII???
"Maaf Pak Rofiq, besok malam Saya tidak ada di kontrakan. Ada kerabat
Saya yang terkena musibah dan Saya merasa tidak enak kalau tidak
menjenguknya. Kita lanjutkan lagi besok lusa, sekalian Saya ajak
kerabat Saya kesini"
Ucap Saya
"Sahabat lama Saya, Ibunya baru meninggal. Semoga saja dia bersedia
untuk Saya ajak kesini, karena bagaimanapun sebelum Saya dan
Samsol...."
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 245
THE OLD MAN
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 246
THE OLD MAN CHAPTER 16
Saya tidak pernah percaya kutukan! Tapi saya percaya nasib buruk
adalah turunan. Karena saat ada kesempatan bagi Saya untuk
berkeluarga, semua itu kandas di pertengahan.
Ironis....
Mengingat betapa benci nya Saya pada kedua orang tua, sementara Anak
saya satu-satunya justru mengalami nasib yang sama...
10 Januari 20XX
06.00 WIB
KREK
Saya membuka pintu rumah dan mempersilahkan tamu Saya untuk masuk.
Walau begitu, wajah Saya bukanlah wajah yang wajar untuk menerima
seorang tamu. Perempuan ini adalah orang terakhir yang saya harapkan
untuk menginjakkan kaki di rumah ini, terutama untuk bertemu dengan
Vivi.
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 247
Vivi menurunkan boneka yang sedang dipeluknya, memandang heran pada
perempuan berjilbab di samping Saya yang tiba-tiba saja menangis, lalu
berlari memeluk Vivi. Saya memberikan isyarat pada Bi Yati untuk
keluar kamar, beliau pun mengerti dan segera pergi. Di atas kursi
rodanya, Vivi masih bingung bagaimana dia harus bereaksi, perempuan
itu memeluknya erat, sambil menangis sejadi-jadinya.
Anehnya.... Saya sama sekali tidak terharu, pertemuan Ibu dan anak ini
memang sangat menyedihkan, tapi bagaimanapun... Saya tidak bisa
menyembunyikan rasa yang sejak tadi saya tahan, rasa itu adalah.....
"AMARAH"
Saya tidak akan pernah lupa apa yang sudah dia lakukan pada Saya, pada
Vivi, pada keluarga kecil Saya.
"Kaesy! jika bukan karena Vivi, Saya tidak akan sudi melihat wajahmu
lagi"
Sudah cukup! Saya tidak tahan lagi melihat pemandangan ini. Saya pergi
keluar kamar, memberikan Kaesy waktu untuk menjelaskan semuanya pada
Vivi, tentu saja ada batasan yang tidak boleh didengar oleh anak
seumuran Vivi, dan sebuah kesepakatan bahwa Vivi tidak boleh tahu,
kalau Kaesy adalah Ibunya.
Tapi.... reaksi yang berbeda dari Riska, saat Oma yang memberikan ijin
pada Saya untuk membawa Benda Antik itu pergi. Saat itu, Riska
hanya...
TERSENYUM
Sepuluh menit pun berlalu, waktu yang sudah jauh dari kesepakatan Saya
dan Kaesy. Baru saja Saya akan menyusul mereka ke kamar, tapi Kaesy
dan Vivi sudah lebih dulu keluar. Mereka berdua sudah tampak akrab,
mungkin memang benar..... Ikatan batin ibu dan anak, adalah tali yang
tidak dapat diputuskan, apalagi oleh ego seorang Ayah.
Ujar kaesy
Melihat ekspresi wajah Vivi yang bingung dan takut, Saya mendekatinya
untuk memberi pemahaman.
"Bapak ada pekerjaan di luar kota selama seminggu, Bi Yati juga gak
bisa nemenin Vivi di rumah, jadi sekarang Vivi ikut tante dulu ya!"
"Nanti bapak nyusul Vivi kesana...., abis itu kita jalan-jalan, terus
pulang deh... Ok?"
Merayu anak kecil memang sangat mudah, tapi membohonginya adalah hal
yang berbeda. Ada rasa bersalah yang tidak akan mungkin bisa saya
"Iyaaaa pa'e.... pa'e juga janji jangan lupa jemput vivi yaaaa!"
Kaesy membawa Vivi masuk ke dalam mobil sedan merah milik suami
barunya, yang sedari tadi menunggu di dalam. Sejak menikah lagi,
Banyak yang berubah dari mantan istri Saya itu. Penampilan sederhana
ala gadis desa nya berubah menjadi wanita metropolitan dengan bunyi
perhiasan emas setiap kali dia melambaikan tangannya.
Kaca mobil sedan itu terbuka, tampak Vivi melambaikan tangannya pada
Saya yang masih berdiri di depan pintu rumah. Gadis kecil itu
berteriak dengan suara mungilnya....
"Dadaaaaaaaaaa pa'eeeeeeeeeeeeeeeeee"
Saya tersenyum sedih, dan membalas lambaian tangannya. Kali ini Vivi
membuang pandangannya pada pintu garasi di samping rumah, lalu
berteriak
"Dadaaaaaaaaaaaah Bu Deeeeeeeeeee"
"Kembalikan Jam ini ke tempat semula, dan temui saya dengan membawa
satu botol kecil berisi
Di satu sisi.... Saya tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa
tertipu oleh Oma dan Riska. Dari sini Saya mulai Yakin, mereka semua
pasti terlibat dalam semua kegilaan ini.
Konyol nya Saya berkata demikian, tapi saat ini Saya benar-benar tidak
punya waktu untuk meladeni mereka.
Saat semua barang sudah di kulkas, Saya pun pergi meninggalkan gudang
dan tentu saja... tidak ada barang atau benda apapun yang tergeletak
di lantai. Sepertinya setelah ini, hantu di gudang ini akan bosan
mengganggu Saya.
"Kentang yang kemarin kok cepet banget busuk ya pak? Bilang ke pak
haji, kalau terus kaya gini.. kami mau pindah supplier saja"
Keluh Riska tentang kualitas sayur yang disediakan Bos Saya. Saya
hanya mengiyakan saja, karena kentang busuk itu bukanlah tanggung
jawab Saya. Lagipula... Saya tidak suka kentang, pelanggan di restoran
SFTH pun sangat benci dengan yang namanya "KENTANG"
Tidak hanya model dan warnanya, jarum patah, kaca retaknya, dan
goresan di kayunya pun sangat mirip dengan yang Saya bawa. Entah
kebetulan, atau memang.....
"Pak Lukman.."
Tanya saya yang sedikit canggung karena lamunan saya barusan ditegur
oleh Riska.
Riska memberikan uang dan nota pada Saya, seharusnya urusan Saya
disini sudah selesai. Tapi hari ini... ada sesuatu yang harus Saya
lakukan. Saya pun pamit pada Riska untuk menemui Oma di dapur.
Seperti biasa... dapur ini bagaikan sebuah orkestra dimana Oma adalah
kondutornya, dan perkakas itu adalah instrumentnya. Di usianya yang
sudah senja, beliau masih sangat lihai memotong sayur dan daging itu.
Sebenarnya sungkan untuk mengganggunya, tapi Saya tidak bisa pulang
dengan tenang jika tidak menemuinya sekarang juga.
Ucap saya.
Siapa? Siapa yang Oma maksud? Ah! Siapapun itu, yang jelas oma sudah
memberikan lampu hijau, Saya pun mulai bicara.
Dahi Oma mengkerut, seakan heran kenapa baru kali ini Saya bertanya.
Beliau pun menjawab...
Masuk akal... jawaban oma memang masuk akal, tapi saya masih merasa
ada sesuatu yang beliau sembunyikan. Oma bukan tidak percaya cerita
Saya tentang gudang dan perempuan berambut putih, tapi.....
Riska, Resti, Ratna, BQ dan Oma sudah pasti tahu tentang apa yang
sedang terjadi. Tapi mereka tidak peduli, mereka sengaja menutup-
nutupi. Ini hanya dugaan, karena kalau memang semua karyawan di
hanggareksa ini menyimpan rahasia yang mengerikan, kenapa BQ justru
dengan bebas menceritakannya pada Saya?
PAK LUKMAN?
"Ada lagi?"
Butuh waktu yang lama bagi Oma untuk menjawab, bukan karena beliau
sibuk memikirkan jawabannya, tapi karena beliau tertawa dengan
pertanyaan Saya
"Kalau Saya bilang itu adalah lukisan saya, apakah sampean percaya?"
Tanya Oma
"Eh? Beneran?"
Hampir saja saya menganggap serius omongan Oma, ternyata beliau hanya
bercanda
"Hahahaha.... ya bukan lah pak! Saya malah tidak tahu perempuan dengan
bunga mawar itu siapa. Lagipula lukisan itu sudah ada disini sebelum
Saya dan yang lain menempatinya"
"Tunggu dulu! Darimana Oma tahu kalau yang Saya maksud adalah lukisan
wanita dengan bunga mawar?"
Padahal...
"Kalau sudah tidak ada lagi yang mau bapak tanyakan, Saya mau
lanjutkan memasak ya?"
"Kalau memang begitu ceritanya, berarti apa yang saya lihat menjadi
masuk akal. Dengar Pak Lukman, sebaiknya sampean segera berhenti dari
Restoran itu, masih banyak pekerjaan halal yang pastinya jauh dari
kemusyrikan. Karena sekali manusia bersekutu dengan Iblis, maka mereka
tidak akan bisa berhenti, bahkan setelah mereka mati"
Ini sama sekali diluar dugaan Saya, niat untuk mengungkap misteri
perempuan berambut putih malah merambat lebih jauh lagi. Lalu apa yang
harus Saya lakukan? Apakah hal seperti itu benar-benar terjadi di
Hanggareksa? Kalau benar, apakah Oma dan yang lainnya adalah
pelakunya?
"Lora Apa yang harus Saya lakukan? Adakah cara untuk menghentikan
ritual mereka? Apakah dengan berhenti dari restoran itu, perempuan itu
juga berhenti menghantui Saya dan anak Saya?"
"Mohon maaf Pak Lukman Saya tidak bisa membantu, untuk menangani
manusia-manusia terkutuk seperti itu bukanlah bidang Saya, mungkin
bapak bisa menghubungi Polisi"
Yang benar saja! Kalau polisi sampai turun tangan, pastilah Saya
kebagian getahnya. Bingung dan takut membuat beberapa menit waktu saya
di ruangan ini terbuang percuma karena Saya hanya melamun. Untungnya
Lora segera menyadarkan Saya...
Ya..... Solusi dari Lora cukup untuk Saya bawa pulang, tapi belum
cukup jelas untuk Saya kerjakan. Saya tidak ingat pernah menyentuh
apalagi merusak barang milik restoran, lalu kemana lagi Saya harus
mencarinya? Belum lagi setelah perbincangan Saya dengan Kusnadi tadi,
Saya malah takut untuk minta bantuan BQ.
Akhirnya Saya pun pamit pulang.... Ajudan Lora membantu Saya menaikkan
Jam tua ini ke Mobil, dan karena Saya adalah pasien terakhir, Lora
dengan senang hati mengantarkan Saya sampai ke pintu toko. Hari sudah
semakin petang, dan Saya harus melalui jalur kemitir dengan membawa
benda angker? Apakah hari ini bisa menjadi lebih buruk lagi?
"Pak Lukman...."
JALUR KEMITIR
Andai saja Saya bisa melakukan perintah Lora, mungkin Saya tidak perlu
pulang dengan nyawa terancam seperti ini. Tapi sekali lagi, ini bukan
mobil saya! Saya tidak mungkin meninggalkannya disana tanpa ijin dari
pemiliknya, belum lagi pelanggan saya yang lain pun akan kebingungan
karena mobil ini adalah satu-satunya alat transportasi yang saya
gunakan untuk mengirimkan barang.
TIIIIIIIIIN TIIIIIIIIIIIIIN
TIIIIIIIIIIIIIIIIIIN TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIN
Sialan! Saya tidak bisa berhenti disini, sehingga dengan terpaksa Saya
harus terus berkendara. Setelah lumayan jauh dari keramaian karena
truck macet barusan, barulah Saya menepikan mobil untuk istirahat
sejenak sekaligus memastikan bahwa Saya tidak sedang membawa penumpang
ghaib.
SAYANGNYA..
Kaki kanan Saya seperti dicengkram oleh tangan yang sangat dingin,
kuat sekali sampai pedal gas mobil terinjak penuh. Mobil tua ini
melesat bak kuda lari dari cemeti tuannya.
HWAAAAAAAAAAAAAA
Saya berusaha mengurangi kecepatan, tapi kaki ini tetap tidak bisa
digerakkan, dan parahnya saat saya berusaha menginjak pedal rem, hal
yang sama juga terjadi pada kaki kiri Saya, sehingga sekarang...
Saya berusaha keras untuk menyeimbangkan kemudi, Saya tidak ingin mati
konyol di tempat ini. Saya mulai ragu untuk berdzikir, karena terkahir
kali mencoba, tidak ada ada pengaruh apa-apa. Tapi saat ini hanya itu
yang bisa Saya lakukan.
Mereka mulai sadar, bahwa melarikan diri bukanlah jalan keluar. Tapi
menghadapinya seorang diri pun bukanlah penyelesaian.
Tidak pernah ada yang paham bagaimana cara kerja sebuah kutukan...
Tapi semua percaya itu adalah perbuatan setan...
Dan siapapun yang dengan sengaja bersekutu,
Maka mereka tidak akan bisa berhenti...
Tidak bahkan sampai mereka
Mati....
12 Januari 20XX
10.00 WIB
Tidak satu langkahpun yang Danil lewati tanpa mengingat Soko Gede,
kampung halaman yang sudah beberapa hari ini ditinggalkannya. Suara
aliran deras air di sungai, lengkap dengan teriakan anak-anak kecil
yang telanjang bulat. Kicauan indah burung-burung baik yang ada di
dalam sangkar, maupun yang hinggap di bambu, dan suara ternak yang
semakin menunjukkan kesan pedesaan dengan bunyi lonceng di kalungnya.
Di dalam rumah, Sandy melihat Danil dari balik jendela kaca dan segera
membuka pintu untuk sahabat lamanya itu.
"Bang?"
Melihat sang tuan rumah, Danil akhirnya tahu dimana harus memarkir
motornya. Ada dua motor yang saat itu sudah lebih dulu berada di depan
teras rumah sandy, Danil memarkir motornya diantara kedua motor
tersebut. Sandy menyambut kedatangan Danil dengan mengajaknya
bersalaman, tapi Danil punya cara tersendiri untuk membalas uluran
tangan Sandy
PLAK!
"Di desa Saya Tuan rumah kampret seperti Kamu itu, harus disambit
pakai celurit. Untung ini bukan desa Saya, jadi itu aja cukup"
"Assalamualaikum"
"Walaikumsalam...."
Danil sedikit kaget karena yang menjawab salamnya adalah seorang laki-
"Kenalin Bang, ini Chandra dan Sabrina mereka berdua teman Saya.
Chandra, Sabrina, kenalin ini Bang Danil teman Saya waktu sekolah
dulu"
Mereka bertiga pun saling berjabat tangan, dan tentu saja kali ini
Danil berjabat tangan dengan baik dan benar.
HANGGAREKSA
Ada beberapa perubahan nama yang sengaja maupun tidak sengaja, karena
nama yang saya tulis di draft awal, mendadak harus saya ubah sebelum
diposting (meskipun banyak yang lupa) seperti pak ghufron menjadi pak
rofiq, dan Pak Sudarto menjadi Pak Kusnadi
disadur.
Ini yang saya rasakan ketika melihat tulisan MAAPJ di Wattpad sudah
diposting sampai chapter 50 an. Dan masalahnya, itu bukan saya dan
Asap rokok menari-nari dari hidung dan mulut Sandy, lima buah
puntungnya terendam dalam sisa sirup anggur. Tidak sopan di mata
Danil, tapi saat ini dia sedang malas untuk menegur. Berapa batang
lagi yang harus Sandy habiskan, agar Pak Haji keluar dari kediaman?
Danil pun mulai tampak bosan, tidak mungkin lagi baginya memperpanjang
kesabaran.
"Kita balik besok aja yok! Saya belum sholat maghrib, bentar lagi juga
udah isyak"
Tidak ada alasan untuk menolaknya, walau itu berarti Sandy harus
bermalam di kontrakan lamanya. Rasa kecewa bercampur lelah sudah
mengalahkan antusias mereka untuk bertemu tuan rumah, akhirnya mereka
berdua memutuskan untuk pulang. Tapi belum sempat Danil mengangkat
pantanya, pintu di depan pendopo terbuka.
"Iyaaa pak haji, nama Saya Sandy dan ini Bang Danil yang sekarang
menggantikan
menggant ikan Saya di kontrakan itu"
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 309
Danil dan Sandy saling pandang, diskusi bisu mereka tentang siapa yang
harus menjelaskan. Akhirnya Danil angkat bicara, karena memang itulah
tujuan Sandy mengajaknya kesini.
"Mohon maaf sebelumnya Pak Haji, teman Saya ini tidak kerasan tinggal
di rumah milik sampean. Bukan karena fasilitas nya, tapi karena alasan
keamanan dan kebersihannya"
Ujar Danil
Tanya H. Asnaf
"SANDY!"
"Maaf"
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 310
canggung suasana, Danil dan Sandy pun salah tingkah dibuatnya. Selain
karena dia adalah tuan rumah, H. Asnaf juga jauh lebih tua dari
mereka, jadi tidak pantas baginya untuk minta maaf sambil membungkuk
begitu. Tapi sepertinya kalimat H. Asnaf tidak berhenti di kata
maaf....
"Kontrakan itu bukan milik Saya, begitu juga dengan rumah ini. Saya
hanyalah abdi yang bertugas menjaga properti milik tuan saya. Kabar
tentang kontrakan itu sudah sampai ke pemiliknya, jadi nak Danil dan
nak Sandy tidak perlu khawatir, semua itu akan segera kami tindak
lanjuti, dan mengenai Hanggareksa........ sayangnya kami tidak bisa
berbuat apa-apa karena saat ini restoran itu sudah bukan milik tuan
Saya lagi"
Ujar H. Asnaf.
Tanya Danil
"Kontrakan itu adalah milik Habib Ali, beliau adalah pengusaha asal
surabaya yang dulu sempat menetap di kota ini. Sedangkan Hanggareksa
adalah milik Widianto Hermawan sahabat Habib Ali, sebelum akhirnya Pak
Widi pergi meninggalkan istri dan anak perempuannya. Semenjak itu
Istri beliaulah yang meneruskan usahanya. Kalau tidak salah ingat
namanya......"
NY. ANGGRAINI
Tutur H. Asnaf.
"Kok Gue kaya pernah denger nama itu ya? Tapi dimana?"
Gumam Sandy.
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 311
gimana ceritanya sampai bisa jatuh ke tangan Habib Ali?"
Tanya Danil
Wajah H. Asnaf terlihat ragu, entah kenapa sampai disini dia tidak
ingin melanjutkan ceritanya. Tapi Danil dan Sandy berhak tahu, kedua
pemuda ini adalah pelanggan habib yang harus dia layani kebutuhan dan
keluhannya. Tapi karena informasi yang akan dia ceritakan sesaat lagi
sangat rahasia, H. Asnaf perlu membuat kesepakatan...
"Tolong... cerita yang nak Danil dan nak Sandy dengar jangan sampai
dibawa keluar dari rumah ini, maksud Saya jangan sekali-kali
membicarakannya
membicar akannya di depan orang lain"
Pisang goreng di perut Danil belum dicerna dengan baik, tapi perutnya
sudah lebih dulu sakit mendengar cerita H. Asnaf. Begitu juga dengan
Sandy yang tampak sangat terkejut, dia sudah menduga sesuatu yang
buruk pernah terjadi di restoran itu, tapi tidak seburuk ini. Ini sama
sekali bukan tragedi kecelakaan seperti yang dibayangkannya, melainkan
sebuah pembunuhan, tidak! ini sebuah..
PEMBANTAIAN
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 312
diketahui pesta apa, dan apa yang melatar belakangi pembantaian
tersebut, tapi malam itu hampir dua puluh orang keracunan makanan,
beberapa diantaranya mati di tempat dan sisanya dilarikan ke rumah
sakit, walaupun banyak yang tidak selamat
Danil dan Sandy saling pandang tapi yang saat itu ada di pandangan
mereka adalah wajah hitam penghuni dapur yang selama ini menerornya.
Tanya Sandy
"Restoran naas itu harus tutup untuk beberapa bulan, karena setelah
peristiwa itu pun Pak Widi masih belum diketahui keberadaannya, dan
satu-satunya kerabat Ny. Anggraini, yaitu adik perempuannya juga ikut
menjadi korban keracunan di malam itu. Sampai sekarang tidak satu
orang pun yang tahu latar belakang pembantaian tersebut. Sebagian
orang menganggap Ny. Anggraini sudah gila, tapi sebagian lain
berpendapat bahwa itu adalah kecelakaan, karena tidak mungkin Ny.
Anggraini
Anggrain i ikut meracuni
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 313
ANOTHER MEETING - SIXTH
DI SAAT YANG BERSAMAAN....
18.45 WIB
BUK!
Sementara itu Nova bangkit dari ranjang, berjalan layaknya mayat hidup
menghampiri bu Yuanita. Kali ini semuanya hanya terdiam, semuanya
terlalu lelah untuk melawan, hanya bisa melihat betapa pasrahnya bu
Yuanita.
BODOH!
"Yaa.... Aku memang bodoh, aku sangat bodoh! Harusnya Aku tidak pernah
keluar dari sana....."
Teriak bu Yuanita.
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 314
berhasil mengangkat kedua lutunya, tangan Nova sudah lebih dulu sampai
ke pundak Ibunya. Nova mendekatkan bibirnya ke telinga bu Yuanita lalu
membisikkan sesuatu yang membuat perempuan itu meneteskan air mata
lebih banyak dari sebelumnya.
Apapun yang dibisikkan Nova, Chandra dan Sabrina hanya bisa menerka-
nerka, walaupun mereka berdua tahu tangis bu Yuanita adalah tangis
haru dan bahagia. Entah apa yang sudah terjadi, tiba-tiba tubuh Nova
lemas dan jatuh ke pelukan ibunya. Chandra dan yang lain pun bisa
bernafas lega. Tidak ada yang mengerti arti dari kejadian barusan,
tapi Chandra merasa satu masalah berhasil diatasi, walaupun....
Pinta bu Yuanita.
"Ibu?"
Semua tersenyum senang, karena kali ini yang keluar dari mulut Nova
adalah suaranya sendiri. Nova terkejut karena Chandra dan Sabrina ada
di dekatnya, begitu juga dengan Profesor Bastian, pria botak yang
ternyata adalah guru spiritual bu Yuanita. Beliau yang selama ini
membantu merawat Nova, walaupun kasus yang dihadapinya kali ini lebih
rumit dari yang pernah dia temui.
Sabrina meraih tangan Nova, dan memberikan kalungnya yang sudah lama
Nova abaikan.
"Jangan pernah lepas kalung ini lagi, agar kamu senantiasa dilindungi"
Ucap sabrina.
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 315
Nova sudah terbiasa bangun tanpa ingat apapun, dia tersenyum pada
Sabrina
Tanya Nova
Jawab sabrina.
"Sabrina bantu tante nyiapin minum ya! Pak Bastian dan Chandra bisa
menunggu di ruang tamu, tenang saja! Nova sudah aman kok di kamarnya,
lagipula....."
19.00 WIB
Semakin lama cerita dari H. Asnaf semakin tidak baik bagi kesehatan
danil dan Sandy. Kali ini mereka tidak hanya berpikir tentang apa yang
harus dilakukan, tapi juga tentang apa yang sudah terjadi. Danil bisa
saja pindah ke penginapan yang disediakan oleh panitia diklat, tapi
dia takut
tak ut kalau salah satu penunggu Hanggareksa mengikutinya kesana
seperti yang dilakukan waitress itu pada Sandy. Walau demikian, mereka
berdua tidak punya kekuatan untuk menghentikan terror restoran angker
itu.
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 316
"Mohon maaf Pak haji, gimana ceritanya Hanggareksa bisa jatuh ke
tangan habib?"
Tanya Sandy
Tutur H. Asnaf
Tanya Danil
"Ya! Saya tidak tahu apa alasannya habib menjual restoran itu pada
Riska dan kawan-kawan, sebelum akhirnya Saya tahu siapa mereka...."
"Bukan kebetulan jika nama belakang mereka sama, dan bukan kebetulan
juga jika kali ini mereka berada di restoran yang sama. Mereka pasti
merencanakan sesuatu, sesuatu yang membuat para penunggu Hanggareksa
kembali terusik, sayangnya kami belum punya cukup bukti untuk
berasumsi lebih jauh"
Baru pertama kali ini Danil mendengar nama para karyawan Hanggareksa,
sedangkan sandy sudah pernah membacanya di Diary Nova, walaupun begitu
tetap saja nama Aggraini terdengar sangat menyeramkan setelah cerita
H. Asnaf barusan. Berbicara soal bukti, tiba-tiba Danil teringan
sesuatu.
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 317
"Apa kecurigaan sampean ada sangkut pautnya dengan ritual aneh yang
mereka lakukan?"
Tanya H. Asnaf.
HANGGAREKSA RESTAURANT
KREK!
Tanya Riska
"Sepertinya begitu"
Jawab Resti
Ujar Riska
"Oh ya bi, sudah ada kabar dari pak lukman belum? Kapan dia mau
balikin barang yang dia pinjam itu?"
Tanya Resti
Ujar Riska
"Riska kan sudah bilang sama Mama, kalau gak enak badan ya gak usah ke
restoran"
Protes Riska yang iba melihat kondisi Ibunya yang semakin lemah. Oma
hanya tersenyum memberi isyarat bahwa dirinya baik-baik saja. Kini
semua karyawan Hanggareksa berkumpul di satu meja, tentu saja tanpa
kehadiran Nova. Tidak ada percakapan berarti antara mereka berempat
selain canda tawa yang semakin lama terdengar semakin seru. Hingga
tiba-tiba....
SEMUA TERDIAM
"Kita mulai!"
Sepatah kata dari Oma membubarkan konfrensi meja makan itu, semua
karyawan pergi ke dapur kecuali BQ yang pergi ke arah gudang. Satu
persatu lampu restoran dimatikan, dan lilin merah mulai dinyalakan.
Tidak ada yang tahu apa yang selanjutnya mereka lakukan, hanya saja di
luar restoran seseorang sedang memperhatikan
Ujar Pak Kusnadi pada Pak Lukman yang malam ini masih setia
menemaninya. Bagi Pak Lukman ini kali pertama dia melihat keadaan
Hanggareksa di malam hari, dan setelah apa yang Pak Kusnadi ceritakan,
Sementara Samsol tidak peduli, dia bahkan tidak bisa mendengar suara
kentutnya sendiri apalagi suara ketukan pintu di lantai bawah.
Sesekali Samsol berhenti untuk berbenah diri di depan cermin, walaupun
dia tahu tidak akan ada yang datang bertamu.
BEEEEEEEEEEP BEEEEEEEEEEEEEEP
"Hallluuuuuuuuuu"
Sandy dan Chandra saling pandang, beginikah sosok seorang guru? mereka
berdua membayangkan sudah berapa siswa yang mendadak jadi kampret
gara-gara guru seperti Danil. Mereka bertiga masih menunggu tuan rumah
yang baru membuka pintu, sembari bertanya-tanya kenapa Danil tidak
pernah cerita kalau ada seorang penghuni lagi di kontrakan ini?
KREK!
Dan saat pintu kontrakan terbuka, Sandy dan Chandra pun tahu
jawabannya. Danil tidak bisa menahan emosinya, lelah dan kantuk
membuat angkara murkanya sudah di ubun-ubun. Bagi Danil keadaan Samsol
saat itu sudah sangat mempermalukan dirinya, bagaimana mungkin orang
waras mau membuka pintu untuk tamu dengan telanjang dada, dan masih
mengenakan legging juga kaos kaki.
"Eh.... Pak danil bilang donk kalau bawa teman.... Aku kan jadi
saltum, alias salah kostum"
"Oooooooooooo"
Lima belas menit berlalu, pintu kontrakan kembali diketuk. Kali ini
samsol membukanya dengan pakaian yang lebih sopan
KREK
Dibalik pintu dua orang pria tua sedang berdiri, yang wajahnya sudah
sangat dikenali. Sandy terkejut melihat pak Kusnadi, pak Kusnadi
terkejut melihat Chandra, Chandra heran melihat Danil, Danil terkejut
melihat Pak Lukman dan pak Lukman terkejut melihat
SAMSOL
Takdir adalah algoritma yang rumit yang belum satu orang pun berhasil
memecahkannya. Pertemuan lima orang pria dan satu orang samsol ini
adalah bukti bahwa takdir dapat mempertemukan manusia dengan banyak
cara, bahkan melalui sebuah peristiwa yang mengerikan. Danil dan Sandy
tidak menyangka bahwa anak buah yang diutus H. Asnaf untuk menemui
mereka adalah pak Kusnadi dan pak Lukman, keduanya adalah sosok yang
tidak asing bagi Danil dan Sandy.
"Saya sudah menduga kalau mobil yang waktu itu saya lihat adalah mobil
bapak, hanya saja saya tidak menyangka kalau ternyata Pak Lukman
adalah anak buah Haji Asnaf"
Ujar Danil
"Oh bukan! Pak Lukman tidak ada sangkut pautnya dengan Haji Asnaf
ataupun Habib Ali, tapi kita butuh tenaga beliau kalau ingin rencan
ini berhasil"
"Sebelumnya saya minta maaf kalau kata-kata saya sama bapak waktu itu
kurang sopan"
"Saya juga minta maaf karena waktu itu saya tidak sempat menjelaskan
pada kalian semua. Hampir setiap malam kami melakukan investigasi
keliling restoran, berharap dapat menangkap basah ritual yang
dilakukan oleh karyawan Hanggareksa, tapi anehnya kami selalu gagal.
Karena itu kami amat sangat berterimakasih atas apa yang Sandy dan
Danil lakukan, itu adalah bukti yang kuat untuk mengembalikan
Hanggareksa ke tangan Habib"
Pak Kusnadi menjadi komando dari pasukan siap tempur yang dibentuknya
secara dadakan. Tapi ini yang terbaik yang bisa mereka lakukan, karena
menghubungi polisi hanya akan merusak nama pimpinan mereka. Mereka
duduk bersila, mendengarkan dengan seksama semua strategi yang
dipaparkan pak kusnadi. Semua mengerti, semua siap dan sadar diri akan
resiko yang mereka hadapi.
Dan akhirnya sepuluh menit lagi sebelum tengah malam, wajah mereka
tegang, telapak tangan mereka basah, rasa takut yang tidak wajar
mengingat yang akan mereka hadapi hanyalah beberapa wanita. Tapi
mereka berhak untuk lebih takut lagi, karena jauh di lubuk hati mereka
mengerti bahwa musuh mereka sebenarnya...
BUKANLAH MANUSIA
......................................
HANGGAREKSA RESTAURANT
KREK!
Resti membuka pintu dapur dengan panik, seperti baru pertama kali
melihat sesuatu yang mengerikan. Dia melepas topeng putihnya dan
DAR!
Gerutu Riska. Sosok bertopeng perak yang sejak tadi duduk diam pun
tidak bisa menahan rasa gelisahnya.
"Sudahlah! Aku tahu malam ini pasti akan datang, dari awal habib tamak
itu sudah memata-matai kita"
Tanya Resti.
Tidak satu orang pun menjawab pertanyaan Resti, semua tampak panik
kecuali sosok bertopeng hitam yang sejak tadi duduk bermain dengan
pisau kecilnya. Sikapnya yang tenang itu memancing emosi resti yang
sejak lama menyimpan dendam padanya.
"Kamu tuh ya, sebenernya kamu ada di pihak siapa? Hah? Kita semua
dalam bahaya, setidaknya tunjukin sedikit rasa khawatir!"
"Aku khawatir kok! Hanya saja topeng ini menutupi wajah cemasku"
"Nama anggraini masih sangat besar, bahkan lebih besar dari dosa-
dosanya. Kekuatan mereka tidak hanya meracik bumbu, tapi juga
membumbui hukum. Sehari setelahnya polisi mengumumkan sebuah
pernyataan bahwa pelaku utama keracunan masal di Hanggareksa
adalah Lalu Doni Firmansyah. Seorang koki yang ditemukan tewas
terbakar di dapur Hanggareksa. Mereka menyebut itu kecelakaan,
walaupun faktanya
Oma terkejut dengan cerita BQ, perempuan tua itu tidak mampu menemukan
nama Doni Firmansyah dari ingatannya. Tapi gelar Lalu? Lalu adalah
gelar kebangsawanan untuk semua pria di tempat asal BQ.
BRMMMMMMMMMMMMMMMM
Cahaya lampu mobil menyinari keduanya. Mobil yang memang sejak tadii
menunggu oma disana.
Ujar BQ.
LUKMAN?
"Ny. Rosyana Anggraini, Sampean akan ikut kami untuk diadili atas
tuduhan praktek ilmu sesat, dan jual beli organ manusia"
Oma tertawa mendengarnya, tawa yang sangat sehat untuk perempuan yang
sudah renta.
BQ dan Pak Lukman hanya bisa menelan ludah, Oma yang sedang mereka
lihat ini bukan lagi sosok nenek renta yang selama ini mereka kenal.
Perempuan tua itu masih saja tertawa, seakan-akan yang sedang
dialaminya sekarang hanyalah sebuah komedi. Tidak lama kemudian
suasana taman kecil itu pun kembali sepi, seiring dengan tawa oma yang
berhenti.
BRRRRRRT BRRRRRRRRT
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 350
Ucap Resti
Tanya Ratna
"Tentu saja! Mama sendiri yang bilang kita harus menjemputnya di rumah
yang ada kios bensinnya, rumah seperti itu di kompleks ini ya cuma
satu"
Sahut Riska
"Sudah-sudah! Kalian ribut terus dari tadi! Sekarang kita harus nyari
mama kemana? Satu tikungan lagi kita akan sampai di jalan menuju
restoran nih."
Timpal si sopir
"Ini pasti kerjaan BQ, aku sudah curiga sejak awal kalau dia adalah
suruhan si Habib, tapi Oma tetep gak mau denger. Bahkan setelah dia
membebaskan Nova, Oma masih saja membelanya"
"Sudahlah! waktu itu kita sudah selesai memandikan Nova, karena itu
walaupun BQ membiarkannya kabur, Oma masih memaafkan dia. Lagipula
sejak pertama kita juga setuju untuk menerima BQ, karena dia memiliki
kelebihan yang tidak kita miliki, sekaligus agar dia tutup mulut atas
apa yang sudah terlanjur dia lihat"
Tutur Riska
"Awalnya aku juga berpikir begitu, tapi apa bibi tidak merasa aneh? BQ
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 351
datang begitu saja ke restoran yang baru buka, untuk melamar kerja
padahal kita tidak pernah membuka lowongan. Dan satu hal lagi! Sejak
awal BQ selalu membawa pisau kesayangannya, itu adalah paring
knife yang
knife yang sama dengan peninggalan Hanggareksa era dulu. Aku sempat
curiga dan untuk memastikannya, aku membandingkan pisau Hanggareksa
yang ada di rumah, dengan pisau yang BQ bawa dan ternyata ......
walaupun sudah lecet, di gagang pisau BQ ada nama Hanggareksa"
Tutur Resti
Perintah Chandra pada Samsol. Chandra merasa saat ini dia adalah
pahlawannya, dan samsol hanyalah seorang sidekick yang akan mematuhi
segala perintahnya. Kecuali....
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 352
Ujar Samsol sambil menunjuk Agung. Dalam sekejap Chandra kehilangan
aura pahlawannya, dia benar-benar mengutuk Pak Kusnadi yang sudah
menyandingkanny
menyandi ngkannya
a dengan
den gan Samsol.
Agung turun dari mobil, pria jangkung itu jauh lebih tinggi dari
Chandra, ototnya pun jauh lebih kekar dari lemak di lengan samsol.
Chandra sedikit gentar, melawan sandy saja dia harus tersungkur hanya
karena satu pukulan, apalagi Agung yang posturnya jauh lebih besar
dari Sandy. Walaupun posisi mereka adalah dua lawan satu, atau lebih
tepatnya satu setengah lawan satu, tapi tetap saja samsol tidak akan
banyak berkontribusi.
Hardik Agung yang saat ini sudah berjarak selangkah dari Chandra.
"Gue mau mereka! Dan sebaiknya elo gak usah ikut campur!"
Ujar Agung
Ag ung yang tersenyum sembari memalingkan muka..
BUK!
BUK!
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 353
"Aiiiiiiiiiiiiiih Say eh Say, jangan kalah donk say!"
BUK!
"Dimana Mama?!"
BUGH!
"UGHYAAAAAAH"
"DIMANA MAMA????"
Agung semakin murka dan jijik melihat dua orang dihadapannya. Dia tahu
dia tidak bisa berlama-lama disini, baru saja ada pengendara motor
yang lewat, kemungkinan warga untuk datang kesini sangat besar. Lagi
pula dia harus segera menemukan Oma. Karena itu, Agung mengangkat
kerah leher Samsol, mendekatkan wajahnya ke wajah samsol, dan dengan
bengisnya bertanya...
DEBUK!
Tubuh tambun
t ambun samsol melayang lalu mendarat di aspal. Pria flamboyan
itu diam tak berkutik, Agung pun semakin murka karena dua sumber
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 354
informasinya sudah terkapar tak sadarkan diri. Dari dalam mobil Riska
memanggil agung, menyuruhnya untuk segera pergi dari sini. Agung pun
meludahi Chandra, lalu berpaling pergi...
ANJING!
Baru dua langkah Agung mendekati mobil, lagi-lagi dia harus berbalik
karena ternyata, lawannya masih berdiri gagah di belakangnya. Agung
mengepalkan tangannya dan berlari mendekati..
SAMSOL
UDARA
KRAK
Agung menarik nafas panjang, tidak ingin terpancing emosi untuk kedua
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 355
kalinya. Kali ini agung berjalan berputar, mencari celah yang tepat
untuk menyerang samsol. Sementara samsol hanya diam tanpa sedikitpun
melihat agung. Lawan samsol saat ini sudah berada di belakangnya, tapi
dengan tenangnya samsol berkata...
Sayang sekali senjata utama agung adalah kakinya. Dengan cepat agung
mempersempit jarak nya pada samsol, dan berharap dwi huruginya dapat
mengakhiri pertarungan paling memalukan dalam hidup agung ini.
BLEB
"UWAAAAAAAAAAARRRRRRRRRGGHHH"
NAFAS BUATAN
......................................
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 356
REGU KEDUA
Suasana kontrakan saat ini sudah aman dan terkendali, walaupun masih
menyisakan misteri. Teleportasi yang sudah terjadi pada sisjono sama
sekali tidak masuk akal, dan sekarang mereka bergantian menginterogasi
sisjono. Kang Jajank pun sudah pergi menyusul Pak Kusnadi yang menurut
pengakuan sisjono masih berada di dalam restoran, sementara Danil....
"Pak Agus,
Ag us, Chandra dan samsol sudah menemukan ketiga karyawan
hanggareksa.
hanggare ksa. Mereka butuh bantuan sekarang"
Tutur Danil.
Tanpa banyak tanya Pak agus dan Sisjono segera berangkat menyusul
chandra dan samsol. Dia berniat membawa seorang teman lagi, jadi
sebelum berangkat dia harus mampir ke Hanggareksa. Tinggallah Danil
dan Sandy berdua di kontrakan. Mereka sama-sama bertanya...
Tanya Sandy
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 357
"Kampret bener!
bener ! Bau apa ini? Dari restoran mungkin?"
Perhatian mereka berdua kini teralihkan dari bau busuk itu, setelah
sebuah bayangan tiba-tiba muncul di sudut ruang tamu. bayangan itu
hitam sekali, tapi semakin diperhatikan semakin jelas warna putih di
atasnya. Danil dan Sandy tahu apa yang sedang mereka lihat, dan
berpikir untuk melarikan diri dari kontrakan, sebelum akhirnya ada
bayangan lain yang keluar bersamaan dengan pintu kamar bawah yang
tiba-tiba terbuka,
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 358
ANOTHER MEETING - TENTH (PART 3)
......................................
REGU KEDUA
"BQ sebaiknya kamu ikut kami, teman-teman saya pasti senang sekali
bertemu kamu. Kamu yang menyusun rencana untuk menggiring Oma ketempat
ini, kalau bukan karena kamu, orang tua ini pasti sudah kabur"
Tawaran Pak Lukman ditolak BQ dengan halus, yang BQ butuhkan saat ini
hanyalah ketenangan.
"Terimakasih pak lukman, tapi saya harus pergi. Saya sudah tidak ada
urusan lagi di kota ini"
Ujar BQ
"Hmmmm kalau itu mau kamu, saya tidak akan memaksa. Jangan berlarut-
larut dalam kesedihan! Karena yang kamu lakukan malam ini adalah
keadilan, dan mampu menahan diri dari kerasnya rasa dendam adalah
sebuah kekuatan"
"Saya tidak sekuat dan sebijak yang pak lukman pikir. Yang tadi itu,
kalau satu detik saja bapak telat datang, mungkin kita akan menaikkan
oma ke mobil dengan kepala dan tubuh yang terpisah"
Pak Lukman hampir lupa betapa misteriusnya BQ, dia terlihat sangat
"Kalau keinginan kamu untuk menghabisi nyawa oma sangat besar, untuk
apa kamu melibatkan saya dalam rencana kamu?"
"Seseorang harus menghentikan saya... saya memulai semua ini atas nama
kakek, tapi saya tidak mau mengakhirinya seperti seorang Anggraini"
ATAU.........
"Kami bisa menjamu kalian dengan daging spesial yang tidak akan kalian
temukan dimanapun... di.... ma.... na.... pun...., bukan begitu..."
PAK LUKMAN?
JEDAG!
"DIAM!"
Timpal oma dengan suara yang jauh lebih keras dan lantang dari pak
lukman. Walaupun sedikit, teriakan oma barusan sempat membuat BQ dan
pak lukman gemetar. Sudah terlalu lama mereka ngobrol disini,
mendengarkan celotehan oma hanya akan membuat mereka gila. Pak Lukman
pun menutup terpal mobilnya, lalu mengirimkan pesan pada Abadi dan
Anugerah yang sedang berpencar, bahwa dia sudah berhasil menangkap Oma
dan segera menuju ke restoran.
"Pak Lukman... waktu saya menghubungi bapak tadi siang, bapak bilang
akan menjemput jam tua itu dari kota oseng, tapi.... kenapa saya tidak
melihatnya di dalam mobil?"
Tanya BQ. Usai mengunci semua kait terpal di mobilnya, pak lukman pun
menjawab...
"Jam tua itu sudah mendarat di kaki gunung kemitir. Saya sendiri yang
membuangnya"
Rupanya kata-kata pak lukman barusan didengar oleh oma. Dia pun tidak
bisa menahan diri untuk menjawab...
......................................
"KREK!"
Pak kusnadi keluar dari gudang hanggareksa. Ini sudah kedua kalinya
dia keluar masuk dapur dan gudang. Berkali-kali pak kusnadi memanggil
sijono, tapi sahabatnya itu seakan ditelan bumi. Alih-alih menemukan
apa yang dicarinya di gudang, Pak Kusnadi justru harus melihat
pemandangan mengerikan yang sudah lama ingin dilupakannya.
Apa yang saat ini ada di depan matanya, sama persis dengan saat dia
dan teman-temannya bermalam di restoran dulu. Di bawah kaki jam tua
itu....
Pak Kusnadi punya banyak amalan yang diyakini bisa membantunya lepas
dari tipu muslihat iblis, sayangnya tidak satupun amalan yang dia
punya dapat membantunya melawan tipu muslihat iblis. Tapi satu hal
yang pasti! Tuhan selalu bersama hambanya.
"Sisjono tidak ada disini, mustahil dia bisa keluar dari restoran ini
seorang diri. Satu-satunya ruangan yang belum saya periksa adalah
pintu di samping jam tua itu"
Di meja kedua dia harus melangkahi jasad dua orang pria yang sudah
terbujur kaku di lantai, matanya terbuka lebar namun putih mulus tanpa
bagian hitam. Tangan pria pertama mencengkram pergelangan kaki pria
kedua, seolah sedang berkompetisi siapa yang lebih dulu sampai di
garis finish. Ironisnya mereka lebih dulu mencapai garis maut, sebelum
sempat menyentuh jam tua itu.
Di meja ketiga kaki dan tubuh pak kusnadi mulai terasa lemah. Jasad
seorang anak laki-laki yang belum sempat turun dari kursi, karena
tubuhnya sudah lebih dulu kaku. Sebatang permen masih digigit oleh
anak malang tersebut, tapi cairan merah yang mewarnai lehernya jelas
bukan lelehan kembang gula.
Jam tua itu kembali berbunyi. walaupun sudah hampir sepuluh menit pak
kusnadi di dalam restoran, tapi jarum jamnya tidak bergerak dari angka
dua belas. Seolah-olah waktu berhenti di ruangan ini, pak kusnadi pun
tidak punya waktu untuk merasa heran, karena tiba-tiba..
GRASP!
Tiba-tiba tangan salah satu mayat itu mengenggam kaki pak kusnadi,
HHHH................................... HHHHHHHHHHHHH
SIALAAAAAAAAAAAAAN
............................................
REGU KEDUA
ROSY..... RO......SY.....
Pria itu masih memanggil nama Rosy... perempuan berbau busuk, berambut
putih yang ada di belakang Danil dan Sandy. Ini adalah saat yang tepat
untuk berteriak, tapi baik Sandy dan Danil, keduanya hanya diam
menelan rasa takutnya sendiri. Sandy sudah siap berlari, dengan penuh
keraguan sejauh apa kaki itu dapat membawanya pergi. Sementara
Danil... tubuhnya yang semakin condong kekanan bukanlah kuda-kuda
untuk melawan, tapi tanda-tanda akan pingsan.
Ucap perempuan itu sembari mendekati Danil dan Sandy dengan kedua
tangannya yang terbentang lebar. Sementara pria berkulit putih itu
membuka mulutnya lebar-lebar, hingga terlihat rahang dengan gusi yang
hitam tanpa ada satu gigipun disana. Hanya itu yang bisa pria itu
lakukan, karena sebenarnya...
PRIA ITU TIDAK LEBIH DARI SEKEDAR KEPALA, LEHER DAN DADA NYA SAJA
BRUK!
"Saya sadar kampret! Saya juga dengar barusan kamu manggil saya
kampreeet!"
HWAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
Tanya BQ
"Sudah, sejak Sisjono keluar dari restoran dengan cara yang tidak
wajar, kami tahu kalau Pak Kusnadi juga dalam bahaya. Tapi pintu
restoran ini susah sekali dibuka, bahkan kacanya pun susah ditembus.
Lagipula dari celah itu kami bisa melihat ke dalam, tapi restoran ini
gelap gulita, sangat berbeda dengan yang Sisjono ceritakan"
"Saya tidak bisa masuk ke tempat pak kusnadi, tapi saya bisa membantu
beliau keluar"
PAK KUSNADI
Sandy melompat dari tangga dan menghampiri sahabatnya yang saat ini
sudah bersimbah darah.
Tangisan Nova dan teriakan Sandy membuat Danil bingung setengah mati,
bagaimana mungkin tubuh sabrina tiba-tiba muncul dari atas? Dan begitu
dia melihat ke lantai dua, Danil tahu jawabannya. Hantu telanjang yang
dipanggil Widi itu ada disana, berdiri berdampingan dengan Si rambut
putih.
DUAR!
BRUAK!
BRUAK!
Suara itu mengejutkan Pak Kusnadi. Tukang Parkir itu masih berusaha
lepas dari cengkraman mayat-mayat pelanggan yang sejak tadi
membenturkan kepalnya tepat ke jam tua Hanggareksa. Tapi bukannya
melakukan sesuai perintah, Pak Kusnadi malah sibuk mencari asal dari
suara tersebut.
PAK KUSNADI, DENGARKAN SAYA! HENTIKAN DENTING JAM ITU, ATAU BAPAK AKAN
TERJEBAK DISANA SELAMANYA!
BRUAK!
Atap kontrakan seakan mau runtuh, dan kali ini Sandy dan Nova pun
menyadarinya.
"Apa-apaan ini?"
Nova terlihat sibuk memegangi kalung peraknya seraya berdoa, hanya itu
yang orang lemah seperti dia bisa lakukan. Hingga tidak lama kemudian
semuanya pun ikut berdoa, semuanya sadar kalau mereka hanyalah orang
yang lemah. Abu dan reruntuhan gedung pun berjatuhan, walaupun kecil
tapi ini adalah masalah besar. Jika mereka mati, adakah yang akan
menemukan mayatnya disini? Karena jangankan teriak, Handphone mereka
saja tidak bisa digunakan. Satu benturan lagi, maka mereka berempat
akan tertimbun bersama dengan bangkai kontrakan itu.
HIYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
BRUAAAAAAK!
Denting jam tua itu tidak lagi terdengar, Hanggareksa berubah sepi dan
gelap gulita. Tidak seorang pun ada disana kecuali Pak Kusnadi yang
masih memandangi tangannya sendiri. Suara retakan kaca dan tulang
kepala barusan terasa sangat nyata baginya, tapi sekarang dia sadar
bahwa semua itu hanya ilusi. Iblis sedang mengelabui pandangannya,
membawanya ke ruang dan waktu yang berbeda. Dan saat dia kembali ke
alam yang sesungguhnya, Pak Kusnadi pun bertanya-tanya..
Pak Kusnadi akan mencari jawabannya sendiri, dia berlari ke arah pintu
utama, karena kalau memang ini adalah dunia yang nyata, itu artinya
cipto dan saniman ada di luar sana.
"Ro... rosmary?"
Tidak ada yang bisa dia lakukan selain berlari, doa dan amalan
tertahan di kerongkongannya. Semakin dia berlari semakin cepat Rosmary
mengikuti, bahkan di depan pintu restoran sudah berdiri widi yang siap
menyambut kedatangannya. Pak kusnadi berusaha meyakinkan diri bahwa
dia sudah berada di dunianya sendiri, dan itu artinya
Pak Kusnadi berbelok dari pintu utama menuju ke arah jendela, semakin
sempit jarak antara dia dan jendela itu, semakin dia menambah
kecepatan dan akhirnya..
Pak lukman dan lainnya mendengar suara pecahan kaca dari samping
restoran. Mereka pun bergegas menghampiri asal suara tersebut.
Sesampainya disana, seseorang sedang tersungkur di tanah berselimutkan
tirai merah dan serpihan kaca. Orang itu adalah...
Kang jajank dan Cipto pun membantu Pak Kusnadi untuk bangkit, Wajahnya
penuh dengan luka gores karena bagaimanapun, kaca yang ditembusnya ini
cukup tebal, beruntung kelambu merah itu sedikit melindunginya.
"Maaf... saya tidak berhasil menemukan barang itu, dan sisjono... saya
tidak bisa menemukan sisjono"
"Tenang saja, sisjono baik-baik saja. Dan tentang barang itu, kita
bisa mencarinya sama-sama, semua berkat lubang di jendela yang kamu
buat"
"Bapak ada yang bisa ikut saya masuk? Saya tahu dimana mereka
menyimpan benda itu"
Seru BQ.
Tanya Pak Kusnadi, setelah mendengar suara BQ yang mirip dengan suara
yang dia dengar tadi. Sayangnya BQ dan Kang jajank sudah lebih dulu
masuk ke restoran melalui lubang di jendela.
ujar pak lukman yang disambut dengan senyum sumringah abadi dan
anugerah.
"Eh?"
MENJAGA OMA
"Tenang saja pak lukman, kan terpalnya ditutup. Nenek seperti itu mana
mungkin bisa kabur"
Ujar Abadi.
Di dalam restoran....
BRMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
Kata-kata Rosy terasa sangat tajam dan ngilu didengar, sejak kapan
kakaknya bicara seperti seorang wanita keji. Semua perubahan Rosy
membuat Lisanne berpikir
Quote:Attention
Akhirnya saya bisa tepat janji untuk update malam ini, sekaligus
melanggar janji karena malam ini tidak update sampai tamat. Percayalah
Ini hari keenam sejak meninggalnya nenek saya, dan setiap maghrib saya
harus mempersiapkan acara tahlil selama tujuh hari kedepan. Karena itu
waktu menulis saya jadi berkurang, hingga sampai di waktu yang
"Maaf semua meja sudah penuh, anda bisa datang lagi besok atau lebih
baik tidak sama sekali!"
"Oh ya! Sayang sekali karena kami punya peraturan untuk tidak
mengganggu tamu yang sedang sedang makan, jadi sebaiknya anda tunggu
di luar atau aku akan..."
BARNABAS?
"Ny. Rosemary Hermawan? Anda masih ingat kami? Kami dari Pelita Timur,
kita sempat membahas tentang sebuah tanah yang berada di...."
Pria gemuk yang masih memegang garpu itu harus menghentikan basa-
basinya, karena lawan bicaranya sama sekali tidak menanggapi, tidak
pula melihat ke arahnya. Rosy berjalan lurus memasuki pintu dapur,
tanpa peduli dengan apapun dan siapapun yang ada di sekitarnya.
Sementara di belakangnya, Herman berjalan angkuh merasa dirinya adalah
orang paling penting di sana. Lisanne bergegas menghampiri pria gemuk
itu, mecoba mencari alasan sebelum terjadi kesalah pahaman.
Gumam Lisanne dalam hati, seraya melihat Rosy dan Herman yang
menghilang di balik pintu dapur.
Di ruang tamu...
"Ini.."
Ucap rosy sembari meletakkan amplop berisi uang itu di meja. Herman
mengambil, membuka dan menghitung uang tersebut lalu tersenyum.
"Hehehehehe ingat, ini hanya cukup membayar separuh hutang widi, untuk
tugas yang kamu ceritakan di telepon, aku minta bayaran lebih"
Ujar Herman.
"Tentu saja! Rosemary tidak pernah lupa siapa temannya, tidak akan
pernah lupa. Kamu akan mendapatkan sisanya setelah tugasmu selesai"
Sahut rosemary.
"Hahaha syukurlah kalau begitu, artinya kamu tidak lupa dengan hadiah
utama ku, dan sebaiknya kamu tidak menunda-nundanya lagi!"
"Lisanne.... dia akan segera menjadi milikmu dalam bulan ini, tentu
saja kamu boleh membawanya pulang setelah tugasmu selesai"
Sahut Rosy. Herman mengangguk setuju, tidak ada alasan untuk terburu-
buru, cepat atau lambat Lisanne akan menjadi miliknya.
"Minggu depan kita akan mengadakan pesta, pesta yang sangat meriah,
dan itu artinya kita akan kedatangan banyak tamu"
Tutur Rosy membuka diskusi. Lisanne tampak terkejut karena pesta yang
rosy rencanakan tidak dirundingkan lebih dulu dengannya. Tapi apalah
posisi Lisanne, semua kendali tetap ada di tangan pemilik. Karyawan
yang lain saling pandang dan saling mengangguk mantap, seolah mereka
siap untuk diajak bekerja keras
"Karena itu Aku butuh lima orang karyawan perempuan yang namanya sudah
aku tulis disini, sisanya.... kalian bisa libur selama delapan hari
dari sekarang!"
"Siapa bilang mereka dipecat? Aku hanya memberi mereka libur sepekan,
setelah itu mereka bisa kembali bekerja. Tenang saja, aku tahu apa
yang aku lakukan"
Timpal Rosy.
"Ini daftar tamu yang aku undang ke pesta kita, semuanya adalah orang
penting, sangat penting bagiku"
Tanya Lisanne
Esok harinya.....
Pagi yang buruk untuk memulai hari, bagi Hanggareksa dan bagi Kelima
karyawannya. Banyaknya pengunjung yang datang tidak sebanding dengan
banyaknya karyawan, berkali-kali pesanan terlambat sampai ke meja,
walaupun tidak sampai memicu komplain pelanggan. Lisanne tampak
kewalahan membantu di dapur dan di lini depan. Sementara sampai jam
sebelas pun Rosy belum turun dari kamarnya.
"Siapa kalian sebenarnya? Apa mau kalian? Kenapa kalian melakukan ini
pada kami? Kenapaaaaaaaaa?"
Tanya rosemary seolah tidak tahu menahu dengan apa yang sudah terjadi.
"Jelaskan semuanya padaku kak! Apa tujuan sebenarnya dari pesta ini?"
Kali ini lisanne tidak segan-segan mengarahkan pisaunya pada Rosy, dan
itu membuat sang kakak amat sangat marah. Rosy mendekati adiknya
dengan langkah yang tenang tanpa sedikitpun rasa takut. Dia sangat
yakin Lisanne tidak akan sampai hati melukainya.
"Oh adikku sayang.... pisau ini sudah melukai perasaanku, sejak kecil
kamu tidak pernah mengangkat seujung jari pun padaku, jadi aku mohon
turunkan tanganmu! Kita bicarakan ini baik-baik, ya?"
Rayuan Rosy hampir saja meleset, karena bagi Lisanne yang ada di
hadapannya bukan lagi Rosemary yang dia kenal. Tapi Lisanne terlalu
lemah, dia tidak punya kekuatan untuk membela teman-temannya, termasuk
membela dirinya sendiri.
GRAB!
Ujar Rosy
"Kak.... aku mohon apapun alasan kakak memulai semua ini, ini bukanlah
jalan keluar kak. Aku mohon... masih ada kesempatan untuk menghentikan
Mata Lisanne berkaca-kaca, entah karena iba atau karena takut. Jauh di
lubuk hati Lisanne merasa, bahwa masih ada Rosemary yang dulu di dalam
diri kakaknya, walaupun hanya sedikit tapi Lisanne berharap kata-
katanya barusan dapat tersampaikan.
"Kamu benar.... Ini bukanlah jalan keluar, ini adalah jalan buntu yang
akan mengakhiri semuanya. Dan kamu salah besar kalau mengira masih ada
waktu untuk menghentikan semuanya, karena sebenarnya..... semua sudah
dimulai sejak hidangan pembuka. Dan untuk adikku tersayang.... kakak
punya sebuah kenang-kenangan"
STEK!
HYAAAAAAAAAGHHHGGGGHHHH
"Hei kamu! Ada ribut-ribut apa di dapur? Kenapa Pemilik restoran belum
juga menemui kami? Ini sudah hampir jam dua belas malam!"
"Benar! Kami masih disini karena Pemilik restoran bilang ada sesuatu
Timpal Pak Rangga yang mulai gelisah karena datang bersama istrinya
yang sedang hamil besar.
Protes yang sama juga dilayangkan oleh tamu undangan lainnya yang
merasa ini sudah terlalu malam, lagipula mereka datang kesini hanya
untuk makan gratis, mereka bahkan tidak tahu kenapa orang kampung
seperti mereka diundang juga, dan pastinya tidak ada alasan bagi sang
pemilik untuk menemui mereka.
Ujar salah seorang tamu undangan bernama Pak Jamil, dia datang bersama
istri dan seorang anaknya. Jauh dari kampung hanya untuk menikmati
makan di restoran mewah walaupun hanya semalam. Usul pak jamil
disetujui oleh Tamu berikutnya yang juga berasal dari kalangan
menengah ke bawah dan sama sekali tidak ada relasi bisnis dengan
Hanggareksa,
"Mama gak tahu pa! Tadi pamit cuci tangan, tapi sampai sekarang tidak
kembali lagi"
HWAAAAAAAAAAAAA!!!
"Mas....kenapa mas?"
Teriakan itu membuat tamu yang lain semakin beringas dan memaksa untuk
keluar. Mereka memukul, menendang bahkan melemparkan kursi ke arah
orang-orang bertopeng itu. Tapi... walaupun apa yang dilakukan para
tamu itu sangat menyakitinya, orang-orang bertopeng itu tetap berdiri
gagah menghalangi tamu-tamu rosemary untuk pergi.
KRAK!!
Sebuah kursi melayang dan menghantam wajah salah satu orang bertopeng
itu, topinya retak dan terlepas sehingga tampak jelas wajah seorang
perempuan. Tahu bahwa lawannya hanyalah seorang wanita, para tamu
semakin beringas melakukan perlawanan, walaupun perlahan-lahan mereka
mulai menyadari sesuatu....
BRUAKKK!!
"HIYAHAHAHAHAHAHAAHAHAHAHAHAAH"
Rosemary tertawa seperti anak kecil yang baru saja membuka kado dari
ayahnya.
"Lihat! Lihat! Bahkan untuk membuka mulut saja dia tidak bisa!!"
Ucap wanita dengan lesung pipi dan mata sipit sembari membuka topeng
Sekarang semua sudah terlambat, Pak jamil melihat mirah dengan mata
merahnya yang semakin buram. Sementara mirah puas dengan apa yang
sudah dicapainya malam ini.
JREBB!
"Aku sisain satu mata lagi buat om, agar bisa melihat betapa
bahagiannya aku saat ini Huhuhuhuhuhuhu"
"Mbak.... sejak lahir mbak selalu lebih diperhatikan, itu karena mbak
lebih cantik, lebih pintar dan lebih segala-galanya dariku. Tapi
kenapa mbak menikahi Mas Firdaus? Bukankah mbak tahu kalau dia itu
kekasihku? Dan kamu mas daus... sekarang kamu bisa lihat kan siapa
yang lebih cantik? Safitri.... atau istri mas daus ini? Lihat mas.....
BUK!
LIHAT MAS!!! JANGAN TUTUP MATAMU DULU BANGKAI! LIHATLAH WAJAH ISTRIMU
INI!
BUK! BAK!
Tibalah giliran wanita bertopeng hijau, yang tidak lain adalah Nisa,
sahabat dekat Rosemary. Ibu dua anak itu tampak sangat berbeda dengan
rambutnya yang terurai. Dia hanya menatap Rangga, mantan suaminya yang
sudah berselingkuh dengan perempuan lain. Sayangnya Rangga menikah
lagi dengan orang lain, bukan dengan selingkuhannya, hingga Nisa tidak
lagi bergairah untuk melampiaskan kemarahannya, terutama saat melihat
istri rangga sedang hamil tua.
"Cukup melihatnya menderita, aku sudah puas! Aku tidak perlu banyak
bicara lagi"
Ujar Nisa.....
Hanya satu orang tersisa, dia adalah wanita bertopeng putih yang masih
enggan menunjukkan wajahnya karena orang yang ditunggu-tunggu, tidak
kunjung datang.
"Tenang saja..... walaupun dia tidak datang, aku akan pastikan ini
adalah malam terakhirnya"
HUEEEEEEEEK!!
Dan seperti para tamu di restoran, darah segar keluar dari mulutnya.
Lisanne menyesali kebodohannya, andai saja dia tahu seberapa buruknya
perubahan rosy, andai dia tahu maksud terselubung dari pesta ini,
andai dia tahu bahwa anggur yang diteguknya tidak lebih dari sebuah
racun, pasti lah semua tragedi ini bisa dihindari. Tapi menyesal
bukanlah jalan keluar, ada sesuatu yang harus dia selesaikan dan
itulah alasannya dia memilih untuk tinggal.
Rosy sedang asyik menikmati pertunjukan seru yang dia buat sendiri.
Dia dan kelima temannya duduk di kursi dan saling bertaruh siapa yang
akan memenangkan kompetisi. Para tamu undangan sama sekali tidak
menyangka bahwa malam ini bukanlah pesta mereka, ini adalah pesta Rosy
dan teman-temannya, sedangkan para tamu hanyalah peserta, hanya bagian
kecil dari pertunjukan. Mereka merangkak, menarik tubuh kaku mereka
dengan tangan yang sudah mulai lemas. Sebagaian sudah kehilangan
kesadaran, sebagian lain masih melata seperti ular yang sedang berburu
mangsa.
Mereka tidak lagi peduli pada sesama, pun tidak menghiraukan istri dan
anak-anaknya. Bocah malang itu terbujur kaku di bawah meja, sedangkan
istri adni andana sudah meregang nyawa dan belum sempat beranjak dari
"Oh ayolah.... hanya segitu saja usaha kalian untuk bertahan hidup?
Tidakkah kalian lihat waktu yang tersisa hanya satu menit lagi?"
Teriak Safitri.
BYUUUUUR
Seru Safitri
Teriak Riyanti
Sorak Mirah.
Pak Jamil berhasil meraih botol kecil berisi penawar itu, kesempatan
untuk bertahan hidup sudah semakin nyata
BRUK!
Dan jam tua itu pun berbunyi.... bersamaan dengan dua tubuh yang
ambruk ke lantai. Kedua pria itu menggelepar hingga akhirnya maut
menjemput mereka. Para penonton terdiam sejenak...
"Kamu tidak perlu khawatir Yulia, malam ini adalah malam terakhir
mereka. Tidak akan ada yang bisa melindungi mereka, tidak disini...
"Sisanya aku serahkan pada kalian semua wahai saudariku, Ada sesuatu
yang harus aku selesaikan"
Denting jam tua itu masih terdengar, bahkan jelas sekali dari ruang
tamu dimana Lisanne berada. Kondisinya semakin memburuk, walaupun
secara ajaib reaksi racun di dalam tubuhnya jauh lebih lambat. Mungkin
karena anggur yang diminumnya hanya sedikit, Lisanne selalu
menghindari alkohol saat sedang bekerja. Perempuan berambut coklat itu
berpegangan pada kursi, mencoba berdiri dengan kaki lemahnya. Sejak
tadi dia menahan muntah, karena semakin banyak darah yang keluar
semakin lemas badannya.
Ini adalah pilihannya sendiri, dia tahu usianya tidak akan lama lagi
jadi dia memilih tempat yang tepat untuk mati. Lisanne tidak ingin
saat dirinya sekarat dan mati mengerikan, kedua anak itu ada di
hadapannya. Kesedihannya yang paling mendalam bukanlah karena maut
yang semakin dekat, tapi karena disaat-saat terkahirnya barusan dia
bahkan tidak sempat memeluk dan mencium anaknya.
"Adikku?"
KREK!
Kursi kayu itu masih bergerak-gerak... jam tua yang ada di sampingnya
pun masih berdenting, tapi seseorang yang sedang duduk di kursi itu
tampaknya sudah tidak bernafas lagi. Keadaannya jauh lebih menyedihkan
dari Lisanne, bahkan hanya dengan melihatnya saja Lisanne bisa
merasakan pedihnya siksaan yang dilalui. Ya! Orang itu adalah...
WIDIANTO HERMAWAN
Suami Rosy itu kini duduk telanjang dengan rambut yang berserakan di
lantai, bukan karena digunting tapi karena dicabut layaknya mencabut
bulu ayam. Semua kuku di tangan dan kakinya terkelupas, dan walaupun
widi tewas dengan mulut terbuka, tidak satu gigi pun yang bisa Lisanne
lihat. Tubuhnya memutih bahkan lebih dari sekedar pucat, sepertinya
widi sudah meninggal sebelum pesta dimulai.
KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
UHUGHHHH...... UHUGH.......
"Kenapa kak? Perlukah bertindak sejauh ini? Iblis apa yang sudah
Teriakan Rosemary jauh lebih keras dari suara Lisanne, ditambah lagi
semua itu terdengar tepat ketika denting jam tua di ruangan itu
berhenti. Mata Lisanne yang mulai merah kini basah oleh air mata....
belum sempat dia menyekanya, Rosemary kembali bicara....
Ujar Lisanne.
CUIH!
Wajah Rosemary basah oleh ludah bercampur darah dari mulut Lisanne.
Rosy melepaskan Lisanne, reaksi yang sangat tenang untuk seseorang
yang baru saja diludahi wajahnya.
"Tinggalkan kami berdua, temui yang lain dan katakan pada mereka bahwa
pesta telah selesai"
Ujar Rosemary pada Suami Lisanne. Pria tinggi itu pun pergi dan
menutup pintu kamar. Tapi itu tidak menghalangi suara teriakan yang
terdengar kemudian...
DIMANA ROSYANAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
Rosemary benar.... pesta telah selesai, dan ini sudah waktunya pulang.
Tentu saja bersih-bersih adalah ugas tuan rumah, semua tamu pulang
meninggalkan sampah. Para wanita bertopeng itu pun pergi, tidak ada
Setiap langkah Rosy terasa lengket, setiap hela nafasnya tercium bau
amis. Sejak keluar meninggalkan kamar bawah, melihat dapur yang
berubah jadi pemakaman, kemudian ruang makan yang berubah jadi lautan
darah. Melangkahi mayat mereka dengan senyum kemenangan, adalah
kenikmatan yang tiada tara bagi Rosemary. Terus begitu hingga dia
sampai di depan pintu restoran.
Para tamu sudah menikmati makan malam terakhirnya, dan kini waktunya
bagi Rosemary untuk sarapan. Dia mengambil sisa makanan yang ada di
meja tamu, dan melahapnya habis tanpa peduli bahwa roti yang
dikunyahnya sudah berlumur darah dan muntah. Rosy merebahkan badannya
tepat di depan pintu masuk.... cahaya terang menyinari tubuhnya,
sementara kegelapan masih menyelimuti sebagian besar restoran.
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 465
KALAU SAJA SAAT ITU AKU LEBIH CEPAT MENYADARINYA
"Apa maksud kamu aku tidak boleh mencicipi masakanku sendiri? Sebagai
chef aku berhak tahu rasa akhir dari masakan ini sebelum disajikan
pada tamu!"
Protes Chef Lalu pada salah satu karyawan bertopeng yang tiba-tiba
saja menahan tangannya ketika hendak mencicipi hidangan pembuka.
"Masakan itu sudah sempurna, kamu bisa mencicipi yang lain, tapi tidak
untuk yang satu itu"
Saat itu semua sedang sibuk, tidak ada waktu untuk berdebat jadi Chef
Lalu mengalah. Tidak ada rasa curiga sedikitpun di benaknya, kecuali
saat dia melihat dengan mata kepala sendiri, orang-orang bertopeng itu
membubuhi masakannya dengan sesuatu. Chef lalu semakin yakin manakala
anak buahnya mulai mengeluh pusing dan lemas setelah meneguk anggur
pemberian Rosemary. Beruntung saat itu Chef lalu tidak meminumnya,
Alkohol adalah sesuatu yang haram baginya.
Hidangan penutup pun berakhir, Chef lalu tahu ini adalah puncaknya.
Diam-diam dia keluar dari dapur berniat memberitahu semua pada
Lisanne, sayangnya Lisanne tidak ada di ruang makan, tidak juga di
gudang. Dia tidak bisa menyelamatkan semua orang ini sendiri, tidak
tanpa bantuan Lisanne. Akhirnya dia bertemu dengan seorang nenek dan
cucunya yang sedang bingung mencari kamar mandi.
Tanya si nenek.
Chef lalu tidak bisa membayangkan jika apa yang dicurigainya adalah
benar, pasti nenek dan anak ini akan jadi korban. Akhirnya dia pun
menawarkan diri untuk mengantarkan tamunya ke kamar mandi. Chef lalu
membukakan pintu dan mempersilahkan nenek dan cucunya masuk ke dalam
ruangan gelap yang ternyata adalah gudang, lalu tanpa basa-basi lagi
Chef lalu segera menguncinya.
Teriakan anak kecil itu tidak terdengar jelas ke ruang makan, terlebih
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 466
keadaan disana sedang gaduh karena suatu alasan. Chef lalu mengintip
dari pintu lorong, dan melihat para tamu yang sedang baku hantam
dengan para karyawan bertopeng tepat di depan pintu masuk. Dari situ
dia tahu bahwa keadaan sudah semakin buruk. Belum lagi saat ini para
tamu sudah menunjukkan tanda-tanda keracunan, chef lalu pun tidak
punya pilihan lain selain mencari jalan keluar.
Sayangnya dia tidak punya banyak waktu, karena saat ini dua orang
bertopeng sedang berjalan ke arahnya. Sepertinya mereka mulai
menyadari hilangnya Chef Lalu. Tanpa berpikir panjang Chef lalu pun
bersembunyi di lemari besar tempat menyimpan peralatan kebersihan yang
kebetulan kosong karena semuanya sedang digunakan untuk persiapan
pesta. Tepat saat chef lalu menutup pintu lemari, orang bertopeng itu
datang, mereka segera menuju ke gudang yang entah kenapa tidak
terdengar lagi suara anak dan nenek itu. Beruntung kedua orang itu
tidak memiliki kuncinya, hingga mereka berdua kembali meninggalkan
lorong.
Itu adalah pilihan terbaik chef lalu, lemari itu sudah berhasil
menyelamatkan
menyelam atkan nyawanya setidaknya...
"HAAAAAAAAAAAAA
"HAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH
AAAAAAAAAAAAAAAAAH HAAAAAAAAAAAA
HAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAA"
AAAAAAAAA"
TERKUNCI
Dia pun memperhatikan pintu utama yang saat ini tirainya terbuka.
Pintu itu adalah satu-satunya sumber cahaya saat ini, dia pun segera
berlari kesana tanpa mempedulikan keadaan di sekitarnya. Tubuh
rosemary tergeletak tepat di depan pintu, membuat Chef lalu semakin
bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi dari balik pintu kaca
itu Chef lalu dapat melihat dengan jelas..
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 467
POLISI SUDAH MENGEPUNG RESTORAN
Pupus sudah harapan Chef lalu, jelas sekali polisi itu tidak datang
untuk menyelamatkannya, melainkan untuk menangkapnya. Pria yang
malang, jauh merantau ke pulau orang hanya untuk jadi korban, pakaian
putih tidak mampu menghalanginya untuk jadi kambing hitam. Pria itu
berjalan dengan wajah lesu menuju dapur. Takut.... kecewa.... depresi
yang hebat sedang dia rasakan, dan hanya ada satu jalan keluar
baginya.
"Selamat tinggal......"
t inggal......"
HEGH!! HEGHHHHHTTTTTT
CETTASSSSS!
Chef lalu tersungkur ke lantai, lampu gantung itu patah karena tidak
sanggup menopang berat badannya. Tapi itu tidak menghalanginya untuk
mengakhiri hidup, dia pun meraih minyak tanah dan menyiramkannya ke
seluruh badan. Lalu kemudian...
BWUSSSSSSSSH
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 468
karena kebodohan ini adalah pilihannya. Tapi saat leher dan matanya
mulai panas, Chef lalu teringat dengan anak dan istrinya.
Harusnya aku bisa pulang menemui kalian.... harusnya aku tidak pergi
dan tetap bersama kalian.... ya! Aku harus pulang.....
Chef lalu berjalan sembari meraba-raba, menuju kamar mandi yang ada di
dapur. Sayang sekali air di kamar mandi sedang sedikit, menundukpun
tidak dapat menyentuh wajahnya. Dia meraba-raba sisi bak mandi, hingga
tangannya menemukan jamban, dan disanalah dia membenamkan
wajahnya..... wajah yang terlanjur hangus dilalap api.... dan nyawanya
yang terlanjur melayang sebelum api di wajahnya padam.
END OF PARTY
"Eeeeeeeerrrrrpphh"
"Ozat..... kamu beli nasi dimana? Enak banget tuh! Tapi kepedesan....
Abang kan udah bilang cabenya dikit!"
Protes Zaka
"Yah abang... ini masih terlalu pagi bang, warung-warung belum banyak
yang buka. Itu aja adek nemu di ujung pertigaan sana"
Sahut Ozat.
"Ya udah deh kalau gitu, mana kembaliannya? Abang kan ngasih uang lima
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 469
ratusan, berarti ada kembalian tiga ratus. Sini!"
Sayangnya Ozat keburu lari membawa uang kertas lima ratus rupiah utuh
yang belum sempat dibelanjakannya. Zaka mulai kesal dibuatnya, tapi
dia tidak bisa berbuat apa-apa karena mendadak. Kakinya terasa lemas,
dan muncul rasa mual yang membuat tubuh zaka berkeringat. Zaka segera
kembali ke kamar, karena merasa tidak enak badan. Di cermiin dia
melihat wajahnya yang tiba-tiba saja pucat, dan hidungnya mulai
mengeluarkan
mengelua rkan darah.
"Gue....kenapa
"Gue.... kenapa gue sebenarnya?"
HANGGAREKSA
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 470
FAREWELL
Setelah berita tentang Hanggareksa terdengar publik, Polisi segera
mengkonfirmasi bahwa penyebabnya adalah seorang koki yang depresi
karena masalah gaji yang tidak sepadan. Peristiwa itu juga menewaskan
sang pemilik yaitu Rosemary Hermawan dan Widianto Hermawan. Penyebab
kematian adalah racun yang jenis nya tidak diketahui, atau bisa jadi
sengaja dirahasiakan. Begitu juga dengan kondisi mayat widi dan Rosy
ketika ditemukan.
Jangan heran! Tentu saja semua itu ada campur tangan pihak ketiga yang
sangat berpengaruh hingga bisa membuat polisi bungkam. Tapi hukum
tetap harus ditegakkan, polisi masih mengusut kasus tersebut dan
menyelidiki
menyelid iki dugaan adanya hubungan kasus tersebut dengan kasus
pembunuhan di sebuah hotel dimana mendiang Widi sempat menginap.
Setelah tutup selama dua tahun, Habib Ali mengambil alih Hanggareksa
karena bagaimanapun juga Widi berhutang banyak padanya dan tidak hanya
itu..... adalah
adala h wasiat rosemary agar habib ali meneruskan restorannya
bila kelak sesuatu yang tidak diinginkan terjadi padanya. Tapi bila
hutang Widi dan rosy dirasa sudah lunas, mereka minta agar restoran
itu diserahkan pada pewaris sah nya, yaitu..
ROSYANA ANGGRAINI
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 471
KETURUNAN MEREKA YANG AKAN JADI TUMBAL
"Mengumpulkan informasi bukanlah hal sulit bagi anak buah habib ali
hehehe"
Vivi sudah siap dengan tas sekolah barunya, sepatu nya pun baru dan
sudah bisa digunakan tanpa kursi roda. Anak itu duduk di pangkuan
ayahnya berharap sang ayah segera menyuruh tamunya pulang.
Timpal Pak Kusnadi memotong pertanyaan Pak Lukman. Pak Lukman pun
tersenyum puas dengan jawaban temannya itu.
"Ya sudah kalau gitu saya pamit, maaf tidak bisa ikut sampean. Titip
salam saja buat mereka"
HANGGAREKSA RESTAURANT
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 472
adalah hari kepulangan Danil dan Samsol, wajar jika teman-teman
barunya datang untuk mengucapkan salam perpisahan.
"Salam sama Mbak Bang, kapan-kapan ajak dek Rain main ke sini!"
Ucap Sandy.
"Asal bukan ke restoran ini lagi sih, saya mau! Oh ya... ajak kami ke
Botanical Garden ya! Kebetulan bulan depan saya libur"
Pinta Danil
"Beres bang! Doakan skripsi gue lancar, entar gue traktir deh bang!"
"Setelah itu.... apa kamu sudah tentukan waktu untuk melamar sabrina?"
wajah sandy
s andy merah merona, bahkan dia pun bisa tersipu malu dengan
topik seperti itu
"Apaan sih bang! Sabrina cuma sahabat, untuk urusan istri gue nyari
yang alim dan berhijab. Elo tahu gue kan bang, gue butuh orang yang
bisa mengubah gue jadi lebih baik. Semua lelaki pasti berpikir begitu,
iya gak bang?"
Tanya Sandy
"Kalau saya di posisi kamu, saya akan tetap pilih sabrina. Saya lebih
suka mencari yang sudah mengerti dan memahami keburukan saya, daripada
yang baru mengenal kelebihan saya. Mencari pasangan yang bisa membuat
kita jadi lebih baik memang prinsip yang bagus, tapi berusaha bersama
pasangan untuk menjadi lebih baik itu baru perjuangan"
Bentak Chandra
Kaskus
Kaskus Name;
Nam e; Ahmaddanielo
Daniel Ahmad 473
"Ooooh jadi kalau gak di pinggir jalan boleh donk!"
Tanya Nova
"Ya! Aku sudah lihat lemari itu, dan ternyata benar. Kakek menuliskan
pesan di balik pintu itu dengan pisau ini. Pesan yang bisa aku bawa
pulang sebagai bukti bahwa leluhurku bukanlah seorang pembunuh"
Jawab BQ
"Waaaaaaaaah kapan-kapan bak vivi maen ke rumah Om ya, main sama Dik
Samantha, ya! ya! ya!"
Ucap Samsol
BAGAIMANA CARANYA?
"Jadi... apa yang terjadi dengan Fajri dan ketiga perempuan itu?"
Tanya Chandra.
Tanya BQ, dan kali ini Pak Lukman menjawabnya dengan wajah serius.
"Heeeeeeeeeei Sandy! Ngapain aja disitu? Sarapan udah hampir siap nih,
bantuin kek!"
Itu adalah isyarat bagi mereka untuk bubar dan segera menuju
kontrakan. Ini adalah hari terakhir mereka bersama, tapi awal dari
persahabatan. Teman yang baik bisa datang kapan saja, karena nasib
mempertemukannya dengan cara yang berbeda-beda. Tidak ada orang tua
yang ingin mewariskan seorang musuh pada anak-anaknya, tapi dengan
memiliki banyak sahabat, mereka sudah mewariskan seorang saudara bagi
generasinya masing-masing.
Gambir.... 23-Februari-2014
Sebenarnya...
Cerita ini adalah selingan pengisi waktu luang karena cerita kedua
saya setelah MAAPJ harus tertunda. Saya kesulitan melakukan riset,
karena sebagian sumber sudah meninggal. Tapi setelah ini saya akan
break, sembari melanjutkan riset, kalau tidak ada halangan kita akan
ketemu lagi bulan puasa.
baik