Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS III

PELAYANAN KEFARMASIAN II (PBL) FAI302


SEMESTER GENAP 2019/2020

RESPONDING TO SYMPTOMS
COUGH

OLEH :
KELOMPOK IV (SENIN) / KELAS B

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020

1
Nama Anggota Kelompok :
1. Qatrunnada Rafifa Zalfani (051611133047)
2. Meliyana Hutasuhut (051611133095)
3. Fatihatul Alifiyah (051611133108)
4. Berlian Sarasitha Hariawan (051611133112)
5. Firdausa Rahmah (051611133116)
6. Lilla Sapta Ratri (051611133116)
7. Dina Afifah Binti Wulandari (051611133164)

2
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER........................................................................................................1
NAMA ANGGOTA KELOMPOK..................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
Latar Belakang.................................................................................................4
Identifikasi masalah..........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................6
Definisi.............................................................................................................6
Prevalensi.........................................................................................................6
Patofisiologi......................................................................................................6
Gejala umum dan danger symptoms................................................................8
Tujuan terapi...................................................................................................11
Terapi farmakologi dan non farmakologi.......................................................11
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................................15
BAB IV KESIMPULAN................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21
LAMPIRAN....................................................................................................................23

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batuk merupakan tindakan refleks sebagai mekanisme pelindung yang
disebabkan ketika jalan nafas mengalami iritasi atau terhambat. Tujuan dari
batuk adalah untuk membersihkan jalan napas sehingga pernapasan dapat
kembali normal (Blenkinsopp, Paxton, and Blenkinsopp, 2005). Ditinjau dari
lama berlangsungnya, batuk dapat diklasifikasikan menjadi akut (durasi
kurang dari 3 minggu); subakut (durasi 3-8 minggu); dan kronis (durasi lebih
dari 8 minggu). Batuk merupakan gejala dari penyakit infeksi dan non infeksi.
(Tietze, 2009). Batuk akut merupakan gejala umum terkait infeksi virus
saluran napas atas (URTI) seperti flu biasa. Beberapa jenis batuk pada URTI
diantaranya adalah batuk produktif atau cheasty yang ditandai dengan produksi
lendir kohesif dalam jumlah besar di saluran pernapasan sebagi pertahanan
terhadap mikroba yang menyerang; batuk kering yang ditandai dengan adanya
peradangan dan iritasi pada faring yang disebabkan oleh organisme yang
menginfeksi dan dikenali oleh otak sebagai benda asing; batuk refleks karena
postnasal drip atau lendir berlebih yang terakumulasi dari saluran napas dan
sinus turun ke bagian belakang hidung dan tenggorokan (Nathan, 2008).
Namun batuk dalam beberapa kasus bisa menandakan gejala penyakit atau
efek samping dari obat tertentu yang mana membutuhkan rujukan ke dokter.
Oleh karena itu, apoteker sebagai tenaga medis yang sering diminta saran
pengobatan terkait gejala umum seperti batuk harus dapat membedakan antara
batuk biasa dengan batuk yang disebabkan oleh kondisi yang lebih serius dan
membuat rujukan yang tepat (Nathan, 2008).

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan hasil assessment diketahui bahwa Ny.Mawar datang ke
apotek untuk membeli obat batuk untuk Tn. Julianto (45 tahun) yang
mengalami batuk kering dan juga untuk anaknya, An.Thalia (12 tahun) yang
mengalami batuk berdahak dan sulit mengeluarkan dahaknya. Tn. Julianto
mulai merasakan batuk sejak 2 bulan yang lalu, namun baru dirasa

4
mengganggu aktivitas satu minggu terakhir, mengingat pekerjaannya sebagai
penyanyi. Tn. Julianto didiagnosa menderita hipertensi sejak 3 bulan yang
lalu, dan diresepkan oleh dokter obat Farmoten 12,5 mg. Tn. Julianto bukan
seorang perokok. Sebelum Ny. Mawar pergi ke apotek, Tn. Julianto belum
mengonsumsi obat apapun untuk meredakan gejala batuknya.
An. Thalia mengalami batuk kering selama 3 hari terakhir, setelah
menghadiri pesta ulang tahun temannya dan kemungkinan memakan kripik
kentang dalam jumlah cukup banyak. Batuk yang dirasakan An. Thalia adalah
batuk berdahak, namun susah untuk mengeluarkan dahaknya, terkadang
batuknya memicu muntah dan pada muntahnya terdapat dahak. Selain itu, An.
Thalia merasa lemas, nafsu makan berkurang, dan tidur terganggu karena
batuk. An. Thalia memiliki alergi terhadap coklat dan makanan berpengawet
(contoh: jajanan ringan seperti keripik kentang). An. Thalia belum
mengonsumsi obat apapun sebelumnya untuk mengatasi batuknya, hanya
istirahat cukup dan mengonsumsi bubur dan sup.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Batuk adalah refleks defensif penting yang meningkatkan pembersihan
sekresi dan partikel dari saluran udara dan melindungi saluran udara di
bawahnya dari terhirupnya benda asing. Selain menjadi mekanisme
pertahanan jalan nafas, batuk adalah gejala sangat umum yang dapat diamati
pada beberapa penyakit yang mempengaruhi sistem pernafasan (Blasio et al.,
2011). Batuk bertujuan untuk melindungi serta membersihkan jalan napas
sehingga pernapasan dapat berlanjut secara normal dan merupakan tindakan
refleks sebagai mekanisme pelindung yang disebabkan ketika jalan nafas
mengalami iritasi atau terhambat. (Blenkinsopp et al., 2009). Batuk dapat
sembuh dengan sendirinya dalam waktu 3-4 minggu (NHS, 2017).

2.2 Prevalensi
Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Indonesia pada tahun 2007
menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia tergolong tinggi, yaitu
sebesar 32,2% atau 1 dari 3 penduduk mengalami hipertensi (Halim et al.,
2015). ACEi merupakan salah satu antihipertensi yang sering digunakan
dalam penatalaksanaan hipertensi. Batuk kering merupakan efek samping
yang cukup sering terjadi pada pemakaian Angiotensin Converting Enzyme
inhibitor (ACEi) dengan rentang 5% hingga 30%. Kejadian batuk kering
akibat penggunaan ACEi yang tidak disadari oleh tenaga kesehatan dapat
menyebabkan pasien menjalani serangkaian evaluasi, tes diagnostik dan
pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan (Amir, Kahir, and Tahir 2016).

2. 3 Patofisiologi
2.3.1 Patofisiologi Batuk Produktif
Pada batuk produktif, produksi mukus disebabkan oleh hipersekresi
lendir dari sel-sel piala penghasil lendir dan sebagai akibat dari mekanisme
pembersihan jalan nafas. Kelebihan produksi lendir juga dapat disebabkan
oleh paparan peradangan akibat virus, bakteri, maupun paparan asap rokok

6
(Martin dan Tim, 2015).
2.3.2 Patofisiologi Batuk karena Efek Samping Obat
Pada batuk yang disebabkan oleh efek samping obat golongan ACE
inhibitor dapat mempengaruhi sistem renin-angiotensin-aldosteron dan
memblokir konversi angiotensin I menjadi angiotensin II, yang terlibat dalam
vasokonstriksi. ACE inhibitor dikaitkan dengan batuk kering yang menetap
pada 5% -35% pasien yang memakainya. Mekanisme batuk kemungkinan
multifactorial (Blenkinsopp et al., 2009). ACE Inhibitor mencegah pemecahan
bradikinin dan zat P, menghasilkan akumulasi mediator protusif di saluran
pernapasan. Selain itu, bradikinin dapat merangsang produksi prostaglandin.
Efek samping ini tidak tergantung pada dosis dan seringkali menghalangi
penggunaan semua agen dalam kelas obat (Jenny, 2011).
Mekanisme batuk yang diinduksi ACE-I masih belum jelas.
Kemungkinan batuk terjadi karena adanya mediator bradykinin dan zat P,
yang dihancurkan oleh ACE. Dengan demikian, bradykinin dan zat P
menumpuk di dalam saluran pernapasan atas dan bawah oleh penghambatan
enzim pada ACE-I. Bradykinin juga merangsang prostaglandin.

Gambar diatas menunjukkan mekanisme ACE-I-induced disfungsi


paru. Namun, meskipun ini adalah mekanisme yang mungkin, pertanyaan
mengapa batuk tidak terjadi di semua pengguna ACE-I masih bisa

7
diperdebatkan. Dalam penelitian lain dilakukan untuk menjelaskan situasi ini,
pasien dengan batuk yang diinduksi ACE-I dengan hiperreaktivitas bronkial
(BHR), riwayat asma, CHF, peningkatan sensitivitas serabut saraf sensorik
jalan nafas yang tergantung bradykinin, bradykinin polimorfisme gen reseptor,
peningkatan refleks batuk sensitivitas, defisiensi enzim aminopeptidase P
(APP) dalam pemecahan bradykinin, dan mekanisme yang termasuk
penyisipan ACE / penghapusan polimorfisme telah diusulkan. Hasil dari
semua penelitian ini menunjukkan bahwa tidak mungkin hanya ada satu
mekanisme bertanggung jawab untuk batuk yang diinduksi ACE-I. Kombinasi
dua atau lebih dari mekanisme di atas dapat berkembang menjadi batuk yang
diinduksi ACE (Yilmaz, 2019).
2.4 Gejala Umum Spesifik dan Danger Symptoms
1. Gejala umum spesifik (Blenkinsopp, Paxton and Blenkinsopp, 2005)
a. Batuk kering
Batuk kering diindikasikan dengan terjadinya batuk tanpa ada produksi
sputum, umumnya batuk kering dapat sembuh dalam waktu tidak lebih
dari dua minggu.
b. Batuk produktif
Batuk produktif ditandai dengan terjadinya produksi berlebihan
sputum yang merangsang timbulnya batuk.
c. Gejala penyerta
Demam, gangguan tenggorokan dan sindorm catarrh umumnya
menyertai batuk. Seringkali juga terjadi kenaikan suhu dan rasa nyeri
otot. Bila hal tersebut terjadi, umumnya disebabkan oleh infeksi virus
dan merupakan self limiting disease.
d. Batuk akut karena virus
Pada batuk akut karena virus, gejala yang muncul umumnya terkait de
ngan gejala common cold lainnya, serangan mendadak biasanya lebih i
ntens saat sore hari, durasi biasanya antara 7 dan 10 hari, mungkin hin
gga 2 minggu. Jika batuk berdahak, dahak yang dikeluarkan jernih dan
tidak berwarna (Nathan, 2013).
e. Asma

8
Batuk pada pasien asma diiringi dengan rasa sesak di dada, mengi dan
sesak napas. Gejala-gejala ini cenderung bervariasi, ada yang terjadi pa
da waktu tertentu, lebih parah di malam hari dan dipicu alergen. Beber
apa pasien mengalami gejala yang memburuk setelah minum obat antii
nflamasi non-steroid(NSAID) atau beta-blocker. Pada beberapa pasien
asma, batuk dapat muncul sebagai batuk yang tidak produktif,terutama
pada anak kecil di mana batuk sering terjadi dan memburuk di malam
hari (Rutter, 2013).
f. Croup
Croup yang disebabkan oleh virus URTI yang terjadi pada bayi dan bal
ita. Batuknya keras, menimbulkan suara menggonggong disebabkan ol
eh edema laring dan sekresi mukus tebal yang menghalangi trakea dan
saluran udara. Serangan batuk bisa berdurasi pendek tetapi berulang (N
athan, 2008).
g. Batuk rejan (pertusis)
Gejala awal pertusis menyerupai URTI, tetapi serangan batuk paroksis
mal terjadi berulang secara berkala selama 6-8 minggu dan kadang-kad
ang hingga 4 bulan. Batuk memiliki karakteristik suara rejan. Serangan
dapat menyebabkan muntah dan menyebabkan anak kesulitan bernapas
dan kelelahan setelahnya, tetapi selain pada episode tersebut, pasien ta
mpak benar-benar sehat (Nathan, 2008).
h. Bronkitis kronis
Gejala bronkotis kronis adalah batuk produktif jangka panjang yang di
sertai dengan episode sesak napas (Nathan, 2008). Batuk biasanya berl
angsung selama 7-10hari tetapi bisa bertahan selama tiga minggu (Rutt
er, 2013).
i. Gagal jantung:
Gejala awal dari gagal jantung adalah sesak napas, ortopnoea dan dysp
noea di malam hari lalu dilanjutkan dengan batuk produktif dengan da
hak berbusa, merah muda dan sesak napas (Rutter, 2013; Nathan, 200
8).
j. Penyakit refluks gastro-esofagus (GORD)

9
Gejala dari refluks gastro-esofagus (GORD) adalah mulas dan sensasi
regurgitasi cairan asam hingga bagian belakang tenggorokan yang dap
at disertai dengan batuk yang tidak produktif, terutama saat berbaring
(Nathan, 2008).
k. Karker paru-paru
Sebagian besar pasien dengan kondisi ini mengalami batuk yang produ
ktif. Beberapa pasien mengeluarkan dahak yang disertai darah. Gejala
umum lain adalah penurunan berat badan, sesak napas dan kelelahan
(Nathan, 2008).
2. Danger Symptomps (Branham and Caiola, 2009)
Berdasarkan Branham dan Caiola (2009), gejala batuk yang memerlukan r
ujukan adalah :
a. Batuk dengan sputum berwarna kuning atau kehijauan. Sputum yang
berwarna terkadang mengindikasikan bronchitis atau pneumonia dan
membutuhkan konsultasi ke dokter.
b. Demam (suhu tubuh > 38,6oC)
c. Berat badan menurun drastic
d. Berkeringat pada malam hari
e. Hemoptysis (adanya darah pada sputum)
f. Riwayat penyakit kronis yang sering menimbulkan batuk (contoh
asma, COPD, bronchitis kronis, CHF)
g. Aspirasi benda asing
h. Batuk yang dicurigai karena konsumsi obat
i. Batuk lebih dari 7 hari
j. Batuk yang semakin buruk atau tidak kunjung membaik setelah 7 hari
pengobatan swamedikasi
k. Timbulnya gejala lain saat swamedikasi
Berdasarkan Rutter (2013) Gejala yang memerlukan rujukan adalah :
1. Sakit dada
2. Hemoptisis
3. Rasa sakit pada saat bernafas
4. Mengi dan / atausesak napas

10
5. Batuk dengan durasi lebih dari 3minggu
6. Batuk yang berulang secara teratur
7. Batuk nokturnal yang persisten
2.5 Tujuan Terapi
Pada batuk kering non produktif perlu dilakukan penekanan refleks batuk pada
otak dengan antitutif. Pada batuk produktif, mukus diproduksi di saluran bronkial
akibatinfeksi akanberpindah menuju faring oleh gerakan siliaris dan kemudian dikelu
arkan dengan batuk, dengan demikian batuk membersihkan lendir dan membantu
menjagasaluran udara tetap terbuka, tidak harus ditekan. Batuk seperti ini membtuhk
an ekspektoran untuk membantu pengangkatan lendir(Nathan, 2008).
2.6 Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi
2.6.1 Terapi Farmakologi
1. Supressan atau antitusif
a. Opioid
Mekanisme kerja opioid sebagai antitusif yaitu dengan menstimulasi
refleks batuk. Alkaloid opium bekerja pada pusat batuk meduler di otak
untuk menekanrefleks batuk. Baik isomer dextro dan laevo dari senyawa
opioid memilikiaktivitas antitusif, tetapi hanya isomer laevo yang
memiliki memiliki sifat adiktif.Dextromethorphan, isomer dextro yang
dikembangkan sebagai antitussive aktif secara oral.Dextromethorphan se
dikit memiliki sifat adiktif.
Contoh obat dan dosis :
- Kodein
Dewasa : 15 – 30 mg tiga atau empat kali sehari.
- Pholcodine
Dewasa : 5 – 10 mg tiga atau empat kali sehari;
Anak – anak (6 – 12 tahun): 2.5 – 5 mg tiga atau empat kali sehari
(tidak direkomendasikan).
- Dekstrometorfan
Dewasa: 10 – 20 mg setiap 4 jam;
Anak – anak (6 – 12 tahun) : 5 – 15 mg maksimal dikonsumsi setiap 4
jam, hingga maksimum 60 mg dalam sehari.

11
Efek samping yang mungkin dapat terjadi yaitu sedasi, depresi
saluran pernafasan, konstipasi, dan ketergantungan (Nathan, 2008).
b. Anti histamine
Mekanisme kerja anti histamin yaitu dengan penghambatan sentral
dan perifer pada jalur neuron yang terlibat dalam refleks batuk. Efek
samping yang mungkin timbul diantaranya efek anti kolinergik
(pengeringan sekresi bronkial dan hidung), sedasi, retensi urin,
konstipasi, dan pengelihatan kabur (Nathan, 2008).
Contoh obat dan dosis :
- Difenhidramin (Sweetman, 2008)
Dewasa : 25 – 50 mg tiga atau empat kali sehari.
Anak anak : 6,25 - 25mg, tiga atau empat kali sehari, atau total dosis
harian5 mg/kg dapat diberikan dalam dosis terbagi.Maksimaldosis
pada orang dewasa dan anak-anak adalah sekitar 300 mg setiap hari.
- Prometazin
- Triprolidin
2. Ekspektoran untuk batuk berdahak
Batuk produktif memproduksi lendir sebagai hasil infeksi dipindahkan ke
atas menuju faring dengan aktivitas siliaris, kemudian dikeluarkan melalui
batuk. Ekspektoran digunakan untuk menghilangkan mukus atau lendir.
Dalam dosis tinggi digunakan sebagai emetik, bertindak melalui stimulasi
vagal mukosa lambung untuk menghasilkan refleks dari pusat muntah di otak
(Nathan, 2008). Golongan lain yang termasuk ekspektoran yaitu mukolitik, ya
itu pengencer dahak.
Contoh obat dan dosis :
- Guaifenesin
Anak-anak (6-12 tahun): 100-200 mg tiap 4 jam dantidak melebihi 1,2 g /
hari (Medscape, 2020)
- Ammonium klorida
- Squill
- Ipecacuanha

12
- Bromheksin (mukolitik), biasa diberikan secara kombinasi bersama guain
esin
Dewasa : 8mg tiga kali sehari , dapat ditingkatkan sampai 16mg tiga kali
sehari.
3. Dekongestan
a. Simpatomimetik
Mekanisme kerja dekongestan simpatomimetik adalah dengan
menstimulasi kedua adrenoreseptor alfa, menyebabkan penyempitan otot
polos dan pembuluh darah; dan merangsang adrenoreseptor beta,
menyebabkan bronkodilatasi. Sehingga berguna dalam batuk dimana
jaringan dari saluran pernafasan atas terkongesti, menyebabkan
mengecilkan mukosa yang bengkak dan membuka saluran udara. Efek
samping dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga harus dihindari
pada pasien dengan penyakit kardiovaskular atau glaukoma. Selain itu
juga mempengaruhi metabolisme glukosa, sehingga dihindari
pemakaiannya pada pasien dengan penyakit diabetes atau gangguan tiroid
(Nathan, 2008).
b. Teofilin
Mekanisme kerja teofilin yaitu menyebabkan bronkodilatasi yang
dimediasi oleh Cyclic Adenosine MonoPhospate (CAMP), menyebabkan
relaksasi otot polos melalui modulasi intraseluler dari level ion kalsium.
CAMP dideplesi ketika terjadinya bronkokonstriksi. Teofilin
menghambat PDE tipe IV yang ditemukan di otot polos bronkial. Teofilin
dimetabolisme di hati dan berinteraksi pada beberapa obat yang
menghambat metabolisme, menyebabkan level serum meningka
n(Nathan, 2008).
4. Demulcents
Mekanismenya adalah melapisi mukosa faring dan memberikan bantuan
pada iritasi jangka pendek yang dapat memicu refleks batuk. Contohnya
pastiles (gliserin, lemon, madu) yang memberikan efek menenangkan yang
lebih lama karena merangsang produksi air liur yang memiliki efek

13
demulscent ketika dihisap. Contoh demulcent yaitu gliserol, liquid glucose,
sirup, madu, treacle. (Nathan, 2008).
2.6.2 Terapi non-Farmakologi
Terapi non-farmakologi yang disarankan pada pasien batuk yaitu:
- Istirahat yang cukup dan minum banyak air,
- Menghirup udara lembab,
- Gunakan pelembab udara atau mandi dengan air hangat,
- Meminum air jeruk hangat, madu hangat,
- Makanlah makanan yang seimbang. Jika tidak, pastikan
mendapatkan nutrisi yang cukup dengan mengonsumsi
multivitamin harian,
- Hindari produk susu, karena dapat mengentalkan dahak,
- Hindari alkohol, karena akan merusak sistem kekebalan
tubuh (SHCC, 2020).

14
BAB III
PEMBAHASAN
Ny. Mawar datang ke apotek meminta obat batuk untuk suami dan
anaknya. Suaminya tn. Julianto (45 tahun) mengalami batuk yang mengganggu
seminggu belakangan. Sebelumnya tn. Julianto didiagnosis menderita hipertensi
tiga bulan yang lalu dan rutin minum obat. Ny. Mawar meminta obat codikaf
untuk tn. Julianto atas saran teman. Anaknya Thalia (12 tahun) juga mengalami
batuk. Berdasarkan hasil assessment yang dilakukan kepada Ny. Mawar selaku
klien yang merupakan keluarga pasien, diketahui bahwa Tn. Julianto rutin minum
obat Farmoten 12,5 mg sejak didiagnosis hipertensi tiga bulan lalu dan mengeluh
batuk tidak berdahak sejak dua bulan lalu namun batuk terasa sangat mengganggu
seminggu belakangan yang menyebabkan pekerjaannya sebagai penyanyi
terganggu. tn. Julianto belum melakukan tindakan apapun dan tidak minum obat
lain untuk mengatasi batuk yang dialami, beliau juga bukan perokok, serta tidak
mengalami gejala lain. Sedangkan an. Thalia diketahui mengalami batuk berdahak
yang sulit dikeluarkan sejak tiga hari lalu, terkadang mengalami muntah disertai
keluarnya dahak. An. Thalia agak lemas, aktivitas berkurang, nafsu makan
menurun, dan tidur terganggu sejak mengalami batuk. Ny. Mawar menjelaskan
bahwa An. Thalia telah menghadiri pesta ulang tahun temannya tiga hari lalu dan
kemungkinan makan keripik kentang cukup banyak padahal An. Thalia memiliki
alergi coklat serta makanan yang mengandung banyak pengawet dan micin seperti
keripik atau cheetos. An. Thalia belum mengonsumsi obat untuk mengatasi
batuknya, hanya istirahat dan makan bubur atau sup.
Batuk adalah suatu tindakan refleks dari tubuh untuk menghilangkan
benda asing dalam saluran napas (Nathan, 2008). Batuk dibedakan menjadi tiga
jenis yaitu batuk kering yang tidak produktif dan kadang mengiritasi; batuk chesty
dengan produksi lender; dan batuk chesty (ada perasaan “sesak” atau mengi akibat
kongesti bronkial saluran udara) tetapi tidak ada produksi lendir(Nathan, 2010).
Batuk juga merupakan gejala dari berbagai kondisi yang sebagian besar
memerlukan rujukan ke dokter untuk penyelidikan lebih lanjut (Nathan, 2008).
Sejumlah obat diketahui dapat menyebabkan bronkokonstriksi yang timbul
sebagai batuk atau mengi. Obat golongan angiotensin-converting enzyme (ACE)
inhibitor merupakan golongan obat yang paling sering mengakibatkan batuk
dengan insidensi yang mungkin sebesar 16% (Rutter, 2013). Berdasarkan hasil
assessment, diketahui Tn. Julianto rutin mengonsumsi obat Farmoten 12,5 mg
dengan bahan aktif captopril yang merupakan obat golongan ACE inhibitor.
Menurut buku Symptoms in The Pharmacy edisi 6, obat golongan ACE inhibitor
dapat memicu batuk dan pasien disarankan menemui dokter untuk penggantian
obat. Sehingga pada kasus ini Tn. Julianto dapat disarankan rujuk ke dokter untuk
konsultasi terkait terapi obat antihipertensinya. Untuk batuk yang dialami An.
Thalia kemungkinan terjadi karena alergi. Apoteker dapat merekomendasikan
obat dengan bahan aktif guaifenesin sebagai ekspektoran dan bromhexin sebagai
mukolitik. Kedua bahan aktif tersebut diketahui memiliki efek sinergis untuk
mengatasi batuk berdahak (Chung, 2003). Ekspektoran bekerja dengan
merangsang reseptor-reseptor di mukosa lambung yang kemudian meningkatkan
aktivitas kelenjar sekresi dari saluran lambung-usus dan sebagai refleks
memperbanyak sekresi dari kelenjar yang berada di saluran napas. Diperkirakan
bahwa aktivitas ekspektoran juga dapat dipicu dengan banyak minum air.
Sedangkan mukolitik bekerja dengan memecah ikatan kimia mucoprotein dan
mukopolisakarida pada dahak sehingga dahak menjadi lebih encer dan tidak
lengket, hal ini akan mempermudah pengeluaran dahak dari saluran napas
(Linnisaa, 2014). Dosis guaifenesin untuk anak umur 6-12 tahun adalah 100-200
mg dan tidak lebih dari 1,2g/hari (Medscape). Sedangkan dosis bromhexine untuk
dewasa dan anak umur ≥12 tahun adalah 8-16 mg tiap 8 jam (TGA, 2015). Di
Indonesia terdapat produk dengan kombinasi guaifenesin 100 mg dan bromhexine
4 mg tiap 5 mL yaituBenadryl sirup 50 mL dengan harga Rp. 24.500,00; dan
Bisolvon extra 60 mL dengan harga Rp. 41.900,00.
Apoteker menyarankan An. Thalia untuk minum obat batuk satu hari tiga
kali, tiap minum 10 mL (guaifenesin 200 mg dan bromhexine 8 mg).Sehingga
dalam sehari, obat yang perlu diminum sebanyak 30 mL. Terapi untuk An. Thalia
yaitu 4 hari, karena pasien disarankan untuk rujuk ke dokter 7 hari setelah
mengalami keluhan. Sehingga pasien memerlukan obat sebanyak 120 mL (4 hari
× 30 mL). Sediaan 1 botol Benadry berisi 50 mL (harga Rp. 24.500,00). Untuk
terapi selama 4 hari diperlukan sebanyak 3 botol Benadryl dengan total harga Rp.

16
73.500,00. 1 botol Bisolvon extra berisi 60 mL (harga 41.900,00). Untuk terapi
selama 4 hari diperlukan sebanyak 2 botol Bisolvon extra dengan total harga Rp.
83.800,00. Dalam memilih obat, perlu dikomunikasikan kepada Ny. Mawar,
dimana efektivitas kedua obat sama. Apabila dirasa apoteker perlu memutuskan,
maka harga yang lebih murah (3 botol Benadryl sirup) dapat menjadi
pertimbangan (cost minimalization analysis).
Efek samping obat yang dapat terjadi yaitu rasa tidak nyaman di perut,
mual, dan muntah, dilaporkan pada penggunaan guaifenesin dosis besar. Efek
samping yang dilaporkan pada pengguaan bromhexine HCl diantaranya adalah
nyeri kepala, berkeringat, dan ruam kulit (Sweetman,2009). Adapun
kontraindikasi dari sediaan yaitu hipersensitivitas terhadap guaifenesin dan
bromhexin HCl, serta perlu perhatian khusus ketika menggunakan obat pada
penderita peptic ulcer (AHFS, 2011; Sweetman, 2009 ; BNF 69, 2015). Untuk
interaksi obat dengan obat lain diantaranya bromhexin HCl dapat meningkatkan
penetrasi eritromisin, cefalexin, dan amoksisilin (Sweetman, 2009).
Informasi lain yang perlu disampaikan yaitu mengenai cara penyimpanan
obat dan cara pembuangan obat . Obat dapat disimpan di tempat yang tidak
terkena sinar matahari langsung atau di kotak obat pada suhu kamar. Apabila obat
tersisa setelah batuk reda, obat dapat disimpan hingga 6 bulan ke depan atau
hingga tanggal kadaluwarsa yang tertera di kemasan (sesuai mana yang tercapai
terlebih dahulu). Obat harus dibuang apabila telah melewati 6 bulan (obat yang
telah dibuka kemasannya) atau melewati tanggal kadaluwarsa. Cara pembuangan
dengan membuang sediaan sirup di wastafel dan membuang botol di tempat
sampah dengan merusak botol terlebih dahulu.
Jika setelah 4 hari tidak sembuh, An. Thalia disarankan untuk dirujuk ke
dokter. Selain itu, An. Thalia disarankan untuk menghindari makanan yang
menyebabkan alergi dan melakukan terapi non farmakologi yaitu istirahat yang
cukup, banyak minum air (setidaknya 6 – 9 gelas per hari), mengkonsumsi
campuran madu dan lemon hangat, serta menghindari paparan alergen dan asap
rokok (NICE, 2019). Selain itu, ditengah maraknya kasus Covid-19, perlu
disarankan untuk melakukan self assessment seperti menggunakan masker saat
keluar rumah, menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), rajin

17
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, dan menerapkan etika batuk. Jika
timbul gejala lain seperti demam, pilek atau sesak napas disarankan untuk
menghubungi dokter atau hotline Covid-19.

18
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil assessment dan pembahasan di atas, diketahui Tn.


Julianto rutin mengonsumsi obat Farmoten 12,5 mg dengan bahan aktif captopril
yang merupakan obat golongan ACE inhibitor. Menurut buku Symptoms in The
Pharmacy edisi 6, obat golongan ACE inhibitor dapat memicu batuk dan pasien
disarankan menemui dokter untuk penggantian obat. Sehingga pada kasus ini Tn.
Julianto dapat disarankan rujuk ke dokter untuk konsultasi terkait terapi obat
antihipertensinya.
Untuk batuk yang dialami An. Thalia kemungkinan terjadi karena alergi.
Apoteker dapat merekomendasikan obat dengan bahan aktif guaifenesin sebagai
ekspektoran dan bromhexin sebagai mukolitik. Kedua bahan aktif tersebut
diketahui memiliki efek sinergis untuk mengatasi batuk berdahak (Chung,
2003).Di Indonesia terdapat produk dengan kombinasi guaifenesin dan
bromhexine yaitu Benadryl sirup dan Bisolvon.Terapi untuk An. Thalia yaitu 4
hari, karena pasien disarankan untuk rujuk ke dokter 7 hari setelah mengalami
keluhan. Dalam terapi selama 4 hari, diperlukan sebanyak 3 botol Benadryl sirup
(Rp. 73.500,00) atau 2 botol Bisolvon extra (Rp. 83.800,00). Dalam memilih obat,
perlu dikomunikasikan kepada Ny. Mawar, dimana efektivitas kedua obat sama.
Apabila dirasa apoteker perlu memutuskan, maka harga yang lebih murah (3 botol
Benadryl sirup) dapat menjadi pertimbangan (cost minimalization analysis).Jika
setelah 4 hari tidak sembuh, An. Thalia disarankan untuk dirujuk ke dokter.
Selain itu, disarankan untuk menghindari makanan yang menyebabkan
alergi (seperti coklat danmakanan yang mengandung banyak pengawet dan micin
seperti keripik atau cheetos) melakukan terapi non farmakologi yaitu istirahat
yang cukup, banyak minum air (setidaknya 6 – 9 gelas per hari), mengkonsumsi
campuran madu dan lemon hangat, serta menghindari paparan alergen dan asap
rokok (NICE, 2019). Selain itu, ditengah maraknya kasus Covid-19, perlu
disarankan untuk melakukan self assessment seperti menggunakan masker saat
keluar rumah, menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), rajin
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, dan menerapkan etika batuk. Jika

19
timbul gejala lain seperti demam, pilek atau sesak napas disarankan untuk
menghubungi dokter atau hotline Covid-19.

20
DAFTAR PUSTAKA

American Society of Health – System Pharmacist, 2011. AHFS Drug


Information Essentials : Point-of-Care Drug Information for Health
Care Professionals, United States of America.
Blasio, F.De., Virchow, J.C., Polveriono, M., Zanasi, A., Behrakis, P.K., Kilinc,
G., Balsamo, R., Danieli, G.De & Lanata, L. 2011. Cough management :
apractical approach. Cough Journal, 7 (7),1–12.
Blenkinsopp A, Paxton P, Blekinsopp J, 2009, Symptoms inthe Pharmacy: A
Guide to the Management of Common Illness 6th ed, Blackwell Science
Ltd. p. 1-13.
BNF 69, 2015. British National Formulary (BNF) 69th Ed. Pharmaceutical Press.
Chung, K. F.,Widdicombe, J. G., and Boushey, H.A., 2003. Cough: Causes,
Mechanisms, and Therapy. Blackwell Publishing Ltd.
Halim, M.C., Andrajati, R., & Supardi, S. 2015. Risiko Penggunaan ACEi
Terhadap Kejadian Batuk Kering pada Pasien Hipertensi di RSUD
Cengkareng dan RSUD Tarakan DKI Jakarta. Jurnal Kefarmasian
Indonesia, 5 (2),113–122. https://doi.org/10.22435/jki.v5i2.4406.113-122
Jenny, A.V.A. 2011. Why Do Antihypertensives Cause Cough. Diakses melalui
https://www.medscape.com/viewarticle/739521 pada 18 April 2020.
Kline and Company. 2006. Fact Sheet : Non-Prescription Drug. USA 2006.
Martin, M.J., dan Harrison, T.W. 2015. Causes of chronic productive cough : An
Approach to management. Respiratory Medicine.109 (9),1105–1113.
Nathan, A., 2008. Managing Symptoms in the Pharmacy. Pharmaceutical Press
Nathan, A., 2010. Non-Prescription Medicines. 4th Ed. Pharmaceutical Press
NICE. (2019). Cough in Adults. Self Care Forum, 7, 1–2.
NHS. 2017. Sore throat. Diakses dari https://www.nhs.uk/conditions/Sore-throat/ pada
tanggal 18 April 2020.
Olsen, R. J., Shelburne, S. A., & Musser, J. M. 2009. Molecular mechanisms
underlying group A streptococcal pathogenesis. Cellular Microbiology,
11(1), P. 1–12.

21
Rutter, P., 2013.Community Pharmacy: Sympytoms, Diagnosis and Treatment,
3rd Ed, London: Churchill Livinsgtone Elsevier.
Student Health Care Center 2020, Patient Education: Cough or Cold, What to
Takediakses dari https://shcc.ufl.edu/services/primary-care/self-help-resou
rces/health-care-info-online/patient-education-cough-or-cold-what-to-take/
pada 14 April 2020
Sweetman, S. C., 2009. Martindale: The Complete Drug Reference. 36th Ed. London:
Pharmaceutical Press.
Therapeutic Good Administration. 2015. OTC Medicine Monograph:
Bromhexine hydrochloride. Departement of Health Australia Government
diakses dari https://www.tga.gov.au/otc-medicine-monograph-bromhexine-
hydrochloride pada 13 April 2020
Tietze, K.J., 2009. Cough.In: Berrardi,R.R.(Ed).Handbook of Non-Prescription
Drugs.16th ed. American Pharmaceutical Association.
Yilmaz,I.2019.Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors Induce Cough.Turk
Thorac.Vol.1.No.20.

22
Lampiran 1. Catatan SOAP
1. Tn. Julianto (45th), mengalami batuk kering yang
menggangguselama 7 hari terakhir, riwayat Hipertensi sejak 3
bulan lalu, rutin minum Farmoten 12,5 mg sejak didiaganosis
hipertensi, batuk kering sudah pernah dialami sejak 2 bulan lalu.
Bukan perokok dan tidak memiliki riwayat penyakit serta keluhan
S (Subjective) lain.
2. An. Thalia (12th), batuk berdahak selama 3 hari terakhir, batuk
disertai muntah, agak lemas, aktivitas berkurang, tidur terganggu
karena batuk, tindakan yang dilakukan istirahat serta makan bubur
dan sup. Alergi makanan mengandung micin, pengawet, dan
cokelat.
O (Objective) -
1. Farmoten 12,5 mg mengandung Captopril 12,5 mg, merupakan
obat anti hipertensi golongan ACE-inhibitor. ACE-inhibitor dapat
memicu terjadinya batuk non-produktif dan berulang. Maka Tn.
Julianto mengalami batuk kering yang disebabkan oleh efek
A (Assessment) samping obat.
2. An. Thalia mengalami batuk produktif dan mengalami keluhan
lain akibat reaksi alergi yang terjadi akibat adanya paparan
allergen. Pasien tidak mengalami keluhan lain sehingga pasien
dapat dilayani secara swamedikasi.
P (Plan) Treatment Plan :
1. Tn. Julianto : Maka untuk mengatasi batuk yang dialami Tn.
Julianto, pasien perlu ke dokter untuk menyampaikan keluhan
yang dialami sehingga konsumsi Farmoten 12,5 mg
dapatdihentikan dan diganti dengan obat antihipertensi lain yang
tidak memberi ESO batuk.
2. An. Thalia :Terapi yang disarankan untuk batuk berdahak atau
batuk produktif yakni kombinasi ekspektoran dengan mukolitik.
Disarankan bentuk sediaan sirup agar meningkatkan kepatuhan
pasien untuk minum obat serta meningkatkan kontak obat dengan
dahak. Sediaan yang disarankan yakni Bisolvon sirup atau

23
Benadryl sirup yang mengandung Guaifenesin 100 mg dan
Bromhexin HCl 4 mg per 5 ml. Berdasarkan dosis dari pustaka
untuk anak 12 tahun, maka aturan pemakaian yang disarankan
sehari tiga kali, 2x5 ml. Selain itu disarankan untuk melakukan
terapi non farmakologi seperti istirahat yang cukup, banyak
minum air putih, minum air jeruk hangat atau madu hangat,
menghirup udara lembap, mandi dengan air hangat makan
makanan seimbang atau mengonsumsi multivitamin, menghindari
paparan allergen, seperti menghindari makanan yang mengandung
micin, pengawet, dan cokelat, contohnya keripikdan snack lain.

Monitoring plan :

Apabila setelah 7 hari sejak mengalami keluhan, atau setelah 4


hari mengonsumsi obat batuk dan keluhan batuk tidak kunjung
reda, atau timbul keluhan lain seperti demam, flu, dan sesak
nafas. Maka pasien disarankan untuk rujuk ke dokter. Pasien juga
perlu waspada mengenai gejala covid-19 dan bila memiliki
keluhan seperti demam, flu, dan sesak nafas dapat segera ke RS
atau menghubungi call center covid-19 : 031-8430313 untuk
layanan di hari aktif dan jam kerja, dan di nomor 0813-3436-7800
yang juga aktif di hari libur selama 24 jam.

Educational Plan
Informasi yang perlu di sampaikan kepada pasien meliputi
informasi penggunaan obat yaitu sehari 3 kali, tiap minum 2
sendok takar, menyampaikan ESO yakni rasa tidak nyaman di
perut, cara penyimpanan obat yakni disimpan di tempat yang tidak
terkena sinar matahari langsung atau dapat disimpan di kotak obat,
lalu obat dapat disimpan hingga 6 bulan ke depan atau hingga
tanggal kadaluwarsa yang tertera di kemasan (sesuai mana yang
tercapai terlebih dahulu).
Apabila sudah melewati batas tersebut obat harus dibuang dan

24
cara pembuangan obat dengan membuang sediaan di wastafel dan
membuang botol di tempat sampah dengan merusak botol terlebih
dahulu. Perlu menyampaikan terapi non farmakologi seperti
banyak minum air putih, makan makanan seimbang, menghindari
pemicu alergi yaitu makanan yang mengandung micin, pengawet,
dan cokletat. Pasien juga perlu waspada gejala covid-19.

25
Lampiran 2. Percakapan simulasi KIE
Apoteker : “Selamat pagi Bu, ada yang bisa saya bantu?”
Ny. Mawar : “Iya mbak, saya ingin membeli Obat Codikaf.”
Apoteker : “Kalau boleh tahu, obatnya untuk apa ya Bu?”
Ny. Mawar : “Untuk mengobati batuk suami dan anak saya mbak. Suami saya
merupakan seorang penyanyi dan dia sangat terganggu dengan
batuk yang dialaminya sehingga dia tidak bisa latihan dengan band
nya untuk persiapan tour. Jadi teman saya merekomendasikan untuk
membeli obat Codikaf ini mbak.”
Apoteker : “Bisa dijelaskan bagaimana kondisi batuk Tn. Julianto dan Adik
Thalia? Apakah batuk yang dikeluhkan mengeluarkan dahak Bu?”
Ny. Mawar : “Kalau Bapak ini batuknya tidak berdahak Mbak. Sedangkan Adek
ada dahaknya tapi kok susah dikeluarkan ya Mbak.”
Apoteker : “Untuk adik Thalia ini sudah mengalami batuk berapa lama ya Bu?”
Ny. Mawar : “Sudah tiga hari mbak.”
Apoteker : “Apakah ada gejala lain selain batuk yg dialami oleh Tn. Julianto
dan An. Thaliaseperti disertai pilek, demam atau yg lainnya Bu?”
Ny. Mawar : “Kalau bapak ini tidak ada demam atau pilek tetapi bapak memang
sedang mengkonsumsi obat antihipertensi karena sejak 3 bulan
yang lalu bapak didiagnosa mengalami hipertensi, kalau adek saat
batuk kadang sampai muntah Mbak. Saat muntah biasanya
dahaknya juga keluar. Semenjak batuk adek agak lemas, aktivitas
berkurang, nafsu makan menurun dan tidur terganggu karena batuk
Mbak.”
Apoteker : “Oh begitu Bu, untuk obat antihipertensi yang sedang dikonsumsi
bapak secara rutin, apakah bisa disebutkan nama obatnya dan
apakah Bapak memiliki kebiasaan merokok Bu?”
Ny. Mawar : “Dari awal didiagnosis dokter darah tinggi Bapak diberi obat
Farmoten 12,5 mg. Sebenarnya Bapak sudah ngeluh batuk sejak 2
bulan lalu Mbak. Tapi baru seminggu ini yang benar benar terasa
mengganggu. Bapak juga tidak merokok Mbak.”
Apoteker : “Untuk adek Thalia apakah semenjak mengalami batuk sudah
menggunakan obat lain bu?”
Ny. Mawar : “Belum mbak.”
Apoteker : “Lalu adakah tindakan lain yang sudah dilakukan untuk menangani
batuk adek Thalia Bu?.”
Ny. Mawar : “Belum ada sih Mbak. Paling saya suruh istirahat dan makan yang

26
bubur dan sup.”
Apoteker : “Oh begitu Bu. Apakah adek sering minum es atau jajan seperti
chiki dan gorengan? Akhir - akhir ini musim hujan juga Bu, apakah
dek Thalia timbul batuk setelah kehujanan?”
Ny. Mawar : “Adek memang baru saja menghadiri pesta ulang tahun temannya 3
hari yang lalu dan kemungkinan makan keripik kentang cukup
banyak. Dia memiliki alergi coklat dan makanan yang banyak
pengawet dan micin seperti kripik atau cheetos Mbak.”
Apoteker : “Oh begitu, jadi begini Bu, untuk mengatasi batuk yang dialami
oleh Tn. Julianto menggunakan obat Codikaf ini masih kurang tepat
Bu karena batuk tersebut kemungkinan merupakan efek samping
dari obat antihipertensi yang dikonsumsi secara rutin oleh bapak.
Oleh karena itu sebaiknya bapak dirujuk ke dokter agar dokter
dapat mengganti obat antihipertensinya dengan obat lain yang tidak
memiliki efek samping batuk Bu.”
Ny. Mawar : “Oh iya mbak, kalau anak saya bagaimana ya mbak? Apakah bisa
menggunakan obat Codikaf tersebut?”
Apoteker “Kurang tepat juga Bu, karena batuk yang dialami oleh adik Thalia
merupakan batuk produktif yang dipicu oleh allergen sehingga
pemilihan terapi yang lebih tepat yaitu kombinasi obat batuk
ekpektoran dan mukolitik untuk mengencerkan dahak dan disertai
juga kebiasaan seperti minum jeruk hangat dan madu dan
menghindari allergen (coklat dan makanan yang mengandung
micin). Dan dipilih bentuk sediaan sirup untuk memperlama kontak
obat ditenggorokan serta agar adik Thalia lebih mudah untuk
menelan obat. ”
Ny. Mawar : “ Baik mbak, kalau begitu obat apa yang cocok untuk diberikan ke
anak saya mbak?.”
Apoteker : “Di apotek ini tersedia sirup Bisolvon extra dan Benadryl. Obat
diminum sehari tiga kali, sekali minum 10 ml. Jadi sehari butuh 30
mL. Untuk terapi adik Thalia dibutuhkan 4 hari lagi karena adik
Thalia sudah mengalami batuk selama 3 hari. Jika setelah 7 hari
sejak mengalami batuk atau setelah 4 hari minum obat kondisi adik
Thalia belum pulih disarankan untuk menghubungi dokter ya Bu.
Jika dijumlahkan 4 hari ×30 mL = 120 mL. Untuk sediaan bisolvon

27
extra tersedia dalam kemasan 60 mL dengan harga Rp. 41.900/botol
sehingga butuh 2 botol dengan total harga 41.900×2 = 83.800.
Sedangkan untuk sediaan benadryl tersedia dalam kemasan 50 ml
seharga Rp. 24.500/botol sehingga butuh 3 botol dengan total harga
24.500×3= 73.500. Silahkan Ibu memilih ingin membeli yang mana
karena kandungan kedua obat tersebut sama Bu.”
Ny. Mawar : “Baik mbak, kalau begitu saya pilih yang Benadryl saja.”
Apoteker : “Sebentar ya Bu saya siapkan obatnya dulu.”
Ny. Mawar : “Iya Mbak.”
Apoteker : “Jadi ini obatnya Bu, diminumkan ke adik 4 kali sehari setiap 6 jam.
Obatnya dapat disimpan dikotak obat atau ditempat kering dan
terlindung dari sinar matahari dan panas berlebih. Jika sebelum 4
hari batuk sudah reda maka obat dapat dihentikan Bu. Obat ini
boleh disimpan hingga 6 bulan setelah dibuka atau hingga batas
expired yang tertera pada kemasan tergantung mana yang lebih dulu
Bu. Jika obat masih tersisa hingga batas waktu tersebut maka sisa
obatharus dibuang dengan cara sisa sirup/obat dibuang pada
westafel atau saluran alir lalu dialiri air dan botol dirusak terlebih
dahulu sebelum dibuang pada tempat sampah. Selain mengonsumsi
obat disarakan adik Thalia juga minum jeruk hangat, istirahat yang
cukup dan tetap berikan makanan yang hangat seperti bubur atau
sup ya Bu. Jika seterlah 4 hari gejala tidak membaik atau timbul
gejala lain seperti pilek, demam atau sesak nafas maka sebaiknya
dirujuk ke dokter atau dapat menghubungi call center covid-19 di
031-843031. Terkait pandemic saat ini disarankan juga baik bapak
Julianto maupun adik Thalia untuk mengenakan masker saat berada
di luar rumah dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) seperti rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
dan menerapkan etika saat batuk.”
Ny. Mawar : “Oh iya baik mbak akan saya sampaikan ke bapak dan anak saya.”
Apoteker : “Dari informasi yang sudah saya sampaikan apakah masih ada yang
kurang jelas atau ada yang ingin ditanyakan Bu?”
Ny. Mawar : “Tidak mbak sudah jelas kok.”
Apoteker : “Baik terimakasih Bu, ini saya berikan leaflet untuk panduan
pencegahan Covid-19 dan di kotak kemasan obat sudah saya

28
tempelkan cara penggunaan obat jika sekiranya ibu lupa. Tetap jaga
kesehatan dan lakukan physical distancing serta PHBS ya Bu,
semoga bapak dan adik lekas sembuh”
Ny. Mawar : “Baik terimakasih banyak Mbak.”
Apoteker “Sama-sama Bu.”

29
Lampiran 3. Written education material

Namaobat : Benadryl sirup, mengandung Guaifenesin 100 mg dan


Bromhexin HCl 4 mg per 5 ml. Benadryl sirup 50 ml
sejumlah 3 botol.
Tujuan terapi : Mengatasi batuk berdahak
Cara penggunaan :Sehari empat kali (pagi, siang, sore, malam tiap 6 jam),
tiapminum 2x5ml (2 sendok takar), setelah makan
Efek samping : Rasa tidaknyaman di perut
Cara penyimpanan :Obat dapat disimpan di tempat yang tidak terkena sinar
matahari langsung atau dapat disimpan di kotak obat.
Apabila obat tersisa setelah batuk reda, obat dapat
disimpan hingga 6 bulan kedepan atau hingga tanggal
kadaluwarsa yang tertera di kemasan (sesuai mana yang
tercapai terlebih dahulu).

Cara pembuangan obat : Apabila sudah melewati 6 bulan/tanggal kadaluwarsa,


sediaan harus dibuang. Cara pembuangan dengan
membuang sediaan di wastafel dan membuang botol di
tempat sampah dengan merusak botol terlebih dahulu.

Terapi non farmakologi :Pasien disarankan untuk melakukan terapi non


farmakologi seperti istirahat yang cukup, banyak
minum air putih, minum air jeruk hangat atau madu
hangat, menghirup udara lembap, mandi dengan air
hangat makan makanan seimbang atau mengonsumsi
multivitamin, menghindari paparan allergen, seperti
menghindari makanan yang mengandung micin,
pengawet, dan cokelat, contohnya keripik dan snack
lain.
Catatan Apoteker : Apabila keluhan tidak kunjung reda setelah 7 hari
mengalami keluhan batuk, pasien dapatdirujuk ke dokter. Pasien juga perlu
waspada mengenai gejala covid-19 dan bila memiliki keluhan seperti demam, flu,
dan sesak nafas dapat segera ke RS atau menghubungi call center covid 19 :031-

30
8430313 untuk layanan di hari aktif dan jam kerja, dan di nomor 0813-3436-
7800 yang juga aktif di hari libur selama 24 jam.

Sediaan terpilih

31
Lampiran 4 : Leaflet Covid 19

32

Anda mungkin juga menyukai