2017/2018
Oleh :
Mengetahui,
Dosen Mata Kuliah
Permodelan dan Estimasi Cadangan
KATA PENGANTAR
ii
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah permodelan dan estimasi cadangan ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah permodelan dan estimasi cadangan
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
DASAR TEORI.......................................................................................................2
2.1 Sumber Daya Mineral dan Cadangan (SNI).............................................2
2.1.2 Cakupan Kode JORC..............................................................................4
2.1.3 Peran Kode JORC...................................................................................5
2.1.4 Hal yang tidak diatur dalam Kode JORC...............................................5
2.1.5 Keuntungan menggunakan Kode JORC.................................................5
2.1.6 Terminologi Pelaporan dengan Kode JORC...........................................6
2.1.7 Pelaporan Umum....................................................................................6
2.1.8 Pelaporan Mengenai Hasil Eksplorasi....................................................6
2.1.9 Pelaporan Mengenai Sumberdaya Mineral.............................................7
2.1.10 Pelaporan Mengenai Cadangan Bijih....................................................8
2.1.11 RESUME KCMI.................................................................................10
2.2 Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)..................................................12
2.3. Metode Perhitungan Cadangan Konvensional............................................13
2.4. Metode Penampang Vertikal.......................................................................13
Rumus Mean Area.................................................................................................15
Rumus Obelisk.......................................................................................................16
2.5 Metode Penampang Horizontal....................................................................17
iv
2.5.1 Metode Isoline......................................................................................17
2.5.2 Metode Triangulasi...............................................................................18
Layout dari segitiga-segitiga Prisma-prisma trianguler........................................18
2.5.3 Metode Circular USGS 1983................................................................19
2.6 Metode Poligon............................................................................................20
Pola Lubang Bor yang tidak beraturan..................................................................21
BAB III..................................................................................................................22
HASIL PERHITUNGAN......................................................................................22
BAB IV..................................................................................................................23
PEMBAHASAN....................................................................................................23
4.1 Pelaporan Cadangan Menurut SNI, JORC, dan KCMI...............................23
4.1.1 Pelaporan Cadangan Menurut SNI.......................................................23
4.1.2 Pelaporan Cadangan Menurut KCMI...................................................28
4.2 Endapan Pneumatolitik...........................................................................31
4.3.1 Metode Triangular Grouping................................................................32
4.3.2 Metode poligon.....................................................................................33
4.3.3 Penaksiran untuk grid yang teratur..................................................35
4.3.4 Metode pehitungan cadangan menggunakan penampang.....................36
BAB V...................................................................................................................37
PENUTUP..............................................................................................................37
5.1 Kesimpulan..................................................................................................37
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.9
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
DASAR TEORI
2
Cadangan Terbukti (Proved Recerve) adalah sumber daya mineral
terukur yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor
yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan
secara ekonomik.
Klasifikasi sumber daya dan cadangan didasarkan pada tingkat
keyakinan geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokan tersebut
mengandung dua aspek yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi.
3
Kode ini membantu para ahli geologi dan tenaga eksplorasi untuk
menyampaikan resiko yang dihadapi dalam proyek tambang kepada
pembuat keputusan finansial yang tidak mengerti geologi. Jika perkiraan
sumber daya berdasarkan data yang lemah atau tidak cukup maka
resikonya tinggi. Data yang dapat dipercaya dan banyak akan
menghasilkan resiko yang kecil dan perhitungan sumber daya yang
akurat.
a. Transparansi
b. Materialitas
Laporan didasarkan pada pekerjaan yang sesuai dan memenuhi syarat dan
didukung oleh orangorang professional (Competent person) yang telah
berpengalaman di bidangnya (dapat melaksanakan tugas sesuai kode etik).
4
2.1.3 Peran Kode JORC
a. Menetapkan standar minimal dari pelaporan hasil eksplorasi, sumber daya dan
cadangan kepada publik.
5
2.1.6 Terminologi Pelaporan dengan Kode JORC
c. Perusahaan harus meninjau dan laporan tentang sumberdaya mineral dan cadangan
bijih setidaknya setiap tahun.
d. Pada kode, jika sesuai, kualitas bisa disetarakan atau digantikan kadar dan volume
bisa digantikan tonase.
6
b. Laporan umum hasil eksplorasi harus mencakup informasi yang relevan seperti
eksplorasi, jenis konteks, dan metode sampling, interval sampling dan metode,
lokasi sampel yang relevan, distribusi, dimensi, dan lokasi relatif dari semua tes
yang relevan dengan data, metode agregasi data, serta status kepemilikan tanah.
c. Contoh hasil eksplorasi adalah hasil sampling singkapan atau outcrop, hasil survey
geokimia dan geofisika, dan hasil dari penyadapan assay pada lubang bor.
Adalah bagian dari sumberdaya mineral yang tonase, kadar, dan kandungan
mineralnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang rendah.
Hal ini disimpulkan dan diasumsikan dari bukti-bukti geologi tetapi
kontinuitas geologi dan atau kadar tidak terverifikasi. Hal ini didasarkan pada
informasi yang dikumpulkan melalui teknik yang sesuai dari lokasi seperti
singkapan, parit, lubang, kerja dan lubang bor yang mungkin terbatas atau
ketidakpastian kualitas.
7
Adalah bagian dari sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk,
karakteristik, kadar, dan kandungan mineral dapat diperkirakan dengan
tingkat kepercayaan yang wajar atau sedang. Hal ini didasarkan atas
informasi eksplorasi, sampling, dan pengujian melalui teknik yang tepat dari
lokasi seperti singkapan, parit, pit, dan lubang bor. Lokasi berjarak terlalu luas
untuk mengetahui kondisi geologi atau kontinuitas kadar, tapi memiliki jarak
yang cukup untuk bisa mengasumsikan kekontinuitasan.
Adalah bagian dari sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk fisik,
karakteristik, kadar, dan kandungan mineralnya dapat diperkirakan dengan
tingkat kepercayaan yang tinggi. Hal ini didasarkan pada eksplorasi rinci
dan dapat diandalkan, sampling dan pengujian informasi yang dikumpulkan
melalui teknik yang sesuai dari lokasi seperti singkapan, parit, lubang, kerja
dan lubang bor. Lokasi berjarak cukup dekat untuk mengkonfirmasi
kontinuitas geologi dan kadar.
8
penambangan, metalurgi, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial,
dan kebijakan pemerintahan. Cadangan
Bijih “mungkin” (Probable Ore reserves) ini memiliki tingkat kepercayaan yang lebih
rendah
dari Cadangan Bijih “terbukti” (Proved Ore Reserves), tetapi memiliki
kualitas yang cukup cukup untuk berfungsi sebagai dasar pemgambilan
keputusan dalam pengembangan suatu endapan.
Kode ini berlaku untuk pelaporan semua bahan mineral berpotensi ekonomi.
Hal ini dapat mencakup mineralised fill, sisa-sisa, pilar, mineralisasi derajat rendah,
stok, dumps dan tailing (sisasisa bahan) di mana ada prospek untuk ekstraksi ekonomi
dalam kasus sumberdaya mineral, dan di mana ekstraksi cukup dibenarkan dalam
kasus cadangan bijih.
9
2.1.11 RESUME KCMI
Kode Komite Cadangan Mineral Indonesia, yang selanjutnya disingkat Kode-
KCMI adalah suatu panduan minimum yang dibuat oleh suatu komite bersama/
gabungan yang dibentuk oleh Organisasi Profesi yang harus diacu oleh setiap CPI
dalam penyusunan laporan hasil kegiatan eksplorasi, estimasi sumberdaya, dan
cadangan mineral dan batubara
Laporan hasil kegiatan eksplorasi, estimasi sumberdaya mineral dan batubara,
serta estimasi cadangan mineral dan batubara merupakan faktor penentu dalam
keberlanjutan pelaksanaan kegiatan usaha pertamangan mineral dan batubara dan
harus dilaporkan dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah dan teknis yang
berlaku seara universal
Laporan hasul kegiatan eksplorasi, estimasi sumberdaya mineral dan batubara,
serta estimasi sumberdaya mineral dan batubara yang baik dan benar sebagaimana
dimaksud harus memenuhi prinsip dasar :
Transparansi, bahwa laporan hasil kegiatan eksplorasi serta estimasi
sumberdaya dan cadangan mineral menyajikan informasi yang cukup dan jelas dan
tidak menimbulkan pengertian ganda dan jelas tidak menyesatkan terhadap laporan
tersebut.
Materialitas, bahwa laporan hasil kegiatan eksplorasi serta estimasi sumberdaya
dan cadangan harus berisi semua informasi yang relevan dalam mendukung suatu
pernyataan atau kesimpulan dalam pengambilan pembuatan laporan eksplorasi,
estimasi sumberdaya dan cadangan.
Kompetensi, bahwa laporan hasil kegiatan eksplorasi serta estimasi sumberdaya
dan cadangan harus didasarkan pada hasil kerja yang dapat dipertanggungjawabkan
dan disusun oleh orang yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan kapasitas dan
kapabilitas dalam membuat laporan sesuai dengan keahliannya, dan terikat oleh kode
etik dan kode lainnya yang ditetapkan oleh organisasi profesi yang menaunginya.
10
bentuk dan isi laporan tersebut.
Sumberdaya mineral terukur dapat dikonversi menjadi cadangan bijih terbukti
ataupun cadangan bijih terkira. CPI dapat mengkonversi sumberdaya mineral terukur
menjadi cadangan bijih terkira karena adanya ketidak-pastian terhadap beberapa atau
semua faktor pengubah yang dipakai sebagai pertimbangan pada saat mengkonversi
sumberdaya mineral menjadi cadangan bijih. Hubungan tersebut diperlihatkan oleh
garis panah putus-putus pada gambar 1. Meskipun arah garis panah putus-putus
mengandung komponen vertikal, todak berarti ada penurunan dalam level
pengetahuan atau keyakinan geologi. Pada situasi demikian faktor pengubah harus
diterangkan secara jelas.
Sumberdaya mineral adalah suatu konsentrasi atau keterjadian dari material
yang memiliki nilai ekonomi pada atau diatas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas,
dan kuantitas tertentu yang memiliki keprpeksian yang beralasan untuk pada akhirnya
dapat diekstraksi secara ekonomis. Lokasi, kuantitas, kadar, karakteristik, geologi dan
kemenerusan dari sumberdaya mineral harus diketahui, diestimasi atau
diinterpretasikan berdasar bukti-bukti dan pengetahuan geologi yang spesifik.
Sumberdaya mineral dikelompokkan lagi berdasar tingkat keyakinan geologinya,
kedalam kategori tereka, terunjuk dan terukur.
11
Kode komite cadangan mineral indonesia ( KCMI ) dan kode Joint ore
reserves committee ( JORC ) masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan,
walaupun sebagian besar kode KCMI adalah adopsi dari JORC dapat dilihat beberapa
perbedaan diantara kedua kode tersebut, salah satunya adalah penetapan complement
person atau orang yang dianggap layak mengerjakan sebuah pelaporan hasil
eksplorasi sumberdaya dan cadangan mineral, dalam KCMI penetepan complement
person hanya bisa ditunjuk dan diresmikan oleh komite pengawas dari PERHAPI
atau IAGI, hal ini berbeda dengan JORC yang bisa mendeklarasikan dirinya tanpa
melalui pengawasan dan penunjukkan dari lembaga resmi.
12
kontak pada sekitar kontak. Letak terjadinya proses umumnya di kedalaman bumi,
pada lingkungan tekanan dan temperatur tinggi.
Mineral bijih pada endapan kontak metasomatisme umumnya sulfida sederhana dan
oksida misalnya spalerit, galena, kalkopirit, bornit, dan beberapa molibdenit. Sedikit
endapan jenis ini yang betul-betul tanpa adanya besi, pada umumnya akan banyak
sekali berisi pirit atau bahkan magnetit dan hematit. Scheelit juga terdapat dalam
endapan jenis ini (Singkep-Indonesia).
13
c. Setelah luasan dihitung, maka volume dan tonase dihitung dengan
rumusan perhitungan. Perhitungan volume tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan satu penampang, dua penampang, tiga
penampang, atau rangkaian banyak penampang. Perhitungan volume
dengan menggunakan satu penampang digunakan jika diasumsikan
bahwa satu penampang mempunyai daerah pengaruh hanya terhadap
penampang yang dihitung saja. Volume yang dihitung merupakan
volume pada areal pengaruh penampang tersebut.
14
Gambar 2.3.Perhitungan Volume Menggunakan Dua Penampang
Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :
Rumus Mean Area
15
L = jarak antar S1dan S2
V = volume cadangan
Rumus Obelisk
16
Rumus prismoida sebagai berikut :
17
Gambar 2.5. Metode Isoline
18
2.5.3 Metode Circular USGS 1983
Prosedur atau teknik perhiungan dalam sistem U.S.Geological Survey adalah
dengan membuat lingkaran-lingkaran pada seiap tiik informasi endapan batubara,
yaitu singkapan batubara dan lokasi titik pemboran. Daerah dalam radius lingkaran
0-400 m adalah untuk perhitungan cadangan erukur dan daerah radius 400-1200 m
adalah untuk perhitungan cadangan terunjuk (USGS,1983).
Selain itu aspek-aspek geologi daerah penelitian seperti perlipatan, sesar, intrusi dan
singkapan batubara di permukaan, urut mengontrol perhitungan cadangan batubara.
Selanjutnya untuk perhitungan tonase (W) batubara digunakan rumus sebagai
berikut :
W =L×T×BJ
Dimana :
L = luas daerah terhitung (m2)
T = tebal rata-rata batubara sejenis (m)
BJ = Berat jenis batubara (on/m3)
Gambar 2.7.Metod
19
2.6 Metode Poligon
Metode poligon adalah suatu metode perhitungan dengan konsep dasar yang
menyatakan bahwa seluruh karakteristik endapan suatu daerah diwakili oleh satu titik
tertentu. Jarak titik bor di dalam poligon dengan batas poligon sama dengan jarak
batas poligon ke titik bor terdekat.
Di dalam poligon nilai kadar diasumsikan konstan sama dengan kadar pada titik
bor di dalam poligon (Hustrulid & Kuchta, 1995).
20
Pola Lubang Bor Beraturan Pola Lubang Bor Zig-zag (amplop)
Lub
ang
Bor
Bat
as
Pola Lubang Bor yang tidak beraturan End
apa
Gambar 2.9.Pola Lubang Bor dan Poligon n
Konstruksi Poligon :
1. Peta sebaran titik bor
2. Buat lingkaran pada peta sebaran titik bor
3. Tarik garis lurus pada lingkaran yang saling berpotongan
4. Hapus lingkaran dan garis-garis yang saling berpotongan hingga terlihat
poligon.
1 2 3
4 5
21
BAB III
HASIL PERHITUNGAN
22
BAB IV
PEMBAHASAN
a. Survei tinjau
Mengidentifikasi daerah yang secara geologis mengandung endapan batubara.
23
Kegiatannya : studi geologi regional, penafsiran inderaja, inspeksi lapangan
dengan skala 1:100.000
b. Prospeksi
Membatasi daerah sebaran endapan batubara
Kegiatannya : pemetaan geologi dengan skkala 1 : 50.000, pengukuran
stratigrafi, pembuatan paritan dan sumuran, pemboran uji, percontohan, dan
analisis
c. Eksplorasi pendahuluan
Mengetahui gambaran awal 3D endapan batu bara, mencakup tebal, geometri,
sebaran, struktur, kuantitas dan kualitas
Kegiatan : Pemetaan skala 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran, logging
geofisika, pencontohan yang lebih lanjut
d. Eksplorasi rinci
Mengetahui kuantitas dan kualitas dan model 3D secara rinci
Kegiatan : pemetaan geologi dan topografi skala 1:2000, pemboran dan
pencontohan, logging geofisika, pengkajian geohidrologi dan geoteknik
Di dalam SNI, diberikan tipe endapan batu bara dan kondisi geologi. SNI
membagi tipe endapan batu bara Indonesia dalam tipe Ombilin, Sumsel, Kaltim dan
Bengkulu yang memiliki karakteristik yang khas di masing-masing tipe. Karakteristik
yang ditampilkan adalah cerminan dari sejaran sedimentasinya dan proses-proses
geologis lainnya. Dalam kondisi geologinya, karakteristik geologi dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu sederhana, moderat dan kompleks.
24
Tabel 2.1
Parameter aspek vs. kondisi geologi
Kondisi Geologi
Parameter
Sederhana Moderat Kompleks
Aspek Sedimentasi
Variasi ketebalan Sedikit bervariasi Bervariasi Sangat bervariasi
Kesinambungan Ribuan meter Ratusan meter Puluhan meter
Percabangan Hampir tidak ada Beberapa Banyak
Aspek Tektonik
Sesar Hampir tidak ada Jarang Rapat
Lipatan Hampir tidak Terlipat sedang Terlipat kuat
terlipat
Intrusi Tidak berpengaruh Berpengaruh Sangat berpengaruh
Kemiringan Landai Sedang Curam
Aspek Kualitas
Variasi kualitas Sedikit bervariasi Bervariasi Sangat bervariasi
Dasar Klasifikasi sumber daya dan cadangan dalam SNI berdasarkan pada
tingkat keyakinan geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokannya mengandung
dua aspek yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi.
1. Aspek Geologi
Sumberdaya terukur harus memiliki tingkat keyakinan yang lebih tinggi
daripada sumberdaya tertunjuk dan begitu selanjutnya seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 2. Tingkat keyakinan geologi secara kuantitatif dicerminkan oleh jarak
informasi yang didapat dari singkapan dan lubang bor
2. Aspek Ekonomi
Ketebalan mineral lapisan batubara dapat ditambang dan ketebalan maksimal
lapisan pengotor dapat menyebabkan kualitas batubaranya menurun karena
kandungan abunya yang meningkat. Itu adalah salah satu unsur yang terkait dalam
aspek ekonomi dan perlu diperhatikan dalam penggolongan sumber daya batubara
1. Sumber Daya Hipotektik (Hypothectical Resources)
25
Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan
yang dihitung dari data yang memenuhi tahap penyelidikan survei tinjau
2. Sumber Daya Tereka (Inferred Resources)
Jumlah batubara di daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi
3. Sumber Daya Tertunjuk (Indicated Resources)
Jumlah batubara di daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan
eksplorasipendahuluan
4. Sumber Daya Terukur (Measured Resources)
Jumlah batubara di daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang
memenuhi syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan eksplorasi rinci
5. Cadangan Terkira (Probable Reserves)
Sumber daya batubara tertunjuk dan sebagian sumberdaya terukur, tetapi
berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi
sehingga hasil kajiannya dinyatakan layak
6. Cadangan Terbukti (Proved Reserves)
Sumberdaya batubara yang berdasarkan kajian kelayakan semua faktor terkait
telah terpenuhi sehingga hasil kajiannya dinyatakan layak
Tabel 2.2
Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Batubara Status
Tahap Eksplorasi
Hasil Kajian Eksplorasi
Survei tinjau Prospeksi Eksplorasi rinci
pendahuluan
26
Sumber Daya Sumber Daya Sumber Daya Sumber Daya
Belum Hipotektik Tereka Tertunjuk Terukur
Layak (Hypothectical (Inferred (Indicated (Measured
Resources) Resources) Resources) Resources)
Cadangan Terkira (Probable Reserves)
Ekonomi
Penambangan
Pengolahan
Pemasaran
Kebijakan pemerintah
Peraturan/ perundang-undangan
Lingkungan
Sosial
27
Persyaratan yang berhubungan dengan aspek geologi adalah jarak titik
informasi untuk setiap kondisi geologi dan kelas sumberdayanya. Sedangkan
untuk persyaratan yang berhubungan dengan aspek ekonomi adalah persyaratan
batas minimal ketebalan batubara yang dapat ditambang untuk batu bara jenis batu
bara berenergi rendah (Brown coal) dan batu bara jenis batubara berenergi tinggi
(hard coal) akan menunjukkan angka yang berbeda karena kandungan panasnya
berbeda (panas merupakan parameter utama kualitas batu-bara). Untuk brown
coal, lapisan batu bara minimal ≥ 1 meter dan lapisan pengotornya ≤ 0,3 meter.
Sedangkan untuk hard coal, lapisan batu bara minimal ≥ 0,4 meter dan lapisan
pengotornya ≤ 0,3 meter
Tabel 2.3
1000 < X ≤
Sederhana Tidak Terbatas 500 < X ≤ 1000 X ≤ 500
1500
Moderat Tidak Terbatas 500 < X ≤ 1000 250 < X ≤ 500 X ≤ 250
Kompleks Tidak Terbatas 200 < X ≤ 400 100 < X ≤ 200 X ≤ 100
28
mineral dan batubara dan harus dilaporkan dengan baik dan benar sesuai
dengan kaidah dan teknis yang berlaku seara universal
Laporan hasul kegiatan eksplorasi, estimasi sumberdaya mineral dan
batubara, serta estimasi sumberdaya mineral dan batubara yang baik dan
benar sebagaimana dimaksud harus memenuhi prinsip dasar :
Transparansi, bahwa laporan hasil kegiatan eksplorasi serta estimasi
sumberdaya dan cadangan mineral menyajikan informasi yang cukup dan
jelas dan tidak menimbulkan pengertian ganda dan jelas tidak
menyesatkan terhadap laporan tersebut.
Materialitas, bahwa laporan hasil kegiatan eksplorasi serta estimasi
sumberdaya dan cadangan harus berisi semua informasi yang relevan
dalam mendukung suatu pernyataan atau kesimpulan dalam pengambilan
pembuatan laporan eksplorasi, estimasi sumberdaya dan cadangan.
Kompetensi, bahwa laporan hasil kegiatan eksplorasi serta estimasi
sumberdaya dan cadangan harus didasarkan pada hasil kerja yang dapat
dipertanggungjawabkan dan disusun oleh orang yang memiliki
kemampuan yang sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas dalam membuat
laporan sesuai dengan keahliannya, dan terikat oleh kode etik dan kode
lainnya yang ditetapkan oleh organisasi profesi yang menaunginya.
29
Sumberdaya mineral terukur dapat dikonversi menjadi cadangan bijih
terbukti ataupun cadangan bijih terkira. CPI dapat mengkonversi
sumberdaya mineral terukur menjadi cadangan bijih terkira karena
adanya ketidak-pastian terhadap beberapa atau semua faktor pengubah
yang dipakai sebagai pertimbangan pada saat mengkonversi
sumberdaya mineral menjadi cadangan bijih. Hubungan tersebut
diperlihatkan oleh garis panah putus-putus pada gambar 1. Meskipun
arah garis panah putus-putus mengandung komponen vertikal, todak
berarti ada penurunan dalam level pengetahuan atau keyakinan
geologi. Pada situasi demikian faktor pengubah harus diterangkan
secara jelas.
30
lingkungan, sosial, pemerintahan. Pada saat laporan dibuat, pengkajian
ini menunjukkan bahwa ekstraksi telah dapat dibenarkan dan masuk
akal. Cadangan bijih dipisahkan berdasar naiknya tingkat keyakinan
menjadi cadangan bijih terkira dan cadangan bijih terbukti.
31
besi, pada umumnya akan banyak sekali berisi pirit atau bahkan magnetit dan
hematit. Scheelit juga terdapat dalam endapan jenis ini (Singkep-Indonesia).
Titik 1,2 dan 3 akan merupakan penentu besarnya cadangan, jika pembobotan
pada titik-titik tersebut sama setiap perhitungan blok (titik 1 akan dipakai 6 x).Jika
harga titik-titik 1,2, dan 3 tersebut besar, maka hasil perhitungan akan
membesar(over estimate), demikian pula sebaliknya (under estimate).Volume
blok dihitung dengan mengalikan luas penampang prisma terpancung dengantebal
rata-rata blok
32
dihitung sebagai berikut :Cadangan endapan diperoleh dengan menjumlahkan
seluruh tonase tiap blok,
33
Bila diinginkan sistem koordinat terhadap suatu sistem tertentu maka dipilih
koordinat titik yang sudah diketahui. Bila dipakai sistem koordinat lokal maka
pilih salah satu titik BM kemudian beri harga koordinat tertentu dan titik tersebut
dipakai sebagai acuan untuk titik-titik yang lain.
k 2. Koordinat akhir
Koordinat titik ini dibutuhkan untuj memenuhi syarat geometri hitungan koordinat
dan harus dipilih titik yang mempunyai sistem koordinat yang sama dengan
koordinat awal.
3. 3. Azimuth awal
Azimuth awal harus diketahui sehubungan dengan arah orientasi dari sistem
koordinat yang dihasilkan dan pengadaan datanya dapat dapat ditempuh dengan
dua cara sebagai berikut:
a) Hasil hitungan koordinat titik-titik yang telah diketahui dan akan dipakai
sebagai titik acuan sistem koordinatnya.
b) Hasil pengamatan astronomis (matahari) pada salah satu titik poligon sehingga
didapatkan azimuth ke matahari dari tiitk yang bersangkutan. Dan selanjutnya
dihasilkan azimuth kesalah satu poligon tersebut dengan ditambahkan ukuran
sudut mendatar (azimuth matahari).
4. 4. Data ukuran sudut dan jarak
Sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak antar dua titik kontrol perlu diukur
dilapangan.
Berdasarkan bentuknya poligon dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu
Poligon berdasarkan visualnya,yaitu:
a) Poligon tertutup
b) Poligon terbuka
34
c) Poligon bercabang
Pada metode Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Nearest Point, setiap
blok ditegaskan oleh sebuah penampang yang sama panjang ke setengah jarak
untuk
menyambung sayatan
35
Dengan keterangan g merupakkan kadar dari titik bor, dan d merupakan jarak dari
titik bor ke titik bor yang akan dicari kadarnya dengan metode IDS,IDC,dan ID.
Dalam prakteknya, karena dipengaruhi oleh jarak pengaruh dan kerapatan data,
maka Huges &Davey membuat aturan sebagai berikut:
36
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
4 Ada 3 jenis pelapoan cadangan yang banyak digunakan. Yaitu menurut SNI,
KCMI, dan JORC
5 Untuk basis pelaporan di ndonesia menggunakan SNI,Sedangkan basiss
pelaporan internasional menggunakan JORC
6 Endapan pneomatolitik merupakan endapan paling awal dari proses
mangmatik pada suhu lebih dari 700 derajat
7 Unuk dapat menaksirkan suatu cadngan dapat menggunakan beberapa
metode yaitu:
1. Metode Triangular Grouping
2. Metode poligon(Poligon tertutup,poligon terbuka dan poligon
bercabang)
3. Metode pehitungan cadangan menggunakan penampang
37
DAFTAR PUSTAKA
38