Anda di halaman 1dari 12

MOUNTAINEERING LANJUTAN

A. Manajemen Ekspedisi
1. Pengertian Manajemen Ekspedisi
Manajemen Ekspedisi terbagi menjadi dua suku kata yaitu manajemen yang berarti sebuah
seni mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan utama sebuah organisasi atau bisnis
melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, dan pengawasan sumber daya
dengan cara yang efektif dan efisien. Sedangkan pengertian ekspedisi menurut KBBI adalah
pengiriman surat, perusahaan pengangkutan barang, perjalanan penyelidikan ilmiah ke suatu
daerah yang kurang dikenal, pengiriman tentara untuk memerangi (menyerang, menaklukkan)
musuh di suatu daerah yang jauh letaknya.
Secara umum manajemen ekspedisi suatu perjalanan yang dilakukan seorang atau
sekelompok orang yang pengelolaannya secara sistematis untuk tujuan petualangan ataupun
ilmiah.
Ada beberapa rumusan yang biasa diterapkan sebelum merencanakan suatu perjalanan
alam bebas yaitu 4w + 1h yang kepanjangannya adalah where, who, why, when dan how.
Berikut ini adalah aplikasi dari rumusan tersebut:
1. Where (dimana), untuk melakukan suatu kegiatan alam kita harus mengetahui
dimana tempat yang akan sepakati untuk kita gunakan pada kegiatan ekspedisi,
diusahakan tempat atau lokasi yang akan kita tuju menarik banyak anggota untuk
ikut serta berperan didalamnya, karena dengan suasana baru akan menambah
semangat penggiatnya untuk mengikutinya
2. Who (siapa), artinya disini menanyakan tentang sasaran sumber daya manusia
yang berkaitan dengan lokasi, muatan dan tujuan dari ekspedisi itu tadi
3. Why (mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup panjang jawabannya bisa
bermacam-macam, ini mengangkat tentang alasan adanya ekspedisi
4. When (kapan) ini menyangkut permasalahan waktu, kepastian tanggal, berapa
lamanya kegiatan, karena berkaitan erat dengan rencana operasi perjalanannya
nanti, diusahakan tidak terlalu banyak makan waktu dan menyesuaikan dengan
tujuan, yang jelas target tercapai dengan maksimal
5. Untuk how [bagaimana] merupakan suatu pembahasan yang lebih komprehensif
dari jawaban pertanyaan diatas ulasannya adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana kondisi lokasi?
b. Bagaimana cuaca disana?
c. Bagaimana perizinannya?
d. Bagaimana mendapatkan air?
e. Bagaimana pengaturan tugas panitia?
f. Bagaimana acara akan berlangsung?
g. Bagaimana materi yang disampaikan?
Dari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itulah kita dapat menyusun rencana
kegiatan yang didalamnya mencakup rincian:
1. Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi basecamp, pembagian waktu
dan sebagainya.
2. Pengurusan perizinan
3. Pembagian tugas panitia
4. Persiapan kebutuhan acara
5. Kebutuhan peralatan dan perlengkapan, hal ini untuk memberikan kenyamanan,
keamanan dan keselamatan, secara umm peralatan harus ada dalam kegiatan
mountenering.

B. Prosedur Manajemen Ekspedisi


Materi manajemen perjalanan memberi tambahan tentang prosedur yang dilakukan dalam
melakukan kegiatan.
Titik berat pada suatu kegiatan:
1. Tumbuh suatu sikap mental untuk menghadapi medan,khusus.
2. Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan perjalanan untuk satu regu.
3. Mampu melaksanakan perjalanan yang sudah direncanakan untuk satu regu.
Waktu kegiatan disesuaikan dengan kesiapan anggota dan tidak mengganggu aktivitas
yang lebih penting (perkuliahan).
Teknis Kegiatan:
1. Memilih anggota regu dan pembagian kerja.
2. Mencari pendamping/mentor (Dapat ditentukan oleh panitia pelaksana).
3. Menetapkan tujuan/sasaran perjalanan (gunung, pantai atau goa).
4. Merancang perjalanan (termasuk pembuatan jadwal).
5. Mendapat izin melaksanakan perjalanan dari Tim Khusus. Berdasarkan proposal
perjalanan yang telah dipresentasikan.
6. Melaksanakan perjalanan.
7. Melakukan evaluasi.
8. Membuat laporan dan mempresentasikan kembali kepada Tim Khusus Presentasi.
9. Pengesahan laporan perjalanan dari Tim Khusus Pengesahan, sesuai dengan laporan
Tim Khusus Presentasi.
Khusus dalam penentuan pendamping dimana pendamping/mentor berfungsi untuk
memberikan masukan-masukan kepada regu yang didampingi (bukan keputusan) dan
mengawasi dan menilai pergerakan regu selama dilapangan.

C. Tahapan Manajemen Ekspedisi


Terdapat 3 fase atau tahapan dalam manajemen ekspedisi pendakian yaitu:
1. Pra Kegiatan
a. Pembentukan Team Ekspedisi
b. Perencanaan kegiatan yang meliputi tujuan dan kebutuhan serta unit-unit
pendukung lainnya.
c. Pengumpulan data maupun literature tentang:
1) Data geografi maupun demografi tujuan.
2) Pertimbangkan bahaya obyektif yg mungkin terjadi karena factor alam
3) Serta perhitungkan juga adat istiadat masyarakat sekitar.
4) Orang terakhir kali mendaki di tempat yang akan dituju sebagai referensi.
5) Adminitrasi:
a) Surat Perijinan (instansi terkait mulai level terendah sampai level tertinggi
tergantung tujuannya)
b) Surat mandat atau rekomendasi dari organisasi.
c) Proposal kegiatan maupun untuk pencarian dana
6) Perencanaan jalur hingga perhitungan resiko serta jalur evakuasi.
7) Persiapan fisik melalui pemusatan latihan yang bertahap dan berkelanjutan
dan penurunan latihan saat mendekati hari H
8) Cek up kesehatan
9) Menggunakan jasa pemandu jika di perlukan
10) Presentasi awal meliputi:
a) Maksud dan tujuan kegiatan
b) Kesiapan tim
c) Unit pendukung maupun alat pendukung
d) Kesiapan pendanaan
2. Kegiatan
a. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencaan sehingga tidak melenceng dari
tujuan semula di adakanya ekspsedisi
b. Selalu kordinasi dengan sesama team
c. Jaga kekompakan team
d. Perhitungkan secara matang segala resiko yg akan terjadi
e. Kordinasi dengan instansi terkait
f. Catat setiap tahapan ekspedisi yang di jalankan secara detail.
3. Pasca Kegiatan
a. Evaluasi kegiatan serta penyusunan laporan kegiatan mulai awal sampai akhir
b. Perjelas kendala kendala yang terjadi selama kegiatan agar bisa di jadikan
referensi untuk kegiatan selanjutnya
c. Presentasikan
d. Perjelas laporan keuangan
e. Laporkan hasil kegiatan kepada instasi terkait untuk kemudahan kegiatan
selanjutnya.

D. Persiapan Pendakian
Persiapan umum untuk melakukan kegiatan ekspedisi gunung antara lain kesiapan mental,
fisik, etika, pengetahuan dan ketrampilan.
1. Kesiapan mental.
Mental amat berpengaruh, karena jika mentalnya sedang fit, maka fisik pun akan fit,
tetapi bisa saja terjadi sebaliknya.
2. Kesiapan fisik.
Beberapa latihan fisik yang perlu kita lakukan, misalnya: Stretching /perenggangan
[sebelum dan sesudah melakukan aktifitas olahraga, lakukanlah perenggangan, agar
tubuh kita dapat terlatih kelenturannya]. Jogging (lari pelan-pelan) Lama waktu dan
jarak sesuai dengan kemampuan kita, tetapi waktu, jarak dan kecepatan selalu kita
tambah dari waktu sebelumnya. Latihan lainnya bisa saja sit-up, push-up dan pull-up
Lakukan sesuai kemampuan kita dan tambahlah porsinya melebihi porsi sebelumnya.
3. Kesiapan administrasi.
Mempersiapkan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk perijinan memasuki kawasan
yang akan dituju.
4. Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan.
Pengetahuan untuk dapat hidup di alam bebas. Kemampuan minimal yang perlu bagi
pendaki adalah pengetahuan tentang navigasi darat, survival serta EMC (emergency
medical care) praktis.
Secara umum berikut beberapa materi-materi yang harus dikuasai dalam kegiatan
mountaineering:
a. Navigasi.
b. Suvival.
c. Ilmu Membaca medan dan peta (IMMP).
d. Teknik Hidup alam Bebas (THAB).
e. Pengetahuan dan tekhnik SAR.
f. Teknik Tali-temali.
g. Manajemen Perjalanan.
h. Manajemen Konflik.
i. Manajemen Logistik.

E. Perencanaan Pendakian
Dalam merencanakan pendakian hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari
informasi. Untuk mendapatkan data-data kita dapat memperoleh dari literatur- literatur yang
berupa buku-buku atau artikel-artikel yang kita butuhkan atau dari orang-orang yang pernah
melakukan pendakian pada objek yang akan kita tuju. Tidak salah juga bila meminta informasi
dari penduduk setempat atau siapa saja yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang
akan kita daki.
Selanjutnya buatlah ROP (Rencana Operasi Perjalanan). Buatlah perencanaan secara
detail dan rinci, yang berisi tentang daerah mana yang dituju, berapa lama kegiatan
berlangsung, perlengkapan apa saja yang dibutuhkan, makanan yang perlu dibawa, perkiraan
biaya perjalanan, bagaimana mencapai daerah tersebut, serta prosedur pengurusan ijin
mendaki di daerah tersebut. Lalu buatlah ROP secara teliti dan sedetail mungkin, mulai dari
rincian waktu sebelum kegiatan sampai dengan setelah kegiatan. Aturlah pembagian job
dengan anggota pendaki yang lain (satu kelompok), tentukan kapan waktu makan, kapan harus
istirahat, dan sebagainya.
Intinya dalam perencanaan pendakian, hendaknya memperhatikan:
1. Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam menghadapi medan.
2. Mempelajari medan yang akan ditempuh.
3. Teliti rencana pendakian dan rute yang akan ditempuh secermat mungkin.
4. Pikirkan waktu yang digunakan dalam pendakian.
5. Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa.
Perlengkapan dasar perjalanan
1. Perlengkapan jalan: sepatu, kaos kaki, celana, ikat pinggang, baju, topi, jas hujan, dll.
2. Perlengkapan tidur: sleeping bag, tenda, matras dll.
3. Perlengkapan masak dan makan: kompor, sendok, makanan, korek dll.
4. Perlengkapan pribadi: jarum, benang, obat pribadi, sikat, toilet paper / tissu, dll.
5. Ransel / carrier.
Perlengkapan pembantu
1. Kompas, senter, pisau pinggang, golok tebas, Obat-obatan.
2. Peta, busur derajat, douglass protector, pengaris, pensil dll.
3. Alat komunikasi (Handy talky), survival kit, GPS, Handphone.
4. Jam tangan.
Perencanaan Perbekalan (Logistik)
Dalam perencanaan perjalanan, perencanaan perbekalan merupakan salah satu hal yang
perlu mendapat perhatian khusus. Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Lamanya perjalanan yang akan dilakukan
2. Aktifitas apa saja yang akan dilakukan
3. Keadaaan medan yang akan dihadapi (terjal, sering hujan, dsb)
Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam
merencanakan perjalanan:
1. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang memadai.
2. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya.
3. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu lama, irit air dan
bahan bakar.
4. Ringan, mudah didapat
5. Jenis dan rasa yang vareatif
6. Dll
Peralatan Lain
Selain peralatan dan sejumlah perlengkapan, jangan lupa membawa perlengkapan kecil
yang terdanag dirasa sepele, namun amat penting. Perlengkapan itu berupa obat-obatan
seperti pelester, obat merah, tisu basah dan kering, senter, benang, jarum jahit, jam dan alat
tulis. Peralatan itu terkandang dibutuhkan dalam keadaan darurat atau menjaga tubuh tetap
bersih.
Hal terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah jangan lupa membawa tas / kantong
plastik, tas plastik tersebut dibutuhkan untuk menaruh barang-barang yang kotor dan basah
sebelum dicuci dan tas plastik juga berfungsi untuk membawa kembali sampah-sampah
pendakian, sampah-sampah sisa makanan atau berkemah, janganlah dibuang begitu saja di
alam terbuka. Selain megotori, membuang sampah dapat menyulitkan usaha pencarian dan
pertolongan bagi pendaki yang tersesat atau mengalami kecelakaan, kerap kali usaha
pencarian oarang tersesat terbantu dengan petunjuk dari barang-barang yang tercecer.
Packing atau menyusun perlengkapan kedalam ransel.
Sebelum melakukan kegiatan kita biasanya menentukan dahulu peralatan dan
perlengkapan yang akan dibawa, jika telah siap semua inilah saatnya mempacking barang-
barang tersebut ke dalam Carier atau backpack. Packing adalah pengepakan barang-barang
yang sudah terdata dan pasti akan dimasukkan kedalam carier. Packing yang baik menjadikan
perjalanan anda nyaman karena ringkas dan tidak menyulitkan. Prinsip dasar yang mutlak
dalam mempacking adalah:
1. Pada saat carier dipakai beban terberat harus jatuh ke pundak Mengapa beban harus
jatuh kepundak, ini disebabkan dalam melakukan pendakian kedua kaki kita harus
dalam keadaan bebas bergerak, bayangkan jika salah mempacking barang dan beban
terberat jatuh kepinggul akibatnya adalah kaki tidak dapat bebas bergerak, dan anda
menjadi cepat lelah karena beban backpack anda menekan pinggul belakang. Ingat :
Letakkan barang yang berat pada bagian teratas dan terdekat dengan punggung.
Barang-barang yang relatif lebih ringan (sleeping bag, pakaian tidur) ditempatkan
dibagian bawah
2. Membagi berat beban secara seimbang antara bagian kanan dan kiri pundak
Tujuannya adalah agar tidak menyiksa salah satu bagian pundak dan memudahkan
anda menjaga keseimbangan dalam menghadapi jalur berbahaya yang membutuhkan
keseimbangan seperti: meniti jembatan dari sebatang pohon, berjalan dibibir jurang,
dan keadaan lainnya. Pertimbangan lainnya adalah sebagai berikut
3. Kelompokkan barang sesuai kegunaannya lalu tempatkan dalam satu kantung untuk
mempermudah pengorganisasiannya. Misal: alat mandi ditaruh dalam satu kantung
plastik.
4. Maksimalkan tempat yang ada, misalkan nesting (panci serbaguna) jangan dibiarkan
kosong bagian dalamnya saat dimasukkan ke dalam ransel, isikan bahan makanan
kedalamnya, misal: beras dan telur.
5. Tempatkan barang yang sering digunakan pada tempat yang mudah dicapai pada saat
diperlukan, misalnya: rain coat / jas hujan pada bagian atas cerier / ransel.
6. Hindarkan menggantungkan barang-barang diluar ransel, karena menggantungkan
barang diluar ransel akan mengganggu perjalanan anda karena tersangkut-sangkut
dan berkesan berantakan, usahakan semuanya dapat dipacking ke dalam ransel.
Mengenai berat maksimal yang dapat diangkat oleh anda, sebenarnya adalah suatu angka
yang relatif, patokan umum idealnya adalah 1/3 dari berat badan anda , tetapi ini kembali lagi ke
kemampuan fisik setiap individu, yang terbaik adalah dengan tidak memaksakan diri, lagi pula
anda dapat menyiasati pemilihan barang yang akan dibawa dengan selalu memilih barang/alat
yang berfungsi ganda dengan bobot yang ringan dan hanya membawa barang yang benar-
benar perlu.
Perencanaan teknis dalam pendakian
Dalam pelaksanaan suatu pendakian, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan dan
diperhatikan yaitu
1. Melakukan aklimatisasi minimal selama satu jam. Kegiatan ini ditujukan untuk
memberikan kesempatan bagi tubuh beradaptasi dengan kondisi di ketinggian. Kondisi
yang dimaksudkan tersebut di antaranya terkait dengan kondisi suhu, kelembaban
udara, dan tekanan udara.
2. Bergerak sesuai dengan kesepakatan komposisi tim. Anggota tim yang dirasa kurang
mempersiapkan fisik sehingga memiliki fisik yang lebih lemah diposisikan di urutan
depan pada barisan setelah leader. Leader diposisikan pada urutan paling depan dari
barisan dan sweeper di urutan paling belakang.
3. Leader dan sweeper sebaiknya laki-laki. Laki-laki biasanya akan lebih tenang di dalam
menghadapi kondisi sulit. Tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan untuk menunjuk
perempuan sebagai leader atau sweeper apabila dirasa mampu untuk melakukan
tugas tersebut selama pendakian berlangsung.
4. Anggota tim bergerak menurut komando dari leader.
5. Leader memutuskan setiap pergerakan berdasarkan kondisi tim dan kondisi yang ada
di medan.
6. Sweeper memastikan keutuhan dan kondisi seluruh anggota tim selama di perjalanan
dan berkoordinasi dengan leader.
7. Berjalan dengan kecepatan yang konsisten serta tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
8. Memperhatikan langkah supaya tidak terlalu menghentak atau menyeret. Langkah kaki
yang menghentak atau menyeret justru akan membutuhkan energy ekstra. Oleh
karena itu, tetap berjalan dengan langkah kaki mantap namun tetap menapak ringan
pada permukaan tanah.
9. Tidak berlari ketika menemui jalan yang menurun Berlari akan membutuhkan energy
ekstra dibandingkan dengan berjalan. Selain itu, berlari memiliki potensi bahaya kaki
terkilir dan kaki tersandung batu atau akar pohon.
10. Apabila terpaksa untuk berhenti di daerah tanjakan, salah satu kaki diposisikan berada
di depan kaki yang lainnya dengan posisi lebih tinggi.
11. Posisi tersebut selain memberikan keseimbangan pada tubuh juga akan menghemat
energy tubuh ketika akan kembali melangkahkan kaki.
12. Memperhatikan jarak antar anggota tim.

Hal ini harus dilakukan dengan lebih intens terutama ketika melakukan pendakian pada
malam hari dan/atau kondisi berkabut.
1. Memperhatikan kondisi sekitar. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu pergerakan awan,
pergerakan kabut, pergerakan angin, suhu, keberadaan satwa dan fauna, serta kondisi
jalur pendakian.
2. Saling memperhatikan kondisi antar anggota tim. Memiliki rasa kebersamaan dan
saling memiliki antar anggota pendakian akan sangat memberikan efek yang positif
bagi jalannya suatu pendakian. Oleh karena itu, mengecek secara berkala kondisi fisik
dan saling memberikan semangat antar anggota sangat penting untuk dilakukan.
3. Disiplin terhadap waktu.
4. Diusahakan untuk minum dalam jumlah secukupnya dan dalam interval waktu yang
panjang.
5. Bernafas menggunakan hidung. Ritme bernafas perlu diperhatikan agar tidak terlalu
cepat dan memburu.
6. Waktu untuk istirahat tidak boleh terlalu lama, maksimal 5 menit. Waktu istirahat yang
terlalu lama akan memberikan kesempatan bagi tubuh untuk melemaskan kembali
otot-otot tubuh dan menormalkan denyut jantung, sehingga ketika akan melakukan
perjalanan kembali tubuh akan kaget dan memerlukan waktu lama untuk melakukan
adaptasi kembali. Istirahat yang terlalu lama biasanya akan memicu terjadinya kram
otot pada kaki dan bahu.
7. Tetap berdiri ketika istirahat. Istirahat selama pendakian dapat dilakukan dengan tetap
berdiri namun posisi badan membungkuk membentuk huruf L atau juga dilakukan
dengan bersandar pada batang pohon. Posisi istirahat dengan membentuk huruf L
akan membantu mengistirahatkan bahu karena bobot carrier untuk sementara waktu
dipindahkan ke punggung. Duduk ketika istirahat sangat tidak disarankan.
8. Memperhatikan penggunaan jaket. Apabila selama berjalan menggunakan jaket, maka
ketika beristirahat atau sudah tiba di tujuan, jaket sebaiknya tidak langsung dilepas.
Perubahan suhu yang mendadak akan memicu pada terjadinya kehilangan panas
tubuh (hypothermia).

F. Faktor-Faktor Yang Menjadi Acuan Dalam Melakukan Kegiatan Eskpedisi/Pendakian


Terdapat beberapa faktor yang perlu dijadikan acuan dalam melakukan perjalanan
sehingga kegiatan tersebut dapat kita lakukan dengan aman dan nyaman, serta dapat pulang
kembali ke rumah dengan selamat. Adapun faktor – faktor tersebut adalah:
1. Faktor alam
Faktor alam mencakup pemahaman mengenai lokasi tujuan, medan yang akan
dihadapi, iklim dan hal lain yang berkaitan dengan lingkungan yang akan dituju.
Langkah antisipasi;
a. Melakukan studi literatur yang kuat
b. Pengumpulan informasi tentang daerah tujuan
c. Musim
d. Rute Perjalanan
2. Faktor Peserta
Banyak kejadian kecelakaan yang terjadi di alam terbuka karena disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh orang yang melakukan
perjalanan.
Langkah antisipasi yaitu dengan menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam hal
pendakian.
Adapun kemampuan yang diperlukan oleh seorang penggita di alam terbuka dapat
dikategorikan (Collin Mortlok “Pakar Pendidikan alam terbuka”):
a. Kemampuan teknis, yang berhubungan dengan ritme dan keseimbangan gerakan
serta efisiensi penggunaan alat&bahan.
b. Kemampuan kebugaran, mencakup kebugaran spesifik yang diperlukan dalam
kegiatan tersebut.
c. Kemampuan kemanusiaan, yaitu pengembangan sikap positif kesegala aspek
untuk meningkatkan kemampuan. Hal ini mencakup determinasi, konsentrasi,
analisa diri, kemandirian, serta kemampuan untuk memimpin dan dipimpin. Jadi
hal ini berkaitan erat dengan mentalnya.
d. Kemampuan pemahaman lingkungan, yaitu pengembangan kewaspadaan
terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh faktor alam.
Suatu pendakian biasanya dilakukan dalam kelompok kecil. Hal ini dilakukan
supaya kerjasama antara anggota kelompok lebih efektif. Dalam kelompok
tersebut harus ditentukan pemimpinnya (leader) Hirarki, deskripsi kerja serta
tanggung jawab para peserta perjalanan.
3. Faktor Penyelenggaraan
Penyelenggaraan dalam perjalanan mencakup permasalahan faktor teknis dan non
teknis pada perjalanan besar (ekspedisi), ada faktor semi teknis.
a. Faktor teknis merupakan permasalahan daya upaya operasi yang berhubungan
langsung dengan tingkat kesulitan medan. Yang termasuk hal teknis adalah
penyiapan kemampuan personil, skenario dan sistem operasi, pemilihan
perlengkapan dan perbekalan, pendokumentasian, serta hal yang berkaitan
dengan masalah keamanan.
b. Faktor Non Teknis dalam hal ini masalah daya dukung operasi yang tidak
langsung berhubungan dengan kesulitan medan. Daya dukung ini mencakup
masalah Adm Organisasi (dana, ijin, publikasi, sekretaris) dan pendukung operasi
global ( komunikasi global, akomodasi kota, transportasi global).
c. Faktor Semi-teknis (untuk ekspedisi besar dan kompleks), Permasalahan daya
tunjang operasi yang berhubungan l;angsung dengan tingkat kesulitan medan,
namun bersifat non teknis ( komunikasi,base camp,advance-team, take in&out
team, rescue team,delivery team). Faktor ini berada diantara faktor teknis dan non-
teknis.
Faktor- faktor diatas merupakan acuan untuk menentukan tingkat kesulitan perjalanan.
Acuan faktor teknis adalah kesiapan peserta mengantisipasi kesulitan medan operasi. Acuan
faktor non-teknis adalah kesiapan peserta mengantisipasi daya dukung operasi dengan
memperhitungkan pula medan operasinya.

Catatan:
1. Tanamkan jiwa kepemimpinan dalam diri anda.
2. Mulailah mempersiapkan segala sesuatu, jauh sebelum melakukan ekspedisi. Baik
persiapan fisik, mental dan biaya.
3. Rajinlah menabung untuk melaksanakan kegiatan yang telah diperkirakan.
4. Percaya dan yakinlah bahwa apa yang akan/telah kita lakukan merupakan hasil
pemikiran dan wawasan kita sendiri, jadi optimis akan suatu kegiatan dan tawakallah
kita, karena kita makhluk yang tahu akan adanya yang Esa.

Anda mungkin juga menyukai