Ringkasan Sintaksis Ester Malau Reguler D
Ringkasan Sintaksis Ester Malau Reguler D
Pada bagian yang lalu dikatakan bahwa kalimat dapat terdiri dari subjek, predikat, objek
dan sebagainya tanpa mempermasalahkan apakah jika urutan seperti itu sudah dipenuhi, maka
pastilah akan terciptanya kalimat yang baik. Pada dasarnya orang memang membuat kalimat
berdasarkan pengetahuan mereka tentang dunia sekeliling sehingga mustahilah rasanya kita
temukan kalimat seperti :
Jika satu kajian benar keanehan kedua kalimat diatas, maka akan kita ketahui bahwa
keanehan itu terjadi karena adanya keserasian makna antara subjek, predikat, objek Predikat
verba seperti memukul mensyaratkan dalam kenyataan sehari – hari subjek pelaku yang
bernyawa dan bahkan yang manusia sehingga subjek itu benar – benar memiliki kemampuan
untuk melakukan pemukulan. Karena subjek seperti batu tidak memiliki syarat tersebut.
Pada (249) predikat merokok mensyaratkan subjek pelaku yang bernyawa, dan bahkan
yang memiliki kemampuan untuk melakukan perbuatan menyelipkan sesuatu di mulut. Subjek
pelaku kuda kami memenuhi persyaratan bernyawa, tetapi pada umumnya tidak memenuhi
syarat kemampuan menyelipkan sesuatu dimulut. Karena itulah, maka merokok menolak subjke
pelaku kuda kami. Walaupun demikian, ada pula kalimat yang keanehaannya dilandasi oleh
faktor kultural suatu bangsa sehingga yang aneh bagii suatu bangsa belum tentu aneh bagi
bangsa lain. Perhatikan kalimat berikut:
Predikat menceraikan dan mengawini dalam bahasa dan budaya Indonesia pada umumnya
mencerminkan syarat kepada seorang Pria. Seorang pria dapat mengawini ataupun menceraikan
seorang wanita, tetapi seorang wanita umumnya minta cerai dari suaminya atau kawin dengan
seseorang. Perlu ditekankan bahwa kaidah bahasa tidak sama dengan kaidah susunan kenyataan
menurut pengalaman dan pengertian kita. Keluwesan kaidah bahasa justru memungkinkan
pembahasaan apa saja termasuk keadaan dan peristiwa serba aneh.
b. Menangis/Dia?Kemarin
Dalam bahasa tulis, khususnya yang formal dan baku, pembalikan urutan seperti
dicontohkan diatas akan membingungkan sehingga perlu dihindari. Pembalikan urutan macam
lain yang kita temukan dalam bahasa baku adalah pembalikan urutan kata yang terdapat pada
subjek. Perhatikan dua contoh berikut :
Sedangkan, predikat dan keterangannya adalah meninggal tadi pagi . kalimat yang
subjeknya terdiri atas dua unsur dan kedua unsur itu memiliki hubungan posesif (milik) dapat
diubah urutan pada subjeknya. Caranya adalah dengan (1) membalikan kedua unsurnya, dan (2)
pada unsur yang kedua yang telah dibalikan itu ditambah partikel -nya . Kalimat yang wujudnya
seperti ini umumnya dinamkan kalimat topik – komen Contoh :
Pemakaian partikel -nya pada kalimat macam itu tidak dipengaruhi oleh jamak atau
tunggalnya subjekinti. Jika kalimat (256) dijadikan topik – komen, maka partikel yang dipakai
juga -nya. Meskipun subjek intinya jamak yakni Para Pegawai : (256) Gaji para pegawai tidak
akan naik (257) Para pegawai gajinya tidak akan naik
Meskipun kalimat (a) hanya teridiri atas unsur fungsi inti saja, dari segi maknanya
kalimat itu telah dapat memberikan makna yang utuh. Untuk (259a) kita dapati sekelompok
orang melakukan perbuatan pembunuhan terhadap seseorang yang menjadi sopir taksi. Namun,
ada keterangan lain yang dapat ditambahkan agar berita yang disampaikan itu mengandung
makna yang lebih lengkap. Pada (259b) kita telah menambahkan tempat peristiwa pembunuhan
itu, yakni di Serpong. Pada (260b) keterangan yang ditambahkan mengenai waktu pengiriman
usul itu akan dilakukan. Jumlah keterangan yang dapat ditambahkan pada kalimat secara teoritis
tidak terbatas, namun dalam kenyataan orang akan menghindari jumlah yang berlebihan. Berikut
adalah contoh yang memuat beberapa keterangan, yakni keterangan waktu, tempat, dan alat.
(261) Kemarin mereka menangkap binatang itu di tepi hutan dengan jaring. Seperti yang
dikemukakan pada bagian 9.2.3.3 diatas, dalam Bahasa Indonesia lazim dibedakan Sembilan
macam keterangan, yakni keterangan (1) waktu, (2) tempat, (3) tujuan, (4) cara, (5) penyerta, (6)
alat, (7) similatif, (8) penyebaban, (9) kesalingan. Perlu kiranya ditambahkan bahwa klausa
subordinatif juga berfungsi sebagai keterangan.
Contoh:
(266) Sebentar lagi kami sudah akan selesai dengan konsep itu.
Keterangan waktu yang berbentuk frasa preposional diawali dengan preposisi dari
kemudian diikuti oleh nomina tertentu. Preposisi yang dipakai adalah di, dari, sampai, pada,
sesudah, sebelum, ketika, sejak, buat, dan untuk. Frasa nominal yang mengikutinya bukanlah
sebarang frasa nominal, melainkan frasa nominal yang memiliki ciri waktu. Dengan demikian,
frasa nominal seperti pukul, tanggal, tahun, minggu, zaman, hari, bulan, masa, Senin, Kamis,
Januari, malam, permulaan, akhir pertunjukan, subuh, dan Natal dapat digabungkan dengan
preposisi di atas untuk mengisi keterangan wkatu. Sebaliknya, frasa nominal yang tidak memiliki
ciri waktu seperti itu tidak akan dapat dipakai sebagai keterangan waktu seperti terlihat pada
contoh (273) di bawah ini.
Frasa pada akhir jembatan itu pada kalimat (273) bukanlah keterangan waktu karena frasa
nominal akhir jembatan tidak memiliki ciri waktu seperti akhir pertunjukan pada kalimat (272),
melainkan ciri tempat sehingga keterangan pada akhir jembatan itu ditafsirkan sebgaai
keterangan tempat.
Frasa preposisional yang wujudnya mirip dapat menyatakan keterangan yang berbeda.
Preposisi sampai, misalnya, dapat dipakai dengan kata yang berciri semantic tempat maupun
waktu. Perhatikan kalimat berikut:
Pukul lima dan hari minggu pada (280a) dan (281a) mempunyai ciri semantic yang
menyatakan waktu, sedangkan nomor lima dan jembatan gantung pada (280b) dan (281b)
mengandung ciri tempat. Karena ciri itulah penambahan preposisi isampai I menimbulkan
keterangan yang berbeda-beda.
Frasa sampai di liang kubur dapat berfungsi sebagai keterangan waktu atau tempat,
tergantung pada konteks kalimat sebelumnya. Ada sekelompok nomina seperti atas, bawah,
dalam, dan belakang yang dapat membentuk keterangan tempat. Contoh:
Kalimat (287 a dan b) mempunyai tafsiran yang sama meskipun telah ditambahkan kata
atas pada kalimat (287 b). Demikian pula (288 a dan b) yang telah ditambahi kata dalem.
Adanya kesamaan dan perbedaan makna dan tafsiran seperti contoh kalimat diatas
ditentukan oleh ciri semantis yang berdiri di belakang dan dan di depan kata atas, bawah, dan
dalam. Tampaknya tiap kata mempunyai kodrat semantik yang membawa pengaruh dalam
hubungan dengan kata lain. Kata seperti meja mengandung makna suatu permukaan yang datar.
Sehingga, jika kata itu berfungsi sebagai tempat letak sesuatu, logisnya tafsiran di dan di atas
tidak berbeda. Namun, jika dibicarakan kegiatan duduk, maka di meja dan di atas meja berbeda
jelas. Kata seperti lemari, berbeda dengan meja karena kodratnya semansti kata ini menunjukkan
adanya ruang untuk menempatkan atau menyimpan barang.
Masalah kodrat semantis itu memang rumit karena semua aspek kehidupan manusia ikut
menentukan ruang linkup makna tiap kata. Contoh:
Tampaknya makna “ruang” saja belum cukup dan harus diperinci lagi menjadi semacam
“ruang yang relatif besar, kecil” dan seterusnya.
KETERANGAN TUJUAN
Keterangan tujuan adalah keterangan yang menyatakan tujuan atau maksud perbuatan
atau kejadian. Wujud keterangan tujuan selalu dalam bentuk frasa preposisional dan preposisi
yang dipakai adalah demi, bagi, guna, untuk, dan buat.
Keenam preposisi itu dapat diikuti oleh nomina atau frasa nominal, seperti contoh
berikut:
(293) Marilah kita mengheningkan cipta bagi pahlawan yang telah gugur.
(294) Guna kerja sama yang baik kita memerlukan pengendalian diri.
(296) Syair ini kutulis buat seorang teman yang pernah berarti dalam hidupku.
Kata atau frasa yang berdiri di belakang preposisi juga dapat berupa verba atau frasa
verbal. Contoh:
Pada umumnya preposisi yang dapat dipakai dengan verba hanyalah untu dan guna. Dari
segi maknanya, keenam preposisi yang membentuk keterangan tujuan mempunyai makna yang
sama atau mirip.
Keterangan cara adalah keterangan yang menyatakan caranya sesuatu peristiwa terjadi.
Seperti halnya dengan keterangan waktu, keterangan cara, dapat juga berupa kata tunggal atau
frasa profesional. Kata tunggal yang menyatakan cara (atau, sebagian, yang menyatakan
keterangan) adalah misalnya, pernah, sering (kali), selalu, kadang-kadang, biasanya, sepenhnya.
Letak keterangan itu umumnya diantara subjek dan predikat, tetapi sering pula muncul
dipermulaan atau diakhir kalimat. Keterangan cara dapat juga dibentuk dengan memakai
preposisi atau partikel tertentu yang dihubungkan dengan kata tertentu pula. Berikut adalah
preposisi dan beberapa contoh kata tersebut.
Afiks : -an
Dari daftar diatas tampak bahwa induk keterangan cara dapat berupa adjectiva atau
nomina. Jika induknya adalah adjectiva, maka ia ada dua kemungkinan: 1) adjectiva tersebut
diulang, 2) adjectiva tersebut didahului oleh preposisi dengan atau secara dengan adjectivanya
diulang atau tidak.
Jika induknya adalah nomina, maka preposisi mana pun dapat dipakai meskipun tidak
semuanya dapat saling tukar-menukar.
(311) dengan perhatian penuh saya yakin kamu akan mencapai cita-citamu
Keterangan cara juga dapat dibentuk dengan menggabungkan se- dan –nya dengan kata
tertentu di antaranya. Kata itu umumnya diulang.
Contoh :
Contoh :
Bentuk terakhir keterangan cara berupa partikel se- yang diikuti oleh kata tertentu.
Seringkali kata demi juga dipakai sebagai kombinasinya.
Contoh:
Seringkali se- juga diikuti oleh adjectiva dan kemudian oleh kata mungkin seperti pada
contoh berikut.
Keterangan penyerta adalah keterangan yang menyatakan adanya atau tidak adanya
orang yang menyertai orang lain dalam melakukan suatu perbuatan, kecuali untuk kata sendiri
yang dapat berdiri tanpa iringan kata lain, semua keterangan penyerta dibentuk dengan
menggabungkan preposisi dengan, tanpa, atau bersama dengan kata atau frasa tertentu. Kata atau
frasa tertentu yang berdiri dibelakang preposisi itu harus merupakan benda yang bernyawa atau
yang dianggap beernyawa.
Contoh :
Contoh :
Karena keterangan alat didahului oleh preposisi dengan, sedangkan preposisi itu juga
dipakai unruk keterangan penyertaan maupun keterangan cara. Maka tidak mustahil terdapat
bentuk parallel seperti contoh berikut.
Contoh:
Contoh:
Perlu kiranya diperhatikan bahwa sebab atau karena dapat pula berfungsi sebagai kata
sambung untuk membentuk kalimat setara.
Contoh:
(344) Ketua delegasi itu akan merundingkan pemulihan hubungan diplomatik satu sama lain.