Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH

PENGKAJIAN DAN PROMOSI KESEHATAN WANITA


(INC,ANC,PNC,GSR & SAP)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK I

KRISTINA WISRANCE 2118043

NENI DEFENTA 2118033

SINTIA DAMA 2118017

ALAN YUSUF 2118020

ARFINISIUS ANA RATO 2118006

ADELYA PRATIWI RAHIM 2118023

FAUZIA UL-HAQ GANI 2118009

NAHDATUL UMIYATI 2118029

ASRI 2118044

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelapangan
dan kemudahan sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
pada waktunya.
Makalah dengan judul "Pengkajian dan promosi kesehatan pada wanita ( Format
ANC,PNC,INC GSR dan SAP)”. Dalam penyusunan Makalah ini tentu tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, dalam kesempatan
ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
terlibat.
Penyusun menyadari dengan sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan kekeliruan, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif dari rekan-rekan pembaca sangat
penyusun harapkan.
Akhir kata, semoga Makalah ini bermanfaat bagi rekan-rekan pembaca. Dan semoga
kesemuanya ini tercatat sebagai amal ibadah di sisi-Nya. Amin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................
A. Pengertian pengkajian.....................................................................................................
B. Definisi Promosi kesehatan..............................................................................................
C. Pengertian antenatal care(ANC)......................................................................................
D. Pengertian intranatal care (INC).......................................................................................
E. Pengertian Post Natal Care (PNC)...................................................................................
F. Pengertian gangguan sistem reproduksi (GSR)...............................................................
G. Pengertian satuan acara penyuluhan (sap) perawatan
payudara (breast care) pada ibu nifas..............................................................................
BAB III PENUTUP................................................................................................................
A.KESIMPULAN...................................................................................................................
B.SARAN.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut depkes RI 2002,wanita usia subur adalah wanita yang masih dalam usia
produktif,yaitu antara usia 15-49 tahun dengan status belum menikah,menikah,janda banyak
permasalahan yang terjadi pada masa usia subur seperti pemilihan alat kontrasepsi yang
kurang tepat,CA serviks atau sindrom premonopause,keputihan. Diperkirakan 75% wanita di
Indonesia perna mengalami keputuhan sekali dalam hidupnya. Wanita yang dalam mengalami
keputihan Indonesia sebanyak 98,4% positife terdapat adanya bakteri.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian pengkajian ?
2. Definisi Promosi kesehatan ?
3. Pengertian antenatal care(ANC) ?
4. Pengertian intranatal care (INC) ?
5. Pengertian Post Natal Care (PNC) ?
6. Pengertian gangguan sistem reproduksi (GSR) ?
7. Pengertian satuan acara penyuluhan (sap) perawatan payudara (breast care) pada ibu
nifas ?

C. Tujuan

Tujuan penulis menyusun makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan
wawasan kepada pembaca agar bisa mengetahui tentang judul "Pengkajian dan promosi
kesehatan pada wanita ( Format ANC,PNC,INC GSR dan SAP)”.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pengkajian

Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data tentang


individu,keluarga dan kelompok. Pengkajian harus di lakukan secara konverhensif terkait
dengan aspek biologis,psikologis,social,maupun spiritual.

B. Tujuan pengkajian

Tujuan pengkajian adalah untuk menetapkan suatu data base tentang respon klien
terhadap perhatian dan kesehatan atau penyakit dan kemampuan untuk mengatur kebutuhan
perawatan kesehatan.

C. Definisi Promosi kesehatan

Menurut WHO promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan


masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai
derajat kesehatan yang sempurna,baik fisik,mental dan sosial.maka masyarakat harus mampu
mengenal serta mewujudkan insfirasinya,kebutuhannyadan mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya.

Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup
mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal di definisikan sebagai keseimbangan kesehatan
fisik,emosi,sosial,spiritual,dan intelektual. Agar promosi kesehatan dapat berjalan secara
sistematis,terarah dan terencana sesuai konsep promosi kesehatan bahwa individu dan
masyarakat bukan hanya sebagai objek atau sasaran yang fasif menunggu tetapi juga sebagai
pelaku maka perlu pengelolaan program promosi kesehatan mulai dari
pengkajian,perencanaan,penggerakan,pelaksaan,pemantauan dan penilaian. Dan agar promosi
kesehatan berjalan dengan secara efektif dan efesiensi maka pesan harus seuai dengan
karekteristik serta kebutuhan atau masalah sasaran. Sasaran utama promosi kesehatan adalah
masyarakat khususnya perilaku masyarakat karena terbatsnya sumber daya, akan tidak efektif
apabila upaya atau kegiatan promosi kesehatan langsung di alamatkan kepada
masyarakat,oleh karena itu perlu dilakukan pertahapan sasaran.

Aktivitas promosi kesehatan merupakan bagian dari program pemerintah yang ada di


bawah koordinasi Kementerian Kesehatan khususnya Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Terdapat petugas promosi kesehatan yang ditempatkan di setiap
puskesmas sebagai lembaga pelayanan kesehatan yang berinteraksi langsung dengan
tingkatan masyarakat.

Petugas promosi kesehatan dapat menjadi elemen penting dari kampanye gerakan kesehatan


yang dilakukan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena petugas promosi
kesehatan merupakan sosok yang berinteraksi langsung di tingkatan masyarakat serta
mengetahui kondisi di lapangan sebagai bagian dari institusi puskesmas.
Program atau gerakan kesehatan yang dicanangkan oleh pemerintah merupakan sebuah upaya
untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Beberapa gerakan seperti Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dapat menjadi sebuah sebuah
gerakan yang sukses dengan dukungan promosi kesehatan. 
a. Tujuan Pokok Promosi Kesehatan
Tujuan promosi kesehatan yang utama adalah memberikan informasi yang pada
tingkatan lebih lanjut dapat memicu kesadaran masyarakat mengenai program atau
gerakan yang tengah dicanangkan oleh pemerintah. Direktorat Promosi
Kesehatan menjadi bagian yang secara khusus membawahi segala
aktivitas promkes atau promosi kesehatan yang ditujukan bagi masyarakat luas.
Segala aktivitas promosi kesehatan memiliki tujuan memberikan informasi bagi
masyarakat terkait segala hal yang bertujuan pada peningkatan kualitas kesehatan; baik
itu kesehatan individu maupun masyarakat. 
Direktorat Promosi Kesehatan memiliki tugas pokok menyiapkan sekaligus melakukan
kegiatan – kegiatan promosi kesehatan dan melakukan penyebarluasan segala bentuk
informasi kesehatan serta melakukan pengembangan sumber daya kesehatan hingga
melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat pada bidang – bidang kesehatan.
Secara singkat, petugas promosi kesehatan merupakan corong pemerintah dalam hal ini
Kementerian Kesehatan untuk menyampaikan segala macam informasi yang berkaitan
dengan kesehatan dengan tujuan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan
sumber daya yang berkaitan dengan kesehatan.
b. Beberapa Fungsi Promosi Kesehatan
Selain menjadi corong pemerintah dalam hal promosi di bidang kesehatan,
program promosi kesehatan juga memiliki fungsi sebagai penyaring informasi langsung
dari tingkat masyarakat. Kegiatan promosi yang berlangsung di tingkat masyarakat
dapat menjadi sebuah media efektif untuk mengumpulkan data dan informasi yang
kemudian dapat diolah, dianalisis dan digunakan sebagai informasi penunjang untuk
merancang perencanaan dan pelaksanaan berbagai macam program promosi
kesehatan selanjutnya.
Tugas penting lain dari aktivitas promosi kesehatan adalah menjadi pembimbing dan
pengendali teknis kegiatan promosi kesehatan. Promosi ini dapat berupa kegiatan lintas
program, lintas sektoral ataupun melibatkan berbagai elemen masyarakat, instansi
pemerintah ataupun instansi swasta.
c. Beberapa Kegiatan Promosi Kesehatan Saat Ini
Pada saat ini terdapat beberapa materi promosi kesehatan yang tengah giat
disosialisasikan. Salah satu contoh promosi kesehatan yang tengah digaungkan adalah
program Indonesia Eliminasi Tuberkulosis pada tahun 2030. Tuberkulosis merupakan
salah satu penyakit menular yang sedianya telah berhasil dihilangkan dari masyarakat.
Kini aktivitas promosi kesehatan terkait eliminasi penyakit Tuberkulosis telah melibatkan
berbagai elemen masyarakat untuk memperoleh sinergi untuk hasil terbaik.
Kegiatan promosi kesehatan masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk;
bahkan dapat berupa anjuran dari pemerintah melalui instansi ataupun pejabat yang
berkaitan dengan bidang kesehatan. Seperti pesan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, Prof. Dr. Dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) yang mengajak masyarakat
Indonesia agar tidak Mager atau males gerak dengan menjalankan salah satu aktivitas
Program GERMAS yaitu Aktivitas Fisik.
Melakukan aktivitas fisik telah menjadi bagian dari banyak kampanye kesehatan dari
pemerintah; salah satunya sejak dicanangkannya Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Kedua gerakan tersebut memasukkan poin melakukan
antivitas fisik dalam bentuk kegiatan olahraga ataupun kegiatan bekerja yang melibatkan
aktivitas fisik.
Gaya hidup masyarakat modern yang minim aktivitas fisik hingga konsumsi makanan
dengan gizi kurang seimbang menjadi beberapa penyebab meningkatnya masalah
kesehatan berupa penyakit tidak menular. Aktivitas promosi kesehatan dari Kementrian
Kesehatan RI memasukkan poin ajakan melakukan aktivitas fisik setidaknya 30 menit
setiap hari untuk mengurangi stres dan merangsang otak agar lebih bahagia dan santai.
d. Konsep Promosi Kesehatan
Ada berbagai konsep promosi kesehatan yang dapat dilibatkan dalam upaya
menyebarkan informasi dan menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait peningkatan
kualitas kesehatan dan menjalani gaya hidup sehat. Aktivitas promosi kesehatan di
sekolah dapat menjadi bagian dari kegiatan menyebarkan informasi dan menumbuhkan
kesadaran masyarakat terkait pesan – pesan tertentu. Salah satu promosi
kesehatan yang dapat digulirkan di sekolah adalah ajakan untuk meningkatkan
konsumsi ikan. Terdapat beberapa pesan penting dari gerakan tersebut yang berkaitan
dengan gizi tinggi yang bisa diperoleh dari konsumsi ikan dan tentu saja rasa yang enak.
Dalam konsep promosi kesehatan terdapat beberapa kegiatan yang bisa dilakukan baik
itu untuk promosi kesehatan di tempat kerja, promosi kesehatan di sekolah ataupun
promosi kesehatan di masyarakat. Dan berikut adalah kegiatan promosi kesehatan.
Apa Saja Konsep Promosi Kesehatan:
 Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
 Cuci tangan pakai sabun (CTPS)
 Mengkonsumsi makanan sehat seperti buah dan sayur.
 Tidak membuang sampah sembarangan
 Melakukan kerja bakti untuk menciptakan lingkungan sehat
 Menggunakan pelayanan kesehatan.
 Menjalankan gaya hidup sehat bersama anggota keluarga.

D. Pengertian antenatal care(ANC)

Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang di artikan sebagai pengawasan


sebelum persalinan terutama di tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan dalam
janin,kehamilan beresiko tinggi,beresiko meragukan untuk mendapatkan konsultasi dan
penanganan yang lebih baik, sedangkan kehamilan dengan resiko renda dapat di lakukan
pertolongan secapat mungkin. ANC adalah Pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

1. Tujuan
 Pengawasan : Kesehatan Ibu, Deteksi dini penyakit penyerta & komplikasi kehamilan,
menetapkan resiko kehamilan (tinggi, meragukan dan rendah)
 Menyiapkan persalinan à well born baby dan well health mother
 Mempersiapkan pemeliharaan bayi & laktasi
 Mengantarkan pulihnya kesh. Ibu optimal

2. Bukti kehamilan
 PRESUMTIF ( Bukti Subjektif)
a. Amenorea
b. Perubahan payudara
c. Mual & muntah (morning sickness)
d. Frekuensi berkemih
e. Leukorea
f. Tanda Chadwiek’s
g. Quickening
 PROBABILITAS ( Bukti Objektif)
a. Pertumbuhan & perubahan uterus
b. Tanda Hegar’s ( melunaknya segmen bawah uterus)
c. Ballotement (lentingan janin dl uterus saat palpasi)
d. Braxton hick’s (kontraksi selama kehamilan)
e. Perubahan Abdomen
f. Pembesaran abdomen
g. Striae Gravidarum
h. Pigmentasi pada linea nigra
 ABSOLUT ( Bukti Positif)
a. Terdengar DJJ
b. Teraba bagian anak oleh pemeriksa
c. Terlihat hasil konsepsi dengan USG
d. Teraba gerakan janin oleh pemeriksa
3. Pemeriksaan Penunjang
 LABORATORIUM
a. Darah ( Hb, Gol darah, Glukosa, VDRL)
b. Urine (Tes kehamilan, protein, glukosa, analisis)
c. Pemeriksaan Swab (Lendir vagina & servik)
 USG
a. Jenis kelamin
b. Taksiran kelahiran, TBJ, Jumlah cairan amnion,

4. Pemeriksaan Kehamilan
 Bila HPHT tidak diketahui,
 Usia kehamilan tentukan dengan cara :
a. TFU ( Cm x 7/8 = Usia dl mgg)
b. Terabanya ballotement di simpisis à 12 mgg
c. DJJ (+) dg Dopller à 10-12 mgg
d. DJJ (+) dg fetoscop à 20 mgg
e. Quickening à 20 mgg
f. USG
 Perhitungan taksiran partus ( Nagele) :
a. H + 7
b. B (1-3) + 9, bila tanggal > 24 + B 1
c. B (4-12) – 3
d. T (1-3) + 0
e. T (4-12) + 1
 Perhitungan taksiran berat janin
a. TFU – (11 belum masuk PAP) X 155 = ….gr
b. TFU – (13 sudah masuk PAP) X 155 = ….gr
 Frekuensi kehamilan
a. Kunjungan I (12-24 mgg)
b. Anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik & obstetri, Pemeriksaan lab., Antopo metri,
penilaian resiko kehamilan, KIE
c. Kunjungan II ( 28 – 32 mgg )
d. Anamnesis, USG, Penilaian resiko kehamilan, Nasehat perawatan payudara &
Senam hamil), TT I
e. Kunjungan III ( 34 mgg)
f. Anamnesis, pemeriksaan ulang lab. TT II
g. Kunjungan IV, V, VII & VIII ( 36-42 mgg)
h. Anamnesis , perawatan payudara & persiapan persalinan
5. Pengkajian ANC
1.  Aktifitas / Istirahat
BP ↓ , HR ↑ , Episode Sinkop, Edema
2.  Integritas Ego
Persepsi diri
3.  Eliminasi
Konstipasi, miksi ↑ , BJ urine ↑ , haemoroid
4.   makanan & cairan
a.  Morning sickness (TM I), nyeri ulu hati,
b.  Penambahan BB ( 8 – 12 kg), hipertrofi gusi (berdarah)
c.   Anemi fisiologis (Hemodilusi)
5.    Nyeri / ketidak nyamanan
Kram kaki, nyeri payudara & punggung, Braxton Hicks
6.    Pernafasan
RR ↑ ,
7.    Keamanan
a.  Suhu : 36,1oC – 37,6 o C ,
b.   DJJ ( 12 mgg dg dopler, 20 mgg dg fetoskop)
c.   Gerakan janin ( 20 mgg)
d.   Quickening & Ballotement ( 16 – 20 mgg)
8.    Seksualitas
a.   Perubahan seksualitas, leukorea, peingkatan uetrus
b.   Payudara ↑ , pigmentasi
c.   Goodell, Hegar, chadwiks
9.    interaksi sosial
denial, maturasi, aseptent
10.     Penyuluhan / pembelajaran
11.     Pemeriksaan diagnostic

6. Pengkajian Fisik
1. Tanda vital, antopometri
2. Pengkajian kepala
3. Pengkajian dada : paru, jantung, payudara
4. Pengkajian abdomen : hepar, abdomen, uterus (palpasi, inspeksi, auskultasi,
pergerakan janin, his)
5. Pemeriksaan panggul
6. Pemeriksaan genital
7. Pemeriksaan ekstremitas

7. Diagnosa Keperawatan & Fokus Intervensi


1. Resti perubahan nutrisi krg dr kebt tubuh b.d. Perubahan napsu makan, mual &
muntah
a.  KH :
1)   Menjelaskan komponen diet seimbang prenatal
2)   Mengikuti diet yg dianjurkan
3)   Mengkonsumsi Zat besi/ vitamin
4)   Menunjukkan ↑ BB ( min 1,5 kg pd TM I )
b.  Intervensi :
1)  Tentukan asupan nutrisi /24 jam
2)  Kaji ttg pengetahuan kebutuhan diet
3)  Berikan nformasi tertulis diet prenatal & suplemen
4)  Tanyakan keyakinan diet ss budaya
5)  Timbang BB & kaji BB pregravid
6)  Berikan ↑ BB selama TM I yang optimal
7)  Tinjau tentang mual & muntah
8)  Pantau kadar Hb, test urine (aseton, albumin & glukosa)
9)   Ukur pembesaran uterus
c.  Kolaborasi : program diet ibu hamil
2.  Resti defisit vol. Cairan b.d. perubahan napsu makan, mual & muntah
a.  KH :
1)  Mengidentifikasi & melakukan kegiatan u ↓ frekwensi & keparahan mual/muntah
2)  Mengkonsumsi cairan ss kebt.
3)  Mengidentifikasi tanda & gejala dehidrasi
b. Intervensi :
1)  Auskultasi DJJ
2)  Tentukan beratnya mual/muntah
3)  Tinjau riwayat (gastritis, kolesistiasis)
4)   Anjurkan mempertahankan asupan cairan
5)   Kaji suhu, turgor kulit, membran mukosa, TD, intake & output, Timbang BB
6)    Anjurkan asupan minum manis, makan sedikit tapi sering, makan roti kering
sebelum bangun tidur
3. Perubahan eliminasi urine b.d. Pembesaran uterus, ↑ GFR, ↑ sensitifitas VU
a. KH :
1)  Mengungkapkan penyebab sering kencing
2)  Mengidentifikasi cara mencegah stasis urinarius
b. Intervensi :
1)  Berikan informasi perubahan berkemih
2)  Anjurkan menghindari posisi tegak & supine dl waktu lama
3)  Berikan informasi intake cairan 6-8 gls/hr, penurunan intake 2-3 j pra rest
4)  Kaji nokturia, anjurkan keagel exercise
5)  Tekankan higiene toileting, memakai celana dr katun & menjaga vulva tetap kering

E. Pengertian intranatal care (INC)


Intranatal Care atau Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan

pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang

ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelepasan plasenta .

1. Tujuan INC :
1. Mengetahui tahap persalinan sebagai acuan penilaian kemajuan persalinan dan
sebagai dasar untuk menentukan rencana perawatan selanjutnya.
2. Mengetahui kelainan – kelainan yang mungkin dapat mengganggu kelancaran
persalinan atau segera mengetahui persalinan beresiko.
3. Memberikan asuhan yang memadai selama persalianan dalam upaya mencapai
pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek
sayang ibu dan sayang bayi.

2. Jenis Persalinan
1. Menurut cara persalinan.
a. Persalinan spontan.
b. Proses lahir bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan dan alat, serta
tidak melukai ibu dan bayi yang berlangsung kurang dari 24 jam.
c. Persalinan buatan.
d. Persalinan pervaginam dengan bantuan alat – alat atau melalui dinding perut
dengan operasi secio caesaria.
e. Persalinan anjuran
f. Kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan
rangsangan seperti pemberian pitocin atau prostaglandin atau pemecahan
ketuban.
2.  Menurut usia (tua kehamilan)
a. Abortus.
Pengeluarana buah kehamilan sebelum kehamilan 22 mg atau bayi dengan berat
badan kurang dari 500 g.
b. Partus imaturus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg dan 28 mg atau bayi dengan berat
badan antara 500 g dan 999 g.
c. Partus prematurus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 mg dan 37 mg atau dengan berat badan
1000 g dan 2499 g.
d. Partus matures / aterm
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 mg dan 42 mg atau bayi dengan BB
2500 g atau lebih
e. Partus post matures / serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah 42 mg.

3. Sebab – Sebab Yang Menimbulkan Persalinan.

1. Teori penurunan hormon progesterone.


Progesterone menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan
kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
progesterone dan estrogen didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesterone menurun sehingga menimbulkan his.
2.  Teori oxytocin.
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot – otot rahim.
3.  Teori placenta menjadi tua.
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone
yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan
his.
4. Teori prostaglandin.
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi miometrium
pada setiap umur kehamilan.
5. Pengaruh janin.
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada anencephalus,
kehamilan sering lama dari biasanya
6.  Teori distensi rahim.
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot – otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
7.  Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser dan ditekan
misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his.
(Verney. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC. Hal : 36-39)

4.  Gejala Persalianan.
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2. Keluarnya lendir bercampur darah lebih banyak. Hal ini terjadi karena robekan
robekan kecil yang terjadi pada serviks
3.  Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4.  Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar, lunak dan terdapat pembukaan
(Verney. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC. Hal : 36-39)

5. Tanda – tanda Permulaan Persalinan.


1.  Kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida. Pada primigravida kepala
anak pada bulan terakhir berangsur – angsur turun kedalam rongga panggul. Pada
multigravida, dinding rahim dan perut sudah kendor kekenyalannya sudah berkurang
sehingga kekuatan mendesak kebawah tidak seberapa, biasanya kepala bru turun
pada permulaan persalinan.
2.  Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3.   Perasaan sering atau susah BAB karena vesika urinaria karena tertekan oleh bagian
terbawah janin.
4.  Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya his.
5.   Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, sekresi bertambah, kadang – kadang
bercampur darah

6.  Penurunan kepala janin.


PERIKSA LUAR PERIKSA DALAM KETERANGAN

            kepala diatas PAP


5/5             mudah digerakkan

            sakit digerakkan


4/5             bagian terbesar PAP
H I – II
belum masuk panggul

            bagian terbesar kepala


3/5
H II – III belum masuk panggul
PERIKSA LUAR PERIKSA DALAM KETERANGAN
            bagian terbesar kepala
2/5
H III  + sudah masuk panggul

1/5             kepala didasar panggul


H III – IV

            diperineum
HV
0/5
Keterangan :
H I : sama dengan atas pintu panggul / PAP
H II : sejajar dengan H I melalui pinggir bawah simpisis
H III : sejajar dengan H I melalui spina iskhiadika
H V : sejajar dengan H I melalui ujung os coxigius

7. Proses Persalinan
1.  Kala I.
a.  Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm)
b.  Terbagi menjadi 2 fase :
1)  fase laten : serviks berdilatasi kurang dari 4 cm
2)   fase aktif : serviks berdilatasi 4 – 9 cm, kecepatan pembukaan 1 cm atau lebih
perjam, penurunan kepala dimulai.
c.  Pada kala pembukaan his belum begitu kuat, datangnya 10 – 15 menit dan tidak
seberapa mengganggu ibu hingga ia sering masih dapat berjalan
d.  Lambat laun his bertambah kuat, interval menjadi lebih pendek, kontraksi lebih kuat
dan lebih lama, lendir darah bertambah banyak.
e.  Lamanya kala I untuk primipara 12 jam dan untuk multipara 8 jam.
f.   Kemajuan persalinan dalam kala I :
1)   Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
a)   Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan durasi.
b)    Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama persalinan
faseaktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah kiri garis
waspada).
c)    Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
2)   Kemajuan yang kurang baik pada kala I :
a)    Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
b)     Kecepatan pembukaan servuks lebih lambat dari 1 cm perjam selama
persalinan fase aktif ( dilatasi serviks berada disebalah kanan garis
waspada).
c)    Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin
g.   Kemajuan pada kondisi ibu.
1)    Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi
atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau IV dan berikan
analgesik secukupnya.
2)    Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
3)    Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi yang kurang.
Segera berikan dextrose IV.
h.   Kemajuan pada kondisi janin.
1)     Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 x / menit)
curigai adanya gawat janin.
2)    Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek fleksi sempurna
digolongkan dalam malposisi atau malpresentasi.
2.  Kala II
a.   Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.
b.    His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 – 100 detik, datngnya tiap 2 – 3
menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai dengan keluarnya cairan
yang kekuningan secara sekonyong – konyong dan banyak.
c.    Pasien mulai mengejan.
d.    Pada akhir kala 2 sebagai tanda bhwa kepala sudah sampai didasar panggul,
perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.
e.    Dipuncak his, bagian terkecil dri kepala nampak dalam vulva, tetapi hilang lagi waktu
his berhenti. Pada his berikutnya bagian kepala yang nampak lebih besar lagi, tetapi
surut kembali kalau his terhenti. Kejadian ini disebut kepala membuka pintu.
f.      Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran terbesar dari kepala
terpegang oleh vulva sehingga tidak dapat mundur lagi. Pada saat ini tonjolan tulang
ubun – ubun saat ini telah lahir dan sub oksiput ada dibawah simpisis. Pada saat ini
disebut kepala keluar pintu. Karena pada his berikutnya dengan ekstensi lahirlah
ubun – ubun besar, dahi dn mulut pad komisura posterior.
g.    Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dn kemudian terjadi putaran paksi luar,
sehingga kepala melintang. Sekarang vulva menekan pad leher dan dada tertekan
oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan.
h.    Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian baru depan disusul
oleh seluruh badan anak dengan fleksi lateral sesuai dengan paksi jalan lahir.
i.      Lamanya kala 2 pada primi kurang lebih 50 menit dan pada multi kurang lebih 20
menit.
3.   Kala III
a.  Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta.
b.   Lamanya kala uri kurang lebih 8,5 menit dan pelepasan plasenta hanya memakan
waktu 2 – 3 menit.
4.   Kala IV
a.    Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.

8. Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Intervensi.


1.   Kala I :
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi dan
intensitas kontraksi uterus.
1)  Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien
dapat beradaptasi terhadap nyeri
2)  dengan KH :
a)  Tampak rileks diantara kontraksi
b)  Dapat mengontrol penyebab nyeri
3)  Intervensi :
a)  Kaji derajat ketidak nyamanan malalui isyarat verbal dan non verbal.
b)  Jelaskan penyebab nyeri.
c)   ajarkan klien cara mengontrol nyeri dengan menggunakan tehnik pernapasan
/ relaksasi yang tepat dan masses pinggang
d)   Bantu tindakan kenyamanan mis : gosokan pada kaki, punggung, tekanan
sakral, perubahan posisi.
e)  Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1- 2 jam, palpasi diatas simpisis untuk
menentukan ada tidaknya distensi setelah blok syaraf.
f)   Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas dan pola kontraksi uterus setiap
30 menit.
g)  Monitor vital sign.
b. Resti cedera / distress terhadap janin behubungan dengan hipoksia jaringan.
1) Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih selama 1 x 3 jam tidak
terjadi cedera pada janin
2)  Dengan KH :
DJJ dalam batas normal
3)  Intervensi :
a) Lakukan palpasi (leopold) untuk menentukan posisi janin, berbaring dan
presentasi.
b) Hitung DJJ dan perhatikan perubahan periodik pada respon terhadap
kontraksi uterus.
c) Catat kemajuan persalinan.
c.  Resti cedera terhadap maternal berhubungan dengan perlambatan mortilitas
gastric, dorongan fisiologis.
1) Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 1 x 2 jam tidak terjadi
cedera pada maternal
2) Dengan KH :
a)  Klien mengatakan resiko dan alasan dan intervensi khusus sudah
dimengerti.
b)  Klien kooperatif untuk melindungi diri sendiri / janin dari dari cedera.
c)   Klien bebas dari cedera / komplikasi

3) Intervensi :
a)  Pantau aktivitas uterus , catat frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi.
b)   Lakukan tirah baring saat persalinan menjadi lebih intensif. Hindari
meninggalkan klien tanpa perhatian.
c)   Tempatkan klien pada posisi agak tegak miring kiri
d)   Berikan perawatan perineal setiap 4 jam.
e)   Pantau suhu dan nadi.
f)     Berikan es batu atau cairan jernih pada klien bila memungkinkan, hindari
makanan padat.
g)     Anjurkan klien untuk bernapas pendek dan cepat atau meniup bila ada
dorongan untuk mengejan.
d.  Resti gngguan pertukran gas pada janin berhubungan dengan perubahan suplai
O2 atau aliran darah : anemia dan pendarahan sekunder
1) Tujuan :
Tidak terjadi gangguan pertukaran gas pada janin
2) dengan KH :
a)  DJJ dalam batas normal (120 – 160 x / menit).
b)  Bayi tidak mengalami hipoksia selama persalinan.
3) Intervensi :
a)   Kaji faktor – faktor maternal atau kondisi yang menurunkan sirkulasi
uteroplasental.
b)  Pantau DJJ setiap 15 – 30 menit.
c)  Pantau DJJ dengan segera bila ketuban pecah.
d)  Pantau besarnya janin pada jalan lahir melalui pemerikasaan vagina .
e)  Kaji perubahan DJJ selama kontraksi.
e.  Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan dilatasi atau regangan
dan hipoksia jringan, tekanan mekanik dari bagian presentasi.
1)  Tujuan :
Pasien dapat bertoleransi terhadap nyeri
2) dengan KH :
a) Klien menyatakan rasa nyeri berkurang.
b) Klien mampu menggunakan tehnikm yang tepat untuk mempertahankan
kontrol, istirahat diantara kontraksi.
3) Intervensi :
a) Kaji derajat ketidakmampuan melalui isyarat verbal dan non verbal.
b) Kaji perubahan klien terhadap sentuhan fisik selama kontraksi.
c)  Pantau frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi uterus.
d)  Bantu klien dan ajarkan mengubah bernapas menjadi lebih cepat mis :
tiupan napas pendek dan cepat.
e)  Berikan lingkungan yang tenang dengan ventilasi adekuat.
f)    Lakukan gosokan sakral / punggung, pengubahan posisi.
g)   Pantau dilatasi serviks.
h)   Catat penonjolan perineal.
i)     Anjurkan klien untuk berkemih (fase laten)
j)     Berikan dorongan dan informasi tentang kemajuan persalinan dan
berikan reinforcement untuk upaya klien / pasangan.
k)   Pantau tanda vital ibu dan janin.
l)    Kolaborasi pemberian analgesik.
f.  Resti terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan aliran
balik vena, hipovolemia, perubahan tahanan vskuler sistemik.
1) Tujuan :
Tidak terjadi penurunan curah jantung
2)  dengan KH :
a) Tanda – tanda vital sesuai terhadap tahap persalinan.
b) Tidak ada edema, DJJ dalam batas normal (120 – 160 x / menit).
3) Intervensi :
a) Kaji tekanan darah dan nadi diantara kontraksi, sesuai indikasi
b) Perhatikan ada dan luasnya edema.
c)  Pantau DJJ selama dan diantara kontraksi.
d)  Infus balance cairan.
g.  Kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan
kurangnya sumber – sumber informasi.
1) Tujuan :
Klien dan keluarga mengetahui tentang proses persalinan
2) dengan KH :
a) Klien memahami respon fisiologis setelah melahirkan.
b)  Secara aktif klien ikut dalam upaya mendorong untuk meningkatkan
pengeluaran plasenta.
3) Intervensi :
a) Diskusikan proses normal persalinan kala III.
b) Jelaskan alasan untuk respon perilaku seperti menggigit, tremor.
c) Diskusikan ritinitas periode pemulihan selama 4 jam pertama setelah
melahirkan.
2.  Kala II :
a. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif, penurunan
masukan
1) Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan volume cairan dalam tubuh
2)  dengan KH :
a) Tanda – tanda vital dalam batas normal.
b) Keluaran urine adekuat.
c)  Membran mukosa kental.
d) Bebas dari rasa haus.
3)  Intervensi :
a) Ukur masukan dan keluaran.
b) Kaji turgor kulit, beri cairan peroral.
c) Pantau tanda – tanda vital sesuai indikasi.
d) Kaji DJJ dan perhatikan perubahan periodek.
e) Atur posisi klien tegak atau lateral.
f) Kolaborasi pemberian cairan parenteral
b.  Resti infeki terhadap maternal berhubungan dengan prosedur infasif berulang.
Trauma jaringan, perslinan lama.
1) Tujuan :
Klien tidak terjadi infeksi
2) dengan KH :
Bebas dari tanda – tanda infeksi (rubor, tumor, dolor, calor, dan fungsilaesa)
3)  Intervensi :
a)  Lakukan perawatan perineal setiap 4 jam menggunakan tehnik aseptik.
b)  Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.
c)  Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu dengan
menggunakan tehnik aseptik.
d)  Pantau tanda – tanda vital dan laborat leukosit.
e)  Gunakan aseptik bedah pada persiapan peralatan.
f)  Batasi jumlah orang yang ada pada saat persalinan.

3.   Kala III :


a.  Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran pervaginam
akibat atonia.
1) Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan volume cairan akibat HPP.
2)  Dengan KH :
a) Kontraksi uterus adekuat.
b) Kehilangan darah dalam batas normal (<500 ml).
c)  Tanda – tanda vital dalam batas normal.
3)  Intervensi :
a) Anjurkan klien untuk masase fundus.
b) Pantau tanda – tanda vital dan pengeluaran pervaginam.
c) Palpasi uterus dan masase uterus perlahan setelah pengeluaran
plasenta.
d) Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta.
e) Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan yang berlebihan.
f)  Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin, perhatikan ukuran,
insersi tali pusat dan ketuban.
g) Berikan cairan peroral.
h) Hindari menarik tali pusat secara berlebihan.
b.  Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan, respon
fisiologis setelah melahirkan.
1) Tujuan :
Pasien dapat beradaptasi terhadap rasa nyeri
2) dengan KH :
a) Klien menyatakan nyeri berkurang atau klien beradaptasi dengan
nyerinya.
b) Ekspresi wajah rileks tak gelisah.
c)  Perut tidak mules, luka bersih dan tidak bengkak.
3) Intervensi :
a)  Bantu dengan penggunaan tehnik pernapasan selama perbaikan luka.
b)  Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan.
c)   Lakukan perawatan luka episiotomi dengan tehnik aseptik dan oleskan salep
topikal.
d)  Ganti pakaian dan klien yang basah, berikan selimut yang hangat.
e)  Jelaskan pada klien perubahan fisiologis setelah melahirkan
4. Kala IV :
a.  Perubahan ikatan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau peningkatan
perkembangan anggota keluarga.
1) Tujuan :
Klien mampu beradaptasi dengan perubahan setelah melahirkan
2) dengan KH
a)  Klien menggendong bayinya.
b)  Klien mampu mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan ikatan yang tepat.
3)  Intervensi :
a)   Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi.
b)   Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi serta membantu
dalam perawatan bayi, sesuai kondisinya.
c)   Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan perilaku untuk
menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus.
d)  Catat perilaku / pengungkapan yang menunjukkan kekecewaan / kurang
minat / kedekatan.
e)  Terima keluarga dan sibling dengan senang hati selama periode pemulihan.
f)   Jamin privasi keluarga pada pemeriksaan selama interaksi awal dengan bayi
baru lahir sesuai kondisi ibu dan bayi.
g)  Anjurkan dan bantu pemberian ASI.
b.  Resti kekurangan cairan berhubungan dengan kelelahan atau kegagalan
meometri dan mekanisme homeostatic.
c.  Gangguan istirhat tidur berhubungan dengan kontraki uterus.
F. Pengertian Post Natal Care (PNC)
Post partum atau puerpurium (masa nifas) adalah masa penyesuaian fisik dan fisiologis
tubuh kembali mendekati sebelum hamil. Masa puerpurium atau masa nifas dimulai setelah
selesainya partus dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu atau 40 hari, pada periode ini tubuh
terus mengalami perubahan dan pemulihan kembali ke keadaan sebelum hamil.
Periode dibagi menjadi 3 periode yaitu:
1.      Immediately post partum      : 4 jam pertama
2.      Early post partum                 : Minggu pertama
3.      Late post partum                   : Minggu kedua sampai dengan minggu keenam
Nifas juga dibagi dalam 3 periode yaitu:
1.      Puerpurium dini
Kepulihan dimana telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama
Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2.      Puerpurium intermedial
Kepulihan menyeluruh  alat-alat genitalia yang lamanya 6 – 8 minggu
3.      Remote Puerpurium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama
hamil atau waktu peralihan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna
bila berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

1. Tujuan PNC
1.  Memantau adaptasi fisiologis dan psikologis
2.  Meningkatkan pemulihan fungsi tubuh
3.  Meningkatkan istirahat dan kenyamanan
4.  Meningkatkan hubungan orang tua dan bayi
5.  Meningkatkan peluang merawat bayi
6.  Teaching self care dan bayi.

2.  Involusi
Setelah bayi dilahirkan kemudian placenta uterus menjadi keras karena kontraksi dan
relaksasi otot-ototnya.
1.      Tinggi funsus uteri
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uteri
Bayi lahir Setinggi pusat 1000    gram
Placenta lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 80 gram

Uteri menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang lebih kurang 15 cm,
lebar lebih kurang 12 cm, dan tebal lebih kurang 10 cm, dinding uterus lebih kurang 5
cm. Bekas inplantasi placenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol kedalam
cavum uteri segera setelah pesalinan,  penonjolan tersebut diameternya  7,5 cm
setelah 2 minggu diameter 3,5 cm dan pada 6 minggu mencapai 2,4 mm.
Pada keadaan normal berat uterus lebih kurang 30 gram, perubahan ini
berhubungan erat dengan keadaan momentum yang mengalami perubahan yang
bersifat proteolisis. Otot-otot jelas berkontraksi segera pada post partum, pembuluh-
pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini
akan menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir.
2.      Serviks
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks adalah segera
postpartum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ni disebabkan oleh
korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi
sehingga seolah-olah dan pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk
semacam cincin.
Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah, konsis-tensinya
lunak.
 Setelah janin lahir          : Dapat dimasukkan tangan pemeriksa
 Setelah 2 jam postpartum          : 2 – 3 jari pemeriksa
 Setelah 1 minggu                       : 1 jari pemeriksa
Pada saat post partum pinggir ostium eksternum tidak rata tapi retak-retak karena
robekan pada saat persalinan. Pada akhir minggu pertama lingkaran retraksi
berhubungan bagian atas dari canalis servikalis, oleh karena hyperplasia dan retraksi
serviks, robekan serviks menjadi sembuh, tapi masih terdapat retakan pada pinggir
ostium eksternum. Vagina pada minggu ke-3 post partum mulai kembali normal.

3.      Endometrium
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis,
degenerasi dan nekrosis terutama ditempat implantasi placenta.
·      Pada hari I tebalnya 2 – 5 mm, pemukaan kasar akibat pelepasan desidua dan
selaput janin.
·       Setelah 3 hari permukaan mulai rata akibat lepasnya sel-sel dan bagian yang
mengalami degenerasi sebagian besar endometrium terlepas.
·       Regenerasi endometrium terjadi dan sisa-sisa sel desidua basalis yang memakan
waktu 2 – 3 minggu, jaringan-jaringan di tempat implantasi placenta mengalami
proses yang sama ialah degenerasi dan kemudian terlepas. Pelepasan jaringan
berdegenerasi ini berlangsung lengkap. Dengan demikian tidak ada pembentukan
jaringan parut pada bekas impalntasi placenta.
4.      Ligamentum-ligamentum, diafragma pelvis, fascia berangsur-angsur Cepat
kembali seperti semula.
Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur mengakibatkan uterus jatuh ke
belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh ‘ kandungannya turun’, setelah melahirkan
oleh karena ligamentum fascia jaringan penunjang alat desidua tersebut juga otot-otot
dinding perut dengan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu.
Pada hari ke-2 post partum setelah dapat diberikan fisioterapi.
5.      Luka-luka jalan lahir
Luka-luka jalan lahir seperti episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan serviks
umumnya bila tidak seberapa luas akan sembuh permanent, kecuali bila terdapat
infeksi, infeksi mungkin mengakibatkan salulitis yang dapat menjalar ke sentral terjadi
keadaan sepsis.

3.    Hemokonsentrasi
Pada masa hamil didapt hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt antara
sirkulasi ibu dan plasenta, setelah melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba.
Volume darah pada ibu relative akan bertambah, keadaan ini menimbulkan beban
pada jantung, sehingga dapat menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita
vitium kordis, keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan
timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia kala. Hal ini
terjadi pada hari-hari ke-3 sampai 15 hari post partum.

4.     Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-kelenjar
mamma untuk menghadapi laktasi ini, perubahan yang terdapat pada kedua mammae
antara lain sebagai berikut.

1. Proliferasi jaringan terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mammae dan lemak.


2. Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan
berwarna kuning (kolostrum).
3. Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam
mammae, pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan jelas.
4. Setelah partus, permukaan menekan estrogen dan progesterone terhadap
hipofisis hilang, timbul pengaruh hormone-hormon hipofisis kembali, antara lain
laktogenik hormone (prolaktin) yang akan mengakibatkan kelenjar-kelenjar terisi
air susu pengaruh hormone oksitosin mengakibatkan miophthelium kelenjar-
kelenjar susu berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran susu.
Umumnya produksi air susu baru berlangsung benar pada hari ke-2 sampai ke-3 post
partum. Pada hari-hari pertama air susu mengandung kolostrum yang merupakan
cairan kuning lebih kental daripada air susu, mengandung banyak protein, albumin dan
globulin dan benda-benda kolostrum dengan diameter 0,001–0,025 mm. Karena
mengandung banyak protein dan mudah dicerna maka sebaiknya kolostrum jangan
dibuang. Selain pengaruh hormonal tersebut, salah satu rangsangan terbaik untuk
mengeluarkan air susu adalah dengan menyusui bagi ibu sendiri.
Kadar prolaktin akan meningkat dengan perangsangan fisik pada putting mammae
sendiri dan gonadotropin menurun pada laktasi, tetapi meningkat lagi pada waktu
frekuensi menetekkan.Rangsangan psikis merupakan refleks dari mata ibu ke atas,
mengakibatkan oksitosin dihasilkan sehingga air susu dapat dikeluarkan dan pula,
sebagai efek sampingan.
Memperbaiki involusi uterus. Keuntungan lain menyusui bayi sendiri ialah akan
menjelmanya rasa kasih saying sehingga bertumbuh suatu pertalian yang intim antara
ibu dan anak. Air susu ibu (ASI) mempunyai sidat melindungi bayi terhadap infeksi
seperti gastroenteritis, radang jalan pernapasan dan paru-paru, ototos media.
Sambungan air susu ibu mengandung lactoferin, lysozyme, dan immuno globulin A.
5.     Perubahan lain Saat Nifas
1.      After pain atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus, kadang-
kadang sangat menganggu selama 2 -3 hari post partum, perasaan mules ini lebih
terasa bila wanita tersebut sedang menyusui, perasaan sakit ibu pun timbul bila
masih terdapat sisa-sisa dan selaput ketuban, sisa placenta atau gumpalan darah di
dalam kavum uteri.
2.   Vital Sign
 Suhu
a. Saat partus lebih 37,2 C
b. Sesudah partus naik 0,5 C
c. 12 jari pertama suhu kembali normal
d. Suhu lebih 38 C mungkin ada infeksi.
 Nadi
a.  60 – 80 kali/menit
b.  Segera setelah partus bradikardi.
 Tekanan darah
Tekanan darah meningkat karena upaya persalinan dan keletihan, hal ini akan
normal kembali dalam waktu 1 jam.
3.    Pengeluaran per vaginam
Lokhea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas.
 Hari 1 – 3 : lokhea rubra
Terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. Dalam
keadaan abnormal; bekuan banyak, bau agak busuk, mengganti
pembalut terus menerus.
 Hari 3 – 7 : lokhea sanguinolenta
Berwarna merah kuning, berisi darah dan lender.
 Hari 7 – 14 : lokhea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi.
 Setelah 2 minggu : lokhea alba
Cairan putih, bau agak sedikit amis.
Keadaan abnormal dari pengeluaran lokhea yaitu:
 Perdarahan berkepanjangan
 Pengeluaran lokhea tertahan (lokheastatis)
 Lokhea purulenta, berisi nanah, dan berbau busuk
 Rasa nyeri yang berlebihan
 Dengan memperhatikan bentuk perubahan, dapat diduga
 Terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan
 Terjadi infeksi intrauteri.
4.      Vital sign setelah kelahiran anak
 Temperature
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 38 C (100,4F)
disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan, kerja otot yang berlebihan
selama kala II dan fluktuasi hormone. Setelah 24 jam wanita keluara dari
febris.
 Nadi
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiac output, sisa kenaikan
pada jam pertama atau demikian setelah melahirkan anak. Kemudian
mulai berkurang rata-rata yang tidak diketahui. Dalam 8 sampai 10
minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum hamil.
 Pernapasan
Pernapasan akan jauh ke dalam keadaan normal wanita sebelum
persalinan.
 Tekanan darah
Tekanan darah berubah rendah semua. Atosiatik hipotensi adalah
indikasi merasa pusing atau pusing tiba-tiba setelah bangun, dapat terjadi
48 jam pertama dihasilkan oleh spraichnic engorgement yang mungkin
terjadi setelah persalinan.

6.    Perawatan Post Partum


1.   Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Ibu harus istirahat , tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan kemudian boleh miring-miring kekiri dan
kekanan untuk mencegah adanya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2
diperbolehkan duduk dan latihan-latihan senam, hari ke-3 jalan-jalan, hari ke-4 atau
5 boleh dipulangkan. Mobolisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada
komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
2.   Diet
Makanan harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan-
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-
buahan.
3.   Miksi
Berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita
mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan
spasme oleh iritasi m.sphincter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya
edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh
dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4.      Defekasi
Dorong air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang
air besar dan terjadi obstipasi apalagi  berak merah dapat diberikan obat laksans
per oral atau per rectal. Bila masih belum bisa dilakukan klisma.
5.      Perawatan Mammae
Kedua mammae harus sudah dirawat selama kehamilan, areolam mammae dan
putting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau cream, agar tetap
lemas, jangan sampai mudah lecet atau pecah-pecah sebelum menyusui mamae
harus dibuat lemas dengan melakukan massage secara menyeluruh. Setelah areola
mammae dan putting susu dibersihkan, barulah bayi dususui, bila bayi meninggal,
laktasi harus dihentikan dengan cara :
·         Pembalutan mammae sampai tertekan
·         Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan periodel,
etomocryptin sehingga pengeluaran LH berlebihan

7.    Pemeriksaan Post Natal


Ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar rumah
setelah habis nifas yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan persalinan normal ini baik dan
dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan normal bagi wanita dengan
persalinan luar biasa harus kembali untuk control seminggu kemudian.
Pemeriksaan post natal antara lain meliputi:

1. Pemeriksaan umum: tekanan darah, nadi, keluhan dan sebagainya.


2. Keadaan umum: suhu badan, selera makan, dan lain-lain.
3. Payudara: ASI dan putting susu.
4. Dinding perut apakah ada hernia
5. Keadaan perineum
6. Kandung kemih, apakah ada sistokel dan uretrokel.
7. Rectum, apakah ada rektrokel dan pemeriksaan tonus muskulus spingter ani
8. Adanya flour albus
9. Keadaan serviks, uterus dan adneksa.
Nasehat untuk ibu post natal:
 Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan
 Sebaiknya bayi disusui
 Kerjakan gymnastic (senam nifas)
 Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk
menjarangkan anak.
 Bawalah bayi anda untuk memperoleh informasi.

8.   Adaptasi Psikososial Pada Postpartum


Fase-fase transisi:
1. Fase antisipasi kehamilan
Fase antisipasi menjadi orang tua, membuat keputusan dan harapan membagi
pekerjaaan dalam keluarga.
2. Fase bulan madu (periode post partum)
Kontak lebih lama dan rutin, menggali keadaan anggota keluarga yang baru
Menurut Rubin, fase adaptasi ibu        :
1.      Taking In
 Dependent, kelelahan
 Pasif
 Focus pada diri sendiri
 Perlu tidur dan makan
 Taking in ini timbul pada jam pertama kelahiran sampai 1-2 hari
2.      Taking Hold
 Dependent
 Independence
 Focus melibatkan bayi
 Melakukan perawatan diri sendiri
 Waktu yang baik untuk penyuluhan
 Dapat menerima tanggung jawab
3.      Letting Go
 Independent pada pecan yang baru
 Letting go terganti pada hari-hari terakhir pada minggu pertama persalinan

9.    Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Intervensi dan Rasional


1.    Nyeri berhubungan dengan episiotomi, trauma jalan lahir, after pain,
ketidanyamanan payudara.
Tujuan :
Nyeri hilang/berkurang
Intervensi :
a. Kaji adanya lokasi dan sifat nyeri
R/ mengidentifikasi kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.
b.  Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi, perhatikan edema, ekimosis, nyeri
tekan local, eksudat purulent.
R/ dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan atau
terjadinya komunikasi yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
c.  Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomi.
R/ penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stress dan
tekanan langsung pada perineum.
d.  Kaji nyeri tekan uterus, tentukan adanya dan frekuensi/intensitas afterpaint.
R/ selama 12 jam pertama post partum kontraksi uterus kuat dan regular, dan ini
berlanjut selama 2–3 hari selanjutnya, meskipun frekuensi dan intensitas-nya
berkurang.
e.  Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan kontak dibawah abdomen dan
melakukan aktivitas persalinan.
R/ meningkatkan kenyamanan, meningkatkan rasa control dan kembali
memfokuskan perhatian.
f.   Inspeksi payudara dan jaringan putting, kaji adanya pembesaran dan atau
putting pecah-pecah.
R/ pada 24 jam post partum, payudara harus lunak dan tidak penuh, dan puting
harus bebas dari pecah-pecah atau area kemerahan, pembesaran payudara,
nyeri tekan putting atau adanya pecah-pecah pada putting dapat terjadi hari ke-2
sampai ke-3 postpartum.
g.  Anjurkan menggunakan penyokong
R/ mengangkat payudara ke dalam dan kedepan mengakibatkan posisi lebih
nyaman.
h.  Berikan analgetik 30 – 60 menit sebelum menyusui
R/ memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bila afterpaint paling
hebat karena pelepasan oksitosin, bila klien bebas dari ketidaknyamanan ia
dapat memfokuskan pada perawatannya sendiri dan bayinya dan pada
pelaksanaan tugas –tugas mengenai ibu.
2.   Menyusui tak efektif berhubungan dengan isapan bayi kurang, tingkat pengetahuan
pengalaman.
Tujuan :
Menyusui menjadi efektif
Intervensi :
a.  Kaji pengetahuan dan pengalamam klien tentang menyusui sebelumnya
R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan
rencana perawatan.
b.  Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenal fisiologi dan keuntungan
menyusui, perawatan putting dan payudara, kebutuhan diet khusus, dan factor-
faktor yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.
R/ membantu menjamin kandungan susu adekuat, mencegah putting pecah dan
luka, memberikan kenyamanan dan membuat peran ibu menyusui.
c.  Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik menyusui
R/ posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting tanpa memperhatikan
lamanya menyusui.
d.  Kaji putting klien ; anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui
R/ identifikasi dan intervensi dini dapat mencegah / membatasi terjadinya luka
atau pecah putting, yang dapat merusak proses menyusui
e.  Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20–30 menit,
instruksikan klien menghindari penggunaan sabun atau penggunaan bantalan
bra berlapis elastic dan mengganti pembalut bila bosan atau lembab.
R/ pemajanan pada udara atau panas membantu mengencangkan putting,
sedangkan sabun dapat menyebabkan kering.
f.   Anjurkan penggunaan kompres es sebelum menyusui dan taruhan putting
dengan memutar diantara ibu jari dan jari tengah dan menggunakan teknik
hoffman.
R/ latihan dan kompres es membantu membuat putting lebih ereksi, teknik
hoffman melepaskan perlengketan yang menyebabkan inverse putting.
3.   Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan atau
kerusakaan kulit, penurunan HB, prosedur invasive dan atau peningkatan
pemajanan lingkungan.
Tujuan :
Infeksi tidak terjadi
Intervensi :
a.  Pantau suhu dan nadi dengan rutin; catat tanda-tanda menggigil, anoreksia atau
malaise.
R/ peningkatan suhu sampai 38,3C dalam 24 jam pertama menandakan infeksi.
b.  Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus; perhatikan perubahan involusional atau
adanya nyeri tekan uterus eksterm.
R/ fundus yang pada awalnya 2 cm dibawah umbilicus meningkat 1-2 cm/hari.
Kegagalan miometrium untuk involusi pada kecepatan ini, atau terjadinya nyeri
tekan eksterm, menandakan kemungkinan tertahannya jaringan plasenta atau
imflamasi.
c.  Catat jumlah dan bau rabas lakhial atau perubahan pada kehilangan normal dan
rubra menjadi serosa
R/ lokhea secara normal mempunyai bau amis/daging, namun pada endometritis,
rabas mungkin purulen dan bau busuk, mungkin gagal untuk menunjukkan
kemajuan normal dari rubra menjadi serosa sampai alba.
d.  Anjurkan perawatan perineal dan mandi setiap hari dan ganti pembalut perineal
sedikitnya setiap 2 jam dari depan ke belakang.
R/ pembersihan sering dari depan ke belakang (simfisis pubis kearah anal)
membantu mencegah kontaminasi rectal memasuki vaginan atau uretra.
e.  Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan cermat dan pembuangan
pembalut yang kotor.
R/ membantu mencegah atau menghalangi penyebaran infeksi.
4.     Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek-efek hormonal (perpindahan
cairan/peningkatan aliran plasma ginjal), trauma mekanis, edema jaringan, efek-
efek anastesia.
Tujuan :
Eliminasi urin menjadi normal
Intervensi :
a.  Kaji masukan cairan dan haluaran urin terakhir
R/ pada periode pasca natal awal, kira-kira 4 kg cairan hilang, melalui haluaran
urin dan kehilangan tidak kasat mata termasuk dioforesis.
b.  Anjurkan berkemih dalam 5 – 8 jam post partum, alirkan air hangat diatas
perineum.
R/ kandung kemih penuh mengganggu motilitas dan involusi uterus dan
meningkatkan lokhea, distensi berlebihan kandung kemih dalam waktu lama
dapat merusak dinding kandung kemih.
c.  Anjurkan minum 6 sampai 8 gelas  cairan perhari
R/ membantu mencegah static dan dehidrasi dan mengganti cairan yang hilang
waktu melahirkan.
d.  Pasang kateter urin sesuai indikasi
R/ untuk mengurangi distensi kandung kemih, untuk memungkinkan involusi
uterus dan mencegah atoni kandung kemih karena distensi belebihan.
5.   Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan
masukan/pergantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan (diaforesia,
hemoragi, peningkatan haluaran urin, muntah.)
Tujuan :
Kekurangan volume cairan tidak terjadi
Intervensi :
a.  Kaji tanda-tanda vital
R/ takikardia dapat terjadi memaksimalkan sirkulasi cairan, pada
kejadiandehidrasi atau hemoragi, peningkatan TD larema obat-obat
vasopressor oksitosin, penurunan TD merupakan tanda lanjut dan kehilangan
cairan berlebihan.
b.  Perhatikan adanya rasa haus berikan cairan sesuai toleransi
R/ rasa haus mungkin diperlukan cara homeostasis dari pergantian cairan
melalui peningkatan rasa haus.
c.   Evaluasi masukan cairan dan haluaran urin selama diberikan infuse i.v atau
sampai pola berkemih menjadi normal.
R/ membantu dalam analisa keseimbangan cairan dan derajat kekurangan.
d.  Pantau pengisian payudara dan suplai ASI bila menyusui
R/ klien dehidrasi tidak mampu menghasilkan ASI adekuat
e.  Berikan cairan i.v yang mengandung elektrolit
R/ membantu menciptakan volume dasar sirkulasi dan menggantikan
kehilangan korona dan kelahiran dan diaforesis
6.    Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek progesterone,
dehidrasi, kelebihan analgetik atau anstesia, diare prapersalinan, kurang masukan,
nyeri perineal.
Tujuan :
Proses defekasi menjadi normal
Intervensi :
a.    Auskultasi adanya bising usus; perhatikan kebiasaan pengosongan normal
atau diastosis rekti.
R/ mengevaluasi fungsi usus. Adanya diastosis rekti berat menurunkan tonus
otot abdomen yang diperlukan untuk upaya mengejan selama pengosongan.
b.   Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar,
peningkatan cairan dan upaya untuk membuat pola pengosongan normal.
R/ makanan kasar (mis, buah-buahan dan sayuran khususnya dengan biji dan
kulit dan peningkatan cairan menghasilkan builk dan merangsang eliminasi.
c.   Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas dan ambulasi, sesuai toleransi.
R/ membantu meningkatkan peristaltic gastrointestinal
d.   Kaji episiotomi; perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan cairan.
R/ edema berlebihan atau trauma perineal dengan laserasi derajat ketiga dan
keempat dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan mencegah klien dan
merelaksasi perineum selama pengosongan karena takut untuk terjadi
oedema selanjutnya.
e.  Berikan laksatif, pelunak feses, supositoria atau enema.
R/ untuk meningkatkan kembali kebebasan defekasi normal dan mencegah
mengejan atau stress perianal selama pengosongan.
7.   Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurang
dukungan dari orang terdekat, kurang pengetahuan, stressor.
Tujuan :
Koping orang tua terhadap perubahan peran efektif
Intervensi :
a.  Kaji  kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan sumber
pendukung dan latar belakang budaya.
R/ mengidentifikasi factor-faktor resiko potensial dan sumber-sumber
pendukung yang mempengaruhi kemampuan klien/pasangan untuk menerima
tantangan peran menjadi orang tua.
b.  Perhatikan respons klien/pasangan terhadap keahlian dan peran menjadi orang
tua.
R/ kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadi orang tua
mungkin dipengaruhi oleh reaksi ayah yang kuat.
c.  Kaji ketrampilan komunikasi interpersonal pasangan dan hubungan mereka
satu sama lain.
R/ hubungan yang kuat diartikan dengan komunikasi yang jujur dan ketrampilan
mendengan dan interpersonal yang baik membantu mengembangkan
pertumbuhan.
d.  Berikan ‘rawat bersama’/ruang fisik dan privasi untuk kontak diantara ibu, ayah
dan bayi.
R/ memudahkan kedekatan, membantu mengembangkan proses pengenalan.
e.  Anjurkan pasangan/sibung untuk mengunjungi dan menggendong bayi dan
konstipasi pada aktivitas perawatan bayi secara rutin
R/ membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan putus asa.
Menentukan realitas keadaan bayi
8.    Resiko tinggi terhadap koping individual tak efektif berhubungan dengan krisis
maturasional dari kehamilan/mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan
menjadi orang tua, kecemasan personal, ketidakadekuatan system pendukung,
persepsi tidak realistis.

Tujuan :
Koping individual tak efektif tak terjadi
Intervensi :
a.    Kaji terhadpa gejala depresi yang fana (perasaan sedih post partum) pada
hari  ke-2 sampai ke-3 mis; ansietas, menangis, kesedihan, konsentrasi yang
buruk.
R/ ibu-ibu mengalami depresi sementara atau perasaan emosi kecewa
serelah melahirkan mungkin berhubungan dengan factor-faktor genetic, sosial
atau lingkungan atau respons endokrin fisiologis
b.   Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu klien
mempelajari peran baru dan strategis untuk koping terhadap bayi baru lahir.
R/ ketrampilan menjadi ibu/orang tua bukan secara insting tetapi harus
dipelajari. Penanganan tidur terganggu dan pemenuhan kebutuhan bayi
selama 24 jam mungkin sulit dan strategi koping harus dikembangkan
c.    Anjurkan pengungkapan rasa bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu-
raguan tentang kemampuan menjadi orang tua, khususnya bila keluarga
beresiko tinggi terhadap masalah-masalah menjadi orang tua
R/ membantu pasangan kekuatan dan area masalah secara realistis dan
mengenali kebutuhan terhadap bantuan profesional yang tepat.
9.   Gangguan pola tidur berhubungan dengan repsons hormonal dan psikologis,
nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melahirkan.
Tujuan:
R/ gangguan pola tidur teratasi
Intervensi :
a.  Kaji tingkat keleahan dan kebutuhan untuk istirahat, catat lama persalinan dan
jenis kelahiran.
R/ persalinan atau kelahitran yang lama dan askit khususnya bila ini terjadi
malam meningkatkan tingkat kelelahan
b.  Kaji factor-faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat, minimalkan gangguan
dan beri istirahat serta periode tidur yang eksatra, berikan lingkungan yang
tenang.
R/ membantu meninfkatkan istirahat tidur dan relaksasi dan menurunkan
rangsang
c.  Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI.
R/ kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI dan
penurunan refleks secara psikologis
d. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah kembali ke
rumah.
R/ rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih awal
serta tidur siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta mengatasi
kelelahan yang berlebihan
e. Berikan obat-obatan (analgetik)
R/ mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur sesuai
kebutuhan
10.  Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi berhubungan
dengan kurang mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber
(informasi).
Tujuan :
Klien dapat mengungkapkan pemahaman self care
Intervensi :
a.  Kaji persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan dan
tingkat kelelahan klien.
R/ makin lama persalinan,makin negative persepsi klien tentang kinerja
persalinan dan semakin lama hal tersebut membuat lien memikul tanggung
jawab terhadap perawatan dan mensintesa informasi baru serta peran-peran
baru.
b. Berikan informasi tentang peran program latihan post partum progresif
R/ latihan membantu tonus otot, meningkatkan srkulasi, menghasilkan tubuh
yang seimbang dan meningkatkan perasaan sejahtera secara umum
c.  Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan
hygiene.
R/ membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan penyembuhan
dan berperan pada adaptasi yang positif  dari perubahan fisik dan emosional
d.  Berikan informasi tentang ketersediaan metode termasuk keuntungan dan
kerugian
R/ pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenal ketersediaan metoda
kontrasepsi dan kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi.
e.  Diskusikan perubahan fisik dan psikologis yang normal dan kebutuhan-
kebutuhan yang berkenaan dengan periode kecepatan
R/ status emosional klien mungkin kadang-kadang labil pada saat ini dan sering
dipengaruhi oleh kesejahteraan fisik. Antisipasi perubahan ini dapat
menurunkan stress.

G.   Pengertian gangguan sistem reproduksi (GSR)

Sistem reproduksi pada manusia bisa mengalami gangguan, gangguan itu bisa di
sebabkan oleh penyakit ataupun kelainan yang terjadi pada tubuh sesorang. Gangguan
pada Sistem reproduksi manusia bisa menyerang Baik itu pria ataupun wanita. Akan tetapi
ada beberapa penyakit yang hanya menyerang Pria saja ataupun wanita saja.

1.  Gangguan pada sistem reproduksi wanita

a. Gangguan menstruasi
Gangguan menstruasi pada wanita dibedakan menjadi dua jenis, yaitu amenore
primer dan amenore sekunder. Amenore primer adalah tidak terjadinya menstruasi
sampai usia 17 tahun dengan atau tanpa perkembangan seksual. Amenore
sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 – 6 bulan atau lebih pada
orang yang tengah mengalami siklus menstruasi.
b. Kanker vagina
Kanker vagina tidak diketahui penyebabnya tetapi kemungkinan terjadi karena iritasi
yang diantaranya disebabkan oleh virus. Pengobatannya antara lain dengan
kemoterapi dan bedah laser.
c. Kanker serviks
Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh lapisan
epitel serviks. Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk,
ovarium, sepertiga bagian atas vagina dan kelenjar limfe panggul.
d. Kanker ovarium
Kanker ovarium memiliki gejala yang tidak jelas. Dapat berupa rasa berat pada
panggul, perubahan fungsi saluran pencernaan atau mengalami pendarahan vagina
abnormal. Penanganan dapat dilakukan dengan pembedahan dan kemoterapi.
e. Kanker Rahim
Kanker rahim (uterus) atau yang sebenarnya adalah kanker jaringan endometrium
adalah kanker yang sering terjadi di endometrium, tempat dimana janin tumbuh,
sering terjadi pada wanita usia 60-70 tahun.
f. Kanker payudara
Yaitu tumor yang bersifat ganas. Kanker payudara banyak terdapat pada wanita
yang telah menopause. Pengobatannya dengan operasi, sinar radio aktif, dan obat-
obatan.
g. Fibroadenoma
Yaitu tumor yang bersifat jinak. Gejalanya berupa benjolan kenyal pada payudara.
Pengobatannya dengan operasi.
h. Endometriosis
Endometriosis adalah keadaan dimana jaringan endometrium terdapat di luar
uterus, yaitu dapat tumbuh di sekitar ovarium, oviduk atau jauh di luar uterus,
misalnya di paru-paru. Gejala endometriosis berupa nyeri perut, pinggang terasa
sakit dan nyeri pada masa menstruasi. Jika tidak ditangani, endometriosis dapat
menyebabkan sulit terjadi kehamilan. Penanganannya dapat dilakukan dengan
pemberian obat-obatan, laparoskopi atau bedah laser.
i. Infeksi vagina
Gejala awal infeksi vagina berupa keputihan dan timbul gatal-gatal. Infeksi vagina
menyerang wanita usia produktif. Penyebabnya antara lain akibat hubungan
kelamin, terutama bila suami terkena infeksi, jamur atau bakteri.
j. Condyloma
Yaitu tumbuhnya bejolan keras berbungkul seperti bunga kol atau jengger ayam
atau dikenal sebagai kutil kelamin. Kutil kelamin atau condyloma merupakan
penyakit menular seksual yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV), atau
virus yang menyebabkan keganasan pada jaringan. Penyakit ini ditularkan melalui
kontak langsung secara seksual dengan penderita HPV lainnya. Penyakit ini
ditemukan di seputar alat kelamin bagian luar, di dalam liang vagina, di sekitar
anus, hingga mulut rahim. Jika sampai menginfeksi leher rahim, dapat
menyebabkan kanker mulut rahim atau kanker serviks. Kutil kelamin dapat diobati
dengan obat oles, suntik, maupun tindakan operasi. Untuk tindakan operatif dapat
dilakukan dengan menggunakan alat kotter (pemotong) oleh tenaga
medis. Pengobatan bisa dilakukan dengan obat topikal (oles).
k. Bartolinitis
Yaitu infeksi pada kelenjar bartolin. Bartolinitis dapat menimbulkan pembengkakan
pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa nyeri
hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring
pembengkakan pada kelamin yang memerah. Bartolinitis disebabkan oleh infeksi
kuman pada kelenjar bartolin yang terletak di bagian dalam vagina agak keluar.
Penyakit ini disebabkan oleh Chlamydia, Gonorrhea, dsb. Bartolinitis dapat
menyumbat mulut kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas vagina. Akibat
penyumbatan ini, lama kelamaan cairan memenuhi kantong kelenjar sehingga
disebut sebagai kista (kantong berisi cairan). Untuk mengatasinya, pemberian
antibiotik untuk mengurangi radang dan pembengkakan. Jika terus berlanjut, dokter
akan melakukan tindakan operatif untuk mengangkat kelenjar yang membengkak.
l. Vulvaginatis
Merupakan suatu peradangan pada vulva dan vagina yang sering menimbulkan
gejala keputihan (flour albus) yaitu keluarnya cairan putih/putih kehijauan dari
vagina. Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme
misalnya Gardnerella vagimalis, Trichomonas vaginalis, Candida albicans, virus
herpes, Candyloma accuminata, dll.
m. Candidiasis / keputihan
Yaitu munculnya gumpalan seperti endapan susu berwarna putih. Disebabkan
karena infeksi jamur Candida albicans. Keputihan ini dapat muncul akibat
ketidakseimbangan hormonal yang disebabkan oleh kegemukan, pasca menstruasi,
kehamilan, pemakaian alat kontrasepsi hormonal, pengunaan obat-obatan steroid,
kondisi organ intim yang terlalu lembap, dan lainnya. Juga bisa merupakan akibat
dari gula darah yang tidak terkontrol. Penanganan untuk candidiasis cukup dengan
menjaga kebersihan dan kelembapan organ intim wanita. Peggunaan sabun khusus
pembersih vagina dan menjaga agar di bagian intim tak terlalu lembap bisa
dilakukan. Namun, jika memang tak tertahankan dan menimbulkan gatal yang amat
sangat, dapat diberikan obat antijamur misalnya triazol atau imidazol.
n. Kista ovarium
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur
atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang
terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium.
o. Infertilitas (kemandulan)
Pada wanita infertilitas disebabkan oleh:
1. Kerusakan pada ovarium karena infeksi, racun, atau sinar radio aktif sehingga
pembentukan ovum terganggu
2. Penyumbatan pada tuba fallopi
3. Gangguan sistemik, misalnya gangguan hormon, diabetes mellitus, dsb

H. Pengertian satuan acara penyuluhan (sap) perawatan payudara (breast care) pada
ibu nifas

Post natal breast care pada ibu nifas merupakan perawatan payudara yang

dilakukan pada ibu pasca melahirkan/nifas untuk melancarkan sirkulasi darah dan

mencegah tersumbatnya saluran payudara sehingga memperlancar pengeluaran ASI.

Pelaksanaan perawatan payudara dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi

dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. (Saleha, 2009)

Perawatan payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan teratur

untuk memeliharan kesehatan payudara waktu hamil dengan tujuan untuk

mempersiapkan laktasi pada waktu post partum (Saryono, 2009).

Perawatan payudara adalah perawatan yang dilakukan pada payudara ibu

setelah melahirkan dan menyusui yang merupakan suatu cara yang dilakukan saat

merawat payudara agar ASI keluar dengan lancar (Suririnah,2007).


Jadi perawatan payudara masa nifas adalah kegiatan yang dilakukan oleh ibu pasca

melahirkan sebagai upaya untuk memelihara kesehatan payudara dan membantu

memperlancar produksi ASI.

a. Manfaat dan tujuan perawatan payudara

Perawatan payudara hendaknya dilakukan sedini mungkin selama kehamilan

dalam upaya mempersiapkan bentuk dan fungsi payudara sebelum terjadi laktasi.Jika

persiapan kurang dapat terjadi gangguan penghisapan pada bayi akibat ukuran

puting yang kecil atau mendelep. Akibat lain bisa terjadi produksi Asi akan terlambat

serta kondisi kebersihan payudara ibu tidak terjamin sehingga dapat membahayakan

kesehatan bayi. Dipihak ibu, akibat perawatan yang kurang pada saat persalinan ibu

belum siap menyusui sehingga jika bayi disusukan ibu akan merasakan geli atau

perih pada payudaranya.

Tujuan perawatan payudara adalah :

1) Memelihara kebersihan payudara

2) Melenturkan dan menguatkan puting susu

3) Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk kebutuhan bayi

4) Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir bentuk

payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik.

5) Dengan perawatan payudara yang baik puting susu tidak akan lecet

sewaktu dihisap oleh bayi.

6) Melancarkan aliran ASI

7) Mengatasi puting susu datar atau terbenam supaya dapat dikeluarkan

sehingga siap untuk disusukan kepada bayinya

b. Akibat jika tidak dilakukan perawatan payudara


Berbagai dampak negatif dapat timbul jika tidak dilakukan perawatan payudara

sedini mungkin. Dampak tersebut meliputi :

1. Puting susu masuk kedalam

2. Anak susah menyusui

3. ASI lama keluar

4. Produksi ASI terbatas

5. Pembengkakan pada payudara

6. Payudara meradang

7. Payudara kotor

8. Ibu belum siap menyusui

9. Kulit payudara terutama puting akan mudah lecet.

c. Waktu Pelaksanaan

1. Pertama kali dilakukan pada hari kedua setelah melahirkan

2. Dilakukan minimal 2x dalam sehari

d. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Perawatan

Payudara

1. Potong kuku tangan sependek mungkin,serta kikir agar halus dan tidak melukai

payudara.

2. Cuci bersih tangan dan terutama jari tangan.

3. Lakukan pada suasana santai,misalnya pada waktu mandi sore atau sebelum

berangkat tidur.

e. Langkah-langkah perawatan payudara

1. Persiapan alat untuk perawatan payudara

a. Handuk 2 buah
b. Washlap 2 buah

c. Waskom berisi air dingin 1 buah

d. Waskom berisi air hangat 1 buah

e. Minyak kelapa/baby oil

f. Waskom kecil 1 buah berisi kapas/kasa secukupnya

g. Baki, alas dan penutup

2. Pelaksanaan

a. Memberikan prosedur yang akan dilaksanakan

b. Mengatur lingkungan yang aman dan nyaman

c. Mengatur posisi klien dan alat-alat peraga supaya mudah dijangkau

d. Cuci tangan sebelum dilaksanakan perawatan payudara

e. Pasang handuk di pinggang klien satu dan yang satu dipundak

f. Teknik Perawatan Payudara

1. Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil selama ± 5

menit, kemudian puting susu dibersihkan

2. Tempelkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara.

a. Pengurutan dimulai kearah atas, kesamping, lalu kearah bawah.Dalam

pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan kanan kearah sisi

kanan.

b. Pengurutan diteruskan kebawah,kesamping selanjutnya melintang, lalu telapak

tangan mengurut kedepan kemudian kedua tangan dilepaskan dari

payudara,ulangi gerakan 20-30 kali

c. Gerakan-gerakan pada perawatan payudara


 Gerakan Pertama Kedua tangan disimpan di bagian tengah atau antara

payudara, gerakan tangan ke arah atas pusat ke samping, ke bawah

kemudian payudara diangkat sedikit dan dilepaskan, lakukan 20-30 kali.

 Gerakan Kedua Satu tangan menahan payudara dari bawah, tangan yang

lain mengurut payudara dengan pinggir tangan dari arah pangkal ke puting

susu, dilakukan 20-30 kali dilakukan pada kedua payudara secara

bergantian.

 Gerakan Ketiga Satu tangan menahan payudara di bagian bawah, tangan

yang lain mengurut dengan bahu, jari tangan mengepal, lakukan pengurutan

dari arah pangkal ke puting susu, 20-30 kali dilakukan pada kedua payudara

secara bergantian.

d. Selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan dingin bergantian

selama ±5 menit, keringkan payudara dengan handuk bersih kemudian gunakan

BH yang bersih dan menopang.

e. Bersihkan payudara terutama bekas minyak

f. Pakailah BH yang terbuka bagian depannya (untuk Ibu menyusui) dan yang

menyangga buah dada atau langsung susui bayi. (Saryono, 2009

g. Perawatan Payudara Dengan Masalah

1. Cara Mengatasi Bila Putting Tenggelam

Lakukan gerakan menggunakan kedua ibu jari dengan menekan kedua sisi puting

dan setelah puting tampak menonjol keluar lakukan tarikan pada puting

menggunakan ibu jari dan telunjuk lalu lanjutkan dengan gerakan memutar puting

ke satu arah.Ulangi sampai beberapa kali dan dilakukan secara rutin.

2. Jika Asi Belum Keluar

Walaupun asi belum keluar ibu harus tetap menyusui. Mulailah segera menyusui

sejak bayi baru lahir, yakni dengan inisiasi menyusui dini, Dengan teratur menyusui
bayi maka hisapan bayi pada saat menyusu ke ibu akan merangsang produksi

hormon oksitosin dan prolaktin yang akan membantu kelancaran ASI. Jadi biarkan

bayi terus menghisap maka akan keluar ASI. Jangan berpikir sebaliknya yakni

menunggu ASI keluar baru menyusui.

3. Penanganan puting susu lecet

Bagi ibu yang mengalami lecet pada puting susu, ibu bisa mengistirahatkan 24 jam

pada payudara yang lecet dan memerah ASI secara manual dan di tampung pada

botol steril lalu di suapkan menggunakan sendok kecil .Olesi dengan krim untuk

payudara yang lecet. Bila ada madu, cukup di olesi madu pada puting yang lecet.

4. Penanganan pada payudara yang terasa keras sekali dan nyeri, asi menetes pelan

dan badan terasa demam.

Pada hari ke empat masa nifas kadang payudara terasa penuh dan keras, juga

sedikit nyeri.Justru ini pertanda baik. Berarti kelenjar air susu ibu mulai berproduksi.

Tak jarang diikuti pembesaran kelenjar di ketiak, jangan cemas ini bukan penyakit

dan masih dalam batas wajar.Dengan adanya reaksi alamiah tubuh seorang ibu

dalam masa menyusui untuk meningkatkan produksi ASI, maka tubuh memerlukan

cairan lebih banyak.Inilah pentingnya minum air putih 8 sampai dengan 10 gelas

sehari. (Mellyna, 2009)

I. Format satuan acara penyuluhan (sap) perawatan payudara (breast care) pada
ibu nifas

Pokok Bahasan : Post Partum

Sub Pokok Bahasan : Perawatan Payudara Pada Ibu Post Partum

Sasaran : Ibu Post Partum

Waktu : 30 Menit

Tempat : RSUD Waled Ruang Nifas


Hari : Kamis, 1 Februari 2018

a. Tujuan Umum

Setelah mendapat penyuluhan ini, diharapkan ibu dapat mengetahui tentang

perawatan payudara yang baik dan dapat dilakukan sendiri dirumah.

b. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan tentang perawatan payudara, diharapkan ibu

dapat:

1. Mengetahui pengertian perawatan payudara

2. Mengetahui manfaat dan tujuan perawatan payudara

3. Mengetahui akibat jika tidak dilakukan perawatan payudara

4. Mengetahui waktu pelaksanaan perawatan payudara

5. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan perawatan

payudara

6. Mengetahui langkah-langkah perawatan payudara

7. Mengetahui teknik perawatan payudara

8. Mengetahui perawatan payudara dengan masalah

c. Metode :

1) Ceramah

2) Tanya jawab

d. Media

Leaflet dan lembar balik

e. Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan
No Waktu Tahap kegiatan
Penyuluhan Sasaran
1. 5 menit Pembukaan Memberi salam Pembuka · Menjawab salam

Memperkenalkan diri · Mendengarkan


Kontrak waktu · Memberi respon
2. 15 Menit Kegiatan inti Penjelasan : · Mendengarkan

·Menjelaskan Pengertian · Memperhatikan

perawatan payudara

· Menjelaskan Manfaat

dan tujuan perawatan

payudara

· Menjelaskan Akibat jika

tidak dilakukan perawatan

payudara

· Menjelaskan Waktu

Pelaksanaan perawatan

payudara

· Menjelaskan Hal-Hal

Yang Perlu Diperhatikan

Dalam Melakukan

Perawatan Payudara

· Menjelaskan Langkah-

langkah perawatan

payudara
3. 10 menit Penutup Tanya jawab ·Mengajukan pertanyaan

· Menyimpulkan hasil · Memahami

penyuluhan Salam · Membalas salam

penutup

f. Evaluasi

Prosedur : Post Test


Bentuk : Lisan

Jenis : Tanya Jawab

Jenis pertanyaan:

1. Sebutkan pengertian perawatan payudara ?

2. Jelaskan bagaimana cara merawat payudara yang baik pada masa nifas?

3. Sebutkan akibat jika tidak dilakukan perawatan pada payudara?

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas kami dapat simpulkan Pengkajian merupakan
tahap yang sistematis dalam pengumpulan data tentang individu,keluarga dan kelompok.
Pengkajian harus di lakukan secara konverhensif terkait dengan aspek
biologis,psikologis,social,maupun spiritual.Didalam pengkajian kita akan mengetahui
bagaimana cara melakukan pengkajian pada tahap INC,ANC,PNC, dan GSR.Sebelum
kita memahami cara dalm melakukan pengkajian dari empat tahap tersebut kita pahami
bersama maksud dan tujuan dari keempat tahapan tersebut.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas nbanyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan.Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan pedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan.Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.

DAFTAR ISI

     Manuaba. (2008). Kapita Selekta  Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta :
EGC.
       Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
      Hidayati, Ratna. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis. Jakarta
: Salemba Medika.
      Muchtar Rustam. (2002). Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Edisi: 2. Jakarta : EGC.
     Doengoes M. E, Rencana Perawatan Maternal / Bayi, Edisi 2, EGC, jakarta, 2001.
    Saifudin A.B dkk, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal, Edisi I, Catatan I,
Yayasan Bina Pustaka Sasworo Prawirohardjo, Jakarta, 2006.
     Verney. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC. Hal : 36-39
       Moctar, Rustam. Sinopsis obstruksi : Obstetri Fisiologis, obstetri patologis, Edisi 2, Jilid
1. Jakarta. EGC, 199
    Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta, EGC, 2004
Wikojosostro, Hanifa, Ilmu Kebidanan. Edisi 3, cetakan 3, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiraharjo, 1994.
   Doengus, Merillyn E. Rencana Perawatan Maternal/bayi, Pedoman untuk
   Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, edidi 2, jakarta, EGC, 2001.

Anda mungkin juga menyukai