Anda di halaman 1dari 10

Modul 4

Mata Kuliah Manajemen Keuangan Daerah

Topik :

Manajemen Pendapatan Daerah

Dalam topik ini dijelaskan tentang :

1. Pengertian Manajemen Pendapatan Daerah


2. Siklus Manajemen Pendapatan Daerah
3. Sumber-Sumber Pendapatan Daerah
4. Prinsip Dasar Manajemen Penerimaan Daerah
5. Manajemen Pendapatan Asli Daerah
6. Manajemen Dana Perimbangan

1. Pengertian Manajemen Pendapatan Daerah

Terdapat tiga pilar utama yang menopang keberhasilan manajemen keuangan publik yaitu
manajemen pendapatan, manajemen belanja dan manajemen pembiayaan. Pengetahuan dan
keahlian tentang manajemen pendapatan bagi para manajer publik sangat penting karena
besar kecilnya pendapatan akan menentukan tingkat kualitas pelaksanaan pemerintahan,
tingkat kemampuan pemerintah dalam penyediaan pelayanan publik serta keberhasilan
pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan. Pemerintah dituntut untuk cerdas dalam
menghasilkan dan mengelola sumber-sumber pendapatan, tidak sekedar pandai
membelanjakan dan menghabiskan anggaran. Hal ini yang oleh Osborne dan Gaebler (1992)
dikatakan sebagai pemerintahan yang berwirausaha. Pemerintah wirausaha adalah
pemerintahan yang mampu menciptakan sumber-sumber pendapatan secara kreatif dan
inovatif, mampu mengelola potensi ekonomi yang ada secara efisien dan efektif.

2. Siklus Manajemen Pendapatan Daerah

Tahapan siklus manajemen pendapatan daerah adalah identifikasi sumber, administrasi,


koleksi, pencatatan atau akuntansi dan alokasi pendapatan.

a. Identifikasi Sumber Pendapatan.


Pada tahap identifikasi kegiatan yang dilakukan berupa pendataan sumber-sumber
pendapatan termasuk menghitung potensi pendapatan. Identifikasi pendapatan
pemerintah meliputi:
 Pendataan objek pajak, subyek pajak dan wajib pajak

Halaman 1
 Pendataan obyek retribusi, subjek retribusi dan wajib retribusi
 Pendataan sumber penerimaan bukan paja
 Pendataan lain-lain pendapatan yang sah
 Pendataan potensi pendapatan untuk masing-masing jenis pendapatan.

b. Administrasi Pendapatan. Tahap ini sangat penting dalam siklus manajemen


pendapatan karena tahap ini akan menjadi dasar untuk melakukan koleksi pendapatan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:
 Penetapan wajib pajak dan retribusi
 Penentuan jumlah pajak dan retribusi
 Penetapan nomor NPWP Daerah dan NPWRetribusi
 Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah dan Surat Ketetapan Retribusi

c. Koleksi Pendapatan
Tahap koleksi pendapatan meliputi penarikan, pemungutan, penagihan dan
pengumpulan pendapatan baik yang berasal dari wajib pajak daerah dan retribusi
daerah, dana perimbangan dari pemerintah pusat maupun sumber lainnya. Khsusus
untuk pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dapat digunakan beberapa
sistem, antara lain:
1) Self assessment system
2) Official assessment system
3) Joint collection

1) Self assessment system adalah sistem pemungutan pajak daerah yang


dihitung, dilaporkan dan dibayarkan sendiri oleh wajib pajak daerah. Dengan
sistem ini wajib pajak mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan
membayarkan pajak terutangnya ke Kantor Pelayanan Pajak Daerah (KPPD)
atau unit kerja yang ditetapkan pemda.
2) Official assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang nilai
pajaknya ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal ini ditetapkan oleh
gubernur/bupati/walikota melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah
dan Surat Ketetapan Retribusi yang menunjukkanjumlah pajak atau retribusi
daerah terutang. Wajib Pajak atau Retribusi Daerah selanjutnya berdasarkan
SKP-Daerah dan SKR tersebut membayarkan pajak/retribusi terutangnya
melalui bendahara penerimaan atau bendahara penerimaan pembantu pada
masing-masing instansi pemungut atau pembayaran melalui bank, kantor pos
atau lembaga lain yang ditunjuk pemda.
3) Joint collection system adalah sistem pemungutan pajak daerah yang dipungut
oleh pemungut pajak yang ditunjuk pemda. Contoh joint collection system
adalah pemungutan pajak penerangan jalan oleh PLN, pajak bahan bakar
kendaraan bermotor oleh Pertamina, dsb.

d. Akuntansi Pendapatan
Pada prinsipnya setiap penerimaan pendapatan harus segera disetor ke rekening kas
umum daerah pada hari itu juga atau paling lambat sehari setelah diterimanya
pendapatan tersebut. Untuk menampung seluruh sumber pendapatan perlu dibuat
satu rekening tunggal (treasury single account) , dalam hal ini rekening kas umum
daerah. Tujuan pembuatan satu pintu untuk pemasukan pendapatan adalah untuk

Halaman 2
memudahkan pengendalian dan pengawasan pendapatan. Selanjutnya penerimaan
pendapatan tersebut dibukukan dalam buku akuntansi. Berupa jurnal penerimaan kas,
buku pembantu, buku besar kas dan buku besar penerimaan per rincian objek
pendapatan. Kemudian buku catatan akuntansi tersebut akan diringkas dan dilaporkan
dalam laporan keuangan pemerintah daerah, yaitu Laporan Realisasi Anggaran, Neraca
dan Laporan Arus Kas. Pemda harus memastikan bahwa sistem akuntansi pendapatan
telah dibangun dengan baik, sehingga tidak ada pendapatan daerah yang tidak dicatat
dalam sistem akuntansi pemda. Untuk itu dengan sistem akuntansi pendapatan yang
baik maka tidak perlu lagi terdapat dana non budgeter yang dipermasalahkan
transparansi dan akuntabilitasnya.

e. Alokasi Pendapatan
Tahap terakhir siklus manajemen pendapatan adalah alokasi pendapatan yaitu
pembuatan keputusan untuk menggunakan dana yang ada untuk membiayai
pengeluaran daerah. Pengeluaran daerah meliputi pengeluaran belanja, yaitu belanja
operasi dan belanja modal maupun untuk pembiayaan pengeluaran yang meliputi
pembentukan dana cadangan, penyertaan modal daerah, pembayaran utang dan
pemberian pinjaman daerah.

3. Sumber-Sumber Pendapatan Daerah

Pemerintah daerah dengan payung hukum peraturan perundangan berhak memungut pajak
daerah dan retribusi daerah, bahkan pemerintah dapat memaksa wajib pajak untuk
membayar pajak dan memberikan sanksi apabila tidak patuh pajak. Oleh karenanya
pendapatan di pemerintah daerah relatif stabil. Meskipun demikian, pemda perlu
melakukan manajemen pendapatan secara baik agar diperoleh pendapatan secara optimal.
Agar pemda dapat melakukan manajemen pendapatan secara optimal, hal pertama yang
perlu dilakukan adalah mengenali sumber-sumber pendapatan daerah. Sumber pendapatan
daerah pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. sumber pendapatan yang saat ini ada dan sudah ditetapkan dengan peraturan
perundangan,
b. sumber pendapatan di masa datang yang masih potensial atau tersembunyi dan baru
akan diperoleh apabila sudah dilakukan upaya-upaya tertentu.

Selain mengenali sumber pendapatan, hal penting lainnya yang perlu dilakukan oleh pemda
adalah menciptakan sumber-sumber pendapatan baru. Sumber pendapatan baru bisa
diperoleh misalnya melalui inovasi program ekonomi daerah, program kemitraan pemda
dengan pihak swasta, dan sebagainya.

Meskipun pemda telah diberi otonomi secara luas dan desentralisasi fiskal, namun
pelaksanaan otonomi tersebut tetap berada dalam koridor hukum NKRI. Dalam hal sumber
penerimaan yang menjadi hak pemda, UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemda dan UU No.33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah
menetapkan sumber-sumber penerimaan daerah, sebagai berikut:

Halaman 3
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD):
1) Pajak Daerah
2) Retribusi Daerah
3) Bagian Laba Pengelolaan Aset Daerah yang Dipisahkan
4) Lain-Lain PAD yang sah

b. Transfer Pemerintah Pusat:


1) Bagi Hasil Pajak
2) Bagi Hasil Sumber Daya Alam
3) Dana Alokasi Umum
4) Dana Alokasi Khusus
5) Dana Otonomi Khusus
6) Dana Penyesuaian

c. Transfer Pemerintah Propinsi:


1) Bagi Hasil Pajak
2) Bagi Hasil Sumber Daya Alam
3) Bagi Hasil Lainnya

d. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

4. Prinsip Dasar Manajemen Pendapatan Daerah

Beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan pemda dalam membangun sistem
manajemen penerimaan daerah, yaitu:

a. Perluasan basis penerimaan


b. Pengendalian atas kebocoran pendapatan
c. Peningkatan efisiensi administrasi pajak
d. Transparansi dan akuntabilitas

a. Perluasan Basis Penerimaan.


Upaya melakukan perluasan basis penerimaan merupakan salah satu bentuk
peningkatan pendapatan melalui kebijakan. Perluasan basis penerimaan adalah
memperluas sumber penerimaan dengan cara sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi pembayar pajak/retribusi dan menjaring wajib
pajak/retribusi baru
2) Mengevaluasi tariff pajak/retribusi
3) Meningkatkan basis data objek pajak/retribusi
4) Melakukan penilaian kembali (appraisal) atas pajak/retribusi.

b. Pengendalian atas Kebocoran Pendapatan.


Untuk mengoptimalkan perolehan pendapatan, pemda harus melakukan
pengawasan dan pengendalian yang memadai. Sumber-sumber kebocoran harus
diidentifikasi dan segera diatasi. Kebocoran pendapatan bisa disebabkan karena
penghindaran pajak (tax avoidance), penggelapan pajak (tax evasion), pungutan liar

Halaman 4
atau korupsi petugas. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kebocoran yaitu:
1) Melakukan audit baik rutin maupun insidental
2) Memperbaiki sistem akuntansi penerimaan daerah
3) Memberikan penghargaan yang memadai bagi masyarakat yang taat pajak
dan hukuman (sanksi) yang berat bagi yang tidak mematuhinya
4) Meningkatkan disiplin dan moralitas pegawai yang terlibat dalam
pemungutan pendapatan.

c. Peningkatan Efisiensi Administrasi Pajak.


Efisiensi administrasi pajak sangat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja
penerimaan daerah. Beberapa cara yang dapat dilakukan pemda untuk
meningkatkan efisiensi administrasi pajak yaitu:
1) Memperbaiki prosedur administrasi pajak sehingga lebih mudah dan
sederhana
2) Mengurangi biaya pemungutan pendapatan
3) Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak seperti bank, kantor pos,
koperasi dan pihak ketiga lainnya untuk memberikan kemudahan dan
kenyamanan dalam membayar pajak.

d. Transparansi dan Akuntabilitas


Transparansi dan akuntabilitas merupakan aspek penting dalam sistem manajemen
penerimaan daerah. Dengan adanya transparansi dan akuntabilitas, maka
pengawasan dan pengendalian manajemen pendapatan daerah semakin baik. Selain
itu, kebocoran pendapatan juga dapat ditekan. Untuk melaksanakan prinsip
transparansi dan akuntabilitas membutuhkan beberapa persyaratan:
1) Adanya dukungan Teknologi Informasi untuk membangun Sistem Informasi
Manajemen Pendapatan Daerah
2) Adanya staf yang memiliki kompetensi dan keahlian yang memadai
3) Tidak adanya korupsi sistemik di lingkungan entitas pengelola pendapatan
daerah

5. Manajemen Pendapatan Asli Daerah

Salah satu tujuan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal adalah untuk
meningkatkan kemandirian daerah dan mengurangi ketergantungan fiskal terhadap
pemerintah pusat. Peningkatan kemandirian daerah sangat erat kaitannya dengan
kemampuan daerah dalam mengelola PAD. Semakin tinggi kemampuan daerah
menghasilkan PAD , maka semakin besar pula diskresi daerah untuk menggunakan PAD
tersebut sesuai dengan aspirasi, kebutuhan dan prioritas pembangunan daerah. Meskipun
pelaksanaan otonomi daerah sudah dilaksanakan sejak 1 Januari 2001, namun hingga tahun
2009 baru sedikit pemda yang mengalami peningkatan kemandirian keuangan daerah
secara signifikan. Menurut data yang dikeluarkan Depkeu, secara umum penerimaan PAD
pada era otonomi daerah mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan
dengan era sebelumnya.

Halaman 5
Era pasca reformasi, pemerintah berupaya terus untuk menggali dan meningkatkan PAD
sesuai dengan dinamika pembangunan melalui peraturan perundangan mengenai pajak
daerah. UU baru tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah UU No.28 Tahun 2009.
Tabel 2.4. menjelaskan beberapa peraturan perundangan mengenai pajak daerah antara
lain UU No.11 drt Tahun 1957, UU No.18 Tahun 1997, UU No.34 Tahun 2000 dan UU No.28
Tahun 2009.

a. Manajemen Pajak untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota.


Uraian berikut ini adalah sekelumit manajemen pajak yang dapat dilakukan oleh
pemerintah provinsi dan Kabupaten/kota:

1) Manajemen Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB).
Jenis pajak ini merupakan penyumbang PAD terbesar bagi pemerintah provinsi,
terutama di kota-kota besar yang padat penduduknya. Untuk meningkatkan
penerimaan PKB, beberapa pemerintah provinsi melakukan kebijakan pemutihan
biaya balik nama kendaraan bermotor dengan harapan setelah dibalik nama
maka pemerintah provinsi nantinya akan memperoleh pendapatan pajak
kendaraan bermotor bersangkutan. Kebijakan lain yang juga ditempuh
pemerintah provinsi untuk meningkatkan penerimaan PKB adalah dengan
menetapkan tarif pajak yang lebih tinggi untuk kendaraan mewah, kendaraan
dengan bobot lebih berat dan kendaraan yang tahun pembuatannya lebih baru.
Pemerintah daerah perlu memiliki data tentang jumlah kendaraan baru dan
mutasi kendaraan lama yang masuk ke daerah serta kendaraan yang mutasi
keluar daerah. Selain itu juga perlu didata jumlah wajib pajak yang menunggak
pajak dan berkoordinasi dengan kepolisian daerah untuk secara periodik
maupun acak melakukan operasi STNK.

2) Manajemen Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)


Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak yang dikenakan atas
konsumsi bahan bakar kendaraan bermotor berupa premium, pertamax, solar
dan bahan bakar gas. Jumlah PBBKB didasarkan pada transaksi BBM di wilayah
provinsi bersangkutan dikalikan tariff pajaknya. Manajemen pajak yang perlu
dilakukan pemda terhadap PBBKB adalah mengoptimalkan kerjasama dengan
pihak Pertamina, sebab pajak ini dikumpulkan melalui Pertamina.

3) Manajemen Pajak Hotel dan Restoran


Kedua jenis pajak ini merupakan satu kesatuan, tetapi berdasarkan UU 34/2000
kemudian dipisah. Manajemn pajak hotel dan restoran yang perlu dilakukan
pemerintah daerah antara lain dengan memperbaiki database wajib pajak,
komputerisasi administrasi pajak yang terkoneksi dengan sistem informasi pihak
hotel, melakukan sosialisasi pajak secara memadai, pemberian penghargaan
kepada wajib pajak yang taat pajak, dan kemungkinan outsorcing dalam
pemungutan pajak.

Halaman 6
4) Manajemen Pajak Hiburan
Pajak hiburan merupakan pajak yang dikenakan terhadap orang atau badan
penyelenggara suatu hiburan yang dipungut bayaran. Berbagai jenis hiburan
yang dapat dikenai pajak misalnya:
 Pertunjukkan atau keramaian, seperti diskotek, live muic, karaoke,
pub, klub eksekutif, dsb.
 Pagelaran music dn tari
 Bioskop film
 Pertunjukkan kesenian
 Permainan ketangkasan
 Mandi uap, spa, steambath
 Billiard, bowling dan sejenisnya
 Pertunjukkan/pertandingan olah raga
 Hiburan incidental
 Pertunjukkan/pertandingan olah raga
 Hiburan incidental
 Pertunjukkan permainan di tempat wisata

Pajak hiburan ini dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar
pengenaan pajak yaitu jumlah omzet penjualan karcis. Manajemen pajak hiburan
yang perlu dilakukan adalah pemda menciptakan fasilitas-fasilitas hiburan yang
memadai, misalnya memiliki gedung konvensi, pusat pameran dan ekshibisi
(expo center), taman budaya dan rekreasi. Untuk meminimalisir penghindaran
pajak, pemda dapat mencetak tiketnya. Tanda masuk perlu dibuat atau disahkan
oleh pemda, pemberian sanksi pajak bagi yang tidak patuh pajak serta
pengawasan yang memadai.

5) Manajemen Pajak Reklame


Pajak reklame merupakan pajak yang cukup potensial. Pajak reklame sebagai
pajak daerah juga memiliki beberapa keunggulan antara lain lokasi objek pajak
jelas dan mudah diidentifikasi dan pertumbuhannya relatif stabil.Sedangkan
kelemahan pajak reklame adalah tariff pajak dan dasar pengenaan pajaknya
cukup kompleks yaitu dihitung berdasarkan jenis, ukuran, lokasi dan lama
tampilnya. Manajemen pajak reklame yang perlu dilakukan pemda adalah
melakukan sinkronisasi antara Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) dengan
Tata Ruang Reklame (TRR). Hal ini supaya keberadaan papan reklame tidak
menggangu pemandangan dan keindahan kota.

6) Manajemen Pajak Penerangan Jalan (Pajak Listrik)


Pajak penerangan jalan masih menjadi primadona penyumbang PAD. Pajaknya
dihitung berdasarkan kapasitas listrik terpasang dan jumlah KWH dikonsumsi.
Pengumpulan pajaknya relative mudah karena ditarik melalui PLN bersamaan
dengan tagihan listrik. Manajemen pajak penerangan jalan yang perlu dilakukan
adalah meningkatkan kerjasama antar pemda dengan pihak PLN dan pihak lain
seperti bank dan KUD sebagai tempat pembayaran listrik.

Halaman 7
7) Manajemen Pajak Parkir
Pajak parkir menjadi primadonan bagi pemda yang banyak memiliki pusat
perbelanjaan dan pusat-pusat keramaian yang menyelenggarakan jasa
perpakiran. Pajak parkir berbeda dengan retribusi parkir. Pajak parkir merupakan
pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan
yang dilakukan oleh Orang Pribadi atau badan baik yang berkaitan dengan pokok
usaha maupun usaha sampingan seperti supermarket atau mall yang
menyelenggarakan parkir sendiri, usaha penitipan kendaraan,dsb. Sedangkan
retribusi parkir adalah pungutan yang dikenakan atas penggunaan tempat-
tempat parkir ditepi jalan umum yang masih merupakan fasilitas milik
pemerintah. Manajemen pajak parkir dapat dilakukan dengan metode self
assessment system maupun official assessment system.

8) Manajemen Retribusi Daerah


Retribusi daerah merupakan sumber pendapatan penyumbang PAD kedua
setelah pajak daerah. Bahkan untuk beberapa daerah, penerimaan retribusi
daerah ini lebih tinggi daripada pajak daerah. Retribusi daerah merupakan
pungutan yang dilakukan pemda kepada wajib retribusi atas pemanfaatan suatu
jasa tertentu yang disediakan pemerintah dan terdapat imbalan langsung yang
dapat dinikmati pembayar retribusi. Manajemen retribusi daerah yang paling
utama adalah perbaikan pelayanan, perluasan basis retribusi, pengendalian atas
kebocoran penerimaan retribusi dan perbaikan administrasi pemungutan
retribusi.

9) Manajemen Perusahaan Daerah


Perusahaan daerah yang maju kebanyakan bergerak di sektor perbankan,
misalnya Bank Jateng, Bank DKI, Bank Jabar, BPD. Sedangkan perusda yang
bergerak di sektor riil seperti properti, industri olahan, jasa, kondisinya belum
mampu memberikan kontribusi yang signifikan. Untuk meningkatkan kontribusi
perusda terhadap penerimaan PAD, pemda perlu melakukan perbaikan
manajemen melalui upaya peningkatan profesionalisme, efisiensi pada
pengeluaran biaya kebijakan, profitabilitas, intervensi politik dikurangi dan
kompetensi inti (core competence) bisnis perusahan lebih focus , pemilihan
direksi melalui prosedur uji kepatutan dan kelayakan serta pengelolaan perusda
yang transparan dan akuntabel.

10) Manajemen lain-lain PAD yang Sah


Pendapatan daerah yang berasal dari lain-lain PAD yang sah antara lain:
Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga,
TGR,komisi, potongan, keuntungan selisih kurs, pendapatan denda atas
keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak dan retribusi,
pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan atas fasilitas social dan
fasilitas umum dan pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
Pemda dapat meningkatkan pendapatan bunga dan jasa giro melalui optimalisasi
manajemen kas. Untuk itu BUD, perlu memilki instrument anggaran kas (cash
budget) serta perencanaan dan pemodelan keuangan yang baik agar

Halaman 8
pengelolaan kas daerah menjadi optimal sehinga tidak terdapat kas menganggur
yang tidak termanfaatkan. Selanjutnya pemerintah juga tidak perlu menaruh kas
daerahnya secara berlebihan dalam instrument keuangan yang kurang likuid.
Dalam hal ini, BUD selaku manajer investasi perlu membuat portofolio yang
paling optimal atas pemanfaatan kas daerah yang masih menganggur.

6. Manajemen Dana Perimbangan

Sebagian besar pemerintah daerah di ndonesia masih memiliki tingkat ketergantungan


keuangan yang tinggi terhadap pemerintah pusat. Penerimaan dana perimbangan dari
pemerintah pusat masih mendominasi penerimaan daerah. Dana perimbangan ini
diklasifikasikan menjadi tiga bagian utama, yaitu; 1) dana bagi hasil, 2) dana alokasi umum
dan 3) dana alokasi khusus.

Untuk beberapa pemda masih akan mendapatkan dana penyesuaian dan dana otonomi
khusus. Dari beberapa jenis dana perimbangan tersebut, sebenarnya dapat dipilah antara
jenis dana perimbangan yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan daerah. Dana
bagi hasil merupakan jenis dana perimbangan yang dapat dikendalikan oleh pemda dalam
arti dapat mempengaruhi jumlah penerimaannya. Sedangkan dana alokasi umum, dihitung
dengan formula tertentu yang relatif kecil dapat dipengaruhi besarnya oleh pemda.
Sementara itu dana alokasi khusus pemda hingga tingkat tertentu masih mungkin dapat
mempengaruhi jumlah penerimaannya meskipun kebijakan sepenuhnya tergantung pusat.

a. Dana Bagi Hasil


Pemerintah daerah masih dapat mengoptimalkan penerimaan dana perimbangan
melalui dana bagi hasil. Dana bagi hasil terdiri atas dua jenis yaitu bagi hasil pajak dan
bagi hasil sumber daya alam. Dana bagi hasil pajak meliputi bagi hasil dari: pajak bumi
dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan pajak penghasilan
pasal 25 dan 29 serta PPh wajib pajak orang pribadi pasal 21. Sedangkan dana bagi
hasil sumber daya alam meliputi bagi hasil: iuran hak pengusahaan hutan, provisi
sumber daya hutan, dana reboisasi, iuran tetap (land rent) dan iuran eksplorasi dan
iuran eksploitasi. (royalti), pungutan pengusahaan perikanan, pungutan hasil
perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, pertambangan panas
bumi dan pertambangan umum.

1) Bagi Hasil PBB dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Berdasarkan UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
PBB dan BPHTB merupakan pajak daeah. Namun untuk PBB yang menjadi pajak
daerah hanya PBB pedesaan dan perkotaan, sedangkan PBB perkebunan,
kehutanan dan pertambangan masih sebagai pajak pusat yang
mengutamakannya bisa melibatkan pemda. Beberapa hal yang dapat dilakukan
daerah untuk meninkatkan BPHTB antara lain:
 Melakukan penilaian kembali terhadap objek pajak PBB untuk
menentukan NJOP yang mendekati harga pasar
 Melibatkan pihak kelurahan, RW dan RT dalam pendataan dan
pendistribusian surat ketetapan pajak PBB

Halaman 9
 Memperbaiki administrasi pajak dan menciptakan kemudahan bagi wajib
pajak dalam membayar pajak
 Memperbaiki sistem basis data PBB.

2) Bagi Hasil Sumber Daya Alam

Bagi hasil sumber daya alam (sda) pada umumnya lebih bersifat fluktuatif dan
berbeda-beda untuk masing-masing daerah. Untuk daerah yang memiliki sda
tentu akan memperoleh bagi hasil sda yang besar, seperti Kalimantan Timur, Riau,
Bengkalis. dsb. Terkait dengan eksploitasi sda ini, pemda perlu memanfaatkan
penerimaan bagi hasil sda tersebut dengan sebaik-baiknya terutama untuk sda
yang bersifat tidak terbarui. Ketika saat ini memanen hasil sda, pemda harus
segera memikirkan antisipasi dampak jangka panjangnya, yakni setelah sda
tersebut habis sehingga tidak menghasilkan pendapatan lagi dan bahkan
meninggalkan dampak negatif seperti kerusakan lingkungan dan permasalahan
sosial. Di masa mendatang isu lingkungan akan semakin besar dan hal ini tentunya
akan berdampak terhadap manajemen keuangan daerah. Oleh karena itu, konsep
pembangunan berkesinambungan dan pembangunan berwawasan lingkungan
harus dipegang teguh oleh stakeholders.

7. Latihan Soal

1. Berikan evaluasi tentang efisiensi dan efektivitas mekanisme pemungutan PAD yang
dilakukan pemda di tempat anda. Berikan saran perbaikan jika memang masih terdapat
kelemahan.
2. Bagaimanakah cara yang perlu ditempuh pemda untuk menciptakan kemudahan
administrasi pembayaran pajak bagi masyarakat. Berikan pendapat anda.
3. Bagaimana cara yang perlu ditempuh pemerintah daerah untuk menciptakan
kemudahan administrasi pembayaran pajak bagi masyarakat. Berikan pendapat anda.
4. Untuk meningkatkan penerimaan daerah, khususnya pendapatan pajak, beberapa
pemda di luar negeri seperti Amerika Serikat menerapkan sistem piggyback yaitu
menetapkan tambahan tarif terhadap tarif pajak pusat yang nantinya akan menjadi
bagian pendapatan daerah. Berikan analisis anda tentang mekanisme piggyback system
dan kemungkinan aplikasinya di Indonesia.

Halaman 10

Anda mungkin juga menyukai