Topik :
Terdapat tiga pilar utama yang menopang keberhasilan manajemen keuangan publik yaitu
manajemen pendapatan, manajemen belanja dan manajemen pembiayaan. Pengetahuan dan
keahlian tentang manajemen pendapatan bagi para manajer publik sangat penting karena
besar kecilnya pendapatan akan menentukan tingkat kualitas pelaksanaan pemerintahan,
tingkat kemampuan pemerintah dalam penyediaan pelayanan publik serta keberhasilan
pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan. Pemerintah dituntut untuk cerdas dalam
menghasilkan dan mengelola sumber-sumber pendapatan, tidak sekedar pandai
membelanjakan dan menghabiskan anggaran. Hal ini yang oleh Osborne dan Gaebler (1992)
dikatakan sebagai pemerintahan yang berwirausaha. Pemerintah wirausaha adalah
pemerintahan yang mampu menciptakan sumber-sumber pendapatan secara kreatif dan
inovatif, mampu mengelola potensi ekonomi yang ada secara efisien dan efektif.
Halaman 1
Pendataan obyek retribusi, subjek retribusi dan wajib retribusi
Pendataan sumber penerimaan bukan paja
Pendataan lain-lain pendapatan yang sah
Pendataan potensi pendapatan untuk masing-masing jenis pendapatan.
c. Koleksi Pendapatan
Tahap koleksi pendapatan meliputi penarikan, pemungutan, penagihan dan
pengumpulan pendapatan baik yang berasal dari wajib pajak daerah dan retribusi
daerah, dana perimbangan dari pemerintah pusat maupun sumber lainnya. Khsusus
untuk pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dapat digunakan beberapa
sistem, antara lain:
1) Self assessment system
2) Official assessment system
3) Joint collection
d. Akuntansi Pendapatan
Pada prinsipnya setiap penerimaan pendapatan harus segera disetor ke rekening kas
umum daerah pada hari itu juga atau paling lambat sehari setelah diterimanya
pendapatan tersebut. Untuk menampung seluruh sumber pendapatan perlu dibuat
satu rekening tunggal (treasury single account) , dalam hal ini rekening kas umum
daerah. Tujuan pembuatan satu pintu untuk pemasukan pendapatan adalah untuk
Halaman 2
memudahkan pengendalian dan pengawasan pendapatan. Selanjutnya penerimaan
pendapatan tersebut dibukukan dalam buku akuntansi. Berupa jurnal penerimaan kas,
buku pembantu, buku besar kas dan buku besar penerimaan per rincian objek
pendapatan. Kemudian buku catatan akuntansi tersebut akan diringkas dan dilaporkan
dalam laporan keuangan pemerintah daerah, yaitu Laporan Realisasi Anggaran, Neraca
dan Laporan Arus Kas. Pemda harus memastikan bahwa sistem akuntansi pendapatan
telah dibangun dengan baik, sehingga tidak ada pendapatan daerah yang tidak dicatat
dalam sistem akuntansi pemda. Untuk itu dengan sistem akuntansi pendapatan yang
baik maka tidak perlu lagi terdapat dana non budgeter yang dipermasalahkan
transparansi dan akuntabilitasnya.
e. Alokasi Pendapatan
Tahap terakhir siklus manajemen pendapatan adalah alokasi pendapatan yaitu
pembuatan keputusan untuk menggunakan dana yang ada untuk membiayai
pengeluaran daerah. Pengeluaran daerah meliputi pengeluaran belanja, yaitu belanja
operasi dan belanja modal maupun untuk pembiayaan pengeluaran yang meliputi
pembentukan dana cadangan, penyertaan modal daerah, pembayaran utang dan
pemberian pinjaman daerah.
Pemerintah daerah dengan payung hukum peraturan perundangan berhak memungut pajak
daerah dan retribusi daerah, bahkan pemerintah dapat memaksa wajib pajak untuk
membayar pajak dan memberikan sanksi apabila tidak patuh pajak. Oleh karenanya
pendapatan di pemerintah daerah relatif stabil. Meskipun demikian, pemda perlu
melakukan manajemen pendapatan secara baik agar diperoleh pendapatan secara optimal.
Agar pemda dapat melakukan manajemen pendapatan secara optimal, hal pertama yang
perlu dilakukan adalah mengenali sumber-sumber pendapatan daerah. Sumber pendapatan
daerah pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. sumber pendapatan yang saat ini ada dan sudah ditetapkan dengan peraturan
perundangan,
b. sumber pendapatan di masa datang yang masih potensial atau tersembunyi dan baru
akan diperoleh apabila sudah dilakukan upaya-upaya tertentu.
Selain mengenali sumber pendapatan, hal penting lainnya yang perlu dilakukan oleh pemda
adalah menciptakan sumber-sumber pendapatan baru. Sumber pendapatan baru bisa
diperoleh misalnya melalui inovasi program ekonomi daerah, program kemitraan pemda
dengan pihak swasta, dan sebagainya.
Meskipun pemda telah diberi otonomi secara luas dan desentralisasi fiskal, namun
pelaksanaan otonomi tersebut tetap berada dalam koridor hukum NKRI. Dalam hal sumber
penerimaan yang menjadi hak pemda, UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemda dan UU No.33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah
menetapkan sumber-sumber penerimaan daerah, sebagai berikut:
Halaman 3
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD):
1) Pajak Daerah
2) Retribusi Daerah
3) Bagian Laba Pengelolaan Aset Daerah yang Dipisahkan
4) Lain-Lain PAD yang sah
Beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan pemda dalam membangun sistem
manajemen penerimaan daerah, yaitu:
Halaman 4
atau korupsi petugas. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kebocoran yaitu:
1) Melakukan audit baik rutin maupun insidental
2) Memperbaiki sistem akuntansi penerimaan daerah
3) Memberikan penghargaan yang memadai bagi masyarakat yang taat pajak
dan hukuman (sanksi) yang berat bagi yang tidak mematuhinya
4) Meningkatkan disiplin dan moralitas pegawai yang terlibat dalam
pemungutan pendapatan.
Salah satu tujuan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal adalah untuk
meningkatkan kemandirian daerah dan mengurangi ketergantungan fiskal terhadap
pemerintah pusat. Peningkatan kemandirian daerah sangat erat kaitannya dengan
kemampuan daerah dalam mengelola PAD. Semakin tinggi kemampuan daerah
menghasilkan PAD , maka semakin besar pula diskresi daerah untuk menggunakan PAD
tersebut sesuai dengan aspirasi, kebutuhan dan prioritas pembangunan daerah. Meskipun
pelaksanaan otonomi daerah sudah dilaksanakan sejak 1 Januari 2001, namun hingga tahun
2009 baru sedikit pemda yang mengalami peningkatan kemandirian keuangan daerah
secara signifikan. Menurut data yang dikeluarkan Depkeu, secara umum penerimaan PAD
pada era otonomi daerah mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan
dengan era sebelumnya.
Halaman 5
Era pasca reformasi, pemerintah berupaya terus untuk menggali dan meningkatkan PAD
sesuai dengan dinamika pembangunan melalui peraturan perundangan mengenai pajak
daerah. UU baru tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah UU No.28 Tahun 2009.
Tabel 2.4. menjelaskan beberapa peraturan perundangan mengenai pajak daerah antara
lain UU No.11 drt Tahun 1957, UU No.18 Tahun 1997, UU No.34 Tahun 2000 dan UU No.28
Tahun 2009.
1) Manajemen Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB).
Jenis pajak ini merupakan penyumbang PAD terbesar bagi pemerintah provinsi,
terutama di kota-kota besar yang padat penduduknya. Untuk meningkatkan
penerimaan PKB, beberapa pemerintah provinsi melakukan kebijakan pemutihan
biaya balik nama kendaraan bermotor dengan harapan setelah dibalik nama
maka pemerintah provinsi nantinya akan memperoleh pendapatan pajak
kendaraan bermotor bersangkutan. Kebijakan lain yang juga ditempuh
pemerintah provinsi untuk meningkatkan penerimaan PKB adalah dengan
menetapkan tarif pajak yang lebih tinggi untuk kendaraan mewah, kendaraan
dengan bobot lebih berat dan kendaraan yang tahun pembuatannya lebih baru.
Pemerintah daerah perlu memiliki data tentang jumlah kendaraan baru dan
mutasi kendaraan lama yang masuk ke daerah serta kendaraan yang mutasi
keluar daerah. Selain itu juga perlu didata jumlah wajib pajak yang menunggak
pajak dan berkoordinasi dengan kepolisian daerah untuk secara periodik
maupun acak melakukan operasi STNK.
Halaman 6
4) Manajemen Pajak Hiburan
Pajak hiburan merupakan pajak yang dikenakan terhadap orang atau badan
penyelenggara suatu hiburan yang dipungut bayaran. Berbagai jenis hiburan
yang dapat dikenai pajak misalnya:
Pertunjukkan atau keramaian, seperti diskotek, live muic, karaoke,
pub, klub eksekutif, dsb.
Pagelaran music dn tari
Bioskop film
Pertunjukkan kesenian
Permainan ketangkasan
Mandi uap, spa, steambath
Billiard, bowling dan sejenisnya
Pertunjukkan/pertandingan olah raga
Hiburan incidental
Pertunjukkan/pertandingan olah raga
Hiburan incidental
Pertunjukkan permainan di tempat wisata
Pajak hiburan ini dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar
pengenaan pajak yaitu jumlah omzet penjualan karcis. Manajemen pajak hiburan
yang perlu dilakukan adalah pemda menciptakan fasilitas-fasilitas hiburan yang
memadai, misalnya memiliki gedung konvensi, pusat pameran dan ekshibisi
(expo center), taman budaya dan rekreasi. Untuk meminimalisir penghindaran
pajak, pemda dapat mencetak tiketnya. Tanda masuk perlu dibuat atau disahkan
oleh pemda, pemberian sanksi pajak bagi yang tidak patuh pajak serta
pengawasan yang memadai.
Halaman 7
7) Manajemen Pajak Parkir
Pajak parkir menjadi primadonan bagi pemda yang banyak memiliki pusat
perbelanjaan dan pusat-pusat keramaian yang menyelenggarakan jasa
perpakiran. Pajak parkir berbeda dengan retribusi parkir. Pajak parkir merupakan
pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan
yang dilakukan oleh Orang Pribadi atau badan baik yang berkaitan dengan pokok
usaha maupun usaha sampingan seperti supermarket atau mall yang
menyelenggarakan parkir sendiri, usaha penitipan kendaraan,dsb. Sedangkan
retribusi parkir adalah pungutan yang dikenakan atas penggunaan tempat-
tempat parkir ditepi jalan umum yang masih merupakan fasilitas milik
pemerintah. Manajemen pajak parkir dapat dilakukan dengan metode self
assessment system maupun official assessment system.
Halaman 8
pengelolaan kas daerah menjadi optimal sehinga tidak terdapat kas menganggur
yang tidak termanfaatkan. Selanjutnya pemerintah juga tidak perlu menaruh kas
daerahnya secara berlebihan dalam instrument keuangan yang kurang likuid.
Dalam hal ini, BUD selaku manajer investasi perlu membuat portofolio yang
paling optimal atas pemanfaatan kas daerah yang masih menganggur.
Untuk beberapa pemda masih akan mendapatkan dana penyesuaian dan dana otonomi
khusus. Dari beberapa jenis dana perimbangan tersebut, sebenarnya dapat dipilah antara
jenis dana perimbangan yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan daerah. Dana
bagi hasil merupakan jenis dana perimbangan yang dapat dikendalikan oleh pemda dalam
arti dapat mempengaruhi jumlah penerimaannya. Sedangkan dana alokasi umum, dihitung
dengan formula tertentu yang relatif kecil dapat dipengaruhi besarnya oleh pemda.
Sementara itu dana alokasi khusus pemda hingga tingkat tertentu masih mungkin dapat
mempengaruhi jumlah penerimaannya meskipun kebijakan sepenuhnya tergantung pusat.
1) Bagi Hasil PBB dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Berdasarkan UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
PBB dan BPHTB merupakan pajak daeah. Namun untuk PBB yang menjadi pajak
daerah hanya PBB pedesaan dan perkotaan, sedangkan PBB perkebunan,
kehutanan dan pertambangan masih sebagai pajak pusat yang
mengutamakannya bisa melibatkan pemda. Beberapa hal yang dapat dilakukan
daerah untuk meninkatkan BPHTB antara lain:
Melakukan penilaian kembali terhadap objek pajak PBB untuk
menentukan NJOP yang mendekati harga pasar
Melibatkan pihak kelurahan, RW dan RT dalam pendataan dan
pendistribusian surat ketetapan pajak PBB
Halaman 9
Memperbaiki administrasi pajak dan menciptakan kemudahan bagi wajib
pajak dalam membayar pajak
Memperbaiki sistem basis data PBB.
Bagi hasil sumber daya alam (sda) pada umumnya lebih bersifat fluktuatif dan
berbeda-beda untuk masing-masing daerah. Untuk daerah yang memiliki sda
tentu akan memperoleh bagi hasil sda yang besar, seperti Kalimantan Timur, Riau,
Bengkalis. dsb. Terkait dengan eksploitasi sda ini, pemda perlu memanfaatkan
penerimaan bagi hasil sda tersebut dengan sebaik-baiknya terutama untuk sda
yang bersifat tidak terbarui. Ketika saat ini memanen hasil sda, pemda harus
segera memikirkan antisipasi dampak jangka panjangnya, yakni setelah sda
tersebut habis sehingga tidak menghasilkan pendapatan lagi dan bahkan
meninggalkan dampak negatif seperti kerusakan lingkungan dan permasalahan
sosial. Di masa mendatang isu lingkungan akan semakin besar dan hal ini tentunya
akan berdampak terhadap manajemen keuangan daerah. Oleh karena itu, konsep
pembangunan berkesinambungan dan pembangunan berwawasan lingkungan
harus dipegang teguh oleh stakeholders.
7. Latihan Soal
1. Berikan evaluasi tentang efisiensi dan efektivitas mekanisme pemungutan PAD yang
dilakukan pemda di tempat anda. Berikan saran perbaikan jika memang masih terdapat
kelemahan.
2. Bagaimanakah cara yang perlu ditempuh pemda untuk menciptakan kemudahan
administrasi pembayaran pajak bagi masyarakat. Berikan pendapat anda.
3. Bagaimana cara yang perlu ditempuh pemerintah daerah untuk menciptakan
kemudahan administrasi pembayaran pajak bagi masyarakat. Berikan pendapat anda.
4. Untuk meningkatkan penerimaan daerah, khususnya pendapatan pajak, beberapa
pemda di luar negeri seperti Amerika Serikat menerapkan sistem piggyback yaitu
menetapkan tambahan tarif terhadap tarif pajak pusat yang nantinya akan menjadi
bagian pendapatan daerah. Berikan analisis anda tentang mekanisme piggyback system
dan kemungkinan aplikasinya di Indonesia.
Halaman 10